BAB I
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan penyakit endemik di Indonesia, penyakit
ini termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang Undang
Nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit ini mudah
tertular dan dapat menulari orang banyak, sehingga dapat
menimbulkan wabah, walaupun demam thypoid tercantum dalam Undang -
Undang wabah namun data yang lengkap belum ada, sehingga gambar
epidemilogiknya belum diketahui secara pasti.
Di Indonesia demam thypoid jarang dijumpai secara epidemik
tetapi lebih sering bersifat spordis, terpencar-pencar disuatu
daerah dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang
serumah. Di daerah endemik transmisi terjadi melalui makanan dan
minuman tercemar.
Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit
Kepolisian Pusat Raden Said Soekanto, selama tahun 2004 penderita
yang dirawat demam thypoid yaitu laki-laki berjumlah 33 orang,
perempuan 55 orang, keluar sembuh 54 orang dan keluar mati tidak
ada. Dan pada bulan Januari sampai dengan tanggal 25 April 2005
berjumlah 25 orang yaitu perempuan 15 orang dan laki-laki 10
orang.
Untuk itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penulisan
tugas ilmiah tentang Asuhan Keperawatan Nn.D dengan demam Thypoid
di ruang Pratidina II Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said
Soekanto.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini terdiri dari tujuan
umum dan tujuan khusus, yaitu:
1. Tujuan umum
Mempeoleh pengalaman secara nyata dalam merawat klien dengan
demam Thypoid, dan memperoleh informasi atau gambaran tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien demam Thypoid di ruang
Pratidina II, juga dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan
tentang penyakit demam Thypoid secara komprehensif.
2. Tujuan khususa. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
Demam Thypoid.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien Demam
Thypoid.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien Demam
Thypoid.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Demam
Thypoid.
e. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori
dan kasus.
f. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat
serta dapat mencari solusinya.
g. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam
bentuk narasi.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan laporan ini hanya membahas tentang
Asuhan Keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi pada Nn. D dengan Demam
Thypoid di ruang Pratidina II Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden
Said Soekanto Jakarta dari tanggal 25 26 April 2005.
B. Metode Penulisan
Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan
metode deskriptif yaitu metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan
data, menganalisa data dan menarik kesimpulan dengan pendekatan
studi kasus.
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara
sebagi berikut:
1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajaari buku-buku ilmiah
dan sumber-sumber yang berhubungan dengan judul sebagai landasan
teoritis.
2. Wawancara dengan klien, anggota keluarga dan petugas
kesehatan di ruangan Pratidina II yang terlibat dalam perawatan
klien.
3. Obeservasi langsung melalui pemeriksaan fisik pada klien
dengan Demam thypoid.
4. Studi dokumentasi dengan cara melihat catatan medis, catatan
keperawatan yang berhubungan dengan klien.
C. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan ini penulis menyusun menjadi lima
bab:
BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang, tujuan penulisan,
ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : tinjauan teoritis, meliputi konsep dasar terdiri dari
pengertian, patofisiologi (etimologi, manifestasi klinik, proses
penyakit, komplikasi) dan penatalaksanaan. Asuhan keperawatan
terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
BAB III :Tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan , implementasi dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan berisi tentang perbandingan asuhan
keperawatan pada klien Demam thypoid secara teoritis yang terdiri
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi.
BAB V : Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
D. TINJAUAN TEORITIS
Konsep Dasar
Pengertian
Demam Thypoid adalah merupakan penyakit infeksi akut usus halus.
(Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran, tahun 1999 : 421)
Demam Thypoid adalah penyakit infeksi usus halus, biasanya lebih
ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama atau
menyebabkan enteritis akut. (Sjaifoellah Noer, Prof. Dr. HM, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 1999 : 435)
Demam Thypoid adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman
salmonella thyphosa. (Himawan Sutisna, dr., Patologi, 1999 :
207)
Patofisiologi
Etiologi
Etiologi Demam Thypoid adalah salmodia typhi,sedangkan para
Thypoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies
salmonella enteritidis, yaitu S. enteritidis bioserotipe paratyphi
C., kuman-kuman ini lebih dikenal dengan sama S. parathyphi A, S.
Schott Muellri, dan S. Hirschfeldii.
Manifestasi Klinik
Masa tunas Demam thypoid berlangsung 10 14 hari. Gejala-gejala
yang timbul amat bervariasi. Dalam minggu pertama penyakit, keluhan
dan gejala serupa dengan penyakit akut pada umumnya yaitu demam,
nyeri, kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
optispasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan
meningkat. Dalam minggu kedua gejala-gejala menajdi lebih jelas
berupa demam, bradikardia relatif, lidah yang khas (kotor ditengah,
tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali,
stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan
pada orang Indonesia.
Proses Penyakit.
Kuman salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan
makanan dan air yang tercemar sebagian kuman dimusnahkan oleh asam
lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan
limfoit plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami
hipertropi. Ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi
intestinal dapat terjadi. Kuman salmonella typhi kemudian menembus
ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe
mesenterial, yang juga mengalami hipertropi. Setelah melewati
kelenjar-kelenjar limfe ini salmonella typhi masuk aliran darah
melalui sirkulasi portal dari usus. salmonella typhi bersarang di
plaque peyeri, limfa hati dan bagian-bagian lain sistem
retikuloendotelial. Endoktosin selmonella typhi berperan pada
patogenesis demam thypoid karena membantu karena membantu
terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella
typhi berkembang biak. Demam pada thypoid disebabkan karena
salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan
pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang,
sehingga terjadi demam.
Patofisiologi
Komplikasi
Komplikasi demam Thypoid dapat dibagi dalam:
Komplikasi intestinal
Perdarahan usus
Perforasi usus
Ileus paralitik
Komplikasi ekstra intestinal
Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer
(renjatan, sepsis), miokarditis, trombosit, dan tromboflebitis.
Komplikasi darah: anemia hemalitik, trombositopenia atau
koagulasi intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia
hamolitik.
Komplikasi paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.
Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan
kolelitiasis.
Komplikasi ginjal: glomerulosnefritis, pielonefritis dan
perinefritis
Komplikasi tulang: Osteomielitis, periostitis, spondilitis dan
astritis.
Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, sindrom guillainbarre, psikosis, dan sindrom
katatonia.
Pada anak-anak demam paratifoid, komplikasi lebih jarang
terjadi. Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan toksemia
berat dan kelemahan umum,bila perawatan pasien kurang sempurna.
Penatalaksanaan
a. Tes diagnostik
a). Pemeriksaan leukosit
Pada pemeriksaan leukosit terdapat leukopenia atau
leukositosis.
b). Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering kali maningkat, tetapi kembali ke normal
setelah sembuhnya demam Thypoid.
c). Uji Widal
Uji Widal adalah suatu rekasi aglutinasi antara antigen dan anti
bodi (aglutinin), untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
pasien yang disangka menderita demam Thypoid.
a. Aglutinin O, yang dibuat karena ransangan antigen O (berasal
dari tubuh kuman)
b. Aglutinin H, karena rangsangan antigen H ( berasal dari
flagela kuman)
c. Aglutinin Vi karena rangangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosis, makin tingi titernya, maka
makin besar kemungkinan pasien menderita demam Thypoid.
b. Penatalaksanaan
a). Pemberian antibiotik untuk menghentikan dan memusnahkan
penyebaran kuman. Antara lain:
1. Kloramfenlokol
2. Ampisilin / Amoksisilin
3. Klotrmoksazol
4. Sefalosporin generasi II dan III
b). Istirahat: bertujuan untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolut lebih
selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan
pulihnya kekuatan pasien, dalam perawatan perlu diperhatikan
higiene perorangan, kebersihan tempat tidur, pakaian dan peralatan
yang dipakai oleh pasien. Pasien denga kesadaran menurun, posisinya
harus sering dirubah-rubah untuk mencegah dekubitus dan pneumonia
hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena
kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi urin.
c). Diit
Pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur besar,
dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu
nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat
kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga perlu diperhatikan
pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung keadaan
umum pasien, diharapkan dengan menjaga keseimbangan dan
hemeostasis, sistemimum akan tetap befungsi dengan optimal.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Data dasar pengkajian:
Aktivitas/istirahat Gejala: malaise, lemah
Sirkulasi Tanda : Tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan
normal.
