Dem (Mencari bentuk ideal D Dosen Pe PR FAK UNIV Makalah mokrasi Dalam Konsep Islam Demokrasi Islam melalui Syura, Ijma’, Maslaha engampu : Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, MA. Oleh: Maksum NIM: 13913013 Konsentrasi Ekonomi Islam ROGRAM PASCASARJANA KULTAS ILMU AGAMA ISLAM VERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2014 ah dan Ijtihad)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Dem
(Mencari bentuk ideal Demokrasi Islam melalui
Dosen Pengampu :
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Makalah
Demokrasi Dalam Konsep Islam
Mencari bentuk ideal Demokrasi Islam melalui Syura, Ijma’, Maslaha
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, MA.
Oleh:
Maksum
NIM: 13913013
Konsentrasi Ekonomi Islam
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2014
Maslahah dan Ijtihad)
2
A. Pendahuluan
Demokrasi dalam hubungannya dengan Islam pada dasarnya mempunyai
berbagai macam penafsiran. Para cendekiawan Muslim membahas hubungan
Islam dengan demokrasi melalui dua pendekatan: normatif dan empiris. Pada
dataran normatif, mereka mempersoalkan nilai-nilai demokrasi dari sudut
pandang ajaran Islam. Sementara pada dataran empiris, mereka menganalisis
implementasi demokrasi dalam praktek politik dan ketatanegaraan.1
John L. Esposito dan James P. Piscatori mengatakan bahwa Islam bisa
digunakan untuk mendukung demokrasi maupun kediktaroran, republikanisme
maupun monarki, sehingga pernyataan ini dapat mengidentifikasikan tiga
pemikiran. Pertama, Islam menjadi sifat dasar demokrasi karena konsep syura’,
ijtihad, dan Ijma’ merupakan konsep yang sama dengan demokrasi. Kedua,
menolak bahwa Islam berhubungan dengan demokrasi. Dalam pandangan ini,
kedaulatan rakyat tidak bisa berdiri di atas kedaulatan Tuhan, juga tidak bisa
disamakan antara Muslim dan non-Muslim serta antara laki-laki dan perempuan.
Hal ini bertentangan dengan prinsip equality dalam demokrasi. Ketiga,
sebagaimana pandangan pertama bahwa Islam merupakan dasar demokrasi,
meskipun kedaulatan rakyat tidak bisa bertemu dengan kedaulatan Tuhan, perlu
diakui bahwa kedaulatan rakyat tersebut merupakan subordinasi hukum Tuhan.2
Menurut Maududi hal ini dinamakan “Kerajaan Tuhan”, yang disebut juga
sebagai Teokrasi. Tetapi teokrasi Islam berbeda dengan teokrasi yang pernah
menjadi pengalaman pahit di Eropa. Teokrasi Islam tidak dikuasai oleh golongan
tertentu, namun oleh seluruh umat muslim bahkan rakyat jelata. Maududi
menyatakan bahwa dalam sistem ketiga ini, “setiap muslim yang mampu dan
memenuhi syarat untuk memberikan pendapat yang benar dalam permasalahan
1 M. Syafi’i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia Sebuah Kajian Politik Tentang
Cendekiawan Muslim Orde Baru, (Jakarta: Paramadina, 1995), hlm. 222. 2Tabrani. ZA. Al-Asyhi, Antara Islam dan Demokrasi, dikutip dari
http://master.islamic.uii.ac.id/index.php/Artikel/Antara-Islam-dan-Demokrasi.html pada hari Selasa, 9 Desember 2014, jam 13.20 WIB.
3
hukum Islam, berhak menafsirkan hukum Tuhan bilamana tafsir itu dibutuhkan.
Dalam pengertian ini pemerintahan Islam merupakan pemerintahan demokrasi.
Akan teapi, ia bisa dikatakan juga sebagai pemerintahan teokrasi dalam arti
bahwa tidak seorangpun, bahkan seandainya seluruh umat Islam dijadikan satu,
berhak mengubah perintah Tuhan yang sudah jelas.”3
Dalam tulisan ini hubungan antara Demokrasi dan Islam yang menjadi topik
pembahasan adalah kesesuaian antara demokrasi dan Islam. Pembahasan
diarahkan kepada dasar-dasar demokrasi yang sesuai dengan konsep Islam
seperti Syura (consultation), Ijma’ (Community Consensus), Maslahah (Public
Interest), dan Ijtihad.
