Page 1
TUGAS KELOMPOK 6
CIVIL ENGINEERING SYSTEM
DESIGN AND PLANNING OF CIVIL ENGINEERING SYSTEM
SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH SKALA KECIL UI
Kelompok 6
Felix Cahyo Kuncoro Jakti 0906511763
Ilma Alyani 0906511782
Lugas Trias Pamungkas 0906511813
Prabhu Sello Aryo Jati 0906511896
PROGRAM SARJANA REGULER
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2011
Page 2
ABSTRAK
Karya tulis ini disusun untuk merancang dan merencanakan sistem persampahan di Universitas
Indonesia dalam kaitannya dengan bidang teknik sipil dan teknik lingkungan, mulai dari
mengidentifikasi masalah, objek, dan batasan, formulasi masalah, membuat pemodelan solusi dan
optimisasinya, dan menganalisis permasalahan sistem persampahan di Universitas Indonesia, Depok.
Mengingat Universitas Indonesia cukup berkontribusi menyumbang jumlah sampah di kota Depok,
sistem persampahan terpadu perlu mendapat perhatian yang lebih dari semua pihak, terutama dari
dalam masyarakat kampus, untuk mendukung program-program Universitas Indonesia yang hijau
dan turut serta dalam melestarikan lingkungan hidup.
Dalam prosesnya untuk menentukan solusi dari permasalahan ini, identifikasi permasalahan, objek,
dan batasan mutlak diperlukan untuk memahami inti permasalahan. Formulasi masalah selanjutnya
dilakukan untuk menentukan lingkungan dimana masalah itu berada agar proses pencarian solusi
lebih tepat sasaran, efektif,dan efisien. Kemudian, dalam memodelkan sistem diperlukan sistem teori
dengan pendekatan integrasi komponen yang dilakukan dengan menghubungkan segala aspek yang
berkenaan dengan sistem, baik fisik maupun non-fisik, sehingga nantinya akan melahirkan sebuah
solusi yang diharapkan. Dari pendekatan ini, dilakukan system modelling untuk menggambarkan
aspek-aspek yang berkenaan dengan sistem dan berujung pada penentuan solusi terbaik.
Dalam kasus sistem persampahan ini, diharapkan Universitas Indonesia yang dipandang sebagai
green campus dapat meningkatkan dirinya sebagai universitas riset kelas dunia dan seluruh
stakeholder dapat mempunyai komitmen dalam mewujudkan sistem persampahan Universitas
Indonesia yang optimal serta sesuai standar.
Kata kunci: sistem persampahan, Universitas Indonesia
Page 3
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1
I.2 Tujuan ............................................................................................................................ 3
I.3 Batasan ........................................................................................................................... 3
BAB II DESKRIPSI SISTEM ............................................................................................... 4
II.1 Definisi Sampah ............................................................................................................ 4
II.2 Istilah-Istilah dalam Sistem Persampahan ..................................................................... 5
II.3 Klasifikasi Sampah ........................................................................................................ 5
II.4 Volume Sampah Depok dan Universitas Indonesia ...................................................... 7
II.5 System Modelling ........................................................................................................... 10
BAB III METODOLOGI ...................................................................................................... 12
III.1 Alur Penyusunan ............................................................................................................ 12
III.2 Jenis Penelitian .............................................................................................................. 12
III.3 Populasi dan Sampel ...................................................................................................... 13
III.4 Tempat Penelitian .......................................................................................................... 13
III.5 Waktu Penelitian ............................................................................................................ 14
III.6 Pengumpulan Data ......................................................................................................... 14
III.7 Pengolahan Data ............................................................................................................ 14
BAB IV ANALISIS ................................................................................................................ 15
IV.1 Formulasi Masalah Sistem Persampahan di UI ............................................................. 15
IV.2 Perbandingan Standar Mutu Sistem Persampahan di UI dengan Realisasi .................. 16
IV.3 Analisis System Modelling Sistem Persampahan UI ..................................................... 18
BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 28
V.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 28
V.2 Saran ............................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Lingkup masalah dalam bidang Teknik Sipil seringkali tidak bisa ditelaah secara
parsial, melainkan harus secara holistik dan terintegratif. Satu masalah kadangkala
berkaitan dengan masalah lainnya, sehingga masalah tersebut bukan lagi dipandang
individual, namun harus sebagai sistem. Dalam mendekati dan memecahkan suatu
permasalahan, salah satu tantangan awal yang dihadapi oleh para insinyur ialah
memahami sifat dari masalah, lingkungan di mana masalah tersebut berada, dan
dampaknya terhadap hal lainnya.
Salah satu masalah serius yang kini dihadapi semua manusia, yang berkaitan
langsung dengan bidang Teknik Sipil dan Lingkungan, adalah sistem persampahan.
Sampah menjadi suatu konsekuensi dari berkembangnya pertumbuhan manusia dan
peradabannya. Dengan populasi sekitar 7 miliar jiwa, yang setiap individunya pasti
menghasilkan sampah, tentu diperlukan suatu pengelolaan serius mengenai masalah
ini, sebab jika tidak, persoalan ini akan sangat menurunkan kualitas kehidupan
manusia.
Timbulan sampah bertambah seiring dengan bertambahnya populasi manusia dan
pertumbuhan ekonomi. Sampah yang tidak dikelola dengan tepat memberikan risiko
bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Pembuangan yang tidak terkontrol dan
penanganan yang tidak layak menyebabkan beragam masalah, termasuk
terkontaminasinya air, berkembangbiaknya serangga dan hewan pengerat, dan
bertambahnya banjir akibat tertutupnya saluran drainase. Manajemen sampah yang
tidak baik juga dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca, yang berkontribusi sebagai
penyebab perubahan iklim. Perencanaan dan penerapan program yang komprehensif
untuk pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah—berbarengan dengan
aktivitas untuk mengurangi timbulan atau mendaur ulang sampah—dapat
menyingkirkan masalah-masalah ini.
Sampah berhubungan langsung dengan perkembangan manusia, baik secara
teknologi maupun sosial. Komposisi sampah berbeda tergantung waktu dan tempatnya,
dengan perkembangan industri dan inovasi telah dihubungkan secara langsung sebagai
penghasil sampah. Contoh dari hal ini ialah sampah plastik dan nuklir. Beberapa
Page 5
komponen sampah memiliki nilai ekonomis dan dapat didaur ulang ketika
dikembalikan kondisinya dengan tepat.