Kulit hangat, keing, pucat, lembab.
Eliminasi Gejala: Obstipasi atau diare.
Makanan/cairan Gejala: anoreksia, mual/muntah.
Neurosensori Gejala: Sakit kepala, pusing, pingsan.
Nyeri/kenyamanan Gejala: Perasaan tidak enak di perut
Higiene Gejala: Lidah kotor.
Diagnosa Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses
masuknya kuman.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake yang kurang.
Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan mekanisme
patologis.
Resti terjadinya infeksi berhubungan dengan pemasangan
infus.
Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit demam Thypoid
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Perencanaan
D x a : Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan
masuknya kuman.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
jam diharapkan suhu tubuh dapat turun.
Kriteria hasil:
1. Suhu tubuh turun (secara bertahap)
Intervensi:
a). Kaji tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
respirasi)
Rasional: Untuk mengetahui keadaan umum klien.
b). Anjurkan klien minum banyak kurang lebih 2,5 liter dalam 24
jam
Rasional: Agar klien tidak dehidrasi
c). Berikan kompres dengin pada daerah axilla 2 lipat paha.
Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh.
d). Anjurkan untuk tidak memakai selimut 2 pakaian yang
tebal.
Rasional: Suhu tubuh tidak turun apabila banyak menggunakan
selimut.
D x b :Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan intake yang kurang.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
1. Berat badan meningkat
2. Anoreksia tidak terjadi
3. Nafsu makan meningkat (1 porsi)
Intervensi:
a. Kaji keluhan yang dialami klien.
Rasional: Untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan keadaan
hangat.
Rasional: Untuk meningkatkan nafsu makan klien.
c. Catat jumlah atau porsi makan yang dihabiskan oleh klien
setiap hari.
Rasional: Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi klien.
d. Berikan obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai program
dokter.
Rasional : Obat antasida (antiemetik) membantu klien megurangi
rasa mual dan muntah dengan pemberian obat tersebut diharapkan
intake nutrisi klien terpenuhi.
e. Ukur BB klien setiap hari (bila mungkin).
Rasional: Untuk mengetahui status gizi klien.
D x c :
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan mekanisme
patologios.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 diharapkan rasa nyeri (skala) klien berkurang.
Kriteria hasil:
1. Klien tampak tenang
2. Klien mengatakan skala nyeri berkurang (0-10)
Intervensi:
a. Kaji tingkat nyeri yang dialami klien dengan memberi
rentang.
Nyeri (0-10) biarkan klien menentukan tingkat nyeri.
Raional: Untuk mengetahui berapa tingkat nyeri yang dialami
klien.
b. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang
tenang.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
c. Berikan obat-obatan Analgetik (Kolaborasi dengan dokter).
Rasional: Obat-obatan analgetik dapat menekan atau mengurangi
nyeri klien, perlu adanya kolaborasi adanya kolaborasi dengan
dokter karena pemberian obat merupakan wewenang dokter.
D x d : Resti terjadinya infeksi berhubungan dengan pemasangan
infusTujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
1. Tanda-tanda infeksi tidak terjadi
2. Balutan infus bersih
3. Plester bersih
Intervensi
a. Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Menetapkan data dasar klien, terjadinya
peradangan/infeksi dapat diketahui dan keadaan umum klien.
b. Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan
infus
Rasional: Teknik aseptik merupakan tindakan invasif yang sangat
memungkinkan untuk terjadinya infeksi, tindakan pemasangan infus
merupakan tindakan invasif yang sangat memungkin untuk terjadinya
infeksinya.
c. Observasi daerah pmsangan infus tiap hari
Rasional: Monitoring tanda-tanda infeksi pada daerah pemasangan
infus.
d. Amati kelancaran tesan infus.
Rasional: Dengan memperhatikan kelancaran tetesan infus, perawat
dapat segera mengetahui dan mencari penyebab ketidak lancaran yang
mungkin terjadi sehingga klien terhindar dari plebitis
e. Cabut segera infus jika tampak adanya pembengkakan
(plebitis)
Rasional: Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau
penyulit lebih lanjut.
D x e : Gangguan aktivitas eshari-hari berhubungan dengan
kondisi tubuh yang lemah.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
kperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat melakukan
aktivitas sendiri-sendiri.
Kriteria hasil: Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
tanpa dibantu.
Intervensi:
a. Keji keluhan klien
Rasional: Untuk mengetahui keadaan klien
b. Obervasi tanda-tanda vital
Rasional: Untuk mengetahui keadaan umum klien.
c. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari sesuai
tingkat keterbatasan (mandi, amkan, dan elliminasi).
Raional: Agar kebutuhan klien terpenuhi.
d. Letakkan barang-barang ditempat yang mudah terjangkau oleh
klien.
Rasional: Untuk memudahkan klien mengambil sesuatu yang
diinginkan.
e. Berikan lingkungan yang tenang
Rasional: Agara klien dapat beristirahat dengan nyaman.
D x f :
Kurangnya pengetahuan proses penyakit demam Thypoid berhubungan
dengan kurangnya informasi.Tujuan: Setelah dilakukan keperawatan
selama 1 jam diharapkan klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria hasil:
1. Klien telah mengerti tentang penyakitnya
2. Pengetahuan klien bertambah
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien
Rasional: Untuk memberi informasi pada klien/keluarga untuk
mengetahui sejauh mana informasi/pengetahuan yang diketahui oleh
klien.
b. Kaji latar belakang pendidikan klien
Rasional: Agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan
tingkat pendidikan sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan
yang direncanakan dapat tercapai.
c. Jelaskan tentang proses penyakit demam Thypoid
Rasional: Agar informasi dapat diterima dengan mudah sehingga
tidak menimbulkan kesalah pahaman.
d. Berikan kesempatan pada klien untuk menanyakan hal yang ingin
diketahui berhubungan dengan penyakit yang di deritanya.
Rasional: Untuk mengurangi kecemasan dan memotivasi agar klien
kooperatif selama masa perawatan atau penyembuhan.
Evaluasi
Evaluasi dari masing-masing diagnosa keperawatan pada demam
Thypoid adalah:
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan
proses masuknya kuman. Evaluasi yang diharpakan penignkatan suhu
tubuh tidak terjadi.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan denganintake yang kurang. Evaluasi yang diharapkan
berat badan meningkat dan ada nafsu makan.
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan mekanisme
patologis. Evaluasi yang diharapkan skala nyeri berkurang, klien
tampak tenang.
4. Risti terjadinya infeksi berhubungan dengan pemasangan infus.
Evaluasi yang diharapkan tanda-tanda infeksi tidak terjadi, balutan
infus bersih.
5. Gangguan aktivitas segari-hari berhubungan dengan kondisi
tubuh yang lemah. Evaluasi yang diharapkan klien dapat melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa dibantu.
6. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan
dengan kurangnya informasi. Evaluasi yang diharapkan klien dapat
mengerti tentang proses penyakitnya, pengetahuan klien
bertambah.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan Asuhan Keperawatan pada
Nn. D dengan Thypoid di ruang Pratidina II Rumah Sakit Kepolisian
Pusat Raden Said Soekanto Jakarta. Secara langsung dari tanggal 25
26 April 2005 dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
E. A.Pengkajian
1.Identitas Klien
Klien Nn. D umur 14 tahun, masuk Rumah Sakit Kepolisian Raden
Said Soekanto Jakarta, tanggal 20 April 2005, Pukul 18.30 WIB.
Nomor Register 24-26-56, di ruang Pratidina II, dengan diagnosa
Typoid, status klien belum menikah, agama Islam, Suku Bangsa
Betawi, pendidikan terakhir SMP, bahasa yang digunakan sehari-hari
adalah bahasa Indonesia. Klien bekerja sebagai pelajar, beralamat
Gg. Sucimantri No.14 Rt 001/04, Cibubur, sumber biaya Jamsostek,
sumber informasi diperoleh dari klien dan keluarga.
