BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pada pembahasan kali ini kami mengangkat tentang penyakit yang disebabkan nyamuk chikungunya dan diabetes militus (gula darah). Kedua penyakit tersebut perlu kita kaji lebih lanjut untuk menambah wawasan tentang perawatan kesehatan. Seperti telah kita ketahui sebenarnya penyakit Chikungunya merupakan penyakit reemerging yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi sekarang muncul kembali. Bahkan sejak tahun 1779 di Batavia (Jakarta), telah dilaporkan penyakit yang memiliki gejala mirip chikungunya yang dikenal dengan nama penyakit knuckle fever, knee trouble di Kairo (1779), scarletina rhematica di Calcuta, Madras, dan Gujarat (1824) Chikungunya biasanya terjadi di daerah yang padat penduduk dan yang beriklim tropis ataupun subtropis. Karena vektor utama penyakit ini sama dengan DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti, maka lokasi penyebarannya pun hampir sama. Di daerah yang kemungkinan rawan DBD maka kemungkinan juga merupakan daerah yang rawan terhadap chikungunya.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Pada pembahasan kali ini kami mengangkat tentang penyakit yang disebabkan
nyamuk chikungunya dan diabetes militus (gula darah). Kedua penyakit tersebut
perlu kita kaji lebih lanjut untuk menambah wawasan tentang perawatan kesehatan.
Seperti telah kita ketahui sebenarnya penyakit Chikungunya merupakan
penyakit reemerging yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi
sekarang muncul kembali. Bahkan sejak tahun 1779 di Batavia (Jakarta), telah
dilaporkan penyakit yang memiliki gejala mirip chikungunya yang dikenal dengan
nama penyakit knuckle fever, knee trouble di Kairo (1779), scarletina rhematica di
Calcuta, Madras, dan Gujarat (1824)
Chikungunya biasanya terjadi di daerah yang padat penduduk dan yang
beriklim tropis ataupun subtropis. Karena vektor utama penyakit ini sama dengan
DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti, maka lokasi penyebarannya pun hampir sama. Di
daerah yang kemungkinan rawan DBD maka kemungkinan juga merupakan daerah
yang rawan terhadap chikungunya.
Di Indonesia sendiri Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya dilaporkan
pertama kali pada tahun 1979 di Bengkulu, dan sejak itu menyebar ke seluruh daerah
baik di Sumatera (Jambi, 1982) maupun di luar Sumatera yaitu pada tahun 1983 di
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan.
Pada tahun 1984 terjadi KLB di Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur, sedangkan
pada tahun 1985 di Maluku, Sulawesi Utara dan Irian Jaya.
Setelah hampir 20 tahun tidak ada kejadian maka mulai tahun 2001 mulai
dilaporkan adanya KLB chikungunya lagi di Indonesia yaitu di Aceh, Sumatera
Selatan, dan Jawa Barat, sedangkan pada tahun 2002 terjadi KLB di Jawa Tengah,
Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat
Demam chikungunya tidak mengakibatkan kematian. Pada anak kecil sering
terjadi kejang demam serta dapat mengakibatkan perdarahan dan syok walaupun
tidak sering dijumpai. Pada anak yang lebih besar, demam biasanya diikuti rasa sakit
pada otot dan sendi serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening. Pada orang
dewasa rasa nyeri pada bagian sendi dan otot sangat dominan hingga dapat
menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang
timbul rasa mual sampai muntah. Dengan kata lain seseorang yang menderita
penyakit chikungunya dapat terggangu kenyamanan serta aktivitas sehari-harinya.
Lain halnya dengan diabetus militus (DB), pnyakit yang sangat di takuti.
Karena pada dasarnya penyakit ini tidak dapat disembuhkan hanya bisa dilakukan
pencegahan saja. Penyakit ini disebut juga hyperglikemia (kadar -gula darah tinggi)
yang kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal. Akibat
gangguan hormonal tsb dapat menimbulkan komplikasi pada mata seperti katarak,
ginjal (nefropati), saraf dan pembuluh darah.
