Top Banner
TUGAS KELOMPOK 6 CIVIL ENGINEERING SYSTEM DESIGN AND PLANNING OF CIVIL ENGINEERING SYSTEM SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH SKALA KECIL UI Kelompok 6 Felix Cahyo Kuncoro Jakti 0906511763 Ilma Alyani 0906511782 Lugas Trias Pamungkas 0906511813 Prabhu Sello Aryo Jati 0906511896 PROGRAM SARJANA REGULER DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2011
34

CES 2011 - Kelompok 6 Final

Feb 15, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: CES 2011 - Kelompok 6 Final

TUGAS KELOMPOK 6

CIVIL ENGINEERING SYSTEM

DESIGN AND PLANNING OF CIVIL ENGINEERING SYSTEM

SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH SKALA KECIL UI

Kelompok 6

Felix Cahyo Kuncoro Jakti 0906511763

Ilma Alyani 0906511782

Lugas Trias Pamungkas 0906511813

Prabhu Sello Aryo Jati 0906511896

PROGRAM SARJANA REGULER

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2011

Page 2: CES 2011 - Kelompok 6 Final

ABSTRAK

Karya tulis ini disusun untuk merancang dan merencanakan sistem persampahan di Universitas

Indonesia dalam kaitannya dengan bidang teknik sipil dan teknik lingkungan, mulai dari

mengidentifikasi masalah, objek, dan batasan, formulasi masalah, membuat pemodelan solusi dan

optimisasinya, dan menganalisis permasalahan sistem persampahan di Universitas Indonesia, Depok.

Mengingat Universitas Indonesia cukup berkontribusi menyumbang jumlah sampah di kota Depok,

sistem persampahan terpadu perlu mendapat perhatian yang lebih dari semua pihak, terutama dari

dalam masyarakat kampus, untuk mendukung program-program Universitas Indonesia yang hijau

dan turut serta dalam melestarikan lingkungan hidup.

Dalam prosesnya untuk menentukan solusi dari permasalahan ini, identifikasi permasalahan, objek,

dan batasan mutlak diperlukan untuk memahami inti permasalahan. Formulasi masalah selanjutnya

dilakukan untuk menentukan lingkungan dimana masalah itu berada agar proses pencarian solusi

lebih tepat sasaran, efektif,dan efisien. Kemudian, dalam memodelkan sistem diperlukan sistem teori

dengan pendekatan integrasi komponen yang dilakukan dengan menghubungkan segala aspek yang

berkenaan dengan sistem, baik fisik maupun non-fisik, sehingga nantinya akan melahirkan sebuah

solusi yang diharapkan. Dari pendekatan ini, dilakukan system modelling untuk menggambarkan

aspek-aspek yang berkenaan dengan sistem dan berujung pada penentuan solusi terbaik.

Dalam kasus sistem persampahan ini, diharapkan Universitas Indonesia yang dipandang sebagai

green campus dapat meningkatkan dirinya sebagai universitas riset kelas dunia dan seluruh

stakeholder dapat mempunyai komitmen dalam mewujudkan sistem persampahan Universitas

Indonesia yang optimal serta sesuai standar.

Kata kunci: sistem persampahan, Universitas Indonesia

Page 3: CES 2011 - Kelompok 6 Final

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1

I.2 Tujuan ............................................................................................................................ 3

I.3 Batasan ........................................................................................................................... 3

BAB II DESKRIPSI SISTEM ............................................................................................... 4

II.1 Definisi Sampah ............................................................................................................ 4

II.2 Istilah-Istilah dalam Sistem Persampahan ..................................................................... 5

II.3 Klasifikasi Sampah ........................................................................................................ 5

II.4 Volume Sampah Depok dan Universitas Indonesia ...................................................... 7

II.5 System Modelling ........................................................................................................... 10

BAB III METODOLOGI ...................................................................................................... 12

III.1 Alur Penyusunan ............................................................................................................ 12

III.2 Jenis Penelitian .............................................................................................................. 12

III.3 Populasi dan Sampel ...................................................................................................... 13

III.4 Tempat Penelitian .......................................................................................................... 13

III.5 Waktu Penelitian ............................................................................................................ 14

III.6 Pengumpulan Data ......................................................................................................... 14

III.7 Pengolahan Data ............................................................................................................ 14

BAB IV ANALISIS ................................................................................................................ 15

IV.1 Formulasi Masalah Sistem Persampahan di UI ............................................................. 15

IV.2 Perbandingan Standar Mutu Sistem Persampahan di UI dengan Realisasi .................. 16

IV.3 Analisis System Modelling Sistem Persampahan UI ..................................................... 18

BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 28

V.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 28

V.2 Saran ............................................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: CES 2011 - Kelompok 6 Final

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Lingkup masalah dalam bidang Teknik Sipil seringkali tidak bisa ditelaah secara

parsial, melainkan harus secara holistik dan terintegratif. Satu masalah kadangkala

berkaitan dengan masalah lainnya, sehingga masalah tersebut bukan lagi dipandang

individual, namun harus sebagai sistem. Dalam mendekati dan memecahkan suatu

permasalahan, salah satu tantangan awal yang dihadapi oleh para insinyur ialah

memahami sifat dari masalah, lingkungan di mana masalah tersebut berada, dan

dampaknya terhadap hal lainnya.

Salah satu masalah serius yang kini dihadapi semua manusia, yang berkaitan

langsung dengan bidang Teknik Sipil dan Lingkungan, adalah sistem persampahan.

Sampah menjadi suatu konsekuensi dari berkembangnya pertumbuhan manusia dan

peradabannya. Dengan populasi sekitar 7 miliar jiwa, yang setiap individunya pasti

menghasilkan sampah, tentu diperlukan suatu pengelolaan serius mengenai masalah

ini, sebab jika tidak, persoalan ini akan sangat menurunkan kualitas kehidupan

manusia.

Timbulan sampah bertambah seiring dengan bertambahnya populasi manusia dan

pertumbuhan ekonomi. Sampah yang tidak dikelola dengan tepat memberikan risiko

bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Pembuangan yang tidak terkontrol dan

penanganan yang tidak layak menyebabkan beragam masalah, termasuk

terkontaminasinya air, berkembangbiaknya serangga dan hewan pengerat, dan

bertambahnya banjir akibat tertutupnya saluran drainase. Manajemen sampah yang

tidak baik juga dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca, yang berkontribusi sebagai

penyebab perubahan iklim. Perencanaan dan penerapan program yang komprehensif

untuk pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah—berbarengan dengan

aktivitas untuk mengurangi timbulan atau mendaur ulang sampah—dapat

menyingkirkan masalah-masalah ini.

