Top Banner

of 23

Case Report Anestesi Spinal

Jul 06, 2018

Download

Documents

Dame Arum
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    1/23

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. FRAKTUR COLLUM FEMUR 

    1. Definisi

    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang

    umumnya disebabkan oleh trauma, baik langsung maupun tidak langsung. Fraktur 

    collum femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal

    femur. Yang termasuk collum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput

    femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.

    2. Epidemiologi

    Fraktur collum femur merupakan cedera yang banyak dijumpai pada pasien

    usia tua dan menyebabkan morbiditas serta mortalitas. Dengan meningkatnya derajat

    kesehatan dan usia harapan hidup, angka kejadian fraktur ini juga ikut meningkat.

    Fraktur ini merupakan penyebab utama morbiditas pada pasien usia tua akibat

    keadaan imobilisasi pasien di tempat tidur. ehabilitasi membutuhkan waktu

     berbulan!bulan. "mobilisasi menyebabkan pasien lebih senang berbaring sehingga

    mudah mengalami ulkus dekubitus dan infeksi paru. #ngka mortalitas awal fraktur 

    ini adalah sekitar 1$%. &ila tidak diobati, fraktur ini akan semakin memburuk.

    Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas '$ tahun dan lebih sering pada

    wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan

    osteoporosis pasca menopause.

    (. Faktor esiko

    Fraktur collum femur dan fraktur subtrochanter femur banyak terjadi pada

    wanita tua dengan usia lebih dari '$ tahun dimana tulang sudah mengalami

    osteoporotik. )rauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan *jatuh

    terpeleset di kamar mandi+, sedangkan pada penderita muda ditemukan riwayat

    mengalami kecelakaan.ebagian besar fraktur tulang panggul dan collum femur terjadi akibat terjatuh

    dengan energi rendah. -al ini tidak sering dijumpai pada pasien usia muda karena

    keseimbangan dan kekuatan tahanan yang lebih baik daripada pasien usia tua.

    eadaan ini disebut sebagai fraktur patologis. "lmuwan /edis -ar0ard menyatakan

     bahwa penggunaan benodiaepine meningkatkan resiko terjadinya fraktur. enyebab

    umum yang mengakibatkan kelemahan pada tulang yaitu 3

    a. 4steoporosis. enggunaan 5itamin D dan alsium diketahui mengurangi

    terjadinya fraktur patologis sebanyak 6(%.

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    2/23

     b. -omosistein, merupakan suatu asam amino alami yang toksik dan menyebabkan

    kelainan pada jantung, stroke dan fraktur tulang. enggunaan 0itamin &

    mengurangi terjadinya fraktur pada 7$% pasien setelah 2 tahun.

    c. enyakit metabolik lain seperti enyakit aget, 4steomalasia dan 4steogenesis

    "mperfekta.

    d. )umor tulang primer yang jinak atau ganas.

    e. anker metastasis pada bagian proksimal femur juga dapat melemahkan tulang

    dan mempermudah terjadinya fraktur patologis.

    f. "nfeksi pada tulang.

    6. lasifikasi

    lasifikasi fraktur collum femur menurut 8arden9s *1:'1+ adalah sebagai berikut 3 ;

    a. .8rade " 3 Fraktur inkomplit *abduksi dan terimpaksi+

     b. 8rade "" 3 Fraktur lengkap tanpa pergeseran fragmen tulang

    c. 8rade """ 3 Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian fragmen fraktur *0arus

    malaligment+.

    d. .8rade "5 3 Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen

    yang bersinggungan

    ;. atologi

    aput femoris mendapat 0askularisasi dari ( sumber, yaitu dari pembuluh

    darah intramedulla pada collum femur, pembuluh darah ser0ikal asenden pada

    retinakulum kapsular dan pembuluh darah pada ligamentum kapitis femoris. asokan

    darah intramedulla selalu terganggu oleh fraktur< pembuluh retinakular juga dapat

    robek bila terdapat banyak pergeseran. ada pasien usia lanjut, pasokan yang tersisa

    dalam ligamentum teres sangat sedikit dan pada 2$% kasus tidak ada. -al inilah yang

    menyebabkan tingginya insidensi nekrosis a0askular pada fraktur collum femur yang

    disertai pergeseran.

    Fraktur transer0ikal, menurut definisi, bersifat intrakapsular. Fraktur ini

     penyembuhannya buruk karena dengan robeknya pembuluh kapsul, cedera itu

    melenyapkan persediaan darah utama pada kaput femur, kemudian karena tulang

    intra!artikular hanya mempunyai periosteum yang tipis dan tidak ada kontak dengan

     jaringan lunak yang dapat membantu pembentukan kalus, serta akibat adanya cairan

    sino0ial yang mencegah pembekuan hematom akibat fraktur itu. arena itu ketepatan

    aposisi dan impaksi fragmen tulang menjadi lebih penting dari biasanya. )erdapat

     bukti bahwa aspirasi hemartrosis dapat meningkatkan aliran darah dalam kaput

    femoris dengan mengurangi tamponade.

    '. /anifestasi linik 

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    3/23

    ada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun

     pada penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat

    menyebabkan fraktur collum femur. enderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit

    sekali pada pada panggul. osisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi.

    Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera. )ungkai dalam

     posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi.2,=,7

    =. Diagnosis

    enegakan diagnosis fraktur collum femur dibuat berdasarkan anamnesis,

     pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

    a. #namnesis

    Dari anamnesis diketahui adanya riwayat trauma>jatuh yang diikuti nyeri pinggul,

     pada pemeriksaan didapatkan posisi panggul dalam keadaan fleksi, eksorotasi danabduksi. ada atlet yang mengalami nyeri pinggul namun masih dapat berjalan

     pemeriksaan dimulai dengan riwayat rinci dan pemeriksaan fisik. Dokter harus

    menanyakan apakah gejala yang muncul terkait dengan olahraga atau kegiatan

    tertentu. iwayat latihan fisik harus diperoleh dan perubahan dalam tingkat

    akti0itas, alat bantu, tingkat intensitas, dan teknik harus dicatat.

     b. .emeriksaan fisik 

    "nspeksi

    emeriksaan ini dimulai dengan pengamatan pasien selama e0aluasi. erhatikan

    setiap kali pasien meringis atau pola!pola abnormal. asien dengan patah tulang

    leher femur biasanya tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada

     panggul. osisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga

    adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera. )ungkai dalam posisi abduksi

    dan fleksi serta eksorotasi. #mati krista iliaka untuk setiap ketinggian yang

     berbeda, yang mungkin menunjukkan perbedaan fungsional panjang kaki.