Sehingga yang menjadi latar belakang kami mengangkat isu ini adalah untuk
memberikan pemahaman tentang Definisi, Etiologi, klasifikasi, Gejala, Epidemiologi,
pencegahan juga penanggulangan.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah yang dapat kita tarik adalah
1.2.1 Chikungunya
Definisi Chikungunya, etimologi, klasfifikasi penularan, masa inkubasi, gejala
Chikungunya, Epidemiologi, Pencegahan dan penanggulangan.
asiltransferase penurunan oksidasi asam lemak di dalam hati dan aktivitas
karnitina palmitoil, antara lain dengan mengurangi sintesis glukosa-6 fosfatase
dehidrogenase dan fosfatidat fosfohidrolase meningkatkan laju lintasan
glikolisis dan/atau menurunkan laju lintasan glukoneogenesis sedang naringin
sendiri, menurunkan transkripsi mRNA fosfoenolpiruvat karboksikinase dan
glukosa-6 fosfatase di dalam hati.
Hesperidin merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan pada
buah jenis jeruk, sedang naringin banyak ditemukan pada buah jenis anggur.
2.2.6.3 Diabetes mellitus tipe 3Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes,
insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has
progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults,
type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi
hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan
interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM
mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari
wanita penderita GDM bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua
kehamilan. GDM bersifat temporer dan secara penuh bisa perlakukan tetapi,
tidak diperlakukan, boleh menyebabkan permasalahan dengan kehamilan,
termasuk macrosomia (kelahiran yang tinggi menimbang), janin mengalami
kecacatan dan menderita penyakit jantung sejak lahir. Penderita memerlukan
pengawasan secara medis sepanjang kehamilan.
Resiko Fetal/Neonatal yang dihubungkan dengan GDM meliputi
keanehan sejak lahir seperti berhubungan dengan jantung, sistem nerves yang
pusat, dan [sebagai/ketika/sebab] bentuk cacad otot. Yang ditingkatkan
hormon insulin hal-hal janin boleh menghalangi sindrom kesusahan dan
produksi surfactant penyebab hal-hal janin yang berhubung pernapasan.
Hyperbilirubinemia boleh diakibatkan oleh pembinasaan sel darah yang
merah. Di kasus yang menjengkelkan, perinatal kematian boleh terjadi, paling
umum sebagai hasil kelimpahan placental yang lemah/miskin dalam kaitan
dengan perusakan/pelemahan yang vaskuler. Induksi/Pelantikan mungkin
ditandai dengan dikurangi placental fungsi. Bagian Cesarean mungkin
dilakukan jika ditandai kesusahan hal-hal janin atau suatu ditingkatkan risiko
dari luka-luka/kerugian dihubungkan dengan macrosomia, seperti bahu
dystocia.
2.2.7 Penanggulangan
Pasien yang cukup terkendali dengan pengaturan makan saja tidak mengalami
kesulitan kalau berpuasa. Pasien yang cukup terkendali dengan obat dosis tunggal
juga tidak mengalami kesulitan untuk berpuasa. Obat diberikan pada saat berbuka
puasa. Untuk yang terkendali dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dosis tinggi, obat
diberikan dengan dosis sebelum berbuka lebih besar daripada dosis sahur. Untuk
yang memakai insulin, dipakai insulin jangka menengah yang diberikan saat berbuka
saja. Sedangkan pasien yang harus menggunakan insulin (DMTI) dosis ganda,
dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan.
Perencanaan makan, olahraga serta usaha menurunkan berat badan adalah
dasar dari bagaimana penderita diabetes millitus menghadapi penyakitnya. Tanpa
perencanaan makan dan kedisiplinan menjalani misalnya, mustahil kiranya penderita
dapat mengatasi penyakitnya. Bahkan diabetes millitus yang masih dalam tahap
ringan dapat ditanggulangi/disembuhkan hanya dengan pola makan saja. Bila seluruh
usaha diatas telah dijalankan dengan baik tetapi kadar gula darah masih belum berada
pada batas normal, barulah penderita memerlukan obat.
Obat untuk penderita diabetes mellitus dikenal sebagai obat hipoglikemik atau
obat penurun kadar glukosa dalam darah. Walaupun efektif dan mudah dipakai,
penggunaan obat ini harus sesuai dosis atau berdasarkan petunjuk dokter. Bila dosis
terlalu rendah komplikasi kronis akan muncul lebih dini. Sedang dosis yang berlebih
atau cara pemakaian yang salah dapat menimbulkan hipoglikemia.
Obat hipoglikemik ada dua macam. Yaitu berupa suntikan dan berupa tablet.