Sampah berhubungan langsung dengan perkembangan manusia, baik secara

teknologi maupun sosial. Komposisi sampah berbeda tergantung waktu dan tempatnya,

dengan perkembangan industri dan inovasi telah dihubungkan secara langsung sebagai

penghasil sampah. Contoh dari hal ini ialah sampah plastik dan nuklir. Beberapa

Page 5: CES 2011 - Kelompok 6 Final

komponen sampah memiliki nilai ekonomis dan dapat didaur ulang ketika

dikembalikan kondisinya dengan tepat.

Kota Depok, Jawa Barat, memiliki volume rata-rata timbunan sampah cukup besar,

yaitu 3.764 m3/hari pada tahun 2007

1. Sebagai universitas besar yang terletak di Depok,

Universitas Indonesia (UI) juga tidak luput dari masalah persampahan dengan jumlah

sivitas akademika yang mencapai puluh ribuan orang, belum lagi dengan para pelintas.

Secara kasat mata, belum terdapat pengelolaan persampahan yang baik di

lingkungan UI. Sistem persampahan yang ada dirasa belum cukup mumpuni untuk

universitas sebesar UI. Namun sayangnya, masalah yang kompleks ini masih belum

mendapat perhatian lebih dari pihak-pihak terkait, sedangkan gerakan-gerakan inisiatif

masih bersifat perseorangan atau kelompok.

Sebelum tercapainya solusi yang dituju, terdapat beberapa tahap yang harus

dilakukan untuk mencapai solusi yang diharapkan. Tahap ini dimulai dengan

identifikasi masalah, objek, dan batasan. Tahap ini ditujukan untuk memahami masalah

yang akan diangkat. Selanjutnya dilakukan perumusan masalah. Tahap ini dilakukan

agar tercipta nature of problem atau lingkungan permasalahan untuk memudahkan

pencarian solusi yang tepat sasaran, efektif, dan efisien. Kemudian masuk ke tahap

sistem teori yang diperlukan untuk mempelajari metode atau cara yang digunakan

untuk menguraikan masalah agar dapat dianalisis dan diselesaikan.Tahap sistem teori

ini kemudian menuntun proses pencarian solusi menuju ke tahap pemodelan sistem.

Masalah yang telah diformulasikan sebelumnya dimodelkan dalam satu atau lebih buah

model yang menggambarkan semua aspek masalah yang relevan. Tahap berikutnya

adalah Optimization atau optimasi. Proses ini diperlukan untuk menentukan solusi

manakah yang terbaik yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan dan sasaran sistem

secara keseluruhan, dalam hal ini sistem persampahan di Universitas Indonesia, Depok.

Dengan demikian, sebagai mahasiswa Teknik Sipil UI, merupakan suatu tanggung

jawab bagi penulis, dan semua pihak pada umumnya, untuk lebih serius mengkaji

permasalahan sistem persampahan di UI dan memberikan sebuah solusi yang dapat

diaplikasikan dalam lingkungan kampus. Oleh sebab itu, dalam mata kuliah Sistem

Rekayasa Sipil, disusunlah laporan Design and Planning of Civil Engineering System

ini untuk menentukan solusi terbaik dari permasalahan sistem persampahan di

Universitas Indonesia, Depok.

1 Data Non Fisik Adipura, 2007

Page 6: CES 2011 - Kelompok 6 Final

I.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini, antara lain:

1. Memenuhi tugas mata kuliah Civil Engineering System (CES), Departemen

Teknik Sipil, FTUI.

2. Mengamati langsung suatu sistem rekayasa sipil, dalam hal ini kondisi sistem

persampahan, di UI.

3. Menentukan solusi terbaik dari permasalahan sistem persampahan yang dapat

dicapai dan diaplikasikan di UI.

I.3 Batasan Masalah

Terdapat beberapa batasan dalam laporan survei ini, antara lain:

1. Sistem persampahan yang disurvei terdapat di wilayah kampus UI Depok, yang

berada di bawah operasional CV. Tri Jaya Putra, CV. Karisma Lunggas, dan

pihak UI sendiri, jalanan umum, taman, fakultas-fakultas, dan asrama.

2. Sampah yang dimaksud dalam laporan ini ialah sampah organik dan anorganik, di

luar sampah khusus (sampah medis, sampah sisa praktikum, dan sampah yang

penanganannya dipisah).

Page 7: CES 2011 - Kelompok 6 Final

BAB II

STUDI PUSTAKA

II.1 Definisi Sampah

Berikut ini adalah beberapa definisi sampah:

1. Kamus Istilah Lingkungan (1994)

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk

maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau

bercacat dalam pembikinan manufaktur atau matreri berkelebihan atau ditolak atau

buangan

2. Departemen Pekerjaan Umum (1990)

Sampah adalah:

a. sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula,

b. sumberdaya yang tidak siap pakai,

c. limbah yang bersifat padat, yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik, yang

dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan

lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.

3. United Nations Environment Programme (UNEP)

Menurut Konvensi Basel

Sampah adalah substansi atau benda yang dibuang atau ditujukan untuk dibuang

atau perlu untuk dibuang sesuai aturan hukum internasional ("Substances or

objects which are disposed of or are intended to be disposed of or are required to

be disposed of by the provisions of international law")

Menurut United Nations Statistics Division (U.N.S.D)

Sampah adalah material yang bukan merupakan produk utama (yaitu produk yang

dihasilkan untuk dipasarkan) yang penghasilnya tidak mempunyai kepentingan lagi

untuk memproduksi, mengubah atau menggunakan, atau yang ia ingin buang.

Sampah dapat dihasilkan selama ekstraksi bahan mentah, pemrosesan bahan

mentah menjadi produk antara dan produk jadi, konsumsi produk jadi, dan aktivitas

manusia lainnya. Sisa yang didaur ulang atau dipakai kembali di tempat produksi

tidak termasuk dalam definisi ini. (Wastes are materials that are not prime

products (that is products produced for the market) for which the generator has no

further use in terms of his/her own purposes of production, transformation or

consumption, and of which he/she wants to dispose. Wastes may be generated

Page 8: CES 2011 - Kelompok 6 Final

during the extraction of raw materials, the processing of raw materials into

intermediate and final products, the consumption of final products, and other

human activities. Residuals recycled or reused at the place of generation are

excluded.)