    #lignment dan panjang ekstremitas biasanya normal, tapi gambaran klasik dari

     pasien dengan fraktur yang pendek dan ekstremitas eksternal diputar. enilaian

    ada tidaknya atrofi otot atau asimetri juga penting.

    alpasi

    ada palpasi fraktur diagnosis sering ditemukan adanya hematom di panggul.

    ada tipe impaksi, biasanya penderita masih dapat berjalan disertai rasa sakit

    yang tidak begitu hebat. osisi tungkai tetap dalam keadaan posisi netral.

    Ditentukan rentang gerak untuk fleksi panggul, ekstensi, adduksi, rotasi internal

    dan eksternal serta fleksi lutut dan ekstensi. )emuan termasuk adanya rasa sakit

    dan terbatasnya rentang gerak pasif di pinggul.

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    4/23

    7. .emeriksaan enunjang

    Foto ontgen

    ada proyeksi # kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur pada kasus yang

    impacted, untuk ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi a?ial. ergeseran

    dinilai melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan

    garis trabekular pada kaput femoris dan ujung leher femur. enilaian ini penting

    karena fraktur yang terimpaksi atau tidak bergeser *stadium " dan "" 8arden + dapat

    membaik setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami

    non union dan nekrosis a0askular.

    adiografi foto polos secara tradisional telah digunakan sebagai langkah

     pertama dalam pemeriksaan pada fraktur tulang pinggul. )ujuan utama dari film ?!

    ray untuk menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan

    lokasi dan luasnya fraktur. #danya pembentukan tulang periosteal, sclerosis, kalus,

    atau garis fraktur dapat menunjukkan tegangan fraktur. adiografi mungkin

    menunjukkan garis fraktur pada bagian leher femur, yang merupakan lokasi untuk 

     jenis fraktur. Fraktur harus dibedakan dari patah tulang kompresi, yang menurut

    De0as dan Fullerton dan nowdy, biasanya terletak pada bagian inferior leher 

    femoralis. @ika tidak terlihat di film ?!ray standar, bone scan atau /agnetic

    esonance "maging */"+ harus dilakukan.

    :. enatalaksanaan

    enanganan fraktur collum femur yang bergeser dan tidak stabil adalah

    reposisi tertutup dan fiksasi interna secepatnya dengan pin yang dimasukkan dari

    lateral melalui kolum femur. &ila tak dapat dilakukan operasi ini, cara konser0atif 

    terbaik adalah langsung mobilisasi dengan pemberian anestesi dalam sendi dan

     bantuan tongkat. /obilisasi dilakukan agar terbentuk pseudoartrosis yang tidak nyeri

    sehingga penderita diharapkan bisa berjalan dengan sedikit rasa sakit yang dapatditahan, serta sedikit pemendekan.

    )erapi operatif dianjurkan pada orang tua berupa penggantian kaput femur 

    dengan prosthesis atau eksisi kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaput femur 

    diikuti dengan mobilisasi dini pasca bedah.

    1+ .)erapi onser0atif 

    Dilakukan apabila fraktur memiliki kemungkinan sebagai berikut 3

    a. 8angguan peredaran darah pada fragmen proksimal

     b. esulitan mengamati fragmen proksimal

    c. urangnya penanganan hematom fraktur karena adanya cairan syno0ial.

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    5/23

    d. enanganan konser0atif dapat dilakukan dengan skin traction dan buck 

    e?tension.

    2+ )erapi 4peratif 

    ada umumnya terapi yang dilakukan adalah terapi operasi, fraktur yang

     bergeser tidak akan menyatu tanpa fiksasi internal, dan bagaimanapun juga

    manula harus bangun dan aktif tanpa ditunda lagi kalau ingin mencegah

    komplikasi paru dan ulkus dekubitus. Fraktur terimpaksi dapat dibiarkan

    menyatu, tetapi selalu ada resiko terjadinya pergeseran pada fraktur!fraktur itu,

    sekalipun ditempat tidur, jadi fiksasi internal lebih aman. Dua prinsip yang harus

    diikuti dalam melakukan terapi operasi yaitu reduksi anatomi yang sempurna dan

    fiksasi internal yang kaku.

    /etode awal yang menstabilkan fraktur adalah fiksasi internal dengan

    mith etersen )ripin Aail. Fraktur dimanipulasi dengan meja khusus orthopedi.

    emudian fraktur difiksasi internal dengan .. Aail dibawah pengawasan

    adiologi. /etode terbaru fiksasi internal adalah dengan menggunakan multiple

    compression screws. ada penderita dengan usia lanjut *'$ tahun ke atas+ fraktur 

    ditangani dengan cara memindahkan caput femur dan menempatkannya dengan

    metal prosthesis, seperti prosthesis #ustin /oore.

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    6/23

    B. ANESTESI SPINAL

    1. Definisi

    #nestesi spinal adalah salah satu metode anestesi yang diinduksi dengan

    menyuntikkan sejumlah kecil obat anestesi lokal ke dalam cairan cerebro!spinal *BF+.

    #nestesi spinal>subaraknoid disebut juga sebagai analgesi>blok spinal intradural atau

     blok intratekal. #nestesi spinal dihasilkan bila kita menyuntikkan obat analgesik lokal ke

    dalam ruang sub arachnoid di daerah antara 0ertebra C2!C( atau C(!C6 atau C6!C;.pinal anestesi mudah untuk dilakukan dan memiliki potensi untuk memberikan

    kondisi operasi yang sangat baik untuk operasi di bawah umbilikus. pinal anestesi

    dianjurkan untuk operasi di bawah umbilikus misalnya hernia, ginekologi dan operasi

    urologis dan setiap operasi pada perineum atau alat kelamin. emua operasi pada kaki,

    tapi amputasi meskipun tidak sakit, mungkin merupakan pengalaman yang tidak 

    menyenangkan untuk pasien yang dalam kondisi terjaga. Dalam situasi ini dapat

    menggabungkan tehnik spinal anestesi dengan anestesi umum.

