Tugas Geologi Indonesia GL3203 1 Resume Cekungan-Cekungan di Pulau Sumatra Extivonus Kiki Fransiskus (12012060) Cekungan adalah bentuk muka bumi yang lebih rendah dari permukaan bumi di sekelilingnya. Dalam hal ini kita membicarakan cekungan sedimentasi yang menjadi sumber hidrokarbon di Indonesia. Secara umum Indonesia memiliki lebih dari 60 cekungan , dengan 22 cekungan telah berproduksi dan terletak di Indonesia bagian barat dan 38 cekungan masih pada tahap eksplorasi dan terletak di Indonesia bagian Timur. Cekungan-cekungan yang berada di Indonesia Bagian barat umumnya merupakan cekungan belakang busur (back arc basin). Beberapa contoh yang akan dibahas pada kali ini adalah Cekungan Sumatra Utara, Cekungan Sumatra Tengah, dan Cekungan Sumatra Selatan. Pulau Sumatra terletak pada bagian baratdaya dari mikrokontinen Sunda dan merupakan jalur konvergensi antarlempeng yaitu lempeng Indo-Australia yang menyusup ke lempeng Eurasia. Pulau Sumatra terbentuk akibat amalgamasi usur-unsur yang berasal dari benua Asia dan Gondwana. Bagian Gondwana yang beramalgamasi dengan Asia dikenal dengan istilah Sibumasu yaitu (Siam Burma Malaysia dan Sumatra). Pulau Sumatra terbentuk akibat adanya kolisi dan suturing dari mikrokontinen pada Akhir Pra- Tersier. Secara geologi Pulau Sumatra dapat dibagi menjadi beberapa bagian (Darman dan Sidi, 2000): 1. Busur luar sunda, berada sepanjang batas cekungan busur depan Sunda dan yang memisahkan dari lereng trench. 2. Cekungan depan busur (fore arc basin), yang terbentang antara busur luar Sunda dengan bagian bawah permukaan busur vulkanik belakang Sumatra, 3. Cekungan belakang busur (back arc basin) meliputi Cekungan Sumatra Utara, Cekungan Sumatra Tengah, dan Cekungan Sumatra Selatan. Sistem ini berkembang sejalan dengan depresi yang berbeda pada bagian bawah Bukit Barisan. 4. Bukit Barisan, terbentuk pada masa Perm-Kabon hingga batuan Mesozoik. Gambar1 Peta Tektonik Pulau Sumatra present day
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Tugas Geologi Indonesia GL3203
1
Resume Cekungan-Cekungan di Pulau Sumatra
Extivonus Kiki Fransiskus (12012060)
Cekungan adalah bentuk muka bumi yang lebih rendah dari permukaan bumi di
sekelilingnya. Dalam hal ini kita membicarakan cekungan sedimentasi yang menjadi sumber hidrokarbon
di Indonesia. Secara umum Indonesia memiliki lebih dari 60 cekungan , dengan 22 cekungan telah
berproduksi dan terletak di Indonesia bagian barat dan 38 cekungan masih pada tahap eksplorasi dan terletak
di Indonesia bagian Timur. Cekungan-cekungan yang berada di Indonesia Bagian barat umumnya merupakan
cekungan belakang busur (back arc basin). Beberapa contoh yang akan dibahas pada kali ini adalah
Cekungan Sumatra Utara, Cekungan Sumatra Tengah, dan Cekungan Sumatra Selatan.
Pulau Sumatra terletak pada bagian baratdaya dari
mikrokontinen Sunda dan merupakan jalur konvergensi
antarlempeng yaitu lempeng Indo-Australia yang menyusup
ke lempeng Eurasia. Pulau Sumatra terbentuk akibat
amalgamasi usur-unsur yang berasal dari benua Asia dan
Gondwana. Bagian Gondwana yang beramalgamasi dengan
Asia dikenal dengan istilah Sibumasu yaitu (Siam Burma
Malaysia dan Sumatra). Pulau Sumatra terbentuk akibat
adanya kolisi dan suturing dari mikrokontinen pada Akhir Pra-
Tersier.
Secara geologi Pulau Sumatra dapat dibagi menjadi beberapa bagian (Darman dan Sidi, 2000):
1. Busur luar sunda, berada sepanjang batas cekungan busur depan Sunda dan yang memisahkan dari
lereng trench.
