Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
Bab 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPola hidup sehat merupakan
suatu tuntutan untuk terciptanya masyarakat sehat. Masyarakat yang
sehat disini berarti bahwa sehat tidak hanya secara fisik tetapi
juga mental maupun sosialnya. Di Indonesia, kesadaran dan
pengetahuan masyarakat mengenai pola hidup sehat masih terbatas.
Hal ini terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh suatu penyakit (Harninto, 1997).
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu contoh
penyebabnya. Demam Berdarah dengue telah menjadi wabah nasional
dengan angka mortalitas yang mencapai lebih dari 400 orang (Tri,
2004). Demam dengue dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/ DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfoadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan degue
(dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai
oleh renjatan (syok) (Suhendro, dkk, 2006). Mengingat bahwa wabah
tersebut telah menjadi ancaman yang bersifat nasional dan bahwa
sesungguhnya sudah cukup banyak informasi mengenai cara-cara
pencegahan dan penanggulangan demam berdarah, maka perlu melakukan
tindakan yang lebih agresif dalam mengurangi dan mencegah penyakit
yang mempunyai siklus lima tahunan ini. Di samping itu, dalam
melaksanakan kegiatan pemberantasan penyakit DBD tersebut,
diperlukan peran serta masyarakat, baik untuk membantu kelancaran
pelaksanaannya maupun dalam memberantas jentik nyamuk penularnya di
rumah dan lingkungan masing-masing.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup
kesehatan lingkungan antara lain mencakup: perumahan, pembuangan
kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah,
pembuangan air kotor (limbah) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud
dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk
memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar
merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum
bagi manusia yang hidup di dalamnya (Notoadmodjo, 2003).
Pada tahun 2010, Departemen Kesehatan menetapkan visi Indonesia
Sehat 2010 berdasarkan paradigman sehat, dimana ada 3 pilar yang
perlu diperhatikan, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku
sehat bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi dalam
upaya kesehatan. Salah satu hal yang mempunyai dampak yang besar
dalam derajat kesehatan adalah perilaku hidup sehat, maka upaya
yang dilakukan untuk mengubah perilaku yang tidak sehat di
masyarakat menjadi sehat adalah dengan melalui program Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Astuti, 2013). Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 mencantumkan target
70% rumah tangga sudah mempraktikkan PHBS pada tahun 2014
(Kemenkes, 2011). Dari hasil Riskesdas tahun 2007 dan Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2009 di masyarakat Indonesia masih
sedikit yang mempraktikkan PHBS.
1.2. TujuanTujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih
mengerti dan memahami tentang pencegahan dan penggulangan demam
berdarah dengue (DBD), kesehatan lingkungan dan PHBS di puskesmas
Pekan Labuhan dan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti
kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera
Utara.
1.3. ManfaatMakalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada penulis dan pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang
medis dan masyarakat secara umumnya agar dapat lebih mengetahui dan
memahami lebih dalam mengenai pencegahan dan penggulangan demam
berdarah dengue (DBD), kesehatan lingkungan dan PHBS dan
pengaruhnya bagi kesehatan.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2. Pencegahan Dan Penaggulangan Demam Berdarah Dengue
(DBD)2.1.1.Pengertian Demam BerdarahDemam dengue (dengue fever,DF)
adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau orang
dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri
sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan
limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada
pergerakan bola mata, rasa mengecap yang terganggu, trombositopenia
ringan dan bintik-bintik perdarahan (petekie) spontan.
(Hendarwanto, 1996).Demam berdarah dengue/DBD(dengue henorrhagic
fever, DHF), adalah suatu penyakit trombositopenia infeksius akut
yang parah, sering bersifat fatal, penyakit febril yang disebabkan
virus dengue. Pada DBD terjadi pembesaran plasma yang ditandai
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
tubuh, abnormalitas hemostasis, dan pada kasus yangparah, terjadi
suatu sindrom renjatan kehilangan protein masif (dengue
shocksyndrome), yang dipikirkan sebagai suatu proses imunopatologik
(Halstead, 2007).
2.2 EtiologiDemam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan
oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga
Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30nm
terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat moleku l
4x106(Suhendro, 2006).Terdapat paling tidak 4 tipe serotipe virus
dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat
serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe
terbanyak.Sebagai tambahan, terdapat 3 virus yang ditulari oleh
artropoda (arbovirus) lainnya yang menyebabkan penyakit mirip
dengue (Halstead, 2007).
Tabel 2.1 Vektor dan distribusi geografis penyalit-penyakit
mirip dengue (Halstead, 2007)VirusNama PenyakitVektorDistribusi
TogavirusChikungunyaAedes aegeptyAedes africanusAfrika,
IndiaAsia Tenggara
TogavirusOnyonh-nyongAnoepheles funestusAfrika Timur
FlavivirusWest Nile FeverCulex molestusCulex univittatusEropa,
AfrikaTimur Tengah, India
2.3. Penularan Demam Dengue/ Demam Berdarah DenguePenularan
infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes
(terutama A. Aegepty dan A. Albopticus). Peningkatan kasus setiap
tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tersedianya
tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air,
seperti bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air
lainnya. Beberapa faktor yang diketahui berkaitan dengan transmisi
virus dengue, yaitu:a. Vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan
menggigit, kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari
satu tempat ke tempat lain.b. Penjamu: terdapatnya penderita di
lingkungan, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis
kelamin;c. Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi, kepadatan
penduduk, dan ketinggian di bawah 1000 di atas permukaan
laut(Suhendro,2006). 2.4. PatogenesisPatogenesis terjadinya demam
berdarah dengue hingga saat ini masih diperdebatkan (Suhendro,
2006). Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa
mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinyademam berdarah
dengue dan sindroma syokdengue (dengue shock syndrome). Virus
dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali mungkin memberi gejala demam dengue. Reaksi tubuh
merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi virus. Reaksi
yang amat berbeda tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang
dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal ini Halstead pada
tahun 1973 mengajukan hipotesis yang disebut secondary heterologous
infectionatau sequential infection hypothesis. Hipotesis ini telah
diakui oleh sebagian besar para ahli saat ini (Hendarwanto, 1996).
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah
respon imun humoral. Respon humoral berupa pembentukan antibodi
yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang
dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi.
Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi
virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut antibody
dependent enhancement(ADE). Limfosit T, baik T-helper(CD4) dan
T-sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun seluler terhadap
virus dengue. Diferensiasi T-helper yaitu TH1 akan memproduksi
interferon gamma, interleukin-2 (IL-2) dan limfokin, sedangkan TH2
memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10. Monosit dan makrofag
berperan dalam fagositosis virus. Namun, proses fagositosis ini
menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh
makrofag. Selain itu, aktivasi oleh kompleks imun menyebabkan
terbentuknya senyawa proaktivator C3a dan C5a, sementara
proaktivator C1q, C3, C4, C5-C8, dan C3 menurun.Faktor-faktor di
atas dapat berinteraksi dengan sel-sel endotel untuk menyebabkan
peningkatan permeabilitas vaskular melalui jalur akhir nitrat
oksida. Sistem pembekuan darah dan fibrinolisis diaktivasi, dan
jumlah faktor XII (faktor Hageman) berkurang. Mekanisme
perdarahanpada DBD belum diketahui, tetapi terdapat hubungan
terhadapkoagulasi diseminata intravaskular (dissemintated
intravascular coagulation, DIC) ringan, kerusakan hati, da n
trombositopenia. Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi
melalui mekanisme supresi sumsum tulang, serta destruksi dan
pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulang pada fase
awal infeksi ( 40 kg : 3 ml/kgBB/jam Pantau tanda vital dan
diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam Apabila terjadi
penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan
secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya
hanya memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler
spontan setelah pemberian cairan. Apabila terjadi perburukan klinis
berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok terkompensasi
(compensated shock).2.1.8.2Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan
Syok1 Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4
L/menit secarra nasal. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti
Ringer laktat/asetat secepatnya. Jika tidak menunjukkan perbaikan
klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya (maksimal
30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20ml/kgBB/jam
maksimal 30 ml/kgBB/24 jam. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi
hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan terjadinya
perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen. Jika
terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer
mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi
hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan
tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium. Dalam banyak
kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang
terlalu banyak daripada pemberian yang terlalu sedikit.
Penatalaksanaan demam berdarah dengue (pada dewasa)2 Pasien yang
dicurigai menderita DBD dengan hasil Hb, Ht dan trombosit dalam
batas nomal dapat dipulangkan dengan anjuran kembali kontrol dalam
waktu 24 jam berikutnya Bila keadaan pasien memburuk agar segera
kembali ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya. Sedangkan
pada kasus yang meragukan indikasi rawatnya, maka untuk sementara
pasien tetap diobservasi dengan anjuran minum yang banyak, serta
diberikan infus ringer laktat sebanyak 500cc dalam 4 jam. Setelah
itu dilakukan pemeriksaan ulang Hb, Ht dan trombosit.Pasien dirujuk
ke rumah sakit apabila didapatkan hasil sebagai berikut. Hb, Ht
dalam batas normal dengan jumlah trombosit < 100.000/l atau Hb,
Ht yang meningkat dengan jumlah trombosit < 150.000/l trombosit
dalam batas normal atau menurun. Pemeriksaan dilakukan pada saat
pasien diduga menderita DBD, bila normal maka diulang tiap`hari
sampai suhu turun.
2.9 Komplikasi3
Demam berdarah dengue dapat menyebabkan beberapa komplikasi
sekiranya tidah dirawat dengan benar. Antara komplikasi yang dapat
terjadi adalah ensefalopati, kerusakan hati, kerosakan otak
residual, kejang dan syok.
2.10 Pencegahan dan Penaggulangan DBD
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit DBD merupakan
program nasional yang bersifat lintas sektoral, yang dilaksanakan
hampir di seluruh pelosok tanah air, kecuali di daerah yang
berketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
Daerah ini merupakan daerah bebas DBD, karena pada ketinggian lebih
dari 1000 meter dari permukaan air laut ini, nyamuk Aedes Aegypti
tidak dapat hidup dan berkembang biak. Nyamuk Aedes Aegypti hanya
bisa bertahan hidup dan berkembang di bawah 700 meter di atas
permukaan air laut. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
DBD ini bukan semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah saja,
akan tetapi sudah menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah
dan masyarakat. Sehubungan dengan mewabahnya penyakit DBD di
Indonesia, maka Pemerintah menetapkan Keputusan Menteri No.
581/Menkes/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) dengan tujuan agar pemerintah bersama
masyarakat mampu saling bekerja sama dalam pemberantasan
(pencegahan dan penanggulangan) penyakit DBD di Indonesia.
Upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan
dengan cara tepat guna oleh pemerintah dengan peran serta
masyarakat yang meliputi : (1) pencegahan, (2)penemuan, pertolongan
dan pelaporan, (3) penyelidikan epidemiologi dan pengamatan
penyakit demam berdarah dengue, (4) penanggulangan seperlunya, (5)
penanggulangan lain dan (6) penyuluhan.2.10.1 Pencegahan Pencegahan
dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan tempat umum dengan
melakukan Pemberantasan sarang Nyamuk (PSN) yang meliputi:a)
Menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali,
atau menutupnya rapat-rapat.b) Mengubur barang bekas yang dapat
menampung airc) Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi)d)
Memelihara ikane) Cara-cara lain membasmi jentik.2.10.2 Penemuan,
Pertolongan Dan Pelaporan Penemuan, pertolongan dan pelaporan
penderita penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan oleh petugas
kesehatan dan masyarakat dengan cara-cara sebagai berikut:a)
Keluarga yang anggotanya menunjukkan gejala penyakit demam berdarah
dengue memberikan pertolongan pertama (memberi minum banyak,
kompres dingin dan obat penurun panas yang tidak mengandung asam
salisilat) dan dianjurkan segera memeriksakan kepada dokter atau
unit pelayanan kesehatan.b) Petugas kesehatan melakukan
pemeriksaan, penentuan diagnosa dan pengobatan/perawatan sesuai
dengan keadaan penderita dan wajib melaporkankepada puskesmas.c)
Kepala keluarga diwajibkan segera melaporkan kepada lurah/kepala
desa melalui kader, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan/Kepala Dusun.d)
Kepala asrama, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan, Kepala Dusun yang
mengetahui adanya penderita/tersangka diwajibkan untuk melaporkan
kepada Puskesmas atau melalui lurah/kepala desa.e) Lurah/Kepala
Desa yang menerima laporan, segera meneruskannya kepada
puskesmas.f) Puskesmas yang menerima laporan wajib melakukan
penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit.2.10.3 .
