TUGAS KELOMPOK CEKUNGAN BINTUNI
TUGAS KELOMPOK CEKUNGAN BINTUNI
GEOLOGI INDONESIA (GL-3203)
RESUME CEKUNGAN BINTUNIOleh: Abdul Rahman Rifani
(12011021)Dhaneswara Mandrasa (12011044)Yoga Prasetyo
(12011045)Rosa Fitris Sundewi (12011067)
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FITB ITB
2014PENDAHULUAN Papua adalah pulau yang berada di timur wilayah
Negara Kepulauan Republik Indonesia Letak administratif : 130019 BT
- 150048 BT dan 0019 LS 10043 LS. Pembentukan Papua : Akibat
interaksi yang bersifat konvergen miring (oblique convergence)
antara Lempeng Benua Indo-Australia dan Lempeng Samudera
Pasifik-Caroline. Konvergensi yang terjadi sejak Eosen hingga kini
menimbulkan produk berupa dua tahapan kolisi yang terjadi pada Kala
Oligosen (Orogenesa Peninsula) dan dikuti kolisi yang terjadi pada
Miosen (Orogenesa Melanesia). Fisiografi Papua
Gambar 1. Peta lokasi Papua dan fisiografi.
(http://en.wikipedia.org/wiki/New_Guinea). Pada peta diatas, tampak
pembagian dari fisiografis regional dari Pulau Papua yang tampak
seperti seekor burung. Pulau ini terbagi menjadi bagian-bagian
seperti bagian kepala, badan dan ekor. Tatanan Tektonik Pulau Papua
Geologi Papua dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling
bertumbukan dan serentak aktif. Lempeng Samudera Pasifik-Caroline
bergerak ke barat-baratdaya dengan kecepatan 7,5 cm/th, Lempeng
Benua Indo-Australia bergerak ke utara dengan kecepatan 10,5 cm/th
(Gambar 2). Tumbukan yang sudah aktif sejak Eosen ini membentuk
suatu tatanan struktur kompleks terhadap Papua Barat (Papua), yang
sebagian besar dilandasi kerak Benua Indo-Australia.
Gambar 2. Kondisi tektonik Pulau Papua (Nillandaroe dan
Barraclough, 2003; dalam Sapiie dkk., 2007). Pada gambar di atas
tampak struktur sesar geser mengiri hadir sebagai zona-zona sesar
utama. Pada bagian utara Pulau New Guinea terdapat Zona Sesar
Sorong yang menerus berarah barattimur. Pada bagian selatan
terdapat Zona Sesar Tarera-Aiduna yang memiliki pola mirip dengan
Zona Sesar Sorong.
Kompresi ini hasil dari interaksi yang bersifat konvergen miring
(oblique convergence) antara Lempeng Benua Indo-Australia dan
Lempeng Samudera Pasifik-Caroline (Dow dan Sukamto, 1984) (Gambar
3). Konvergensi tersebut diikuti oleh peristiwa tumbukan yang
bersifat kolisi akibat interaksi pergerakan antara busur kepulauan
dengan lempeng benua yang terjadi selama Zaman Kenozoikum (Dewey
& Bird, 1970; Abers & McCafferey, 1988 dalam Sapiie, 1998).
Interaksi kolisi ini pergerakannya hampir membentuk sudut 246
terhadap Lempeng Australia (Quarles van Ufford, 1996 dalam Sapiie,
1998). Geologi Regional Pulau Papua Dow dkk. (1986) membagi geologi
Papua menjadi 3 lajur berdasarkan stratigrafi, magmatik, dan
tektoniknya (Gambar 3), yaitu : 1. Kawasan Samudera Utara yang
dicirikan oleh ofiolit dan busur vulkanik kepulauan (Oceanic
Province) sebagai bagian dari Lempeng Pasifik. Batuan-batuan
ofiolit pada umumnya tersingkap di sayap utara Pengunungan Tengah
Papua dan Papua Nugini (Northeastern Islands). 2. Kawasan Benua
yang terdiri atas batuan sedimen yang menutupi batuan dasar
kontinen yang relatif stabil dan tebal yang terpisah dari kraton
Australia (Southwest Cratonic Zone). 3. Lajur peralihan yang
terdiri atas batuan termalihkan (metamorf) dan terdeform-asi sangat
kuat secara regional. Lajur ini terletak di tengah (Central Range)
dan memisahkan kelompok 1 terhadap kelompok 2 dengan batas-batas
sesar-sesar sungkup dan geser (Central Collisional Zone).
Stratigrafi Stratigrafi Pulau Papua meliputi sikuen
batuan-batuan Pra-Kambrium hingga endapan Kuarter yang
masing-masing tersingkap dari bagian Kepala hingga Badan Burung.