Untuk sebagian orang, istilah obat sendiri memang sudah ditinggalkan. Karena tidak
ada obat yang dapat menyembuhkan diabetes millitus. Penyembuhan hanya bisa bila
disertai sikap hidup -perencanaan makan yang benar. Ada 2 golongan obat
hipoglikemik oral yaitu golongan sulfonilurea dan biguanid.
2.2.7.1 Pengobatan Medis
Yang dimaksud pengobatan medis adalah pengobatan dengan disiplin
kedokteran. Obat medis dapat dibagi dalam beberapa golongan:
1. SULFONILUREA
Golongan ini dapat menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi
dengan cara merangsang keluarnya insulin dari sel b Pankreas. Dengan
demikian bila pankreas sudah rusak dan tidak dapat memproduksi insulin lagi
maka obat ini tidak dapat digunakan. Karena itu obat ini tidak berguna bagi
penderita diabetes millitus tipe I. Namun, akan berkhasiat bila diberikan pada
pasien diabetes millitus tipe II yang mempunyai berat badan
normal.Penggunaan obat golongan sulfonilurea pada yang gemuk dan obesitas
harus hati-hati. Karena mungkin kadar insulin dalam darah sudah tinggi
(hiperinsulinemia). Hanya saja insulin yang ada tidak dapat bekerja secara
efektif. Pada penderita diabetes mellitus dengan obesitas, pemberian obat
golongan ini akan memacu pankreas mengeluarkan insulin lebih banyak lagi.
Akibatnya keadaan hiperinsulmnemia menjadi lebih tinggi. Ini berbahaya
karena dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
2. BIGUANID
Obat golongan biguanid bekerja dengan cara meningkatkan kepekaan
tubuh terhadap insulin yang diproduksi oleh tubuh sendiri. Obat ini tidak
merangsang peningkatan produksi insulin sehingga pemakaian tunggal tidak
menyebabkan hipoglikemia.Obat golongan biguanid dianjurkan sebagai obat
tunggal pada penderita diabetes mellitus dengan obesitas (BBR> 120%).
Untuk penderita diabetes mellitus yang gemuk (BBR> 110%) pemakaiannya
dapat dikombinasikan dengan obat golongan sulfonilunea.Efek samping yang
sering terjadi dari pemakaian obat golongan biguanid adalah gangguan saluran
cerna pada hari-hari pertama pengobatan. Untuk menghindarinya, disarankan
dengan dosis rendah dan diminum saat makan atau sesaat sebelum makan.
Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan memakai obat golongan ini.
3. ACARBOSE
Acarbose bekerja dengan cara memperlambat proses pencernaan
karbohidrat menjadi glukosa. Dengan demikian kadar glukosa darah setelah
makan tidak meningkat tajam. Sisa karbohidrat yang tidak tercerna akan
dimanfaatkan oleh bakteri di usus besar, dan ini menyebabkan perut menjadi
kembung, sering buang angin, diare, dan sakit perut.Pemakaian obat ini bisa
dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea atau insulin, tetapi bila terjadi
efek hipoglikemia hanya dapat diatasi dengan gula murni yaitu glukosa atau
dextrose. Gula pasir tidak bermanfaat.Acarbose hanya mempengaruhi kadar
gula darah sewaktu makan dan tidak mempengaruhi setelah itu. Obat ini tidak
diberikan pada penderita dengan usia kurang dan 18 tahun, gangguan
pencernaan kronis, maupun wanita hamil dan menyusui. Acarbose efektif
pada pasien yang banyak makan karbohidrat dan kadar gula darah puasa lebih
dari 180 mg/dl.
4. INSULIN
Insulin diinjeksikan sebagai obat untuk menutupi kekurangan insulin
tubuh (endogen) karena kelenjar sel b pankreas tidak dapat mencukupi
kebutuhan yang ada. Pengobatan dengan insulin berdasarkan kondisi masing-
masing penderita dan hanya dokter yang berkompeten memilih jenis serta
dosisnya. Untuk itu insulin digunakan pada pasien diabetes millitus tipe I.
Penderita golongan ini harus mampu meyuntik insulin sendiri.
Untuk sebagian penderita diabetes millitus tipe II, juga membutuhkan
pemakaian insulin. Indikasi berikut menunjukkan bahwa penderita perlu
menggunakan insulin.