4. European Union (EU) dalam Waste Management Licensing Regulations (1994)

Sampah adalah substansi atau benda yang penghasil maupun orang yang

menggunakannya, membuang atau bertujuan untuk membangun atau perlu

dibuang. (any substance or object which the producer or the person in possession

of it, discards or intends or is required to discard but with exception of anything

excluded from the scope of the Waste Directive.)

II.2 Istilah-Istilah dalam Sistem Persampahan

Timbulan sampah adalah jumlah sampah yang dihasilkan dari buangan domestik

dan non-domestik.

Komposisi sampah adalah komponen fisik limbah padat. Beberapa metode yang

dapat digunakan untuk memperkirakan kuantitas limbah padat adalah :

1. Load-count analysis (analisis perhitungan muatan)

2. Weight-volume analysis (analisa berat volume), dan

3. Materials-balance analysis (analisa keseimbangan bahan)

Unit Pengolahan Sampah (Material Recovery Facilities) adalah sebuah fasilitas

untuk menerima, mengurutkan, memproses dan menyimpan bahan-bahan daur ulang

yang akan dikirim dan dipasarkan ke pengguna akhir.

II.3 Klasifikasi Sampah

Sampah dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu:

1. Berdasarkan sumbernya

a. Sampah alam

b. Sampah manusia

c. Sampah konsumsi

d. Sampah nuklir

e. Sampah industri

f. Sampah pertambangan

2. Berdasarkan sifatnya

a. Sampah organik – dapat diurai (degradable)

Page 9: CES 2011 - Kelompok 6 Final

b. Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable)

3. Berdasarkan bentuknya

a. Sampah padat

i. Biodegradable

ii. Non-biodegradable

a) Recyclable

b) Non-recycleable

b. Sampah cair

i. Limbah hitam

ii. Limbah rumah tangga

Selain itu, terdapat klasifikasi sampah lain yang didefinisikan oleh sistem

manajemen sampah modern, yaitu termasuk:

1. Sampah perkotaan, meliputi sampah rumah tangga, sampah komersial, dan sampah

penghancuran.

2. Sampah berbahaya, meliputi sampah industri.

3. Sampah biomedikal, meliputi sampah klinik.

4. Sampah khusus, meliputi sampah radioaktif, sampah mudah meledak, dan sampah

elektronik.

Page 10: CES 2011 - Kelompok 6 Final

Gambar 1. Sampah berdasarkan material pembuatnya

II.4 VOLUME SAMPAH DEPOK DAN UNIVERSITAS INDONESIA

Pada tahun 1990, Kota Administrasi Depok penduduknya berjumlah 271.134

jiwa, dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 828.870 jiwa. Saat ini dengan

pertumbuhan penduduk rata­rata 6,75 persen per tahun hingga tahun 2000

berjumlah 1.013.731 jiwa (RUTR&RUTW Kota Depok 2000­2010).

Page 11: CES 2011 - Kelompok 6 Final

Sesuai data Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, jumlah volume

sampah setiap hari mencapai 3000 m3. Sampah tersebut harus diangkut setiap hari oleh

54 unit truk sampah.

Sedangkan Universitas Indonesia sebagai bagian dari Kota Depok juga menjadi

salah satu penyumbang sampah terbesar untuk kota ini.

Gambar 2. Jumlah penghuni Universitas Indonesia, Depok

REKAPITULASI PEMBUANGAN SAMPAH UNIVERSITAS INDONESIA

KE TPA CIPAYUNG DEPOK

JANUARI-DESEMBER 2010

FAKULTAS

BULAN

JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

FIK 1 1 2 2 3 1 1 1 1 2 1 2 18

FKM 3 5 3 2 2 2 1 2 2 3 3 2 30

FMIPA 1 0 2 2 1 1 2 1 3 3 3 3 22

FT 2 4 3 4 2 3 1 2 3 4 5 4 37

FE 6 7 7 9 6 8 6 6 5 9 9 10 88

FISIP 5 6 4 0 1 6 4 6 5 9 6 9 61

FIB 2 1 2 3 2 1 1 2 1 2 3 2 22

F.Psi 2 6 6 7 4 4 4 5 5 6 5 6 60

FH 5 3 2 4 2 3 1 3 2 3 3 2 33

FASILKOM 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 15

PAU 3 2 3 1 2 3 1 4 2 3 6 6 36

TOTAL 31 36 36 35 27 33 23 33 30 46 45 47 422

Page 12: CES 2011 - Kelompok 6 Final

Sampah Kantin

Fakultas

HARI KE- Rata-rata

Timbulan

per

fakultas

(Kg/hari)

Rata-rata

Timbulan

per

fakultas

(m3/hari)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

FT 78 83 28 73 68 56 75 76 75 46 65.8 1.31

FE 25 29 9 8 15 11 3 3 4 11 11.8 0.31

FASILKOM 51 56 57 17 40 24 32 26 24 25 35.2 0.75

Rektorat 3.3 43 35.5 30.5 20.5 28 21 34.5 19 24 25.93 0.57

Rata-rata (kg/kantin/hari) 34.7 0.74

Sampah jalan dan taman

Page 13: CES 2011 - Kelompok 6 Final

Komposisi Sampah

Gambar 3. Komposisi sampah Universitas Indonesia, Depok

II.5 SYSTEM MODELLING

System modelling adalah teknik untuk mengekspresikan, memvisualisasikan,

menganalisis, dan mentransformasi arsitektur sebuah sistem. Di sini, sebuah sistem

dapat terdiri dari komponen software, hardware, atau keduanya dan hubungan

antarnya.

System modelling bertujuan untuk membantu dalam mengembangkan dan menjaga

sistem besar dengan penekanan pada fase konstruksi. System modelling dapat

meningkatkan reabilitas dan mengurangi biaya pengembangan dengan memudahkan

pembangunan sistem, menggunakan kembali komponen yang telah terbangun

sebelumnya di dalam sistem yang baru, mengganti sistem untuk menyesuaikan dengan

berbagai perubahan, dan memahami sistem. Dengan cara seperti ini, model sistem

dapat memadai untuk berbagai persyaratan, seperti mendokumentasikan sistem,

menyediakan notasi/catatan yang digunakan sebagai pengecek konsistensi sistem, dan

dapat pula digunakan dalam tahap desain dari pengembangan sistem.

Dengan demikian, system modelling digunakan untuk memastikan komponen-

komponen sistem berjalan dengan cara yang konsisten dan tugas untuk

mengintegrasikan kesemua komponen dapat disederhanakan.

