DATA KESESUAIAN LAHAN4.1 Kesesuaian Lahan PotensialPersyaratan
kesesuaian lahanTitik 1Titik 2Titik 3Titik 4Titik 5Titik 6Titik
7Titik 8
KomoditasPinusPinusJagungPinusKopiKopiKubisCabai
Temperatur rata-rata (oC)S2S2S1S2S1S1S1S1
Ketinggian tempat12101212122712401240 (S1)1220 (S1)1224-
PermeabilitasSedangSedangAgak
cepatCepatSedangSedangSedangSedang
Drainase (oa)S1S1S1S2S1S1S1S1
Media perakaran (rc)SedangKasarSedangHalus
sedangSedangHalusHalus sedang(S2)Halus sedang
Tekstur (rc)S1S1S1S1S1S1S1S1
Kedalaman tanah (rc)110130S1150S1S1S1S1
Bahaya erosi (ch)S1S1S1S1S1S1S1S2
Lereng (eh)S2S3S3S3S3S3S2S3
Bahaya banjir (fh)S1S1S2S1S1S1S1S1
pHS1S1S1S1S1S1S1S1
Kelas kesesuaian lahanS2 ehS3 ehS3 ehS3 ehS3 ehS3 ehS3 ehS3
eh
4.2 Kesesuaian Lahan Aktual dan PotensialPersyaratan kesesuaian
lahanRating Kelas Kesesuaian Lahan AktualUsaha
Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian Lahan Potensial
Komoditas
Temperatur rata-rata (tc)S2Tidak bisa dilakukan upaya
perbaikanS2
Ketinggian tempatTidak bisa dilakukan upaya perbaikan
Permeabilitas
Drainase (oa)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Media perakaran (rc)
Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kedalaman tanah (rc)
Bahaya erosi (ch)S1Tidak perlu upaya perbaikan.S1
Lereng (eh)S3Pembuatan terasiringS2
Bahaya banjir (fh)S1Tidak perlu upaya perbaikanS1
pHS1Tidak perlu upaya perbaikanS1
Kelas kesesuaian lahanS3 ehS2 tc, eh
a. Titik 1
b. Titik 2Persyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian
Lahan AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian
Lahan Potensial
Komoditas
Temperatur rata-rata (tc)S2Tidak bisa dilakukan upaya
perbaikanS2
Ketinggian tempatTidak bisa dilakukan upaya perbaikan
Permeabilitas
Drainase (oa)S2Perbaikan sistem drainase dengan pembuatan
saluran drainaseS1
Media perakaran (rc)
Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kedalaman tanah (rc)
Bahaya erosi (ch)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Lereng (eh)N1Pembuatan terasiringS3
Bahaya banjir (fh)S1Tidak perlu upaya perbaikanS1
pHS1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kelas kesesuaian lahanN1 ehS3 eh
c. Titik 3Persyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian
Lahan AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian
Lahan Potensial
Komoditas
Temperatur rata-rata (tc)S1Tidak perlu dilakukan upaya
perbaikanS1
Ketinggian tempatTidak bisa dilakukan upaya perbaikan
Permeabilitas
Drainase (oa)S2Perbaikan sistem drainase dengan pembuatan
saluran drainaseS1
Media perakaran (rc)
Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kedalaman tanah (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya
perbaikanS1
Bahaya erosi (ch)S2Usaha pengurangan laju erosi, penanaman
tanaman teras, penanaman tanaman searah garis konturS1
Lereng (eh)N1Pembuatan terasiringS3
Bahaya banjir (fh)S3Pembuatan saluran drainase untuk mempercepat
pengaturan air, pembuatan tanggul penahan airS1
pHS1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kelas kesesuaian lahanN1 ehS3 eh
d. Titik 4
Persyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian Lahan
AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian Lahan
Potensial
Komoditas
Temperatur rata-rata (tc)S2Tidak bisa dilakukan upaya
perbaikanS2
Ketinggian tempatTidak bisa dilakukan upaya perbaikan
Permeabilitas
Drainase (oa)S3Perbaikan sistem drainase dengan pembuatan
saluran drainaseS1
Media perakaran (rc)
Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kedalaman tanah (rc)
Bahaya erosi (ch)S1Tidak perlu upaya perbaikanS1
Lereng (eh)N1Pembuatan terasiringS3
Bahaya banjir (fh)S1Tidak perlu upaya perbaikanS1
pHS1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kelas kesesuaian lahanN1 ehS3 eh
e. Titik 5Persyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian
Lahan AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian
Lahan Potensial
Komoditas
Temperatur rata-rata (tc)S1Tidak bisa dilakukan upaya