2.Riwayat Keperawatan
a.Riwayat Kesehatan Sekarang
Nn. D masuk rumah sakit tanggal 20 April 2005, dengan keluhan
utama panas turun naik, tinggi, terutama sore dan malam hari, badan
lemas, pusing, mual, muntah, tidak napsu makan, timbulnya keluhan
mendadak, lamanya kurang lebih 5 hari, upaya mengatasi berobat ke
rumah sakit. Pada saat pengkajian tanggal 25 April 2005, klien
hanya menyeluh perut sakit, nyeri pada perut dan kepala pusing.
b.Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi obat, makanan dan
binatang. Klien mengatakan tidak ada riwayat kecelakaan dan tidak
ada riwayat dirawat di rumah sakit.
c.Riwayat Kesehatan Keluarga
Keterangan :
:Laki-laki
:Perempuan
:Klien Perempuan
:Tinggal satu rumah
:Garis Keturunan
:Meninggal
Klien mengatakan dalam keluarga klien tidak ada yang memiliki
penyakit yang menjadi faktor resiko seperti faktor penyakit
keturunan seperti DM, Hipertensi, Asma atau penyakit infeksi.
d.Riwayat Psikososial dan Spiritual
Klien mengatakan orang yang terdekat dengan klien adalah orang
tuanya, interaksi dalam keluarga : pola komunikasi baik, pembuat
keputusan kepala keluarga, kegiatan kemasyarakatan yang klien ikuti
dirumahnya yaitu karang taruna. Dampak penyakit klien terhadap
keluarga yaitu keluarga menjadi cemas, masalah yang mempengaruhi
klien yaitu klien ingin cepat sembuh dan berkumpul bersama
keluarga. Mekanisme koping yang digunakan klien terhadap stress
yaitu pemecahan masalah. Hal yang dipikirkan saat ini yaitu ingin
cepat sembuh, harapan setelah menjalani perawatan yaitu ingin
beraktifitas seperti biasa, perubahan yang dirasakan setelah jatuh
sakit yaitu badan kurus dan lemas.
e.Kondisi Lingkungan Rumah
Keadaan rumah baik, air sanyo, jauh dari pembuangan sampah, jauh
dari jalan raya.
f.Pola Kebiasaan Sehari-hari sebelum Sakit
1)Pola Nutrisi
Klien mengatakan nafsu makan baik, frekuensi makan 3x/hari,
makanan yang dihabiskan 1 porsi, jenis makanan : nasi, lauk pauk,
sayur dan buah-buahan, berat badan : 40 kg, berat tubuh 157 cm.
2)Pola Eliminasi
a) Klien mengatakan frekuensi 5-6x/hari dengan warna kuning
jernih, tidak ada keluhan saat BAK.
b) Pola Eliminasi BAB
Klien mengatakan frekuensi 1x/hari, waktunya pagi warna kuning,
baunya khas, konsistensi lunak, tidak ada keluhan saat BAB, tidak
menggunakan laxatif / pencahar.
3)Pola Personal Hygiene
a)Mandi
Frekuensi 2x/hari dengan menggunakan sabun.
b)Oral Hygiene
Klien mengatakan gosok gigi 2x/hari, waktu pagi dan sore.
c)Cuci Rambut
Klien mengatakan keramas 3x1 minggu dengan menggunakan
shampo.
4)Pola Istirahat dan Tidur
Lama tidur 7-8 jam/hari, klien jarang tidur siang karena
sekolah.
5)Pola Aktivitas dan Latihan
Klien mengatakan bekerja sebagai polisi. Waktu bekerja pagi
klien sering olahraga senam, kegiatan waktu luang diisi dengan
berkumpul bersama keluarga, tidak ada keluhan saat
beraktivitas.
6)Pola Kebiasaan yang mempengaruhi Kesehatan
Klien mengatakan tidak pernah merokok, klien juga mengatakan
tidak pernah minum-minuman keras yang dapat memabukkan. Klien tidak
pernah menggunakan obat-obatan terlarang hanya saja obat-obatan
warung.
7)Pola Istirahat dan Tidur
Lama tidur klien tidak tentu, klien mengatakan lemas dan selalu
tidur siang.
g.Pola Kebiasaan di Rumah Sakit
1)Pola Nutrisi
Frekuensi 3x/hari, klien mengatakan tidak nafsu makan, mual,
makanan yang dihabiskan hanya porsi, jenis makanan ML, BB:38 kg,
TB:157 cm.
2)Pola Personal Hygiene
a)Mandi
Klien mengatakan selama dirawat hanya dilap saja.
b)Oral Hygiene
Frekuensi 2x/hari waktunya pagi dan malam menggunakan
pepsodent.
c)Cuci Rambut
Selama dirawat klien belum pernah cuci rambut.
3)Pola Istirahat dan Tidur
Lama tidur klien tidak tentu, klien mengatakan lemas dan selalu
tidur siang.
4)Pola aktivitas dan latihan
Selama sakit pola aktivitas terganggu, klien lemah karena
penyakitnya. Keluhan dalam beraktifitas seperti pergerakkan dalam
mengenakan pakaian dibantu, mandi dan beraktifitas lainnya dibantu,
misalnya BAK dan BAB.
3.Pengkajian Fisik
a.Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, konjingtiva normal, kornea normal, sclera ikterik, pupil
isokor, otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik,
tidak ada tanda-tanda radang, tidak menggunakan kaca mata, tidak
memakai lensa kontak dan reaksi terhadap cahaya baik.
b.Sistem Pendengaran
Daun telinga normal, tidak ada karakteristik serumen pada
telinga, kondisi telinga baik kanan dan kiri, tidak ada perasaan
penuh di telinga, tinitus tidak ada, fungsi pendengaran normal,
tidak memakai alat Bantu pendengaran.
c.Sistem Wicara
Tidak ada kesulitan dalam bicara, bicara jelas dan
dimengerti.
d.Sistem Pernapasan
Jalan napas bersih, pernapasan tidak sesak, tidak menggunakan
otot-otot bantu pernapasan, frekuensi 20x/menit, irama teratur,
suara napas normal, tidak batuk, tidak ada sputum.
e. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi perifer, nadi 80x/menit, irama teratur, denyut lemah,
tekanan darah 110/70 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis kanan
/ kiri, temperatur hangat, warna kulit kemerahan, pengisian kapiler
1 detik, edema tidak ada, kecepatan denyut apical 80x/menit, irama
teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung, tidak ada sakit
dada.
f.Sistem Hematologi
Hemoglobin:13,1 gr/dl (Normal L : 13-16, P : 12-14 gr/dl)
Hematokrit:39 vol % (Normal L : 40-48, P : 37-43 vol %)
Trombosit:175.000/ul (Normal 150.000-450.000/ul)
Leukosit:5.000/ul (Normal 5.000-10.000/ul)
Klien mengeluh badannya lemas
g.Sistem Saraf Pusat
Tingkat kesadaran composmentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5, tidak
ada peningkatan tekanan intrakranial, tidak ada kelainan.
h.Sistem Pencernaan
1)Keadaan Mulut
Gigi tidak ada caries, tidak menggunakan gigi palsu, lidah
kotor, salifa normal, klien muntah isinya sama dengan makanan yang
di makan, ada mual.
2)Kebiasaan BAB
Klien BAB 1x/hari, bising usus 10x/menit (Normal 5-15x/menit),
warna feces kuning, konsistensi feces lunak, hepar tidak teraba,
abdomen lunak.
3)Sistem Endokrin
Laju endap darah 2 mm/jam, nafas tidak bau keton
4)Sistem Urogenital
Perubahan pola kemih normal, BAK pola rutin 5-6x/menit, jumlah
24 jam, kurang lebih 1.500 cc, warna kuning jernih, tidak ada
distensi kandung kemih.
5) Sistem Integumen
Turgor kulit sedang, warna kulit kemerahan, keadaan rambut
textur kurang, kebersihan cukup.
6)Sistem Muskuloskletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada
sendi, tidak ada fraktur dan tidak ada kelainan bentuk tulang.
