BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada orang-orang dewasa muda, dengan usia produktif antara 20 – 40 tahun, aktivitas menjadi sangat tinggi. Bisa karena pekerjaan atau karena aktivitas- aktivitas lain, seperti bepergian atau acara-acara rekreasi akhir pekan dengan keluarga. Belum lagi di usia ini banyak yang sangat aktif dalam kegiatan olah raga. Pada usia di atas 40 tahun, walaupun sudah memasuki masa penuaan (degenerasi), aktivitas orang tua di perkotaan masih sangat tinggi. Dengan gaya hidup yang demikian, timbul masalah-masalah yang berhubungan dengan sendi. Untuk aktivitas mobilitas yang sangat tinggi, sendi lutut (knee joint) adalah sendi yang paling banyak menimbulkan keluhan. Keluhan di sendi lutut dapat berupa nyeri, bengkak, kaku, bunyi pada pergerakan, dan tidak stabil. Pada orang-orang dewasa muda, keluhan lutut umumnya timbul karena aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan, misalnya banyak mengangkat barang-barang berat dan sering naik turun tangga, atau karena cedera akibat aktivitas olah raga. Pada usia di atas 40 tahun, keluhan sendi biasanya berhubungan dengan keadaan degenerasi sendi dan naiknya berat badan. ”Ligament Injury” | 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada orang-orang dewasa muda, dengan usia produktif antara 20 – 40
tahun, aktivitas menjadi sangat tinggi. Bisa karena pekerjaan atau karena
aktivitas- aktivitas lain, seperti bepergian atau acara-acara rekreasi akhir pekan
dengan keluarga. Belum lagi di usia ini banyak yang sangat aktif dalam kegiatan
olah raga. Pada usia di atas 40 tahun, walaupun sudah memasuki masa penuaan
(degenerasi), aktivitas orang tua di perkotaan masih sangat tinggi. Dengan gaya
hidup yang demikian, timbul masalah-masalah yang berhubungan dengan sendi.
Untuk aktivitas mobilitas yang sangat tinggi, sendi lutut (knee joint)
adalah sendi yang paling banyak menimbulkan keluhan. Keluhan di sendi lutut
dapat berupa nyeri, bengkak, kaku, bunyi pada pergerakan, dan tidak stabil. Pada
orang-orang dewasa muda, keluhan lutut umumnya timbul karena aktivitas yang
berhubungan dengan pekerjaan, misalnya banyak mengangkat barang-barang
berat dan sering naik turun tangga, atau karena cedera akibat aktivitas olah raga.
Pada usia di atas 40 tahun, keluhan sendi biasanya berhubungan dengan keadaan
degenerasi sendi dan naiknya berat badan.
Pada sendi lutut terdapat ligamen-ligamen yang berperan penting untuk
menjaga gerakan-gerakan pada sendi tersebut. Ligamen merupakan jaringan ikat
fibrosa yang mengikat ujung luar tulang yang membentuk persendian. Ligamen
tersusun atas jaringan ikat padat yang mengandung serat kolagen nonextensile
(tipe 1), sehingga dikenal sebagai jaringan ikat fibrosa.
Cedera pada ligamen terjadi akibat gerakan yang melebihi batas
kemampuan ligamen untuk meregang, sehingga dapat terjadi keseleo (strain) atau
robek. Jika terjadi cedera pada ligamen, akan berpengaruh pada kemampuan
untuk melakukan gerakan sehingga dapat mengganggu aktivitas.
Cedera ligamen biasanya terjadi pada ligamen di persendian lutut dan
pergelangan kaki. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut sedikit terdapat
jaringan otot sehingga mudah terjadi cedera. Terapi pada cedera ligamen
dilakukan tergantung dari parah tidaknya cedera yang dialami. Jika hanya terjadi
keseleo, bagian yang cedera dapat di gips untuk beberapa minggu. Namun jika
”Ligament Injury” | 1
terjadi robekan yang parah, tindakan operasi harus dilakukan untuk
mempertahankan kestabilan sendi.
I.3 Tujuan
Makalah ini disusun agar mahasiswa mampu memahami tentang cedera
ligamen. Mulai dari histologi ligamen, mekanisme terjadinya cedera pada
ligamen, macam cedera pada ligamen,daerah yang sering mengalami cedera pada
ligamen, sampai ke penatalaksanaan cedera ligamen.