Pengamatan Penyakit Dan Penyelidikan Epidemiologi A) Pengamatan
penyakit dilaksanakan oleh Puskesmas yang menemukan atau menerima
laporan penderita tersangka untuk:a) Memantau situasi penyakit
demam berdarah dengue secara teratur sehingga kejadian luar biasa
dapat diketahui sedini mungkinb) Menentukan adanya desa rawan
penyakit demam berdarah dengue.B) Penyelidikan epidemiologi
dilaksanakan oleh petugas kesehatan dibantu olehmasyarakat, untuk
mengetahui luasnya penyebaran penyakit dan langkah-langkahuntuk
membatasi penyebaran penyakit sebagai berikut:a) Petugas Puskesmas
melakukan penyelidikan epidemiologi.b) Keluarga penderita dan
keluarga lain disekitarnya membantu kelancaran pelaksanaan
penyelidikan.c) Kader, Ketua RT/RW, Ketua lingkungan, Kepala Dusun,
LKMD, membantu petugas kesehatan dengan menunjukkan rumah
penderita/tersangka dan mendampingi petugas kesehatan dalam
pelaksanaan penyelidikan epidemiologi.C) Kepala Puskesmas
melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan adanya kejadian luar
biasa kepada Camat dan Dinas Kesehatan Dati II, disertai rencana
penanggulangan seperlunya.2.10.4 Penaggulagan Penanggulangan
seperlunya dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu oleh masyarakat
untuk membatasi penyebaran penyakit. Jenis kegiatan yang dilakukan
disesuaikan dengan hasil penyelidikan epidemiologi sebagai
berikut:
A) Bila:a) ditemukan penderita/tersangka demam berdarah dengue
lainnya b) ditemukan 3 atau lebih penderita panas tanpa sebab yang
jelas dan ditemukan jentik dilakukan penyemprotan insektisida (2
siklus interval 1 minggu) disertai penyuluhan di rumah
penderita/tersangka dan sekitarnya dalam radius 200 meter dan
sekolah yang bersangkutan bila penderita/tersangka adalah anak
sekolah.B) Bila terjadi Kejadian Luar Biasa atau wabah, dilakukan
penyemprotan insektisida (2 siklus dengan interval 1 minggu) dan
penyuluhan di seluruh wilayah yang terjangkit.C) Bila tidak
ditemukan keadaan seperti di atas, dilakukan penyuluhan di RW/Dusun
yang bersangkutan.Langkah Kegiatan:a) Pertemuan untuk musyawarah
masyarakat desa dan RW/Lingkungan/Dusunb) Penyediaan tenaga untuk
pemeriksa jentik dan penyuluhan untuk dilatihc) Pemantauan hasil
pelaksanaan di tiap RW/lingkungan/Dusun.
3. Kesehatan Lingkungan3.1 Pengertian dan Ruang Lingkup
Kesehatan LingkunganKesehatan lingkungan menurut WHO (World
HealthOrganization) adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus
ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat
dari manusia. Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliput i :
penyediaan air minum, pengelolaan air buangan dan pengendalian
pencemaran, pembuangan sampah padat, pengendalian vektor,
pencegahan/ pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia,
higiene makanan termasuk higiene susu, pengendalian pencemaran
udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja,pengendalian
kebisingan, perumahan dan pemukiman, aspek kesehatan lingkungan dan
transportasi udara, perencanaaan daerah perkotaan, pencegahan
kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan tindakan
sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi / wabah, bencana
alam dan perpindahan penduduk, tindakan pencegahan yang diperlukan
untuk menjamin lingkungan. (Ghandi, 2010)
3.2. Sanitasi DasarSanitasi dasar yaitu sanitasi minimum yang
diperlukan untuk menyehatkan lingkungan pemukiman yang meliputi
penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban),
pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah.
3.2.1 Penyediaan Air BersihAir merupakan salah satu bahan pokok
yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Sumber air yang
banyak dipergunakan oleh masyarakat adalah berasal dari :1. Air
Permukaan, yaitu air yang mengalir di permukaan bumi akan membentuk
air permukaan. Air ini umumnya mendapat pengotoran selama
pengalirannya.2. Air Tanah, secara umum terbagi menjadi : air tanah
dangkal yaitu terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan
tanah, sedangkan air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang
pertama.3. Air Atmosfer/meteriologi/air hujan, dalam keadaan murni
sangat bersih tetapi sering terjadi pengotoran karena industri,
debu dan lain sebagainya. (Waluyo, 2005). Air mempunyai hubungan
yang erat dengan kesehatan. Apabila tidak diperhatikan, maka air
yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu kesehatan
manusia.Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar
tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah
banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan
manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari
kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).
Ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air
sebagai media penularan penyakit yaitu (Kusnoputranto, 1986) :Water
Borne Disease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang
terkontaminasi oleh bakteri pathogenn dari penderita atau karier.
Bila air yang mengandung kuman pathogen terminum maka dapat terjadi
penjangkitan pada orang yang bersangkutan, misalnya Cholera,
Typhoid, Hepatitis dan Dysentri Basiler.2.Water Based Disease,
yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui
persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya
Schistosomiasis.3.Water Washed Disease, yaitu penyakit yang
disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan kebersihan
perseorangan dan air bagi kebersihan alat-alat terutama alat dapur
dan alat makan. Dengan terjaminnya kebersihanoleh tersedianya air
yang cukup maka penularan penyakit-penyakit tertentu pada manusia
dapat dikurangi. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara
penularan, diantaranya : penyakit infeksi saluran pencernaan. Salah
satu penyakit infeksi saluran pencernaan adalah diare. Penyakit
diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya melalui
air (Water borne) dan melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan
air (Water washed). Contoh penyakit ini adalah cholera, thypoid dan
Dysentry basiller.Berjangkitnya penyakit ini erat kaitannya dengan
ketersediaan air untuk makan, minum, memasak dan kebersihan
alat-alat makan. 4.Water Related Insect Vectors, Vektor-vektor
insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit yang
vektornya berkembang biak dalam air, misalnya Malaria, Demam
Berdarah, Yellow Fever, Trypanosomiasis.Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990, yang dimaksud air
bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syaratkesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia
untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan
air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting
bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di
perdesaan.Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah
sebagai berikut :a. Syarat Fisik : tidak berbau, tidak berasab.