7)Sistem Kekebalan dalam Tubuh
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, suhu tubuh 36 0 C,
berat badan sebelum sakit 40 kg, berat badan setelah sakit 38 kg,
tinggi badan 157 cm.
4.Data Penunjang
Hasil Laboratorium tanggal 20 April 2005
Hemoglobin:12.6 gr/d ( Normal : 13 16 ; : 12 14 gr/dl )
Hematokrit:40 VOL % ( Normal : 40 48 ; : 37 43 VOL % )
Trombosit:101.000 / uL( Normal 150.000 450.000 / uL )
Leukosit:3600 / uL ( Normal 5000 10.000 / uL )
Hasil Laboratorium tanggal 21 April 2005
-Pemeriksaan Widal
Thypi O:+ 1/180
Parathypi AO:-
Parathypi BO:-
Parathypi CO:-
Parathypi H:-
Parathypi AH:+ 1/180
Parathypi BH:-
Parathypi CH:-
-Urinalisa
Warna :Kuning
Kejernihan :Keruh
Reaksi / pH:6,5
Berat Jenis :1010
Protein :-
Billirubin :-
Glukosa :-
Keton :-
Darah / Hb:-
Nitrit :-
Urobillinogen :0,1
Leukosit : -
Sedimen :-Leukosit : 2 3
-ERitRosit : 0 1
- Sel epitel : +
-Kristal : -
-Silinder : -
-Hematologi
Hemoglobin : 13,1 gr/dl ( normal L = 13 16 ; P = 12 14 gr/dl
)
Hematokrit : 39 VOL% ( normal L = 40 48 ; P = 37 43 VOL % )
Trombosit : 175.000/uL ( normal 150.000 450.000 / uL )
Leukosit : 5000 / uL ( normal 5000 16.000 / uL )
5. Penatalaksanaan
a. Therapy Cairan: Infus RL
20 tetes / menit
b. Injeksi:- Cefotaxime 2 x 1 gram ( infus perslang IV )
- Rantin2 x 1 ampul ( infus perslang IV )
c. Obat Oral
: - Paracetamol3 x 500 mg
- Primperan Syrup 3 x 1 sendok
d. Diit ML ( Makanan Lunak )
Resume
Klien bernama Nn. D berusia 14 tahun datang keUGD pada tanggal
20 April 2005 pada pukul 18.30 WIB dengan keluhan badan lemas panas
sejak 5 hari yang lalu, panas turun naik, kepala pusing, tidak
nafsu makan, mual & muntah. Hasil pemeriksaan fisik yaitu TD :
100/70 mm Hg ; s :385 0C ; Rr : 22 x / mnt ; N = 84 x / menit ; Hb
= 12.6 gr / dl ; Ht = 40 VOL % ; Trombosit = 101.000 / uL ;
leukosit = 3600 / uL ; Klien di infus RL 20 tetes / menit. Klien
dibawa ke Ruang Pratidina 1 pukul 19.00 WIB dengan keluhan yang
sama, hasil pemeriksaan fisik TD = 100/70 mm Hg; 5 = 38 0C ; n = 84
x / menit ; Respirasi : 22 x / mnt, terapi yang didapat di ruangan
yaitu NFO RL 20 tetes / menit ; injeksi Cefotaxime 2 x 1 gram ;
injeksi Rantin 2 x 1 ampul ; Paracetamol 3 x 500 mg ; Priperan
Syrup 3 x 1 sendok. Kesadaran Compos mentis. Tanggal 21 April 2005
pemeriksaan Hematologi = Hb 13,1 gr/dl ; Ht VOL % ; Trombosit =
175.000 / uL & leukosit = 2700 / UL.
Tetapi pada saat pengkajian tanggal 25 April 2005 jam 11.00 wib
ditemukan data-data sebagai berikut yaitu klien masih terlihat
lemas, klien mengatakan perut sakit dengan skala 4, klien
mengatakan tidak ada nafsu makan & kepalanya pusing, dan klien
tampak bingung dengan penyakitnya. Hasil pemeriksaan fisik yaitu TD
= 110/70 mmHg ; N= 80 x / menit ; S = 36 C ; Rr = 20 x / menit ;
kesadaran compos mentis.
DATA FOKUS
Nama Klien : Nn. D
Umur : 14 tahun
Ruang : Pratidina 1
Tanggal 25 April 2005
Data Obyektif
1. Kesadaran compos Mentis
2. Klien tampak Lemas
3. Klien makan porsi
4. BB sebelum sakit 40 kg & BB setelah sakit 38 kg ; TB =
157 cm
5. Observasi tanda tanda Vital
-TD = 110/70
-S = 36 0C
-Rr = 20 x / menit
-N = 80 x / menit
6. Klien tampak di infus RL 20 tetes / menit di tangan sebelah
kiri.
7. Daerah infus tampak kotor & belutan infus tampak
kotor.
8. Dalam beraktivitas seperti BAK, klien dibantu oleh
ibunya.
9. Klien tampak bingung dengan penyakitnya.
Data Subyektif
1.Klien mengatakan badannya lemas
2.Klien mengatakan perutnya sakit
3.Klien mengatakan kepalanya pusing
4.Klien mengatakan selama dirawat infus belum pernah
digantii
5.Klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakitnya.
ANALISA DATA
Nama Klien
: Nn. D
Umur : 14 tahun
Ruang : Pratidina 1
Tangggal 25 April 2005
1. Data Subyektif
-Klien mengatakan tidak nafsu makan
-Klien mengatakan berat badannya turun selama sakit
Data Obyektif
- Klien makan porsi
- Berat badan setelah sakit 38 kg - Berat badan sebelum sakit 40
kgMasalah:Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Etiologi:Intake yang kurang
2. Data Obyektif
-Klien tampak meringis
-Keadaan umum sakit sedang
-Kesadaran compos mentris
-Observasi TTV : TD = 110/70 mm Hg; Rr = 20 x / menit
S = 360C ; N = 80 x / menit
- Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 21 April 2005
Hb : 13,1 gr / dl
Trombosit : 101.000 / uL
Ht : 39 VOL %
Leukosit : 3600 / uL
Data Subyektif
-Klien mengatakan sakit perut seperti diremas remas hilang
timbul
-Klien mengatakan nyeri pada perut dengan skala 4 yaitu nyeri
sedang.
Masalah : Gangguan rasa nyaman nyeri
Etiologi: Mekanisme patologis
3.Data Subyektif
Klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit infus belum
pernah diganti
Klien mengatakan gatal pada daerah infusData Obyektif
Daerah infus tampak kotor
Plester tampak kotor
Balutan infus tampak kotor
Klien tampak di infus RL 20 tetes/menit ( cairan infus
lancar
Masalah:Risti terjadinya infeksi
Etiologi:Pemasangan infus
4.Data Subyektif
Klien mengatakan badannya lemah
Data Obyektif
Klien tampak lemah
Observasi TTV ( TD = 110/10 mmHg; S=360C; Rr = 20x/mnt ; N =
80x/mnt
Aktivitas klien dibantu
Masalah:Gangguan aktivitas sehari-hari
Etiologi:Kelemahan fisik atau kondisi tubuh yang lemah
5.Data Obyektif
Klien tampak bingung
Klien bertanya pada perawat tentang penyakitnya
Data Subyektif
Klien mengatakan masih bingung tentang penyakitnya
Klien mengatakan kurang mengerti tentang penyakitnya
Masalah:Kurang pengetahuan tentang proses penyakit
Etiologi:Kurangnya informasi
B.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa I:Gangguan Pemenuhan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Tubuh berhubungan dengan Intake yang kurang, ditandai dengan :
Data Subyektif:Klien mengatakan tidak nafsu makan, klien
mengatakan
Data Obyektif:Klien makan porsi ; BB sebelum sakit 40 kg BB
setelah sakit 38 kg
Tanggal ditemukan:25 April 2005
Tanggal teratasi
:26 April 2005
Diagnosa II:Gangguan Rasa Nyaman Nyeri berhubungan dengan
Mekanisme Patologis, ditandai dengan :
Data Subyektif:-Klien mengatakan perut sakit seperti di
remas-remas hilang timbul.