perbaikanS1
Ketinggian tempatS1Tidak bisa dilakukan upaya perbaikanS1
Permeabilitas
Drainase (oa)S2Perbaikan sistem drainase dengan pembuatan
saluran drainaseS1
Media perakaran (rc)
Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kedalaman tanah (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya
perbaikanS1
Bahaya erosi (ch)S2Usaha pengurangan laju erosi, penanaman
tanaman teras, penanaman tanaman searah garis konturS1
Lereng (eh)N1Pembuatan terasiringS3
Bahaya banjir (fh)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
pHS1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kelas kesesuaian lahanN1 ehS3 eh
f. Titik 6Persyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian
Lahan AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian
Lahan Potensial
Komoditas
Temperatur rata-rata (tc)S1Tidak bisa dilakukan upaya
perbaikanS1
Ketinggian tempatS1Tidak bisa dilakukan upaya perbaikanS1
Permeabilitas
Drainase (oa)S2Perbaikan sistem drainase dengan pembuatan
saluran drainaseS1
Media perakaran (rc)
Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kedalaman tanah (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya
perbaikanS1
Bahaya erosi (ch)S2Usaha pengurangan laju erosi, penanaman
tanaman teras, penanaman tanaman searah garis konturS1
Lereng (eh)N1Pembuatan terasiringS3
Bahaya banjir (fh)S2Pembuatan saluran drainase untuk mempercepat
pengaturan air, pembuatan tanggul penahan airS1
pHS1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kelas kesesuaian lahanN1 ehS3 eh
g. Titik 7Persyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian
Lahan AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian
Lahan Potensial
Komoditas
Temperatur rata-rata (tc)S1Tidak bisa dilakukan upaya
perbaikanS1
Ketinggian tempatTidak bisa dilakukan upaya perbaikan
Permeabilitas
Drainase (oa)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Media perakaran (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya
perbaikanS1
Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kedalaman tanah (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya
perbaikanS1
Bahaya erosi (ch)S2Usaha pengurangan laju erosi, penanaman
tanaman teras, penanaman tanaman searah garis konturS1
Lereng (eh)S3Pembuatan terasiringS2
Bahaya banjir (fh)S1Pembuatan saluran drainase untuk mempercepat
pengaturan air, pembuatan tanggul penahan airS1
pHS1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kelas kesesuaian lahanS3 ehS2 eh
h. Titik 8Persyaratan kesesuaian lahanRating Kelas Kesesuaian
Lahan AktualUsaha Perbaikan(rekomendasi)Rating Kelas Kesesuaian
Lahan Potensial
Komoditas
Temperatur rata-rata (tc)S1Tidak perlu dilakukan upaya
perbaikanS1
Ketinggian tempatTidak bisa dilakukan upaya perbaikan
Permeabilitas
Drainase (oa)S2Perbaikan sistem drainase dengan pembuatan
saluran drainaseS1
Media perakaran (rc)
Tekstur (rc)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kedalaman tanah (rc)S2Umumnya tidak dapat dilakukan perbaikan
kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan membongkarnya
saat pengolahan tanahS1
Bahaya erosi (ch)S3Usaha pengurangan laju erosi, penanaman
tanaman teras, penanaman tanaman searah garis konturS2
Lereng (eh)N1Pembuatan terasiringS3
Bahaya banjir (fh)S1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
pHS1Tidak perlu dilakukan upaya perbaikanS1
Kelas kesesuaian lahanN1 ehS3 eh
4.3 Kesesuaian Lahan Rekomendasi Titik 1 (Vegetasi dominan :
Pinus)Kondisi titik pengamatan pertama dicirikan dengan dominasi
pohon pinus. Kesesuaian lahan aktual pada titik pengamatan yang
pertama ialah S3 eh. Faktor pembatas pada titik pengamatan pertama
ialah kelerengan. Kelerengan pada titik pengamatan pertama adalah
sebesar 30%, kelerengan sebesar itu menyebabkan kelerangan menjadi
faktor pembatas pada titik pengamatan tersebut. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan
pada lahan tersebut adalah melalui pengelolaan kelerengan.
