Bab I Pendahuluan Tuberkulosis (TB) paru merupakan problem kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Usaha penanggulangan terhadap penyakit ini sudah dimulai sejak zaman pertengahan. Keadaan semakin baik sejak ditemukan Streptomisin (1944) dan berbagai macam OAT (Obat Anti Tuberkulosis) lainnya. DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) atau pengobatan TB Paru jangka pendek dengan pengawasan ketat perlu diterapkan dalam pengobatan penyakit TB agar penyembuhan terjadi secara tuntas. Sejak awal abad ke XX angka kematian mulai berkurang dengan diterapkannya prinsip pengobatan yang memasukkan perbaikan gizi dan perbaikan cara hidup pasien. Hal ini berarti diperlukan suatu strategi pengobatan terhadap TB Paru dengan kombinasi obat yang tepat dan disertai suatu manajemen kesehatan yang baik dan mantap. 1 Pelayanan Kedokteran Keluarga adalah pelayanan asuhan medis yang didukung oleh pengetahuan terkini secara menyeluruh (holistic), paripurna (Comprehensive), terpadu (integrated) dan berkesinambungan (Continous) untuk menyelesaikan semua keluhan dari pengguna jasa. 1 Makalah ini mengenai pelayanan dengan pendekatan Kedokteran Keluarga pada seorang nenek yang tinggal bersama keluarga anaknya yang mengalami TB Paru kategori 2 yang berasal dari keluarga inti dengan permasalahan kesehatan serta keterbatasan kemampuan untuk 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Bab I
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) paru merupakan problem kesehatan masyarakat terutama di negara
berkembang. Usaha penanggulangan terhadap penyakit ini sudah dimulai sejak zaman
pertengahan. Keadaan semakin baik sejak ditemukan Streptomisin (1944) dan berbagai macam
OAT (Obat Anti Tuberkulosis) lainnya. DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) atau
pengobatan TB Paru jangka pendek dengan pengawasan ketat perlu diterapkan dalam
pengobatan penyakit TB agar penyembuhan terjadi secara tuntas. Sejak awal abad ke XX angka
kematian mulai berkurang dengan diterapkannya prinsip pengobatan yang memasukkan
perbaikan gizi dan perbaikan cara hidup pasien. Hal ini berarti diperlukan suatu strategi
pengobatan terhadap TB Paru dengan kombinasi obat yang tepat dan disertai suatu manajemen
kesehatan yang baik dan mantap.1
Pelayanan Kedokteran Keluarga adalah pelayanan asuhan medis yang didukung oleh
pengetahuan terkini secara menyeluruh (holistic), paripurna (Comprehensive), terpadu
(integrated) dan berkesinambungan (Continous) untuk menyelesaikan semua keluhan dari
pengguna jasa. 1
Makalah ini mengenai pelayanan dengan pendekatan Kedokteran Keluarga pada seorang
nenek yang tinggal bersama keluarga anaknya yang mengalami TB Paru kategori 2 yang berasal
dari keluarga inti dengan permasalahan kesehatan serta keterbatasan kemampuan untuk
mengatasinya. Melalui pembinaan ini diharapkan terjadi peningkatan peran serta keluarga dalam
penatalaksanaan penyakit tersebut dan penyelesaian permasalahan dalam keluarga.