Kencing manis dengan komplikasi akut seperti misalnya ganggren.
Ketoasidosis dan koma lain pada penderita. Kencing manis pada kehamilan
yang tidak terkendali dengan perencanaan makan. Berat badan penderita
menurun cepat. Penyakit diabetes mellitus yang tidak berhasil dikelola dengan
tablet hipoglikemik dosis maksimal. Penyakit disertai gangguan fungsi hati
dan ginjal yang berat.
Ada berbagai jenis insulin, yaitu Insulin Kerja Cepat (Short acting
insuline), Insulin Kerja Sedang (Intermediate acting insuline) dan Insulin
Premiks (Premixing insuline) yang merupakan campuran Short acting insuline
dan Intemediate acting insuline. Ada juga insulin yang memiliki daya kerja 24
jam (Long acting insuline).
2.2.7.2 Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional, pengobatan dengan menggunakan bahan dari
tanaman berkhasiat obat sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Secara
umum paham ini disebut herbalisme, yaitu satu usaha memperbaiki fungsi
tubuh dengan menggunakan bahan tumbuh-tumbuhan, baik berasal dari satu
tumbuhan ataupun dari ramuan beberapa tumbuhan. Dalam herbalisme ada
prinsip dasar, yaitu menggunakan tumbuhan secara utuh. Jadi bukan
mengambil zat yang bermanfaat untuk penyakit tertentu saja atau bahkan
meggunakan campuran-campuran bahan sintetik. Pembuatan obat tradisional
ini cukup sederhana, sehingga siapa saja yang mau mempelajarinya tentu
dapat mengolahnya.
2.2.7.3 Antara Pengobatan Medis dan Pengobatan Tradisional
Ada perbedaan antara pengobatan tradisional dengan pengobatan
secara medis (ilmu kedokteran modern). Pengobatan medis sifatnya
menghancurkan. Untuk itu reaksi yang didapat biasanya cepat terasa.
Sedangkan obat tradisional sifatnya membangun. Reaksi yang ada cukup
lambat.
Hal di atas memang sesuai dengan prinsip dasar pengobatan medis dan
herbalisme. Pengobatan tradisional berpegang pada keseimbangan fungsi
organ tubuh secara alami. Sehingga ia tidak hanya mengobati atau
menghilangkan gejala satu penyakit, tetapi berusaha mengembalikan fungsi
tubuh hingga menjadi seimbang kembali. Pengobatan tradisional biasanya
kurang cocok untuk hal-hal yang sifatnya harus cepat penanganannya,
misalnya untuk infeksi akut. Sebaliknya pengobatan tradisional sangat bagus
untuk penyakit-penyakit kronis yang bahkan tidak sanggup lagi diobati
dengan cara medis.
Pada dasarnya tubuh kita mempunyai kemampuan yang luar biasa
untuk menyembuhkan penyakit. Timbulnya satu penyakit sendiri dimengerti
karena fungsi tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidak seimbangan ini
disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari faktor lingkungan, fisik,
emosi/kejiwaan, juga faktor sosial misalnya perubahan kebiasaan makan, dsb.
Jadi bila terdapat satu gangguan di tingkat sel atau disfungsi di satu bagian
tubuh, maka hal ini akan menyebabkan ketidak seimbangan dibagian lain.
Apabila tubuh kita tidak dapat mengatasi hal ini, maka akan timbul satu
penyakit. Penyakit itu sendiri akhirnya menrupakan disfungsi dari satu bagian
tubuh yang akan menimbulkan ketidak seimbangan dibagian yang lain.
Demikian seterusnya. Contoh kejadian ini bisa kita lihat dengan jelas pada
komplikasi yang disebabkan oleh diabetes millitus (baca halaman
komplikasi).
Dalam herbalisme dikenal satu istilah reaksi balik atau tindak balas.
Tindak balas ini berhubungan langsung dengan sistem kekebalan tubuh.
Dalam tindak balas ini sistem kekebalan tubuh kita membuang zat-zat atau
sisa produk (racun) yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Jadi dalam tindak balas
terjadi satu proses detoksifikasi. Tindak balas ini sangat berbeda dengan apa
yang dalam ilmu kedokteran disebut disease crisis. Disease crisis terjadi
karena tubuh tidak sanggup menghadapi satu penyakit atau zat-zat yang
dianggap racun oleh tubuh termasuk bahan-bahan kimia dari obat-obatan
medis. Oleh sebab itulah dalam ilmu kedokteran selalu ditekankan adanya
efek sampingan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan kami dapat mengambil beberapa kesimpulan untuk masing
– masing jenis penyaki, chikungunya dan DB antara lain:.