2. Cekungan depan busur (fore arc basin), yang terbentang antara busur luar Sunda dengan bagian bawah
permukaan busur vulkanik belakang Sumatra,
3. Cekungan belakang busur (back arc basin) meliputi Cekungan Sumatra Utara, Cekungan Sumatra
Tengah, dan Cekungan Sumatra Selatan. Sistem ini berkembang sejalan dengan depresi yang berbeda
pada bagian bawah Bukit Barisan.
4. Bukit Barisan, terbentuk pada masa Perm-Kabon hingga batuan Mesozoik.
Gambar1 Peta Tektonik Pulau Sumatra present day
Tugas Geologi Indonesia GL3203
2
5. Busur Tengah Sumatra, yang dipisahkan oleh pengangkatan dan erosi dari daerah pengendapan
terdahulu. Sedimentasi sangat asimetris dengan sebagian sedimen berasal dari busur magmatic aktif
yang sejalan dengan rollback parit.
A. Cekungan Sumatra Utara
Cekungan Sumatra Utara merupakan cekungan belakang busur yang terletak pada bagian utara
Pulau Sumatra yang membentang dari Medan sampai ke Banda Aceh. Cekungan ini memiliki bentuk segitiga
yang membuka kea rah Utara, dibatasi tinggian Asahan disebaelah tenggara dari Cekungan Sumatra Tengah.
Terbentuk selama Tersier (Oligosen Awal), pada mikrokontinen Sunda (Sostromihardjo, 1988).
Pengendapan dimulai dari Eosen hingga Oligosen pada bagian barat yang dicirikan dengan sedimen klastis
kasar yang tidak mengalami deformasi (Fm. Maeucampli), dan berubah secara berangsur ke timur menjadi
endapan paparan karbonat (Fm. Tampur).
Cekungan Sumatra Utara secara tektonik terdiri dari beberapa elemen yang berupa tinggian,
cekungan, maupun peralihan keduanya. Cekungan ini terjadi setelah adanya tektonik pada zaman
Mesozoikum atau sebelum mulai terendapkannya sedimen tersier di cekungan. Proses sedimentasi yang
terjadi selama Tersier secara umum dimulai dengan proses transgresi, disusul regresi, dan terdapan peristiwa
tektonik pada akhir Tersier. Pola struktur yang dapat diamati pada Cekungan Sumatra Utara adalah adanya
perlipatan dan pergeseran yang berarah barat laut – tenggara.
Litostratigrafi Cekungan Sumatra Utara
Litostratigrafi Cekungan Sumatra Utara dari tua ke muda adalah :
1. Formasi Parapat
Formasi Parapat yang diperkirakan berumur Oligosen, terdiri atas batupasir berbutir
kasar dan konglomerat di bagian bawah, terdapat sisipan serpih yang diendapkan tidak
selaras. Bagian bawah formasi parapet diendapkan dalam lingkungan laut dangkal dibuktikan
dengan adnya fosil Nummulites di Aceh.
Tugas Geologi Indonesia GL3203
3
2. Formasi Bamo
Formasi ini berumur Oligosen- Miosen Awal, komposisi formasi ini adalah serpih
hitam dan tidak berlapis, berasosiasi dengan pirit dan gamping. Dijumpai lapisan tipis
batugamping, batulempung karbonatan dan mikaan. Pada formasi ini sangat sedikit
ditemukan keberadaan fosil, hal ini diakibatkan lingkungan pengendapannya yang berada
pada kondisi tertutup atau reduksi. Ketebalan formasi berbeda-beda Antara 100-2400m.
3. Formasi Belumai
Formasi ini membentang pada bagian timur
dari cekungan. Formasi Belumai identik dengan
Formasi Peutu yang berkembang di ceungan bagian
barat dan tengah. Komposisi utama formasi ini
adalah batupasir glaukonit yang berselang-seling
dengan serpih dan batugamping. Didaerah Formasi
Arun bagian atas berkembang lapisan batugamping
kalkarenit dan kalsilutit dengan selingan serpih.
Formasi Belumai terdapat secara selaras diatas
Formasi Bampo dan juga selaras dengan formasi
Baong, ketebalan berkisar 200-700m. Formasi ini
diperkirakan memiliki umur Miosen Awal dengan
lingkungan pengendapan laut dangkal.
4. Formasi Baong
Formasi ini berumur Miosen Tengah hingga
Miosen Atas. Formasi ini terdiri atas batulempung
abu-abu kehijauan, napalan, lanauan, pasiran.
Terkayakan oleh fosil Orbulina sp, berselang seling dengan lapisan pasir halus serpihan.
Didaerah Laut Aru terdapat batupasir glaukonitan serta batugamping yang terdapat di bagian
tengah. Formasi ini merupakan reservoir produktif.