Kota Depok, Jawa Barat, memiliki volume rata-rata timbunan sampah cukup besar,
yaitu 3.764 m3/hari pada tahun 2007
1. Sebagai universitas besar yang terletak di Depok,
Universitas Indonesia (UI) juga tidak luput dari masalah persampahan dengan jumlah
sivitas akademika yang mencapai puluh ribuan orang, belum lagi dengan para pelintas.
Secara kasat mata, belum terdapat pengelolaan persampahan yang baik di
lingkungan UI. Sistem persampahan yang ada dirasa belum cukup mumpuni untuk
universitas sebesar UI. Namun sayangnya, masalah yang kompleks ini masih belum
mendapat perhatian lebih dari pihak-pihak terkait, sedangkan gerakan-gerakan inisiatif
masih bersifat perseorangan atau kelompok.
Sebelum tercapainya solusi yang dituju, terdapat beberapa tahap yang harus
dilakukan untuk mencapai solusi yang diharapkan. Tahap ini dimulai dengan
identifikasi masalah, objek, dan batasan. Tahap ini ditujukan untuk memahami masalah
yang akan diangkat. Selanjutnya dilakukan perumusan masalah. Tahap ini dilakukan
agar tercipta nature of problem atau lingkungan permasalahan untuk memudahkan
pencarian solusi yang tepat sasaran, efektif, dan efisien. Kemudian masuk ke tahap
sistem teori yang diperlukan untuk mempelajari metode atau cara yang digunakan
untuk menguraikan masalah agar dapat dianalisis dan diselesaikan.Tahap sistem teori
ini kemudian menuntun proses pencarian solusi menuju ke tahap pemodelan sistem.
Masalah yang telah diformulasikan sebelumnya dimodelkan dalam satu atau lebih buah
model yang menggambarkan semua aspek masalah yang relevan. Tahap berikutnya
adalah Optimization atau optimasi. Proses ini diperlukan untuk menentukan solusi
manakah yang terbaik yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan dan sasaran sistem
secara keseluruhan, dalam hal ini sistem persampahan di Universitas Indonesia, Depok.
Dengan demikian, sebagai mahasiswa Teknik Sipil UI, merupakan suatu tanggung
jawab bagi penulis, dan semua pihak pada umumnya, untuk lebih serius mengkaji
permasalahan sistem persampahan di UI dan memberikan sebuah solusi yang dapat
diaplikasikan dalam lingkungan kampus. Oleh sebab itu, dalam mata kuliah Sistem
Rekayasa Sipil, disusunlah laporan Design and Planning of Civil Engineering System
ini untuk menentukan solusi terbaik dari permasalahan sistem persampahan di
Universitas Indonesia, Depok.
1 Data Non Fisik Adipura, 2007
Page 6
I.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini, antara lain:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Civil Engineering System (CES), Departemen
Teknik Sipil, FTUI.
2. Mengamati langsung suatu sistem rekayasa sipil, dalam hal ini kondisi sistem
persampahan, di UI.
3. Menentukan solusi terbaik dari permasalahan sistem persampahan yang dapat
dicapai dan diaplikasikan di UI.
I.3 Batasan Masalah
Terdapat beberapa batasan dalam laporan survei ini, antara lain:
1. Sistem persampahan yang disurvei terdapat di wilayah kampus UI Depok, yang
berada di bawah operasional CV. Tri Jaya Putra, CV. Karisma Lunggas, dan
pihak UI sendiri, jalanan umum, taman, fakultas-fakultas, dan asrama.
2. Sampah yang dimaksud dalam laporan ini ialah sampah organik dan anorganik, di
luar sampah khusus (sampah medis, sampah sisa praktikum, dan sampah yang
penanganannya dipisah).
Page 7
BAB II
STUDI PUSTAKA
II.1 Definisi Sampah
Berikut ini adalah beberapa definisi sampah:
1. Kamus Istilah Lingkungan (1994)
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau
bercacat dalam pembikinan manufaktur atau matreri berkelebihan atau ditolak atau
buangan
2. Departemen Pekerjaan Umum (1990)
Sampah adalah:
a. sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula,
b. sumberdaya yang tidak siap pakai,
c. limbah yang bersifat padat, yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik, yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
3. United Nations Environment Programme (UNEP)
Menurut Konvensi Basel
Sampah adalah substansi atau benda yang dibuang atau ditujukan untuk dibuang
atau perlu untuk dibuang sesuai aturan hukum internasional ("Substances or
objects which are disposed of or are intended to be disposed of or are required to
be disposed of by the provisions of international law")
Menurut United Nations Statistics Division (U.N.S.D)
Sampah adalah material yang bukan merupakan produk utama (yaitu produk yang
dihasilkan untuk dipasarkan) yang penghasilnya tidak mempunyai kepentingan lagi
untuk memproduksi, mengubah atau menggunakan, atau yang ia ingin buang.
Sampah dapat dihasilkan selama ekstraksi bahan mentah, pemrosesan bahan
mentah menjadi produk antara dan produk jadi, konsumsi produk jadi, dan aktivitas
manusia lainnya. Sisa yang didaur ulang atau dipakai kembali di tempat produksi
tidak termasuk dalam definisi ini. (Wastes are materials that are not prime
products (that is products produced for the market) for which the generator has no
further use in terms of his/her own purposes of production, transformation or
consumption, and of which he/she wants to dispose. Wastes may be generated
Page 8
during the extraction of raw materials, the processing of raw materials into
intermediate and final products, the consumption of final products, and other
human activities. Residuals recycled or reused at the place of generation are
excluded.)
4. European Union (EU) dalam Waste Management Licensing Regulations (1994)
Sampah adalah substansi atau benda yang penghasil maupun orang yang
menggunakannya, membuang atau bertujuan untuk membangun atau perlu
dibuang. (any substance or object which the producer or the person in possession
of it, discards or intends or is required to discard but with exception of anything
excluded from the scope of the Waste Directive.)
II.2 Istilah-Istilah dalam Sistem Persampahan
Timbulan sampah adalah jumlah sampah yang dihasilkan dari buangan domestik
dan non-domestik.