-Klien mengatakan nyeri pada perut dengan skala 4 (empat).
Data Obyektif:Klien tampak menangis ; keadaan umum sakit sedang
; observasi TTV ( TD = 110/10 mmHg N = 80 x/mnt ; S = 360 C ; Rr =
20x/mnt.
Tanggal Ditemukan:25 April 2005
Tanggal Teratasi
:26 April 2005
Diagnosa III:Resiko Tinggi Terjadinya Infeksi berhubungan dengan
Pemasangan Infus, ditandai dengan :
Data Subyektif:Klien mengatakan selama dirawat infus belum
pernah diganti, klien mengatakan gatal pada daerah infus.
Data Obyektif:Daerah infus tampak kotor; plester tampak kotor;
balutan infus tampak kotor; klien tampak IVED RL 20 tetes/menit di
tangan sebelah kiri.
Tanggal Ditemukan:25 April 2005
Tanggal Teratasi
:26 April 2005
Diagnosa IV:Gangguan Aktivitas Sehari-hari berhubungan dengan
kondisi tubuh yang lemah, ditandai dengan :
Data Subyektif:Klien mengatakan badannya lemas
Data Obyektif:Klien tampak lemah; Observasi TTV ( 110/70 mmHg; S
= 360 C; N = 80x/menit; Rr = 20x/menit.
Tanggal Ditemukan:25 April 2005
Tanggal Teratasi
:26 April 2005
Diagnosa V:Kurang Pengetahuan tentang Proses Penyakit
berhubungan dengan kurangnya informasi, ditandai dengan :
Data Subyektif:Klien mengatakan masih bingung tentang
penyakitnya; klien mengatakan kurang mengerti tentang
penyakitnya.
Data Obyektif:Klien tampak bingung; klien bertanya pada perawat
tentang penyakitnya.
Tanggal Ditemukan:25 April 2005
Tanggal Teratasi:26 April 2005
C.Intervensi
Nama Klien : Nn. D
Umur
: 14 tahun
Ruang
: Pratidina
Tanggal 25 April 2005
Diagnosa 1:Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang kurang
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 Jam
diharapkan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria Hasil:- Berat badan meningkat
- nafsu makan meningkat
Intervensi:
1. Kaji keluhan nafsu makan klien
Rasional: Untuk menetapkan cara mengatasinya
2. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim &
dihidangkan dalam keadaan hangat.
Rasional:Membantu mengurangi kelelahan klien & meningkatkan
asupan makanan karena mudah ditelan.
3. Berikan makanan dalam porsi kecil & frekuensi sering
Rasional:Agar klien mempunyai nafsu makan
4. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh klien
setiap hari.
Rasional:Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi klien
5. Ukuran berat badan klien setiap hari (bila memungkinkan)
Rasional:Untuk mengetahui status gizi klien
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit
Rasional:Klien dengan typoid biasa diberikan makanan / diit
makanan lunak
Diagnosa II:Gangguan Rasa Nyaman Nyeri berhubungan dengan
Mekanisme Patologis
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam
diharapkan masalah teratasi.
Kriteria Hasil :
- Rasa nyaman terpenuhi
- Nyeri berkurang / hilang secara bertahap
Perencanaan :
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami klien dengan memberi rentang
nyeri (0-10) biarkan klien menentukan tingkat nyeri.
Rasional:Untuk mengetahui berapa tingkat nyeri yang dialami oleh
klien.
2. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan tenang.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Berikan obat-obatan analgetik (kolaborasi dengan dokter)
Rasional:Obat-obat analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri
klien, perlu adanya kolaborasi dengan dokter karena pemberian obat
merupakan wewenang dokter.
Diagnosa III:Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan
pemasangan infus.
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil:-Infeksi tidak terjadi
-Tidak terjadi phlebitis di sekitar infus atau pada bagian
penusukan.
-Balutan infus bersih
Interfensi :
1.Lakukan teknik aseptic saat melakukan tindakan pemasangan
infus.
Rasional:Teknik aseptik merupakan tindakan preventif terhadap
kemungkinan terjadinya infeksi, tindakan pemasangan infus merupakan
tindakan inventif yang sangat memungkinkan terjadinya infeksi.
2.Observasi tanda-tanda vital
Rasional:Menetapkan data dasar klien, terjadinya peradangan /
infeksi dapat diketahui dan keadaan umum klien.
3.Observasi daerah pemasangan infus setiap hari
Rasional:Monitor tanda-tanda infeksi pada daerah pemasangan
infus.
4.Untuk mengetahui tanda-tanda peradangan / plebitis secara dini
pada daerah pemasangan infus dengan kaji tanda-tanda infeksi.
Rasional:Daerah tusukkan jarum infus merupakan tempat yang mudah
terinfeksi / terkontaminasi sehingga perlu ganti balutan setiap
hari.
5.Amati kelancaran tetesan infus.
Rasional:Dengan memperhatikan kelancaran tetesan infus, perawat
dapat segera mengetahui dan mencari penyebab ketidaklancaran yang
mungkin terjadi sehingga klien terhindar dari phlebitis.
6.Segera cabut jika tampak adanya pembengkakan
Rasional:Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau
penyakit yang lebih lanjut.
Diagnosa IV:Gangguan Aktivitas Sehari-hari berhubungan dengan
kondisi tubuh yang lemah.
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam
diharapkan aktivitas klien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
- Aktivitas klien terpenuhi
- Klien bisa melakukan aktivitas sendiri
Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda vital
Rasional:Untuk menetapkan data dasar klien dan keadaan umum
klien dan juga untuk mengetahui perubahan tekanan darah.
2.Diskusikan dengan klien tentang aktivitas yang dapat
dilakukan.
Rasional:Agar dapat memberikan motivitas / motivasi untuk
meningkatkan tingkat aktivitas.
3.Berikan lingkungan yang tenang.
Rasional:Agar klien merasa nyaman
4.Berikan bantuan aktivitas bila perlu
Rasional:Untuk meningkatkan kemandirian klien.
5.Pertahankan tirah baring bila perlu
Rasional:Istirahat yang cukup dapat mensuplai energi
Diagnosa V:Kurang Pengetahuan tentang Proses Penyakit
berhubungan dengan kurangnya Informasi.
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kurang
lebih 1 jam diharapkan masalah teratasi.
Kriteria Hasil : Klien sudah tidak bingung lagi.
Intervensi :
1.Kaji tingkat pengetahuan klien / keluarga tentang demam
thypoid.
Rasional : Agar mengetahui tingkat pengetahuan klien
2.Kaji latar belakang pendidikan klien
Rasional:Untuk mengetahui tingkat pendidikan klien
3.Beri pendidikan kesehatan pada klien tentang penyakitnya
Rasional:Dengan diberikan penkes pada klien maka klien dapat
mengerti dan memahami tentang penyakitnya.
4.Beri kesempatan kepada klien untuk bertanya
Rasional:Agar klien tidak bingung lagi tentang penyakitnya
5.Berikan kesempatan kepada klien untuk mengulang kembali
penjelasan yang diberikan perawat.
Rasional:Untuk mengetahui tingkat pemahaman klien setelah
diberikan pendidikan kesehatan oleh perawat.
6.Libatkan keluarga dalam proses perubahan klien
Rasional:Dengan melibatkan keluarga untuk ikut peran serta dalam
melakukan perawatan dan pencegahan sehingga klien dan keluarga
tidak terulang lagi adanya penyakit demam thypoid.
7.Lakukan Evaluasi
Rasional:Untuk mengetahui tingkat pengetahui klien setelah
diberikan pendidikan kesehatan oleh perawat.
F. D.Implementasi
Nama Klien:Nn. D
Umur:14 tahun
Ruang:Pratidina 1
G. Tanggal 25 April 2005
Diagnosa Pertama:Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang.
Jam 09.00 WIB
Kaji keadaan umum klien.
R/h : Kesadaran CM ; keadaan umum baik.
Jam 11.30 WIBMemberikan makanan lunak dalam keadaan hangat.
R/h : Klien makan porsi dan ada nafsu makan.