Pengelolaan kelerengan dilakukan melalui pembuatan terasering.
Dengan adanya terasering kelerengan pada titik pengamatan dapat
diubah yang kemudian berdampak kepada dapat ditingkatkanya
kesesuaian lahan potensial. Selain dengan menggunakan terasering,
bentuk pengelolaan kelerengan lain yang juga dapat dilakukan adalah
dengan melakukan sistem tanam sejajar dengan garis kontur atau
dengan melakukan penanaman tanaman penutup tanah.Tanaman penutup
tanah dapat mencegah terjadinya erosi pada lahan tersebut sehingga
dengan dilakukanya beberapa perlakuan tersebut diharapkan dapat
diperoleh kesesuaian lahan potensial yang meningkat menjadi S2 tc,
eh.Titik 2 (Vegetasi dominan : Pinus)Kondisi titik pengamatan kedua
dicirikan dengan dominasi pohon pinus. Kesesuaian lahan aktual pada
titik pengamatan yang pertama ialah N1 eh. Sama halnya dengan titik
pertama faktor pembatas pada titik pengamatan kedua ialah
kelerengan. Kelerengan pada titik pengamatan kedua terlalu curam
sehingga dapat meningkatkan terjadinya erosi pada lahan tersebut,
kelerengan sebesar itu ditambah pula dengan resiko terjadinya erosi
menyebabkan kelerangan menjadi faktor pembatas pada titik
pengamatan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada lahan tersebut adalah
melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan kelerengan dilakukan
melalui pembuatan terasering, penanaman tanaman dengan pola tanaman
yang dibuat sejajar dengan garis kontur, atau diatasi dengan
menanam tanaman penutup tanah. Terasering yang dibuat pada lahan
tersebut dapat mengurangi kecuraman lereng pada titik tersebut,
kemudian pengelolaan yang kedua juga ditujukan untuk mengurangi
resiko terjadinya erosi yang lebih besar yakni dengan penanaman
searah dengan garis kontur. Metode pengelolaan yang ketiga ialah
melalui penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah
dapat menurunkan peluang terjadinya erosi di lahan pengamatan
tersebut. Dengan beberapa metode diatas maka kesesuaian lahan
potensial pada lahan tersebut dapat ditingkatkan menjadi S2 tc, eh
melalui beberapa metode yang telah dijelaskan diatas.Titik 3
(Vegetasi dominan : Jagung)Kondisi lahan pengamatan pada titik
ketiga ditandai dengan adanya dominasi dari tanaman jagung. Sama
halnya dengan titik pengamatan pertama dan kedua yang menjadi
faktor pembatas pada lahan tersebut ialah kelerengan. Sehingga
kesesuaian lahan aktual titik tersebut adalah N1 eh. Kelerengan
pada lahan tersebut terlampau curam. Kondisi lahan yang terlalu
curam berdampak pada semakin meningkatnya resiko terjadinya erosi
yang jauh lebih besar. Erosi yang terjadi pada lahan akan
mengakibatkan terjadinya degradasi pada lahan tersebut. Proses
terjadinya degradasi lahan salah satunya disebabkan langsung oleh
adanya erosi dikarenakan proses erosi yang mengikis lapisan atas
tanah, lapisan tanah atas merupakan lapisan tanah yang subur karena
seringkali pada lapisan tersebut didominasi oleh bahan-bahan
organik. Erosi akan mengikis lapisan tanah atas yang kaya dengan
bahan-bahan organik sehingga kemudian terjadi yang disebut sebagai
degradasi lahan. Untuk mengatasi kelerengan yang terlampau curam
maka dapat ditempuh beberapa solusi. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada lahan
tersebut adalah melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan
kelerengan dilakukan melalui pembuatan terasering, penanaman
tanaman dengan pola tanaman yang dibuat sejajar dengan garis
kontur, atau diatasi dengan menanam tanaman penutup tanah.