Tujuan laporan kasus ini adalah terciptanya keluarga yang berpartisipasi dan mandiri
dalam menyelesaikan risiko dan masalah kesehatan keluarga agar anggota keluarga dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomis serta sehat jasmani dan rohani.1
1
Bab II
Tinjauan Pustaka
Pengertian TB Paru
TB Paru ialah suatu penyakit infeksi kronik jaringan paru yang disebabkan oleh
basil Mycobacterium tuberculosae.6 Sebagian besar basil Mycobacterium tuberculosae
masuk ke dalam jaringan paru melalui airborne infection dan selanjutnya mengalami proses
yang dikenal sebagai fokus primer dari Ghon.13
Epidemiologi TB Paru
Distribusi Frekuensi Tuberkulosis Paru
Sebagian besar negara maju diperkirakan insiden tuberkulosis setiap tahunnya hanya
10-20 dari 100.000 penduduk. Diperkirakan lebih dari 1,5 miliar orang di seluruh dunia
dan setiap tahun sekitar 3 juta orang mati karena penyakit ini.19 Angka kematian di negara
maju sudah mengalami penurunan sementara di Negara berkembang angkanya masih cukup
tinggi.12
Di Afrika setiap tahunnya insiden penderita TB Paru 165 per 100.000 penduduk,
sementara di Asia 110 per 100.000 penduduk. Di Asia jumlah penduduk lebih banyak dari
Afrika sehingga insiden per tahunnya di benua Asia lebih banyak 3,7 kali dari Afrika.18
Pada tahun 2000 di kawasan Asia Tenggara lebih dari 3,9 juta insiden TB Paru dan lebih
dari 1,3 juta kematian. WHO memperkirakan bahwa CFR TB Paru di Indonesia setiap
tahunnya sebesar 39% (175.000 jumlah kematian akibat tuberkulosis dari 445.000
kasus).16,18 Menurut jenis kelamin penderita TB Paru pada pria selalu lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita.15 Data Profil Kesehatan 2005 menyatakan bahwa di
Indonesia jumlah TB Paru BTA positif pada laki-laki lebih tinggi 58,70% (93.114 kasus)
2
dari wanita 41,30% (65.526 kasus).17
Determinan Tuberkulosis
a. Umur
Insidens tertinggi biasanya mengenai usia dewasa muda. Informasi dari Afrika dan India
menunjukkan pola yang berbeda, dimana prevalensi meningkat seiring dengan
peningkatan usia.15 Di Indonesia, dengan angka risk of infection 2%, maka sebagian
besar masyarakat pada usia produktif telah tertular.18 Penelitian Umar dengan penelitian
prospektif observasional analitik di RS Persahabatan tahun 2005 melaporkan bahwa usia
produtif (≤ 55 tahun) 0,9 kali lebih sulit untuk sembuh.
b. Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak menderita TB Paru. Hal
ini disebabkan laki-laki lebih banyak melakukan mobilisasi dan mengkonsumsi alkohol
dan rokok.8 Penelitian Umar dengan penelitian prospektif observasional analitik di RS
Persahabatan tahun 2005 melaporkan bahwa laki-laki 0,5 kali lebih sulit untuk sembuh
dari pada wanita pada penderita TB Paru.8
c. Gizi
Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal
balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi
dan keadaan gizi yang buruk dapat mempermudah terkena penyakit infeksi. Hal ini
dapat menyebabkan meningkatnya kasus penyakit tuberkulosis karena daya tahan
tubuh yang rendah. Penelitian Umar dengan penelitian prospektif observasional analitik
di RS Persahabatan tahun 2005 melaporkan bahwa status gizi buruk 9,59 kali lebih sulit
untuk sembuh dari pada status gizi baik pada penderita TB Paru.8
3
d. Merokok
Merokok sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Di dalam rokok terdapat 45 jenis bahan
kimia beracun. Merokok dapat mengiritasi paru-paru yang sakit sehingga mempersulit
untuk menormalkan kembali keadaannya. Pada perokok banyak dijumpai gejala
berupa batuk kronis, berdahak dan gangguan pernapasan. Apabila dilakukan uji
fungsi paru-paru maka pada perokok jauh lebih buruk dibandingkan dengan yang
bukan perokok. Penelitian Umar dengan penelitian prospektif observasional analitik di
RS Persahabatan tahun 2005 melaporkan bahwa penderita yang mempunyai kebiasaan
merokok 7,7 kali lebih sulit untuk sembuh dari pada yang tidak merokok pada penderita
TB Paru.8
e. Kemiskinan
Kemiskinan menghalangi manusia mendapatkan kebutuhan dasar untuk hidup dan
mengurangi kemampuannya untuk mengatasi stres dan infeksi. Hal ini dapat dilihat
dari perumahan yang terlalu padat atau kondisi kerja yang buruk menyebabkan daya
tahan tubuh turun yang memudahkan terjadinya penyakit infeksi. Orang yang hidup
