A. Definisi Profit Akuntansi tradisional lebih berfokus pada pengukuran dan pelaporan profit atau laba, di mana di Amerika Serikat dan oleh beberapa penulis menyebutnya sebagai ‘income’. Profit menggambarkan seberapa besar kemakmuran yang diperoleh oleh seseorang atau entitas selama satu periode. Seorang ekonom bernama John Hicks mendefinisikan profit seseorang sebagai nilai maksimum konsumsi yang dapat dilakukan seseorang selama seminggu dan masih berharap untuk menjadi agak kaya di akhir minggu seperti pada awalnya. Profit diwakili oleh aset atau hak untuk mengkonsumsi. Aset digunakan oleh seseorang atau entitas untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dengan tujuan meningkatkan nilai aset tersebut. Dengan demikian, akan terjadi perubahan nilai pada aset tersebut. Perubahan positif nilai aset yang dimiliki pada dua waktu inilah yang disebut sebagai profit. Barton menggambarkan bisnis profit (income) sebagai berikut: Setelah menghapus efek dari setiap tambahan setoran modal atau penarikan oleh pemilik dari investasi modal awal, peningkatan kekayaan bersih adalah pendapatan dari periode tersebut. Akuntansi tradisional sangat menekankan pada profit. Namun, kerangka konseptual tidak mendefisinikan istilah tersebut. Kerangka konseptual mendefinisikan pendapatan (income) dan beban (expense) yang lebih berpengaruh terhadap kekayaan bersih dan modal yang diinvestasikan dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. Definisi Profit
Akuntansi tradisional lebih berfokus pada pengukuran dan pelaporan profit atau laba, di
mana di Amerika Serikat dan oleh beberapa penulis menyebutnya sebagai ‘income’. Profit
menggambarkan seberapa besar kemakmuran yang diperoleh oleh seseorang atau entitas
selama satu periode. Seorang ekonom bernama John Hicks mendefinisikan profit seseorang
sebagai nilai maksimum konsumsi yang dapat dilakukan seseorang selama seminggu dan
masih berharap untuk menjadi agak kaya di akhir minggu seperti pada awalnya.
Profit diwakili oleh aset atau hak untuk mengkonsumsi. Aset digunakan oleh seseorang
atau entitas untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dengan tujuan
meningkatkan nilai aset tersebut. Dengan demikian, akan terjadi perubahan nilai pada aset
tersebut. Perubahan positif nilai aset yang dimiliki pada dua waktu inilah yang disebut
sebagai profit.
Barton menggambarkan bisnis profit (income) sebagai berikut: Setelah menghapus efek
dari setiap tambahan setoran modal atau penarikan oleh pemilik dari investasi modal awal,
peningkatan kekayaan bersih adalah pendapatan dari periode tersebut.
Akuntansi tradisional sangat menekankan pada profit. Namun, kerangka konseptual
tidak mendefisinikan istilah tersebut. Kerangka konseptual mendefinisikan pendapatan
(income) dan beban (expense) yang lebih berpengaruh terhadap kekayaan bersih dan modal
yang diinvestasikan dalam perusahaan. Dengan demikian, pembahasan istilah ‘profit’
membutuhkan pertimbangan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Konsep profit
memerlukan berbagai asumsi dan sudut pandang tertentu dari akuntansi.
B. Business Profit
Tugas pokok perusahaan bisnis adalah menyediakan barang dan jasa yang diinginkan
oleh konsumen. Profit bagi perusahaan bisnis merupakan selisih antara harga yang
dibayarkan konsumen untuk output perusahaan dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk menghasilkan output tersebut. Selisih tersebut merupakan kenaikan nilai bersih yang
diciptakan oleh perusahaan selama periode tertentu.
Profit menjadi motivasi utama dalam kegiatan bisnis. Tujuan dari kegiatan bisnis adalah
memastikan bahwa nilai aset tidak berkurang dan penggunaan aset tersebut mendapatkan
hasil atau pengembalian yang sesuai. Hal ini terkait dengan konsep pemeliharaan modal dan
memungkinkan basis referensi sederhana untuk mengukur penggunaan aset oleh manajemen.
Untuk memahami profit dengan lebih jelas, berikut akan dipaparkan mengenai beberapa
contoh kasus.
1. Terminal Case
Misalkan kita memiliki sebuah bisnis usaha kecil yang beroperasi selama satu tahun.
Pada awalnya, pemilik berinvestasi $1.000 dalam bisnis tersebut. Perabotan dan
perlengkapan dibeli dengan harga $1.000 dan perusahaan membeli persediaan secara kredit
sebesar $2.000. Misalkan pada hari kedua beroperasi, perusahaan menjual persediaan yang
bernilai $1.000 secara kredit sebesar $1.500. Neraca pada akhir hari kedua akan menjadi
Kita mengharapkan dari saat ini hingga perusahaan dibubarkan hal-hal berikut:
piutang akan dikonversi menjadi kas
persediaan akan dikonversi menjadi piutang dan kemudian menjadi kas
perabotan dan perlengkapan akan dijual untuk kas pada akhir operasi
utang usaha akan dibayar.
Kita asumsikan bahwa selama tahun tersebut sisa persediaan dijual seharga $1.500,
seluruh piutang dikumpulkan dan utang usaha dibayar. Pada akhir tahun, perabotan dan
perlengkapan dijual seharga $900. Berapakah keuntungan perusahaan? Setiap kali kehidupan
sebuah bisnis dihentikan, penentuan profit menjadi hal yang relatif sederhana. Profit adalah
jumlah kas yang diterima dikurangi total pengeluaran kas, kecuali investasi oleh pemilik atau
pembayaran kepada pemilik, sehingga:
Cash received:
Sale of inventory
Sale of furniture and fixtures
$3.000
900
Total $3.900
Cash paid:
Purchase of furniture and fixtures
Purchase of inventory
1.000
2.000
Total 3.000
Profit $ 900
Cara lain untuk menentukan profit adalah dengan membandingkan saldo akhir modal
setelah disesuaikan dengan penarikan oleh pemilik, dengan saldo awal.
Capital (beginning) Capital (ending)
Invested by owner $1.000 Cash received:
Receivables collected and
inventory sales
Furniture and fixtures sold
$3.000
900
Total 3.900
Cash paid:
Liabilities 2.000
Net cash $1.900
Capital, end of year
Capital, beginning of year
$1.900
1.000
Lifetime profit $ 900
2. Certainty-of-future Case
Dalam kondisi yang pasti, di mana kita tahu persis berapa jumlah kas yang akan
diterima dan dibayar, kita dapat melihat semua aset, termasuk aset tidak lancar, sebagai aliran
penerimaan kas masa depan dan semua kewajiban sebagai aliran pengeluaran kas masa
depan. Dengan konsep ini, berikut ilustrasi prospek sebuah perusahaan pada tanggal 1 Januari
Tahun 1.
Year 1 Year 2
Prospective cash receipts, to be received at end of year 10.000 12.000
Prospective cash outlays, to be paid at end of year 6.000 7.000
Asumsikan bahwa tingkat pengembalian yang cocok untuk perusahaan ini adalah 12%.
Asumsikan juga bahwa pemilik menarik semua saldo kas pada akhir tahun.
Karena penerimaan kas dari penggunaan semua aset tidak lancar dan aset lancar
perusahaan dikenal sebagai piutang, dengan kondisi yang pasti, penerimaan kas masa depan
dianggap sebagai aset (piutang) pada tanggal 1 Januari Tahun 1. Karena pengeluaran kas
akan dibayarkan, sehingga digolongkan sebagai utang. Berapa nilai dari piutang dan utang
tersebut? Kita memiliki $22.000 dan $13.000, tetapi jumlah tersebut tidak
mempertimbangkan nilai waktu dari uang. Dengan menggunakan metode nilai sekarang, kita
memiliki nilai-nilai dan kenaikan nilai seperti yang ditunjukkan di bawah ini:
Pada tanggal 1 Januari Tahun 1, total aset bisnis memiliki nilai $18.495 [($10.000 x
0,89286) + ($12.000 x 0,79719)], total kewajiban senilai $10.937 [($6.000 x 0,89286) +
($7.000 x 0,79719)] dan modal senilai $7.558. Piutang dari $8.929 berkembang menjadi
$10.000 pada 31 Desember Tahun 1. Karena piutang $10.000 dikonversi menjadi kas, yang
terlihat dalam tabel sebagai penurunan piutang. Kas ini kemudian ditarik oleh pemilik,
setelah membayar utang pertama. Piutang yang lain berkembang sebesar $1.148 menjadi
senilai $10.714, satu-satunya aset pada akhir tahun. Perhatikan bahwa utang juga meningkat
dengan nilai sebesar $643 dan $670. Utang yang pertama telah dilunasi, tapi yang kedua tetap
pada tanggal 31 Desember Tahun 1.
