BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid dijumpai secara luas di berbagai Negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009, demam tifoid atau paratifoid menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2009 yaitu sebanyak 80.850 kasus, yang meninggal 1.747 orang. Sedangkan berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 demam tifoid atau paratifoid juga menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak 41.081 kasus, yang meninggal 274 orang Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rohman pada tahun 2010 menjelaskan bahwa demam tifoid sering terjadi pada anak dalam kelompok umur 5-14 tahun ( 27 %). Lama terjadi antara 1- 14 hari. Gejala pada saluran pencernaan yaitu mual / muntah, dimana frekuensinya sebesar 70%,nyeri perut sebesar 22%, sedangkan untuk test widal frekuensi terjadi pada titer 1: 320 dengan jumlah 52%.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Demam tifoid dijumpai secara luas di berbagai Negara berkembang yang
terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Data World Health Organization (WHO)
tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia
dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009, demam tifoid atau paratifoid
menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun
2009 yaitu sebanyak 80.850 kasus, yang meninggal 1.747 orang. Sedangkan berdasarkan
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 demam tifoid atau paratifoid juga menempati urutan
ke-3 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak
41.081 kasus, yang meninggal 274 orang
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rohman pada tahun 2010 menjelaskan bahwa
demam tifoid sering terjadi pada anak dalam kelompok umur 5-14 tahun ( 27 %). Lama
terjadi antara 1-14 hari. Gejala pada saluran pencernaan yaitu mual / muntah, dimana
frekuensinya sebesar 70%,nyeri perut sebesar 22%, sedangkan untuk test widal frekuensi
terjadi pada titer 1: 320 dengan jumlah 52%.
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi
melalui makanan, sedangkan yang terlama 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama
masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodomal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat kemudian menyusul gejala demam, gangguan
pencernaan dan gangguan kesadaran
Berdasarkan data data maka diatas kami penulis tertarik untuk membahas tentang
perawatan klien dengan demam tifoid sebagai bahan makalah kelompok dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada klien Anak A Dengan Diagnosa Medis Demam Tifoid di Ruang
Tulip Rumah Sakit Umum Daerah Saras Husada Purworedjo.”
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan demam tifoid
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu meningkatkan pengertian mengenai masalah yang berhubungan
dengan demam tifoid
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan demam tifoid
c. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien dengan demam
tifoid
d. Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada klien dengan demam tifoid
e. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan demam
tifoid
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada klien dengan
demam tifoid
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur
yang ada, baik di buku, jurnal maupun di internet.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari : pengertian, anatomi fisiologis, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi dan pathway, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi dan
pemeriksaan penunjang.
BAB III : Laporan kasus terdiri dari : pengkajian, iagnose, intervensi, implementasi dan
evaluasi.
BAB IV : Penutup terdiri dari : kesimpulan dan saran.
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Demam Tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan
kesadaran. (Mansjoer, 2009).
Demam tifoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam dkk.,2005).
Demam tifoid merupakan penyakti infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam
satu minggu atau lebih desertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran. (Rampengan, 2007).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan
paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A.W., & B. Setiyohadi, 2006). Tifoid adalah penyakit
infeksi pada usus halus, tifoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para
typhus abdominalis (Seoparman, 2007)
Dari beberapa pernyataan diatas penulis menyimpulkan bahwa demam tifoid merupakan
penyakit infeksi pada bagian sistem pencernaan terutama pada usus halus yang disebabkan
oleh kuman salmonella thypi yang biasanya menimbulkan demam lebih dari satu minggu.
B. Etiologi
Menurut Wong (2003) etiologi dari demam tifoid adalah
1. 96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak dengan bulu
getar, tidak berspora mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam antigen, yaitu :
a. Antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipolisakarida)
b. Antigen (flagella)
c. Antigen VI dan protein membran hialin
2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
5. Feces dan urin yang terkontaminasi dari penderita typus
Kuman salmonella typosa dapat tumbuh di semua media pH 7,2 dan suhu 37oC dan mati
pada suhu 54,4oC (Simanjuntak, C. H, 2009)
C. Patofisiologi
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari
penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.
Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu,
buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi
penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan
kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S,
2003)
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)
bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap
dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)
Menurut Nursalam dkk (2005) mekanisme masuknya kuman diawali dengan infeksi yang
terjadi pada saluran pencernaa. basil diserap diusus halus melalui pembuluh limfe lalu masuk
kedalam peredaran darah sampai diorgan-organ lain, terutama hati dan limpa. basil yang
tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut
akan membesar disertai dengan rasa nyeri diperabaan. Kemudian basil masuk kembali
kedalam darah (bakteriemia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar
limfoid usus halus; sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak
nyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perferasi usus. Gejala demam
disebabkan oleh endotoksit, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh
kelainan pada usus.
D. Tanda dan Gejala
Inkubasi terjadi selama 10 sampai 14 hari. Demam naik secara bertahap, nyeri kepala,
malaise, dan kadang kadang batuk. Gejala abdomen (nyeri, diare, atau konstipasi) jelas
terlihat pada minggu pertama. Sedangkan diare, hepatosplenomengali ringan, dan roseola
(rose spots) (60%) muncul pad minggu kedua. Syok, gangguan ginjal, dan perubahan status
mental, termasuk koma, muncul pada kasus-kasus berat (Davey, P. 2005).
Berikut gejala Klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
1. Demam
Pada kasus–kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.
a. Minggu I
Dalam minggu pertama penyakit keluhan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut
pada umumnya , yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada
pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat.
b. Minggu II
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia
relatif, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan tremor),
hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen,
stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan pada orang
Indonesia.
c. Minggu III
Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur – angsur turun dan normal kembali pada
akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah – pecah. Lidah ditutupi
selaput putih kotor, ujung ditemukan kemerahan , jarang ditemui tremor.Pada abdomen
mungkin ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limfa membesar disertai nyeri
pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi akan tetapi mungkin pula normal bahkan
dapat terjadi diare.
3. Gangguan keasadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis
sampai samnolen. Jarang stupor, koma atau gelisah.
Disamping gejala–gejala yang biasanya ditemukan tersebut, mungkin pula ditemukan
gejala lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan bintik – bintik kemerahan
karena emboli basil dalam kapiler kulit.Biasanya dtemukan alam minggu pertama demam
kadang – kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin pula ditemukan
epistaksis.
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari
penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier. Empat F (Finger, Files, Fomites dan
fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan
tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-
negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi)
yang andal (Sudoyo, A.W., & B. Setiyohadi. 2006). Masa inkubasi demam tifoid
berlangsung selama 7-14 hari (bervariasiantara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain
kuman yang tertelan. Selamamasa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis
(soegijanto,S, 2002).
E. Pathway
Kontaminasi salmonela typhi pada makanan / minuman
Dimusnahkan oleh asam lambung
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada pasien dengan demam tifoid adalah
1. Medis
a. Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicilin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b. Antipiretik (Menurunkan panas) :
1) Paracetamol
2. Perawatan
a. Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang lebih
dari selam 14 hari. MAksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya
komplikasi perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubahss pada
waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan dekubitus.
e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
konstipasi dan diare.
3. Diet
a. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari
(Smeltzer & Bare. 2002).
G. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dibagi dalam :
1. Komplikasi Intestinal
a. Pendaraha usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2. Komplikasi ektra-intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler. Kegagalan sirkulasi perifel (renjatan sepsis) miokarditis,
trombosis dan tromboflebitis.
b. Komplikasi darah. Anemia hemolitik, trombositoperia dan sidroma uremia hemolitik.
3. Komplikasi paru. Pneumonia, emfiema, dan pleuritis
4. Komplikasi hepar dan kandung empedu, Hepatitis dan kolesistitis
5. Komplikasi ginjal. Glomerulonefritis, periostitis, spondilitis, dan arthritis