dengan kondisi ini juga sering menderita gizi buruk yang memudahkan tuberkulosis
berkembang. Penelitian Umar dengan penelitian prospektif observasional analitik di
RS Persahabatan tahun 2005 melaporkan bahwa penderita yang memiliki pendapatan
rendah 7,5 kali lebih sulit sembuh dari pada pendapatan menengah ke atas pada penderita
TB Paru.8
4
f. Penyakit lain
Penyakit lain khususnya penyakit infeksi seperti HIV/AIDS lebih mudah terserang
penyakit TB Paru karena penderita mengalami daya tahan tubuh menurun sehingga tidak
dapat mengendalikan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Di beberapa negara di Afrika
sub-Sahara 20-70% pasien dengan tuberkulosis menunjukkan HIV positif.14 Penyakit
lain yang mempengaruhi TB Paru juga adalah penyakit kronis lain (seperti Diabetes
Melitus). Penelitian Umar dengan penelitian prospektif observasional analitik di RS
Persahabatan tahun 2005 melaporkan bahwa penderita yang memiliki penyakit kronis
selain TB Paru 0,3 kali lebih sulit sembuh dari pada penyakit akut pada penyakit TB
Paru.8
Morfologi dan Fisiologi Kuman TB Paru
Basil tuberkulosis berukuran sangat kecil berbentuk batang tipis, agak bengkok,
bergranular, berpasangan yang hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Panjangnya 1-
4 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,6 mikron. Basil tuberkulosis akan tumbuh secara
optimal pada suhu sekitar 37°C dengan tingkat pH optimal (pH 6,4 - 7,0). Untuk
membelah dari 1-2 kuman membutuhkan waktu 14-20 jam.18
Kuman tuberkulosis terdiri dari lemak lebih dari 30% berat dinding kuman, asam
strearat, asam mikolik, mycosides, sulfolipid serta Cord factor dan protein terdiri dari
tuberkuloprotein (tuberkulin). TB Paru pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh
reaktivasi infeksi sebelumnya sedangkan pada anak-anak menunjukkan penularan aktif M.
tuberculosis.19
Berdasarkan sifat metabolisme basil, terdapat 4 jenis populasi basil
tuberkulosis, yaitu:
5
1. Populasi A, yang terdiri atas kuman yang secara aktif berkembang biak dengan
cepat, kuman ini banyak terdapat pada dinding kavitas atau dalam lesi yang
mempunyai pH netral.
2. Populasi B, terdiri atas kuman yang tumbuhnya sangat lamban dan berada dalam
lingkungan pH yang rendah. Lingkungan asam ini yang melindunginya terhadap
obat
anti-tuberkulosis tertentu.
3. Populasi C, yang terdiri atas kuman tuberkulosis yang berada dalam keadaan
dormant hampir sepanjang waktu. Kuman yang terdapat dalam dinding kavitas ini
jarang mengadakan metabolisme secara aktif dalam waktu yang singkat.
4. Populasi D, terdiri atas kuman-kuman yang sepenuhnya bersifat dormant sehingga
sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh obat-obat anti- tuberkulosis.13,18
Patogenesis
Penyebaran TB Paru dari penderita terjadi melalui nuklei droplet infeksius yang
keluar bersama batuk, bersin dan bicara dengan memproduksi percikan yang sangat kecil
berisi kuman TB. Kuman ini melayang-layang di udara yang dihirup oleh penderita lain.
Faktor utama dalam perjalanan infeksi adalah kedekatan dan durasi kontak serta derajat
infeksius penderita dimana semakin dekat seseorang berada dengan penderita, makin banyak
kuman TB yang mungkin akan dihirupnya.15,19
Tuberkulosis Primer
Penyebaran tuberkulosis ini terjadi pada penderita yang belum pernah terinfeksi
sebelumnya.15 Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni disebut sarang primer (afek
6
primer). Peradangan akan kelihatan dari sarang primer saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal) yang diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfangitis
regional). Limfangitis regional bisa sembuh tanpa mengalami cacat, sembuh dengan
meninggalkan sedikit bekas dan mengalami penyebaran. Penyebarannya dengan beberapa
cara yaitu:
a. Perkontinuitatum adalah penyebaran kuman tuberculosis di sekitar paru yang
terserang kuman tuberkulosis tersebut .
b. Bronkogen adalah penyebaran baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan.
c. Hematogen dan limfogen adalah penyebaran yang berkaitan dengan daya tahan
tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Penyebaran ini akan menimbulkan keadaan
cukup gawat apabila tidak terdapat imunitas yang adekuat. 12
Tuberkulosis Post Primer
Tuberkulosis post primer akan muncul bertahun-tahun setelah tuberkulosis primer.