Terasering yang dibuat pada lahan tersebut dapat mengurangi
kecuraman lereng pada titik tersebut, kemudian pengelolaan yang
kedua juga ditujukan untuk mengurangi resiko terjadinya erosi yang
lebih besar yakni dengan penanaman searah dengan garis kontur.
Metode pengelolaan yang ketiga ialah melalui penanaman tanaman
penutup tanah. Tanaman penutup tanah dapat menurunkan peluang
terjadinya erosi di lahan pengamatan tersebut. Dengan beberapa
metode diatas maka kesesuaian lahan potensial pada lahan tersebut
dapat ditingkatkan menjadi S3 eh melalui beberapa metode yang telah
dijelaskan diatas.Titik 4 (Vegetasi dominan : Pinus)Kondisi lahan
pengamatan pada titik keempat ditandai dengan adanya dominasi dari
tanaman pinus. Sama halnya dengan titik pengamatan pertama, kedua,
dan ketiga yang menjadi faktor pembatas pada lahan tersebut ialah
kelerengan. Sehingga kesesuaian lahan pada lahan tersebut ialah N1
eh. Kelerengan pada lahan tersebut terlampau curam. Kondisi lahan
yang terlalu curam berdampak pada semakin meningkatnya resiko
terjadinya erosi yang jauh lebih besar. Erosi yang terjadi pada
lahan akan mengakibatkan terjadinya degradasi pada lahan tersebut.
Proses terjadinya degradasi lahan salah satunya disebabkan langsung
oleh adanya erosi dikarenakan proses erosi yang mengikis lapisan
atas tanah, lapisan tanah atas merupakan lapisan tanah yang subur
karena seringkali pada lapisan tersebut didominasi oleh bahan-bahan
organik. Erosi akan mengikis lapisan tanah atas yang kaya dengan
bahan-bahan organik sehingga kemudian terjadi yang disebut sebagai
degradasi lahan. Untuk mengatasi kelerengan yang terlampau curam
maka dapat ditempuh beberapa solusi. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada lahan
tersebut adalah melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan
kelerengan dilakukan melalui pembuatan terasering, penanaman
tanaman dengan pola tanaman yang dibuat sejajar dengan garis
kontur, atau diatasi dengan menanam tanaman penutup tanah.
Terasering yang dibuat pada lahan tersebut dapat mengurangi
kecuraman lereng pada titik tersebut, kemudian pengelolaan yang
kedua juga ditujukan untuk mengurangi resiko terjadinya erosi yang
lebih besar yakni dengan penanaman searah dengan garis kontur.
Metode pengelolaan yang ketiga ialah melalui penanaman tanaman
penutup tanah. Tanaman penutup tanah dapat menurunkan peluang
terjadinya erosi di lahan pengamatan tersebut. Dengan beberapa
metode diatas maka kesesuaian lahan potensial pada lahan tersebut
dapat ditingkatkan menjadi S3 eh melalui beberapa metode yang telah
dijelaskan diatas.Titik 5 (Vegetasi dominan : Kopi)Kondisi titik
pengamatan kelima dicirikan dengan dominasi tanaman kopi.