Komposisi sampah adalah komponen fisik limbah padat. Beberapa metode yang
dapat digunakan untuk memperkirakan kuantitas limbah padat adalah :
1. Load-count analysis (analisis perhitungan muatan)
2. Weight-volume analysis (analisa berat volume), dan
3. Materials-balance analysis (analisa keseimbangan bahan)
Unit Pengolahan Sampah (Material Recovery Facilities) adalah sebuah fasilitas
untuk menerima, mengurutkan, memproses dan menyimpan bahan-bahan daur ulang
yang akan dikirim dan dipasarkan ke pengguna akhir.
II.3 Klasifikasi Sampah
Sampah dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Berdasarkan sumbernya
a. Sampah alam
b. Sampah manusia
c. Sampah konsumsi
d. Sampah nuklir
e. Sampah industri
f. Sampah pertambangan
2. Berdasarkan sifatnya
a. Sampah organik – dapat diurai (degradable)
Page 9
b. Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable)
3. Berdasarkan bentuknya
a. Sampah padat
i. Biodegradable
ii. Non-biodegradable
a) Recyclable
b) Non-recycleable
b. Sampah cair
i. Limbah hitam
ii. Limbah rumah tangga
Selain itu, terdapat klasifikasi sampah lain yang didefinisikan oleh sistem
manajemen sampah modern, yaitu termasuk:
1. Sampah perkotaan, meliputi sampah rumah tangga, sampah komersial, dan sampah
penghancuran.
2. Sampah berbahaya, meliputi sampah industri.
3. Sampah biomedikal, meliputi sampah klinik.
4. Sampah khusus, meliputi sampah radioaktif, sampah mudah meledak, dan sampah
elektronik.
Page 10
Gambar 1. Sampah berdasarkan material pembuatnya
II.4 VOLUME SAMPAH DEPOK DAN UNIVERSITAS INDONESIA
Pada tahun 1990, Kota Administrasi Depok penduduknya berjumlah 271.134
jiwa, dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 828.870 jiwa. Saat ini dengan
pertumbuhan penduduk ratarata 6,75 persen per tahun hingga tahun 2000
berjumlah 1.013.731 jiwa (RUTR&RUTW Kota Depok 20002010).
Page 11
Sesuai data Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, jumlah volume
sampah setiap hari mencapai 3000 m3. Sampah tersebut harus diangkut setiap hari oleh
54 unit truk sampah.
Sedangkan Universitas Indonesia sebagai bagian dari Kota Depok juga menjadi
salah satu penyumbang sampah terbesar untuk kota ini.
Gambar 2. Jumlah penghuni Universitas Indonesia, Depok
REKAPITULASI PEMBUANGAN SAMPAH UNIVERSITAS INDONESIA
KE TPA CIPAYUNG DEPOK
JANUARI-DESEMBER 2010
FAKULTAS
BULAN
JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
FIK 1 1 2 2 3 1 1 1 1 2 1 2 18
FKM 3 5 3 2 2 2 1 2 2 3 3 2 30
FMIPA 1 0 2 2 1 1 2 1 3 3 3 3 22
FT 2 4 3 4 2 3 1 2 3 4 5 4 37
FE 6 7 7 9 6 8 6 6 5 9 9 10 88
FISIP 5 6 4 0 1 6 4 6 5 9 6 9 61
FIB 2 1 2 3 2 1 1 2 1 2 3 2 22
F.Psi 2 6 6 7 4 4 4 5 5 6 5 6 60
FH 5 3 2 4 2 3 1 3 2 3 3 2 33
FASILKOM 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 15
PAU 3 2 3 1 2 3 1 4 2 3 6 6 36
TOTAL 31 36 36 35 27 33 23 33 30 46 45 47 422
Page 12
Sampah Kantin
Fakultas
HARI KE- Rata-rata
Timbulan
per
fakultas
(Kg/hari)
Rata-rata
Timbulan
per
fakultas
(m3/hari)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
FT 78 83 28 73 68 56 75 76 75 46 65.8 1.31
FE 25 29 9 8 15 11 3 3 4 11 11.8 0.31
FASILKOM 51 56 57 17 40 24 32 26 24 25 35.2 0.75
Rektorat 3.3 43 35.5 30.5 20.5 28 21 34.5 19 24 25.93 0.57
Rata-rata (kg/kantin/hari) 34.7 0.74
Sampah jalan dan taman
Page 13
Komposisi Sampah
Gambar 3. Komposisi sampah Universitas Indonesia, Depok
II.5 SYSTEM MODELLING
System modelling adalah teknik untuk mengekspresikan, memvisualisasikan,
menganalisis, dan mentransformasi arsitektur sebuah sistem. Di sini, sebuah sistem
dapat terdiri dari komponen software, hardware, atau keduanya dan hubungan
antarnya.
System modelling bertujuan untuk membantu dalam mengembangkan dan menjaga
sistem besar dengan penekanan pada fase konstruksi. System modelling dapat
meningkatkan reabilitas dan mengurangi biaya pengembangan dengan memudahkan
pembangunan sistem, menggunakan kembali komponen yang telah terbangun
sebelumnya di dalam sistem yang baru, mengganti sistem untuk menyesuaikan dengan
berbagai perubahan, dan memahami sistem. Dengan cara seperti ini, model sistem
dapat memadai untuk berbagai persyaratan, seperti mendokumentasikan sistem,
menyediakan notasi/catatan yang digunakan sebagai pengecek konsistensi sistem, dan
dapat pula digunakan dalam tahap desain dari pengembangan sistem.
Dengan demikian, system modelling digunakan untuk memastikan komponen-
komponen sistem berjalan dengan cara yang konsisten dan tugas untuk
mengintegrasikan kesemua komponen dapat disederhanakan.
Perekayasa dapat menggunakan berbagai macam bahasa dan fungsi pemodelan. Ini
meliputi:
Page 14
1. Model fisis, yang merupakan penggambaran fisik sesungguhnya.
Model-model fisis seringkali digunakan untuk memberikan gambaran berskala
mengenai rancangan yang diusulkan atau telah diselesaikan. Sebagai contoh, model
fisis bendungan, bangunan, atau suatu bandar udara dapat dipakai untuk menilai
berbagai aspek perancangan.