Jam 11.45 WIBMemberikan makanan dalam porsi kecil tapi
sering.
R/h : Klien makan habis porsi.
Jam 14.00 WIBMengukur berat badan klien
R/h : Berat badan klien 38 kg
Jam 16.00 WIBMemberikan makanan lunak dalam keadaan hangat.
R/h : Klien memiliki nafsu makan.
Jam 16.30 WIBMencatat jumlah / porsi makan klien.
R/h : Klien makan habis porsi.
Diagnosa Kedua:Gangguan Rasa Nyaman Nyeri berhubungan dengan
Mekamisme Patologis.
Jam 08.00 WIBMengobservasi, mendata dan mengkaji keadaan
klien
Respon hasil : data-data tercapai dan terpenuhi.
Jam 08.10 WIBMelakukan injeksi cefotaxime 2x1 gr (IV) dan
injeksi rantin 2x1 ampul (perslang infus IV).
Respon hasil : Injeksi telah diberikan perslang infus (IV)
Jam 10.15 WIBMengkaji tingkat nyeri klien dengan memberi rentang
nyeri
Respon hasil : Klien mengatakan tingkat / skala nyeri yang klien
rasakan yitu 4 (empat).
Jam 10.40 WIBMengobservasi tanda-tanda vital
Respon hasil : TD = 110/70 mmHg ; Rr = 20x/menit
S = 360 C ; N = 80x/menit
Jam 13.00 WIBMemberikan posisi yang nyaman pada klien.
Respon hasil : Klien merasa nyaman.
Jam 14.00 WIBMemberikan lingkungan yang tenang.
Respon hasil : Klien merasa nyaman.
Jam 16.00 WIBMengobservasi tanda-tanda vital
Respon hasil : TD = 110/70 mmHg ; Rr = 20x/menit
S = 360 C ; N = 80x/menit
Jam 18.00 WIBMemberikan makan sore. R/h : Makan habis porsi.
Jam 18.10 WIBMemberikan obat oral. R/h : obat habis diminum
Jam 20.00 WIBMelakukan injeksi rantin 2x1 ampul.
R/h : injeksi telah diberikan.
Jam 22.00 WIBMemberikan lingkungan yang tenang
R/h : klien dapat tidur dengan tenang.
Diagnosa Ketiga:Resiko Terjadinya Injeksi berhubungan dengan
Pemasangan Infus.
Jam 09.00 WIBMengobservasi daerah pemasangan infus.
R/h : Daerah infus klien tampak tidak terlalu kotor. Cairan
infus berjalan lancar 20 tetes/mnt.
Jam 10.30 WIBMengobservasi tanda-tanda vital klien.
R/h : TD = 110/70 mmHG ; N = 80x/mnt ; Rr = 20x/mnt ; S =
360C.
Jam 11.30 WIBMengobservasi apakah ada tanda-tanda infeksi.
R/h : Daerah infus klien tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Jam 13.00 WIBMengamati kelancaran tetesan infus.
R/h : Cairan infus berjalan lancar.
Jam 16.00 WIBMengobservasi tanda-tanda vital.
R/h : TD = 100/70 ; N = 80 ; Rr = 20x/mnt ; S 360C
Jam 17.00 WIBMengamati kelancaran tetesan infus.
R/h : Infus RL berjalan lancar 20 tetes/menit.
Diagnosa Keempat:Gangguan Aktivitas sehari-hari berhubungan
dengan Kondisi Tubuh yang Lemah.
Jam 10.30 WIBMemonitor tanda-tanda vital
R/h : TD = 110/70 mmHg ; N = 82x/mnt ;
S = 360C ; Rr = 20x/mnt
Jam 11.30 WIBMemberikan makanan lunak dalam keadaan hangat.
R/h : Makan habis porsi.
Jam 12.00 WIBMengantarkan klien ke kamar mandi untuk BAK.
R/h : Klien BAK di kamar mandi.
Jam 14.00 WIBMemberikan lingkungan yang tenang.
R/h : Klien tidur siang dengan tenang.
Jam 16.00 WIBMengobservasi tanda-tanda vital.
R/h : TD=100/70 mmHg; S=360C; Rr=20x/mnt;
N= 80x/mnt.
Jam 17.00 WIBMemberikan makanan lunak dalam keadaan hangat.
R/h : Makan porsi.
Diagnosa kelima : Kurangnya Pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Jam 13.00 WIB
Mengkaji tingkat pengetahuan klien
R/h : Klien mengatakan masih bingung
Jam 13.10 WIB
Mengkaji latar belakang pengetahuan klien
R/h : Klien mengatakan masih kelas 2 SMP
Tanggal 26 April 2005
Diagnosa Pertama:Gangguan Pemenuhan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan
Tubuh berhubungan intake yang kurang.
Jam 09.00 WIBKaji keadaan umum klien.
R/h : Keadaan umum baik.
Jam 11.30 WIBMemberikan makanan lunak dalam keadaan hangat.
R/h : Klien sudah ada nafsu makan
Jam 11.45 WIBMemberikan makanan lunak dalam porsi kecil tapi
sering.
R/h : Makan habis 1 porsi.
Jam 12.10 WIBMenimbang berat badan klien.
R/h : BB Klien 39 Kg.
Jam 14.00 WIBMemberikan makanan snack.
R/h : Makanan habis.
Diagnosa Kedua:Gangguan Rasa Nyaman Nyeri berhubungan dengan
Mekanisme Patologis.
Jam 09.30 WIBMengkaji keadaan umum klien.
R/h : Keadaan umum sakit sedang.
Jam 10.00 WIBMengkaji tingkat nyeri klien.
R/h : Klien mengatakan skala nyeri 2
Jam 11.10 WIBMengobservasi tanda-tanda vital.
R/h : TD = 110/70 mmHg ; S = 360C ; Rr = 80x/mnt ;
N = 20x/mnt.
Jam 11.40 WIBMemberikan lingkungan yang tenang.
R/h : Klien merasa nyaman.
Jam 13.00 WIBMengobservasi keadaan klien.
R/h : Keadaan klien baik.
Jam 15.00 WIBMengkaji tingkat nyeri klien.
R/h : Klien mengatakan tidak nyeri lagi dengan skala nyeri
nol.
Diagnosa Ketiga:Resiko Tinggi Terjadinya infeksi berhubungan
dengan Pemasangan Infus.
Jam 09.00 WIBMengobservasi tanda-tanda infeksi pada daerah
pemasangan infus.
R/h : Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Jam 10.00 WIBMengamati kelancaran tetesan infus.
R/h : Infus RL berjalan lancar 20 tts/mnt.
Jam 10.30 WIBMengobservasi tanda-tanda vital.
R/h : TD = 110/70 ; S = 360C ; Rr = 20x/mnt ; N = 82x/mnt
Jam 11.45 WIBMengobservasi daerah pemasangan infus.
R/h : Tidak ada tanda-tanda phlebitis.
Jam 13.45 WIBMengamati kelancaran tetesan infus.
R/h : Tetesan infus lancar.
Jam 15.00 WIBInfus klien di off
Diagnosa Keempat:Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan
dengan kondisi tubuh yang lemah.
Jam 09.00 WIBMengkaji keadaan umum klien
R/h : Keadaan umum baik.
Jam 10.30 WIBMengobservasi TTV
R/h : TD = 100/70 mmHg ; N = 80x/mnt ; Rr = 20x/mnt ;
S = 360 C.
Jam 11.00 WIBMembantu klien ke kamar mandi.
R/h : Klien BAK di kamar mandi
Diagnosa Kelima:Kurangnya Pengetahuan berhubungan dengan
Kurangnya Informasi.
Jam 15.25 WIBMelakukan kontrak waktu dengan klien sebelum
Penkes
R/h : Klien mengatakan mau mengikuti penkes
Jam 15.30 WIBMelakukan Penkes Pada Klien.
R/h : Klien mengatakan sudah mengerti tentang demam thypoid.