    )eknik anestesi secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu anestesi

    umum dan anestesi regional. #nestesi umum bekerja untuk menekan aksis hipotalamus!

     pituitari adrenal, sementara anestesi regional berfungsi untuk menekan transmisi impuls

    nyeri dan menekan saraf otonom eferen ke adrenal. )eknik anestesia yang laim

    digunakan dalam seksio sesarea adalah anestesi regional, tapi tidak selalu dapat

    dilakukan berhubung dengan sikap mental pasien.

    #nestesi spinal sangat cocok untuk pasien yang berusia tua dan orang!orang

    dengan penyakit sistemik seperti penyakit pernapasan kronis, hati, ginjal dan gangguanendokrin seperti diabetes. &anyak pasien dengan penyakit jantung ringan mendapat

    manfaat dari 0asodilatasi yang menyertai anestesi spinal kecuali orang!orang dengan

     penyakit katub pulmonalis atau hipertensi tidak terkontrol. angat cocok untuk 

    menangani pasien dengan trauma yang telah mendapatkan resusitasi yang adekuat dan

    tidak mengalami hipo0olemik.

    2. Indikasi

    a. &edah ekstremitas bawah b. &edah panggul

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    7/23

    c. )indakan sekitar rektum perineum

    d. &edah obstetrik!ginekologi

    e. &edah urologi

    f. &edah abdomen bawah

    g. ada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan dengan

    anesthesia umum ringan.

    3. Kn!"aindikasi

    Kn!"a indikasi a#s$%!&

    a. asien menolak 

     b. "nfeksi pada tempat suntikan

    c. -ipo0olemia berat, syok 

    d. oagulapatia atau mendapat terapi koagulan

    e. )ekanan intrakranial meningkat

    f. Fasilitas resusitasi minimg. urang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.

    Kn!"a indikasi "e$a!if&

    a. "nfeksi sistemik 

     b. "nfeksi sekitar tempat suntikan

    c. elainan neurologis

    d. elainan psikis

    e. &edah lama

    f. enyakit jantung

    g. -ipo0olemia ringan

    h. Ayeri punggung kronik 

    '. Pe"sia(an ana$)esia s(ina$

    ada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada

    anastesia umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan

    kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali

    sehingga tak teraba tonjolan prosesus spinosus. elain itu perlu diperhatikan hal!hal

    di bawah ini3

    1. "nformed consent 3 tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anesthesia

    spinal

    2. emeriksaan fisik 3 tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang

     punggung

    (. emeriksaan laboratorium 3 -b, ht,pt,ptt

    eralatan analgesia spinal 3

    1. eralatan monitor 3 tekanan darah, pulse o?imetri, ekg

    2. eralatan resusitasi

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    8/23

    (. @arum spinal 3 @arum spinal dengan ujung tajam*ujung bamboo runcing,

    uinckebacock+ atau jarum spinal dengan ujung pensil *pencil point whitecare+.

    *. Teknik ana$)esia s(ina$

    osisi duduk atau posisi tidur  

    lateral decubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah posisi yang paling sering

    dikerjakan. &iasanya dikerjakan diatas meja operasi tanpa dipindahkan lagi dan

    hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien. erubahan posisi berlebihan dalam

    ($ menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.

    a. etelah dimonitor, tidurkan pasien dalam posisi dekubitus lateral atau duduk dan

     buat pasien membungkuk maksimal agar procesus spinosus mudah teraba.

     b. erpotongan antara garis yang menghubungkan kedua rista iliaka dengan tulang

     punggung ialah C6 atau C6!C;, tentukan tempat tusukan misalnya C2!C(, C(!C6

    atau C6!C;. )usukan pada C1!C2 atau atasnya berisiko trauma terhadap medulla

    spinalis.

    c. terilkan tempat tusukan dengan betadine dan alcohol

    d. &eri anestetik lokal pada tempat tusukan misalnya lidokain 1% 2!(ml.

    e. Bara tusukan adalah median atau paramedian. ntuk jarum spinal besar 228,

    2(8, atau 2;8 dapat langsung digunakan. edangkan untuk jarum kecil 2=8 atau

    2:8 dianjurkan menggunakan penuntun jarum *introducer+, yaitu jarum suntik 

     biasa semprit 1$cc. @arum akan menembus kutis, subkutis, ligamentum

    supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum fla0um, ruang epidural,

    duramater dan ruang subarachnoid. etelah mandrin jarum spinal dicabutcairan

    serebrospinal akan menetes keluar. elanjutnya disuntikkan larutan obat analgetik 

    lokal kedalam ruang subarachnoid tersebut.

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    9/23

     

    Tin))i #$k ana$)esia s(ina$ &

    Faktor yang mempengaruhi3

    1. 5olume obat analgetik lokal3 makin besar makin tinggi daerah analgesia

    2. onsentrasi obat3 makin pekat makin tinggi batas daerah analgesia

    (. &arbotase3 penyuntikan dan aspirasi berulang!ulang meninggikan batas

    daerah analgetik.

    6. ecepatan3 penyuntikan yang cepat menghasilkan batas analgesia yangtinggi. ecepatan penyuntikan yang dianjurkan3 ( detik untuk 1 ml larutan.

    ;. /aneu0er 0alsa0a3 mengejan meninggikan tekanan liuor serebrospinal

    dengan akibat batas analgesia bertambah tinggi.

    '. )empat pungsi3 pengaruhnya besar pada C6!; obat hiperbarik cenderung

     berkumpul ke kaudal*saddle blok+ pungsi C2!( atau C(!6 obat cenderung

    menyebar ke cranial.

    =. &erat jenis larutan3 hiper,iso atau hipo barik 

    7. )ekanan abdominal yang meningkat3 dengan dosis yang sama didapat batas

    analgesia yang lebih tinggi.