Piutang dan utang meningkat dalam nilai karena kita melanjutkan ke masa depan pada
tingkat 12%. Besarnya peningkatan dalam nilai aset, $2.219, di Tahun 1, merupakan
pendapatan untuk Tahun 1. Besarnya peningkatan dalam nilai kewajiban, $1.313, adalah
beban untuk Tahun 1. Bedanya, $906, merupakan profit. Perhatikan bahwa $10.000 kas yang
diterima pada Tahun 1 bukanlah pendapatan dan $6.000 kas yang dibayar bukanlah beban.
Pendapatan adalah kenaikan nilai dari total aset yang diukur pada awal tahun, $18.495, dan
pada akhir, $20.714, tepat sebelum pendapatan tersebut ditarik. Beban adalah kenaikan dalam
nilai dari total kewajiban yang diukur pada awal tahun, $10.937, dan pada akhir, $12.250,
tepat sebelum pembayaran utang pertama.
Perhatikan bahwa semua nilai meningkat sebesar 12%. Oleh karena itu, pendapatan
$2.219 dapat diperoleh dengan mengalikan nilai aset awal tahun sebesar $18.495 dengan
12%. Demikian juga, beban sebesar $1.313 dapat diperoleh dengan mengalikan nilai
kewajiban awal tahun sebesar $10.937 dengan 12%. Karena profit adalah selisih antara
pendapatan dan beban, 12% dari modal sebesar $7.558 sama dengan $906.
Berikut jurnal untuk mencatat informasi yang ada pada Tahun 1 tersebut:
1/1/Y1
(1) Receivables
Payables
Capital
$18.495
$10.937
7.558
31/12/Y1
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Receivables
Revenue
(To record the revenue for the year)
Expense
Payables
(To record the expense for the year)
Cash
Receivables
(To record the receipt of cash)
Payables
Cash
(To record the payment of the liabilities)
Revenue
Expense
Profit and Loss Summary
(To close the P & L accounts)
Profit and Loss Summary
Capital
(To transfer the profit to capital)
Capital
$2.219
$1.313
$10.000
$6.000
$2.219
$906
$4.000
$2.219
$1.313
$10.000
$6.000
$1.313
906
$906
Cash
(To record the withdrawal of cash by the owner)
$4.000
Kesimpulan yang dapat diambil ketika masa depan diasumsikan menjadi pasti adalah:
Semua aset dan kewajiban mengurangi harapan (pengetahuan) dari arus kas masa depan –
pada dasarnya, piutang dan utang. Oleh karena itu, aset tidak lancar seperti tidak dicatat
dan penyusutannya tidak relevan.
Peningkatan dalam nilai dari total aset yang bersamaan dengan meningkatkan modal
selama periode tertentu merupakan pendapatan untuk periode tersebut. Hal ini
mengasumsikan bahwa pemilik tidak menginvestasikan aset tambahan dalam perusahaan.
Peningkatan dalam nilai dari total kewajiban yang bersamaan dengan menurunkan modal
selama periode tertentu merupakan beban periode berjalan. Hal ini mengasumsikan bahwa
tidak ada kewajiban yang dihapuskan (yaitu di mana kreditur membatalkan atau
memaafkan kewajiban) dan tidak ada distribusi kepada pemilik.
Keuntungan untuk periode tersebut sama dengan kenaikan dalam nilai modal, yang diukur
pada awal dan akhir periode.
Semua nilai meningkat pada tingkat yang telah ditentukan. Dengan demikian, pendapatan
adalah bunga yang diperoleh pada total aset, biaya adalah bunga yang terjadi atas total
kewajiban, dan profit adalah bunga atas investasi (modal).
Basis akuntansi akrual ketat terjadi pada jurnal entri 2 dan 3. Tidak ada pengakuan
pendapatan atau masalah pencocokan.
Seperti contoh pertama, kasus yang ideal ini menunjukkan bahwa profit adalah
peningkatan nilai ekonomi dari modal antara dua titik dalam waktu. Nilai dari aset dan
kewajiban, yang menentukan nilai modal, adalah tidak terpisahkan terkait dengan
perhitungan profit. Idealnya, aset dinilai dengan metode akrual basis, yang melibatkan diskon
arus kas masa depan. Untuk sebuah perusahaan yang berkelanjutan, kekayaan dalam suatu
periode tertentu (modal) bukanlah semua kas. Oleh karena itu, profit tidak sama dengan
penerimaan kas bersih untuk periode tersebut.
Kasus yang ideal menunjukkan bahwa profit adalah peningkatan dalam nilai modal,
perbedaan antara nilai aset dan kewajiban pada awal dan akhir periode pelaporan. Oleh
karena itu, meskipun aset dan kewajiban adalah obyek dunia nyata, profit dan komponennya
– pendapatan, keuntungan, beban dan kerugian – mengacu pada perubahan dalam nilai
mereka.
Secara alami, biaya tidak sama dengan nilai. Namun, dalam keadaan ideal ini jumlah
mereka adalah identik. Hal ini disebabkan karena biaya dikeluarkan dengan harapan manfaat
di masa depan. Ketika pembeli dan penjual yakin atas manfaat yang akan diperoleh di masa
depan, sehingga hanya tingkat 'wajar' pengembalian yang dapat diturunkan, biaya akan sama
dengan nilai sekarang dari kas yang berhubungan dengan manfaat. Dalam dunia kepastian,
kita juga melihat bahwa biaya yang sama dengan nilai pada tanggal transaksi. Namun, di
dunia nyata, karena perubahan nilai melalui waktu sebagai harapan masyarakat berubah,
biaya historis belum tentu sama dengan nilai sekarang.
C. Profit Under Certainty
Dalam penentuan profit pada kondisi yang tidak pasti, ada dua pendapat yang
digunakan, yaitu menggunakan konsep akuntansi basis akrual dari ideal case dan konsep
akuntansi basis kas dari terminal case. Pendukung historical cost cenderung memilih
implikasi dari terminal case, sedangkan pendukung current value lebih memilih kesimpulan
dari ideal case. Pada terminal case, penentuan profit fokus pada kas yang diterima dan yang
dibayarkan. Penentuan laba dengan pendapat ini biasanya digunakan dalam bisnis yang
berjangka pendek. Sedangkan ideal case menggambarkan bahwa profit harus fokus pada
peristiwa ekonomi atas perubahan nilai aset dan kewajiban, bukan pada kas yang diterima
dan dibayar. Konsep ideal case tersebut biasanya digunakan dalam bisnis jangka panjang
dengan basis akuntansi akrual yang digunakannya.
Profit hanya dipandang sebagai perbedaan antara pendapatan dan beban, sehingga
maknanya berasal dari definisi penghasilan dan beban yang diberikan dalam Kerangka.
Penentuan profit juga terkait dengan konsep pemeliharaan modal, di mana hanya nilai arus
masuk aset yang lebih dari jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan modal yang
dianggap sebagai profit.
Ayat 105 dari Kerangka menggambarkan profit sebagai jumlah residu yang tersisa
setelah biaya (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal) dikurangkan dari pendapatan. Jika
beban melebihi pendapatan, jumlah residual merupakan kerugian bersih. Pendekatan ini
memandang profit sesuai dengan perubahan dalam pendekatan kekayaan dari ideal case dan
terminal case.
Definisi laba komprehensif menurut FASB adalah perubahan dalam ekuitas (aset
bersih) dari suatu entitas selama satu periode dari transaksi dan kejadian lain dan keadaan
dari sumber bukan pemilik. FASB menjelaskan bahwa alasan penggunaan istilah laba
komprenhensif adalah untuk membedakannya dari istilah 'earnings'. Earnings merupakan
sebuah komponen dari laba komprehensif. FASB dalam Pernyataan Konsep No. 5
menjelaskan konsep earnings bahwa earnings tidak termasuk efek kumulatif dari
penyesuaian akuntansi tertentu dari periode sebelumnya yang diakui pada periode berjalan.
Contoh utama yang termasuk dalam laba bersih saat ini tapi dikecualikan dari pendapatan
(earnings) adalah efek kumulatif dari perubahan dalam prinsip akuntansi, tetapi yang lain
dapat diidentifikasi di masa depan.
Sedangkan profit merupakan perubahan modal dari suatu entitas antara dua titik waktu,
tidak termasuk perubahan karena investasi oleh dan distribusi kepada pemilik, di mana modal
dinyatakan dalam ukuran finansial dan didasarkan pada skala tertentu.
VALUE
Nilai berkaitan dengan preferensi orang untuk satu komoditas atas orang lain, karena harapan
mereka terhadap manfaat di masa depan. Nilai bersifat pribadi. Suatu komoditas akan
mempunyai nilai yang berbeda antara satu orang dengan orang lain. Nilai pasar berfungsi
sebagai pedoman obyektif untuk nilai suatu komoditas. Uang digunakan sebagai 'komoditas
standar' dimana semua barang dan jasa lainnya diukur.