Perekayasa dapat menggunakan berbagai macam bahasa dan fungsi pemodelan. Ini

meliputi:

Page 14: CES 2011 - Kelompok 6 Final

1. Model fisis, yang merupakan penggambaran fisik sesungguhnya.

Model-model fisis seringkali digunakan untuk memberikan gambaran berskala

mengenai rancangan yang diusulkan atau telah diselesaikan. Sebagai contoh, model

fisis bendungan, bangunan, atau suatu bandar udara dapat dipakai untuk menilai

berbagai aspek perancangan.

2. Model grafis, yang merupakan gambaran garis atau skematis.

Model grafis yang paling sering digunakan dalam perekayasaan meliputi gambar

teknik (engineering drawings), cetak-biru (blueprints), histogram atau diagram

data dan hasil statistik, kurva dan grafik yang menggambarkan hubungan antara

dua parameter atau lebih, diagram alir (flowcharts), gambar perspektif dari

mekanisme atau gedung yang kompleks, serta peta topografis permukaan bumi.

3. Model matematis, yang menggambarkan masalah dalam bentuk/ungkapan

matematis.

Model matematis, yang menggunakan simbol dan notasi khusus, sering kali

digunakan untuk menggambarkan hukum-hukum alam serta hubungan antara

parameter dan kendala masalah. Contohnya adalah model lintasan planet di jagat

raya atau lintasan satelit di atmosfer bumi, perilaku benda gas dalam temperatur

berubah-ubah, serta konsumsi bahan bakar suatu mesin yang bekerja pada daerah

yang berbukit-bukit. Model-model ekonomi dan perilaku sosial juga dapat

dinyatakan dalam bentuk/ungkapan matematis.

Klasifikasi umum system modelling berdasarkan penggunaannya:

1. Model deskriptif, digunakan untuk menyajikan spesifikasi terinci tentang apa

yang tercakup dan apa yang harus dipakai.

2. Model keperilakuan, digunakan untuk menggambarkan karakteristik respons

suatu sistem.

3. Model keputusan, digunakan untuk memilih penyelesaian yang paling disukai di

antara berbagai alternatif yang tersedia berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh

perekayasa.

Page 15: CES 2011 - Kelompok 6 Final

BAB III

METODOLOGI

III.1 Alur Penyusunan

III.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu

proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki

suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat

suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan

responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan

dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam

penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus

memiliki bekal teori dan wawasan yang luas sehingga dapat bertanya, menganalisis,

dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih

menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah

belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi

Mengumpulkan literatur

Melakukan surveyMelakukan wawancara

Menganalisa dataMerancang usulan

pengelolaan sampah

Merancang usulan pengumpulan dan pemilahan sampah

Merancang usulan pengangkutan

sampah

Merancang usulan pengolahan sampah

Page 16: CES 2011 - Kelompok 6 Final

sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti

sejarah perkembangan.

III.3 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Sistem Persampahan di Universitas Indonesia, Depok.

b. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling sebanyak tiga

buah buah sampel, yaitu di bedeng milik CV Tri Jaya Putra, Balairung, dan

Asrama Mahasiswa/i UI.

III.4 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di lingkungan Universitas Indonesia

Gambar 4. Lingkungan Universitas Indonesia

Page 17: CES 2011 - Kelompok 6 Final

Gambar 5. Peta situasi Universitas Indonesia, Depok. Lokasi sampling ditandai

dengan lingkaran merah.

III.5 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dalam rentang waktu antara Kamis, 10 Maret 2011 sampai

dengan Jumat, 13 Mei 2011.

III.6 Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara pihak-pihak terkait dan

observasi langsung ke objek penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur yang didapatkan dari internet dan buku

referensi.

III.7 Pengolahan Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif, yaitu membandingkan hasil penelitian

dengan kondisi ideal yang diharapkan sehingga dapat ditentukan solusi mana yang

lebih tepat sasaran, efektif, dan efisien. Analisis data penulis uraikan pada bab IV.

Page 18: CES 2011 - Kelompok 6 Final

BAB IV

ANALISIS

IV.1 Formulasi Masalah Sistem Persampahan di UI

Why-Why Diagram

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak Munardono di

Gedung Rektorat lantai 3, ada beberapa poin yang berkaitan dengan sistem

persampahan di UI yang perlu diperhatikan. Bahwa sampah fakultas terbanyak

dihasilkan oleh FE dan FISIP. Hal ini adalah sesuai dengan apa yang telah penulis

sampaikan melalui tabel yang menyajikan data rata-rata timbulan sampah dan

rekapitulasi jumlah pengangkutan sampah sebelumnya. Dari Bapak Munardono juga

penulis mendapat informasi bahwa efektifnya pengangkutan kontainer sampah di tiap

fakultas dilakukan seminggu sekali, namun apabila ada satu fakultas yang kontainernya

sudah penuh terlebih dahulu maka kontainer tersebut akan segera dibawa menggunakan

truk milik UI menuju TPA Cipayung. Beberapa kali truk yang dimiliki oleh UI ini

mengalami kerusakan sehingga pengangkutan dilakukan menggunakan truk milik

pemda Depok dengan perjanjian sewa. Kontainer yang dibawa truk ini memiliki

kapasitas hingga 6 m3. Sedangkan untuk kontainer yang ada di asrama mahasiswa,

pengangkutan dilakukan oleh pemda Depok. Informasi lain yang penulis dapat adalah

di PAU terdapat tiga kontainer sampah, sedangkan pada tiap-tiap fakultas terdapat

Pengelolaan sampah yang kurang solutif

Pelaksanaan/pengolahan yang tidak baik

Peralatan pengolahan yang kurang memadai

Tidak adanya informasi/instruksi persampahan yang

jelas

Sistem pemilahan yang tidak terstruktur

Menimbulkan dampak buruk bagi

lingkungan

Polusi udara akibat

pembakaran

Ceceran sampah di jalan

Perencanaan sistem persampahan yang kurang

matang

Tidak dijalankannya pedoman prasarana

dan sarana yang telah dicanangkan

Kurangnya kesadaran dan komitmen dari

stakeholder

Page 19: CES 2011 - Kelompok 6 Final

masing-masing satu kontainer sampah di dalamnya, dan untuk beberapa fakultas sudah

tersedia proses pemilahan sampah sehingga siap untuk diolah di tempat lain.

Bapak Munardono juga mengungkapkan beberapa kelebihan juga kekurangan yang

ada dalam penanganan sistem persampahan di UI Depok ini. Kelebihan sistem

persampahan yang ada di UI ini antara lain:

1. Truk pengangkut sampah dapat diandalkan karena truk datang setiap pagi tepat

waktu.

2. Cukupnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh UI untuk mengelola sampah

yang dihasilkan.