B. Konsep Demokrasi
Herodotus memperkenalkan istilah demokrasi sekitar 3000 tahun yang lalu di
Mesir Kuno, dan kemudian dikembangkan oleh para pemikir Yunani Kuno pada
masa klasik. Secara etimologi, kata demokrasi berasal dari kata Demos (rakyat)
dan Kratos (kekuasaan/pemerintahan), yang berasal dari bahasa Yunani. Dalam
sejarah, istilah demokrasi telah dikenal sejak abad ke-5 SM, yang merupakan
respon terhadap pengalaman buruk sistem monarki dan kediktatoran di negara-
negara kota Athena (Yunani Kuno). Ketika itu demokrasi dipraktikkan sebagai
sistem dimana seluruh warga negara membentuk lembaga legislatif.
Dalam perkembangannya, ide-ide demokrasi berkembang dengan ide-ide dan
lembaga dalam tradisi pencerahan yang dimulai pada abad ke-16. Pertama
dirintis oleh Niccolo Machiavelli (1469-1527) dengan ide-ide sekulerisme,
kemudian ide Negara Kontrak oleh Thomas Hobbes (1588-1679), gagasan
tentang konstitusi negara liberalisme, serta pemisahan kekuasaan legislatif,
eksekutif dan lembaga federal oleh John Locke (1632-1704), yang
disempurnakan oleh Baron de Montesquieu (1689-1755), ide-ide tentang
kedaulatan rakyat dan kontrak sosial yang diperkenalkan oleh Jean Jacques
3 John L. Esposito dan John O. Voll, Islam and Democracy, alih bahasa Rahmani Astuti, Cet 1
(Bandung: Penerbit Mizan, 1999), hlm. 28.
4
Rousseau (1712-1778). Ide-ide tersebut merupakan respon terhadap monarki
absolut akhir abad pertengahan dalam sejarah Eropa, yang menggantikan
kekuasaan gereja yang teokrasi. Ide-ide demokrasi saat ini muncul sejak revolusi
Amerika pada tahun 1776 dan revolusi Perancis tahun 1789.4
Pada abad ke-19 dan ke-20 pusat institusi demokrasi berkembang melalui
perwakilan di parlemen dengan pemilihan yang bebas, dan di berbagai negara
demokrasi diibaratkan kebebasan berbicara, kebebasan pers dan supremasi
hukum.5 Abraham Lincoln mendefinisikan demokrasi sebagai pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sedangkan menurut Elliott demokrasi
adalah sebuah masyarakat atau kelompok dimana masyarakat benar-benar
memerintah diri mereka sendiri, dimana semua partisipasi diatur dalam membuat
keputusan yang mempengaruhi mereka semua. Oleh karena itu, esensi demokrasi
adalah partisipasi dalam suatu kelompok pemerintahan oleh anggota kelompok
tersebut.6
Dalam sebagian literatur tentang demokrasi menegaskan bahwa konsep dan
praktik demokrasi sesungguhnya tidak tunggal. Unsur-unsur dasar atau ”family
resemblances” demokrasi itu dipengaruhi, dibentuk, dan diperkaya oleh kultur
dan struktur sosiologis dan budaya masyarakat setempat. Dalam setiap negara
manapun, nilai-nilai demokrasi akan berkembang sesuai dengan bengunan sosial-
budaya masyarakatnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bentuk, tingkat
dan kualitas demokrasi di Amerika Serikat berbeda dengan konsep dan praktik
4 Saifullah, “Islam dan Demokrasi: Respon Umat Islam Indonesia terhadap Demokrasi”, Al-Fikr
Volume 15 Nomor 3 Tahun 2011, hlm. 529. 5 Tauseef Ahmad Parray, “Islamic Democracy or Democracy in Islam: Some Key Operational
Democratic Concepts and Notions”, World Journal of Islamic History and Civilization, 2 (2): 66-86, 2012, ISSN 2225-0883, hlm. 68.
6 M.O. Adeniyi, “An Islamic Approach to The Sustainability of Democracy”, Shopia, Vol. 43, No. 2, October 2004, hlm. 95.
5
demokrasi yang berkembang di Asia Timur (seperti Jepang) atau Eropa Barat
(seperti Swedia, Itali dan sebagainya).7
Dalam sejarah permulaan demokrasi di Yunani sampai revolusi inggris,
amerika dan prancis dan dari abad ke-19 sampai akhir abad ke-20, demokrasi
berkembang dalam berbagai bentuk yang berindikasi bahwa konsep demokrasi
berubah dan berkembang mengikuti perkembangan sosial, politik dan ekonomi.
Fakta ini memperlihatkan bahwa tidak ada definisi pasti dari model demokrasi.