    :. )inggi pasien3 makin tinggi makin panjang kolumna 0ertebralis makin besar 

    dosis yang diperlukan.*&& tidak berpengaruh terhadap dosis obat+

    1$. aktu3 setelah 1; menit dari saat penyuntikan,umumnya larutan analgetik 

    sudah menetap sehingga batas analgesia tidak dapat lagi diubah dengan

     posisi pasien.

    +. Anas!esi Lka$ %n!%k Anas!esi S(ina$

    &erat jenis cairan cerebrospinalis pada (= derajat celcius adalah 1.$$(!1.$$7. #nastetik lokal dengan berat jenis sama dengan css disebut isobaric. #nastetik 

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    10/23

    local dengan berat jenis lebih besar dari css disebut hiperbarik. #nastetik local

    dengan berat jenis lebih kecil dari css disebut hipobarik. #nastetik local yang sering

    digunakan adalah jenis hiperbarik diperoleh dengan mencampur anastetik local

    dengan de?trose. ntuk jenis hipobarik biasanya digunakan tetrakain diperoleh

    dengan mencampur dengan air injeksi.

    #nestetik local yang paling sering digunakan3

    a. Cidokaine *?ylobain,lignokain+ 2%3 berat jenis 1.$$', sifat isobaric, dosis 2$!

    1$$ mg *2!;ml+

     b. Cidokaine *?ylobain,lignokaine+ ;% dalam de?trose =.;%3 berat jenis 1.$$(,

    sifat hyperbaric, dose 2$!;$ mg *1!2 ml+

    c. &upi0akaine *markaine+ $.;% dlm air3 berat jenis 1.$$;, sifat isobaric, dosis ;!

    2$ mg

    d. &upi0akaine *markaine+ $.;% dlm de?trose 7.2;%3 berat jenis 1.$2=, sifat

    hiperbarik, dosis ;!1; mg *1!( ml+

    B%(i,a-aine

    4bat anestetik lokal yang sering digunakan adalah prokain, tetrakain, lidokain,

    atau bupi0akain. &erat jenis obat anestetik lokal mempengaruhi aliran obat dan

     perluasan daerah teranestesi. ada anestesi spinal jika berat jenis obat lebih besar dari

     berat jenis B *hiperbarik+, maka akan terjadi perpindahan obat ke dasar akibat

    gra0itasi. @ika lebih kecil *hipobarik+, obat akan berpindah dari area penyuntikan ke

    atas. &ila sama *isobarik+, obat akan berada di tingkat yang sama di tempat

     penyuntikan.

    &upi0acaine adalah obat anestetik lokal yang termasuk dalam golongan amino

    amida. &upi0acaine di indikasi pada penggunaan anestesi lokal termasuk anestesi

    infiltrasi, blok serabut saraf, anestesi epidura dan anestesi intratekal. &upii0acaine

    kadang diberikan pada injeksi epidural sebelum melakukan operasi athroplasty

     pinggul. 4bat tersebut juga biasa digunakan untuk luka bekas operasi untuk 

    mengurangi rasa nyeri dengan efek obat mencapai 2$ jam setelah operasi.&upi0acaine dapat diberikan bersamaan dengan obat lain untuk 

    memperpanjang durasi efek obat seperti misalnya epinefrin, glukosa, dan fentanil

    untuk analgesi epidural. ontraindikasi untuk pemberian bupi0acaine adalah anestesi

    regional "5 *"5#+ karena potensi risiko untuk kegagalan tourniket dan adanya

    absorpsi sistemik dari obat tersebut.

    &upi0acaine bekerja dengan cara berikatan secara intaselular dengan natrium

    dan memblok influk natrium kedalam inti sel sehingga mencegah terjadinya

    depolarisasi. Dikarenakan serabut saraf yang menghantarkan rasa nyeri mempunyai

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    11/23

    serabut yang lebih tipis dan tidak memiliki selubung mielin, maka bupi0acaine dapat

     berdifusi dengan cepat ke dalam serabut saraf nyeri dibandingkan dengan serabut

    saraf penghantar rasa proprioseptif yang mempunyai selubung mielin dan ukuran

    serabut saraf lebih tebal.

    Pene#a"an anas!e!ik $-a$ !e")an!%n)&

    1+ Factor utama3

    a+ &erat jenis anestetik local*barisitas+

     b+ osisi pasien

    c+ Dosis dan 0olume anestetik local

    2+ Faktor tambahan 3

    a+ etinggian suntikan

     b+ ecepatan suntikan>barbotase

    c+ kuran jarumd+ eadaan fisik pasien

    e+ )ekanan intra abdominal

    Cama kerja anestetik local tergantung3

    1. @enis anestetia local

    2. &esarnya dosis

    (. #da tidaknya 0asokonstriktor 

    6. &esarnya penyebaran anestetik local

    /. K0($ikasi Anas!esi S(ina$

    omplikasi anastesi spinal dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi delayed.

    K0($ikasi !indakan &

    a. -ipotensi berat3 #kibat blok simpatis terjadi 0enous pooling. ada dewasa

    dicegah dengan memberikan infus cairan elektrolit 1$$$ml atau koloid ;$$ml

    sebelum tindakan.

     b. &radikardia 3 Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat

     blok sampai )!2

    c. -ipo0entilasi 3 #kibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafasd. )rauma pembuluh saraf 

    e. )rauma saraf 

    f. /ual!muntah

    g. 8angguan pendengaran

    h. &lok spinal tinggi atau spinal total

    K0($ikasi (as-a !indakan&

    a. Ayeri tempat suntikan

     b. Ayeri punggung

    c. Ayeri kepala karena kebocoran likuor 

    d. etensio urine

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    12/23

    e. /eningitis

    K0($ikasi in!"a(e"a!if&

    a. omplikasi kardio0askular 

    "nsiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 1$!6$%. -ipotensi terjadi

    karena 0asodilatasi, akibat blok simpatis, yang menyebabkan terjadi penurunan

    tekanan arteriola sistemik dan 0ena, makin tinggi blok makin berat hipotensi.

    Bardiac output akan berkurang akibat dari penurunan 0enous return. -ipotensi

    yang signifikan harus diobati dengan pemberian cairan intra0ena yang sesuai dan

     penggunaan obat 0asoaktif seperti efedrin atau fenilefedrin.