2. Model grafis, yang merupakan gambaran garis atau skematis.
Model grafis yang paling sering digunakan dalam perekayasaan meliputi gambar
teknik (engineering drawings), cetak-biru (blueprints), histogram atau diagram
data dan hasil statistik, kurva dan grafik yang menggambarkan hubungan antara
dua parameter atau lebih, diagram alir (flowcharts), gambar perspektif dari
mekanisme atau gedung yang kompleks, serta peta topografis permukaan bumi.
3. Model matematis, yang menggambarkan masalah dalam bentuk/ungkapan
matematis.
Model matematis, yang menggunakan simbol dan notasi khusus, sering kali
digunakan untuk menggambarkan hukum-hukum alam serta hubungan antara
parameter dan kendala masalah. Contohnya adalah model lintasan planet di jagat
raya atau lintasan satelit di atmosfer bumi, perilaku benda gas dalam temperatur
berubah-ubah, serta konsumsi bahan bakar suatu mesin yang bekerja pada daerah
yang berbukit-bukit. Model-model ekonomi dan perilaku sosial juga dapat
dinyatakan dalam bentuk/ungkapan matematis.
Klasifikasi umum system modelling berdasarkan penggunaannya:
1. Model deskriptif, digunakan untuk menyajikan spesifikasi terinci tentang apa
yang tercakup dan apa yang harus dipakai.
2. Model keperilakuan, digunakan untuk menggambarkan karakteristik respons
suatu sistem.
3. Model keputusan, digunakan untuk memilih penyelesaian yang paling disukai di
antara berbagai alternatif yang tersedia berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh
perekayasa.
Page 15
BAB III
METODOLOGI
III.1 Alur Penyusunan
III.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu
proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki
suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat
suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan
responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan
dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas sehingga dapat bertanya, menganalisis,
dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih
menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah
belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi
Mengumpulkan literatur
Melakukan surveyMelakukan wawancara
Menganalisa dataMerancang usulan
pengelolaan sampah
Merancang usulan pengumpulan dan pemilahan sampah
Merancang usulan pengangkutan
sampah
Merancang usulan pengolahan sampah
Page 16
sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti
sejarah perkembangan.
III.3 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Sistem Persampahan di Universitas Indonesia, Depok.
b. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling sebanyak tiga
buah buah sampel, yaitu di bedeng milik CV Tri Jaya Putra, Balairung, dan
Asrama Mahasiswa/i UI.
III.4 Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di lingkungan Universitas Indonesia
Gambar 4. Lingkungan Universitas Indonesia
Page 17
Gambar 5. Peta situasi Universitas Indonesia, Depok. Lokasi sampling ditandai
dengan lingkaran merah.
III.5 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dalam rentang waktu antara Kamis, 10 Maret 2011 sampai
dengan Jumat, 13 Mei 2011.
III.6 Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara pihak-pihak terkait dan
observasi langsung ke objek penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari literatur yang didapatkan dari internet dan buku
referensi.
III.7 Pengolahan Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif, yaitu membandingkan hasil penelitian
dengan kondisi ideal yang diharapkan sehingga dapat ditentukan solusi mana yang
lebih tepat sasaran, efektif, dan efisien. Analisis data penulis uraikan pada bab IV.
Page 18
BAB IV
ANALISIS
IV.1 Formulasi Masalah Sistem Persampahan di UI
Why-Why Diagram
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan Bapak Munardono di
Gedung Rektorat lantai 3, ada beberapa poin yang berkaitan dengan sistem
persampahan di UI yang perlu diperhatikan. Bahwa sampah fakultas terbanyak
dihasilkan oleh FE dan FISIP. Hal ini adalah sesuai dengan apa yang telah penulis
sampaikan melalui tabel yang menyajikan data rata-rata timbulan sampah dan
rekapitulasi jumlah pengangkutan sampah sebelumnya. Dari Bapak Munardono juga
penulis mendapat informasi bahwa efektifnya pengangkutan kontainer sampah di tiap
fakultas dilakukan seminggu sekali, namun apabila ada satu fakultas yang kontainernya
sudah penuh terlebih dahulu maka kontainer tersebut akan segera dibawa menggunakan
truk milik UI menuju TPA Cipayung. Beberapa kali truk yang dimiliki oleh UI ini
mengalami kerusakan sehingga pengangkutan dilakukan menggunakan truk milik
pemda Depok dengan perjanjian sewa. Kontainer yang dibawa truk ini memiliki
kapasitas hingga 6 m3. Sedangkan untuk kontainer yang ada di asrama mahasiswa,
pengangkutan dilakukan oleh pemda Depok. Informasi lain yang penulis dapat adalah
di PAU terdapat tiga kontainer sampah, sedangkan pada tiap-tiap fakultas terdapat
Pengelolaan sampah yang kurang solutif
Pelaksanaan/pengolahan yang tidak baik
Peralatan pengolahan yang kurang memadai
Tidak adanya informasi/instruksi persampahan yang
jelas
Sistem pemilahan yang tidak terstruktur
Menimbulkan dampak buruk bagi
lingkungan
Polusi udara akibat
pembakaran
Ceceran sampah di jalan
Perencanaan sistem persampahan yang kurang
matang
Tidak dijalankannya pedoman prasarana
dan sarana yang telah dicanangkan
Kurangnya kesadaran dan komitmen dari
stakeholder
Page 19
masing-masing satu kontainer sampah di dalamnya, dan untuk beberapa fakultas sudah
tersedia proses pemilahan sampah sehingga siap untuk diolah di tempat lain.
Bapak Munardono juga mengungkapkan beberapa kelebihan juga kekurangan yang
ada dalam penanganan sistem persampahan di UI Depok ini. Kelebihan sistem
persampahan yang ada di UI ini antara lain:
1. Truk pengangkut sampah dapat diandalkan karena truk datang setiap pagi tepat
waktu.
2. Cukupnya sumber daya manusia yang dimiliki oleh UI untuk mengelola sampah
yang dihasilkan.
3. Volume sampah terkendali, dalam artian tidak terjadi lonjakan timbulan sampah
yang signifikan.
4. Koordinasi yang dilakukan pihak kampus dengan pihak pemda Depok sudah dapat
dilaksanakan dengan baik.