Syarat Kimia : Kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0 mg/ l,
kesadahan maksimal 500 mg/lc. Syarat Mikrobiologis : Jumlah total
koliform dalam 100 ml air yang diperiksa maksimal adalah 50 untuk
air yang berasal dari bukan perpipaan dan 10 untuk air yang berasal
dari perpipaan.Sarana air bersih adalah bangunan beserta peralatan
dan perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan
membagi-bagikan air bersih untuk masyarakat. Jenis sarana air
bersih ada beberapa macam yaitu sumur gali, sumur pompa tangan
dangkal dan sumur pompa tangan dalam, tempat penampungan air hujan,
penampungan mata air, dan perpipaan.Air sumur merupakan sumber air
yang paling banyak dipergunakan masyarakat Indonesia. Sumur gali
yang dipandang memenuhi syarat kesehatan ialah (Sanropie, 1986)
:1.Lokasi - Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran misalnya
jamban, tempat pembuangan air kotor, lubang resapan, tempat
pembuangan sampah, kandang ternak dan tempat- tempat pembuangan
kotoran lainnya.- Pada tempat-tempat yang miring misalnya pada
lereng-lereng pegunungan, letak sumur gali diatas sumber
pencemaran- Lokasi sumur gali harus terletak pada daerah yang
lapisan tanahnya mengandung air sepanjang musim.- Lokasi sumur gali
supaya diusahakan pada daerah yang bebas banjir.
2.Konstruksi - Dinding sumur harus kedap air sedalam 3 meter
dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan dari air permukaan.-
Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari
permukaan tanah untuk mencegah rembesan air bekas pemakaian ke
dalam sumur.- Cara pengambilan air dari dalam sumur sedemikian rupa
sehingga dapat mencegah masuknya kotoran kembali melalui alat yang
dipergunakan misalnya pompa tangan, timba dengan kerekan dan
sebagainya.- Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi lantai
dengan tepi luar dinding sumur minimal 1 meter dengan kemiringan ke
arah tepi lantai.- Saluran pembuangan air kotor atau bekas harus
kedap air sepanjang minimal 10 meter dihitung dari tepi sungai.-
Dilengkapi dengan sumur atau lubang resapan air limbah bagi daerah
yang tidak mempunyai saluran penerimaan air limbah. Pengolahan air
untuk keperluan rumah tangga dapat dilakukan dengan sederhana
dengan cara sebagai berikut (Azwar, 1989) :a. Sediakanlah
bahan-bahan seperti pasir, arang aktif (dapat dari batok kelapa,
tawas, kaporit dan bubuk kapur).b. Sediakan pula empat buah kaleng.
Kaleng pertama dipakai untuk menampung air yangakan dibersihkan,
dalam proses pengolahan kedalamnya dibubuhi setengah sendok teh
kaporit, 2 sendok makan tawas yang telah dilarutkan terlebih
dahulu, kemudian kesemuanya diaduk dalam beberapa menit. Setelah
tampak keping-keping bubuhkanlah satu sendok makan bubuk kapur,
kemudian aduk lagi, setelah beberapa menit akan tampak kepingan
yang lebih besar. Setelah itu endapkan selama setengah jam.c. Ke
dalam kaleng kedua yang berisi pasir dialirkan air dari kaleng
pertama.d. Kaleng ketiga adalah sebagai penampung air yang telah
disaring dari kaleng kedua. Air yang mengalir mula-mula keruh,
tetapi lama-lama akan jernih. Air dalam kaleng ketiga ini digunakan
untuk proses pengendapan sisa kotoran yang mungkin ada. e. Kaleng
keempat diisi dengan arang aktif gunanya untuk menghilangkan bau
khlor yang ada.Air yang keluar dari kaleng keempat ini, telah dapat
dipergunakan untuk sumber air bersih.
3.2.2.Pembuangan Kotoran Manusia (Jamban)Yang dimaksud kotoran
manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuhh ini berbentuk tinja (faeces),
air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses
pernafasan.Pembuangan kotoran manusia dalam ilmu kesehatan
lingkungan dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine,
pada umumnya disebut latrine, jamban atau kakus (Notoatmodjo,
2003).Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi
yang cukup pentingperanannya. Ditinjau dari sudut kesehatan
lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat
mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Pembuangan
tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai macam penyakit
seperti : thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang,
kremi, tambang dan pita), schistosomiasis dan
sebagainya.Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam
membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan :
1.Tidak mencemari air- Saat menggali tanah untuk lubang kotoran,
usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air
tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang
kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.- Jarang
lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter- Letak lubang
kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari
lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.- Tidak membuang
air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau,
sungai, dan laut2. Tidak mencemari tanah permukaan- Tidak buang
besar di sembarang tempat,seperti kebun, pekarangan, dekat sungai,
dekat mata air, atau pinggir jalan.- Jamban yang sudah penuh agar
segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian
kotoran ditimbun di lubang galian.3. Bebas dari serangga- Jika
menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap
minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam
berdarah- Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap
dapat menjadi sarang nyamuk. - Lantai jamban diplester rapat agar
tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau
serangga lainnya- Lantai jamban harus selalu bersih dan kering-
Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup4. Tidak
menimbulkan bau dan nyaman digunakan- Jika menggunakan jamban
cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan-
Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus
tertutup rapat oleh air- Lubang buangan kotoran sebaiknya
dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam
lubang kotoran- Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl
licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik 5. Aman
digunakan oleh pemakainya- Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada
penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan batau atau
selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain yang terdapat di
daerah setempat6.Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan
bagi pemakainya- Lantai jamban rata dan miring kearah saluran
lubang kotoran- Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda
lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran- Jangan
mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban
akan cepat penuh- Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut
mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci.7. Tidak menimbulkan
pandangan yang kurang sopan- Jamban harus berdinding dan berpintu-
Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari kehujanan dan kepanasan.3.2.3. Pembuangan Air
LimbahYang dimaksud dengan air limbah, air kotoran atau air bekas
adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang
bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan, dan lazimnya
muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi
(Azwar, 1995). Beberapa sumber air buangan :a. Air buangan rumah
tangga (domestic waste water) Air buangan dari pemukiman ini
umumnya mempunyai komposisi yang terdiri dari ekskreta (tinja dan
urine), air bekas cucian, dapur dan kamar mandi, dimana sebagian
besar merupakan bahan-bahan organik.b. Air buangan kotapraja
(minicipal waste water) Air buangan ini umumnya berasal dari daerah
perkotaan, perdagangan, selokan, tempat ibadah dan tempat-tempat
umum lainnya.c. Air buangan industri (industrial waste water) Air
buangan yang berasal dari berbagai macam industri. Pada umumnya
lebih sulit pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas.
