CASE REPORT SESSION TONSILITIS KRONIS Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) SMF THT Disusun oleh: M. Amri Kautsar 12100112028 Erni Maryam 12100112034 Annisa Febrieza Zulkarnaen 12100112054 Partisipan: Agli Adhitya Anugrah P 12100112051 M. Rizki Dwikane 12100112016 Vivi Herlianty Mamonto 12100110057 Preseptor: dr. Fahmi, Sp.THT-KL
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
CASE REPORT SESSION
TONSILITIS KRONIS
Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) SMF THT
Disusun oleh:
M. Amri Kautsar 12100112028Erni Maryam 12100112034Annisa Febrieza Zulkarnaen 12100112054
Partisipan:Agli Adhitya Anugrah P 12100112051
M. Rizki Dwikane 12100112016Vivi Herlianty Mamonto 12100110057
Preseptor:dr. Fahmi, Sp.THT-KL
SMF THTPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RSAI - BANDUNG2014
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba ke dalam di
nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan
masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius,
enzim dan antibody. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini
terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari
otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman
ke dalam telinga tengah terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga
tengah dan terjadi peradangan. ISPA merupakan penyebab tersering pada otitis
media terutama pada anak-anak. Streptococcus pneumonia merupakan organisme
penyebab tersering pada semua kelompok umur.
Pasien mengeluhkan gejala sesuai dengan stadium otitis. Keluhan berupa
nyeri pada telinga, keluar cairan dari telinga, telinga berdenging, dan merasa
pendengaran terganggu. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA adalah suhu
tubuh tinggi sampai 39,5 °C (stadium supurasi), anak gelisah dan sulit tidur, tiba-
tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang. Bila terjadi ruptur membran
timpani maka sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh turun dan anak
tertidur tenang.
Penanganan pada otitis media bergantung stadium dari OMA. Penanganan
utama pada epistaksis adalah dengan pemberian antibiotik. Miringotomi dilakukan
bila ada cairan yang menetap di telinga setelah 3 bulan penanganan medis dan
terdapat gangguan pendengaran. Miringotomi harus dilakukan secara a-vue
(dilihat langsung).
Edukasi kepada pasien dapat membantu mencegah terjadinya OMA. Diskusi
terarah tentang pentingnya menjaga kesehatan agar tidak mudah flu dan batuk,
tidak mengorek telinga, menjaga kebersihan telinga.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah mastoidis, paralisis nervus fascialis,
komplikasi ke intrakranial seperti abses ekstradural, abses subdural, meningitis,
abses otak, trombosis sinus lateralis, otittis hidrocephalus, labirintis dan petrosis.
Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum
mengenai definisi, anatomi fisiologi, etiologi, klasifikasi, penanganan, dan
pencegahan pada Otitis Media Akut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Telinga
Telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan
telinga dalam.
Gambar 1
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (daun telinga) dan canalis
auditorius eksternus ( liang telinga ). Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah
siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah
kanalis semisirkularis.
2.1.1 Anatomi telinga tengah
Telinga tengah terdiri dari 3 bagian yaitu membran timpani, cavum
timpani dan tuba eustachius.
1. Membrana timpani
Membrana timpani memisahkan cavum timpani dari kanalis akustikus
eksternus. Letak membrana timpai pada anak lebih pendek, lebih lebar dan lebih
horizontal dibandingkan orang dewasa. Bentuknya ellips, sumbu panjangnya 9-10
mm dan sumbu pendeknya 8-9 mm, tebalnya kira-kira 0,1 mm.
Membran timpani terdiri dari 2 bagian yaitu pars tensa (merupakan bagian
terbesar) yang terletak di bawah malleolar fold anterior dan posterior dan pars
flacida (membran sharpnell) yang terletak diatas malleolar fold dan melekat
langsung pada os petrosa. Pars tensa memiliki 3 lapisan yaitu lapiasan luar terdiri
dari epitel squamosa bertingkat, lapisan dalam dibentuk oleh mukosa telinga
tengah dan diantaranya terdapat lapisan fibrosa dengan serabut berbentuk radier
dan sirkuler. Pars placida hanya memiliki lapisan luar dan dalam tanpa lapisan
fibrosa.
Vaskularisasi membran timpani sangat kompleks. Membrana timpani
mendapat perdarahan dari kanalis akustikus eksternus dan dari telinga tengah, dan
beranastomosis pada lapisan jaringan ikat lamina propia membrana timpani. Pada
permukaan lateral, arteri aurikularis profunda membentuk cincin vaskuler perifer
dan berjalan secara radier menuju membrana timpani. Di bagian superior dari
cincin vaskuler ini muncul arteri descendent eksterna menuju ke umbo, sejajar
dengan manubrium. Pada permukaan dalam dibentuk cincin vaskuler perifer yang
kedua, yang berasal dari cabang stilomastoid arteri aurikularis posterior dan
cabang timpani anterior arteri maksilaris. Dari cincin vaskuler kedua ini muncul
arteri descendent interna yang letaknya sejajar dengan arteri descendent eksterna.
2. Kavum timpani
Kavum timpani merupakan suatu ruangan yang berbentuk irreguler
diselaputi oleh mukosa. Kavum timpani terdiri dari 3 bagian yaitu epitimpanium
yang terletak di atas kanalis timpani nervus fascialis, hipotimpananum yang
terletak di bawah sulcus timpani, dan mesotimpanum yang terletak diantaranya.
Batas cavum timpani ;
Atas : tegmen timpani
Dasar : dinding vena jugularis dan promenensia styloid