”Ligament Injury” | 2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Cedera Ligamen
II.1.1 Definisi Ligamen
Ligament merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengikat ujung luar
tulang yang membentuk persendian. Ligamen tersusun atas jaringan ikat
padat yang mengandung serat kolagen nonextensile (tipe 1), sehingga
dikenal sebagai jaringan ikat fibrosa. Berkas serat kolagen sejajar dengan
arah kontraksi, sehingga ideal untuk ligament yang menahan gaya dari satu
tulang ke tulang lain pada sebuah sendi. Sehingga ligament memiliki
kekuatan tahanan yang luar biasa.
Gambaran histologi ligament didominasi oleh bundle parallel padat
dengan deretan fibroblast yang tersebar merata.
Pada orang dewasa, perubahan fibroblast menjadi fibrosit relative tidak
aktif, dan karena substansi intrasel tidak membutuhkan nutrisi, maka suplai
darah menjadi sedikit. Ligamen mempunyai ikatan yang sangat kuat ke
tulang pada daerah insersi oleh terusan dari serat kolagennya, yang
menembus dalam ke substansi padat tulang kortikal dan menyebar di
dalamnya dan dikenal sebagai serat Sharpey. Begitu kuatnya ikatan ini
bahkan cedera tarikan yang kuat, ligament tidak tertarik keluar dari tulang;
sebaliknya ligament tersebut robek atau tempat pelekatan ligament dan
tendon tersebut mengalami avulsi.
Kurangnya penekanan yang diakibatkan oleh pembatasan gerak yang
terlalu lama pada sendi, dan pada ligament, dapat menyebabkan kelemahan
yang progresif pada ligament dan kelemahan yang lebih parah pada
sambungan antara ligament dan tulang. Bahkan, mungkin diperlukan waktu
6-12 bulan setelah dapat dilakukan gerakan hingga kekuatannya kembali
normal.
II.1.2 Mekanisme Terjadinya Cedera Ligamen
Sebuah benturan langsung pada sendi biasanya menghasilkan memar
tetapi, benturan yang cukup parah, dapat menghasilkan fraktur intra
articular. Cedera tidak langsung menghasilkan ketegangan mendadak pada
”Ligament Injury” | 3
ligamen yang mungkin dapat menyebabkan peregangan ligamen yang parah,
sehingga terjadi robekan kecil dan beberapa perdarahan (keseleo pada
ligamen) tanpa kehilangan stabilitas sendi. Sebuah cedera yang lebih parah
menghasilkan robekan ligamen besar baik sebagian atau lengkap dengan
mengakibatkan hilangnya stabilitas sendi. Jika ligamen itu sendiri tidak
robek, mungkin terjadi retakan pada tulang di tiap ujung ligamen. Sebuah
regangan ligamen, sebaliknya, mengacu pada pemanjangan bertahap
ligamen yang dihasilkan dari peregangan ringan yang berulang secara terus-
menerus.
II.1.3 Keseleo pada Ligamen (Strain)
Keseleo akut disebabkan oleh peregangan mendadak ligamen yang
ringan, robek sebagian dan perdarahan lokal tanpa kehilangan kestabilan.
Terkilir akan terlihat dengan pembengkakan lokal, nyeri, dan rasa sakit yang
diperburuk oleh gerakan sendi yang meregangkan ligamen yang terkilir.
Karena ligamentum belum terlalu meregang, tidak ada ketidakstabilan sendi.
Pemeriksaan radiografi diperlukan untuk menyingkirkan dislokasi,
subluksasi, atau patah. Radiografi tambahan diambil saat sendi sedang
ditekan sangat penting untuk menyingkirkan ketidakstabilan sendi yang
tersembunyi.
Pengobatan keseleo ligamen yang sederhana bertujuan untuk
melindungi ligamentum terluka dari peregangan yang tidak diinginkan
selama proses penyembuhan. Imobilisasi lengkap jarang diperlukan kecuali
terjadi nyeri hebat, untuk mebatasi pergerakan sendi yang tidak diinginkan
dapat menggunakan perban yang sangat rekat (adhesive strapping) yang
berfungsi sebagai ligament sementara untuk mengurangi rasa sakit. Latihan
aktif penting untuk mempertahankan gerakan sendi dan meningkatkan
kekuatan otot yang mengontrol gerakan yang melibatkan sendi.