3. Volume sampah terkendali, dalam artian tidak terjadi lonjakan timbulan sampah

yang signifikan.

4. Koordinasi yang dilakukan pihak kampus dengan pihak pemda Depok sudah dapat

dilaksanakan dengan baik.

Kendala yang dialami dalam pengelolaan sampah ini adalah:

1. Kendaraan yang dimiliki oleh kampus hanya satu buah truk sehingga apabila

terjadi kerusakan pada truk harus dilakukan koordinasi dengan pemda Depok untuk

penyewaan truk sampah. Kerusakan sering terjadi apabila musim hujan sedang

berlangsung.

2. TPA yang terbatas yaitu TPA Cipayung yang pada awal tahun ini sempat ditutup

oleh masyarakat sekitar TPA akibat volume sampah yang sangat tinggi sehingga

bertahun-tahun masyarakat harus akrab dengan bau sampah dan jalanan yang rusak

parah karena lalu–lintas truk sampah yang frekuensinya cukup tinggi.

Ada satu masalah juga yang sempat diungkapkan oleh Bapak Munardono

mengenai kondisi persampahan di UI ini, yaitu kontainer yang dimiliki per fakultas

hanyalah satu sehingga apabila volume sampah telah berlebih namun truk belum bisa

mengangkut kontainer maka pembakaran sampah terpaksa harus dilakukan untuk

mengurangi volume.

IV.2 Perbandingan Standar Mutu2 Sistem Persampahan di UI dengan Realisasi

UI telah mencanangkan visinya sebagai World Class Research University dan demi

mencapai hal tersebut, berbagai hal telah disiapkan. Salah satunya adalah

pengembangan Pedoman Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia, yang

2 Pedoman Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia: Prasarana dan Sarana Akademik, 2007

Page 20: CES 2011 - Kelompok 6 Final

mencoba untuk memberikan koridor pengelolaan kampus, termasuk aspek lingkungan

yang mendukung kegiatan akademik. Salah satunya ialah mengenai pengelolaan

sampah3.

No. Standar Mutu Realisasi

1. Memiliki pedoman perencanaan

sampah UI terpadu secara lengkap

Tidak terdapat ketentuan yang jelas

mengenai persampahan.

2. Memiliki peralatan/perlengkapan

pengelolaan sampah mulai dari

pewadahan (sekaligus pemilahan),

pengumpulan, TPS dan TPA

(bila diolah di UI) dengan kualitas

baik

a. Pemilahan sampah (organik,

anorganik, dan sampah plastik) tidak

optimal. Tempat sampah terpisah

yang disediakan di setiap fakultas

dan halte bis kuning tidak berfungsi

maksimal. Tidak ada instruksi jelas

pembuangan sampah.

b. Pengumpulan sampah di TPS tetap

dijadikan satu, sehingga tidak ada

manfaatnya dipisah di sumber

pengumpulan.

c. Transportasi sampah dari sumber ke

TPS/TPA menggunakan mobil bak

terbuka sehingga menyebabkan

polusi udara dan kemungkinan

tercecer.

d. Sampah yang berasal dari jalanan

(sampah plastik, sersah, dan sampah

kering lainnya) hanya dibakar tanpa

standar pengolahan yang jelas.

e. Peralatan persampahan masih

sederhana, sampah kering hanya

dibakar di lubang tanah.

3. Pengolahan sampah dilaksanakan

dengan prinsip 3R

a. Untuk poin Reduce, tidak ada usaha

yang optimal untuk mengurangi

timbulan sampah.

3 Lampiran

Page 21: CES 2011 - Kelompok 6 Final

b. Untuk poin Reuse, belum ada

kegiatan yang terorganisir untuk

memanfaatkan kembali sampah dan

mengolahnya menjadi bernilai

ekonomis. Satu dari sedikit kegiatan

yang ada ialah composting.

c. Untuk poin Recycle, belum tampak

usaha jelas dari bawah ke atas dalam

pendaurulangan sampah, terutama

plastik.

4. Pengolahan sampah dengan

insinerator, emisinya tidak

melampaui batas

Tidak ada kontrol manajemen emisi

yang jelas, sehingga tidak dapat

dipastikan apakah emisinya melampaui

batas atau tidak.

IV.3 Analisis System Modelling Sistem Persampahan Universitas Indonesia

Setelah sistem pemodelan selesai dibuat, tentu saja tidak serta-merta diaplikasikan

dalam sistem persampahan di Universitas Indonesia. Beberapa hal yang harus

dilakukan sebelumnya adalah:

1. membuat pengujian atau simulasi terhadap sistem pemodelan yang telah dibuat.

Hal ini dilakukan untuk melihat respons sistem terhadap pemodelan ataupun

sebaliknya. Setelah simulasi selesai dilakukan, perekayasa dapat memperoleh

pengetahuan baru mengenai pemodelan yang telah dibuat atau malah memberikan

masukan bagi pembuatan sistem pemodelan yang lain.

2. memperhitungkan aspek-aspek lain yang sebelumnya tidak dimasukkan dalam

pemodelan sistem yang telah dibuat. Hal ini dilakukan karena sering kali terdapat

korelasi yang kuat antara sistem persampahan dengan aspek-aspek non-teknis,

semisal aspek sosial dan psikologis masyarakat sekitar UI.

Sistem pemodelan sistem persampahan di lingkungan UI yang penulis paparkan

terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Alur Pengumpulan dan Pemilahan Sampah

Beberapa model pengumpulan dan pemilahan sampah yang dapat diusulkan

untuk diterapkan di lingkungan kampus Universitas Indonesia:

Page 22: CES 2011 - Kelompok 6 Final

Model 1

Model 1 adalah model pemilahan satu atau beberapa jenis sampah anorganik.

Model ini fokus pada pemilahan sampah anorganik seperti botol PET, plastik jenis

lain, logam, kertas, dan lain-lain, ini mempertimbangkan bahwa sampah yang

terpilah akan dikirim ke pabrik daur ulang yang sudah ada pada lokasi yang

terdekat. Model ini mudah dilakukan yaitu dengan menyiapkan kantong atau

wadah untuk menampungnya. Pihak kampus perlu memperkenalkan secara jelas

bagaimana pemilahan sampah ini dilakukan.

No. Kelebihan Kekurangan

1. Biaya untuk mengoperasikan

model ini cukup rendah.

Keterbatasan pabrik daur ulang yang ada

di sekitar UI.

2. Operasional model ini cukup

mudah dilakukan.

Model ini hanya dapat digunakan untuk

sampah jenis anorganik.