    Bardiac arrest pernah dilaporkan pada pasien yang sehat pada saat dilakukan

    anestesi spinal. -enti jantung bisa terjadi tiba!tiba biasanya karena terjadi

     bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien dalam keadaan yang stabil.

    ada kasus seperti ini, hipotensi atau hipoksia bukanlah penyebab utama dari

    cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek bradikardi dan

    asistol yang disebut reflek &eold!@arisch. 

    &ila terjadi spinal tinggi atau high

    spinal *blok pada cardioaccelerator fiber di )1!)6+, dapat menyebabkan

     bardikardi sampai cardiac arrest.

    encegahan hipotensi dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid

    *AaBl,inger laktat+ secara cepat sebanyak 1$!1;ml>kgbb dlm 1$ menit segera

    setelah penyuntikan anesthesia spinal. &ila dengan cairan infuse cepat tersebut

    masih terjadi hipotensi harus diobati dengan 0asopressor seperti efedrin intra0ena

    sebanyak 1:mg diulang setiap (!6menit sampai mencapai tekanan darah yang

    dikehendaki. &radikardia dapat terjadi karena aliran darah balik berkurang atau

    karena blok simpatis,dapat diatasi dengan sulfas atropine 1>7!1>6 mg "5.

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    13/23

    atofisiologi -ipotensi Dan &radikardi ada #nestesi

    pinal

    -ubungan #ntara erubahan )ekanan Darah Dengan

    etinggian &lok ada #nestesi pinal

    B$k s(ina$ !in))i a!a% !!a$

    #nestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan

     perhitungan dosis yang diperlukan untuk satu suntikan. omplikasi yang bisa muncul

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    14/23

    dari hal ini adalah hipotensi, henti nafas, penurunan kesadaran, paralisis motor, dan

     jika tidak diobati bisa menyebabkan henti jantung. #kibat blok simpatetik yang cepat

    dan dilatasi arterial dan kapasitas pembuluh darah 0ena, hipotensi adalah komplikasi

    yang paling sering terjadi pada anestesi spinal. -al ini menyebabkan terjadi

     penurunan sirkulasi darah ke organ 0ital terutama otak dan jantung, yang cenderung

    menimbulkan seuel lain. enurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting

    yang menyebabkan terjadi henti nafas pada anestesi spinal total. alau

     bagaimanapun, terdapat kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat

    dari blok pada saraf somatic interkostal. #kti0itas saraf phrenik biasanya

    dipertahankan. &erkurangnya aliran darah ke serebral mendorong terjadinya

     penurunan kesadaran. @ika hipotensi ini tidak di atasi, sirkulasi jantung akan

     berkurang seterusnya menyebabkan terjadi iskemik miokardiak yang mencetuskan

    aritmia jantung dan akhirnya menyebakan henti jantung. engobatan yang cepat

    sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang lebih serius, termasuk 

     pemberian cairan, 0asopressor, dan pemberian oksigen bertekanan positif. etelah

    tingkat anestesi spinal berkurang, pasien akan kembali ke kedaaan normal seperti

    sebelum operasi. Aamun, tidak ada seuel yang permanen yang disebabkan oleh

    komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat.

    K0($ikasi "es(i"asi

    &ila terjadi spinal tinggi atau high spinal *blok lebih dari dermatom );+

    mengakibatkan hipoperfusi dari pusat nafas di batang otak dan menyebabkan

    terjadinya respiratory arrest. &isa juga terjadi blok pada ner0us phrenicus

    sehingga menmyebabkan gangguan gerakan diafragma dan otot perut yg

    dibutuhkan untuk inspirasi dan ekspirasi.

    K0($ikasi (s!(e"a!i,e&

    a. omplikasi gastrointestinal

    /ual muntah akibat blok neuroaksial sebesar 2$%, sehingga

    menyebabkan hiperperistaltik gastrointestinal akibat akti0itas parasimpatis

    dikarenakan oleh simpatis yg terblok. -al ini menguntungkan pada operasi

    abdomen karena kontraksi usus dapat menyebabkan kondisi operasi maksimal.

    /ual muntah juga bisa akibat hipotensi, dikarenakan oleh hipoksia otak yg

    merangsang pusat muntah di B)G *dasar 0entrikel ke "5+.

     b. Ayeri kepala

    omplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri

    kepala. Ayeri kepala ini bisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    15/23

    dural pada anestesi epidural. "nsiden terjadi komplikasi ini tergantung

     beberapa faktor seperti ukuran jarum yang digunakan. emakin besar ukuran

     jarum semakin besar resiko untuk terjadi nyeri kepala. elain itu, insidensi

    terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi pada wanita muda dan pasien yang

    dehidrasi. Ayeri kepala post suntikan biasanya muncul dalam ' H 67 jam

    selepas suntikan anestesi spinal. Ayeri kepala yang berdenyut biasanya

    muncul di area oksipital dan menjalar ke retro orbital, dan sering disertai

    dengan tanda meningismus, diplopia, mual, dan muntah.

    )anda yang paling signifikan nyeri kepala spinal adalah nyeri makin

     bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah posisi dari tiduran>supinasi ke

     posisi duduk, dan akan berkurang atau hilang total bila pasien tiduran. )erapi

    konser0atif dalam waktu 26 H 67 jam harus di coba terlebih dahulu seperti

    tirah baring, rehidrasi *secara cairan oral atau intra0ena+, analgesic, dan suport

    yang kencang pada abdomen. )ekanan pada 0ena ca0a akan menyebabkan

    terjadi perbendungan dari ple?us 0ena pel0ik dan epidural, seterusnya

    menghentikan kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan

    tekanan e?tradural. @ika terapi konser0atif tidak efektif, terapi yang aktif 

    seperti suntikan salin kedalam epidural untuk menghentikan kebocoran.

    c. Ayeri punggung

    omplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat

    dari tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari

    struktur ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous. Ayeri

     punggung akibat dari trauma suntikan jarum dapat di obati secara simptomatik 

    dan akan menghilang dalam beberapa waktu yang singkat sahaja.

    d. omplikasi neurologik 

    "nsidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendah.

    omplikasi neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik. indrom

    ini muncul dalam waktu 26 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan

    demam, rigiditas nuchal dan fotofobia. /eningitis aseptic hanya memerlukan

     pengobatan simptomatik dan biasanya akan menghilang dalam beberapa hari.

    indrom cauda euina muncul setelah regresi dari blok neura?ial. indrom ini

    mungkin dapat menjadi permanen atau bisa regresi perlahan!lahan setelah

     beberapa minggu atau bulan. "a ditandai dengan defisit sensoris pada area

     perineal, inkontinensia urin dan fekal, dan derajat yang ber0ariasi pada defisit

    motorik pada ekstremitas bawah.