3.1.1 Chinkungunya
Penyakit chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang
disebut virus Chikungunya. Virus ini termasuk keluarga Togaviridae,
genus alphavirus atau “group A” antropho borne viruses. Virus ini
telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di Indonesia. Sejarah
Chikungunya di Indonesia Penyakit ini berasal dari daratan Afrika
dan mulai ditemukan di Indonesia tahun 1973.
Virus chikungunya termasuk kelompok virus RNA yang
mempunyai selubung, merupakan salah satu anggota grup A dari
arbovirus, yaitu alphavirus dari famili Togaviridae.
Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang
sakit digigit oleh nyamuk penular , kemudian nyamuk penular
tersebut menggigit orang lain. Virus menyerang semua usia, baik
anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku dengan
kerap di suatu kawasan atau populasi dan senantiasa ada).
Gejalanya adalah demam, sakit persendian, nyeri otot, bercak
kemerahan pada kulit, dan sakit kepala.
Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji
serologik antara lain uji hambatan aglutinasi (HI), serum netralisasi,
dan IgM capture ELISA.
Pengobatan terhadap penderita ditujukan terhadap keluhan
dan gejala yang timbul. Perjalanan penyakit ini umumnya cukup
baik, karena bersifat “self limited disease”, yaitu akan sembuh
sendiri dalam waktu tertentu.
Chikungunya tidak menyebabkan kematian atau kelumpuhan.
Dengan istirahat cukup, obat demam, kompres, serta antisipasi
terhadap kejang demam, penyakit ini biasanya sembuh sendiri
dalam tujuh hari.
3.1.2 Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus dapat muncul diagnosa antara lain: Resiko defisit volume
cairan, Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Kelemahan. Dari
masalah – masalah tersebut setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari
ternyata 3 masalah dapat teratasi namun secara sebagian dari 3 dignosa yang telah di
rumuskan, dan ini bisa terlaksana atas peran aktif pasien dan bantuan dari anggota
keluarga pasien.
Dalam perawatan pasien Diabetes Mellitus yang lebih penting adalah dengan
menjaga keseimbangan antara intake dan output cairan dalam tubuh. Selain itu juga
pasien Diabetes Mellitus harus menjaga nutrisi dengan baik, supaya tidak terjadi
hipoglikemi atau hiperglikemi, disamping itu juga pasien harus berlatih untuk
beraktivitas supaya tidak terjadi atau timbul masalah baru seperti masalah gangguan
perawatan diri.
3.2 Saran
3.2.1 Chikungunya
Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang
bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein dapat
meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak
mungkin untuk menghilangkan gejala demam. Perbanyak
mengkonsumsi buah-buahan segar (sebaiknya minum jus buah
segar).
Cara mencegah penyakit ini adalah membasmi nyamuk
pembawa virusnya, termasuk memusnahkan sarangpembiakan
larva untuk menghentikan rantai hidup dan penularannya. Cara
sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:
- Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat
nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai dewasa dalam
kurun waktu 7-10 hari.
1. Menutup tempat penyimpanan air
2. Mengubur sampah
3. Menaburkan larvasida.
4. -Memelihara ikan pemakan jentik
5. Pengasapan
6. Pemakaian anti nyamuk
7. -Pemasangan kawat kasa di rumah.
Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini
adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk
mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan cara
pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini
dikarenakan nyamuk Aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding,
melainkan pada benda-benda yang menggantung.
3.2.2 Diabetes mellitus
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus harus
memperhatikan apakah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi dan juga
memperhatikan adanya luka atau ganggren.
Berdoa saja biar ndak kena penyakit DB..
REFERENSI
http://id.wikipedia.org/wiki/Chikungunya http://marhendraputra.co.cc/info-sehat/79-chikungunya-disease Noviyus Linawati. 2009-11-17. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap
Masyarakat dengan perilaku pencegahan penyakit Chikungnya di Desa Wringin Putih Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. http://kapukpkusolo.blogspot.com /2010/01/ chikungunya.html