8/19/2019 Demam tifoidupload
1/29
BAB I
PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas yang berkepanjangan, ditopang
dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri
sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus,
dan Peyer’s patch. Beberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid
dan demam enterik. Demam paratifoid secara patologik maupun klinis adalah sama dengan
demam tifoid namun biasanya lebih ringan, penyakit ini biasanya disebabkan oleh spesies
Salmonella enteriditis, sedangkan demam enterik dipakai baik pada demam tifoid maupun
demam paratifoid.
Istilah typhoid berasal dari kata unani typhos. !erminologi ini dipakai pada penderita
yang mengalami demam disertai kesadaran yang terganggu. Penyakit ini juga merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan
urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk
serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.
Badan "esehatan Dunia #$%&' memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di
seluruh dunia mencapai ()*++ juta dengan --*)-- ribu kematian tiap tahunnya. Demam
tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun deasa.
/nak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, alaupun gejala yang dialami
anak lebih ringan dari deasa. Di hampir semua daerah endemik, insidensi demam tifoid
banyak terjadi pada anak usia *(0 tahun.
1
8/19/2019 Demam tifoidupload
2/29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Definisi
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh Salmonella typhii. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan
bakteremia tanpa keterlibatan struktur edotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus
mutiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan
Peyer’s patch. #('
II.2 Etiologi dan Predisposisi
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella enterica serevoar !yphi #S. Typhi), bakteri
1ram*negatif. Bakteri ini merupakan famili Enterobacteriaciae. Bakteri ini mempunyai
flagel, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Bakteri ini mempunyai
antigen somatik #&' yng terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen %d #%' yang terdiri dari
protein, dan envelope antigen 2i #"' yang terdiri dari polisakarida. Bakteri ini mempunyai
makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapisan luar dari dinding sel
dan dinamakan endotoksin. #(,3'
Salmonella typhi mempunyai + macam antigen, yaitu 4
a. /ntigen & #/ntigen somatik', yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.
Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin.
/ntigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
b. /ntigen % #/ntigen 5lagella', yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari
kuman. /ntigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap
formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.
2
8/19/2019 Demam tifoidupload
3/29
c. /ntigen 2i yang terletak pada kapsul #envelope' dari kuman yang dapat melindungi
kuman terhadap fagositosis.
Salah satu dari produk gen yang paling spesifik adalah kapsul polisakarida 2i
#virulensi', yang selalu ada sekitar 0-6 dari semua S. Thypi yang terisolasi dan memiliki efek
proteksi melaan aksi bakterisidal dalam serum pasien yang terinfeksi. "apsul ini meupakan
bahan untuk pembuatan vaksin yang telah ada secara komersial.#+,7'
Beberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid yang secara
patologik maupun klinis adalah sama dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan.
Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella paratyphi A dan jarang disebabkan oleh Salmonella
paratyphi B (Schotmulleri) dan Salmonella paratyphi (!irscfel"ii). 8asio terjadinya
penyakit yang disebabkan oleh Salmonella thypi dan Salmonella parathypi adalah (- 4(,
meskipun infeksi Salmonella parathypi meningkat di beberapa bagian di dunia yang mana
belum jelas alasannya. #+'
5aktor*faktor yang mempengaruhi terjadinya demam tifoid yaitu diantaranya
adalah sebagai berikut4
a. 5aktor !ost
9anusia adalah sebagai reservoir bagi kuman Salmonella thypi. !erjadinya penularan
Salmonella thypi sebagian besar melalui makanan:minuman yang tercemar oleh
kuman yang berasal dari penderita atau carrier yang biasanya keluar bersama dengan
tinja atau urine. Dapat juga terjadi trasmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang
berada dalam bakterimia kepada bayinya #Soedarno, 3--3'.
b. 5aktor Agent
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. ;umlah kuman yang dapat
menimbulkan infeksi adalah sebanyak (- < (-0 kuman yang tertelan melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi. Semakin besar jumlah Salmonella thypi
3
8/19/2019 Demam tifoidupload
4/29
yang tertelan, maka semakin pendek masa inkubasi penyakit demam tifoid
#Syahrurahman, (007'.
c. 5aktor Environment
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah tropis
terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar
hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya
penyebaran demam tifoid adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum
dan standart hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah. Berdasarkan
hasil penelitian =ubis, 8. di 8S>D. Dr. Soetomo #3---' menunjukkan baha higiene
perorangan yang kurang, mempunyai resiko terkena penyakit demam tifoid 3-,? kali
lebih besar dibandingkan dengan yang higiene perorangan yang baik.