Sebagaimana W. B. Gallie menyebut demokrasi sebagai “Essensially Contested
Concept”. Jadi di bagian dunia manapun, para pemikir dan masyarakat umum
secara aktif terlibat dalam upaya menciptakan struktur demokrasi yang lebih
efektif. Hal ini juga berlaku di dunia muslim di belahan dunia manapun. Para
pemikir muslim sampai saat ini berusaha untuk mendefinisikan, menafsirkan dan
membangun demokrasi dengan konsep-konsep Islam seperti konsep khilafah,
syura, Ijma’, ijtihad, baiat, dan lainnya.8
C. Prinsip-prinsip Politik Kenegaraan dalam Al-Quran
Islam mengajarkan manusia tidak hanya hal-hal spiritual (ibadah), namun juga
masalah akhlak dan muamalat manusia. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan
dan pengisian negara termasuk dalam pengertian modern negara-bangsa, al-
Quran memberikan pesan-pesan yang lebih substansial yaitu menawarkan nilai
etik dan moral daripada bersifat formal yaiu menekankan benuk negara atau
format politik.9 Menurut Yusdani, Prinsip-prinsip kenegaraan yang terdapat
dalam al-Quran antara lain10 bahwa:
7 Bahtiar Effendy, “Islam dan Demokrasi: Mencari Sebuah Sintesa yang Memungkinkan”, dalam
M. Nasir Tamara dan Elza Peldi Taher (ed) Agama dan Dialog Antar Peradaban, Cet. 1, (Jakarta: Paramadina, 1996), hlm. .90.
8 Tauseef Ahmad Parray, Islamic, hlm. 68. 9 Yusdani, Fiqh Politik Muslim: Doktrin, Sejarah dan Pemikiran, Cet. 1 (Yogyakarta: Amara
Books, 2011), hlm. 63. 10 Ibid., hlm. 64
6
1. Kekuasaan sebagai Amanah
یأ ٱإن وا مركم � موا ك لناس أن تح ٱن تم بی لھا وإذا حكم أھ ت إلى ن م أل ٱأن تؤد
ا یعظكم بھ ٱإن ل عد ل ٱب نعم كان سمیع ٱإن ۦ � ٥٨ا ا بصیر �
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS: 4.58)
2. Musyawarah sebagai Dasar Pengambilan Kekuasaan
لو ٱوأقاموا تجابوا لربھم س ٱلذین ٱو ا رزق وم نھم بی شورى رھم ة وأم لص ھم ن م
ینفقون
Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki
yang Kami berikan kepada mereka. (QS 42:38)
3. Keadilan Harus ditegakkan
ولو ط شھدا قس ل ٱمین ب لذین ءامنوا كونوا قو ٱأیھا ی أو أنفسكم على ء �
أو ٱا ف فقیر غنیا أو إن یكن ربین ق أل ٱن و لدی و ل ٱ أن ھوى ل ٱفال تتبعوا بھما لى �
تع كان ٱرضوا فإن تع ا أو ۥ و وإن تل دلوا ا ملون خبیر بما تع �
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-
benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin,
maka Allah lebih tahu keMaslahahtannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
7
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya
Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (QS 4:135)
شھدا لذین ءامنوا كونوا قو ٱھا أی ی ان ◌◌ شن رمنكم وال یج ط قس ل ٱء ب مین �
أال تع م على قو ٱتقوا ٱو وى رب للتق دلوا ھو أق ع ٱ دلوا خبیر ٱإن � بما �
٨ملون تع
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 5:8)
4. Adanya Prinsip Persamaan
ن ۦتھ ءای لذي یریكم ٱھو ل لكم م ما ٱوینز ر إال من ینیب ی وما ا ق ء رز لس تذك
Artinya: Dialah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-
Nya dan menurunkan untukmu rezeki dari langit. Dan tiadalah mendapat
pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah). (QS 40:13)
5. Pengakuan Terhadap HAM
م ٱس لنف ٱتلوا وال تق إال ب ٱلتي حر ۦنا لولیھ جعل ا فقد لوم ومن قتل مظ حق ل ٱ�
كان منصور ۥإنھ ل قت ل ٱرف في ا فال یس ن ط سل
Artinya: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan
barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi
kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui
batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan. (QS 17:30)
8
م ولقد ن ن ر ورزق بح ل ٱبر و ل ٱفي ھم ن ءادم وحمل نا بني كر ت لطیب ٱھم م
ل ن كثیر على ھم ن وفض م ضیال ا تف ن خلق م
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS 17:70)
6. Perdamaian
ٱتلوا في سبیل وق تدو وال تع تلونكم لذین یق ٱ� ٱإن ا تدین مع ل ٱال یحب �
Artinya: Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,
(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. (2:190)
ل ٱعلى لھا وتوكل نح ج ٱم ف وإن جنحوا للس علیم ل ٱلسمیع ٱھو ۥإنھ �
Artinya: Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah
kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 8:61)
ٱبك دعوك فإن حس ا أن یخ وإن یریدو منین مؤ ل ٱوب ۦره نص ك ب أید لذي ٱھو �
Artinya: Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya
cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan
pertolongan-Nya dan dengan para mukmin. (QS 8:62)
D. Konsep Demokrasi dalam Islam
Kenyataan bahwa Islam mengajarkan etika politik yang bersesuaian dengan
prinsip-prinsip demokrasi, dapat dikatakan bahwa kurangnya pengalaman
demokratis sebagian besar negara Islam tidak ada hubungannya dengan dimensi
“interior” ajaran Islam. Secara teologis, barangkali dapat diisyaratkan bahwa
kegagalan politik yang demokratis antara lain disebabkan oleh adanya pandangan
yang legalistik dan formalistik dalam melihat hubungan antara Islam dan politik.