Jam 15.45 WIBMelakukan evaluasi pada klien
R/h : Klien mengatakan mengerti dan akan melaksanakan penkes
yang telah dijelaskan
E.Evaluasi
Tanggal 25 April 2005
Diagnosa Pertama
S:Klien mengatakan kurang nafsu makan
O:Makan habis porsi
BB 38 kg
A:Masalah nutrisi belum teratasi
P:Tindakan keperawatan dilanjutkan
H. Diagnosa Kedua
S:Klien mengatakan perutnya sakit seperti diremas-remas hilang
timbul
O:Skala nyeri 4
A:Masalah nyeri belum teratasi
P:Tindakan keperawatan dilanjutkan
Diagnosa Ketiga
S:Klien mengatakan infusan belum diganti sejak pertama kali
dirawat ( sudah 6 hari.
O:Balutan infus tampak kotor
Cairan infus berjalan lancar
A:Masalah belum teratasi
P:Tindakan keperawatan dilanjutkan
Diagnosa Keempat
S:Klien mengatakan dalam melakukan aktivitas seperti kekamar
mandi dibantu oleh ibunya.
O:Aktivitas dibantu
A:Masalah aktivitas belum teratasi
P:Tindakan keperawatan dilanjutkan
Diagnosa kelima
S: Klien mengatakan belum mengerti tentang penyakitnya
O: Klien tampak bingung
A: Masalah belum teratasi
P: Tindakan keperawatan dilanjutkan
Tanggal 26 April 2005
Diagnosa Pertama
S:Klien mengatakan nafsu makan ada
O:Makan habis 1 porsi ; BB : 39 kg
A:Masalah nutrisi teratasi
P:Tindakan keperawatan dihentikan
Diagnosa kedua
S:Klien mengatakan perutnya tidak sakit lagi
O:Skala nyeri nol (0)
A:Masalah nyeri teratasi
P:Tindakan keperawatan dihentikan
Diagnosa Ketiga
S:-
O:Infus di off pukul 15.00
A:Masalah teratasi
P:Tindakan keperawatan dihentikan
Diagnosa Keempat
S:Klienmengatakan dapat melakukan aktivitas secara mandiri
O:Klien tampak tidak dibantu lagi dalam beraktivitas
A:Masalah teratasi
P:Tindakan keperawatan di hentikan
Diagnosa Kelima
S:Klien mengatakan sudah mengerti tentang demam Thypoid
O:Klien tampak tidak bingung lagi
A:Masalah teratasi
P:Tindakan keperawatan dihentikan
Klien pulang pukul 16.00 WIB.
Rencana Penyuluhan
Diagnosa Keperawatan:Kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
Topik penyuluhan:Pengertian, Penyebab, Tanda dan Gejala,
Komplikasi & Pencegahan.
Ruang :Pratidina 1
Hari / Tanggal:Selasa, 26 April 2005
Waktu:15 menit
Penyuluhan:Demam Thypoid
Tujuan Umum:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15
menit pengetahuan klien bertambah
Tujuan Khusus:-Klien dapat menjelaskan kembali tentang
pengertian thyopid.
-Klien dapat menjelaskan kembali tentang pengertian thyopid.
-Klien dapat menjelaskan kembali tentang tanda & gejala
thyopid.
-Klien dapat menjelaskan kembali tentang komplikasi thypoid.
-Klien dapat menjelaskan kembali tentang pencegahan thypoid
Materi :
1.Pengertian thypoid
2.Penyebab thypoid
3.Tanda dan Gejala thypoid
4.Komplikasi thypoid
5.Pencegahan thypoid
Kegiatan Belajar :
1.Pembukaan:-Kontrak Waktu
-Persiapan Materi
2.Isi:-Penjelasan Materi
-Tanya Jawab
-Kesimpulan
3.Penutup:Evaluasi
Metode:1.Tanya Jawab
2.Ceramah
3.Diskusi
Media:1.Lembar Balik
2.Riflet
Evaluasi:1.Apa pengertian thypoid
2.Apa penyebab thypoid
3.Apa tanda dan gejala thypoid
4.Apa komplikasi thypoid
. 5. Apa pencegahan thypoid
Materi Penyuluhan
Pengertian
Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus
Penyebab
Penyebab dari thypoid adalah Salmonella Thypi
Tanda dan Gejala
1)Demam selama 10 14 hari
2)Mual ; muntah
3)Diare
4)Perasan tidak enak di perut
5)Lidah kotor
Komplikasi
1)Pendarahan usus
2)Perforasi usus
3)Hepatitis
Pencegahan
1)Jangan makan makanan sembarangan
2)Cuci tangan sebelum makan
3)Budayakan hidup sehat
4)Olah raga yang teratur
5)Banyak istirahat.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini Penulis ingin membahas kesenjangan antara asuhan
keperawatan secara teoritis dengan asuhan keperawatan pada Nn. D,
dengan diagnosa medis typoid sesuai tahap dari proses keperawatan
yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
A.Pengkajian
Dalam pengkajian ini penulis mengkaji klien berdasarkan pada
landasan teoritis dengan diagnosa medis thypoid dan asuhan
keperawatan yang disesuaikan dengan kasus yang ada. Penyebab yang
ada pada teori sama dengan yang ada di kasus yaitu kuman salmonella
thyposa, yang dapat dilihat pada hasil pemeriksaan widal dimana
pada titer 0 yaitu + 1/80. Pada tinjauan teoritis didapatkan
menifestasi klinik demam mendadak 10-14 hari, mual, muntah, diare,
bradikardi relatif, splenomegali, hepatomeghali. Sedangkan pada
tinjauan kasus tidak ditemukan diare, karena pada saat masuk tidak
ada masalah eliminasi dan splenomegali juga tidak ditemukan pada
kasus karena klien baru mengalami penyakit ini.
B.Diagnosa Keperawatan
Menurut teori (Doengoes, 2000), terdapat 6 diagnosa masalah
keperawatan. Adapun diagnosa yang diamil dalam teori terdapat 6
diagnosa sedangkan pada kasus 5 diagnosa.
Diagnosa yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah
:
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses
masuknya kuman. Diagnosa ini tidak ditemukan pada kasus, karena
klien tidak ada keluhan panas (suhu tubuh meningkat) dan keadaan
klien membaik.
Diagnosa dalam teori ada 6, di dalam kasus hanya 5 diagnosa.
Semua diagnosa di kasus tidak ada yang menyimpang sesuai dengan
teori dan kasus sesuai dengan pengkajian dan dikeluhkan oleh klien
pada tanggal 25-26 April 2005.
C.Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, tahap selanjutnya
adalah perencanaan. Dalam perencanaan ini langkah pertama yaitu
memprioritaskan masalah. Adapun prioritas masalah pada kasus Nn. D
tersebut didasarkan oleh kebutuhan dasar menurut Maslow. Masalah
tersebut yaitu gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh ; gangguan rasa nyaman nyeri ; Resti terjadinya infeksi ;
gangguan aktivitas sehari-hari ; kurang pengetahuan tentang proses
penyakit thypoid.
Setelah prioritas masalah ditetapkan maka selanjutnya adalah
merumuskan tujuan. Rasionalisasi penetapan tujuan dan kriteria
hasil yang penulis tetapkan adalah tujuan sesuai dengan teori
SMART. Dengan teori tersebut diharapkan tindakan keperawatan
tindakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan
pada hasil yang ingin dicapai, sehingga tindakan yang dilakukan
tidak menyimpang dari masalah keperawatan yang terjadi, sehingga
tindakan menjadi efektif, efisien dan langsung tertuju pada
pemecahan masalah. Langkah terakhir dalam tahap perencanaan adalah
menentukan rencana tindakan.
Diagnosa I
Diagnosa keperawatan ini, penulis tempatkan pada prioritas
pertama karena pada klien mengalami masalah pencernaan seperti
tidak nafsu makan dan berat badan turun, apabila tidak ditangani
terlebih dahulu intake klien kurang.
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam
diharapkan nutrisi klien terpenuhi. Kriteria hasil yang diharapkan
berat badan klien meningkat dan ada nafsu makan.
Rencana tindakan yang dilakukan yaitu beri makan diit ML, beri
makan sedikit demi sedikit tapi sering.