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    16/23

    omplikasi neurologic yang paling serius adalah arachnoiditis adesif.

    eaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau bulan setelah anestesi spinal

    dilakukan. indrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan kelemahan motorik 

     pada tungkai yang progresif. ada penyakit ini terdapat reaksi proliferatif dari

    meninges dan 0asokonstriksi dari 0asculature korda spinal.

    "skemia dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi

    arterial yang lama. enggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa

    mengurangi aliran darah ke korda spinal. erusakan pada korda spinal atau

    saraf akibat trauma tusukan jarum pada spinal maupun epidural, kateter 

    epidural atau suntikan solution anestesi lokal intraneural adalah jarang, tapi

    tetap berlaku.

    erdarahan subaraknoid yang terjadi akibat anestesi regional sangat jarang berlaku karena ukuran yang kecil dari struktur 0askular mayor didalam

    ruang subaraknoid. -anya pembuluh darah radikular lateral merupakan

     pembuluh darah besar di area lumbar yang menyebar ke ruang subaraknoid

    dari akar saraf. indrom spinal!arteri anterior akibat dari anesthesia adalah

     jarang. )anda utamanya adalah kelemahan motorik pada tungkai bawah karena

    iskemia pada 2>( anterior bawah korda spinal. ehilangan sensoris biasanya

    tidak merata dan adalah sekunder dari nekrosis iskemia pada akar posterior 

    saraf dan bukannya akibat dari kerusakan didalam korda itu sendiri.

    )erdapat tiga penyebab terjadinya sindrom spinal!arteri 3 kekurangan bekalan

    darah ke arteri spinal anterior karena terjadi gangguan bekalan darah dari

    arteri!arteri yang diganggu oleh operasi, kekurangan aliran darah dari arteri

    karena hipotensi yang berlebihan, dan gangguan aliran darah sama ada dari

    kongesti 0ena mahu pun obstruksi aliran.

    #nestesi regional merupakan penyebab yang mungkin yang

    menyebabkan terjadinya sindrom spinal!arteri anterior oleh beberapa faktor.

    Bontohnya anestesi spinal menggunakan obat anestesi lokal yang dicampurkan

    dengan epinefrin. @adi kemungkinan epinefrin yang menyebabkan

    0asokonstriksi pada arteri spinal anterior atau pembuluh darah yang

    memberikan bekalan darah.

    -ipotensi yang kadang timbul setelah anestesi regional dapat

    menyebabkan kekurangan aliran darah. "nfeksi dari spinal adalah sangat jarang

    kecuali dari penyebaran bacteria secara hematogen yang berasal dari fokal

    infeksi ditempat lain. @ika anestesi spinal diberikan kepada pasien yang

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    17/23

    mengalami bakteriemia, terdapat kemungkinan terjadi penyebaran ke bakteri

    ke spinal. 4leh yang demikian, penggunaan anestesi spinal pada pasien

    dengan bakteremia merupakan kontra indikasi relatif. @ika infeksi terjadi di

    dalam ruang subaraknoid, akan menyebabkan araknoiditis. )anda dan

    symptom yang paling prominen pada komplikasi ini adalah nyeri punggung

    yang berat, nyeri lokal, demam, leukositosis, dan rigiditas nuchal. 4leh itu,

    adalah tidak benar jika menggunakan anestesi regional pada pasien yang

    mengalami infeksi kulit loka pada area lumbar atau yang menderita selulitis.

    engobatan bagi komplikasi ini adalah dengan pemberian antibiotik dan

    drenase jika perlu.

    e. etentio urine > Disfungsi kandung kemih

    Disfungsi kandung kemih dapat terjadi selepas anestesi umum maupun

    regional. Fungsi kandung kencing merupakan bagian yang fungsinya kembali

     paling akhir pada analgesia spinal, umumnya berlangsung selama 26 jam.

    erusakan saraf pemanen merupakan komplikasi yang sangat jarang terjadi.

    . Pena!a$aksanaan i(!ensi

    )indakan re0entif emberian preloading pada pasien yang akan dilakukan anestesi spinal

    dengan 1 H 2 liter cairan intra0ena *kristaloid atau koloid+ sudah secara luas

    dilakukan untuk mencegah hipotensi pada anestesi spinal. emberian cairan tersebut

    secara rasional untuk meningkatkan 0olume sirkulasi darah dalam rangka

    mengkompensasi penurunan resistensi perifer.

    leinman dan /ikhail mengatakan hipotensi akibat efek kardio0askuler 

    dari anestesi spinal dapat diantisipasi dengan loading 1$ H 2$ ml>kg cairan intra0ena

    *kristaloid atau koloid+ pada pasien sehat akan dapat mengkompensasi terjadinya

    0enous pooling. *leinman, 2$$'+

    ada beberapa penelitian yang lain dikatakan bahwa preloading cairan

    intra0ena pada pasien yang akan dilakukan anestesi spinal adalah tidak efektif. Boe

    et al. dalam penelitiannya mengatakan bahwa prehidrasi pada pasien yang akan

    dilakukan anestesi spinal tidak mempunyai efek yang signifikan dalam mencegah

    terjadinya hipotensi. -al ini juga dibenarkan oleh &uggy et al. &erbeda dengan

    #rndt et al. dia mengatakan bahwa prehidrasi dapat secara signifikan menurunkan

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    18/23

    insidensi terjadinya hipotensi, namun hanya dalam waktu 1; menit pertama setelah

    dilakukan anestesi spinal. *Ciguori, 2$$=+

    alinas mengatakan bahwa penurunan tekanan darah dapat dicegah dengan

     pemberian preloading cairan kristaloid. Aamun hal ini tergantung dari waktu

     pemberian cairan tersebut. Dia mengatakan pemberian 2$ ml>kg ringer laktat *C+

    sesaat setelah dilakukan anestesi spinal dapat secara efektif menurunkan frekuensi