II. Epide!iologi
Demam tifoid masih merupakan penyakit endemis di berbagai negara yang sedang
berkembang. Diperkirakan lebih dari 3(,@ juta kasus tifoid dan lebih dari 3--.--- kematian
terjadi, yang sebagian besar terjadi di /sia. Selain itu, diperkirakan ,7 juta kasus disebabkan
oleh paratifoid terjadi per tahunnya. Di negara yang berkembang, angka kejadian tifoid
0--:(--.--- per tahun. Studi berdasarkan populasi dari /sia Selatan menunjukkan baha
insidensi tifoid paling tinggi terjadi pada anak A tahun. Sedangkan umur penderita yang
terkena di Indonesia #daerah endemis' dilaporkan antara +*(0 tahun mencapai 0(6. #+'
Salmonella typhi dapat hidup dalam tubuh manusia. Penderita demam tifoid akan
didapatkan Salmonella typhi dalam sirkulasi darah dan sistem gastrointestinal yang dapat
dieksresikannya melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja. Selain itu, ada sebagian orang
yang disebut karier #penderita tifoid yang telah sembuh namun tetap didapatkan bakteri
4
8/19/2019 Demam tifoidupload
5/29
dalam tubuhnya' yang juga dapat mengeksresikannya dalam urin dan tinja. S. thypi hanya
dapat hidup kurang dari ( minggu pada ra# se#age, dan mudah dimatikan dengan
pasteurisasi dan klorinasi #suhu )+o'. #(,'
!erjadinya penularan Salmonella typhi sebagian besar melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita, biasanya keluar bersama*
sama dengan tinja #melalui rute oral fekal'. Di beberapa bagian negara, tiram dan kerang
yang dibudidayakan dalam air yang terkontaminasi oleh limbah juga merupakan salah satu
penyabab penularan.#(,+'
II." Patogenesis
Demam tifoid terjadi melalui masuknya Salmonella thypi bersama makanan atau
minuman ke dalam tubuh melalui mulut.#('
Dosis infeksi pada pecobaan relaan didapatkan sekitar (- * (- 0 bakteri, dengan
periode inkubasi bervariasi dari 7 < (7 hari. Salmonella thypi harus meleati pertahanan
asam lambung untuk mencapai usus halus, suasana asam lambung #p% A 3' merupakan
mekanisme pertahanan yang penting. "eadaan*keadaan sepeti aklorhidiria karena faktor usia,
5
8/19/2019 Demam tifoidupload
6/29
gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor %3, penghambat pompa proton, antasida
dalam jumlah yang besar, akan mengurangi dosis infeksi. #(,+'
Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bila respon
imunitas humoral mukosa Ig / usus kurang baik, maka bakteri melekat pada mukosa dan
kemudian menginvasi mukosa usus halus. Sel 9, sel epitel khusus yang melapisi Peyer’s
patches, merupakan tempat internalisasi dari Salmonella typhi. "emudian bakteri mencapai
folikel limfe usus halus, mengikuti aliran ke kelenjar bening mesenterika, dan kemudian
meleati sirkulasi sistemik via limfatik yang mengakibatkan bakteremia pertama yang
biasanya asimtomatik dan hasil kultur darah biasanya negatif pada saat ini. Bakteri yang
terdapat di pembuluh darah menyebar ke seluruh tubuh dan berkolonisasi di jaringan sistem
retikuloendotelial #8CS' terutama di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami
multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear #makrofag' di dalam folikel limfe, kelenjar
limfe mesenterika, hati, dan limpa.#(,+'
Setelah melalui periode aktu tertentu #periode inkubasi', yang lamanya ditentukan
oleh banyak dan virulensi kuman, serta respon imun host maka Salmonella typhi akan keluar
dari sel fagosit dan melalui duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik #bakteremia
kedua' dengan disertai tanda tanda infeksi sistemik, seperti demam, malaise, dan nyeri perut.
9asa inkubasi biasanya @ sampai (7 hari. Pada saat bakteremia terjadi, Salmonella thypi
dapat menyebar ke seluruh organ. !empat paling sering untuk infeksi sekunder adalah hati,
limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyer’s patches dari ileum terminal. Invasi
kandung empedu dapat terjadi secara langsung dari darah atau retrograde dari empedu.
Ckskresi organisme dari empedu dapat mengnvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan
melalui tinja.#(,+'
"uman masuk ke kandung empedu dan berkembang biak, kemudian secara intermiten
dieksresikan ke lumen usus, kemudian proses yang sama terulang kembali. "arena makrofag
6
8/19/2019 Demam tifoidupload
7/29
sudah teraktifasi dan hiperaktif pada saat fagositosis kuman dilepaskan mediator*mediator
inflamasi yang menimbulkan reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit
kepala, sakit perut, instabilitas vaskular, gangguan mental dan koagulasi. Di plak Peyeri
kuman intra makrofag menginduksi reaksi sensitifitas tipe lambat, hiperplasia jaringan dan
nekrosis jaringan. Proses patologi jaringan ini dapat berkembang sampai ke lapisan serosa
usus sehingga terjadi perforasi usus. Cndotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel
kapiler sehingga timbul gejala neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernapasan dan gangguan
organ lainnya.
Peran endotoksin dalam pathogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut terbukti
dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan
limulus. Diduga endotoksin dari salmonella typhi ini menstimulasi makrofag di dalam hepar,
lien, folikel usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan at*
at lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan kelainan anatomis seperti
nekrosis sel, sistem vaskuler, yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang, kelainan
pada darah dan juga menstimulasi sistem imunologis
II.# $anifestasi Klinis
Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara *7- hari dengan rata rata antara (-
< (7 hari. 9anifestasi klinis bervariasi dari gejala klinis ringan seperti demam yang tidak
terlalu tinggi, malaise, batuk kering sampai gejala klinis yang berat seperti nyeri perut dan
berbagai macam komplikasi. 2ariasi gejala ini disebabkan oleh lamanya sakit sebelum
mendapatkan terapi yang baik, pilihan antimikroba, pajanan sebelumnya atau riayat
imunisasi, virulensi bakteri, banyaknya bakteri yang tertelan, dan status imunologi host .#('
Semua pasien demam tifoid selalu menderita demam pada aal penyakit. Demam
pada demam tifoid biasanya naik perlahan lahan dan banyak orang tua yang melaporkan
7
8/19/2019 Demam tifoidupload
8/29
baha demam lebih tinggi saat sore hari dan malam hari dibandingkan dengan pagi harinya.
Pada minggu kedua biasanya demam tinggi #+0- < 7-- '. Pada demam sudah tinggi, pada
kasus demam tifoid dapat disertai gejala sistem saraf pusat, seperti kesadaran berkabut atau
delirium atau penurunan kesadaran sampai koma. #('
1ejala sistemik lain yang menyertai timbulnya demam adalah nyeri kepala, mialgia,
nyeri perut, hepatosplenomegali, nausea, dan anoreksia. 1ejala gastrointestinal pun
bervariasi. Pada anak, diare dapat terjadi pada stadium aal dan kemudian diikuti dengan
konstipasi. Pada sebagian pasien lidah tampak kotor dengan putih di tengah sedang tepi dan
ujungnya kemerahan #coate" tongue). Pada anak Indonesia lebih banyak dijumpai
hepatomegali dibandingkan splenomegali. #(,+'
Pada 36 kasus, terdapat ruam makulopapular #8ose spot' yang bearna merah
dengan ukuran (* mm, sering kali dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstrimitas, dan
punggung pada orang kulit putih, namun tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak
Indonesia. 8uam ini muncul pada hari ke @ < (- dan bertahan selama 3 < + hari. Bradikardi
relatif jarang dijumpai pada anak. #+'
Bradikardi relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh peningkatan
frekuensi nadi. Patokan yang sering dipakai adalah peningkatan suhu (E tidak diikuti
peningkatan frekuensi nadi ? denyut dalam ( menit.