Kendala yang dialami dalam pengelolaan sampah ini adalah:
1. Kendaraan yang dimiliki oleh kampus hanya satu buah truk sehingga apabila
terjadi kerusakan pada truk harus dilakukan koordinasi dengan pemda Depok untuk
penyewaan truk sampah. Kerusakan sering terjadi apabila musim hujan sedang
berlangsung.
2. TPA yang terbatas yaitu TPA Cipayung yang pada awal tahun ini sempat ditutup
oleh masyarakat sekitar TPA akibat volume sampah yang sangat tinggi sehingga
bertahun-tahun masyarakat harus akrab dengan bau sampah dan jalanan yang rusak
parah karena lalu–lintas truk sampah yang frekuensinya cukup tinggi.
Ada satu masalah juga yang sempat diungkapkan oleh Bapak Munardono
mengenai kondisi persampahan di UI ini, yaitu kontainer yang dimiliki per fakultas
hanyalah satu sehingga apabila volume sampah telah berlebih namun truk belum bisa
mengangkut kontainer maka pembakaran sampah terpaksa harus dilakukan untuk
mengurangi volume.
IV.2 Perbandingan Standar Mutu2 Sistem Persampahan di UI dengan Realisasi
UI telah mencanangkan visinya sebagai World Class Research University dan demi
mencapai hal tersebut, berbagai hal telah disiapkan. Salah satunya adalah
pengembangan Pedoman Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia, yang
2 Pedoman Penjaminan Mutu Akademik Universitas Indonesia: Prasarana dan Sarana Akademik, 2007
Page 20
mencoba untuk memberikan koridor pengelolaan kampus, termasuk aspek lingkungan
yang mendukung kegiatan akademik. Salah satunya ialah mengenai pengelolaan
sampah3.
No. Standar Mutu Realisasi
1. Memiliki pedoman perencanaan
sampah UI terpadu secara lengkap
Tidak terdapat ketentuan yang jelas
mengenai persampahan.
2. Memiliki peralatan/perlengkapan
pengelolaan sampah mulai dari
pewadahan (sekaligus pemilahan),
pengumpulan, TPS dan TPA
(bila diolah di UI) dengan kualitas
baik
a. Pemilahan sampah (organik,
anorganik, dan sampah plastik) tidak
optimal. Tempat sampah terpisah
yang disediakan di setiap fakultas
dan halte bis kuning tidak berfungsi
maksimal. Tidak ada instruksi jelas
pembuangan sampah.
b. Pengumpulan sampah di TPS tetap
dijadikan satu, sehingga tidak ada
manfaatnya dipisah di sumber
pengumpulan.
c. Transportasi sampah dari sumber ke
TPS/TPA menggunakan mobil bak
terbuka sehingga menyebabkan
polusi udara dan kemungkinan
tercecer.
d. Sampah yang berasal dari jalanan
(sampah plastik, sersah, dan sampah
kering lainnya) hanya dibakar tanpa
standar pengolahan yang jelas.
e. Peralatan persampahan masih
sederhana, sampah kering hanya
dibakar di lubang tanah.
3. Pengolahan sampah dilaksanakan
dengan prinsip 3R
a. Untuk poin Reduce, tidak ada usaha
yang optimal untuk mengurangi
timbulan sampah.
3 Lampiran
Page 21
b. Untuk poin Reuse, belum ada
kegiatan yang terorganisir untuk
memanfaatkan kembali sampah dan
mengolahnya menjadi bernilai
ekonomis. Satu dari sedikit kegiatan
yang ada ialah composting.
c. Untuk poin Recycle, belum tampak
usaha jelas dari bawah ke atas dalam
pendaurulangan sampah, terutama
plastik.
4. Pengolahan sampah dengan
insinerator, emisinya tidak
melampaui batas
Tidak ada kontrol manajemen emisi
yang jelas, sehingga tidak dapat
dipastikan apakah emisinya melampaui
batas atau tidak.
IV.3 Analisis System Modelling Sistem Persampahan Universitas Indonesia
Setelah sistem pemodelan selesai dibuat, tentu saja tidak serta-merta diaplikasikan
dalam sistem persampahan di Universitas Indonesia. Beberapa hal yang harus
dilakukan sebelumnya adalah:
1. membuat pengujian atau simulasi terhadap sistem pemodelan yang telah dibuat.
Hal ini dilakukan untuk melihat respons sistem terhadap pemodelan ataupun
sebaliknya. Setelah simulasi selesai dilakukan, perekayasa dapat memperoleh
pengetahuan baru mengenai pemodelan yang telah dibuat atau malah memberikan
masukan bagi pembuatan sistem pemodelan yang lain.
2. memperhitungkan aspek-aspek lain yang sebelumnya tidak dimasukkan dalam
pemodelan sistem yang telah dibuat. Hal ini dilakukan karena sering kali terdapat
korelasi yang kuat antara sistem persampahan dengan aspek-aspek non-teknis,
semisal aspek sosial dan psikologis masyarakat sekitar UI.
Sistem pemodelan sistem persampahan di lingkungan UI yang penulis paparkan
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Alur Pengumpulan dan Pemilahan Sampah
Beberapa model pengumpulan dan pemilahan sampah yang dapat diusulkan
untuk diterapkan di lingkungan kampus Universitas Indonesia:
Page 22
Model 1
Model 1 adalah model pemilahan satu atau beberapa jenis sampah anorganik.
Model ini fokus pada pemilahan sampah anorganik seperti botol PET, plastik jenis
lain, logam, kertas, dan lain-lain, ini mempertimbangkan bahwa sampah yang
terpilah akan dikirim ke pabrik daur ulang yang sudah ada pada lokasi yang
terdekat. Model ini mudah dilakukan yaitu dengan menyiapkan kantong atau
wadah untuk menampungnya. Pihak kampus perlu memperkenalkan secara jelas
bagaimana pemilahan sampah ini dilakukan.
No. Kelebihan Kekurangan
1. Biaya untuk mengoperasikan
model ini cukup rendah.
Keterbatasan pabrik daur ulang yang ada
di sekitar UI.
2. Operasional model ini cukup
mudah dilakukan.
Model ini hanya dapat digunakan untuk
sampah jenis anorganik.
3. Model ini tidak mensyaratkan
lahan yang luas.
Kurang dapat mengakomodasi seluruh
jenis sampah di UI.
4. Sampah yang telah dipilah
dapat dijual ke pabrik daur
ulang.