Zat-zat yang terkandung didalamnya misalnya logam berat, zat
pelarut, amoniak dan lain-lain (Entjang, 2000). Dalam kehidupan
sehari-hari pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara
menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa
diolah sebelumnya. Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat
menjadi media perkembangbiakan mikroorganisme pathogen, larva
nyamuk ataupun serangga yyang dapat menjadi media transmisi
penyakit seperti Cholera, Thypus Abdominalis, Dysentri Basiler, dan
sebagainya. Menurut Kusnoputranto (2000), pengelolaan air buangan
yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan
kesehatan masyarakat, yaitu :
1. Terhadap LingkunganAir buangan antara lain mempunyai sifat
fisik, kimiawi, bakteriologis yang dapat menjadi sumber pengotoran,
sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan
pencemaran terhadap air permukaan, tanah, atau lingkungan hidup
lainnya. Disamping itu kadang-kadang dapat menimbulkan bau yang
tidak enak serta pemandangan yang tidak menyenangkan.2. Terhadap
Kesehatan MasyarakatLingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air
buangan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat.
Air buangan dapat menjadi media tempat berkembang biaknya
mikroorganisme pathogen, terutama penyakit-penyakit yang
penularannya melalui air yang tercemar.
3.2.4. Pengelolaan SampahPara ahli kesehatan masyarakat
menyebutkan sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal
dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya
(Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan bahan asalnya, sampah dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :1.Sampah organikSampah organik berasal
dari makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Sampah
organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah
organik kering. Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah
yang mempunyai kandungan air yang cukup tinggi, contohnya kulit
buah dan sisa sayuran. Sementara bahan yang termasuk sampah organik
kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil.
Contoh sampah organik kering diantaranya kertas, kayu atau ranting
pohon dan dedaunan kering.2.Sampah anorganikSampah anorganik bukan
berasal dari makhluk hidup. Sampah ini bisa berasal dari bahan yang
bisa diperbarui dan bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang
termasuk ke dalam kategori ini bisa didaur ulang (recycle) ini
misalnya bahan yang terbuat dari plastik dan logam.Pengelolaan
sampah adalah meliputi penyimpanan, pengumpulandan pemusnahansampah
yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu
kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. a. Penyimpanan
sampahPenyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum
sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang
(dimusnahkan) dan untuk ini perlu disediakan tempat yang berbeda
untuk macam dan jenis sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan
penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya.
Syarat-syarat tempat sampah antara lain : (i) konstruksinya kuat
agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah, (ii)
mempunyai tutup, mudah dibuka, dikosongkan isinya serta
dibersihkan, sangat dianjurkan afar tutup sampah ini dapat dibuka
atau ditutup tanpa mengotori tangan, (iii) ukuran tempat sampah
sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.b.
Pengumpulan sampahPengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari
masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah.
Oleh sebab itu setiap rumah tangga harus mengadakan tempat khusus
untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat
pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan
Sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir
(TPA).Mekanisme, sistem atau cara pengangkutannyauntuk daerah
perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang
didukung oleh partisipan masyarakat produksi sampah, khususnya
dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya
sampah dapat dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan
TPS maupun TPA. Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya dibakar
atau dijadikan pupuk (Notoatmodjo, 2003).c. Pemusnahan
sampahPemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain :(1) ditanam (landfill) yaitu pemusnahan
sampah dengan membuat lubang diatas tanah kemudian sampah
dimasukkan dan ditimbun dengan sampah; (2) dibakar (incenerator)
yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku
pembakaran; (3) dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan
sampah menjadikan pupuk, khususnyauntuk sampah organik daun-daunan,
sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk. Pengelolaan
sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negatif terhadap
masyarakat dan lingkungan. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut antara
lain (Kusnoputranto, 2000) :1.Terhadap KesehatanPengelolaan sampah
yang tidak baik akan menyediakan tempat yang baik bagi
vektor-vektor penyakit yaitu serangga dan binatang-binatang
pengerat untuk mencari makan dan berkembang biak dengan cepat
sehingga dapat menimbulkan penyakit.2.Terhadap Lingkungan- Dapat
mengganggu estetika serta kesegaran udara lingkungan masyarakat
akibat gas-gas tertentu yang dihasilkan dari proses pembusukan
sampah oleh mikroorganisme. - Debu-debu yang berterbangan dapat
mengganggu mata serta pernafasan.- Bila terjadi proses pembakaran
dari sampah maka asapnya dapat mengganggu pernafasan, penglihatan
dan penurunan kualitas udara karena ada asap di udara. - Pembuangan
sampah ke saluran-saluran air akan menyebabkanestetika yang
terganggu, menyebabkan pendangkalan saluran serta mengurangi
kemampuan daya aliran saluran. - Dapat menyebabkan banjir apabila
sampah dibuang ke saluran yang daya serap alirannya sudah menurun.-
Pembuangan sampah ke selokan atau badan air akan menyebabkan
terjadinya pengotoran badan air.3.3. Rumah SehatRumah merupakan
salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan sandang dan
pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta digunakan
untuk berlindung dari gangguan iklim serta makhluk hidup lainnya.
Selain itu rumah juga merupakan tempat berkumpulnya anggota
keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya (Depkes RI,
2002). Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupa n
manusia. (Notoatmodjo, 2007). Rumah harus dapat mewadahi kegiatan
penghuninya dan cukup luas bagi seluruh pemakainya, sehingga
kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan
dengan baik. Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung,
bernaung, dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan
kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial (Sanropie,
dkk, 1989).Rumah sehat menurut Winslow memiliki kriteria, antara
lain : (Chandra, 2007) 1. Dapat memenuhi kebut uhan fisiologis2.