Kesesuaian lahan aktual pada titik pengamatan yang pertama ialah N1
eh. Faktor pembatas pada titik pengamatan pertama ialah kelerengan.
Kelerengan pada titik pengamatan pertama adalah sebesar 30%,
kelerengan sebesar itu menyebabkan kelerangan menjadi faktor
pembatas pada titik pengamatan tersebut. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada
lahan tersebut adalah melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan
kelerengan dilakukan melalui pembuatan terasering. Dengan adanya
terasering kelerengan pada titik pengamatan dapat diubah yang
kemudian berdampak kepada dapat ditingkatkanya kesesuaian lahan
potensial. Selain dengan menggunakan terasering, bentuk pengelolaan
kelerengan lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan melakukan
sistem tanam sejajar dengan garis kontur atau dengan melakukan
penanaman tanaman penutup tanah.Tanaman penutup tanah dapat
mencegah terjadinya erosi pada lahan tersebut sehingga dengan
dilakukanya beberapa perlakuan tersebut diharapkan dapat diperoleh
kesesuaian lahan potensial yang meningkat menjadi S3 eh.Titik 6
(Vegetasi dominan : Kopi)Kondisi lahan pengamatan pada titik keenam
ditandai dengan adanya dominasi dari tanaman Kopi. Sama halnya
dengan titik pengamatan pertama hingga kelima yang menjadi faktor
pembatas pada lahan tersebut ialah kelerengan. Sehingga kesesuaian
lahan pada lahan tersebut ialah N1 eh. Kelerengan pada lahan
tersebut terlampau curam. Kondisi lahan yang terlalu curam
berdampak pada semakin meningkatnya resiko terjadinya erosi yang
jauh lebih besar. Erosi yang terjadi pada lahan akan mengakibatkan
terjadinya degradasi pada lahan tersebut. Proses terjadinya
degradasi lahan salah satunya disebabkan langsung oleh adanya erosi
dikarenakan proses erosi yang mengikis lapisan atas tanah, lapisan
tanah atas merupakan lapisan tanah yang subur karena seringkali
pada lapisan tersebut didominasi oleh bahan-bahan organik. Erosi
akan mengikis lapisan tanah atas yang kaya dengan bahan-bahan
organik sehingga kemudian terjadi yang disebut sebagai degradasi
lahan. Untuk mengatasi kelerengan yang terlampau curam maka dapat
ditempuh beberapa solusi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada lahan tersebut
adalah melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan kelerengan
dilakukan melalui pembuatan terasering, penanaman tanaman dengan
pola tanaman yang dibuat sejajar dengan garis kontur, atau diatasi
dengan menanam tanaman penutup tanah. Terasering yang dibuat pada
lahan tersebut dapat mengurangi kecuraman lereng pada titik
tersebut, kemudian pengelolaan yang kedua juga ditujukan untuk
mengurangi resiko terjadinya erosi yang lebih besar yakni dengan
penanaman searah dengan garis kontur. Metode pengelolaan yang
ketiga ialah melalui penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman
penutup tanah dapat menurunkan peluang terjadinya erosi di lahan
pengamatan tersebut. Dengan beberapa metode diatas maka kesesuaian
lahan potensial pada lahan tersebut dapat ditingkatkan menjadi S3
eh melalui beberapa metode yang telah dijelaskan diatas.Titik 7
(Vegetasi dominan : Kubis)Kondisi lahan pengamatan pada titik
ketujuh ditandai dengan adanya dominasi dari tanaman kubis. Sama
halnya dengan titik pengamatan pertama, kedua, dan ketiga yang
menjadi faktor pembatas pada lahan tersebut ialah kelerengan.
Sehingga kesesuaian lahan pada lahan tersebut ialah N1 eh.