II.1.4 Robekan pada Ligamen
Robekan lengkap pada ligamen besar tertentu, seperti ligamen
kolateral lutut, harus diperbaiki melalui pembedahan sesegera mungkin
setelah cedera, karena apabila perbaikan yang tertunda hasilnya akan kurang
memuaskan dibandingkan dengan perbaikan yang langsung dilakukan. Pada
”Ligament Injury” | 4
ligamen lain, seperti ligamen lateral pergelangan kaki atau ligamentum
kolateral dari jari-jari, imobilisasi sendi diperlukan untuk melindungi cidera
ligament dan capsulnya dari peregangan berlebih selama proses
penyembuhan. Imobilisasi sendi setelah pengurangan dislokasi diperlukan
untuk memperoleh stabilitas.
Tidak seperti tulang, yang sembuh tanpa bekas luka, ligamen yang
robek sembuh dengan jaringan parut fibrosa yang tidak sekuat ligamen
normal. Sebagian robekan dalam ligamen sembuh dengan cukup baik
asalkan ligamen tetap dilindungi selama proses penyembuhan. Pada robekan
lengkap, biasanya terdapat celah yang cukup besar antara robekan ligamen -
celah yang hanya dapat diperbaiki dengan jaringan parut fibrosa. Dalam
keadaan ini, walaupun robekan telah sembuh, keduanya memanjang dan
relatif lemah.
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan normal robekan ligamen
bervariasi sesuai dengan ukuran dan gaya yang biasanya dikenai. Sehingga,
ligamen sendi jari dapat sembuh dalam waktu 3 minggu, sedangkan ligamen
utama lutut mungkin memerlukan waktu 3 bulan. Waktu penyembuhan pada
anak relatif lebih cepat dibandingkan pada orang dewasa, tetapi pengaruh
usia tidak terlalu signifikan dalam penyembuhan ligamen daripada
penyembuhan patah tulang.
II.2 Cedera Ligamen pada Sendi Lutut
Lutut pada dasarnya adalah sendi engsel yang dapat bergerak secara fleksi,
ekstensi, dan rotasi derajat kecil. Stabilitas pada bagian medial dan lateralnya
dijaga oleh ligamen kolateral medial dan lateral yang kuat, dan stabilitas anterior
dan posteriornya oleh ligamen krusiat anterior dan posterior. Sehingga, ligamen-
ligamen tersebut rentan terhadap cedera parah akibat gaya yang memaksa lutut
bergerak pada posisi yang abnormal atau di luar rentang gerak normalnya. Cedera
seperti ini biasanya terjadi pada olahraga, contohnya sepak bola dan hoki.
Ligamen mungkin hanya keseleo (tertarik dengan robekan pada beberapa serat)
atau bisa saja terjadi robekan sebagian atau robekan penuh.
II.2.1 Ligamen-Ligamen pada Lutut yang Sering Mengalami Cedera
”Ligament Injury” | 5
a. Ligamen cruciatum anterior
Berjalan di depan eminentia intercondylare tibia ke permukaan medial
condylus lateralis femur yang berfungsi menahan hiperekstensi dan
menahan bergesernya tibia ke depan.
b. Ligamen cruciatum posterior
Berjalan dari facies lateralis condylus medialis femur menuju ke fossa
intercondylare tibia yang berfungsi menahan bergesernya tibia ke
belakang.
c. Ligamen collateral medial (tibiae)
Berjalan dari epicondylus medialis menuju ke permukaan medial tibia
yang berfungsi menahan gerakan valgus atau samping luar.
d. Ligamen collateral lateral (fibulae)
Berjalan dari epicondylus lateralis ke caput fibula, yang berfungsi
menahan gerakan varus atau samping dalam.
II.2.2 Mekanisme Cedera
Sebagian besar cedera ligamen terjadi di saat lutut menekuk, sehingga
merelaksasikan kapsul dan ligamen, dan memungkinkan terjadinya rotasi.
Daya perusak dapat berupa dorongan lurus (misalnya : cedera dashboard
yang mendesak tiba ke belakang) atau, lebih sering, kombinasi cedera rotasi
dan tumbukan pada lutut penahan beban yang sedang tertekuk seperti pada
cedera pesepak bola. Berbagai jenis cedera kompleks dapat timbul.
”Ligament Injury” | 6
Ligamen medial adalah yang paling sering terkena; penyebabnya
biasanya adalah cedera pemuntiran dengan lutut yang berotasi dan terdorong
ke dalam valgus. Jaringan mengalami ruptur dari lapisan ke lapisan; pertama
ligamen kapsul dangkal, kemudian ligamen kolateral medial, dan kemudian
– karena tibia berotasi luar – ligamen krusiatum anterior. Cedera yang sama
terjadi (meskipun jauh lebih jarang) pada sisi lateral bila lutut dipaksa ke
dalam varus, dan cedera ligamen krusiatum posterior bila tiba terdorong ke
belakang dalam hubungannya dengan femur.