Penyebaran tuberkulosis ini dimulai dengan sarang dini yang umumnya terletak di segmen
apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang ini awalnya berbentuk suatu sarang
pneumonia kecil yang bisa sembuh tanpa meninggalkan cacat, meluas dan segera terjadi
proses penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis tetapi bisa juga meluas dan
membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).12,16
Klasifikasi Penyakit
Berdasarkan lokasi TB Paru diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. Tuberkulosis Paru
7
Tuberkulosis Paru yaitu tuberkulosis yang menyerang jaringan paru tidak termasuk
pleura.18 Berdasarkan pemeriksaan mikroskopis TB paru dapat dibagi, yaitu:
TB Paru BTA Positif yaitu: Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan
BTA positif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif
b. TB Paru BTA Negatif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan
kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
menunjukkan tuberkulosis positif. 12
2. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru (misalnya selaput otak,
kelenjar limfe, pleura, pericardium, persendian, tulang, kulit, usus, saluran kemih,
ginjal, alat kelamin dll).20 Berdasarkan tingkat keparahannya, TB ekstra paru ini
dibagi menjadi TB ekstra paru berat (severe) dan TB ekstra paru ringan (not/less
severe). Contohnya adalah tuberkulosis milier dimana patogen ke seluruh paru-paru
dan memberikan gambaran bintik-bintik kecil seperti mutiara.6
Tipe penderita berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya ada beberapa tipe penderita
TB Paru, yaitu:
8
a. Kasus baru
Kasus baru adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.12 Dimana OAT yang diberikan
adalah OAT yang mempunyai efek dapat mencegah pertumbuhan kuman-kuman
resisten seperti, isoniazid (H), rifampisin (R) dan pirazinamid (Z).13
b. Kasus kambuh (relaps)
Kasus kambuh adalah penderita TB Paru yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan TB Paru dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES/ 1 RHZE. Fase lanjutan sesuai
dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan obat
RHE selama 5 bulan.12
c. Kasus defaulted atau drop out
Kasus drop out adalah penderita yang telah menjalani pengobatan ≥ 1 bulan dan
tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.12
d. Kasus gagal
Kasus gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir
pengobatan.12 Sejak BTA dalam sputum negatif, dengan memakai tiga obat setiap hari
dalam jangka waktu 3-4 bulan pertama (yang belum pernah diberikan sebelumnya):
9
RMP- EMB- PZA- atau SM – PAS – PZA. Obat lain seperti etambutol atau
prothionamid, sikloserin, thiaketazone atau kanamisin dan kapreomisin dapat
dipertimbangkan untuk diberikan.13
e. Kasus kronik
Kasus kronik adalah penderita dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan pengobatan ulang dengan pengobatan kategori II
dengan pengawasan yang baik. Pengobatan kasus kronik, jika belum ada hasil uji
resistensi diberikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil
uji resistensi ditambah dengan obat lini 2 seperti kuinolon, betalaktam, makrolid dll.
Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup.12
Perkembangan Alamiah Penyakit TB Paru
1. TB Paru primer
TB Paru primer adalah peradangan paru yang disebabkan oleh basil
tuberkulosis pada tubuh penderita yang belum pernah mempunyai kekebalan yang spesifik
terhadap basil tersebut. Menurut Meyer yang dikutip oleh Alsagaff ada 2 jenis TB Paru
primer, yaitu:
a. TB Paru primer sederhana (simple primary tuberculosis)
Terjadi pada 43,5% dari kasus tuberculosis
Secara radiologis , tidak tampak kelainan
Uji kulit tuberkulin memberi reaksi positif
10
b. Infeksi TB Paru primer dengan kelainan radiologis (primary infection
tuberculosis)
Kelainan radiologis berupa pembesaran kelenjar limfe mediastinum
Uji kulit tuberkulin, menunjukkan reaksi positif.
Kelainan ini dijumpai pada 18,5%.
Umumnya TB Paru primer sembuh sendiri, walaupun ada kemungkinan di
kemudian hari mengalami kekambuhan dengan proses yang lebih cepat pada
organ lain, yang sumbernya berasal dari TB Paru primer tersebut.13
2. TB Paru Post Primer
Banyak istilah yangmdipergunakan seperti: post primary tuberculosis, progressive
tuberculosis, adult type tuberculosis, phytysis.