Kelerengan pada lahan tersebut terlampau curam. Kondisi lahan yang
terlalu curam berdampak pada semakin meningkatnya resiko terjadinya
erosi yang jauh lebih besar. Erosi yang terjadi pada lahan akan
mengakibatkan terjadinya degradasi pada lahan tersebut. Proses
terjadinya degradasi lahan salah satunya disebabkan langsung oleh
adanya erosi dikarenakan proses erosi yang mengikis lapisan atas
tanah, lapisan tanah atas merupakan lapisan tanah yang subur karena
seringkali pada lapisan tersebut didominasi oleh bahan-bahan
organik. Erosi akan mengikis lapisan tanah atas yang kaya dengan
bahan-bahan organik sehingga kemudian terjadi yang disebut sebagai
degradasi lahan. Untuk mengatasi kelerengan yang terlampau curam
maka dapat ditempuh beberapa solusi. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada lahan
tersebut adalah melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan
kelerengan dilakukan melalui pembuatan terasering, penanaman
tanaman dengan pola tanaman yang dibuat sejajar dengan garis
kontur, atau diatasi dengan menanam tanaman penutup tanah.
Terasering yang dibuat pada lahan tersebut dapat mengurangi
kecuraman lereng pada titik tersebut, kemudian pengelolaan yang
kedua juga ditujukan untuk mengurangi resiko terjadinya erosi yang
lebih besar yakni dengan penanaman searah dengan garis kontur.
Metode pengelolaan yang ketiga ialah melalui penanaman tanaman
penutup tanah. Tanaman penutup tanah dapat menurunkan peluang
terjadinya erosi di lahan pengamatan tersebut. Dengan beberapa
metode diatas maka kesesuaian lahan potensial pada lahan tersebut
dapat ditingkatkan menjadi S3 eh melalui beberapa metode yang telah
dijelaskan diatas.Titik 8 (Vegetasi dominan : Cabai)Kondisi lahan
pengamatan pada titik kedelapan ditandai dengan adanya dominasi
dari tanaman cabai. Sama halnya dengan titik pengamatan pertama,
kedua, dan ketiga yang menjadi faktor pembatas pada lahan tersebut
ialah kelerengan. Sehingga kesesuaian lahan pada lahan tersebut
ialah N1 eh. Kelerengan pada lahan tersebut terlampau curam.
Kondisi lahan yang terlalu curam berdampak pada semakin
meningkatnya resiko terjadinya erosi yang jauh lebih besar. Erosi
yang terjadi pada lahan akan mengakibatkan terjadinya degradasi
pada lahan tersebut. Proses terjadinya degradasi lahan salah
satunya disebabkan langsung oleh adanya erosi dikarenakan proses
erosi yang mengikis lapisan atas tanah, lapisan tanah atas
merupakan lapisan tanah yang subur karena seringkali pada lapisan
tersebut didominasi oleh bahan-bahan organik. Erosi akan mengikis
lapisan tanah atas yang kaya dengan bahan-bahan organik sehingga
kemudian terjadi yang disebut sebagai degradasi lahan. Untuk
mengatasi kelerengan yang terlampau curam maka dapat ditempuh
beberapa solusi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan potensi kesesuaian lahan pada lahan tersebut adalah
melalui pengelolaan kelerengan. Pengelolaan kelerengan dilakukan
melalui pembuatan terasering, penanaman tanaman dengan pola tanaman
yang dibuat sejajar dengan garis kontur, atau diatasi dengan
menanam tanaman penutup tanah. Terasering yang dibuat pada lahan
tersebut dapat mengurangi kecuraman lereng pada titik tersebut,
kemudian pengelolaan yang kedua juga ditujukan untuk mengurangi
resiko terjadinya erosi yang lebih besar yakni dengan penanaman
searah dengan garis kontur. Metode pengelolaan yang ketiga ialah
melalui penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah
dapat menurunkan peluang terjadinya erosi di lahan pengamatan
tersebut. Dengan beberapa metode diatas maka kesesuaian lahan
potensial pada lahan tersebut dapat ditingkatkan menjadi S3 eh
melalui beberapa metode yang telah dijelaskan diatas.