Kurang efektif dan efisien untuk
diterapkan di UI.
Model 2
Model 2 adalah pemilahan sampah organik dari sisa makanan untuk
komposting. Model ini fokus pada pemilahan sampah organik sisa makanan untuk
dikumpulkan pada wadah dan dikirim ke tempat pengomposan atau pengomposan
pada skala kecil. Penting untuk diketahui bahwa harus disediakan wadah
tertutup untuk mengumpulkan sampah organik sisa makanan untuk mencegah
serangga dan binatang lainnya. Pengangkutan sampah jenis ini perlu dilakukan
lebih sering karena sampah ini mudah membusuk sehingga perlu dijaga
keteraturan frekuensi pengangkutan sampah organik sisa makanan ini jika kita
menginginkan bahan baku kompos yang masih segar. UI perlu memperkenalkan
jenis sampah organik yang harus dipilah untuk pembuatan kompos dan
bagaimana cara memilahnya. Perlu juga diperhatikan bahwa sekalipun di
berbagai kota sampah organik sangat mendominasi tetapi pada dasarnya sampah
organik yang bagus untuk kompos sangatlah terbatas ketersediaannya. Sehingga
Page 23
perlu opsi lain dalam pengolahan sampah organik ini, misalnya makanan ternak
atau pengolahan gas metan (methanetion).
No. Kelebihan Kekurangan
1. Biaya untuk mengoperasikan
model ini cukup rendah.
Model ini hanya dapat digunakan untuk
sampah jenis organik.
2. Model ini tidak membutuhkan
lahan yang luas.
Keterbatasan sampah organik yang bagus
untuk composting.
3. Model ini sudah menerapkan
metode recycle, yaitu
composting.
Kurang dapat mengakomodasi seluruh
jenis sampah di UI.
4. Hasil composting dapat dijual
kembali atau digunakan
sendiri.
Kurang efektif dan efisien untuk
diterapkan di UI.
Model 3
Model 3 merupakan pemilahan satu atau beberapa sampah anorganik dan
sampah organik sisa makanan. Model ini dilakukan dengan penyediaan wadah
untuk menampung satu atau beberapa sampah anorganik dan sampah organik
sisa makanan, misalnya dapat dipilah ke dalam satu wadah untuk sampah
anorganik dan satu wadah untuk sampah organik sisa makanan. Pada level
pemilahan lebih lanjut, ini dapat dipilah ke dalam beberapa wadah jenis
sampah anorganik (plastik, kertas, logam, dan lain-lain) dan satu wadah untuk
sampah organik sisa makanan. Sekalipun ini agak rumit, tetapi menjadi mudah
apabila mampu menjaga konsistensi perilaku memilah sebagai gaya hidup.
No. Kelebihan Kekurangan
1. Model ini dapat digunakan untuk
kedua jenis sampah, organik dan
anorganik,seluruh UI.
Model ini hanya sampai pada tahap
pemilahan sampah.
2. Biaya untuk mengoperasikan
model ini relatif rendah.
Model ini agak rumit untuk
dioperasikan.
3. Model ini tidak mensyaratkan
lahan yang luas.
Model ini cocok untuk diterapkan di
UI.
Page 24
Model 4
Model 4 adalah pemilahan satu atau beberapa sampah anorganik pada tempat
publik untuk pemilahan. Model ini menyediakan wadah atau beberapa wadah
untuk mengumpulkan sampah anorganik pada lokasi yang ditentukan. Misalnya,
ketika tingkat fakultas telah memilah sampah anorganik pada satu wadah
maka tahap berikutnya pihak kampus harus memfasilitasi wadah terpisah juga
untuk penampungan sampah anorganik (botol PET, plastik jenis lain, kaca, logam
dll) secara terpilah pada lokasi tersebut. Jika kita bermaksud menggunakan model
ini maka perlu prasyarat seperti menyiapkan fasilitas untuk mengumpulkan
sampah anorganik yang terpilah dari tiap-tiap fakultas yang ada. Dengan kata
lain bahwa model ini membutuhkan persyaratan khusus untuk mempertahankan
kondisi sampah anorganik yang terpilah agar tidak terkontaminasi oleh jenis
sampah lain ketika dikirim ke TPS.
No. Kelebihan Kekurangan
1. Dapat mengakomodasi sampah
anorganik seluruh UI.
Model ini mensyaratkan lahan yang luas
dan fasilitas khusus untuk mengumpulkan
sampah dari seluruh UI.
2. Sistem persampahan lebih
terintegratif.
Biaya untuk mengoperasikan model ini
relatif tinggi.
3. Mengoptimalkan alur
pengelolaan sampah secara
umum.
Model ini hanya digunakan untuk sampah
berjenis anorganik.
4. Sampah anorganik yang masih
bernilai jual dapat dipilah lebih
mudah.
Kurang mengakomodasi seluruh jenis
sampah di UI.
2. Alur Pengangkutan Sampah
Alur pengangkutan sampah sering kali menjadi bagian penting dalam
menyebabkan kurang terkoordinasinya sistem persampahan di Universitas
Indonesia. Hal-hal yang menjadi masalah dalam alur pengangkutan telah
disampaikan dalam formulasi masalah sebelumnya.
System modelling yang dapat diusulkan untuk mengoptimasi alur pengangkutan
sampah di UI, terutama dalam soal biaya pengangkutan, adalah model matematis.
Page 25
Model ini memberikan persamaan yangg melibatkan hubungan antara aspek-aspek
yang berkaitan dengan alur pengangkutan sampah. Aspek-aspek yang dimaksud
meliputi:
a. volume timbulan sampah setiap hari,
b. jumlah dan kapasitas truk pengangkut sampah,
c. volume yang dapat ditanggung oleh TPS,
d. biaya yang dihabiskan setiap kali siklus pengangkutan sampah.
Dengan menggunakan optimasi, jumlah optimal truk pengangkut sampah yang
harus digunakan beserta biaya minimal yang harus dikeluarkan akan dapat dihitung
dan dapat menjadi acuan dalam penyusunan alur pengangkutan sampah di UI.
No. Kelebihan Kekurangan
1. Mengoptimalkan penggunaan alat
dan pengeluaran biaya.
Tidak mempertimbangkan aspek-aspek
sosial, waktu, dan iklim.