II.2.3 Pengelompokan Cedera Ligamen pada Lutut
1. Robekan pada ligamen kolateral medial
Mekanisme trauma
Robekan pada ligamen medial lebih sering ditemukan. Robekan terjadi
sewaktu tibia mengalami abduksi pada femur disertai trauma rotasi. Urutan
robekan ligamen tergantung beratnya trauma :
a. Robekan pada selaput sendi bagian superfisial
b. Robekan pada ligamen kolateral medial
c. Robekan ligamen krusiatum anterior; terjadi bila trauma berlanjut
dengan tibia rotasi ke arah ekstern
Robekan ligamen kolateral medial dan krusiatum anterior dapat disertai
dengan robekan meniskus medialis dan disebut dengan Trias O’Donoghue.
Gambaran klinis
Pembengkakan pada sendi lutut disertai dengan efusi pada sendi lutut.
Nyeri tekan bagian medial pada daerah ligamen medial terutama bagian
proksimal yang melekat pada femur.
Pemeriksaan Radiologis
Pemerikasaan radiologis dilakukan dibawah pembiusan dengan foto AP
dan foto stres AP. Pada foto AP mungkin ditemukan avulsi disertai fragmen
kecil tulang. Bergesernya bagian proksimal medial dari tibia terhadap femur
menunjukkan robekan pada ligamen medial saja, apabila pergeseran lebih
hebat maka mungkin terjadi juga robekan pada ligamen krusiatum. Untuk
menentukan stabilitas sendi dapat dilakukan tes drawer dan tes menurut
”Ligament Injury” | 7
Lachman. Pemeriksaan artroskopi dapat menentukan kelainan-kelainan yang
terjadi.
Pengobatan
a. Konservatif, bila robekan tidak hebat (tidak total) dapat dilakukan
aspirasi lutut dan pemasangan gips silinder.
b. Operatif, bila terdapat robekan yang besar dengan penjahitan pada
ligamen yang robek.
2. Robekan pada ligamen kolateral lateral
Robekan ligamen lateral lebih jarang ditemukan dan terjadi akibat adduksi
tibia terhadap femur (strain arus).
3. Robekan pada ligamen krusiatum
Robekan ligamentum krusiatum anterior dapat bersama-sama dengan
robekan ligamen kolateral medial. Hal ini terjadi karena pergerakan bagian
proksimal tibia terhadap femur ke depan secara keras atau terjadi karena
lutut dalam keadaan hiperekstensi. Robekan ligamen krusiatum posterior
terjadi akibat pergerakan hebat bagian proksimal tibia ke belakang terhadap
femur.
Pengobatan
Pengobatan pada robekan ligamen krusiatum anterior dengan cara
operasi dan rekonstruksi kembali biasanya kurang memuaskan. Pengobatan
pada robekan ligamen krusiatum posterior dapat dilakukan rekonstruksi dari
ligamen sendiri atau dengan operasi lain yang memberikan stabilitas pada
sendi. Operasi dapat secara terbuka atau dengan mempergunakan alat
artroskop.
4. Strain ligamen medial dan lateral
Strain (keseleo) terjadi bila trauma yang ada tidak cukup kuat untuk
menyebabkan suatu robekan total pada ligamen ini. Strain pada ligamen
medial lebih sering terjadi daripada ligamen lateral.
Mekanisme trauma
Robekan pada bagian medial terjadi karena trauma abduksi sedangkan
robekan bagian lateral karena trauma adduksi.
Gambaran klinis
”Ligament Injury” | 8
Pada anamnesis ditemukan adanya riwayat trauma abduksi atau adduksi
disertai nyeri pada daerah ligamen. Terdapat pembengkakan pada daerah
lutut serta nyeri tekan pada daerah ligamen yang terkena. Dengan
pemeriksaan stres, penderita mengeluh lebih sakit tetapi sendi lutut stabil.
Mungkin ditemukan sedikit cairan dalam sendi lutut. Pemeriksaan artroskopi
dilakukan untuk menegakkan diagnosis.
Pengobatan dilakukan dengan pemakaian gips silinder selama 23 minggu.