Menurut APB harga pertukaran adalah sebuah fungsi dasar dari akuntansi keuangan. Sumber
daya diukur dalam bentuk uang melalui harga uang, yaitu rasio di mana uang dan sumber
daya lainnya adalah atau dapat ditukar.
Pada waktu tertentu sebuah struktur harga dalam bentuk uang digunakan untuk
mengungkapkan nilai relatif dari komoditas. Struktur ini berisi harga masa lalu, sekarang dan
masa depan. Dalam terminologi akuntansi, harga masa lalu adalah biaya historis dari sebuah
item. Harga saat ini meliputi biaya penggantian atau biaya saat ini, exit price dan nilai
sekarang yang dihitung. Harga di masa depan adalah penggantian masa depan atau biaya saat
ini, atau exit price di masa depan. Pada umumnya, akuntan setuju bahwa jumlah masa depan
seharusnya tidak digunakan untuk tujuan pelaporan karena mereka tidak objektif. Nilai ideal
adalah nilai sekarang dengan satuan moneter yang digunakan. Item jangka pendek tidak
menggunakan tingkat diskonto. Terdapat tiga alternatif yang digunakan untuk item non-
moneter yaitu biaya historis (historical cost), biaya penggantian (replacement cost) atau
current cost (termasuk jumlah yang dihitung), dan exit price – atau kombinasi dari mereka.
Akuntansi konvensional menggunakan biaya historis sebagai alternatif pencatatan. Namun,
AARF di SAP 1 Current Cost Accounting, ayat 1 sangat menganjurkan bahwa semua entitas
menyampaikan laporan akuntansi biaya saat ini (CCA) sebagai tambahan selain laporan
keuangan konvensional.
Selain itu, AAS 25 Financial Reporting oleh Superannuation Plans dan AASB 1023 General
Insurance Contracts mengharuskan bahwa aset program iuran pasti dan program imbalan
diukur pada nilai pasar bersihnya pada tanggal pelaporan. Selain itu, IAS 41/AASB 141
Agriculture mensyaratkan bahwa metode penilaian yang diadopsi untuk aset kehutanan dan
aset biologis lainnya adalah nilai wajar. IAS 16/AASB 116 Property, Plant and Equipment
(Aset Tetap) memungkinkan untuk penggunaan baik model biaya (pendekatan biaya historis
tradisional) atau model revaluasi dimana aset dinilai kembali pada nilai pasar wajar.
Penurunan nilai antara periode pelaporan umumnya diakui sebagai beban dalam laporan laba
rugi, dan kenaikan nilai dikreditkan langsung ke ekuitas pada neraca. Namun, aset tidak
selalu perlu untuk dinilai kembali secara tahunan, tapi hanya jika ada perubahan material
dalam nilai wajar.
IAS 36/AASB 136 Impairment of Assets (Penurunan Nilai Aset) mensyaratkan perbandingan
jumlah terpulihkan dari suatu aset dengan nilai tercatat di mana ada indikasi bahwa suatu aset
mengalami 'penurunan'. Kerugian penurunan nilai tersebut dibebankan terhadap profit dan
nilai aset berkurang sesuai pada neraca. Jumlah terpulihkan ditentukan sebagai nilai yang
lebih tinggi antara nilai wajar dan nilai pakai (value in use). Perhitungan nilai pakai (value in
use) di bawah IAS 36/AASB 136 memungkinkan penentuan lebih realistis dari valuasi aset.
Pemilihan dasar pengukuran dan konsep pemeliharaan modal akan menentukan model
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Banyak isu-isu kunci dan
konflik yang melekat antara sistem biaya saat ini dan biaya historis dirangkum dalam Teori
Akuntansi Monografi No. 10 Measurement in Financial Accounting (Pengukuran dalam
Akuntansi Keuangan), yang diproduksi pada tahun 1998. Monografi ini digunakan untuk
mendorong pertimbangan sistem pengukuran alternatif berdasarkan nilai historis yang biasa
diterapkan.
Tujuan dari Monografi ini adalah untuk mengevaluasi basis alternatif dan teknik untuk
mengukur unsur-unsur laporan keuangan dalam rangka untuk memenuhi tujuan dari
pelaporan keuangan untuk tujuan umum dan karakteristik kualitatif informasi keuangan.
Model akuntansi konvensional dan formulasi ideal dari model akuntansi konvensional, akan
menghilangkan informasi yang relevan dari laporan keuangan karena efek dari perubahan
harga aset dan kewajiban tidak diakui secara komprehensif. Monograph No. 10 memberikan
analisis rinci dari model alternatif pengukuran akuntansi dan mendukung penerapan dari
model akuntansi nilai relatif saat ini (RCVA).
Model akuntansi yang didukung oleh Monografi ini adalah Relative Current Cost
Accounting. Dengan model ini, aset dan kewajiban diukur kembali pada setiap tanggal
pelaporan untuk 'nilai entitas' mereka, dan perubahan dalam daya beli umum dari unit
moneter diakui. Konsep modal yang diadopsi oleh model ini adalah nilai kepada entitas dari
asetnya. Model ini disebut sebagai 'Relative Current Value Accounting' karena
keuntungannya yang dilaporkan termasuk kenaikan atau penurunan dalam nilai aset dan
kewajiban relatif terhadap yang dibutuhkan untuk mengikuti perubahan tingkat harga yang
umum.
Sistem ini menggabungkan antara konsep profit perubahan nilai relatif aset dan kewajiban
untuk jangka waktu tertentu. Perubahan kekayaan dari operasi dan aset bersih dimasukkan ke
dalam konsep laba, yang mengalir ke sisa ekuitas.
CAPITAL
Modal adalah aset bersih yang merupakan perbedaan antara jumlah dari total aset dan total
kewajiban. Profit tidak terjadi sampai jumlah awal modal yang digunakan kembali. Terdapat
dua pandangan yang berbeda mengenai arti dari capital yaitu :
1. Financial capital
Financial capital fokus kepada kontribusi pemilik untuk entitas yang membiayai aset.
Pandangan ini menggambarkan kas diinvestasikan oleh pemilik ditambah keuntungan
yang diinvestasikan kembali dalam bisnis. Hal ini banyak digunakan dalam akuntansi
konvensional. Profit adalah jumlah kas yang diterima oleh perusahaan atas kas (atau setara
kas) yang diinvestasikan oleh pemilik ke dalam perusahaan.
2. Physical capital
Physical capital fokus pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa.
Physical capital maintenance merupakan kemampuan untuk mencapai tingkat fisik
produksi yang sama pada akhir periode dengan awal periode. Pendukung pandangan ini
setuju bahwa biaya yang akan direcovery adalah biaya dari aset yang memiliki kapasitas
produktif sama dengan aset saat ini. Terdapat 3 pengertian variatif mengenai kapasitas
produksi:
• Pertama, kapasitas produktif mengacu pada aset moneter non fisik yang sama yang
dimiliki entitas di awal. Dalam konsep ini, capital maintenance mempertahankan
kapasitas perusahaan untuk mengganti aset yang dimilikinya di periode awal. Namun
penafsiran ini tidak memungkinkan untuk perbaikan teknologi dan dapat
mengakibatkan pemeliharaan aset yang tidak diinginkan.
• Kedua, kapasitas produksi berarti volume produksi. Dalam konsep ini, capital
maintenance diminta perusahaan untuk mempertahankan kemampuannya untuk
menghasilkan volume output yang sama seperti pada awal periode, menggunakan
teknologi apa pun yang sesuai. Keuntungan diperoleh hanya setelah perusahaan telah
mempertahankan kemampuannya untuk menghasilkan output seperti awal periode.
Makna ini memungkinkan untuk perbaikan teknologi, tetapi membuatnya sulit untuk
diterapkan dalam praktek.
• Ketiga, kapasitas produksi berarti volume penjualan. Capital maintenance melibatkan
perusahaan dalam mempertahankan kemampuan menghasilkan penjualan yang sama
seperti awal periode. Profit diperoleh hanya setelah perusahaan telah mempertahankan
kemampuannya. Hal ini memungkinkan untuk kemajuan teknologi mempengaruhi
biaya kapasitas penjualan dan profit. Jika volume penjualan diinterpretasikan sebagai
nilai penjualan dari pada jumlah unit yang dijual, hal ini memungkinkan untuk
mengubah harga jual untuk mempengaruhi capital maintenance dan penentuan laba.
Holding Gain or Capital Maintenance Adjustment
Perbedaan utama dari financial dan physical capital adalah terkait laba dimana perubahan
nilai moneter dari aset dan kewajiban diperhitungkan dalam penentuan laba di financial
capital dan dikeluarkan dalam physical capital. Dalam financial capital perubahan nilai aset
dan kewajiban adalah holding gain or losses. Sedangkan dalam physical capital kenaikan
harga barang-barang yang dimiliki perusahaan menjalankan bisnis bukan bagian dari profit
tetapi capital maintenance adjustment. Dalam physical capital penurunan current cost
menjadi holding loss dalam income statement kecuali ia dapat dikompensasikan dalam
capital maintenance adjustment.