Infeksi dapat berasal dari:
a. Dari luar (eksogen): infeksi ulang pada tubuh yang pernah menderita tuberkulosis.
b. Dari dalam (endogen): infeksi berasal dari basil yang sudah berada dalam tubuh,
merupakan proses lama yang pada mulanya tenang dan oleh suatu keadaan
menjadi aktif kembali.13
Komplikasi
a. Pleuritis dan Empiema
Pleuritis adalah peradangan jaringan tipis yang meliputi paru-paru dan melapisi
rongga dinding rongga dada bagian dalam (pleura).15,16 Empiema adalah
berkumpulnya atau timbunan pus (nanah) di dalam suatu kavitas organ berongga
11
yaitu paru-paru.15,16
Keadaan pleura yang merupakan bagian dari sistem pernapasan, dapat dipengaruhi
melalui tiga cara yang berbeda:
Cairan yang dibentuk dalam waktu beberapa bulan setelah terjadinya infeksi primer.
Cairan yang dibentuk akibat penyakit paru pada orang dengan usia lebih lanjut.
Keadaan ini bisa berlanjut menjadi nanah (empiema)walaupun jarang terjadi.
Memecahnya kavitas TB Paru dan keluarnya udara ke dalam rongga pleura.
Keadaan ini memungkinkan udara masuk ke dalam ruang antara paru dan
dinding dada. TB Paru dari kavitas yang memecah mengeluarkan efusi nanah
(empiema). Udara dengan nanah bersamaan disebut piopneumotoraks.15
b. Pneumotoraks Spontan
Pneumotoraks adalah masuknya udara atau gas secara abnormal ke dalam paru
dimana gas tersebut memisahkan pleura viseralis dan pleura parietalis sehingga jaringan
paru tertekan dan kesulitan bernapas.15,16 Pneumotoraks spontan dapat terjadi bila
udara memasuki rongga pleura sesudah terjadi robekan pada kavitas tuberkulosis. Hal ini
mengakibatkan rasa sakit pada dada secara akut dan tiba-tiba bersamaan dengan sesak
napas. Ini dapat berlanjut menjadi suatu empiema tuberkulosis.15
c. Laringitis Tuberkulosis
Laringitis tuberkulosis adalah radang pangkal tenggorokan dengan gejala serak,
perubahan suara dan gatal pada kerongkongan. Keganasan pada laring jarang
menimbulkan rasa sakit. Sputum biasanya positif, tetapi diagnosis mungkin perlu
diitegakkan dengan biopsi pada kasus-kasus yang sulit. Tuberkulosis laring
12
memberikan respon yang sangat baik terhadap kemoterapi. Bila terdapat nyeri hebat yang
tidak cepat hilang dengan pengobatan, tambahkan prednisolon selama 2-3 minggu.15
d. Kor Pulmonale
Kor pulmonale adalah suatu bentuk penimbunan cairan di dalam paru (abses paru).
Gagal jantung kongestif karena tekanan balik akibat kerusakan paru dapat terjadi bila
terdapat destruksi paru yang sangat luas. Keadaan ini dapat terjadi walaupun
penyakit tuberkulosis sudah tidak aktif lagi, dimana banyak meninggalkan jaringan parut.
Pengobatan dini terhadap penyakit TB Paru dengan jelas dapat mengurangi komplikasi
ini.15
e. Apergilomata
Apergilomata adalah kavitas tuberkulosis yang sudah diobati dengan baik dan sudah
sembuh terinfeksi jamur Aspergillus fumigatus. A.fumigatus yaitu spesies jamur
lingkungan yang menghasilkan spora yang terdapat di dalam udara dengan dihirup
secara terus menerus. Pada sinar rontgen dapat dilihat semacam bola terdiri atas fungus
yang berada dalam kavitas. Keadaan ini kadang-kadang menyebabkan hemoptisis
(batuk darah) yang berat bahkan fatal. Fungsi paru sudah sering rusak berat karena
tuberkolosis lama sehingga tidak dapat lagi dioperasi.15
Keluhan dan Gejala Tuberkulosis Paru
Keluhan pada penderita tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi gejala lokal di paru
dan keluhan pada seluruh tubuh secara umum.
a. Batuk
13
Gejala batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.