;ika tidak terjadi komplikasi, gejala klinis akan perlahan lahan menghilang dalam 3
sampai 7 minggu.#+,7'
Common clinical features of thypoid fever in children
Feature Rate (%)
!igh gra"e fever 0
oate" tongue @)
/noreFia @-9untah +0
8
8/19/2019 Demam tifoidupload
9/29
%epatomegali +@
Diare +)
Gyeri abdomen 30
Splenomegali (@
"onstipasi @
Gyeri kepala 7
!abel (. 1ejala "linis Demam !ifoid
II.% Ko!pli&asi
"omplikasi dapat terjadi pada pasien sekitar (-6 * (6 dan biasaya terjadi pada
pasien yang sudah sakit lebih dari 3 minggu. "omplikasi yang paling sering biasanya
perdarahan gastrointestinal, perforasi usus halus, dan ensefalopati tifoid. #3'
Perdarahan gastrointestinal adalah yang paling sering, terjadi lebih dari (-6.
Perdarahan ini berasal dari erosi dari Peyer’s patch yang nekrosis yang menembus dinding
pembuluhd arah usus. Pada sebagian kasus, perdarahan minimal dan dapat diatasi tanpa
pemberian transfusi darah.#(,3'
Perforasi usus halus #biasanya ileum' merupakan komplikasi yang sangat serius, yang
terjadi pada -,6 * +6 pasien. Pada perforasi usus halus ditandai dengan nyeri abdomen
lokal #biasanya pada kuadran kanan baah'. "emudian diikuti muntah, nyeri pada perabaan
abdomen, "efance muscular , dan munculnya gejala peritonitis lain. "omplikasi komplikasi
ini biasanya didahului oleh peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan darah, dan suhu.
Peningkatan dari hitung jenis leukosit # shift to left) dan adanya udara pada foto abdomen +
posisi dapat ditemukan pada perforasi usus halus. #(,3'
Pada aal minggu kedua dari perjalanan penyakit demam tifoid, terjadi nekrosis
superficial yang disebabkan oleh toksis bakteri atau yang lebih utama disebabkan oleh
pembuntuan pembuluh*pembuluh darah kecil oleh hyperplasia sel limfoid #disebut sel tifoid'.
Selanjutnya, mukosa yang nekrotik akan terlepas9ukosa yang nekrotik kemudian
9
8/19/2019 Demam tifoidupload
10/29
membentuk kerak, yang dalam minggu ketiga akan terlepas sehingga membentuk ulkus yang
berbentuk bulat atau lonjong tak teratur dengan sumbu panjang ulkus sejajar dengan sumbu
usus. Pada umumnya ulkus tidak dalam meskipun tidak jarang jika submukosa terkena, dasar
ulkus dapat mencapai dinding otot dari usus bahkan dapat mencapai membrane serosa.
Pada aktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk ulkus, maka
perdarahan yang hebat dapat terjadi atau juga perforasi usus. "edua komplikasi tersebut,
yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan penyebab yang paling sering menimbulkan
kematian pada penderita demam tifoid. 9eskipun demikian, beratnya penyakit demam tifoid
tidak selalu sesuai dengan beratnya ulserasi. Denyut nadi sangat meningkat disertai oleh
peritonitis local maupun umum, maka hal ini menunjukan telah terjadinya perforasi usus.
Sedangkan keringat dingin, gelisah, sukar nernafas dan kolaps dari nadi yang teraba
denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan
"omplikasi neuropsikiatri jarang didapatkan pada demam tifoid anak. Sebagian besar
bermanifestasi gangguan kesadaran, disorientasi, delirium, stupor, bahkan koma. Selain itu,
bisa juga bermanifestasi sebagai ataFia cerebelar ataFia, chorea, tuli, sindrom 1uillain*barre.
9eskipun pasien dengan komplikasi neuropsikiatri bisa berakibat fatal, namun jarang yang
dilaporkan adanya sekuele. #('
%epatitis tifosa asimtomatik dapat dijumpai pada kasus demam tifoid ditandai
peningkatan kadar transaminase yang tidak mencolok. Ikterus dengan atau tanpa disertai
kenaikan kadar transaminase, maupun kolesistitis akut dapat dijumpai, sedang kolesistitis
kronik yang terjadi pada penderita setelah mengalami demam tifoid dapat dikaitkan dengan
adanya penderita karier. #+'
"hosla memberikan kriteria hepatitis tifosa apabila ditemukan + atau lebih gejala
sebagai berikut4
10
8/19/2019 Demam tifoidupload
11/29
(. %epatomegali
3. Ikterik
+. "elainan laboratorium, antara lain 4
a. Bilirubin #H +-,) umol:l'
b. Peningkatan S1&!:S1P!
c. Penurunan indeks aktu prothrombin7. "elainan histopatologi
8elaps dapat terjadi pada *(-6 kasus demam tifoid, biasanya demam timbul kembali
dua sampai tiga minggu setelah masa resolusi. Pada umumnya, relaps lebih ringan
dibandingkan gejala demam tifoid sebelumnya dan lebih singkat.#+'
Sebagian pasien dengan demam tifoid, masih dapat mengeluarkan bakteri Salmonella
thypi melalui urin pada saat sakit maupun sembuh. Bila pasien sudah sembuh, hal ini disebut
pasien karier. Gamun pada anak biasanya jarang terjadi. #+'
TAB$E %. &'PTA*T 'P$&AT&*S
+ TP!&- +EE.