II.2.4 Gambaran Klinis
Pasien memiliki riwayat cedera pemuntiran dan mungkin bahkan
menyatakan telah terdengar suatu “letupan” di saat jaringan robek. Lutut
terasa nyeri dan (biasanya) bengkak – dan, berbeda dengan riwayat cedera
meniskus, pembengkakan muncul hampir dengan segera. Nyeri tekan yang
hebat pada ligamentum yang robek, dan menekan salah satu sisi sendi dapat
menimbulkan nyeri yang sangat hebat. Lutut mungkin terlalu nyeri untuk
memungkinkan dilakukannya palpasi dalam atau banyak gerakan.
Meski semua tampak konsisten, penemuan dapat sedikit mengacaukan:
misalnya, pada robekan lengkap, pasien dapat mengalami sedikit atau tanpa
nyeri, dan biasanya dapat berjalan atau bahkan berlari; pada robekan
sebagian, lutut terasa nyeri dan pasien berjalan pincang. Pembengkakan juga
lebih buruk pada robekan sebagian, karena pendarahan tetap terbatas di
dalam sendi; pada robekan lengkap kapsul yang mengalami ruptur
memungkinkan darah keluar dari sendi dan berdifusi. Pada robekan sebagian
usaha untuk melakukan gerakan selalu menimbulkan nyeri; gerakan
abnormal pada robekan lengkap sering tidak nyeri atau terhalang oleh
spasme.
Abrasi menunjukan tempat benturan, tetapi memar lebih penting dan
menunjukkan letak kerusakan. Rasa seperti “adonan” pada suatu hemartrosis
dapat membedakan cedera ligamen dari cedera meniskus yang disertai
fluktuasi akibat efusi sinovial. Nyeri tekan menunjukkan tempat lesi, tetapi
tempat nyeri yang sangat jelas pada robekan sebagian (biasanya di bagian
medial dan 2,5 cm di atas garis ujung) berbeda sekali dengan nyeri tekan
yang difusi pada robekan lengkap. Seluruh tungkai harus diperiksa untuk
”Ligament Injury” | 9
mencari ada tidaknya cedera lain dan untuk mencari kerusakan pembuluh
darah atau saraf.
Bagian pemeriksaan yang paling penting adalah menguji stabilitas
ligamentum. Robekan sebagian tidak memungkinkan gerakan abnormal,
tetapi apabila dicoba akan menimbulkan nyeri. Robekan lengkap
memungkinkan gerakan abnormal yang kadang-kadang tidak terasa nyeri.
Keduanya sangat perlu dibedakan karena terapinya berbeda; jadi kalau
terdapat keraguan pemeriksaan di bawah anastesia harus dilakukan.
Kemiringannya ke samping diperiksa; pertama lutut berfleksi 30
derajat dan kemudian dengan posisi lutut lurus. Gerakan dibandingkan
dengan sisi yang normal. Kalau lutut hanya berangulasi dalam sedikit fleksi,
mungkin terdapat robekan pada ligamen kolateral; kalau lutut berangulasi
dalam ekstensi penuh, hampir pasti terdapat robekan pada ligamentum
krusiatum di samping pada ligamen kolateral.
Stabilitas anteroposterior dinilai pertama-tama dengan mnempatkan
lutut 90 derajat dengan kaki beristirahat di dipan dan dari sisi dicari ada
tidaknya kelonggaran posterior pada tiba proksimal; bila ditemukan, ini
merupakan tanda ketidakstabilan krusiatum posterior yang dapat dipercaya.
Berikutnya uji laci (drawer Test) dilakukan dengan cara biasa; tanda laci
positif merupakan diagnostik adanya robekan, tetapi uji yang negatif tidak
menyingkirkan adanya robekan. Uji Lachman lebih dapat dipercaya;
pergeseran anteroposterior diuji dengan posisi lutut fleksi 15-20 derajat.
Stabilisasi rotasional biasanya hanya dapat diuji di bawah anestesi.
II.2.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Gerakan Sendi Lutut
Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting karena setiap
kelainan pada lutut akan memberikan gangguan pergerakan lutut. Pada
pemeriksaan perlu diketahui apakah gerakan disertai nyeri atau krepitasi.
Secara normal gerakan fleksi pada sendi lutut sebesar 120-145 derajat
dan gerakan ekstensi 0 derajat dan mungkin ditemukan hiperekstensi
sebesar 10 derajat.