Gambar2 Litostratigrafi Sumatra Utara (Kamioli
dan Naim, 1973, Mulhadiono, 1975, Cameron dkk.,
1980)
Tugas Geologi Indonesia GL3203
4
5. Formasi Kautapang
Formasi Keutapang adalah siklus regresi Cekungan Sumatra Utara yang memiliki
lingkungan pengendapan deltai hingga laut dalam dengan umur Miosen Akhir. Komposisi
batuannya merupakan selang-seling Antara serpih, batulempung. Pada bagian atas terdapat
batugamping dan batupasir berlapis tebal dengan mineralogy kuarsa, pirit, sedikit mika, dan
karbonan yang terdapat pada bagian atas. Ketebalan formasi ini antara 404-1534m.
6. Formasi Seurula
Formasi ini hampir sama dengan formasi ketapang yang memiliki fase regresi.
Formasi ini diendapkan dalam lingkungan laut yang berumur Pliosen Awal dengan ketebalan
397-720m. Litologi yang terlihat adalah batupasir, serpih dan dominan batulempung. Formasi
ini berbutir lebih kasar, mengandung banyak cangkang moluska dan foramminifera
dibandingkan dengan Formasi Keutapang.
7. Formasi Julu Rayeu
Formasi ini merupakan formasi teratas dari siklus endapan laut Cekungan Sumatra
Utara. Ketebalan mencapai 1400m, lingkungan pengendapan laut dangkal, dan berumur
Pliosen sampai Plistosen. Litologi berupa batupasir halus sampai kasar, batulempung dengan
kandungan mika, dan pecahan cangkang moluska.
8. Vulkanik Toba
Vulkanik toba merupakan tuff hasil kegiatan vulknisme Toba yang berlangsung pada
Plio-Plistosen. Tuff toba diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Julu Rayeu. Ketebalan
lapisan ini diperkirakan antara 150-200m
9. Aluvial
Ketebalan satuan alluvial ini diperkirakan mencapai 20 meter. Satuan alluvial ini
terdiri dari endapan sungai (pasir, kerikil, batugamping dan batulempung ) dan endapan pantai
yaitu, pasir sampai lumpur.
Tugas Geologi Indonesia GL3203
5
B. Cekungan Sumatra Tengah
Cekungan Sumatra Tengah merupakan cekungan busur sejak Neogen. Pada periode
Paleogen (Eosen-Oligosen) daerah ini merpakan seri dari struktur setengah graben (half graben) yang
terbentuk akibat proses rifting. Pada bagian baratdaya Cekungan Sumatra Tengah dibatasi oleh tinggian
Bukit barisan, disebelah baratlaut oleh Busur Asahan, dan disebelah timur laut oleh Dataran Sunda.
Cekungan Sumatra tengah terbentuk oleh
karena adanya penujaman secara miring (oblique
subduction) lempeng samudra Hindia dibawah
lempeng Benua Asia. Penujaman ini
mengakibatkan terjadinya gaya tarikan pada
Cekungan Sumatra Tengah yang merupakan
cekungan belakang busur. Gaya tarikan ini yang
nantinya membentuk graben, half graben, dan
horst. Selain itu terdapat gaya kompresi yang
dihasilkan suatu system sesar geser dekstral akibat
dari oblique subduction dibagian barat dan
baratdaya Pulau Sumatra yang dicirikan dengan
adanya kenampakan negative flower structure,
positive flower structure, en echelon fault, dan en
echelon fold.
Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah
Karakteristik dari masing-masing formasi pada Cekungan Sumatra Tengah dari tua ke
muda adalah :
1. Formasi Menggala
Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Awal yang diendapakan diatas kelompok
Pematang secara tidak selaras. Lingkungan pengendapan formasi ini berupa braided river non-
marine (sungai teranyam-deltaic). Litologi penyusun adalah batupasir halus-kasar yang
bersifat konglomeratan dengan ketebalan mencapai 1800kaki.
Gambar3 Tektonik yang mempengaruhi Cekungan
Sumatra Tengah ( Heidrick dan Aulia, 1993)
Tugas Geologi Indonesia GL3203
6
2. Formasi Bangko
Formasi ini berumur Miosen Awal yang diendapkan secara selaras diatas Formasi
Menggala. Lingkungan pengendapan berupa open marine shelf yang menghasilkan maximum
flooding surface (MFS) pada Kala Miosen. Litologi tersusun atas serpih abu-abu yang bersifat
karbonatan berseling dengan batupasir halus-kasar. Formasi ini diendapkan pada lingkungan
estuarian dengan ketebalan 300kaki.
3. Formasi Bekasap
Formasi ini memiliki
kisaran umur antara N5 sampai
N8 yang diendapakan selaras di
atas Formasi Bangko.
Lingkungan pengendapan
berupa estuarine, intertidal,
inner-outer neritic dengan
ketebalan 1300kaki. Litologi
tersusun atas batupasir dengan
kandungan glaukonit dibagian
atasnya serta sisipan serpih,
batugamping tipis, dan lapisan
batubara.
4. Formasi Duri
Formasi ini berumur Miosen
Awal (N7-N8) yang diendapkan secara
selaras diatas Formasi Bekasap. Lingkungan pengendapan berupa barrier bar complex dan
delta front dengan ketebalan mencapai 900 kaki. Litologi penyusun berupa batuasir berukuran
halus-sedang berseling dengan serpih dan sedikit batugamping. Formasi Duri mempunyai
Gambar4 Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah
Tugas Geologi Indonesia GL3203
7
hubungan yang menjari dengan Formasi Telisa pada lingkungan yang lebih dalam pada
bagian barat cekungan.
5. Formasi Telisa
Formasi telisa berumur Miosen Awal- Miosen Tengah (N7-N11) yang diendapkan
secara menjari pada bagian paling atas dari Formasi Duri. Litologi tersusun atas dominasi
serpih dengan sisipan batugamping dan batupasir glaukonitan berbutir halus yang diendapkan
pada lingkungan litoral dalam dan luar. Perubahan litologi dan fauna yang cukup jelas terliat
pada bagian atas dari Formasi Telisa dan menunjukkan awal dase regresif Miosen Tengah
dari siklus Neogen.
6. Formasi Petani
Kontak antara Formasi Telisa dan Formasi Petani merupakan suatu hiatus yang
diindikasikan dengan adanya zona fauna yang hilang. Pengendapan berlangsung pada kala
Miosen Tengah-Plistosen pada lingkungan laut yang berubah menjadi lingkunfan payau
hingga darat. Formasi ini tersusun atas sekuen monoton dari serpih-batulumput dan interkalasi
batupasir batulanau yang kea rah atas menunjukkan pendangkalan lingkungan pengendapan
dan penyusutan pengaruh laut.
7. Formasi Minas
Formasi Minas merupakan enfapan Kuarter yang diendapkan secara tidak selaras
di atas Formasi Petani. Litologi penyusun berupa konglomeratan, batupasir, dan batulempung
yang mencirikan endapan alluvial. Proses pengendapan masih terjadi hingga kini.
Tugas Geologi Indonesia GL3203
8
C. Cekungan Sumatra Selatan
Cekungan Sumatra Selatan dibatasi oleh Paparan Sunda disebelah timurlaut, daerah
tinggian Lampung disebelah Tenggara, Pegunungan Bukit barisan disebelah baratdaya serta
Pegunungan Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh disebelah baratlaut. Evolusi dari cekungan ini
telah ada sejak Mesozoik dan merupakan cekungan belakang busur. Sejarah pembentukan
Cekungan Sumatra Selatan memiliki beberapa kesamaan dengan Cekungan Sumatra Tengah dan
dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh. Cekungan-cekungan tersebut memiliki bentuk asimetrik dan
dibatasi oleh sesar-sesar dan singkapan batuan pra Tersier yang terangkat sepanjang kaki
Pegunungan Barisan.
Pembentukan Cekungan Sumatra Selatan
adalah pengaruh dari sesar geser makro (stike
slip fault) yang nantinya menghasilkan pola
sesar normal dan sesar geser. Cekungan Sumatra
Selatan merupakan tipe cekungan tersier,
sehingga perkembangannya dikendalikan oleh
basement pra Tersier.
Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah
Pada dasarnya stratigrafi cekungan Sumatera Selatan terdiri dari satu siklus besar
sedimentasi yang dimulai dari fase transgresi pada awal siklus dan fase regresi pada akhir siklusnya.
Urutan stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan dari tua ke muda adalah:
1. Batuan Dasar (Basement)
Batuan dasar terdiri dari batuan kompleks paleozoikum dan batuan Mesozoikum, batuan
metamorf, batuan beku, dan batuan karbonat
Tugas Geologi Indonesia GL3203
9
2. Formasi Lahat
Formasi Lahat diperkirakan berumur Oligosen awal. Formasi ini terendapkan secara
tidak selaras terhadap batuan dasar karena terletak pada bagian terdalam dari cekungan.