A'do!inal
1astrointestinal perforation
1astrointestinal hemorrhage
%epatitis
holecystitis #usually subclinical'
(ardio)as*+lar
/symptomatic electrocardiographic changes
9yocarditis
Shock
Ne+rops,*-iatri*
Cncephalopathy
Delirium
Psychotic states
11
8/19/2019 Demam tifoidupload
12/29
9eningitis
Impairment of coordination
espirator,
Bronchitis
Pneumonia #Salmonella enterica serotype typhi,
Streptococcus pneumoniae'
He!atologi*
/nemia
Disseminated intravascular coagulation
#usually subclinical'
/t-er
5ocal abscess
Pharyngitis
9iscarriage
8elapse
hronic carriage
!abel 3. "omplikasi Demam !ifoid
II.0 Pe!eri&saan Pen+nang
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi
dalam empat kelompok, yaitu 4
(. Pemeriksaan darah tepi
Pada demam tifoid sering disertai anemia dari yang ringan sampai sedang dengan
peningkatan laju endap darah, gangguan eritrosit normokrom normositer, yang
diduga karena efek toksik supresi sumsum tulang atau perdarahan usus. !idak
selalu ditemukan leukopenia, diduga leukopenia disebabkan oleh destruksi leukosit
oleh toksin dalam peredaran darah. Sering hitung leukosit dalam batas normal dan
12
8/19/2019 Demam tifoidupload
13/29
dapat pula leukositosis, terutama bila disertai komplikasi lain. !rombosit
jumlahnya menurun, gambaran hitung jenis didapatkan limfositosis relatif,
aneosinofilia, dapat shift to the left ataupun shift to the right bergantung pada
perjalanan penyakitnya. S1&! dan S1P! seringkali meningkat, tetapi akan
kembali menjadi normal setelah sembuh. "enaikan S1&! dan S1P! tidak
memerlukan penanganan khusus.
1ambaran sumsum tulang menunjukkan normoseluler, eritroid dan mieloid sistem
normal, jumlah megakariosit dalam batas normal.(,7,)
3. >ji serologis
>ji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid
dengan mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. typhi maupun
mendeteksi antigen itu sendiri. 2olume darah yang diperlukan untuk uji serologis
ini adalah (*+ m= yang diinokulasikan ke dalam tabung tanpa antikoagulan.
9etode pemeriksaan serologis imunologis ini dikatakan mempunyai nilai penting
dalam proses diagnostik demam tifoid. /kan tetapi masih didapatkan adanya variasi
yang luas dalam sensitivitas dan spesifisitas pada deteksi antigen spesifik S. typhi
oleh karena tergantung pada jenis antigen, jenis spesimen yang diperiksa, teknik
yang dipakai untuk melacak antigen tersebut, jenis antibodi yang digunakan dalam
uji #poliklonal atau monoklonal' dan aktu pengambilan spesimen #stadium dini
atau lanjut dalam perjalanan penyakit'.)
Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi 4
a' >ji $idal
>ji serologi standar yang rutin digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap
kuman S.typhi yaitu uji $idal. >ji telah digunakan sejak tahun (?0). Pada uji
$idal terjadi reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi dengan antibodi
yang disebut aglutinin. Prinsip uji $idal adalah serum penderita dengan
pengenceran yang berbeda ditambah dengan antigen dalam jumlah yang sama.
;ika pada serum terdapat antibodi maka akan terjadi aglutinasi. Pengenceran
13
8/19/2019 Demam tifoidupload
14/29
tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam
serum.
9aksud uji idal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
penderita tersangka demam tifoid yaitu
(. /glutinin & #dari tubuh kuman'
3. /glutinin % #flagel kuman'
+. /glutinin 2i #simpai kuman'.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin & dan % yang digunakan untuk
diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan
terinfeksi kuman ini.
Pada demam tifoid mula*mula akan terjadi peningkatan titer antibodi &.
/ntibodi % timbul lebih lambat, namun akan tetap menetap lama sampai
beberapa tahun, sedangkan antibodi & lebih cepat hilang. Pada seseorang yang
telah sembuh, aglutinin & masih tetap dijumpai setelah 7*) bulan, sedangkan
aglutinin % menetap lebih lama antara 0 bulan < 3 tahun. /ntibodi 2i timbul
lebih lambat dan biasanya menghilang setelah penderita sembuh dari sakit. Pada
pengidap S.typhi, antibodi 2i cenderung meningkat. /ntigen 2i biasanya tidak
dipakai untuk menentukan diagnosis infeksi, tetapi hanya dipakai untuk
menentukan pengidap S.typhi.
Di Indonesia pengambilan angka titer & aglutinin J (:7- dengan memakai uji
idal slide aglutination #prosedur pemeriksaan membutuhkan aktu 7 menit'
menunjukkan nilai ramal positif 0)6. /rtinya apabila hasil tes positif, 0)6
kasus benar sakit demam tifoid, akan tetapi apabila negatif tidak menyingkirkan.
Banyak senter mengatur pendapat apabila titer & aglutinin sekali periksa J
(:3-- atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 7 kali maka diagnosis demam
14
8/19/2019 Demam tifoidupload
15/29
tifoid dapat ditegakkan. /glutinin % banyak dikaitkan dengan pasca imunisasi
atau infeksi masa lampau, sedang 2i aglutinin dipakai pada deteksi pembaa
kuman S. typhi #karier'. Banyak peneliti mengemukanan baha uji serologi
idal kurang dapat dipercaya sebab dapat timbul positif palsu pada kasus
demam tifoid yang terbukti biakan darah positif.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi uji Widal yaitu faktor yang
erhuungan dengan penderita dan faktor tekni!"
#aktor yang erhuungan dengan penderita$ yaitu
1" %engoatan dini dengan antiiotik$ pemerian kortiko!teroid"
2" &angguan pementukan antiodi"
3" 'aat pengamilan darah"
4" (aerah endemik atau non endemik"
5" )i*ayat +ak!ina!i"
6" )eak!i anamne!ik$ yaitu peningkatan titer aglutinin pada
infek!i ukan demam akiat infek!i demam tifoid ma!a lalu
atau +ak!ina!i"
#aktor teknik$ yaitu
1" Akiat aglutinin !ilang"
2" 'trainSalmonella
yang digunakan untuk !u!pen!i antigen"
3" ,eknik pemerik!aan antar laoratorium"
-eerapa keterata!an uji Widal ini adalah.