Uji stabilitas sendi lutut yang dapat dilakukan :
”Ligament Injury” | 10
1. Pemeriksaan ligamentum kolateral medial dan lateral
Robekan pada ligamentum kolateral medial dapat diperiksa melalui
uji abduction stress dan pada ligamentum kolateral lateral melalui uji
adduction stress. Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam keadaan
ekstensi penuh, satu tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki
dan satunya pada lutut. Dengan kedua tangan dilakukan abduksi
untuk menguji ligamentum medial, dan adduksi untuk menguji
lgamentum lateral. Apabila terdapat robekan pada ligamentum
kolateral maka dapat dirasakan sendi bergerak melebihi batas
normal.
2. Pemeriksaan ligamentum krusiatum anterior dan posterior
Kedua ligamentum ini berfungsi untuk stabilisasi sendi lutut karah
depan dan belakang. Ligamentum krusiatum anterior berfungsi untuk
mencegah tibia tergelincir ke depan femur, sedangkan ligamentum
krusiatum posterior pada arah sebaliknya.
Cara pemeriksaan :
Uji Drawer
Lutut difleksikan 90 derajat dan pemeriksa duduk pada kaki
pasien untuk mencegah gerakan kaki. Dengan meletakkan kedua
tangan di belakang tibia bagian proksimal dan kedua ibu jari
pada kondilus femur, kemudian dilakukan tarikan pada tibia ke
depan dan ke belakang. Kecurigaan adanya robekan pada
ligamentum krusiatum apabila ada gerakan yang abnormal, baik
ke depan ataupun ke belakang.
Uji Lachman
Pada pemeriksaan ini lutut difleksikan 15-20 derajat. Satu tangan
memegang tungkai atas pada kondilus femur, sedangkan tangan
lainnya memegang tibia proksimal. Kedua tangan kemudian
digerakkan ke depan dan belakang antara tibia proksimal dan
femur.
Pemeriksaan pivot shift lateral
”Ligament Injury” | 11
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan tambahan untuk
mengetahui defisiensi pada ligamentum krusiatum anterior.
Caranya kaki yang mengalami kelainan diangkat, Dimana kaki
kanan diangkat tangan kanan dan kaki kiri diangkat dengan
tangan kiri dan lutut dalam keadaan ekstensi maksimal. Dengan
satu tangan pemeriksa memutar dari arah luar tungkai bawah
persis di sebelah bawah lutut sehingga terjadi tekanan valgus.
Pada saat yang bersamaan tibia dirotasi ke medial. Selanjutnya
lutut difleksi secara perlahan-lahan dari posisi ekstensi.
Pemeriksaan positif apabila kondilus lateralis tibialis terelokasi
secara spontan pada kondilus femur ketika fleksi mencapai 30-35
derajat.
b. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos dapat memperlihatkan bahwa ligamen telah
mengavulsikan sepotong tulang kecil – ligamen medial biasanya dari
femur, ligamen lateral dari fibula, ligamen krusiatum anterior dari spina
tibia dan krusiatum posterior dari bagian belakang tibia atas. Film
tekanan (kalau perlu dibawah anestesi) dapat menunjukkan apakah
engsel sendi terbuka ke satu sisi.
c. Pemeriksaan Artroskopi
Bila terjadi robekan hebat pada ligamen kolateral dan kapsul,
artroskopi tidak boleh dilakukan karena ekstravasasi cairan akan
menghambat diagnosis dan menyulitkan prosedur selanjutnya. Indikasi
utama untuk melakukan artroskopi adalah pada robekan ligamentum
krusiatum terisolasi yang dicurigai, dan pada sprain yang lebih ringan
untuk menyingkirkan cedera internal lain misalnya robekan meniskus,
yang (kalau ada) dapat ditangani seketika itu juga.
”Ligament Injury” | 12
II.2.6 Terapi
a. Robekan Sebagian
Serat yang utuh membebat serat yang robek dan akan terjadi
penyembuhan spontan. Perlekatan akan membahayakan, maka latihan
aktif akan dilakukan sejak awal, dibantu dengan aspirasi efusi yang
tegang, aplikasi kompres es pada lutut dan, kadang-kadang, injeksi
anestesi lokal ke daerah yang nyeri. Pembebanan diperbolehkan tetapi
”Ligament Injury” | 13
lutut dilindungi dari rotasi atas strain angulasi dengan pembalutan
berbantalan atau bebat posterior. Gips yang lengkap tidak diperlukan dan
merugikan; ini menghambat gerakan dan mencegah penilaian ulang setiap
minggu – suatu peringatan penting kalau kesalahan ingin dihindari.