3. Model ini tidak mensyaratkan

lahan yang luas.

Kurang dapat mengakomodasi seluruh

jenis sampah di UI.

4. Sampah yang telah dipilah

dapat dijual ke pabrik daur

ulang.

Kurang efektif dan efisien untuk

diterapkan di UI.

Model 2

Model 2 adalah pemilahan sampah organik dari sisa makanan untuk

komposting. Model ini fokus pada pemilahan sampah organik sisa makanan untuk

dikumpulkan pada wadah dan dikirim ke tempat pengomposan atau pengomposan

pada skala kecil. Penting untuk diketahui bahwa harus disediakan wadah

tertutup untuk mengumpulkan sampah organik sisa makanan untuk mencegah

serangga dan binatang lainnya. Pengangkutan sampah jenis ini perlu dilakukan

lebih sering karena sampah ini mudah membusuk sehingga perlu dijaga

keteraturan frekuensi pengangkutan sampah organik sisa makanan ini jika kita

menginginkan bahan baku kompos yang masih segar. UI perlu memperkenalkan

jenis sampah organik yang harus dipilah untuk pembuatan kompos dan

bagaimana cara memilahnya. Perlu juga diperhatikan bahwa sekalipun di

berbagai kota sampah organik sangat mendominasi tetapi pada dasarnya sampah

organik yang bagus untuk kompos sangatlah terbatas ketersediaannya. Sehingga

Page 23: CES 2011 - Kelompok 6 Final

perlu opsi lain dalam pengolahan sampah organik ini, misalnya makanan ternak

atau pengolahan gas metan (methanetion).

No. Kelebihan Kekurangan

1. Biaya untuk mengoperasikan

model ini cukup rendah.

Model ini hanya dapat digunakan untuk

sampah jenis organik.

2. Model ini tidak membutuhkan

lahan yang luas.

Keterbatasan sampah organik yang bagus

untuk composting.

3. Model ini sudah menerapkan

metode recycle, yaitu

composting.

Kurang dapat mengakomodasi seluruh

jenis sampah di UI.

4. Hasil composting dapat dijual

kembali atau digunakan

sendiri.

Kurang efektif dan efisien untuk

diterapkan di UI.

Model 3

Model 3 merupakan pemilahan satu atau beberapa sampah anorganik dan

sampah organik sisa makanan. Model ini dilakukan dengan penyediaan wadah

untuk menampung satu atau beberapa sampah anorganik dan sampah organik

sisa makanan, misalnya dapat dipilah ke dalam satu wadah untuk sampah

anorganik dan satu wadah untuk sampah organik sisa makanan. Pada level

pemilahan lebih lanjut, ini dapat dipilah ke dalam beberapa wadah jenis

sampah anorganik (plastik, kertas, logam, dan lain-lain) dan satu wadah untuk

sampah organik sisa makanan. Sekalipun ini agak rumit, tetapi menjadi mudah

apabila mampu menjaga konsistensi perilaku memilah sebagai gaya hidup.

No. Kelebihan Kekurangan

1. Model ini dapat digunakan untuk

kedua jenis sampah, organik dan

anorganik,seluruh UI.

Model ini hanya sampai pada tahap

pemilahan sampah.

2. Biaya untuk mengoperasikan

model ini relatif rendah.

Model ini agak rumit untuk

dioperasikan.

3. Model ini tidak mensyaratkan

lahan yang luas.

Model ini cocok untuk diterapkan di

UI.

Page 24: CES 2011 - Kelompok 6 Final

Model 4

Model 4 adalah pemilahan satu atau beberapa sampah anorganik pada tempat

publik untuk pemilahan. Model ini menyediakan wadah atau beberapa wadah

untuk mengumpulkan sampah anorganik pada lokasi yang ditentukan. Misalnya,

ketika tingkat fakultas telah memilah sampah anorganik pada satu wadah

maka tahap berikutnya pihak kampus harus memfasilitasi wadah terpisah juga

untuk penampungan sampah anorganik (botol PET, plastik jenis lain, kaca, logam

dll) secara terpilah pada lokasi tersebut. Jika kita bermaksud menggunakan model

ini maka perlu prasyarat seperti menyiapkan fasilitas untuk mengumpulkan

sampah anorganik yang terpilah dari tiap-tiap fakultas yang ada. Dengan kata

lain bahwa model ini membutuhkan persyaratan khusus untuk mempertahankan

kondisi sampah anorganik yang terpilah agar tidak terkontaminasi oleh jenis

sampah lain ketika dikirim ke TPS.

No. Kelebihan Kekurangan

1. Dapat mengakomodasi sampah

anorganik seluruh UI.

Model ini mensyaratkan lahan yang luas

dan fasilitas khusus untuk mengumpulkan

sampah dari seluruh UI.

2. Sistem persampahan lebih

terintegratif.

Biaya untuk mengoperasikan model ini

relatif tinggi.

3. Mengoptimalkan alur

pengelolaan sampah secara

umum.

Model ini hanya digunakan untuk sampah

berjenis anorganik.

4. Sampah anorganik yang masih

bernilai jual dapat dipilah lebih

mudah.

Kurang mengakomodasi seluruh jenis

sampah di UI.

2. Alur Pengangkutan Sampah

Alur pengangkutan sampah sering kali menjadi bagian penting dalam

menyebabkan kurang terkoordinasinya sistem persampahan di Universitas

Indonesia. Hal-hal yang menjadi masalah dalam alur pengangkutan telah

disampaikan dalam formulasi masalah sebelumnya.

System modelling yang dapat diusulkan untuk mengoptimasi alur pengangkutan

sampah di UI, terutama dalam soal biaya pengangkutan, adalah model matematis.

Page 25: CES 2011 - Kelompok 6 Final

Model ini memberikan persamaan yangg melibatkan hubungan antara aspek-aspek

yang berkaitan dengan alur pengangkutan sampah. Aspek-aspek yang dimaksud

meliputi:

a. volume timbulan sampah setiap hari,

b. jumlah dan kapasitas truk pengangkut sampah,

c. volume yang dapat ditanggung oleh TPS,

d. biaya yang dihabiskan setiap kali siklus pengangkutan sampah.

Dengan menggunakan optimasi, jumlah optimal truk pengangkut sampah yang

harus digunakan beserta biaya minimal yang harus dikeluarkan akan dapat dihitung

dan dapat menjadi acuan dalam penyusunan alur pengangkutan sampah di UI.

No. Kelebihan Kekurangan

1. Mengoptimalkan penggunaan alat

dan pengeluaran biaya.

