CASE REPORT SPINAL ANESTESI PADA PASIEN PEREMPUAN USIA 14 TAHUN DENGAN CYSTOMA OVARII SINISTRA DAN ASCITES PEMBIMBING : dr. I Nyoman Sumertha, Sp.An dr. Suko Basuki , M.Kes. Sp.An Fitriana Sistyaningtyas J 500 090 019 Rahmat Agung B. J 500 090 065 Sri Rahmani Dewi J 500 090 114 KEPANITERAAN KLINIK STASE ANAESTESI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
CASE REPORT
SPINAL ANESTESI PADA PASIEN PEREMPUAN USIA 14 TAHUN
DENGAN CYSTOMA OVARII
SINISTRA DAN ASCITES
PEMBIMBING :
dr. I Nyoman Sumertha, Sp.An
dr. Suko Basuki , M.Kes. Sp.An
Fitriana Sistyaningtyas
J 500 090 019
Rahmat Agung B.
J 500 090 065
Sri Rahmani Dewi
J 500 090 114
KEPANITERAAN KLINIK STASE ANAESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
BAB I
IDENTITAS
Nama pasien : Sdr. N
Umur : 14 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Ponorogo
Pekerjaan : Pelajar
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tgl masuk RS : 25 April 2014
No. rekam medik : 3129XX
Bangsal : Dahlia
Dokter yang merawat : dr.Arief Prijatna, Sp.OG
Dokter Anestesi : dr. Suko BAsuki, Sp.An
Diagnosis Pre Operatif : Cystoma Ovarii
Macam Operasi :Laparotomy
Macam Anestesi : Spinal Anestesi
Tanggal Operasi : 30 April 2014
PEMERIKSAAN PRA ANESTESI
Keluhan Utama
•Nyeri perut sebelah kiri
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien datang ke IGD
RSUD dr Hardjono Ponorogo dengan
keluhan nyeri pada perut kiri. Keluhan ini dirasakan sejak 3hari
yang lalu.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk dan
sedikit menjalar hingga perut sebelah kanan.
Nyeri dirasakan terus menerus hingga
mengganggu aktifitas, dan dirasakan sangat nyeri selama beberapa jam sebelum dibawa ke
rumah sakit.
Nyeri dirasakan bertambah berat saat
jalan-jalan atau aktivitas dan
berkurang ketika pasien istirahat.
Dua bulan sebelumnya pasien mengeluh
menstruasi yang tidak teratur dan lebih sering
daripada biasanya.
Pasien tidak mengeluh demam, pusing, mual, muntah, sesak nafas, nyeri dada, maupun adanya perdarahan sebelum di bawa ke
7. Monitoring tanda vital selama anestesi setiap 5 menit
TATALAKSANA ANESTESI
•Cek Persetujuan Operasi
•Periksa tanda vital dan keadaan umum
•Lama Puasa 8 jam
•Cek obat-obatan dalam alat anestesi
•Infus Rl 20 tetes/menit
•Posisi Supine
•.Katater : terpasang
Di Ruang
Operasi
•Anestesi mulai : 09.30
•Operasi mulai : 09.45
•Anestesi selesai : 11.05
•Operasi selesai : 11.00
Di Ruang
Operasi
MONITORING
SELAMA
OPERASI
Jam Nadi TD Sp02
0 78 120/80 99%
5 80 120/80 99%
10 85 130/80 99%
15 80 130/80 99%
20 80 130/80 99%
25 78 120/80 99%
30 80 130/80 99%
35 80 130/80 99%
40 80 130/80 99%
45 80 130/80 99%
50 80 130/80 99%
55 80 130/80 99%
60 78 120/90 99%
65 78 120/80 99%
70 78 120/80 99%
75 80 140/90 99%
80 80 140/90 99%
85 80 140/80 99%
90 78 130/90 99%
95 78 130/90 99%
100 78 130/90 99%
105 76 130/80 99%
110 78 130/90 99%
115 78 130/90 99%
120 78 120/80 99%
Infus RL : 1500cc
Intake Cairan
Urine: 150 cc
Darah: ±1500cc
Cairan Keluar
DI RECOVERY ROOM
Pasien masuk ke Ruang RR sekitar pukul 11.00
dalam Posisi Supine (terlentang),
dimonitoring tanda vital, infuse RL.
TD : 130/70 mmHg, Nadi : 72 x/menit,
Suhu: 36.5 °C
Masuk RR terapi yang diberikan :
a.Injeksi Ceftriaxon 2x1gr
b.Transfusi whole blood 2 kolf
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Anestesi spinal (intratekal, intradural, subdural, subaraknoid) ialah
pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang
subaraknoid.
Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan
anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid
BEBERAPA LOKASI PENUSUKAN BERDASARKAN
INDIKASINYA
High spinal
Mid spinal
Low spinal
HAL –HAL YANG MEMPENGARUHI ANESTESI SPINAL
jenis obat, dosis obat yang digunakan, efek vasokonstriksi, berat
jenis obat
posisi tubuh, tekanan intraabdomen, lengkung
tulang belakang, operasi tulang
belakang, usia pasien, obesitas, kehamilan, dan penyebaran obat.
ANATOMI KOLUMNA VERTEBRALIS
INDIKASI
Tindakan yang melibatkan tungkai bawah, panggul, dan perineum.