Contoh:
Tahun pertama pemilik membeli satu set traktor seharga $300 dan menjualnya $500, sehingga keuntungan $200. Selama tahun pertama replacement cost meningkat menjadi $350. Jika mereka menghitung laba dalam historical cost basis, mereka akan menampilkan laba $200. Jika mereka menarik laba, dengan $300 perusahaan tidak akan melanjutkan bisnis di tahun kedua. Mereka membutuhkan $350 untuk membeli traktor. Dalam curent cost basis kita akan menghitung laba sebagai berikut:
Financial capitalSales RevenueCurrent Cost of SaleOperating ProfitHolding GainProfit
50035015050200
Physical capitalSales RevenueCurrent Cost of SaleOperating Profit
Capital maintenance adj.
500350150
50
Pada financial capital, menghasilkan laba akhir sebesar $200. Jika laba ini diambil oleh
pemilik perusahaan, perusahaan tidak akan mampu untuk beroperasi pada tahun
berikutnya karena hanya mempunyai $300 padahal alat untuk produksi seharga $350.
Sedangkan pada physical capital, apabila laba sebesar 150 diambil pemilik perusahaan,
perusahaan tetap mampu untuk beroperasi pada tahun berikutnya. Sedangkan $50
dianggap sebagai kenaikan biaya capital maintenance adjusment.
Kritik terhadap pandangan Financial Capital:
1. overstated laba karena jumlah peningkatan biaya dibutuhkan untuk mempertahankan
modal.
2. Holding gain tidak dapat didistribusikan sebagai deviden tanpa menurunkan kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang sama kembali.
3. Posisi laba dapat menyesatkan prediksi investor sebab mereka memperkirakan jumlah
dividen yang akan dibayarkan kepada mereka.
4. Biaya yang lebih besar dalam membeli aset penganti sehingga jumlah laba yang
diperlukan untuk mengganti aset yang digunakan tidak dapat diharapkan untuk dibagikan
sebagai dividen.
Kritik terhadap pandangan Physical Capital:
1. Bahwa capital maintenance adjustment adalah profit.
2. Pemeliharaan adalah fungsi manajemen bukan akuntan.
3. Pemeliharaan atas kapasitas fisik sekarang saat ini belum tentu menguntungkan untuk
pemilik .
Skala
Skala adalah pemberi arti pada angka hasil pengukuran. Skala menunjukkan seberapa banyak
informasi yang diwakili dengan angka. Akuntansi konvensional menganggap bahwa nilai dari
uang dapat di ekspresikan secara sederhana sebagai kuantitas walaupun waktu terus berjalan,
namun yang lainnya meanggap bahwa yang terpenting adalah kualitas dimana daya beli dari
uang harus sama.
Dalam melakukan pengukuran atas uang, terdapat skala yang menjelaskan bagaimana suatu
angka atau nomor mewakili suatu informasi. Di satu sisi, skala bisa dilihat dari nilai dollar
yang tercantum dalam uang tersebut, misalnya $1, $5 dst. Di sisi lain, ada yang mempercayai
bahwa skala harusnya dilihat dari daya beli atas suatu barang. Maka dari itu, terdapat 2 skala
utama dalam pengukuran laporan keuangan, yaitu nominal dollar (intrinsik) dan daya beli
suatu dollar (dollar konstan).
Dalam skala nominal, secara sederhana pengukuran diukur hanya atas nilai intrinsic dari
suatu uang. Namun dalam skala daya beli dollar, uang diukur dari daya beli uang tersebut
atas suatu barang yang konstan. Misalnya untuk membeli 10 buah buku pada tahun 1990 kita
mengeluarkan uang $1. Namun pada tahun 2005 jika kita mempunyai $1, kita hanya bisa
membeli 5 buah buku. Hal ini menunjukkan daya beli atas $1 tersebut sudah berubah
(berkurang), hal yang menyebabkan salah satunya adalah inflasi. Selanjutnya karena $1 pada
tahun 1990 tidak sama dengan $1 pada 2005, kita tidak bisa menambahkan keduanya
sehingga menghasilkan $2. Untuk menyamakan keduanya, kita perlu menghilangkan element
fiksi dari tahun $1 pada tahun 2005, sehingga $1 pada tahun keduanya akan bernilai sama,
hal ini disebut akuntansi dollar konstan.
Nilai Informasi yang dirasakan dari informasi akuntansi secara price-
adjusted
Meskipun kebutuhan untuk beberapa bentuk penyesuaian tingkat harga terhadap
informasi akuntansi telah diperdebatkan selama beberapa waktu, akuntansi nilai sekarang
belum diterima secara luas. Sejumlah penelitian yang dilakukan di daerah ini telah gagal
untuk memberikan bukti.
Kerancuan antara price level adjustment dengan current cost
Kebanyakan orang menganggap current cost dan exit price accounting adalah sebagai
bagian dari inflasi, bisa saja walaupun tak sepenuhnya benar. Inflasi adalah perubahan dalam
tingkatan harga, sementara current cost dan exit price accounting berfokus pada perubahan
harga tertentu suatu aset.
Current cost mungkin adalah jawaban atas permasalahan inflasi. Meskipun akuntansi
Current cost mungkin menempatkan jumlah kelebihan atau kekurangan comparable basis
dalam laporan keuangan tahunan. Hasilnya tidak dibandingkan dengan tahun sebelumnya
karena ini masih mempertanyakan skala yang tepat. General price level adjustment tidak
merubah seleksi dari harga yang digunakan untuk mewakili nilai ekonomi, seperti historical
cost dan current cost, tetapi hanya merubah skala.
Contoh : tanah dan bangunan dibeli tahun 1990 sebesar US$ 75.000 ketika indeks harga
pasar 100 dan terjual di tahun 2015 sebesar US$ 300.000 ketika indeks 225.
Perhitungan :
Sales price in 2015 300.000
Cost in 1990 175.000
Gain 225.000
Dalam pembelian dari skala dollar :
Sales price in 2015 300.000
Cost restated to 2015 dollars
75.000 x 225 = 168.750 100Gain (real) 131.250
Dari Gain US$ 225.000, kita menemukan hanya US$ 131.250 adalah dan 93.750 adalah fiksional
dan nilai sebesar US$ 168.750 adalah historical cost yang sudah disesuaikan dengan skala daya beli
yang sama, itulah yang dinamakan inflasi.
Profit dihasilkan atas perubahan nilai, bukan perubahan atas skala, dari aset dan kewajiban.
Dalam contoh di atas profit sebenarnya adalah hanya US$ 131.250 karena nilai tersebut lah perubahan
nilai dalam aset dan kewajiban perusahaan, bukan US$ 225,000 karena di dalamnya masih terdapat
skala yang belum disesuaikan. Kesimpulannya, konversi dari nominal dollar menuju skala daya beli
dollar tersebut mengharuskan adanya koreksi unit pengukuran, yaitu dollar, dan pada akhirnya koreksi
ini memberikan efek pada profit.
Pilihan Indeks
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa inflasi adalah perubahan tingkat harga secara umum.
Inflasi hanya bisa diukur secara tidak langsung melalui indeks harga secara umum (general price
index). Barton menyajikan 3 alternatif indeks tersebut:
Gross Domestic Product (GDP) Implicit Deflator
Indeks ini dihasilkan secara triwulanan oleh Australian Bureau of Statistic, Kalau di
Indonesia dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Indeks ini adalah indeks yang
paling komprehensif karena memperhitungkan semua barang dan jasa yang diproduksi
dalam ekonomi. Namun perubahan dalam daya beli actual tidak diukur dan indeks ini
tidak spesifik untuk pelaksanaanya.
Consumer Price Index (CPI)
Indeks Harga Konsumen ini terbatas pada barang-barang konsumen, sehingga tidak
memuat barang-barang yang umumnya dibeli oleh entitas perusahaan. Indeks ini
dihasilkan secara triwulanan oleh Government Gazette, di Indonesia juga dihasilkan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Investment Prices Index
Indeks ini merefleksikan perubahan harga dalam barang-barang investasi (plant,
machinery, equipments that enables production). Meskipun tepat untuk entitas tertentu,
namun juga kurang bisa diaplikasikan sama seperti 2 indeks sebelumnya.
Berbagai masalah pengukuran yang berkaitan dengan pengukuran profit,
termasuk konsep nilai dan skalaTujuan utama akuntansi adalah pemeliharaan modal bersih dari entitas. Hal ini merupakan
rincian pasal masalah yang berhubungan dengan pengakuan profit sehubungan dengan kegiatan
operasi dan dari mengelola aset dan kewajiban (yang akhirnya bertujuan untuk mendapat profit).