    terjadinya hipotensi, bila dibandingkan dengan preloading 2$ menit atau lebih

    sebelum dilakukan anestesi spinal. *alinas, 2$$:+

    /ojica, et.al., pada penelitiannya menilai efekti0itas pemberian C 2$

    cc>kg 2$ menit sebelum dilakukan anestesi spinal dengan pemberian C 2$ cc>kg

     pada saat dilakukan anestesi spinal. enelitian tersebut membandingkan kedua cara

    diatas dengan pemberian placebo *C 1 H 2 cc>min+. Dan didapatkan hasil bahwa pemberian kristaloid sebelum dilakukan anestesi spinal tidak menurunkan insidensi

    terjadinya hipotensi yang dibandingkan dengan pemberian placebo. -al ini

    disebabkan oleh karena waktu paruh kristaloid yang pendek, dimana saat mulai

    terjadinya hipotensi, kristaloid sudah mulai berdifusi ke ruang interstitial, sehingga

    tidak dapat mempertahankan 0enous return dan curah jantung. &erbeda dengan

     pemberian kristaloid saat dilakukan anestesi spinal, ternyata cara ini lebih efektif 

    dalam menurunkan insidensi terjadinya hipotensi, karena dengan cara ini kristaloid

    masih dapat memberikan 0olume intra0askuler tambahan *additional fluid+ untuk 

    mempertahankan 0enous return dan curah jantung. */ojica, et.al., 2$$2+

    erbandingan pengaruh pemberian kristaloid sebelum dan sesaat anestesi

    spinal terhadap tekanan darah

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    19/23

    /engenai pemilihan cairan, Gorco, et al., dalam penelitiannya tentang efek 

     posisi trendelenburg, ringer laktat, dan -E '% terhadap curah jantung setelah

    anestesi spinal didapatkan bahwa ketiga cara diatas dapat mencegah terjadinya

     penurunan curah jantung. emberian C *kristaloid+ maupun -E ' % *koloid+ pada

    saat anestesi spinal, ternyata tidak hanya dapat mencegah penurunan curah jantung,

    tapi dapat meningkatkan curah jantung. Aamun saat efek kristaloid mulai berkurang

    terhadap curah jantung akibat cepatnya kristaloid berdifusi ke ruang interstitial,

    koloid masih dapat bertahan di intra0askuler dan masih dapat mempertahankan

    curah jantung. Aamun dari segi ekonomis koloid lebih mahal dibandingkan

    kristaloid, dan koloid dapat menyebabkan terjadinya anafilaksis walaupun sedikit

    angka kejadiannya. *Gorco A., et al., 2$$:+

    5ercauteren, et.al., dalam penelitiannya mengatakan pemberian ephedrine

    sebelum anestesi spinal juga dapat digunakan sebagai tindakan pre0entif terjadinya

    hipotensi. Dalam penelitiannya dengan pemberian ; mg ephedrine "5 *bolus+ dapat

    mengurangi insidensi terjadinya hipotensi. Dalam penelitiannya yang lain, dikatakan

     pemberian ephedrine intramuskuler masih dalam perdebatan, karena absorbsi

    sistemik dan peak effect dari pemberian intramuskuler sulit diprediksi. *5ercauteren,

    et al, 2$$$+

    enggunaan infus 0asopresor terutama ephedrine sebagai profilaksis, secara

    signifikan dapat mengurangi insidensi terjadinya hipotensi dibandingkan dengan

     prehidrasi menggunakan kristaloid. ada penelitian tersebut tidak didapatkan adanya

    hipertensi pada pasien yang diberikan infus ephedrine.

    emberiab atropine "5 setelah preloading dengan kristaloid dapat

    menurunan angka kejadian hipotensi dan menurunkan penggunaan ephedrine. ada

     penelitiannya terhadap =; pasien, dimana 2; pasien diberikan placebo, 2; pasien

    diberikan ; Ig atropine "5, dan 2; pasien diberikan 1$ Ig atropine "5, didapatkan

    hasil angka kejadian hipotensi berturut!turut adalah =' %, ;2 % dan 6$ %. Dan pada

     penelitian tersebut, efek samping seperti angina, perubahan ) segmen pada E8

    dan confusion tidak didapatkan. enelitian ini dibatasi untuk tidak diberikan pada

     pasien dengan riwayat penyakit jantung iskemik dan pasien yang menggunakan J

     bloker. Cim, et.al., mengatakan bahwa pemberian atropine secara rutin sebagai

     premedikasi pada anestesi spinal tidak direkomendasikan, namun pemberian

    atropine dapat dipertimbangkan pada pasien!pasien dengan baseline laju nadi yang

    rendah maupun pasien dengan baseline hipotensi dan bradikardi.

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    20/23

    Pena!a$aksanaan i(!ensi

    Derajat hipotensi yang membutuhkan terapi aktif masih dalam perdebatan,

    hal ini disebabkan karena adanya data!data ilmiah yang menunjukkan bahwa

    hipotensi masih dapat ditoleransi pada pasien yang sehat.

    enatalaksanaan hipotensi pada anestesi spinal tergantung pada penyebab

    dasarnya. @ika terjadi hipotensi secara mendadak yang kemudian diikuti dengan

     bradikardia dan nausea, hal ini mungkin disebabkan akibat 0aso0agal syncope.

    #tropine dapat diberikan pada keadaan ini, namun tidak se!efektif bila diberikan

    0asopresor.

    ntuk mengatasi hipotensi secara efektif, penyebab utama dari hipotensi

    harus dikoreksi. enurunan curah jantung dan 0enous return harus diatasi, pemberian

    kristaloid sering kali berguna untuk memperbaiki 0enous return. Dalam prakteknya

     pemberian preloading ;$$ H 1;$$ ml kristaloid dapat menurunkan terjadinya

    hipotensi, walaupun pada beberapa penelitian lain tidak efektif.

    ada pasien tanpa adanya gangguan pada target organ dan asimptomatik,

    dengan penurunan tekanan darah mencapai (( % belum perlu perlu dikoreksi.