Biasanya batuknya ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat rokok. Proses
yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita tidur dan
dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari. Bila proses destruksi berlanjut, sekret
dikeluarkan terus menerus sehingga batuk menjadi lebih dalam dan sangat
mengganggu penderita pada waktu siang maupun malam hari. Bila yang terkena trakea
dan/atau bronkus, batuk akan terdengar sangat keras, lebih sering atau terdengar
berulang-ulang (paroksismal). Bila laring yang terserang, batuk terdengar sebagai hollow
sounding cough, yaitu batuk tanpa tenaga dan disertai suara serak.13
b. Batuk Darah
Darah yang dkeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah,
gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak (profus). Batuk
darah jarang merupakan tanda permulaan dari penyakit tuberkulosis atau initial symptom
karena batuk darah merupakan tanda telah terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari
pembuluh darah pada dinding kavitas. Batuk darah pada pemerisaan raadiologis tanpak
ada kelainan. Sering kali darah yang dibatukkan pada penyakit tuberkulosis bercampur
dahak yang mengandung basil tahan asam. Batuk darah juga dapat terjadi pada
tuberkulosis yang sudah sembuh karena robekan jaringan paru atau darah berasal dari
bronkiektasis yang merupakan salah satu penyulit tuberkulosis paru. Pada saat seperti
ini dahak tidak mengandung basil tahan asam (negatif).13
c. Nyeri Dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri
bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan di daerah aksila, di
14
ujung skapula atau tempat-tempat lain).13
d. Sesak Napas
Sesak napas pada tuberkulosis disebabkan oleh penyakit yang luas pada paru atau oleh
penggumpalan cairan di rongga pleura sebagai komplikasi TB Paru. Penderita yang
sesak napas sering mengalami demam dan berat badan turun.15
e. Demam
Merupakan gejala paling sering dijumpai dan paling penting. Sering kali panas
badan sedikit meningkat pada siang maupun sore hari. Panas badan meningkat atau
menjadi lebih tinggi bila proses berkembang menjadi progresif sehingga penderita
merasakan badannya hangat atau muka terasa panas.13
f. Menggigil
Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti pengeluaran panas
dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi umum yang
lebih erat.13
g. Keringat Malam
Keringat malam bukan gejala yang patognomonis untuk penyakit tuberkulosis paru.
Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut, kecuali pada orang-orang
dengan vasomotor labil, keringat malam dapat timbul lebih dini. Nausea, takikardi dan
sakit kepala timbul bila ada panas.13
h. Gangguan Menstruasi
15
Hasil penelitian Indra di Kabupaten Purbalingga tahun 2001 dengan menggunakan
penelitian explanatory dengan pendekatan cross sectional menyatakan bahwa status gizi
yang tidak normal merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan siklus
menstruasi. Status gizi yang buruk menyebabkan meningkatnya kasus penyakit
tuberkulosis karena daya tahan tubuh yang rendah.16 Oleh sebab itu gangguan
menstruasi sering terjadi bila proses tuberkulosis paru sudah lanjut.15
i. Anoreksia
Anoreksia yaitu tidak selera makan dan penurunan berat badan merupakan manifestasi
toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
Rendahnya asupan makanan yang disebabkan oleh anoreksia, menyebabkan peningkatan
metabolisme energi dan protein dan utilisasi dalam tubuh. Asupan yang tidak kuat
menimbulkan pemakaian cadangan energi tubuh yang berlebihan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis dan mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan dan kelainan
biokimia tubuh.13
j. Lemah Badan
Gejala ini dapat disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur dan keadaan sehari-hari
yang kurang menyenangkan. Oleh sebab itu harus dianalisa dengan baik apabila dijumpai
perubahan sikap dan tempramen, perhatian penderita berkurang atau menurun pada
pekerjaan, penderita yang kelihatan neurotik.13
Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan
fisis/ jasmani, pemeriksaan bakteriologi.12 Dengan ditemukannya basil tuberkulosis,
dapat dipastikan bahwa proses masih aktif dan perlu diberikan pengobatan yang
16
sesuai.13
Pemeriksaan Jasmani
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur
paru. Pada awal perkembangan penyakit umumnya tidak menemukan kelainan.
Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan
segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat
ditemukan antara lain suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
diafragma dan mediastinum.12
Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti
yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa. Bahannya dapat berasal dari dahak,