Terdapat dua isu utama:
Haruskah suatu entitas mengakui setiap perubahan nilai aset dan kewajiban, baik aset
moneter dan non-moneter? Perubahan nilai aset moneter diakui dengan menyesuaikan
perubahan dalam daya beli dari nilai bersih dari dana moneter yang terlibat.
Perubahan nilai aset fisik dan non-moneter diakui dengan menyesuaikan perubahan
dalam nilai aset tersebut.
Apakah transaksi penting untuk ditentukan sebelum perubahan nilai aset dan
kewajiban harus diakui? Haruskah perubahan dilaporkan sebagai profit atau sebagai
penyesuaian terhadap modal? Masalah tersebut telah menjadi masalah umum pada
aset biologis, misalnya, perihal yang terus-menerus mengubah nilai. Namun,
organisasi memiliki insentif untuk menghindari penyesuaian atas perubahan nilai
neraca dan, khususnya, menyesuaikan untuk setiap perubahan dalam laporan laba
rugi.
Hal ini berarti bahwa biaya historis tidak konsisten dengan konsep pemeliharaan modal. Namun,
penting untuk memahami isu-isu yang menjadi perdebatan mengenai pengakuan perubahan nilai dan
dampak pada kapasitas operasi yang nyata dari pelaporan berkelanjutan di bawah sistem biaya
historis.
Permasalahan atas penggunaan price level adjusment
Price level adjusment umumnya dibuat untuk mengoreksi masalah perhitungan yang
sangat dasar dan umum, sehingga seseorang tidak bisa menyatakan tidak setuju atas prosedur
tersebut. Namun tetap saja ada yang menyatakan tidak setuju menggunakan skala daya beli
dollar.
1. Kebingungan dan kesalahpahaman atas arti dari hasil skala tersebut. karena orang-
orang, termasuk akuntan, tidak terbiasa berpikir dengan keadaan seperti itu.
Kesalahpahaman yang umum misalnya adalah pada hasil atas current values. Namun
seiring berjalannya waktu, orang-orang belajar dengan sendirinya atas bagaimana
melakukan interpretasi hasil tersebut secara tepat.
2. Terdapat anggaran besar untuk biaya implementasi. Beberapa tes di lapangan atas
penyesuaian harga umum telah dilakukan yang mengindikasikan bahwa pada
mulanya terdapat beberapa biaya tambahan, namun pada periode setelahnya biaya
tersebut akan kecil/minimal.
3. Permasalahan ketiga adalah masalah penentuan indeks yang paling tepat. Tidak ada
indeks umum yang sempurna untuk mewakili perubahan atas harga semua barang di
dunia ini. Beberapa indeks mungkin tidak dipilih secara tepat, atau tidak relevan pada
perusahaan tertentu, yang sudah dibahasa sebelumnya.
4. Selanjutnya terdapat pendapat bahwa informasi tersebut tidak berguna pada user.
Namun, sudah ada beberapa studi empiris yang melakukan tes apakah data
penyesuaian tingkat harga adalah berguna.
Pengukuran atas Perubahan Nilai
Para Akuntan lebih memilih untuk melakukan transaksi eksternal yang mendukung setiap
perubahan pada nilai yang dipertimbangkan keuntungannya. Sementara Para Ekonom merasa puas
dengan suatu kenaikan (atau penyusutan) nilai, meskipun tidak diverifikasi oleh transaksi eksternal.
Bagaimanapun para akuntan telah mengetahui bahwa desakan transaksi tidak memberikan
perhitungan yang relevan dari profit. Ini menarik untuk dicatat bahwa komunitas bisnis tidak percaya
dalam mengakui keuntungan yang belum direalisasi.
Bukti kegunaan dari price level adjusted data
Kebutuhan untuk beberapa bentuk dari price level adjustment menjadi fokus debat utama pada
literatur akuntansi selama tahun 1960—1970an. Studi pertama tentang kegunaan dari of constant
dollar information dilakukan oleh Dyckman. Analisisnya memberikan tiga tipe yang berbeda dari
informasi yaitu:
1. Conventional (unadjusted) reports.
2. Conventional (unajusted) plus adjusted reports.
3. Adjusted reports only.
Dyckman menyimpulkan bahwa Inflasi yang disesuaikan dengan informasi dapat
mempengaruhi evaluasi investasi, tapi tidak kuat. Namun penelitian selanjutnya
menggunakan siswa sebagai subjek kemudian gagal untuk menetapkan perbedaan-perbedaan
tersebut.
Benston and Krasney memutuskan untuk mengukur pendapat mereka tentang informasi
current value dan price level adjusted. Koresponden mereka dikategorikan sebagai direct
placement atau common stock investment officers. Lima informasi disajikan kepada para
eksekutif dimana informasi berdasarkan GAAP. Yaitu replacement cost, constant dollar,
present value dan exit price. Hasilnya :
Direct Placement
GAAP 89%
Replacement Cost 9%
Constant dollar 2%
Common Stock Investment
GAAP 66%
Replacement cost 25%
Exit price 6%
Constant dollar 2%
Hasilnya tidak seorangpun menginginkan present value, baik dari koresponden Direct
Placement atau Common Stock Investment Officers.
Berlawanan dengan penjelasan di atas, Casey dan Sandretto menunjukkan reaksi yang
relatif positif pada data dollar konstan (constant dollar data). Penelitian mereka berkaitan
dengan penggunaan informasi disesuaikan dengan inflasi oleh manajer untuk keperluan
internal. Ternyata 50% dari responden penelitian tersebut secara konsisten menyajikan data
dengan satuan dollar dan current cost kepada manajer.
Basu melakukan penelitian tentang hubungan antara general price level adjusted profit,
termasuk pembelian untuk mendapatkan untung atau rugi, dan security prices dari 201
perusahaan untuk tahun 1968-1974. Dia menyimpulkan bahwa general price level adjusted
profit ternyata tidak memiliki relevansi dalam penilaian dibandingkan dengan historical cost
profit.
Ketz di satu sisi dengan Norton dan Smith dalam penilitan terpisah lainnya yang
dilakukan pada kemampuan rasio keuangan berdasarkan constant dollar data untuk
memprediksi kegagalan bisnis. Ketz menyatakan bahwa pengungkapan constant dollar pada
dasarnya tidak memiliki konten informasi kecuali dalam tahun di mana tingkat inflasi
berubah drastis.
Beaver dan Landsman menggambarkan hubungan antara returns on security dan data
disajikan kembali dari dampak inflasi dan perubahan harga lainnya. Mereka menyimpulkan
bahwa keuntungan pada Statement 33 tidak memberikan informasi tambahan dari yang sudah
disediakan dari informasi profit pada historical cost. Ternyata informasi atas penelitian ini
hanya digunakan beberapa kali, kurang efektif karena para analisis membutuhkan waktu yang
cukup lama dalam memahaminya. Alasan tidak menggunakan teori Statement 33 ini,
dikarenakan:
• non-komparatif informasi antara perusahaan
• kurangnya relevansi dan keandalan
• ketersediaan informasi di tempat lain
Bertentangan dengan hasil penelitian yang dibahas, Short menemukan kekuatan penjelas
dari kekuatan price level adjusted information lebih besar dari pada data historis yang tidak
disesuaikan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan 34% berpengaruh pada pada price
level adjusted. Penelitian ini menunjukkan bahwa informasi yang disesuaikan dengan inflasi
mungkin berguna dalam konteks penilaian risiko.
Baran, Lakonishok, dan Ofer melakukan penelitian serupa untuk 242 perusahaan besar
yang telah menjalankan bisnis lebih dari 18 tahun. Ternyata kesimpulan yang didapatkan
serupa dengan Short : data tingkat harga disajikan kembali berisi informasi yang tidak
termasuk dalam laporan biaya historis yang tidak disesuaikan. Mereka percaya bahwa hasil
penelitian tersebut akan menunjukkan bahwa investor mencoba untuk menyesuaikan data
biaya historis untuk perubahan dalam daya beli uang dan mendasarkan keputusan investasi
mereka pada data yang disajikan kembali.
Bublitz, Frecka, dan McKeown memperdebatkan bahwa hasil penelitian Beaver dan
Landsman membutuhkan berproses metodologi yang rumit. Ternyata ditemukan bahwa
Statement 33 menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan pada kekuatan penjelas
tambahan. Sedangkan Murdock, menyatakan bahwa pada Statement 33, tingkat
pengembalian modal secara relatif mempengaruhi biaya historis pengembalian modal,
constant dollar menjadi faktor tambahan pendukungnya. Lobo dan Song menyimpulkan
bahwa constant dollar pada keuntungan operasi memiliki informasi penting atas profit pada
biaya historis, kas, dan komponen akrual.