Dapat memenuhi kebutuhan psikologis3. Dapat menghindarkan
terjadinya kecelakaan4. Dapat menghindarkan terjadinya penularan
penyakitHal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002, secara umum rumah
dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut
:1.Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan,
penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan
yang mengganggu.2.Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi
yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan
penghuni rumah.3.Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit
antar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan
tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.4.Memenuhi persyaratan
pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan
luar maupun dalam rumah antara lain persyaratangaris sempadan
jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan
tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.Dalam
pemenuhan kriteria rumah sehat, ada beberapa variabel yang harus
diperhatikan :1. Bahan bangunana. Lantai yang kedap air dan mudah
dibersihkan. Lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi,
sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan
gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Oleh sebab itu, perlu
dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang
tegel, keramik, teraso dan lain-lain. (Notoatmodjo, 2010). b.
Dinding berfungsi sebagai pendukung atau penyangga atap, untuk
melindungi ruangan rumah dari ganggua n serangga, hujan dan angin,
serta melindungi dari pengaruh panas danangin dari luar. Bahan
dinding yang paling baik adalah bahan yang tahan api yaitu dinding
dari batu. (Sanropie, 1989) .c. Langit-langit harus mudah
dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.d. Atap berfungsi untuk
melindungi isi ruangan rumah dari gangguan angin, panas dan hujan,
juga melindungi isi rumah dari pencemaran udara seperti debu, asap
dan lain-lain. Atap yang paling baik adalah atap dari genteng
karena bersifat isolator, sejuk dimusim panas dan hangat di musim
hujan.(Sanropie, 1989).2. VentilasiMenurut Sanropie (1989),
ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini karena
ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama adalah sebagai
lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan
dan keluarnya udara kotor dari dalam keluar (cross ventilation).
Dengan adanya ventilasi silang akan terjamin adanya gerak udara
yang lancer dalam ruangan.Fungsi kedua dari ventilasi adalah
sebagai lubang masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari,
sehingga di dalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari
maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah yang memenuhi
syarat kesehatan, ventilasi mutlak ada.Berdasarkan Notoatmodjo
(2007), ada dua macam cara yang dapat dilakukan agar ruangan
mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu : (i) Ventilasi
alamiah, dimana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara
alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada
dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak
menguntungkan, karenajuga merupakan jalan masuknya nyamuk dan
serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha
lain untuk melindungi penghuninya dari gigitan serangga tersebut.
(ii) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus
untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin
pengisap udara. 3.PencahayaanRumah yang sehat memerlukan cahaya
yang cukup. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama
cahaya matahari, di samping kurang nyaman, juga merupakan media
atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau
dan akhirnya dapat merusak mata. Ada dua sumber cahaya yang dapat
dipergunakan, yakni (i) Cahaya alamiah yaitu matahari. Rumah yang
sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya matahari yang cukup.
Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya
15%-20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. (ii)
Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah,
seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya. (Notoatmodjo,
2007).3. Luas Bangunan RumahLuas lantai bangunan rumah sehat harus
cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan
tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luasbangunan
yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan
kepadatan penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah
satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular
kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum
adalah apabila dapat menyediakan 2,5 3 m2 untuk setiap orang (tiap
anggota keluarga).
4. PHBS4.1 Pengertian PHBSPerilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, yang menjadi seseorang, keluarga,
kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri)
di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat. Dengan demikian, PHBS mencakup beribu-ribu prilaku yang
harus dipraktikan dalam rangka mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.4.2 PHBS di Berbagai TatananDi
atas disebutkan bahwa PHBS mencakup semua prilaku yang harus
dipraktikkan di bidang pencegahan dan penaggulangan penyalit,
penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
gizi, farmasi dan pemeliharaan kesehatan. Prilaku-prilaku tersebut
harus dipraktikkan dimana pun seseorang beradadi rumah tangga, di
institusi pendidikan, di tempat kerja, di tempat umum dan di
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan situasi dan kondisi
yang dijumpai.a. PHBS di Rumah TanggaDi rumah tangga, sasaran
primer harus mempraktikkan prilaku yang dapat menciptakan rumah
tangga ber-PHBS yang mencakup persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap
bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun, pengelolaan air minum dan makan di rumah tangga, menggunakan
jamban sehat (Stop Buang Air Besar Sembarangan/Stop BABS),
pengelolaan limbah cair di rumah tangga, membuang sampah ditempat
sampah, memberantas jentik nyamuk, makan buah dan sayur setiap
hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam
rumah dan lain-lain.
b. PHBS di intitusi PendidikanDi institusi pendidikan (kampus,
sekolah, pesantren, seminar, dan lain-lain), sasaran primer harus
mempraktikan perilaku yang dapat menciptakan institusi Pendidikan
Ber-PHBS, yang mencakup antara lain mencuci tangan menggunakan
sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban
sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
mengonsumsi Nrkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA), tidak meludah sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk
dan lain-lain.c. PHBS di Tempat KerjaDi tempat kerja (kantor,
pabrik dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku
yang dapat menciptakan Tempat Kerja Ber-PHBS, yang mencakup mencuci
tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat,
menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak
merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah sembarang tempat,
memberantas jentik nyamuk, dan lain-lian.d. PHBS di Tempat UmumDi
tenpat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan, terminal, dermaga,
dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikan perilaku yang
dapat menciptakan tempat umum Ber-PHBS yang mencakup mencuci tangan
dengan sabun, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat
sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah di
sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk, dan lain-lain.e. PHBS
di Fasilitas Pelayanan KesehatanDi fasilitas pelayanan kesehatan
(klinik, puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain), sasaran primer
harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan fasilitas
pelayanan kesehatan Ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan
sabun, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah,
tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah di sembarang
tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.
4.3 Pembinaan PHBSPembinaan PHBS diluncurkan oleh Pusat
Penyuluhan Kesehatan pada tahun 1996 dengan menggunakan pendekatan
tatanan sebagai strategi pengembangannya. Untuk masing-masing
tatanan ditetapkan indikator guna mengukur pencapaian pembinaan
PHBSnya. Namun demikian, fokus pembinaan adalah pada PHBS tatanan
rumah tangga.