Evolusi tektonik yang berlangsung selama Mesozoikum Akhir hingga
Kini menyebabkan struktur geologi yang beragam pada Pulau Papua
& beberapa fase magmatisme di sepanjang Pegunungan Tengah Pulau
Papua. Contohnya adalah Sesar Sorong, Antiklin Misool-Onin Kumawa,
dan Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah.
Struktur Regional PapuaKeterangan : MTFB = Mamberamo Thrust and
Fold Belt WO = Weyland Overthrust WT = Waipona Trough TAFZ =
Tarera-Aiduna Fault Zone RFZ = Ransiki Fault Zone LFB = Lengguru
Fault Belt SFZ = Sorong Fault Zone YFZ = Yapen Fault Zone MO =
Misool-Onin High
Gambar 5. Struktur Regional Papua (dimodifikasi dari Sapiie,
2000). Tanda panah menunjukkan gerakan relatif antara Lempeng
Pasifik dan Australia. Secara umum struktur regional Papua dapat
dibagi menjadi 3 zona struktur (Gambar 5), yaitu: 1. Kepala Burung:
didominasi oleh struktur sesar berarah Barat-Timur. 2. Leher
Burung: didominasi oleh struktur berarah Utara- Barat Laut (Jalur
Perlipatan Lengguru, LFB), yang berhenti pada tinggian Kemum pada
daerah Kepala Burung. 3. Tubuh Burung: didominasi oleh struktur
berarah Barat-Barat Laut sepanjang Central Range (Jalur Mobil
Nugini). Diakhiri oleh sesar mendatar dengan arah Barat-Timur (Zona
Sesar Tarera-Aiduna, TAFZ) pada Leher Burung. Evolusi Tektonik
Pulau Papua
Gambar 6. Evolusi Tektonik Papua selama Mesozoik-Kini
(dimodifikasi dari Sapiie dkk., 2009; dalam Sapiie dkk., 2012).
Fase-Fase TektonikBasement
Basement Cekungan Bintuni terdiri dari batuserpih, graywackes
dan batuan sedimen klastik berbutir kasar yang berumur Ordo, Silur
dan Devon. Pre-Rifting
Diantara Karbon dan Devon, terdapat ketidakselarasan akibat
subsidence. Lalu terendapkan batuan sedimen berupa batupasir,
batuserpih hingga batubara. Pada umur Permian terdapat kembali
ketidakselarasan akibat regresi.
Syn-Rift
Pada fase ini, terdapat kembali ketidakselarasan akibat naiknya
muka air laut sehingga terendapkan batupasir dan batuan sedimen
teroksidasi.
Drifting
Pada fase ini, kembali lagi terjadi transgresi yang menyebabkan
lingkungannya menjadi lingkungan laut dangkal.Obduksi
Obduksi terjadi pada fase ini, dimana ketidakselarasan terjadi
akibat pengangkatan dan terendapkan batuserpih dan pasir serta
batugamping.Progressive Filling Of The Basin
Pada umur Pleistosen, terendapkan dengan tidak selaras
batukonglomerat, pasir dan lempung akibat terjadi kembali
pengangkatan.
Petroleum System Bintuni Basin Terdapat lima bagian penting dari
suatu petroleum system pada suatu cekungan yang dipengaruhi dengan
kondisi geologi regional antara lain :1. Batuan Induk (Source Rock)
Terdapat dua batuan induk pada cekungan bintuni berupa black shale
dan coal seams pada formasi Ainim (Upper Permian) dan red shale
pada formasi Tipuma (Lower Jurassic)2. Batuan Reservoar (Reservoir
Rock) Batuan reservoar yang terdapat pada cekungan Bintuni berupa
batupasir pada formasi Lower Kembelangan (Upper Jurassic) dan
batugamping pada formasi Kais dan Klasafet (Middle Miocene)3.
Migrasi Terjadi migrasi hidrokarbon berupa migrasi primer dari
source rock ke carrier bed dan migrasi sekunder dari carrier bed ke
reservoir dan trap. Migrasi bergerak secara lateral melalui lapisan
permeable batupasir dan pergerakan vertical migrasi dipengaruhi
oleh adanya patahan atau rekahan.4. Perangkap (Trap) Perangkap yang
terdapat pada cekungan Bintuni berupa perangkap struktur berupa
antiklin NW-SE dan strike slip faults, sesar yang berarah E-W 5.
Batuan Penudung (Seal) Batuan penudung pada petroleum sistem
cekungan Bintuni berupa lapisan impermeable yaitu batulempung pada
formasi Klasafet dan Lower Kambelangan