Tidak mempertimbangkan aspek-aspek

sosial, waktu, dan iklim.

2. Mengoptimalkan kondisi yang

sudah ada (eksisting) sehingga

tidak perlu menambah utilitas

baru.

Tidak mempertimbangkan alternatif

jika terjadi kejadian-kejadian tidak

terduga, misalnya kerusakan pada

armada pengangkut.

3. Meningkatkan efektivitas

pengangkutan sampah, sesuai

antara volume yang terangkut dan

yang dapat ditampung.

Perlu penelitian dan data yang

komprehensif sehingga perlu waktu

lama untuk membuat pemodelan ini.

Selain itu, untuk mendapatkan trase pengangkutan sampah yang optimal, maka

bisa juga digunakan sistem pemodelan lain berupa model grafikal. Model ini akan

memberikan gambaran mengenai jalur mana yang paling baik agar pengangkutan

sampah dicapai dengan waktu optimal. Untuk mendapatkan jalur pengangkutan

sampah yang paling optimal, maka dapat digunakan pemetaan udara di lingkungan

Universitas Indonesia atau pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG).

No. Kelebihan Kekurangan

1. Mengefisiensikan jarak dan waktu

tempuh truk pengangkut sampah.

Teknologi penginderaan masih sulit.

2. Mengoptimalkan kondisi yang

sudah ada (eksisting) sehingga

Sulit untuk menginterpretasikan data

spasial yang didapat menjadi suatu

Page 26: CES 2011 - Kelompok 6 Final

tidak perlu menambah utilitas

baru.

perencanaan alur pengangkutan yang

tepat.

3. Data yang diperoleh dapat

digunakan untuk jangka waktu

yang lama.

Keterbatasan dari kondisi eksisting

jalur jalan di lingkungan UI.

Untuk memperbaiki alur pengangkutan sampah di Universitas Indonesia, dapat

pula ditinjau dari waktu dan frekuensi pengangkutan. Frekuensi pengangkutan

terutama disesuaikan dengan keadaan cuaca. Pada musim hujan, jumlah

pengangkutan sampah akan bertambah karena bertambahnya volume sampah daun.

Sedangkan, pada musim panas, tidak perlu dilakukan penambahan frekuensi

pengangkutan sampah.

Sumber

sampah

Frekuensi timbulan

sampah

Lokasi Frekuensi

pengangkutan

Kantin

(organik)

sering Pusgiwa 2 kali/1 hari

jarang Fakultas 1 kali/1 hari

Taman dan

jalan

jarang (musim panas)

jalanan

1 kali/1 hari

sering (musim hujan) 2-3 kali/1hari

No. Kelebihan Kekurangan

1. Dapat memilih alternatif waktu

pengangkutan sampah secara

lebih fleksibel.

Kesulitan penerapan disebabkan oleh

berbedanya kondisi tiap lokasi

timbulan sampah.

2. Mengoptimalkan energi, tenaga,

waktu, dan biaya yang dibutuhkan

untuk pengangkutan sampah

karena sampah diangkut sesuai

porsinya.

Tidak mempertimbangkan alternatif

jika terjadi kejadian-kejadian tidak

terduga, misalnya kerusakan pada

armada pengangkut.

3. Pengangkutan sampah

disesuaikan dengan kondisi cuaca,

iklim, dan event yang ada di

lokasi pengangkutan sampah.

Perlu koordinasi dan inisiatif yang baik

dari pihak pengelola sampah, sehingga

sulit untuk dikontrol oleh pihak

universitas.

Page 27: CES 2011 - Kelompok 6 Final

3. Alur Pengolahan Sampah

Siteplan Unit Pengolahan Sampah (UPS) UI (Santi Trilina, 2010)4

Gambar 6. Siteplan Unit Pengolahan Sampah (UPS) UI

Melihat siteplan UPS UI di atas, kebutuhan lahan untuk UPS dapat dirinci dalam

tabel di bawah ini.

No. Ruang/Area Dimensi

Panjang (m) Lebar (m)

1 Tipping floor 26 12.5

2 Residu 7 5

3 Ruang Sampah Khusus 10 3

4 Ruang Komposting 29 19.5

5 Ruang Pengolahan Non-Organik 19 7.5

Daur Ulang Plastik 7.5 6

Daur Ulang Kertas 7.5 6

4 Skripsi Santi Trilina (2010) berjudul “Studi Timbulan dan Komposisi Sampah sebagai Dasar Usulan Desain

Unit Pengolahan Sampah di Kampus Universitas Indonesia Depok”.

Page 28: CES 2011 - Kelompok 6 Final

Area pemilahan 7.5 7

9 Ruang Penyimpanan

Kompos 7.5 3

Plastik 6 3

Kertas 6 3

Kaca 3 1.5

Logam 3 1.5

Lainnya 3 2.5

16 Ruang Kantor 5 3

17 WC 2 2

18 Tempat Cuci 4 2

Gambar 7. Layout ruang tipping floor

Page 29: CES 2011 - Kelompok 6 Final

Gambar 8. Layout ruang processing

Pembangunan UPS mandiri di lingkungan UI, yang khusus untuk mengelola

volume sampah yang dihasilkan oleh UI sendiri, merupakan salah satu langkah yang

sejalan dengan rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Depok untuk membangun 15 UPS

pada tahun 2011, salah satunya adalah di lingkungan UI.

Dikutip dari mediaindonesia.com, seperti diungkapkan oleh Ridwan, Kepala

Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, Pemkot

Depok akan membangun UPS di lingkungan kampus UI. Pihak UI telah menyiapkan

lahannya dan pembangunan UPS ini atas dasar permintaan pihak UI sendiri. Hal ini

dikarenakan sampah yang dihasilkan cukup banyak. UPS ini khusus menampung

sampah dari warga UI sendiri, tidak termasuk warga di luar UI.

Berdasarkan Trilina (2010), kebutuhan lahan UPS untuk mengolah sampah yang

masuk adalah 975 m2. Adapun proses pengolahan sampah di UPS ini meliputi :

1. kegiatan pemilahan dan pemisahan dengan menggunakan conveyer belt,

2. untuk sampah organik dilakukan proses pencacahan kemudian proses komposting

dengan sistem windrow, setelah itu kompos jadi akan diayak.

3. Untuk sampah kertas akan dilakukan proses daur ulang dengan prinsip yang

sederhana yaitu penghancuran kertas – bubur kertas – pencetakan – pengeringan.