Keadaan khusus seperti bedah endoskopi, urologi, bedah rectum, perbaikan fraktur tulang panggul, bedah obstetric, dan bedah anak.
Anestesi spinal pada bayi dan anak kecil dilakukan setelah bayi ditidurkan dengan anestesi umum.
KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi mutlak
infeksi kulit pada tempat dilakukan pungsi lumbal, bakteremia, hipovolemia berat (syok), koagulopati, dan peningkatan tekanan intracranial.
Kontraindikasi relatf
neuropati, prior spine surgery, nyeri punggung, penggunaan obat-obatan preoperasi golongan AINS, heparin subkutan dosis rendah, dan pasien yang tidak stabil
MEKANISME KERJA ANESTESI REGIONAL
Aksi kerja langsung pada reseptor dalam saluran natrium.
Cara ini akan terjadi sumbatan pada saluran,
sehingga natrium tak dapat keluar masuk membran. Aksi ini merupakan hampir 90%
dari efek blok..
Ekspansi membran.
Bekerja non spesifik, sebagai kebalikan dari interaksi antara obat dengan reseptor. Aksi ini
analog dengan stabilisasi listrik yang dihasilkan oleh zat
non-polar lemak, misalnya barbiturat, anestesi umum dan
benzocaine
ANESTESI SPINAL
TEKNIK ANESTESI SPINAL
Setelah dimonitor,tidurkan pasien. Posisi lain adalah duduk. Penusukan jarum spinal dapat dilakukan pada L2-L3, L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2.
Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alkohol.
Beri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml.
Cara tusukan median atau paramedian.
Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid (wasir) dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum dewasa ± 6cm.
KOMPLIKASI
•Hipotensi, bradikardi, sakit kepala
Komplikasi sirkulasi
•Apneu, kesulitan bicara,batuk kering yang persisten,sesak nafas
Komplikasi respirasi
•Nausea dan muntah Komplikasi
gastrointestinal
OBAT-OBAT ANESTESI SPINAL
BUPIVAKAIN
KLONIDIN
EFEDRIN EPINEFRIN
FENTANYL
PERAWATAN POST OPERATIF DAN POST ANAESTESIA
Observasi dan monitor tanda vital (nadi, tensi, respirasi)
Bila pasien gelisah harus diteliti apakah karena atau karena hipoksia, misal karena perdarahan (hipovolemia).
Bila kesakitan beri analgetik NSAID/Opioid.
Jika hipoksia cari sebabnya dan atasi penyebabnya (obstruksi jalan nafas) karena secret/lender atau lidah jatuh ke hipofharing).
Oksigen via nasal kanul 3-4 liter, selama pasien belum sadar betul tetep diberikan.
Pasien dapat dikirim kembali ke bangsal/ruangan setelah sadar, reflek jalan nafas sudah aktif, tekanan darah dan nadi dalam
batas-batas normal.
Pasien bisa diberi makan dan minum jika flatus sudah ada, itu bukti peristaltik usus sudah normal.
BAB III PEMBAHASAN
Pasien perempuan usia14 tahun ini adalah pasien dengan diagnosis
klinis cystoma ovarii sinistra dan ascites.
Pada kasus ini terapi yang
dipilih adalah terapi operasi laparotomy.
Tehnik anestesi yang dipilih yaitu dengan
spinal anestesi.
Dari pemeriksaan fisik dan penunjang, diperoleh
gambaran mengenai status pasien.
Status fisik pra anestesi masuk dalam kategori
ASA I, yaitu pasien dalam keadan sehat yang
memerlukan operasi.
Pada pasien ini penatalaksanaan
preoperatifnya adalah pre op visite yang bertujuan
untuk mengetahui kondisi umum pasien serta komplikasi yang
mungkin terjadi bila ada penyakit penyulit.
Pada pasien ini didapatkan hasil
pemeriksaan generalisnya dalam batas
normal, tidak ada penyakit sistemik dan
tidak ada kelainan hasil laboraturium.
Setelah operasi pasien
dipindahkan ke Recovery
Room
kemudian diberi ceftriaxon 2x1 gr dan
transfuse Whole Blood 2 kolf, dengan tanda vital
pasien yang diperhatikan.
Disana pasien diberikan O2 3liter/menit untuk
membantu perfusi jaringan, sedangkan pemberian
oksigen yang berlebih tidak dilakukan karena dapat
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah.
Pasien juga diberi infuse sesuai dengan
kebutuhan (BBx40-50cc kgBB/24 jam) yaitu
2600cc-3250 cc/24 jam. Perlu diperhatikan pemberian cairan yang
terlalu banyak harus pula diimbangi dengan dengan pengeluaran cairan yang
mencukupi, jadi harus dipastikan fungsi miksi pada
pasien normal.
Volume urin normal adalah 0,5-1
cc/kgBB/jam, maka pada pasien ini pengeluaran
urin kurang lebih adalah 32,5-65 cc/jam atau 780-
1560 cc/24 jam.
Pada saat dibangsal tetap dimonitoring tanda-tanda vital pada pasien , jumlah
cairan yang masuk dan yang keluar, baik infus, intake nutrisi, dan volume urine.
Pada pasien ini dapat juga diberikan terapi post operatif
seperti antibiotik dan anlagetik untuk mengurangi rasa nyeri post operatif. Observasi ini dilakukan
sampai kondisi pasien stabil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan, S. G. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. FKUI. Jakarta. 2007. Hal 786-787.