Lingkungan pengendapan terjadi pada daerah daratan/alluvial-fluvial hingga lacustrine. Pada
bagian bawah litologi penyusun berupa batupasir kasar, kerikilan, dan konglomerat. Pada bagian
atas terdapat fasies serpih dengan sisipan batupasir halus, lanau, dan tuff. Formasi ini berfungsi
sebagai batuan induk dengan keteblan mencapai 1000m.
3. Formasi Talang Akar
Formasi Talang Akar diperkirakan berumur Oligosen Akhir hingga Miosen Awal.
Formasi ini terendapkan secara tidak selaras dengan Formasi Lahat dan selaras di bawah Formasi
Gumai. Litologi penyusun berupa batulanau, batupasir dan sisipan batubara yang terendapkan pada
lingkungan laut dangkal hingga zona transisi. Bagian bawah formasi tersusun atas batupasir kasar,
serpih dan sisipan batubara. Sedangkan dibagian atasnya berupa perselingan antara batupasir dan
serpih. Tebal formasi berkisar 460-610m. Variasi lingkungan pengendapan berupa fluvial-deltaic
yang berupa braided stream dan point bar dan berangsur berubah menjadi lingkungan delta front,
marginal marine, dan prodelta yang mengindikasikan perubahan lingkungan pengendapan kea rah
cekungan.
4. Formasi Batu Raja
Formasi ini terendapkan secara selaras diatas formasi talang akar pada Miosen Awal. Formasi
ini terdiri atas carbonate platform dengan ketebalan 20-75m dengan tambahan carbonate build up
dan reef dengan ketebalan 60-120m. Karbonat dengan potensi reservoir terbaik terdapat pada
selatan cekungan, akan tetapi lebih jarang pada bagian utara sub-cekungan Jambi.
5. Formasi Gumai
Formasi Gumai diendapkan secara selaras di atas Formasi Batu Raja pada kala Oligosen
sampai dengan Miosen Tengah. Formasi ini tersusun atas fosfoliferus marine shale dan lapisan
batugamping yang mengandung glaukonit. Bagian bawah dari formasi ini terdiri dari calcareous
Tugas Geologi Indonesia GL3203
10
shale dengan sisipan batugamping, napal, dan batulanau. Sedangkan bagian atas berupa
perselingan batupasir dan serpih. Tebal formasi ini 2700m.
6. Formasi Air Benakat
Formasi Air Benakat diendapkan pada fase regresi dan akhir dari pengendapan Formasi
Gumai pada kala Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan pada formasi ini terjadai pada
lingkungan neritic hingga laut dangkal dan berubah menjadi lingkungan delta plain dan coastal
swamp. Litologi terdiri dari batulempung putih dengan sisipan batupasir halus, batupasir abu-abu
hitam kebiruan, glaukonitan dan sedikit
mengandung lignit. Pada bagian tengah
kaya akan fosil foramminefera.
Ketebalan formasi ini antara 1000-
1500m.
7. Formasi Muara Enim
Formasi ini diendapkan
pada kala Miosen Akhir sampai Pliosen.
Pada formasi ini terjadi pada fasa
regresi kedua setelah Formasi Air
Benakat. Pengendapan awal terjadi di
sepanjang rawa-rawa dataran pantai,
bagan selatan menghasilkan endapan
batubara yang luas. Siklus regresi kedua
terjadi selama kala Miosen Akhir dan
diakhiri dengan tanda-tanda tektonik
Plio-Pleistosen yang menghasilkan
penutupan cekungan dan pengendapan
lingkungan non marine. Batupasir pada formasi ini mengandung glaukonit dan debris vulkanik.
Ketebalan Formasi ini 750m.
Gambar5 Litostratigrafi Cekungan Sumatra Selatan
Tugas Geologi Indonesia GL3203
11
8. Formasi Kasai
Formasi ini diendapkan pada kala Pliosen sampai dengan Pleistosen. Kontak formasi
ini dengan formasi Muara Enim ditandai dengan kemunculan pertama dari batupasir tufaan.
Karakteristik yang terlihat dari endapan formasi ini adalah kenampakan produk vulkanik. Litologi
tersusun atas batupasir dan lempung serta material piroklastik. Pada bagian atas terdapat lapisan
tuff batu apung yang masih mengandung sisa tumbuhan dan kayu, memiliki struktur silang siur.
Lignit terdapat sebagai sisipan berbentuk lensa-lensa dalam batupasir dan batulempung.
Daftar Pustaka :
Barber, A.J et.al. 2005. Sumatra: Geology , Resources , and Tectonic Evolutions. London, UK. The