Page 30: CES 2011 - Kelompok 6 Final

4. Sampah plastik pun akan mengalami proses daur ulang sampai tahap

pencacahan/penggilingan

5. Sampah kaca, logam, styrofoam dan lainnya akan disimpan di area yang

disediakan.

No. Kelebihan Kekurangan

1. Dapat mengelola sampah secara

mandiri.

Biaya untuk pembangunan UPS

terpadu cukup mahal.5 Penggunaan

energi di UPS juga belum diketahui

dengan pasti.

2. Mengolah sampah lingkungan UI

menjadi bernilai kembali dengan

prinsip 3 R. Produk-produk yang

dapat dihasilkan dari UPS ini

antara lain:

a. pupuk kompos,

b. kertas daur ulang,

c. sampah plastik dan kaca yang

masih bernilai jual.

Teknologi yang akan diterapkan pada

UPS masih belum memadai dan SDM

yang mengelolanya masih belum

terlatih.

3. Memberikan tambahan

pemasukan bagi Universitas

Indonesia.

Lahan yang akan digunakan cukup

besar. Pembangunan UPS harus

meminta izin dari masyarakat sekitar.

4. Berkontribusi dalam menangani

berbagai masalah, seperti:

a. menumpuknya sampah yang

melebihi kapasitas di TPA

Cipayung,

b. timbulnya gas rumah kaca

akibat pembakaran sampah

Mengasumsikan terjadi efektivitas

pada alur pengumpulan, pemilahan,

dan pengangkutan sampah.

5 Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, biaya pembangunan 1 UPS mencapai 400 – 500 juta

rupiah, belum termasuk biaya pengadaan mesin pencacah.

Page 31: CES 2011 - Kelompok 6 Final

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Sebelum tercapainya solusi yang dituju, terdapat beberapa tahap yang harus

dilakukan untuk mencapai solusi yang diharapkan. Tahap ini dimulai dengan

identifikasi masalah, objek, dan batasan. Kemudian masuk ke tahap sistem teori yang

diperlukan untuk mempelajari metode atau cara yang digunakan untuk menguraikan

masalah agar dapat dianalisis dan diselesaikan. Masalah yang telah diformulasikan

sebelumnya dimodelkan dalam satu atau lebih buah model yang menggambarkan

semua aspek masalah yang relevan. Setelah system modelling selesai dibuat, maka perlu

dilakukan analisis untuk melihat kelebihan dan kekurangan pemodelan sistem yang

telah dibuat, sehingga pada akhirnya akan tercapai sebuah penyelesaian.

Dalam makalah ini, telah dianalisa berbagai model pengelolaan sampah yang telah

dipaparkan pada makalah sebelumnya, beserta kekurangan dan kelebihan tiap model.

Penulis mengusulkan 4 model sistem untuk menyelesaikan masalah pengumpulan

dan pemilahan sampah di lingkungan kampus Universitas Indonesia. Peninjau meninjau

hal tersebut dari segi biaya, pengoperasian, serta efektivitas dan efisiensi (feasibility)

model bila diterapkan di lingkungan kampus.

Setelah menganalisis keempat model sistem yang diusulkan, maka penulis

menyimpulkan bahwa model sistem nomor 3 merupakan solusi optimum yang dapat

diterapkan di lingkungan kampus Universitas Indonesia. Model sistem nomor 3

memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh ketiga model lainnya, yaitu

model ini dapat mengakomodasi semua jenis sampah yang ada di lingkungan kampus

serta model ini cocok untuk diterapkan di lingkungan kampus Universitas Indonesia.

Selain itu, biaya untuk mengoperasikan model ini relatif rendah.

Untuk alur pengangkutan sampah, dapat dibuat pemodelan matematis berdasarkan

biaya optimal yang dikeluarkan untuk pengangkutan sampah, pemodelan grafis untuk

trase/track jalur pengangkutan sampah yang efisien menggunakan teknologi SIG, serta

pemodelan matematis untuk memilih waktu dan frekuensi pengangkutan sampah yang

tepat sesuai dengan kondisi cuaca.

Sedangkan untuk pengolahan sampah, dapat diusulkan pembangunan UPS terpadu

di UI. Walaupun biaya investasi yang dikeluarkan cukup besar, namun keuntungan

Page 32: CES 2011 - Kelompok 6 Final

yang didapatkan juga sangat banyak dan mampu menangani berbagai masalah yang

timbul, seperti overload-nya TPA Cipayung.

Pengoperasian model ini menjadi sangat sulit ketika pola pikir mahasiswa serta

masyarakat di sekitar kampus masih memiliki kebiasaan atau pola hidup tidak memilah

sampah sebelum membuangnya. Namun sebaliknya bila mahasiswa telah sadar dan

merubah pola hidup mereka, model ini akan menjadi efektif serta efisien untuk

dilakukan.

V.2 Saran

Melalui laporan penelitian ini, penulis menyarankan untuk:

1. Dilakukan evaluasi terhadap keseluruhan sistem pengelolaan sampah di UI.

2. Menambah jumlah sampel penelitian sehingga data yang diperoleh dapat

merepresentasikan keadaan di UI yang sebenarnya.

3. Waktu penelitian hendaknya diperpanjang, dimana penelitian dilakukan pada

musim yang berbeda yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

4. Menyatukan gerakan dalam pengoptimalan sistem persampahan di UI dan berusaha

mencari solusi dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi dalam pengolahan

sampah di UI.

Page 33: CES 2011 - Kelompok 6 Final

DAFTAR PUSTAKA

Trilina, Santi. 2010. Studi Timbulan dan Komposisi Sampah sebagai Dasar Usulan Desain

Unit Pengolahan Sampah di Kampus Universitas Indonesia Depok. Skripsi. Universitas

Indonesia.

www.id.shvoong.com/how-to/writing/2080676-contoh-metodologi-penelitian/

www.majarimagazine.com/2007/12/teknologi-pengolahan-sampah/

www.mediaindonesia.com

www.mepow.wordpress.com/2009/06/24/tips-menyusun-metodologi-metode-penelitian-

skripsi-tesis/

www.mukti-aji.blogspot.com/2008/05/sistem-pengelolaan-sampah-terpadu.html

Page 34: CES 2011 - Kelompok 6 Final

LAMPIRAN

A. Foto-Foto Survei

Gambar 9. Sampah plastik ditimbun

dalam lubang 2 x 2 x 2 m

Gambar 10. Pembakaran sampah

daun di area milik CV TJP

Gambar 11. Area milik CV TJP

dengan beberapa kendaraan

operasionalnya

Gambar 12. Kontainer sampah

berukuran 3 x 2 x 1,5 m di halaman

Balairung