PHBS tatanan rumah tangga sejak dicanangkan tahun 1996 memiliki
10 indikator yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
imunisasi dan penimbangan balita, memiliki jamban sehat, memiliki
akses air bersih, penanganan sampah, kebersihan kuku, gizi kelurga,
tidak merokok dan menyalagunakan NAPZA, memiliki informasi
PMS/AIDS, memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan/dana sehat. Tahun
2001 indikator PHBS tatanan rumah tangga ini kemudian dikembangkan
menjadi 16 indikator dengan menambahkan indikator-indikator gosok
gigi sebelum tidur, olahraga teratur, memiliki saluran pembuangan
air limbah, ventilasi rumah baik, kepdatan penghuni rumah
kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni dan lantai rumah
bukan tanah. Akan tetapi, indikator baru ini dirasakan terlalu
banyak, sehingga melalui serangkaian pertemuan/diskusi intensif,
uji instrument, uji sistem dan uji statistic untuk melihat
keterkaitan indikator-indikator tersebut dengan penyebab terjadinya
gangguan kesehatan dan angka kesakitan yang dilakukan sejak tahun
2000-2003, dari 16 indikator awal ditetapkan 10 indikator PHBS.
Penetapan indikator dari hasil uji statistic ini, dipilih 10
indikator yang selanjutnya ditetapkan sebagai indikator PHBS di
Rumah Tangga yang baru, yaitu :
1) Persalinan ditolong tenaga kesehatan Ibu bersalin mendapat
pertolongan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dengan peralatan
yang steril, aman, dan bersih guna mencegah infeksi. Bila terjadi
kelainan dalam kandungan dapat dirujuk ke puskesmas atau rumah
sakit pemerintah guna keselamatan ibu dan bayi
2) ASI Eksklusif Bagi Bayi ASI baik untuk tumbuh kembang bayi.
ASI pertama kali berupa cairan bening berwarna kekuningan
(kolostrum) sangat baik untuk bayi karena mengandung kekebalan
terhadap penyakit. Manfaat member ASI bagi ibu adalah dapat
menjalin hubungan kasih sayang, mengurangi perdarahan setelah
persalinan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, mengurangi risiko
kanker payudara.3) Penimbangan Bayi dan Balita tiap Bulan Ini
bertujuan untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat, mencegah
gangguan pertumbuhan balita, untuk mengetahui apakah balita sakit,
berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik. Balita yang berat
badannya dibawah garis merah dicurigai gizi buruk sehingga dapat
dirujuk ke Pukesmas
4) Penggunaan Air Bersih Air bersih untuk kebutuhan sehari-hari
yang berasal dari air kemasan, air ledeng, air pompa, sumur
terlindungi dan memenuhi syarat air bersih yaitu tidak berasa,
tidak berbau, dan tidak berwarna. Sumber air pompa, sumur dan mata
air terlindung berjarak minimal 10 meter dari sumber penecemaran
seperti tempat penampungan kotoran atau limbah. 5) Mencuci Tangan
dengan Air Bersih dan Sabun Mencuci tangan sebelum makan dan
sesudah buang air besar, sebelum dan saat memegang bayi, setelah
menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan.
6) Menggunakan Jamban Sehat Rumah tangga yang menggunakan jamban
leher angsa dengan lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan
akhir dan terpelihara kebersihannya (untuk daerah yang sulit air
dapat menggunakan jamban cemplung). Penggunaan jamban dimaksudkan
agar tidak mengundang datangnya lalat atau serangga lai yang dapat
menajdi penular penyakit
7) Memberantas Jentik Nyamuk Ini bertujuan pemberantasan telur,
jentik Penularan penyakit seperti demam berdarah, chikungunya,
malaria, filariasis (kaki gajah) ditempat-tempat
perkembangbiakannya8) Makan Buah dan Sayur Tiap Hari Semua jenis
sayur bagus untuk dimakan, terutama sayuran berwarna (hijau tua,
kuning, oranye) seperti bayam, kacang panjang, selada hijau atau
daun singkong. Begitu pula dengan buah, semua buah dapat dimakan
terutama yang berwarna (merah, kuning) seperti mangga, papaya,
jeruk, jambu biji, atau apel.9) Melakukan Aktivitas Fisik Setiap
Hari Ini penting untuk pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas
yang dilakukan secara teratur minimal 30 menit setiap hari. Jenis
aktivitas yang dapat dilakukan bisa berupa berjalan kaki, berkebun,
jogging, berenang, push up, main bola, senam, dan angkat beban.
10) Tidak Merokok di Dalam Rumah Ini bisa berdampak pada anggota
keluarga yang ada bersamaan saat merokok di dalam ruangan. Ini
tentu membahayakan karena rokok mengandung 4.000 bahan kimia yang
berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit ke depannya.