    /onitoring tekanan darah dan juga pemberian suplemen oksigen harus

    diperhatikan pada anestesi spinal. emberian cairan juga harus dimonitor secara

    hati!hati, karena pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya

    congesti0e heart failure, oedem paru, ataupun keduanya.

    enggunaan hanya dengan cairan intra 0ena tidak cukup efektif dalam

     penanganan hipotensi akibat anestesi spinal. espon tekanan darah terhadap

     pemberian cairan intra 0ena membutuhkan waktu beberapa menit, sedangkan pada

     beberapa kasus hal itu tidak cukup cepat, oleh karena itu sebagai obat pilihan utama

    diberikan 0asopresor.

    @ika sudah ada indikasi penatalaksanaan dengan medikamentosa,

    0asopresor merupakan pilihan obat utamanya. ombinasi K dan J adrenergik agonis

    lebih baik dari pada K agonis murni dalam menangani penurunan tekanan darah,ephedrine merupakan obat pilihan utamanya. Dengan ephedrine curah jantung dan

    resistensi 0askuler perifer dapat meningkat, sehingga dapat meningkatkan tekanan

    darah.

    ecara fisiologis penatalaksanaan hipotensi adalah dengan mengembalikan

     preload. Bara yang efektif adalah dengan memposisikan pasien menjadi

    trendelenburg atau dengan head down. osisi ini tidak boleh lebih dari 2$ L, karena

    dengan posisi trendelenburg yang terlalu ekstrim dapat menyebabkan penurunan

     prefusi cerebral dan dapat meningkatkan tekanan 0ena jugularis, dan bila ketinggian

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    21/23

     blok pada anestesi spinal belum menetap, posisi trendelenburg dapat meningkatkan

    ketinggian le0el blok pada pasien yang mendapatkan agen hiperbarik, yang dapat

    memperburuk keadaan hipotensinya. -al ini dapat dihindari dengan menaikkan

     bagian atas tubuh menggunakan bantal dibawah bahu ketika bagian bawah tubuh

    sedikit dinaikkan diatas jantung.

    A$)"i!0e (ena!a$aksanaan i(!ensi (ada anes!esi s(ina$ &

    Pada (asien sea!

    &ila terjadi penurunan tekanan darah mencapai ($ % atau lebih, dilakukan

    loading cairan kristaloid ;$$ H 1$$$ ml dengan mempertimbangkan diberikan

    0asopresor, bila laju nadi sekitar =$ kali>mnt dapat diberikan ephedrine ; H 1$ mg "5, dan

     bila laju nadi sekitar 7$ kali>mnt dapat diberikan phenylephrine ;$ H 1$$ mcg "5,

     pemberian 0asopresor tersebut dapat diulang setiap 2 H ( mnt bila perlu sampai tekanan

    darah kembali normal. erlu dipertimbangkan juga untuk mengubah posisi menjadi

    trendelenburg.

    ada pasien dengan adanya penyakit jantung dan kardio0askuler serta penyakit di

    susunan saraf pusat

    &ila terjadi penurunan tekanan darah mencapai ($ % atau lebih dan ditemukan

    adanya gejala seperti nausea 0omitus, nyeri dada, dsb.

    Dengan laju nadi =$ kali>mnt dapat diberikan ephedrine 1$ H 2$ mg "5, jika tidak 

    ada respon sampai dengan 2 kali pemberian, dapat diberikan epinephrine 7 H 1' mg "5

    atau infus titrasi epinephrine $.1; H $.( mcg>kg>min.

    Dengan laju nadi 7$ kali>mnt dapat diberikan phenylephrine 1$$ H 2$$ mcg "5,

     jika tidak ada respon sampai dengan 2 kali pemberian, dapat diberikan infus titrasi

     phenylephrine $.1; H $.=; mcg>kg>min atau infus titrasi norepinephrine $.$1 H $.1

    mcg>kg>min.

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    22/23

    #lgoritme enatalaksanaan -ipotensi ada #nestesi pinal

    EPEDRINE

    Ephedrine memiliki efek kardio0askuler seperti epinephrine, dapat meningkatkan

    tekanan darah, laju nadi, kontraktilitas, dan curah jantung. Ephedrine juga memiliki efek 

     bronkodilator. erbedaannya, ephedrine memiliki durasi yang lebih panjang, kurang poten,

    memiliki efek langsung maupun tidak langsung dan dapat menstimulasi susunan saraf pusat.

    Efek tidak langsung dari ephedrine dapat menstimulasi sentral, melepaskan norepinephrine

     perifer postsinaps, dan menghambat reuptake norepinephrine. */organ, 2$$'+

    Efek tidak langsungnya dapat meningkatkan 0asokonstriksi dengan jalan meningkatkan

     pelepasan dari noradrenaline dan menstimulasi secara langsung kedua reseptor *M+ beta untuk 

    meningkatkan curah jantung, laju nadi, tekanan darah sistolik dan diastolik. */organ, 2$$'+

    Ephedrine tidak menyebabkan penurunan uterine blood flow, sehingga dapat digunakan

    sebagai 0asopresor kasus!kasus obstetri. Ephedrine juga memiliki efek antiemetik. */organ,

    2$$'+

    ada dewasa, dosis yang digunakan adalah ; H 1$ mg "5 dengan durasi ; H 1$ menit

    atau 2; mg "/ dengan durasi yang lebih panjang. Dapat pula diberikan dalam infus, dengan

    dosis 2; H ($ mg ephedrine dalam 1 liter ringer laktat. Dosis untuk anak!anak dapat diberikan

    dengan dosis $.1 mg>kg. */organ, 2$$'< alinas, 2$$:+

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal

    23/23

    Bo0ino, &.8., et al., Handbook of spinal anaesthesia and analgesia . 1::6 3 1!1'7.

    -artman., et al., )he "ncidence and isk Factors for -ypotension #fter pinal #nesthesia

    "nduction3 #n #nalysis with #utomated Data Bollection.,  Anesth Analg.,

    2$$2