Penting untuk dicatat sebelum dilakukan penyesuaian data inflasi diterapkan, sebagian
besar data analisis keuangan kurang berguna atau berpengaruh. Data informasi seperti
constant dollar tidak lagi berfungsi maksimal untuk menyesuaikan data. Meskipun sebagian
besar bukti empiris menunjukkan bahwa pengguna tidak menemukan informasi constant
dollar lebih berguna daripada data biaya historis yang tidak disesuaikan. Masih
diperdebatkan apakah ini karena kurangnya isi informasi tambahan dari penelitian
sebelumnya atau pengguna teori yang kurang akrab dengan data seperti itu.
Kesimpulan atas penjabaran berbagai pengkajian bukti-bukti atas pelaksanaan Price
Level Adjusted Data dengan alasan yang mendukung dan menolak dalam penjelasan di atas
adalah sebagian berikut :
Alasan yang Mendukung Price Level Adjusted Data
1. Laporan keuangan yang tidak disesuaikan dengan perubahan tingkat harga umum,
akan terdiri dari berbagai jenis asset dan klaim, yang disajikan dalam nilai uang
dengan daya beli yang berbeda.
2. Akuntansi biaya historis konvensional tidak mengukur income secara memadai akibat
penandingan nilai uang dari ukuran yang berbeda pada laporan laba rugi.
3. Akuntansi tingkat harga umum relatif mudah diterapkan.
4. Memberikan informasi yang relevan untuk digunakan bagi manajemen dan untuk
evaluasi.
Alasan yang Menolak Price Level Adjusted Data
1. Sebagian besar studi-studi empiris menunjukkan bahwa relevansi informasi tingkat
harga umum itu lemah atau tidak dapat diterima.
2. Perubahan tingkat harga umum hanya menjelaskan perubahan pada tingkat harga
umum dan tidak menjelaskan perubahan pada tingkat harga spesifik.
3. Dampak inflasi akan berbeda pada setiap perusahaan, sehingga tidak komparatif.
4. Biaya untuk menerapkan akuntansi tingkat harga umum melebihi keuntungannya.
Revenue and Recognition
Pendapatan merupakan elemen penting dalam laporan keuangan baik itu bagi
penyaji maupun oleh pengguna laporan keuangan. Pendapatan mencerminkan hasil
operasional perusahaan di masa lalu dan digunakan untuk memprediksi kinerja yang akan
datang. Pengukuran atas pendapatan merupakan kegiatan yang menantang dan sulit
dilakukan sebab akan sangat tergantung pada jenis bisnis usaha yang dijalankan.
Karakteristik revenue
Definisi revenue
Pendapatan perusahaan berkaitan dengan adanya kenaikan dari nilai aset dan modal
yang pada akhirnya berkaitan dengan kas. Dalam aktivitas utama operasi bisnis, arus kas
utamanya disusun berdasarkan produksi dan penjualan. Oleh karena itu, kita dapat
mengidentifikasi dua aliran kas uang, yaitu secara fisik dan secara monetary. Aliran secara
fisik melibatkan kegiatan produksi dan penjualan output perusahaan (berupa
output/produk). Aliran secara moneter melibatkan kegiatan-kegiatan yang memberi
pengaruh terhadap kenaikkan nilai dari suatu perusahaan (sebagai akibat dari produksi atau
penjualan ke pelanggan atas output perusahaan) yaitu berupa nilai uang dari aset yang
diproduksi/dijual.
Paton dan Littleton
Menyebutkan bahwa revenue produk perusahaan merupakan aliran fisik dari kegiatan
produksi output. Mereka menambahkan bahwa aliran moneter merupakan revenue yang
direpresentasikan dengan aliran dana dari pelanggan.
Kesimpulan :
“Revenue adalah hubungan antara kegiatan moneter yang menaikkan nilai perusahaan
yang berasal dari kegiatan produksi dan penjualan output.
IAS 18
Revenue adalah aliran masuk manfaat ekonomi dalam satu periode yang berasal dari
kegiatan rutin suatu badan usaha yang menyebabkan peningkatan equitas selain dari
kontribusi dari pemilik.
IASB
Revenue merupakan bagian dari income, yang merupakan peningkatan manfaat ekonomi
dalam periode akuntansi dalam bentuk peningkatan aset atau penurunan liabilitas yang
berasal dari peningkatan equitas selain dari kontribusi dari pemilik.
Definisi income meliputi revenue dan gains. Revenue timbul karena kegiatan rutin yang
dilakukan perusahaan perusahaan meliputi penjualan, biaya, bunga, dividen, royalti dan sewa.
FASB:
Revenue merupakan aliran masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas (atau
kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau produksi barang
atau jasa atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.
Revenue vs Gains
Ada beberapa hal menarik terkait antara revenue dengan gains. Hal tersebut yaitu :
1. Berbeda dengan revenue, gains merupakan income yang akan timbul bukan karena
kegiatan rutin perusahaan;
2. gains termasuk income karena gains menunjukkan manfaat ekonomi di masa
yang akan datang;
3. Gains merupakan kenaikan nilai dari kejadian lainnya yang diluar kontrol
perusahaan;
4. Akan tetapi, Martin berpendapat bahwa gains dan revenue harus diukur dan diakui
dengan aturan yang sama. Pada dasarnya, gains dan revenue menunjukkan
adanya kenaikkan bersih aset dan oleh sebab itu, gains dan revenue harus
diperlakukan dengan cara yang sama.
Behavioural view of revenue
Ada beberapa sudut pandang para ahli mengenai sifat dari revenue, yaitu :
Paton and littleton
Mengatakan revenue menunjukkan 'prestasi' perusahaan. Revenue merupakan
ukuran kinerja entitas sebagai organisasi yang mencari profit. Beban dilihat sebagai 'upaya'
(effort) perusahaan, kemudian dicocokan hasil revenue dan beban dalam laporan profit
sebagai 'pencapaian bersih' dari perusahaan. Ini adalah pandangan perilaku revenue,
beban dan gains.
Bedford
Menekankan pada sifat operasional revenue dan profit, dimana profit didefinisikan terkait
operasi tertentu yang dilakukan oleh entitas dan bukan dari hasil penerapan metode
akuntansi. Profit timbul hanya dari kegiatan yang berasal dari operasi bisnis. Operasi bisnis
umum yang ditetapkan oleh Badford adalah :
1. akuisisi sumber daya uang;
2. akuisisi layanan;
3. penggunaan layanan;
4. rekombinasi jasa yang diperoleh;
5. disposisi layanan;
6. distribusi sumber daya uang.
Myers
Myers dengan critical event theory-nya menghubungkan konsep revenue dan profit
terhadap beberapa critical event dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer.
Dia berpendapat bahwa profit diperoleh pada saat pengambilan keputusan yang paling
critical atau saat perusahaan melakukan tugas yang paling sulit pada siklus transaksi.
Berbeda dengan Myers, Paton dan Littleton berpendapat bahwa revenue dan
profit adalah seluruh proses produktif dimana terdapat perubahan yang terus-menerus
terhadap nilai dari jumlah aktiva dan modal dalam proses pelaksanaan kegiatan yang
ditetapkan Perusahaan.
Pandangan perilaku revenue menunjukkan bahwa revenue (dan gains) muncul karena
sesuatu yang dilakukan oleh perusahaan. Semua kegiatan perusahaan merupakan bagian dari
proses produktif. Dalam proses ini, titik dimana revenue diakui harus ditentukan.
Pengukuran Revenue
Perspektif Sejarah
Selama abad 19, income (profit) bagi bisnis ditentukan berdasarkan kenaikan
kekayaan bersih. Peningkatan kekayaan bersih dalam pandangan revenue secara bertahap
digantikan oleh gagasan bahwa penghasilan harus direalisasi (realised). Perubahan ini
timbul karena penggunaan aktiva tidak lancar khusus oleh perusahaan menjadi
signifikan pada periode antara Perang Dunia I dan 1930-an. Di Amerika Serikat,
pelanggaran yang timbul dari penilaian- penilaian pada tahun 1920 memberikan kontribusi
terhadap peristiwa bencana ekonomi yang mengarah pada the great depression pada 1930-an.
Beberapa orang menilai profesi akuntansi sebagai pihak yg bertanggung jawab atas bencana
tersebut karena telah mengizinkan perusahaan untuk menilai aktivanya secara over-
optimistic.
Kriteria Pengakuan Revenue
Peristiwa yang dijelaskan di atas membuat akuntan sadar akan kebutuhan bukti
objektif yang cukup untuk mendukung setiap perubahan nilai, jika itu harus dicatat
sebagai revenue. Pengakuan revenue dapat terjadi pada beberapa tahap dalam operasi
perusahaan (atau revenue) siklus.