Karenanya, adalah pendekatan substansialistik terhadap ajaran Islam diharapkan
9
dapat mendorong terciptanya sebuah sintesa yang memungkinkan antara Islam
dan Demokrasi.11
Dalam penjelasan mengenai demokrasi dalam kerangka konseptual Islam,
Esposito mengatakan bahwa kesesuaian demokrasi dengan Islam dapat
dikembangkan melalui beberapa aspek khusus dari ranah sosial dan politik.
Seperti banyak konsep dalam tradisi politik barat, istilah-istilah ini tidak selalu
dikaitkan dengan pranata demokrasi dan mempunyai banyak konteks dalam
wacana Muslim dewasa ini. Demokrasi Islam dianggap sebagai sistem yang
mengukuhkan konsep-konsep islami yang sudah lama berakar, yaitu konsep
syura, Ijma’, Maslahah, dan ijtihad.12 Hubungan antara Islam dan demokrasi
seperti berikut:
1. Syura dalam Konsep Demokrasi
Istilah musyawarah berasal dari kata مشاورة. Ia adalah masdar dari kata
kerja syawara-yusyawiru, yang berakar kata syin, waw, dan ra, dengan
pola fa’ala. Pendapat senada mengemukakan bahwa musyawarah pada
mulanya bermakna “mengeluarkan madu dari sarang lebah”. Makna ini
kemudian berkembang sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat
diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk pendapat). Musyawarah
juga dapat berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Karenanya, kata
musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal yang baik,
sejalan dengan makna dasarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
musyawarah diartikan sebagai: pembahasan bersama dengan maksud
mencapai keputusan atas penyelesaian masalah bersama. Selain itu
dipakai juga kata musyawarah yang berarti berunding dan berembuk.13
Secara historis, konsep syura dalam sejarah Islam telah ada jika
menunjuk pertemuan di Bani Sa’idah segera setelah Nabi Muhammad wafat.
11 Bahtiar Effendy, Islam, hlm. 100. 12 John L. Esposito, Islam, hlm. 32 13 Sohrah, “Musywarah vs Demokrasi”, Al-Risalah Volume 11 Nomor 1 Mei 2011, hlm. 34-35.
10
Menurut Fazlur Rahman kejadian itu sebagai pelaksanaan prinsip syura yang
pertama. Kejadian ini kemudian diikuti dengan pidato pelantikan Abu Bakar
sebagai khalifah pertama. Dalam pidatonya pelantikannya itu, secara
kategoris ia menyatakan bahwa dirinya telah menerima mandat dari rakyat
yang memintanya melaksanakan al-Quran dan Sunnah. Abu Bakar juga
menyatakan bahwa ia melaksanakan ketentuan al-Quran dan Sunnah, ia
perlu didukung terus. Tetapi bilamana ia melakukan pelanggaran berat maka
ia harus diturunkan. Konsep syura dan demokrasi Fazlur Rahman juga
berpendapat bahwa institusi semacam syura telah ada pada masyarakat
Arabia pra-Islam. Waktu itu, para pemuka suku atau kota menjalankan
urusan bersama melalui permusyawaratan. Institusi inilah yang kemudian
didemokrasitasi oleh al-Quran, yang menggunakan istilah syura. Perubahan
dasar yang dilakukan al-Quran adalah mengubah syura dari sebuah institusi
suku menjadi institusi komunitas, karena ia menggantikan hubungan darah
dengan hubungan iman.14
Menurut Syafii Maarif, pada dasarnya syura merupakan gagasan
politik utama dalam al-Quran. Jika konsep syura ditransformasikan dalam
kehidupan modern sekarang, maka menurut Syafii sistem politik demokrasi
adalah lebih dekat dengan cita-cita politik Qurani, sekalipun ia tidak terlalu
identik dengan praktek demokrasi barat. Begitu halnya dengan Mohammad
Iqbal yang menganggap demokrasi sebagai cita-cita politik Islam, kritik
Iqbal terhadap demokrasi bukanlah dari aspek normatifnya, akan tetapi
dalam praktek pelaksanaannya. Kohesi antara Islam dan demokrasi terletak
pada prinsip persamaan (equality), yang di dalam Islam dimanifestasikan
oleh tauhid sebagai satu gagasan kerja (a working idea) dalam kehidupan