2. Mengoptimalkan kondisi yang
sudah ada (eksisting) sehingga
tidak perlu menambah utilitas
baru.
Tidak mempertimbangkan alternatif
jika terjadi kejadian-kejadian tidak
terduga, misalnya kerusakan pada
armada pengangkut.
3. Meningkatkan efektivitas
pengangkutan sampah, sesuai
antara volume yang terangkut dan
yang dapat ditampung.
Perlu penelitian dan data yang
komprehensif sehingga perlu waktu
lama untuk membuat pemodelan ini.
Selain itu, untuk mendapatkan trase pengangkutan sampah yang optimal, maka
bisa juga digunakan sistem pemodelan lain berupa model grafikal. Model ini akan
memberikan gambaran mengenai jalur mana yang paling baik agar pengangkutan
sampah dicapai dengan waktu optimal. Untuk mendapatkan jalur pengangkutan
sampah yang paling optimal, maka dapat digunakan pemetaan udara di lingkungan
Universitas Indonesia atau pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG).
No. Kelebihan Kekurangan
1. Mengefisiensikan jarak dan waktu
tempuh truk pengangkut sampah.
Teknologi penginderaan masih sulit.
2. Mengoptimalkan kondisi yang
sudah ada (eksisting) sehingga
Sulit untuk menginterpretasikan data
spasial yang didapat menjadi suatu
Page 26
tidak perlu menambah utilitas
baru.
perencanaan alur pengangkutan yang
tepat.
3. Data yang diperoleh dapat
digunakan untuk jangka waktu
yang lama.
Keterbatasan dari kondisi eksisting
jalur jalan di lingkungan UI.
Untuk memperbaiki alur pengangkutan sampah di Universitas Indonesia, dapat
pula ditinjau dari waktu dan frekuensi pengangkutan. Frekuensi pengangkutan
terutama disesuaikan dengan keadaan cuaca. Pada musim hujan, jumlah
pengangkutan sampah akan bertambah karena bertambahnya volume sampah daun.
Sedangkan, pada musim panas, tidak perlu dilakukan penambahan frekuensi
pengangkutan sampah.
Sumber
sampah
Frekuensi timbulan
sampah
Lokasi Frekuensi
pengangkutan
Kantin
(organik)
sering Pusgiwa 2 kali/1 hari
jarang Fakultas 1 kali/1 hari
Taman dan
jalan
jarang (musim panas)
jalanan
1 kali/1 hari
sering (musim hujan) 2-3 kali/1hari
No. Kelebihan Kekurangan
1. Dapat memilih alternatif waktu
pengangkutan sampah secara
lebih fleksibel.
Kesulitan penerapan disebabkan oleh
berbedanya kondisi tiap lokasi
timbulan sampah.
2. Mengoptimalkan energi, tenaga,
waktu, dan biaya yang dibutuhkan
untuk pengangkutan sampah
karena sampah diangkut sesuai
porsinya.
Tidak mempertimbangkan alternatif
jika terjadi kejadian-kejadian tidak
terduga, misalnya kerusakan pada
armada pengangkut.
3. Pengangkutan sampah
disesuaikan dengan kondisi cuaca,
iklim, dan event yang ada di
lokasi pengangkutan sampah.
Perlu koordinasi dan inisiatif yang baik
dari pihak pengelola sampah, sehingga
sulit untuk dikontrol oleh pihak
universitas.
Page 27
3. Alur Pengolahan Sampah
Siteplan Unit Pengolahan Sampah (UPS) UI (Santi Trilina, 2010)4
Gambar 6. Siteplan Unit Pengolahan Sampah (UPS) UI
Melihat siteplan UPS UI di atas, kebutuhan lahan untuk UPS dapat dirinci dalam
tabel di bawah ini.
No. Ruang/Area Dimensi
Panjang (m) Lebar (m)
1 Tipping floor 26 12.5
2 Residu 7 5
3 Ruang Sampah Khusus 10 3
4 Ruang Komposting 29 19.5
5 Ruang Pengolahan Non-Organik 19 7.5
Daur Ulang Plastik 7.5 6
Daur Ulang Kertas 7.5 6
4 Skripsi Santi Trilina (2010) berjudul “Studi Timbulan dan Komposisi Sampah sebagai Dasar Usulan Desain
Unit Pengolahan Sampah di Kampus Universitas Indonesia Depok”.
Page 28
Area pemilahan 7.5 7
9 Ruang Penyimpanan
Kompos 7.5 3
Plastik 6 3
Kertas 6 3
Kaca 3 1.5
Logam 3 1.5
Lainnya 3 2.5
16 Ruang Kantor 5 3
17 WC 2 2
18 Tempat Cuci 4 2
Gambar 7. Layout ruang tipping floor
Page 29
Gambar 8. Layout ruang processing
Pembangunan UPS mandiri di lingkungan UI, yang khusus untuk mengelola
volume sampah yang dihasilkan oleh UI sendiri, merupakan salah satu langkah yang
sejalan dengan rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Depok untuk membangun 15 UPS
pada tahun 2011, salah satunya adalah di lingkungan UI.
Dikutip dari mediaindonesia.com, seperti diungkapkan oleh Ridwan, Kepala
Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, Pemkot
Depok akan membangun UPS di lingkungan kampus UI. Pihak UI telah menyiapkan
lahannya dan pembangunan UPS ini atas dasar permintaan pihak UI sendiri. Hal ini
dikarenakan sampah yang dihasilkan cukup banyak. UPS ini khusus menampung
sampah dari warga UI sendiri, tidak termasuk warga di luar UI.
Berdasarkan Trilina (2010), kebutuhan lahan UPS untuk mengolah sampah yang
masuk adalah 975 m2. Adapun proses pengolahan sampah di UPS ini meliputi :
1. kegiatan pemilahan dan pemisahan dengan menggunakan conveyer belt,
2. untuk sampah organik dilakukan proses pencacahan kemudian proses komposting
dengan sistem windrow, setelah itu kompos jadi akan diayak.
3. Untuk sampah kertas akan dilakukan proses daur ulang dengan prinsip yang
sederhana yaitu penghancuran kertas – bubur kertas – pencetakan – pengeringan.
Page 30
4. Sampah plastik pun akan mengalami proses daur ulang sampai tahap
pencacahan/penggilingan
5. Sampah kaca, logam, styrofoam dan lainnya akan disimpan di area yang
disediakan.