The Earnings Cycle (Coombes and Martin, 1982) :
Revenue diakui pada beberapa poin pada earning cycle:
1. Poin 5, pada industri pembangunan kontrak konstruksi jangka panjang;
2. Poin 7, ketika pengumpulan barang produksi merupakan tanggung jawab pembeli;
3. Poin 8, pada kebanyakan transaksi secara umum;
4. Poin 9, praktik profesional dan installment penjualan kredit;
Perlu dilakukan perumusan atas kriteria untuk memutuskan bukti objektif yang
cukup, yaitu dengan mengetahui jenis bukti yang dibutuhkan sebelum kita memiliki
keyakinan dalam jumlah tertentu atas revenue atau gains. Kriteria pengakuan didasarkan
1 Devising an Idea
2 Making
purchase
3 Receipt
of orders
4 Coomen
cing producti
on
5 Progressive throughout production
6 Completion
of production
7 Receipt
of orders
8 Delivery of goods
9 Receipt of cash
pada informasi akuntansi yang relevan dan andal tetapi secara tradisional bukti tersebut
ditekankan pada tingkat keandalan nya.
Tiga kriteria tersebut adalah:
1. Terukurnya nilai asset (Measurability of asset value);
2. Adanya transaksi (Existence of a transaction);
3. Penyelesaian substansial atas proses pendapatan (Substantial completion of the
earning process).
Pembahasan Kriteria Pengakuan Pendapatan
Keterukuran nilai aset
Pendapatan adalah aliran masuk yang meningkatkan nilai total aset perusahaan,
dengan peningkatan bersama dari ekuitas kriteria ini cukup beralasan. Jika tidak ada aliran
masuk dari nilai aset yang dapat ditentukan secara obyektif, pendapatan tidak dapat dihitung
secara obyektif. Hal ini memerlukan basis valid untuk mengukur peningkatan (kenaikan nilai)
aset. Artinya validitas teknik pengukuran yang tepat yang menghasilkan lebih banyak
pandangan konservatif di masa lalu. Pandangan ini mempertimbangkan peningkatan nilai aset
seperti gains untuk dicatat ketika secara nyata terealisasi.
Haruskah aset menjadi likuid?
FASB menyatakan bahwa pendapatan dan gains secara umum tidak diakui hingga
terealisas atau dapat direalisasi. Sudut pandang ini didukung oleh AARF dalam Theory
Monograph No.3. Istilah “terealisasi” berarti bahwa aset diterima berupa kas atau klaim atas
kas dan “dapat direalisasi” berarti aset yang diterima siap untuk dikonversi ke dalam
jumlah kas yang diketahui atau klaim atas kas.
Haruskah aset yang diterima likuid sebelum pendapatan dapat dicatat? Bagaimana
dengan transaksi barter? Pada satu waktu, pendapat dominan adalah bahwa aset yang
diterima harus likuid.
Paton dan Littleton menjelaskan masalah ini:
“Pendapatan direalisasi ketika dibuktikan dengan penerimaan kas atau piutang, atau aset
likuid baru lainnya.”
Literatur The Theory Monograph telah “membuat ambigu istilah realisasi dan
pengakuan”. Oleh karena itu, penulis literatur mengusulkan definisi “realisasi” sebagai:
“Realisasi sebaiknya diartikan secara langsung terkait penerimaan kas atau klaim legal atas
kas dan sebaiknya tidak merujuk kepada masalah yang lebih luas tentang pengakuan
pendapatan.”
Pendapat tersebut cukup dapat diterima, karena pengakuan dapat dilakukan
perusahaan pada titik manapun yang dipertimbangkan untuk mengakomodasi kriteria
pengakuan lebih kompleks, sementara realisasi hanya dapat dilakukan ketika kas atau setara
kas dalam aset secara aktual diterima bisnis.
Pengakuan membutuhkan aliran masuk aset atau perubahan terukur nilai aset,
sementara realisasi membutuhkan aliran masuk aset likuid.
Ketertagihan
Salah satu aspek kriteria keterukuran adalah apakah ketertagihan aset cukup
meyakinkan. Keterukuran nilai aset berhubungan dengan ketertagihannya. Ketertagihan
adalah masalah penilaian, biasanya berdasarkan pengalaman terdahulu perusahaan.
Semakin lama periode penagihan, semakin tidak pasti apakah semua kas akan tertagih.
Menentukan ketertagihan adalah tentang mengatasi ketidakpastian terkait realisasi
pendapatan.
Coombes dan Martin menyatakan bahwa:
”Jika mengatasi ketidakpastian diterima sebagai kriteria penting pengakuan pendapatan,
maka perlu untuk mengusahakan keterukuran dan ketetapan (permanence) sebagai kondisi
yang harus diwujudkan sebelum ketidakpastian diatasi.”
Dalam pengertian ini, “keterukuran” terkait dengan kemampuan obyektif untuk
memberikan nilai pada penjualan. Istilah “obyektif” dapat secara luas diartikan sebagai “ke
tidakbias-an”, dan bergantung pada pemeriksaan oleh pemeriksa kompeten lainnya. Faktor
kedua, “ketetapan” menekankan bahwa, sekali diakui, sebaiknya tidak ada alasan untuk
setelahnya “membalik” pendapatan keluar dari akun.
Adanya Transaksi
Ketika pihak eksternal dalam transaksi arm’s-length mau membayar harga yang
ditentukan untuk produk perusahaan, transaksi ini tentunya merupakan bukti obyektif
peningkatan nilai perusahaan. Pihak eksternal memberikan bukti pendukung nilai output.
Kita seharusnya tidak lupa dengan fakta bahwa keinginan bertransaksi adalah karena
kebutuhan akan bukti obyektif. Apakah mungkin untuk mendapatkan bukti obyektif terkait
harga output perusahaan tanpa mengharuskan transaksi eksternal melibatkan perusahaan?
Banyak akuntan percaya bahwa transaksi pasar, bahkan tanpa keterlibatan langsung
perusahaan, memberikan bukti cukup atas nilai persediaan perusahaan. Faktanya pada saat ini
ada banyak contoh dimana nilai pasar digunakan sebagai nilai persediaan atau aset lain dan
pendapatan atau gains dicatat. Contohnya, persediaan produk tertentu, seperti tepung dan
gandum, dapat dinilai pada current market price.
Mengapa kita mengizinkan perusahaan menjual salah satu produknya untuk mencatat
pendapatan, meskipun tidak ada transaksi dimana perusahaan menjadi bagian langsung?
Jawabannya adalah bahwa profesi mengakui bahwa bukti obyektif yang cukup ada sebelum
saat penjualan. Output secara praktik dijamin untuk terjual. Kesimpulannya adalah bukti
obyektif lah yang menjadi faktor penting, bukan transaksi itu sendiri.
Banyak contoh penggunaan nilai pasar sebagai basis penilaian yang ada saat ini bagi
orang yang mengatakan bahwa nilai pasar tidak mewakili bukti obyektif yang cukup. Benar
bahwa dalam beberapa kasus nilai pasar tidak dapat diandalkan, namun kita tidak dapat
meminta bahwa dalam semua kasus perusahaan harus menjadi bagian langsung dalam
transaksi sebelum pendapatan atau gains dapat diakui.
Uji transaksi cocok dalam mayoritas kasus untuk memvalidasi pengakuan pendapatan.
Namun demikian, penulis Theory Monograph No. 3 berpendapat bahwa ada masalah terkait
“kebiasan yang melekat pada kata transaksi”. Akibatnya, uji transaksi sering digunakan
bersamaan dengan tes terkait, seperti tes realisasi.
Martin dan Coombes menyatakan bahwa:
“Dalam beberapa tahun terakhir, uji transaksi menjadi kurang persuasif, terutama di
Australia. Aset mungkin direvaluasi atau didevaluasi dan seringkali valuation gains timbul
sebagai pendapatan. Persyaratan terjadinya transaksi mungkin diperlukan namun bukan
kondisi cukup untuk menghasilkan pendapatan”.
Penyelesaian Subtansial atas Proses Pendapatan
Kriteria ini, tidak secara eksplisit dinyatakan dalam Framework, fokus kepada
pernyataan
bahwa pendapatan tidak dihasilkan (earned) hingga perusahaan telah melakukan sebagian
besar aktivitas yang dengannya perusahaan menghasilkan pendapatan. Agar kriteria ini
dapat digunakan, pendapatan tidak dipertimbangkan telah dihasilkan hingga perusahaan telah
melakukan sesuatu.
Contohnya, penandatanganan kontrak dalam banyak kasus tidak menghasilkan pendapatan
karena tidak ada kinerja oleh penjual pada titik tersebut.
Ketika sebagian besar operasi yang merupakan proses pendapatan telah dilakukan
oleh
perusahaan, maka biaya yang terkait dengan operasi tersebut juga dapat ditentukan. Total
biaya dapat diketahui dengan sedikit ketidakpastian, karena apapun future cost yang mungkin
ada dapat ditentukan dengan mudah. Bukti obyektif yang kita cari untuk mendukung
peningkatan nilai berhubungan dengan penentuan obyektif atas biaya. Uji penyelesaian-
proses-pendapatan mucul dari kesulitan subyektif terkait uji yang dijelaskan dalam
pernyataan berikut:
“Kesulitannya adalah bahwa pendapatan mungkin dihasilkan dari beberapa aktivitas, dari
produksi hingga penjualan sampai penerimaan pendapatan dan dalam proses berkelanjutan.