Dengan program latihan itu, pasien biasanya dapat kembali berlatih olah
raga setelah 6-8 minggu.
b. Robekan Lengkap
Dalam teori, penyembuhan dapat terjadi asalkan ujung yang robek
disposisi dengan teliti dan dipertahankan tanpa gerakan dalam gips. Tetapi
hasilnya tak menentu. Lebih bijaksana bila dilakukan operasi dan
merupakan kesempatan terbaik untuk menghindari ketidakstabilan di masa
mendatang. Prinsip pedomannya adalah :
1. Melakukan operasi dini (lebih awal lebih baik dan harus dalam 14
hari)
2. Menggunakan insisi yang cukup lebar (kalau struktur posterior
juga robek dan akses tidak adekuat, insisi posterior yang kedua
akan membantu)
3. Memperbaiki setiap struktur yang robek dengan kuat dan, kalau
mungkin, dengan penempelan ulang pada tulang (staples, atau
penjahitan lewat lubang bor, diperlukan)
4. Mempertimbangkan penguatan perbaikan dengan autograf atau
implan
5. Melindungi perbaikan selama 6 minggu dalam gips di atas lutut.
Pada robekan yang luas sendi harus di eksplorasi, dan bagian
meniskus yang robek atau lepas dibuang. Kalau ligamen krusiatum
terobek,ligamen itu juga harus diperbaiki.
Kapsul posteromedial mungkin terpakasa ditempel ulang dengan
menjahitnya lewat lubang bor pada tulang. Ligamen yang berjumbai dapat
diperkuat dengan salah satu dari struktur tendinosa di sekitarnya
(misalnya, pas anserinus atau semimembranosa).
Ligamentum krusiatum anterior dapat terevaluasi pada kedua
ujungnya. Ini dapat ditempel ulang dengan fiksasi sekrup atau dengan
”Ligament Injury” | 14
penjahitan yang melewati lubang bor yang ditempatkan dengan sesuai
pada tibia atau femur. Robekan di dalam bahan ligamen sulit dijahit;
perbaikan dapat diperkuat dengan menggunakan salah satu dari tendon
yang berdekatan atau implan yang bebas. Pada ligamentum krusiatum
posterior perbaikan atau penguatan dapat lebih mudah dilakukan melalui
pendekatan posterior.
Pasca operasi tungkai diimobilisasi dalam gips panjang dengan
posisi lutut fleksi 40 derajat (kaki harus berotasi ke medial terutama kalau
struktur medial terlibat, berotasi ke lateral bila terjadi kerusakan lateral).
Gips ini biasanya dapat diganti dengan gips penyangga berengsel setelah
3-4 minggu. Pembebanan bebas tidak diperbolehkan hingga 8 minggu
setelah perbaikan ligamen. Latihan penguatan otot secara aktif diperlukan
dan harus dilanjutkan sekurang-kurangnya 6 bulan.
c. Terapi Non-Operasi
Kalau pasien bukan atlet atau tidak lagi muda (atau jika diagnosa
meragukan), terapi non-operasi mungkin lebih baik. Tentu saja, robekan
ligamentum kolateral medial (yakni, bila lutut stabil dalam ekstensi penuh)
dapat diterapi secara efektif tanpa operasi. Tungkai demobilisasi dalam
gips selama 6-8 minggu; selama waktu itu pasien diperbolehkan menahan
beban dengan keruk penopang. Hasilnya, meskipun hasilnya tidak sebaik
hasil setelah operasi dengan keahlian dan teknik yang modern, namun
dapat diterima. Ketidakstabilan yang tersisa dapat ditangani kemudian,
kalau perlu dengan pembedahan rekonstruksi.
II.2.7 Komplikasi
Perlekatan terjadi apabila lutut dengan robekan ligamen sebagian tidak
digunakan secara aktif, serat yang putus menempel pada serat yang utuh dan
tulang. Lutut dapat “lepas” dengan disertai rasa nyeri; terdapat nyeri tekan
lokal, dan rasa nyeri pada rotasi medial atau lateral. Kekacauan dengan
meniskus yang robek dapat diatasi dengan uji penggerusan, atau dengan
manipulasi dan injeksi di bawah anestesi, yang biasanya kuratif. Kalau
masih terdapat keraguan mengenai kemungkinan robeknya meniskus,
artroskopi diindikasikan. Kadang-kadang cedera abduksi diikuti dengan
”Ligament Injury” | 15
perkapuran dekat perlekatan bagian atas pada ligamen medial (penyakit
Pallegrini-Stieda). Perkapuran pada sendi lutut biasanya akan timbul pada
usia lebih dari 60 tahun, tetapi gejala perkapuran sudah sangat nyata pada
kasus-kasus cedera lutut yang tidak ditangani dengan baik, sering kali pada
usia 40 tahun.