/egatif %al!u
%emerian antiiotika yang dilakukan !eelumnya ini kejadian
paling !ering di negara kita$ demam ka!ih antiiotika
15
8/19/2019 Demam tifoidupload
16/29
nggak !emuh dalam 5 hari te! Widal menghalangi re!pon
antiodi"
%adahal !eenarnya i!a po!itif jika dilakukan kultur darah"
%o!itif %al!u
-eerapa jeni! !erotipe 'almonella lainnya mi!alnya '" paratyphi
A$ -$ memiliki antigen dan juga$ !ehingga menimulkan
reak!i !ilang dengan jeni! akteri lainnya$ dan i!a menimulkan
ha!il po!itif pal!u fal!e po!iti+e"
%adahal !eenarnya yang po!itif kuman non '" typhi ukan
tifoid"
b' !es !>BCK
!es !>BCKL merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang
sederhana dan cepat #kurang lebih 3 menit' dengan menggunakan partikel yang
berarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan
menggunakan antigen &0 yang benar*benar spesifik yang hanya ditemukan pada
Salmonella serogrup D. !es ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut
karena hanya mendeteksi adanya antibodi Ig9 dan tidak mendeteksi antibodi
Ig1 dalam aktu beberapa menit.
$alaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes !>BCKL ini,
beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan baha tes ini mempunyai
sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji $idal. Penelitian oleh
=im dkk #3--3' mendapatkan hasil sensitivitas (--6 dan spesifisitas (--6.(
Penelitian lain mendapatkan sensitivitas sebesar @?6 dan spesifisitas sebesar
16
8/19/2019 Demam tifoidupload
17/29
?06.0 !es ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk
pemeriksaan secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di
negara berkembang.)
/da 7 interpretasi hasil 4
Skala 3*+ adalah Gegatif Borderline. !idak menunjukkan infeksi demam tifoid. Sebaiknya
dilakukan pemeriksaan ulang +* hari kemudian.
Skala 7* adalah Positif. 9enunjukkan infeksi demam tifoid
Skala H ) adalah positif. Indikasi kuat infeksi demam tifoid
Penggunaan antigen -0 =PS memiliki sifat* sifat sebagai berikut4
Immunodominan yang kuat
Bersifat thymus independent tipe (, imunogenik pada bayi #antigen 2i dan % kurang
imunogenik' dan merupakan mitogen yang sangat kuat terhadap sel B.
Dapat menstimulasi sel limfosit B tanpa bantuan limfosit ! sehingga respon antibodi dapat
terdeteksi lebih cepat.
=ipopolisakarida dapat menimbulkan respon antibodi yang kuat dan cepat melalui aktivasi
sel B via reseptor sel B dan reseptor yang lain.
Spesifitas yang tinggi #0-6' dikarenakan antigen -0 yang jarang ditemukan baik di alam
maupun diantara mikroorganisme
"elebihan pemeriksaan menggunakan tes !>BCK 4
9endeteksi infeksi akut Salmonella
9uncul pada hari ke + demam
Sensifitas dan spesifitas yang tinggi terhadap kuman Salmonella
17
8/19/2019 Demam tifoidupload
18/29
Sampel darah yang diperlukan relatif sedikit
%asil dapat diperoleh lebih cepat
c' 9etode en/yme immunoassay #CI/' D&!
>ji serologi ini didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik Ig9
dan Ig1 terhadap antigen &9P - kD S. typhi. Deteksi terhadap Ig9
menunjukkan fase aal infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi
terhadap Ig9 dan Ig1 menunjukkan demam tifoid pada fase pertengahan
infeksi. Pada daerah endemis dimana didapatkan tingkat transmisi demam tifoid
yang tinggi akan terjadi peningkatan deteksi Ig1 spesifik akan tetapi tidak dapat
membedakan antara kasus akut, konvalesen dan reinfeksi. Pada metode
Typhi"ot0' 1 yang merupakan modifikasi dari metode Typhi"ot 1 telah dilakukan
inaktivasi dari Ig1 total sehingga menghilangkan pengikatan kompetitif dan
memungkinkan pengikatan antigen terhadap Ig 9 spesifik.
Penelitian oleh Puraningsih dkk #3--(' terhadap 3-@ kasus demam tifoid
baha spesifisitas uji ini sebesar @).@76 dengan sensitivitas sebesar 0+.()6,
nilai prediksi positif sebesar ?.-)6 dan nilai prediksi negatif sebesar 0(.))6. ()
Sedangkan penelitian oleh 1opalakhrisnan dkk #3--3' pada (77 kasus demam
tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 0?6, spesifisitas sebesar @).)6
dan efisiensi uji sebesar ?76. Penelitian lain mendapatkan sensitivitas sebesar
@06 dan spesifisitas sebesar ?06.
>ji dot CI/ tidak mengadakan reaksi silang dengan salmonellosis non*tifoid
bila dibandingkan dengan $idal. Dengan demikian bila dibandingkan dengan
uji $idal, sensitivitas uji dot CI/ lebih tinggi oleh karena kultur positif yang
bermakna tidak selalu diikuti dengan uji $idal positif. Dikatakan baha
18
8/19/2019 Demam tifoidupload
19/29
Typhi"ot0' 1 ini dapat menggantikan uji $idal bila digunakan bersama dengan
kultur untuk mendapatkan diagnosis demam tifoid akut yang cepat dan akurat.
Beberapa keuntungan metode ini adalah memberikan sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi dengan kecil kemungkinan untuk terjadinya reaksi silang
dengan penyakit demam lain, murah #karena menggunakan antigen dan
membran nitroselulosa sedikit', tidak menggunakan alat yang khusus sehingga
dapat digunakan secara luas di tempat yang hanya mempunyai fasilitas
kesehatan sederhana dan belum tersedia sarana biakan kuman. "euntungan lain
adalah baha antigen pada membran lempengan nitroselulosa yang belum
ditandai dan diblok dapat tetap stabil selama ) bulan bila disimpan pada suhu
7M dan bila hasil didapatkan dalam aktu + jam setelah penerimaan serum
pasien.)
d' 9etode en/yme0lin2e" immunosorbent assay #C=IS/'
>ji Cnyme*=inked Immunosorbent /ssay #C=IS/' dipakai untuk melacak
antibodi Ig1, Ig9 dan Ig/ terhadap antigen =PS &0, antibodi Ig1 terhadap
antigen flagella d #%d' dan antibodi terhadap antigen 2i S. typhi. >ji C=IS/
yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya antigen S. typhi dalam spesimen
klinis adalah "ouble antibo"y san"#ich C=IS/. haicumpa dkk #(003'
mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 06 pada sampel darah, @+6 pada
sampel feses dan 7-6 pada sampel sumsum tulang. Pada penderita yang
didapatkan S. typhi pada darahnya, uji C=IS/ pada sampel urine didapatkan
sensitivitas )6 pada satu kali pemeriksaan dan 06 pada pemeriksaan serial
serta spesifisitas (--6.(? Penelitian oleh 5adeel dkk #3--7' terhadap sampel
urine penderita demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar (--6
pada deteksi antigen 2i serta masing*masing 776 pada deteksi antigen &0 dan
19
8/19/2019 Demam tifoidupload
20/29
antigen %d. Pemeriksaan terhadap antigen 2i urine ini masih memerlukan
penelitian lebih lanjut akan tetapi tampaknya cukup menjanjikan, terutama bila
dilakukan pada minggu pertama sesudah panas timbul, namun juga perlu
diperhitungkan adanya nilai positif juga pada kasus dengan Brucellosis.)
e' Pemeriksaan dipstik
>ji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda dimana
dapat mendeteksi antibodi Ig9 spesifik terhadap antigen =PS S. typhi dengan
menggunakan membran nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi
sebagai pita pendeteksi dan antibodi Ig9 anti0human immobili/e" sebagai
reagen kontrol. Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang sudah
distabilkan, tidak memerlukan alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat
yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium yang lengkap. 7,3-
Penelitian oleh 1asem dkk #3--3' mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar
)0.?6 bila dibandingkan dengan kultur sumsum tulang dan ?).6 bila
dibandingkan dengan kultur darah dengan spesifisitas sebesar ??.06 dan nilai
prediksi positif sebesar 07.)6.3- Penelitian lain oleh Ismail dkk #3--3' terhadap
+- penderita demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 0-6 dan
spesifisitas sebesar 0)6.3( Penelitian oleh %atta dkk #3--3' mendapatkan rerata
sensitivitas sebesar ).+6 yang makin meningkat pada pemeriksaan serial yang
menunjukkan adanya serokonversi pada penderita demam tifoid.33 >ji ini
terbukti mudah dilakukan, hasilnya cepat dan dapat diandalkan dan mungkin
lebih besar manfaatnya pada penderita yang menunjukkan gambaran klinis
tifoid dengan hasil kultur negatif atau di tempat dimana penggunaan antibiotika
tinggi dan tidak tersedia perangkat pemeriksaan kultur secara luas.)
+. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman
20
8/19/2019 Demam tifoidupload
21/29
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi
dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari
rose spots. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih mudah
ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada aal penyakit, sedangkan pada
stadium berikutnya di dalam urine dan feses.
%asil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil negatif tidak
menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya tergantung pada beberapa faktor.
5aktor*faktor yang mempengaruhi hasil biakan meliputi #(' jumlah darah yang
diambil #3' perbandingan volume darah dari media empedu dan #+' aktu
pengambilan darah.
2olume (-*( m= dianjurkan untuk anak besar, sedangkan pada anak kecil
dibutuhkan 3*7 m=. Sedangkan volume sumsum tulang yang dibutuhkan untuk
kultur hanya sekitar -.*( m=. Bakteri dalam sumsum tulang ini juga lebih sedikit
dipengaruhi oleh antibiotika daripada bakteri dalam darah. %al ini dapat
menjelaskan teori baha kultur sumsum tulang lebih tinggi hasil positifnya bila
dibandingkan dengan darah alaupun dengan volume sampel yang lebih sedikit
dan sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya. 9edia pembiakan yang
direkomendasikan untuk S.typhi adalah media empedu # gall ' dari sapi dimana
dikatakan media 1all ini dapat meningkatkan positivitas hasil karena hanya S.
typhi dan S. paratyphi yang dapat tumbuh pada media tersebut.
Biakan darah terhadap Salmonella juga tergantung dari saat pengambilan pada
perjalanan penyakit. Beberapa peneliti melaporkan biakan darah positif 7-*?-6
atau @-*0-6 dari penderita pada minggu pertama sakit dan positif (-*-6 pada
akhir minggu ketiga. Sensitivitasnya akan menurun pada sampel penderita yang
21
8/19/2019 Demam tifoidupload
22/29
telah mendapatkan antibiotika dan meningkat sesuai dengan volume darah dan
rasio darah dengan media kultur yang dipakai. Bakteri dalam feses ditemukan
meningkat dari minggu pertama #(-*(6' hingga minggu ketiga #@6' dan turun
secara perlahan. Biakan urine positif setelah minggu pertama. Biakan sumsum
tulang merupakan metode baku emas karena mempunyai sensitivitas paling tinggi
dengan hasil positif didapat pada ?-*06 kasus dan sering tetap positif selama
perjalanan penyakit dan menghilang pada fase penyembuhan. 9etode ini terutama
bermanfaat untuk penderita yang sudah pernah mendapatkan terapi atau dengan
kultur darah negatif sebelumnya. Prosedur terakhir ini sangat invasif sehingga tidak
dipakai dalam praktek sehari*hari. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan kultur
pada spesimen empedu yang diambil dari duodenum dan memberikan hasil yang
cukup baik akan tetapi tidak digunakan secara luas karena adanya risiko aspirasi
terutama pada anak. Salah satu penelitian pada anak menunjukkan baha
sensitivitas kombinasi kultur darah dan duodenum hampir sama dengan kultur
sumsum tulang.
"egagalan dalam isolasi:biakan dapat disebabkan oleh keterbatasan media yang
digunakan, adanya penggunaan antibiotika, jumlah bakteri yang sangat minimal
dalam darah, volume spesimen yang tidak mencukupi, dan aktu pengambilan
spesimen yang tidak tepat.
$alaupun spesifisitasnya tinggi, pemeriksaan kultur mempunyai sensitivitas yang
rendah dan adanya kendala berupa lamanya aktu yang dibutuhkan #*@ hari' serta
peralatan yang lebih canggih untuk identifikasi bakteri sehingga tidak praktis dan
tidak tepat untuk dipakai sebagai metode diagnosis baku dalam pelayanan
penderita.
22
8/19/2019 Demam tifoidupload
23/29
7. Pemeriksaan kuman secara molekuler
9etode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang akurat adalah mendeteksi DG/
#asam nukleat' gen flagellin bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi
asam nukleat atau amplifikasi DG/ dengan cara polymerase chain reaction #P8'
melalui identifikasi antigen 2i yang spesifik untuk S. typhi.
Penelitian oleh %aNue dkk #(000' mendapatkan spesifisitas P8 sebesar (--6
dengan sensitivitas yang (- kali lebih baik daripada penelitian sebelumnya dimana
mampu mendeteksi (* bakteri:m= darah. Penelitian lain oleh 9assi dkk #3--+'
mendapatkan sensitivitas sebesar )+6 bila dibandingkan dengan kultur darah
#(+.@6' dan uji $idal #+.)6'.
"endala yang sering dihadapi pada penggunaan metode P8 ini meliputi risiko
kontaminasi yang menyebabkan hasil positif palsu yang terjadi bila prosedur teknis
tidak dilakukan secara cermat, adanya bahan*bahan dalam spesimen yang bisa
menghambat proses P8 #hemoglobin dan heparin dalam spesimen darah serta
bilirubin dan garam empedu dalam spesimen feses', biaya yang cukup tinggi dan
teknis yang relatif rumit. >saha untuk melacak DG/ dari spesimen klinis masih
belum memberikan hasil yang memuaskan sehingga saat ini penggunaannya masih
terbatas dalam laboratorium penelitian.
II. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam, gangguan
gastrointestinal, dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran, dengan kriteria ini
maka seorang klinisi dapat membuat diagnosis tersangka demam tifoid. Diagnosis devinitif
23
8/19/2019 Demam tifoidupload
24/29
demam tifoid dapat ditegakkan dengan isolasi S. typhi dari darah atau dari lesi anatomi
lainnya. %asil dari kultur darah positif pada 7-*)-6 kasus demam tifoid pada minggu aal
perjalanan penyakit, dan kultur urin maupun feses positif setelah minggu pertama. Gamun
biakan yang dilakukan pada urin dan fese, kemungkinan keberhasilan lebih kecil. Biakan
spesimen yang berasal dari aspirasi sumsum tulang mempunyai sensitivitas tertinggi, hasil
positid didapat pada 0-6 kasus. /kan tetapi prosedur ini sangat invasif. #('
%asil dari laboratorium biasanya nonspesifik. ;umlah leukosit biasanya rendah,
namun jarang dibaah +---:u=+. !rombositopeni sering dijumpai, kadang kadang
berlangsung selama beberapa minggu. #('
>ji serologi $idal suatu metode serologik yang memeriksa antibodi aglutinasi
terhadap antigen somatik #&', flagela #%' banyak dipakai untuk membuat diagnosis demam
tifoid. Pemeriksaan ini memiliki sensitifitas dan spesifitas yang rendah bila di daerah endemis
karena dapat timbul positif palsu pada daerah endemis.. Di Indonesia pengambilan angka titer
& aglutinin H (:7- dengan memakai uji $idal menunjukkan nilai ramal positif 0)6. Banyak
tempat yang mengatakan jika titer & aglutinin sekali periksa H (:3-- atau pada titer sepasang
teradi kenaikan 7 kali maka diaganosis demam tifoid dapat ditegakkan. /glutinin % banyak
dikaitkan dengan pasca imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang 2i aglutinin dipakai pada
deteksi pembaa kuman S. typhi #karier'. #('
Banyak peneliti menegmukakan baha uji serologik $idal kurang dapat dipercaya
sebab dapat timbul positif palsu pada daerah endemis, dan sebaliknya dapat timbul negatif
paslu pada kasus deman tifoid yang terbukti dengan biakan darah positif.
II.3 Diagnosis Banding
Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit dapat menjadi diagnosis
bandingnya yaitu influena, gastroenteritis akut, bronkitis, bronkopneumonia. Beberapa
24
8/19/2019 Demam tifoidupload
25/29
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme intraseluler seperti tuberkulosis, malaria,
bruselosis, dan infeksi virus seperti demam dengue, hepatitiss akut juga perlu dipikirkan. #(,+'
II.14 Penatala&sanaan
Pada area yang endemis, lebih dari )-*0-6 kasus demam tifoid dapat diraat di
rumah dengan tirah baring dan antibiotik. Sedangkan untuk pasien yang diraat di rumah
sakit, pemberian antibiotik yang baik, pemenuhan kebutuhan cairan, elektrolit, dan nutrisi
yang cukup serta observasi kemungkinan timbulnya kompikasi perlu dilakukan. Pengobatan
antibiotik merupakan pengobatan utama karena pada dasarnya patogenesis infeksi
Salmonella typhi berhubungan dengan keadaan bakteremia. #('
"loramfenikol masih merupakan pilihan pertama pada pengobatan penderita demam
tifoid. Dosis yang diberikan adalah (--mg:kgBB:hari dibagi dalam 7 kali pemberian selama
(- < (7 hari atau sampai *@ hari setelah demam turun, sedangkan pada kasus malnutrisi,
pengobatan dapat berlangsung hingga 3( hari. Salah satu kelemahan kloramfenikol adalah
tingginya angka relaps dan karier. #('
/khir akhir ini cefiFime oral (- < ( mg:kgBB:hari selama (- hari dpat diberikan
sebagai alternatif, terutama apabila jumlah leukosit A 3---: ul atau dijjumpai resistensi
terhadap S.thypi. #('
Pada demam tifoid kasus berat seperti delirium , obtundasi, stupor, koma, pemberian
deksametason intravena #+ mg:kgBB diberikan dalam +- menit untuk dosis aal,
dilanjutkand engan ( mg:kg tiap ) jam sampai 7? jam' disamping antibiotik yang memadai,
dapat menurunkan angka mortalitias dari +6* 6 menjadi (-6. #('
Demam tifoid dengan komplikasi perdarahan usus kadang kadang memerlukan
transfusi darah. =aparatomi harus segera dilakukan pada perforasi usus disertai penambahan
metronidaol dapat memperbaiki prognosis. !ransfusi trombosit dianjurkan untuk pengobatan
25
8/19/2019 Demam tifoidupload
26/29
trombositopenia yang dianggap cukup berat hingga menyebabkan perdarahan saluran cerna
pada pasien pasien yang masih dalam pertimbangan untuk dilakukan intervensi bedah.1
/mpisilin atau amoksisilin dosis 7- mg:kgBB:hari dalam + dosis peroral ditambah
dengan probenecid +- mg:kg:hari dalam + dosis peroral atau !9P*S9O selama 7 < ) minggu
memberikan angka kesembuhan ?-6 pada karier tanpa penyakit saluran empedu. Bla
terdapat kolelitiasis, pemberian antibiotik saja jarang berhasil, kolesistektomi dianjurkan
setelah pemberian antibiotik #ampisilin 3--mg:kgBB:hari dalam 7*) dosis I2 selama @ < (-
hari', setelah kolesistektomi dilanjutkan dengan amoksisilin +- mg:kgBB:hari dalam + dosis
peroral selama +- hari. #('
II.11 Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan
sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di negara berkembang, angka mortalitasnya H(-6
biasanya karena keterlambatan diagnosis, peraatan, dan pengobatan. 9unculnya kompikasi
mengakibatkan morboditas dan mortalitas yang tinggi. #(,+'
$alaupun mendapat terapi yang sesuai, relaps dapat timbul beberapa kali pad 3*76
kasus. Individu yang mengeluarkan Salmonella thypi H + bulan setelah infeksi umumnya
menjadi karier kronis. 8isiko menjadi karier pada anak * anak rendah #A36 pada anak * anak
yang terinfeksi' dan meningkat sesuai usia. "arier urin kronis juga dapat terjadi pada individu
dengan skistosomiasis. #+'
II.12 Pen*ega-an
Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan terinfeksi Salmonella thypi, maka
setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yag dikonsumsi.
26
8/19/2019 Demam tifoidupload
27/29
Salmonella thypi di dalam air akan mati apabila dipanasi setinggi @- untuk beberapa menit
atau dengan proses iodinasi. #('
Penurunan endemisitas suatu daerah juga tergantung pada baik buruknya pengadaan
sarana air dan pengaturan pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap
higiene pribadi. Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian demam tifoid. #('
Saat ini dikenal tiga mcam vaksin untuk penyakit demam tifoid, yaitu yang berisi
kuman yang dimatikan, kuman hidup, dan komponen 2i dari Salmonella thypi. #('
a. "uman %idup
"uman #hole cell tifoid parenteral pertama kali dikenakan pada tahun (?0).
2aksin ini memberikan (6 * ??6 perlindungan pada anak dan deasa muda, sampai
lebih dari (3 tahun. #3'
"ekurangan utama dari vaksin ini adalah nyeri lokal dan bengkak. Selain itu
efek sistemik terjadi pada 36 * -6 pasien. #3'
b. 2aksin tifoid oral
2aksin demam tifoid oral dibuat dari kuman Salmonella thypi gallur non
patogen yang telah dilemahkan. "uman dalam vaksin akan mengalami siklus
pembelahan dalam usus dan dieliminasi dalam aktu + hari setelah pemakaiannya.
8espon imun pada vaksin ini termasuk sekretorik Ig/. Secara umum efektifitas
vaksin oral sama degan vaksin parenteral yang diinaktivasi dengan pemanasan,
namun vaksin oral mempunyai reaksi samping lebih rendah. 2aksin tifoid oral dikenal
dengan nama !y*3(a.#)'
27
8/19/2019 Demam tifoidupload
28/29
2aksin ini direkomendasikan untuk anak umur ) tahun atau lebih. ara
pemberian ( kapsul vaksin dimakan tiap hari ke (,+,dan , ( jam sebelum makan.
"apsul ke*7 pada hari ke*@ terutama bagi isataan. #)'
2aksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan antibiotik, sulfonamid, atau
antimalaria yang aktif terhadap salmonella. Imunisasi ulangan diberikan tiap tahun.
Daya proteksi vaksin ini hanya -6 * ?-6. #)'
c. 2aksin polisakarida parenteral
Susunan vaksin polisakarida setiap -, ml mengandung kuman Salmonella
thypi, polisakarida -,-3 mg, fenol, dan larutan bufer yang mengandung natrium
klorida, disodium fosfat, monosodium fosfat dan pelarut untuk suntikan. #)'
Pemberian secara suntikan intramuskular atau subkutan pada daerah deltoid
atau paha, direkomendasikan untuk anak mulai umur 3 tahun atau pada traveler yang
mau berkunjung ke daerah endemis. Imunisasi ulangan tiap + tahun. #)'
8eaksi samping lokal berupa demam, nyeri kepala, pusing, nyeri sendi, nyeri
otot, nausea, nyeri perut jarang dijumpai. Sangat jarang bisa terjadi reaksi alergi
berupa pruritus, ruam kulit, dan urtikaria. Daya proteksi -6 * ?-6.#)'
28
8/19/2019 Demam tifoidupload
29/29
DA5TA PUSTAKA
(. Soedarmo SSP, 1arna %, %adinegoro S8S. Bu2u A3ar &nfe2si 4Pe"iatri Tropis e"isi
2e"ua. ;akarta 4 Balai Penerbit 5">I.3-(3
3. hristopher P,Dougan 1, $hite G,5arrar ;. evie# Article Thypoi" +ever .!he Ge
Cngland ;ournal of 9edicine.3--3.p. (@@-*?3
+. "liegman,Stanton,Schor,Behrman,St 1eme. *elson Te5tboo5t of Pe"iatrics. Cdisi
(0.Philadelpia4Clsevier.3-((.p.07*?
7. Background Document 4The "iagnosis, Treatment, an" Prevention of Thypoi"
+ever .$%&.3--+
. Thypoi" fever . 3-(+. /vailable at
http4::.cdc.gov:ncved:divisions:dfbmd:diseases:typhoidfever:. /ccesed in
/pril @ 3-(7
). 1de 8, Suyitno %, 8eeki S, "artasasmita , Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pe"oman
&munisasi "i &n"onesia. Cdisi 7.;akarta 4 Balai Penerbit Ikatan Dokter /nak Indonesia.
3-((. p. +)7*)).
@. 8ampengan. Penya2it &nfe2si Tropic Pa"a Ana2 . ;akarta 4 C1. 3--?. p. 7)*)3
http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/typhoid_fever/http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/typhoid_fever/