Diagnosa II
Pada diagnosa keperawatan ini, penulis tempatkan pada prioritas
kedua karena pada klien mengalami nyeri pada perut dengan skala 4,
apabila tidak ditangani maka klien akan merasa tidak nyaman.
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam
diharapkan masalah teratasi. Dengan kriteria hasil rasa nyaman
terpenuhi dan nyeri berkurang / hilang secara bertahap.
Rencana tindakan yang dilakukan yaitu kaji tingkat nyeri klien
dengan memberi rentang nyeri (0-10), berikan posisi yang nyaman dan
berikan obat-obatan analgetik (kolaborasi dengan dokter).
Diagnosa III
Pada diagnosa keperawatan ini, penulis tempatkan pada prioritas
ketiga karena pada klien terpasang IVFD RL 20 tetes/menit pada
tangan kiri, balutan tampak kotor merupakan resiko terjadinya
infeksi.
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi.
Rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu observasi tanda-tanda
vital tiap 6-8 jam, observasi tanda-tanda infeksi, lakukan
perawatan infus tiap hari dengan teknik septik dan aseptik, monitor
infus tiap hari.
Diagnosa IV
Pada diagnosa keperawatan ini, penulis tempatkan pada prioritas
keempat karena melihat klien dalam kelemahan sehingga klien tidak
mampu melakukan aktivitas sendiri.
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam,
klien dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan. Kriteria
hasil yang diharapkan yaitu klien mampu melakukan aktivitas sendiri
tanpa bantuan.
Rencana tindakan yang dilakukan yaitu kaji tanda-tanda vital
klien, berikan bantuan aktivitas bila perlu, berikan lingkungan
yang tenang.
Diagnosa V
Pada diagnosa keperawatan ini, penulis tempatkan pada prioritas
kelima karena klien belum mengerti tentang proses penyakitnya,
klien tampak bingung.
Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15 menit
diharapkan klien mengerti tentang penyakitnya. Kriteria hasil yang
diharapkan klien tidak bingung lagi, pengetahuan klien
bertambah.
Rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu berikan penkes pada
klien, sebelumnya kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya.
Semua rencana tindakan pada diagnosa keperawatan diatas sama
dengan rencana tindakan yang terdapat pada tinjauan teoritis. Namun
ada juga yang disesuaikan dengan keadaan klien dan situasi yang ada
di ruangan.
D.Implementasi
Pada tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana yang telah dibuat, semua tindakan dilakukan
pendokumentaian dalam catatan keperawatan. Adapun uraian dari
setiap pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake yang kurang. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan
untuk mengatasi gangguan pemenuhan nutrisi tidak menemui hambatan,
terlaksananya tindakan sesuai dengan rencana keperawatan
dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara penulis, perawat
ruangan dan klien sendiri.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan mekanisme
psikologis. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan untuk mengatasi
nyeri tidak menemui hambatan, terlaksananya tindakan sesuai dengan
rencana keperawatan dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara
penulis, perawat ruangan dan klien sendiri.
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan
pemasangan infus. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan untuk
mengatasi terjadinya infeksi tidak menemui hambatan terlaksananya
tindakan sesuai dengan rencana keperawatan dikarenakan adanya
kerjasama yang baik antara penulis, perawat ruangan dan klien
sendiri.
4. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi
tubuh yang lemah. Dalam melakukan tindakan keperawatan untuk
diagnosa tersebut penulis tidak mengalami hambatan, karena klien
kooperatif.
5. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit thypoid
berhubungan dengan kurangnya informasi. Dalam mengatasi masalah
tersebut penulis tidak ada hambatan karena klien kooperatif dalam
bertanya tentang penyakitnya.
E.Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana pada
evaluasi ini menilai sejauhmana tujuan perawatan dapat tercapai.
Bentuk evaluasi terbagi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi
hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap
akhir melakukan tindakan keperawatan, sedangkan evaluasi hasil ini
akan memberikan arah apakah rencana tindakan dihentikan,
dimodifikasi atau dilanjutkan. Evaluasi hasil ini dicatat dan dapat
dilihat pada catatan perkembangan yang meliputi aspek subjektif,
objektif, analisa dan planning.
Dari 5 diagnosa keperawatan pada Nn D, ditemukan data bahwa
kelima diagnosa keperawatan tersebut teratasi pada tanggal 26 April
2005 dan klien pulang pukul 16.00 WIB. Diagnosa yang teratasi yaitu
gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang,
ditandai dengan BB klien meningkat dan ada nafsu makan, gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pemasangan infus ditandai
dengan tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Gangguan aktivitas
sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah ditandai
dengan klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri, kurangnya
pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi ditandai dengan klien mengatakan sudah mengerti tentang
penyakitnya dan tidak bingung lagi. Klien pulang tanggal 26 April
2005, Pukul 16.00 WIB.
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Nn. D, di
ruang Pratidina II, Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said
Soekanto Jakarta, bab ini penulis akan menyimpulkan dan
menyampaikan beberapa kesimpulan dan saran guna perbaikan Asuhan
Keperawatan di masa yang akan dating.
A.Kesimpulan
1.Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 25 April 2005 pada
Nn.D data yang didapat yaitu klien mengatakan badan lemas, tidak
nafsu makan, nyeri pada perut dengan skala nyeri 4, pusing dan
klien tampak bingung tentang penyakitnya. Pemeriksaan penunjang
yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa yang tepat pada Nn.D,
yaitu pemeriksaan laboratorium. Hasilnya pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan hasil nilai Hemoglobin, Hematokrit,
Trombosit dan Widal. Penatalaksanaan medis untuk mengatasi typoid
pada Nn.D, yaitu Injeksi Cefotaxime, Injeksi Rantin, Paracetamol
dan Primperan Syrup.
2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada Nn.D sesuai dengan data yaitu gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
mekanisme patologis, resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan
dengan pemasangan infus, gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan
dengan kondisi tubuh yang lemah, kurang pengetahuan tentang proses
penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
3.Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan disusun berdasarkan SMART, yang
bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada klien
dimana dalam penyusunannya penulis melibatkan klien dan perawat
ruangan.
4.Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan yang sudah dibuat dengan
tujuan dan criteria hasil yang diharapkan karena implementasi
dibuat berdasarkan kondisi serta keluhan klien.
5.Evaluasi
Berdasarkan evaluasi yang diperoleh yaitu 5 diagnosa keperawatan
yang muncul pada kasus demam thypoid pada Nn.D dan kelima diagnosa
keperawatan tersebut sudah teratasi.
B.Saran
Setelah dibuat kesimpulan dari pembahasan, maka penulis mencoba
berikan saran sebagai berikut :
1. Untuk perawat ruangan hendaknya lebih memperhatikan klien
tentang perawatan infus tiap hari agar tidak terjadi infeksi dan
gatal-gatal, perawat ruangan juga dapat menempel gambar-gambar yang
berhubungan dengan typoid serta berikan penyuluhan tentang penyakit
typoid.
2. Kepada klien dan keluarga, diharapkan dapat mengikuti anjuran
yang telah diberikan dokter maupun oleh perawat, seperti banyak
istirahat, makan sesuai diit seperti bubur saring, kemudian bubur
kasar dan kemudian nasi sesuai tingkat kesembuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddath, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 2, Jakarta, EGC.
Doengoes E. Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
Jakarta, EGC.
Masyjoer Arief et al, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta,
FK UI.
Suyono Slamet et.al, 2000, Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam,
Jakarta, EGC.
Waspadji Soeparman Sarwono, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,
Jakarta, FK UI.
Kuman salmonella typhi
tubuh manusia
Kuman dimusnahkan oleh
asam lambung
Kuman masuk ke usus halus
Jaringan limfoid plaque
peyeri di ileum terminalis
yang hipertropi
Menyebabkan perdarahan dan perforasi intestinal
Kuman menembus lamina profia
Masuk kealiran limfe mencapai kelenjar limfe mesenterial
Kedarah melalui ductus theroracicus
Salmonella typhi dan endotoksin
Sintesis dan pelepas zat piregen dan leukosit pada jaringan yang
meradang
Demam
PAGE