No. Kelebihan Kekurangan
1. Dapat mengelola sampah secara
mandiri.
Biaya untuk pembangunan UPS
terpadu cukup mahal.5 Penggunaan
energi di UPS juga belum diketahui
dengan pasti.
2. Mengolah sampah lingkungan UI
menjadi bernilai kembali dengan
prinsip 3 R. Produk-produk yang
dapat dihasilkan dari UPS ini
antara lain:
a. pupuk kompos,
b. kertas daur ulang,
c. sampah plastik dan kaca yang
masih bernilai jual.
Teknologi yang akan diterapkan pada
UPS masih belum memadai dan SDM
yang mengelolanya masih belum
terlatih.
3. Memberikan tambahan
pemasukan bagi Universitas
Indonesia.
Lahan yang akan digunakan cukup
besar. Pembangunan UPS harus
meminta izin dari masyarakat sekitar.
4. Berkontribusi dalam menangani
berbagai masalah, seperti:
a. menumpuknya sampah yang
melebihi kapasitas di TPA
Cipayung,
b. timbulnya gas rumah kaca
akibat pembakaran sampah
Mengasumsikan terjadi efektivitas
pada alur pengumpulan, pemilahan,
dan pengangkutan sampah.
5 Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, biaya pembangunan 1 UPS mencapai 400 – 500 juta
rupiah, belum termasuk biaya pengadaan mesin pencacah.
Page 31
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Sebelum tercapainya solusi yang dituju, terdapat beberapa tahap yang harus
dilakukan untuk mencapai solusi yang diharapkan. Tahap ini dimulai dengan
identifikasi masalah, objek, dan batasan. Kemudian masuk ke tahap sistem teori yang
diperlukan untuk mempelajari metode atau cara yang digunakan untuk menguraikan
masalah agar dapat dianalisis dan diselesaikan. Masalah yang telah diformulasikan
sebelumnya dimodelkan dalam satu atau lebih buah model yang menggambarkan
semua aspek masalah yang relevan. Setelah system modelling selesai dibuat, maka perlu
dilakukan analisis untuk melihat kelebihan dan kekurangan pemodelan sistem yang
telah dibuat, sehingga pada akhirnya akan tercapai sebuah penyelesaian.
Dalam makalah ini, telah dianalisa berbagai model pengelolaan sampah yang telah
dipaparkan pada makalah sebelumnya, beserta kekurangan dan kelebihan tiap model.
Penulis mengusulkan 4 model sistem untuk menyelesaikan masalah pengumpulan
dan pemilahan sampah di lingkungan kampus Universitas Indonesia. Peninjau meninjau
hal tersebut dari segi biaya, pengoperasian, serta efektivitas dan efisiensi (feasibility)
model bila diterapkan di lingkungan kampus.
Setelah menganalisis keempat model sistem yang diusulkan, maka penulis
menyimpulkan bahwa model sistem nomor 3 merupakan solusi optimum yang dapat
diterapkan di lingkungan kampus Universitas Indonesia. Model sistem nomor 3
memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh ketiga model lainnya, yaitu
model ini dapat mengakomodasi semua jenis sampah yang ada di lingkungan kampus
serta model ini cocok untuk diterapkan di lingkungan kampus Universitas Indonesia.
Selain itu, biaya untuk mengoperasikan model ini relatif rendah.
Untuk alur pengangkutan sampah, dapat dibuat pemodelan matematis berdasarkan
biaya optimal yang dikeluarkan untuk pengangkutan sampah, pemodelan grafis untuk
trase/track jalur pengangkutan sampah yang efisien menggunakan teknologi SIG, serta
pemodelan matematis untuk memilih waktu dan frekuensi pengangkutan sampah yang
tepat sesuai dengan kondisi cuaca.
Sedangkan untuk pengolahan sampah, dapat diusulkan pembangunan UPS terpadu
di UI. Walaupun biaya investasi yang dikeluarkan cukup besar, namun keuntungan
Page 32
yang didapatkan juga sangat banyak dan mampu menangani berbagai masalah yang
timbul, seperti overload-nya TPA Cipayung.
Pengoperasian model ini menjadi sangat sulit ketika pola pikir mahasiswa serta
masyarakat di sekitar kampus masih memiliki kebiasaan atau pola hidup tidak memilah
sampah sebelum membuangnya. Namun sebaliknya bila mahasiswa telah sadar dan
merubah pola hidup mereka, model ini akan menjadi efektif serta efisien untuk
dilakukan.
V.2 Saran
Melalui laporan penelitian ini, penulis menyarankan untuk:
1. Dilakukan evaluasi terhadap keseluruhan sistem pengelolaan sampah di UI.
2. Menambah jumlah sampel penelitian sehingga data yang diperoleh dapat
merepresentasikan keadaan di UI yang sebenarnya.
3. Waktu penelitian hendaknya diperpanjang, dimana penelitian dilakukan pada
musim yang berbeda yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
4. Menyatukan gerakan dalam pengoptimalan sistem persampahan di UI dan berusaha
mencari solusi dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi dalam pengolahan
sampah di UI.
Page 33
DAFTAR PUSTAKA
Trilina, Santi. 2010. Studi Timbulan dan Komposisi Sampah sebagai Dasar Usulan Desain
Unit Pengolahan Sampah di Kampus Universitas Indonesia Depok. Skripsi. Universitas
Indonesia.
www.id.shvoong.com/how-to/writing/2080676-contoh-metodologi-penelitian/
www.majarimagazine.com/2007/12/teknologi-pengolahan-sampah/
www.mediaindonesia.com
www.mepow.wordpress.com/2009/06/24/tips-menyusun-metodologi-metode-penelitian-
skripsi-tesis/
www.mukti-aji.blogspot.com/2008/05/sistem-pengelolaan-sampah-terpadu.html
Page 34
LAMPIRAN
A. Foto-Foto Survei
Gambar 9. Sampah plastik ditimbun
dalam lubang 2 x 2 x 2 m
Gambar 10. Pembakaran sampah
daun di area milik CV TJP
Gambar 11. Area milik CV TJP
dengan beberapa kendaraan
operasionalnya
Gambar 12. Kontainer sampah
berukuran 3 x 2 x 1,5 m di halaman
Balairung