4.4 Sasaran Pembinaan PHBSKarena dimasing-masing tatanan
dijumpai masyarakat (yaitu masyarakat tatanan yang bersangkutan),
maka di masing-masing tatanan juga terdapat berbagai peran. Dengan
demikian di masing-masing tatanan dapat dijumpai tiga kelompok
besar sasaran pembinaan PHBS, yaitu sasaran primer, sasaran
sekunder dan sasaran tersier. Sasaran primer berupa sasaran
langsung, yaitu individu anggota masyarakat, kelompok-kelompok
dalam masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan, yang diharapkan
untuk mempraktikan PHBS.Sasarans ekunder adalah mereka yang
memiliki pengaruh terhadap sasaran primer dalam pengambilan
keputusannya untuk mempraktikan PHBS. Termasuk disini adalah para
pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat yang umumnya menjadi
panutan sasaran primer. Sedangkan sasaran tersier adalah mereka
yang berbeda dalam posisi pengambilan keputusan normal, sehingga
dapat memberikan dukungan, baik berupa kebijakan/pengaturan dan
atau sumebr daya dalam proses pembinaan PHBS terhadap sasaran
primer. Mereka sering juga disebut sebagai tokoh masyarakat formal,
yakni orang yang meiliki posisi menetukan dalam struktur formal di
masyarakatnya. Dengan posisinya itu, mereka juga memiliki kemampuan
untuk mengubah sistem nilai dan norma masyarakat melalui
pemebrlakuan kebajikan/pengaturan, disamping menyediakan sarana
yang diperlukan. 4.5 Strategi Pembinaan PHBS Mengembangkan
kebajikan yang berwawasan kesehatan yaitu mengupayakan agar para
penentu kebajikan di berbagai sektor di setiap tingkatan
administrasi menetapkan kebijakan dengan mempertimbangkan dampaknya
terhadap kesehatan masyarakat Menciptakan lingkungan yang mendukung
yaitu mengupayakan agar setiap sektor dalam melaksanakan
kegiatannya mengarah kepada terwujudnya lingkungan sehat Memperkuat
gerakan masyarakat yaitu memberikan dukungan terhadap kegiatan
masyarakat agar lebih berdaya dalam mengendalikan faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan. Mengembangkan kemampuan
individu-individu yaitu mengupayakan agar setiap individu
masyarakat tahu, mau dan mampu membuat keputusan yang efektif dalam
upaya memelihara, meningktakan, serta mewujudkan kesehatannya,
melalui pemberian informasi serta pendidikan dan pelatihan yang
memadai Menata kembali arah pelayanan kesehatan yaitu mengubah pola
pikir serta sistem pelayanan kesehatan masyarakat agar lebih
mengutamkan aspek promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan
aspek kuratif dan rehabilitatif.
BAB 3KESIMPULANDemam berdarah dengue/DBD, adalah suatu penyakit
trombositopenia infeksius akut yang parah, sering bersifat fatal,
penyakit febril yang disebabkan virus dengue. Program Pencegahan
dan Penanggulangan Penyakit DBD merupakan program nasional yang
bersifat lintas sektoral, yang dilaksanakan hampir di seluruh
pelosok tanah air. Penanggulangan Penyakit DBD ini bukan
semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah saja, akan tetapi
sudah menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat. Kesehatan lingkungan menurut WHO adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Ruang lingkup
kesehatan lingkungan meliputi : penyediaan air minum, pengelolaan
air buangan dan pengendalian pencemaran, pembuangan sampah padat,
pengendalian vektor, pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh
ekskreta manusia, higiene makanan termasuk higiene susu,
pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan
kerja,pengendalian kebisingan, perumahan dan pemukiman, aspek
kesehatan lingkungan dan transportasi udara, perencanaaan daerah
perkotaan, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata,
tindakan tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk, tindakan
pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadi
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong
dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, PHBS
mencakup beribu-ribu prilaku yang harus dipraktikan dalam rangka
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
DAFTAR PUSTAKA
International Child Health, 2013. Demam berdarah dengue. Diunduh
dari
http://www.ichrc.org/622-demam-berdarah-dengue-diagnosis-dan-tatalaksana
Rozi Abdullah, Buku Saku Dokter, 2012. Diagnosi Demam Berdarah
Dengue. Diunduh dari
http://bukusakudokter.org/2013/04/12/demam-berdarah-dengue/
Artikel kedokteran, 2012. Komplikasi Demam Berdarah Dengue.
Diunduh dari
http://www.jevuska.com/2012/12/05/demam-berdarah-dengue/
Hendarwanto, 1996. Dengue. Dalam: Noer, Sjaifoellah et al., eds.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I, ed. 3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 417-426.
Mumtaz, K., et al. 2006. Outbreak of Dengue Fever in Karachi
2006: A Clinical Perspective. Journal of Pakistan Medical
Association. Available from:
http://www.jpma.org.pk/full_article_text.php?article_id=1710
Suhendro , Nainggolan, L., Chen, K., dan Pohan, H.T., 2006.
Demam Berdarah Dengue. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi,
I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., eds.. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
1709-1713.Azwar, Azrul, 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan.
PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Depkes RI, 1994. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Kurniawan, Robi Cahyadi, 2006. Patologi Kemiskinan Ironi Sebuah
Negeri. Artikel, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Lampung. Lampung.
Lubis, Siti Rahmah, 2006. Hubungan Higiene Perorangan Pemulung
Makanan Sisa Dengan Infeksi Kecacingan di Kelurahan Padang Bulan
Medan Tahun 2006. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Mukono, HJ, 2004. Higiene dan Sanitasi Hotel dan Restoran.
Airlangga University Press. Surabaya
Muladi, sipon, 2002. Seluk beluk para pemulung di samarinda dan
sekitarnya. Lembaga Penelitian Universitas Mulawarman.
Semarang.
Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Lingkungan. Rineka
Cipta. Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu kesehatan Masyarakat
Prinsip-Prinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmojo, Soekidjo, 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Rineka Cipta. Jakarta.
Sanropie, Gunawan, 1999. Pengawasan Kesehatan Lingkungan
Pemukiman. Direktur Jenderal PPM dan PLP, Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Sarwono, Solita, 2007. Sosiologi Kesehatan Beberapa
konsepbeserta aplikasinya. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Slamet, Juli Sumirat, 2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada
Univercity Press. Yogyakarta.
Sulaiman, 2008. Sampah Mulai Teratasi. www. HarianSumutPos.com
diakses tanggal 7 April 2013
Sumamur, 1995. Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan. CV.
Haji Masagung. Jakarta.
Tohar, Ali, 2003. Profil dan Strategi Pengembangan Sektor
Informal di Kota Medan (Studi Kasus Pedagang Makanan dan
Minuman).Tesis, Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Wahyuningsih, 1999. Rumah Dan Pemukiman. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Diponegoro.
Kementerian Kesehatan RI, 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.Kemenkes, 2011. 10 Pesah Hidup Sehat Dalam Kedaduratan. Jakarta
: Kementerian Kesehatan RI. Diunduh dari:
http://www.unicef.org/indonesia/PHSDalamKedaruratan.pdf
PELKESI, 2011. Buku Pegangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
keluarga Jemaat Bagi Kader Kesehatan Jemaat. Jakarta: Persekutuan
Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia.
Promkes, 2012. Apa itu perilaku hidup bersih dan sehat. Diunduh
dari:
http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/program/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat/82-apa-itu-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat
Promkes, 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga.
Diunduh dari:
http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/program/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat/10-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-di-rumah-tangga
42