Masalah yang akan dihadapi oleh mereka yang akan menggunakan uji proses pendapatan
adalah pemilihan titik dimana pendapatan mungkin dihasilkan.”
Myers mempertimbangkan masalah ini dengan menyarankan kriteria “peristiwa penting”:
“Laba dihasilkan pada saat membuat keputusan terpenting atau melakukan aktivitas tersulit
dalam siklus transaksi lengkap.”
PANDUAN DARI PEMBUAT STANDAR
Tiga kriteria umum untuk pengakuan pendapatan (keterukuran nilai aset, adanya
transaksi, dan penyelesaian substansial atas proses pendapatan) telah dipertimbangkan oleh
pembuat standar dalam menentukan panduan yang tepat. Kerangka ayat 83 menyediakan dua
kriteria pengakuan pendapatan:
a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut
akan mengalir ke atau dari entitas; dan
b) item memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur dengan keandalan.
Dengan demikian, Kerangka konseptual memberikan beberapa panduan dalam
kaitannya dengan pengakuan tetapi tidak mencakup pengukuran. IAS 18/AASB 118 revenue
lebih spesifik yang menyatakan bahwa pendapatan harus diukur pada nilai wajar dari
pertimbangan bahwa pendapatan sudah diterima atau masih piutang (paragraf 9). Selanjutnya,
kerangka konseptual memberikan aturan khusus untuk pengakuan dari berbagai jenis
pendapatan, yaitu (a) penjualan barang, (b) pemberian jasa dan (c) bunga, royalti dan dividen.
Penjualan Barang
Dari perspektif teoritis, titik penjualan paling memenuhi tiga kriteria pengakuan umum
(terukurnya nilai aset, adanya suatu transaksi, dan penyelesaian substansial dari proses
produktif) tercantum dalam bagian sebelumnya. Oleh karena itu, titik penjualan dalam
earning process umumnya dipilih sebagai waktu yang paling tepat untuk mencatat
pendapatan karena memenuhi kriteria pengakuan. Pada saat penjualan, transaksi terjadi,
penjual menerima aset terukur, dan earning process secara substansial telah selesai.
Berdasarkan IAS 18, Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi
berikut dipenuhi:
(a) entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan
kepada pembeli;
(b) entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan
atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;
(c) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
(d) kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akan
mengalir kepada entitas tersebut; dan
(e) biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat diukur
dengan andal.
Penjelasan Penjualan
Apakah penjualan? Bagaimana kita tahu bahwa penjualan telah terjadi? Menggunakan
hukum sebagai pedoman, biasanya penjualan timbul saat produk dikirimkan oleh penjual
kepada pelanggan, atau jasa diserahkan. Seperti yang dinyatakan oleh Martin:
“Bukti pendapatan yang dapat diverifikasi sering terdiri dari transaksi penjualan
eksternal, sehingga pendapatan tidak dapat seperti biasanya diakui sebelum titik
penjualan.”
Dalam beberapa kasus, penjual bisa melakukan pengiriman tidak dengan memindahkan
barang tetapi dengan pengiriman dokumen kepemilikan.
Haruskah surat hak milik berpindah ke pelanggan agar pertukaran dianggap sebagai
penjualan? Dalam kebanyakan kasus, surat hak milik atas barang berpindah ke pelanggan
karena ketentuan hukum penjualan termasuk perpindahan surat hak milik. Tapi
penekanannya seharusnya pada substansi ekonomi transaksi tersebut dan bukan pada rincian
teknis hukum. Pemindahan surat hak milik merupakan salah satu aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan apakah penjualan telah dibuat (IAS 18 / AASB 118, ayat
15), tetapi tidak harus ditekankan sebagai pertimbangan utama, setidaknya dari sudut
pandang akuntansi. Sales Type Lease adalah contoh bagaimana metode akuntansi mungkin
berbeda dengan sudut pandang hukum. Para pembuat standar telah menyatakan bahwa lease
yang secara substansial mengalihkan semua manfaat dan risiko yang terkait dengan
kepemilikan properti harus diperhitungkan sebagai perolehan aset oleh penyewa guna usaha
dan penjualan oleh lessor. Meskipun kontrak menyebutnya sebagai sewa, namun dari sudut
pandang akuntansi, transaksi tersebut adalah penjualan. Jika lessor mentransfer salah satu
produknya kepada penyewa, maka pendapatan penjualan dan biaya penjualan harus dicatat.
Kriteria untuk memastikan apakah sewa adalah sales-type lease (finance lease) tercantum
dalam IAS 17 / AASB 117 Leases. Pertimbangan utama untuk menentukan apakah
penjualan telah terjadi adalah substansi ekonomi dari transaksi atau peristiwa, bukan pada
bentuk hukumnya.
Komplikasi Lain Pada Penjualan
Aturan bahwa penjualan terjadi ketika penjual memberikan barang ke pelanggan cukup
sederhana. Namun, transaksi bisnis dapat bervariasi dan kompleks dan menghasilkan
pertanyaan-pertanyaan seperti:
Kapan sebuah entitas mencatat pendapatan penjualan (sales revenue) jika barang
tersebut disisihkan untuk pelanggan untuk memenuhi kenyamanan mereka? Dalam kasus
seperti itu, pengiriman bukan acuan agar penjualan dapat dicatat.
Bagaimana jika produk disampaikan tetapi pelanggan berhak untuk
mengembalikannya? Hak kepemilikan, dibahas dalam Las 18/AASB 118. Jika risiko
signifikan dari kepemilikan aset tertahan di penjual, maka transaksi tersebut bukan
penjualan dan pendapatan tidak diakui (paragraf 16).
Pengecualian Terhadap Basis Penjualan
Ada situasi di mana pendapatan dapat dicatat bukan ketika saat penjualan.
Ada tiga pengecualian yang diterima:
1. Pendapatan yang diakui selama produksi
2. Pendapatan diakui pada akhir produksi
3. Pendapatan diakui pada saat kas diterima setelah penjualan
Karena kebutuhan untuk prinsip pengakuan didasarkan pada bukti obyektif, logisnya
pengecualian harus terutama karena kecukupan bukti sebelum penjualan untuk dua pertama
dan kekurangan bukti pada saat penjualan untuk yang ketiga. Karena ketiganya adalah
pengecualian untuk aturan umum, ketiganya dapat atau harus digunakan hanya dalam kondisi
tertentu.
1. Selama Produksi
Pendapatan dapat diakui secara bertahap dalam beberapa kasus saat produk masih
dalam produksi. IAS 18/AASB 118 memungkinkan pengakuan pendapatan berdasarkan
percentage-of-completion method. IAS ll / AASB 111 tentang Kontrak Konstruksi
memberikan panduan untuk penggunaan metode ini untuk kontrak konstruksi jangka panjang.
Kontrak ini meliputi pembangunan untuk proyek-proyek tertentu biasanya dilakukan di
tempat kerja. Dalam beberapa kasus, mungkin termasuk pembuatan atau pembangunan item
khusus berdasarkan kontrak di pabrik produsen sendiri.
Anggapan bahwa ukuran yang lebih baik dari hasil pendapatan periodik dari
penggunaan metode percentage-of-completion adalah tidak didasarkan pada kriteria
pengakuan. Sebaliknya, pembenaran percentage-of-completion didasarkan pada argumen
bahwa pendapatan timbul sepanjang siklus operasi. Pendapatan tidak tiba-tiba muncul ketika
penjualan dibuat, tetapi dihasilkan secara bertahap dalam suatu proses berkelanjutan. Oleh
karena itu, masuk akal untuk melihat pendapatan sebagai bertahap, meningkat secara
bertahap selama periode produksi – peristiwa yang paling penting dari proses pendapatan –
tetapi hanya jika ada bukti yang cukup untuk melakukan hal ini. Pendapatan dapat diakui
hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomi akan mengalir ke entitas (IAS 18/AASB
118, ayat 22). Penggunaan metode percentage-of-completion untuk kontrak konstruksi hanya
sesuai jika estimasi yang cukup handal dapat dibuat dari tingkat kemajuan penyelesaian
pekerjaan, biaya dan pendapatan kontrak.
Penekanan tampaknya ada pada kriteria umum pertama untuk pengakuan, yang harus
dilakukan dengan keterukuran dan ketertagihan aset. Karena ada kontrak antara pembeli dan
penjual, keterukuran nilai total penjualan barang kemudian muncul.
Kolektibilitas/ketertagihan adalah masalah pertimbangan. Hal ini bergantung pada jaminan
bahwa pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi kewajiban mereka. Perkiraan yang paling
penting adalah persentase penyelesaian. Tiga cara telah diidentifikasi untuk membantu