II.3 Cedera Ligamen pada Pergelangan Kaki
II.3.1 Robekan ligamen Deltoid
Ruptur pada ligamen deltoid biasanya berhubungan dengan fraktur pada
ujung distal fibula atau robekan pada ligamen tibiofibula distal (atau keduanya).
Robekan terjadi karena adanya trauma abduksi. Robekan dapat bersama-sama
dengan lepasnya fragmen kecil dari maleolus medialis (avulsi). Diagnosis dibuat
dengan sinar – X : terdapat pelebaran ruang sendi medial pas foto mortise;
kadang-kadang talus miring, dan diastasis sendi tibiofibular dapat tampak jelas.
Terapi: asalkan ruang sendi medial benar-benar tereduksi, ligamen akan
sembuh. Fraktur fibula atau diastasis harus direduksi dengan tepat, jika perlu
dengan operasi terbuka dan fiksasi internal. Kadang-kadang ruang seni media
tidak dapat direduksi; sehingga eksplorasi harus dilakukan untuk membebaskan
jaringan lunak yang terjebak dalam sendi. Gips di bawah lutut dipasang dengan
kaki plantigrad dan dipertahkankan selama 8 minggu.
II.3.2 Robekan pada Ligamen Tibiofibula Inferior
Ligamen tibiofibula inferior dapat robek, sehingga dapat menyebabkan
separasi sendi tibiofibular sebagian atau lengkap (diastasis). Diastasis lengkap,
dengan robekan pada kedua serat anterior pada posterior, terjadi akibat strain
abduksi yang hebat. Diastasis sebagian, dengan robekan hanya pada serat
anterior, diakibatkan oleh adanya rotasi luar. Cederaini dapat terjadi secara
tersendiri, tetapi biasanya disertai dengan fraktur pada maleolus.
a. Gambaran Klinik
Setelah cedera pemuntiran, pasien mengeluh nyeri pada bagian depan
pergelangan kaki. Terdapat pembengkakan dan nyeri tekan yang jelas tepat
pada sendi tibiofibular inferior.
”Ligament Injury” | 16
b. Sinar – X
Pada robekan sebagian, fibula biasanya terletak pada posisi normal dan
pemeriksaan sinar – X tampak normal. Pada robekan lengkap sendi
tibiofibular terpisah dan mortise pergelangan kaki melebar; kadang-kadang
ini hanya akan tampak jelas bila pergelangan kaki ditekan dalam abduksi.
Mungkin terdapat fraktur pada tibia distalatau fibula, atau fraktur yang
terisolasi di bagian yang lebih proksimal pada fibula.
c. Terapi
Robekan sebagian dapat diterapi dengan mengikat pergelangan kaki dengan
kuat selama 2-3 minggu. Sesudah itu dianjurkan untuk melakukan latihan.
Robekan lengkap paling baik ditangani dengan fiksasi internal dengan
pemasangan sekrup melintang tepat di atas sendi. Ini harus dilakukan
secepat mungkin sehingga ruang tibiofibular tidak tersumbat akibat
berkumpulnya hematoma dan jaringan fibrosa. Kalau pasien terlambat
ditangani dan pergelangan kaki nyeri dan tidak stabil, pembersihan
sindesmosis secara terbuka dan fiksasi sekrup melintang mungkin
diperlukan. Pergelangan kaki diimobilisasi dalam gips selama 6 minggu,
setelah itu sekrup dilepas. Tetapi tingkat ketidakstabilan tertentu biasanya
terus berlanjut.
”Ligament Injury” | 17
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Ligament merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengikat ujung luar
tulang yang membentuk persendian. Ligamen tersusun atas jaringan ikat padat
yang mengandung serat kolagen nonextensile (tipe 1). Cedera pada ligamen dapat
terjadi akibat benturan atau gerakan yang dapat mengakibatkan ligamen meregang
melebihi kemampuan normalnya.
Cedera pada ligamen sering terjadi pada ligamen di bagian lutut, dan
pergelangan kaki. Penatalaksanaannya tergantung dari tingkat keparahan cedera.
Untuk keseleo, terapi bisa dilakukan dengan pemasangan gips selama beberapa
minggu, sedangkan untuk robekan ligamen ditangani dengan operasi untuk
menjaga kestabilan sendi.
”Ligament Injury” | 18
DAFTAR PUSTAKA
Louis, Solomon, Apley, A., Graham.(1995) Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur