8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
1/23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. FRAKTUR COLLUM FEMUR
1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh trauma, baik langsung maupun tidak langsung. Fraktur
collum femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal
femur. Yang termasuk collum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput
femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.
2. Epidemiologi
Fraktur collum femur merupakan cedera yang banyak dijumpai pada pasien
usia tua dan menyebabkan morbiditas serta mortalitas. Dengan meningkatnya derajat
kesehatan dan usia harapan hidup, angka kejadian fraktur ini juga ikut meningkat.
Fraktur ini merupakan penyebab utama morbiditas pada pasien usia tua akibat
keadaan imobilisasi pasien di tempat tidur. ehabilitasi membutuhkan waktu
berbulan!bulan. "mobilisasi menyebabkan pasien lebih senang berbaring sehingga
mudah mengalami ulkus dekubitus dan infeksi paru. #ngka mortalitas awal fraktur
ini adalah sekitar 1$%. &ila tidak diobati, fraktur ini akan semakin memburuk.
Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas '$ tahun dan lebih sering pada
wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan
osteoporosis pasca menopause.
(. Faktor esiko
Fraktur collum femur dan fraktur subtrochanter femur banyak terjadi pada
wanita tua dengan usia lebih dari '$ tahun dimana tulang sudah mengalami
osteoporotik. )rauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan *jatuh
terpeleset di kamar mandi+, sedangkan pada penderita muda ditemukan riwayat
mengalami kecelakaan.ebagian besar fraktur tulang panggul dan collum femur terjadi akibat terjatuh
dengan energi rendah. -al ini tidak sering dijumpai pada pasien usia muda karena
keseimbangan dan kekuatan tahanan yang lebih baik daripada pasien usia tua.
eadaan ini disebut sebagai fraktur patologis. "lmuwan /edis -ar0ard menyatakan
bahwa penggunaan benodiaepine meningkatkan resiko terjadinya fraktur. enyebab
umum yang mengakibatkan kelemahan pada tulang yaitu 3
a. 4steoporosis. enggunaan 5itamin D dan alsium diketahui mengurangi
terjadinya fraktur patologis sebanyak 6(%.
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
2/23
b. -omosistein, merupakan suatu asam amino alami yang toksik dan menyebabkan
kelainan pada jantung, stroke dan fraktur tulang. enggunaan 0itamin &
mengurangi terjadinya fraktur pada 7$% pasien setelah 2 tahun.
c. enyakit metabolik lain seperti enyakit aget, 4steomalasia dan 4steogenesis
"mperfekta.
d. )umor tulang primer yang jinak atau ganas.
e. anker metastasis pada bagian proksimal femur juga dapat melemahkan tulang
dan mempermudah terjadinya fraktur patologis.
f. "nfeksi pada tulang.
6. lasifikasi
lasifikasi fraktur collum femur menurut 8arden9s *1:'1+ adalah sebagai berikut 3 ;
a. .8rade " 3 Fraktur inkomplit *abduksi dan terimpaksi+
b. 8rade "" 3 Fraktur lengkap tanpa pergeseran fragmen tulang
c. 8rade """ 3 Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian fragmen fraktur *0arus
malaligment+.
d. .8rade "5 3 Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen
yang bersinggungan
;. atologi
aput femoris mendapat 0askularisasi dari ( sumber, yaitu dari pembuluh
darah intramedulla pada collum femur, pembuluh darah ser0ikal asenden pada
retinakulum kapsular dan pembuluh darah pada ligamentum kapitis femoris. asokan
darah intramedulla selalu terganggu oleh fraktur< pembuluh retinakular juga dapat
robek bila terdapat banyak pergeseran. ada pasien usia lanjut, pasokan yang tersisa
dalam ligamentum teres sangat sedikit dan pada 2$% kasus tidak ada. -al inilah yang
menyebabkan tingginya insidensi nekrosis a0askular pada fraktur collum femur yang
disertai pergeseran.
Fraktur transer0ikal, menurut definisi, bersifat intrakapsular. Fraktur ini
penyembuhannya buruk karena dengan robeknya pembuluh kapsul, cedera itu
melenyapkan persediaan darah utama pada kaput femur, kemudian karena tulang
intra!artikular hanya mempunyai periosteum yang tipis dan tidak ada kontak dengan
jaringan lunak yang dapat membantu pembentukan kalus, serta akibat adanya cairan
sino0ial yang mencegah pembekuan hematom akibat fraktur itu. arena itu ketepatan
aposisi dan impaksi fragmen tulang menjadi lebih penting dari biasanya. )erdapat
bukti bahwa aspirasi hemartrosis dapat meningkatkan aliran darah dalam kaput
femoris dengan mengurangi tamponade.
'. /anifestasi linik
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
3/23
ada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun
pada penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat
menyebabkan fraktur collum femur. enderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit
sekali pada pada panggul. osisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi.
Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera. )ungkai dalam
posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi.2,=,7
=. Diagnosis
enegakan diagnosis fraktur collum femur dibuat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
a. #namnesis
Dari anamnesis diketahui adanya riwayat trauma>jatuh yang diikuti nyeri pinggul,
pada pemeriksaan didapatkan posisi panggul dalam keadaan fleksi, eksorotasi danabduksi. ada atlet yang mengalami nyeri pinggul namun masih dapat berjalan
pemeriksaan dimulai dengan riwayat rinci dan pemeriksaan fisik. Dokter harus
menanyakan apakah gejala yang muncul terkait dengan olahraga atau kegiatan
tertentu. iwayat latihan fisik harus diperoleh dan perubahan dalam tingkat
akti0itas, alat bantu, tingkat intensitas, dan teknik harus dicatat.
b. .emeriksaan fisik
"nspeksi
emeriksaan ini dimulai dengan pengamatan pasien selama e0aluasi. erhatikan
setiap kali pasien meringis atau pola!pola abnormal. asien dengan patah tulang
leher femur biasanya tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada
panggul. osisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga
adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera. )ungkai dalam posisi abduksi
dan fleksi serta eksorotasi. #mati krista iliaka untuk setiap ketinggian yang
berbeda, yang mungkin menunjukkan perbedaan fungsional panjang kaki.
#lignment dan panjang ekstremitas biasanya normal, tapi gambaran klasik dari
pasien dengan fraktur yang pendek dan ekstremitas eksternal diputar. enilaian
ada tidaknya atrofi otot atau asimetri juga penting.
alpasi
ada palpasi fraktur diagnosis sering ditemukan adanya hematom di panggul.
ada tipe impaksi, biasanya penderita masih dapat berjalan disertai rasa sakit
yang tidak begitu hebat. osisi tungkai tetap dalam keadaan posisi netral.
Ditentukan rentang gerak untuk fleksi panggul, ekstensi, adduksi, rotasi internal
dan eksternal serta fleksi lutut dan ekstensi. )emuan termasuk adanya rasa sakit
dan terbatasnya rentang gerak pasif di pinggul.
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
4/23
7. .emeriksaan enunjang
Foto ontgen
ada proyeksi # kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur pada kasus yang
impacted, untuk ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi a?ial. ergeseran
dinilai melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan
garis trabekular pada kaput femoris dan ujung leher femur. enilaian ini penting
karena fraktur yang terimpaksi atau tidak bergeser *stadium " dan "" 8arden + dapat
membaik setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami
non union dan nekrosis a0askular.
adiografi foto polos secara tradisional telah digunakan sebagai langkah
pertama dalam pemeriksaan pada fraktur tulang pinggul. )ujuan utama dari film ?!
ray untuk menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan
lokasi dan luasnya fraktur. #danya pembentukan tulang periosteal, sclerosis, kalus,
atau garis fraktur dapat menunjukkan tegangan fraktur. adiografi mungkin
menunjukkan garis fraktur pada bagian leher femur, yang merupakan lokasi untuk
jenis fraktur. Fraktur harus dibedakan dari patah tulang kompresi, yang menurut
De0as dan Fullerton dan nowdy, biasanya terletak pada bagian inferior leher
femoralis. @ika tidak terlihat di film ?!ray standar, bone scan atau /agnetic
esonance "maging */"+ harus dilakukan.
:. enatalaksanaan
enanganan fraktur collum femur yang bergeser dan tidak stabil adalah
reposisi tertutup dan fiksasi interna secepatnya dengan pin yang dimasukkan dari
lateral melalui kolum femur. &ila tak dapat dilakukan operasi ini, cara konser0atif
terbaik adalah langsung mobilisasi dengan pemberian anestesi dalam sendi dan
bantuan tongkat. /obilisasi dilakukan agar terbentuk pseudoartrosis yang tidak nyeri
sehingga penderita diharapkan bisa berjalan dengan sedikit rasa sakit yang dapatditahan, serta sedikit pemendekan.
)erapi operatif dianjurkan pada orang tua berupa penggantian kaput femur
dengan prosthesis atau eksisi kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaput femur
diikuti dengan mobilisasi dini pasca bedah.
1+ .)erapi onser0atif
Dilakukan apabila fraktur memiliki kemungkinan sebagai berikut 3
a. 8angguan peredaran darah pada fragmen proksimal
b. esulitan mengamati fragmen proksimal
c. urangnya penanganan hematom fraktur karena adanya cairan syno0ial.
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
5/23
d. enanganan konser0atif dapat dilakukan dengan skin traction dan buck
e?tension.
2+ )erapi 4peratif
ada umumnya terapi yang dilakukan adalah terapi operasi, fraktur yang
bergeser tidak akan menyatu tanpa fiksasi internal, dan bagaimanapun juga
manula harus bangun dan aktif tanpa ditunda lagi kalau ingin mencegah
komplikasi paru dan ulkus dekubitus. Fraktur terimpaksi dapat dibiarkan
menyatu, tetapi selalu ada resiko terjadinya pergeseran pada fraktur!fraktur itu,
sekalipun ditempat tidur, jadi fiksasi internal lebih aman. Dua prinsip yang harus
diikuti dalam melakukan terapi operasi yaitu reduksi anatomi yang sempurna dan
fiksasi internal yang kaku.
/etode awal yang menstabilkan fraktur adalah fiksasi internal dengan
mith etersen )ripin Aail. Fraktur dimanipulasi dengan meja khusus orthopedi.
emudian fraktur difiksasi internal dengan .. Aail dibawah pengawasan
adiologi. /etode terbaru fiksasi internal adalah dengan menggunakan multiple
compression screws. ada penderita dengan usia lanjut *'$ tahun ke atas+ fraktur
ditangani dengan cara memindahkan caput femur dan menempatkannya dengan
metal prosthesis, seperti prosthesis #ustin /oore.
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
6/23
B. ANESTESI SPINAL
1. Definisi
#nestesi spinal adalah salah satu metode anestesi yang diinduksi dengan
menyuntikkan sejumlah kecil obat anestesi lokal ke dalam cairan cerebro!spinal *BF+.
#nestesi spinal>subaraknoid disebut juga sebagai analgesi>blok spinal intradural atau
blok intratekal. #nestesi spinal dihasilkan bila kita menyuntikkan obat analgesik lokal ke
dalam ruang sub arachnoid di daerah antara 0ertebra C2!C( atau C(!C6 atau C6!C;.pinal anestesi mudah untuk dilakukan dan memiliki potensi untuk memberikan
kondisi operasi yang sangat baik untuk operasi di bawah umbilikus. pinal anestesi
dianjurkan untuk operasi di bawah umbilikus misalnya hernia, ginekologi dan operasi
urologis dan setiap operasi pada perineum atau alat kelamin. emua operasi pada kaki,
tapi amputasi meskipun tidak sakit, mungkin merupakan pengalaman yang tidak
menyenangkan untuk pasien yang dalam kondisi terjaga. Dalam situasi ini dapat
menggabungkan tehnik spinal anestesi dengan anestesi umum.
)eknik anestesi secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu anestesi
umum dan anestesi regional. #nestesi umum bekerja untuk menekan aksis hipotalamus!
pituitari adrenal, sementara anestesi regional berfungsi untuk menekan transmisi impuls
nyeri dan menekan saraf otonom eferen ke adrenal. )eknik anestesia yang laim
digunakan dalam seksio sesarea adalah anestesi regional, tapi tidak selalu dapat
dilakukan berhubung dengan sikap mental pasien.
#nestesi spinal sangat cocok untuk pasien yang berusia tua dan orang!orang
dengan penyakit sistemik seperti penyakit pernapasan kronis, hati, ginjal dan gangguanendokrin seperti diabetes. &anyak pasien dengan penyakit jantung ringan mendapat
manfaat dari 0asodilatasi yang menyertai anestesi spinal kecuali orang!orang dengan
penyakit katub pulmonalis atau hipertensi tidak terkontrol. angat cocok untuk
menangani pasien dengan trauma yang telah mendapatkan resusitasi yang adekuat dan
tidak mengalami hipo0olemik.
2. Indikasi
a. &edah ekstremitas bawah b. &edah panggul
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
7/23
c. )indakan sekitar rektum perineum
d. &edah obstetrik!ginekologi
e. &edah urologi
f. &edah abdomen bawah
g. ada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan dengan
anesthesia umum ringan.
3. Kn!"aindikasi
Kn!"a indikasi a#s$%!&
a. asien menolak
b. "nfeksi pada tempat suntikan
c. -ipo0olemia berat, syok
d. oagulapatia atau mendapat terapi koagulan
e. )ekanan intrakranial meningkat
f. Fasilitas resusitasi minimg. urang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.
Kn!"a indikasi "e$a!if&
a. "nfeksi sistemik
b. "nfeksi sekitar tempat suntikan
c. elainan neurologis
d. elainan psikis
e. &edah lama
f. enyakit jantung
g. -ipo0olemia ringan
h. Ayeri punggung kronik
'. Pe"sia(an ana$)esia s(ina$
ada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada
anastesia umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan
kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali
sehingga tak teraba tonjolan prosesus spinosus. elain itu perlu diperhatikan hal!hal
di bawah ini3
1. "nformed consent 3 tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anesthesia
spinal
2. emeriksaan fisik 3 tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang
punggung
(. emeriksaan laboratorium 3 -b, ht,pt,ptt
eralatan analgesia spinal 3
1. eralatan monitor 3 tekanan darah, pulse o?imetri, ekg
2. eralatan resusitasi
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
8/23
(. @arum spinal 3 @arum spinal dengan ujung tajam*ujung bamboo runcing,
uinckebacock+ atau jarum spinal dengan ujung pensil *pencil point whitecare+.
*. Teknik ana$)esia s(ina$
osisi duduk atau posisi tidur
lateral decubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah posisi yang paling sering
dikerjakan. &iasanya dikerjakan diatas meja operasi tanpa dipindahkan lagi dan
hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien. erubahan posisi berlebihan dalam
($ menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.
a. etelah dimonitor, tidurkan pasien dalam posisi dekubitus lateral atau duduk dan
buat pasien membungkuk maksimal agar procesus spinosus mudah teraba.
b. erpotongan antara garis yang menghubungkan kedua rista iliaka dengan tulang
punggung ialah C6 atau C6!C;, tentukan tempat tusukan misalnya C2!C(, C(!C6
atau C6!C;. )usukan pada C1!C2 atau atasnya berisiko trauma terhadap medulla
spinalis.
c. terilkan tempat tusukan dengan betadine dan alcohol
d. &eri anestetik lokal pada tempat tusukan misalnya lidokain 1% 2!(ml.
e. Bara tusukan adalah median atau paramedian. ntuk jarum spinal besar 228,
2(8, atau 2;8 dapat langsung digunakan. edangkan untuk jarum kecil 2=8 atau
2:8 dianjurkan menggunakan penuntun jarum *introducer+, yaitu jarum suntik
biasa semprit 1$cc. @arum akan menembus kutis, subkutis, ligamentum
supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum fla0um, ruang epidural,
duramater dan ruang subarachnoid. etelah mandrin jarum spinal dicabutcairan
serebrospinal akan menetes keluar. elanjutnya disuntikkan larutan obat analgetik
lokal kedalam ruang subarachnoid tersebut.
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
9/23
Tin))i #$k ana$)esia s(ina$ &
Faktor yang mempengaruhi3
1. 5olume obat analgetik lokal3 makin besar makin tinggi daerah analgesia
2. onsentrasi obat3 makin pekat makin tinggi batas daerah analgesia
(. &arbotase3 penyuntikan dan aspirasi berulang!ulang meninggikan batas
daerah analgetik.
6. ecepatan3 penyuntikan yang cepat menghasilkan batas analgesia yangtinggi. ecepatan penyuntikan yang dianjurkan3 ( detik untuk 1 ml larutan.
;. /aneu0er 0alsa0a3 mengejan meninggikan tekanan liuor serebrospinal
dengan akibat batas analgesia bertambah tinggi.
'. )empat pungsi3 pengaruhnya besar pada C6!; obat hiperbarik cenderung
berkumpul ke kaudal*saddle blok+ pungsi C2!( atau C(!6 obat cenderung
menyebar ke cranial.
=. &erat jenis larutan3 hiper,iso atau hipo barik
7. )ekanan abdominal yang meningkat3 dengan dosis yang sama didapat batas
analgesia yang lebih tinggi.
:. )inggi pasien3 makin tinggi makin panjang kolumna 0ertebralis makin besar
dosis yang diperlukan.*&& tidak berpengaruh terhadap dosis obat+
1$. aktu3 setelah 1; menit dari saat penyuntikan,umumnya larutan analgetik
sudah menetap sehingga batas analgesia tidak dapat lagi diubah dengan
posisi pasien.
+. Anas!esi Lka$ %n!%k Anas!esi S(ina$
&erat jenis cairan cerebrospinalis pada (= derajat celcius adalah 1.$$(!1.$$7. #nastetik lokal dengan berat jenis sama dengan css disebut isobaric. #nastetik
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
10/23
local dengan berat jenis lebih besar dari css disebut hiperbarik. #nastetik local
dengan berat jenis lebih kecil dari css disebut hipobarik. #nastetik local yang sering
digunakan adalah jenis hiperbarik diperoleh dengan mencampur anastetik local
dengan de?trose. ntuk jenis hipobarik biasanya digunakan tetrakain diperoleh
dengan mencampur dengan air injeksi.
#nestetik local yang paling sering digunakan3
a. Cidokaine *?ylobain,lignokain+ 2%3 berat jenis 1.$$', sifat isobaric, dosis 2$!
1$$ mg *2!;ml+
b. Cidokaine *?ylobain,lignokaine+ ;% dalam de?trose =.;%3 berat jenis 1.$$(,
sifat hyperbaric, dose 2$!;$ mg *1!2 ml+
c. &upi0akaine *markaine+ $.;% dlm air3 berat jenis 1.$$;, sifat isobaric, dosis ;!
2$ mg
d. &upi0akaine *markaine+ $.;% dlm de?trose 7.2;%3 berat jenis 1.$2=, sifat
hiperbarik, dosis ;!1; mg *1!( ml+
B%(i,a-aine
4bat anestetik lokal yang sering digunakan adalah prokain, tetrakain, lidokain,
atau bupi0akain. &erat jenis obat anestetik lokal mempengaruhi aliran obat dan
perluasan daerah teranestesi. ada anestesi spinal jika berat jenis obat lebih besar dari
berat jenis B *hiperbarik+, maka akan terjadi perpindahan obat ke dasar akibat
gra0itasi. @ika lebih kecil *hipobarik+, obat akan berpindah dari area penyuntikan ke
atas. &ila sama *isobarik+, obat akan berada di tingkat yang sama di tempat
penyuntikan.
&upi0acaine adalah obat anestetik lokal yang termasuk dalam golongan amino
amida. &upi0acaine di indikasi pada penggunaan anestesi lokal termasuk anestesi
infiltrasi, blok serabut saraf, anestesi epidura dan anestesi intratekal. &upii0acaine
kadang diberikan pada injeksi epidural sebelum melakukan operasi athroplasty
pinggul. 4bat tersebut juga biasa digunakan untuk luka bekas operasi untuk
mengurangi rasa nyeri dengan efek obat mencapai 2$ jam setelah operasi.&upi0acaine dapat diberikan bersamaan dengan obat lain untuk
memperpanjang durasi efek obat seperti misalnya epinefrin, glukosa, dan fentanil
untuk analgesi epidural. ontraindikasi untuk pemberian bupi0acaine adalah anestesi
regional "5 *"5#+ karena potensi risiko untuk kegagalan tourniket dan adanya
absorpsi sistemik dari obat tersebut.
&upi0acaine bekerja dengan cara berikatan secara intaselular dengan natrium
dan memblok influk natrium kedalam inti sel sehingga mencegah terjadinya
depolarisasi. Dikarenakan serabut saraf yang menghantarkan rasa nyeri mempunyai
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
11/23
serabut yang lebih tipis dan tidak memiliki selubung mielin, maka bupi0acaine dapat
berdifusi dengan cepat ke dalam serabut saraf nyeri dibandingkan dengan serabut
saraf penghantar rasa proprioseptif yang mempunyai selubung mielin dan ukuran
serabut saraf lebih tebal.
Pene#a"an anas!e!ik $-a$ !e")an!%n)&
1+ Factor utama3
a+ &erat jenis anestetik local*barisitas+
b+ osisi pasien
c+ Dosis dan 0olume anestetik local
2+ Faktor tambahan 3
a+ etinggian suntikan
b+ ecepatan suntikan>barbotase
c+ kuran jarumd+ eadaan fisik pasien
e+ )ekanan intra abdominal
Cama kerja anestetik local tergantung3
1. @enis anestetia local
2. &esarnya dosis
(. #da tidaknya 0asokonstriktor
6. &esarnya penyebaran anestetik local
/. K0($ikasi Anas!esi S(ina$
omplikasi anastesi spinal dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi delayed.
K0($ikasi !indakan &
a. -ipotensi berat3 #kibat blok simpatis terjadi 0enous pooling. ada dewasa
dicegah dengan memberikan infus cairan elektrolit 1$$$ml atau koloid ;$$ml
sebelum tindakan.
b. &radikardia 3 Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat
blok sampai )!2
c. -ipo0entilasi 3 #kibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafasd. )rauma pembuluh saraf
e. )rauma saraf
f. /ual!muntah
g. 8angguan pendengaran
h. &lok spinal tinggi atau spinal total
K0($ikasi (as-a !indakan&
a. Ayeri tempat suntikan
b. Ayeri punggung
c. Ayeri kepala karena kebocoran likuor
d. etensio urine
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
12/23
e. /eningitis
K0($ikasi in!"a(e"a!if&
a. omplikasi kardio0askular
"nsiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 1$!6$%. -ipotensi terjadi
karena 0asodilatasi, akibat blok simpatis, yang menyebabkan terjadi penurunan
tekanan arteriola sistemik dan 0ena, makin tinggi blok makin berat hipotensi.
Bardiac output akan berkurang akibat dari penurunan 0enous return. -ipotensi
yang signifikan harus diobati dengan pemberian cairan intra0ena yang sesuai dan
penggunaan obat 0asoaktif seperti efedrin atau fenilefedrin.
Bardiac arrest pernah dilaporkan pada pasien yang sehat pada saat dilakukan
anestesi spinal. -enti jantung bisa terjadi tiba!tiba biasanya karena terjadi
bradikardia yang berat walaupun hemodinamik pasien dalam keadaan yang stabil.
ada kasus seperti ini, hipotensi atau hipoksia bukanlah penyebab utama dari
cardiac arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek bradikardi dan
asistol yang disebut reflek &eold!@arisch.
&ila terjadi spinal tinggi atau high
spinal *blok pada cardioaccelerator fiber di )1!)6+, dapat menyebabkan
bardikardi sampai cardiac arrest.
encegahan hipotensi dilakukan dengan memberikan infuse cairan kristaloid
*AaBl,inger laktat+ secara cepat sebanyak 1$!1;ml>kgbb dlm 1$ menit segera
setelah penyuntikan anesthesia spinal. &ila dengan cairan infuse cepat tersebut
masih terjadi hipotensi harus diobati dengan 0asopressor seperti efedrin intra0ena
sebanyak 1:mg diulang setiap (!6menit sampai mencapai tekanan darah yang
dikehendaki. &radikardia dapat terjadi karena aliran darah balik berkurang atau
karena blok simpatis,dapat diatasi dengan sulfas atropine 1>7!1>6 mg "5.
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
13/23
atofisiologi -ipotensi Dan &radikardi ada #nestesi
pinal
-ubungan #ntara erubahan )ekanan Darah Dengan
etinggian &lok ada #nestesi pinal
B$k s(ina$ !in))i a!a% !!a$
#nestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan
perhitungan dosis yang diperlukan untuk satu suntikan. omplikasi yang bisa muncul
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
14/23
dari hal ini adalah hipotensi, henti nafas, penurunan kesadaran, paralisis motor, dan
jika tidak diobati bisa menyebabkan henti jantung. #kibat blok simpatetik yang cepat
dan dilatasi arterial dan kapasitas pembuluh darah 0ena, hipotensi adalah komplikasi
yang paling sering terjadi pada anestesi spinal. -al ini menyebabkan terjadi
penurunan sirkulasi darah ke organ 0ital terutama otak dan jantung, yang cenderung
menimbulkan seuel lain. enurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting
yang menyebabkan terjadi henti nafas pada anestesi spinal total. alau
bagaimanapun, terdapat kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat
dari blok pada saraf somatic interkostal. #kti0itas saraf phrenik biasanya
dipertahankan. &erkurangnya aliran darah ke serebral mendorong terjadinya
penurunan kesadaran. @ika hipotensi ini tidak di atasi, sirkulasi jantung akan
berkurang seterusnya menyebabkan terjadi iskemik miokardiak yang mencetuskan
aritmia jantung dan akhirnya menyebakan henti jantung. engobatan yang cepat
sangat penting dalam mencegah terjadinya keadaan yang lebih serius, termasuk
pemberian cairan, 0asopressor, dan pemberian oksigen bertekanan positif. etelah
tingkat anestesi spinal berkurang, pasien akan kembali ke kedaaan normal seperti
sebelum operasi. Aamun, tidak ada seuel yang permanen yang disebabkan oleh
komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang cepat dan tepat.
K0($ikasi "es(i"asi
&ila terjadi spinal tinggi atau high spinal *blok lebih dari dermatom );+
mengakibatkan hipoperfusi dari pusat nafas di batang otak dan menyebabkan
terjadinya respiratory arrest. &isa juga terjadi blok pada ner0us phrenicus
sehingga menmyebabkan gangguan gerakan diafragma dan otot perut yg
dibutuhkan untuk inspirasi dan ekspirasi.
K0($ikasi (s!(e"a!i,e&
a. omplikasi gastrointestinal
/ual muntah akibat blok neuroaksial sebesar 2$%, sehingga
menyebabkan hiperperistaltik gastrointestinal akibat akti0itas parasimpatis
dikarenakan oleh simpatis yg terblok. -al ini menguntungkan pada operasi
abdomen karena kontraksi usus dapat menyebabkan kondisi operasi maksimal.
/ual muntah juga bisa akibat hipotensi, dikarenakan oleh hipoksia otak yg
merangsang pusat muntah di B)G *dasar 0entrikel ke "5+.
b. Ayeri kepala
omplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri
kepala. Ayeri kepala ini bisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
15/23
dural pada anestesi epidural. "nsiden terjadi komplikasi ini tergantung
beberapa faktor seperti ukuran jarum yang digunakan. emakin besar ukuran
jarum semakin besar resiko untuk terjadi nyeri kepala. elain itu, insidensi
terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi pada wanita muda dan pasien yang
dehidrasi. Ayeri kepala post suntikan biasanya muncul dalam ' H 67 jam
selepas suntikan anestesi spinal. Ayeri kepala yang berdenyut biasanya
muncul di area oksipital dan menjalar ke retro orbital, dan sering disertai
dengan tanda meningismus, diplopia, mual, dan muntah.
)anda yang paling signifikan nyeri kepala spinal adalah nyeri makin
bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah posisi dari tiduran>supinasi ke
posisi duduk, dan akan berkurang atau hilang total bila pasien tiduran. )erapi
konser0atif dalam waktu 26 H 67 jam harus di coba terlebih dahulu seperti
tirah baring, rehidrasi *secara cairan oral atau intra0ena+, analgesic, dan suport
yang kencang pada abdomen. )ekanan pada 0ena ca0a akan menyebabkan
terjadi perbendungan dari ple?us 0ena pel0ik dan epidural, seterusnya
menghentikan kebocoran dari cairan serebrospinal dengan meningkatkan
tekanan e?tradural. @ika terapi konser0atif tidak efektif, terapi yang aktif
seperti suntikan salin kedalam epidural untuk menghentikan kebocoran.
c. Ayeri punggung
omplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat
dari tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari
struktur ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous. Ayeri
punggung akibat dari trauma suntikan jarum dapat di obati secara simptomatik
dan akan menghilang dalam beberapa waktu yang singkat sahaja.
d. omplikasi neurologik
"nsidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendah.
omplikasi neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik. indrom
ini muncul dalam waktu 26 jam setelah anestesi spinal ditandai dengan
demam, rigiditas nuchal dan fotofobia. /eningitis aseptic hanya memerlukan
pengobatan simptomatik dan biasanya akan menghilang dalam beberapa hari.
indrom cauda euina muncul setelah regresi dari blok neura?ial. indrom ini
mungkin dapat menjadi permanen atau bisa regresi perlahan!lahan setelah
beberapa minggu atau bulan. "a ditandai dengan defisit sensoris pada area
perineal, inkontinensia urin dan fekal, dan derajat yang ber0ariasi pada defisit
motorik pada ekstremitas bawah.
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
16/23
omplikasi neurologic yang paling serius adalah arachnoiditis adesif.
eaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau bulan setelah anestesi spinal
dilakukan. indrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan kelemahan motorik
pada tungkai yang progresif. ada penyakit ini terdapat reaksi proliferatif dari
meninges dan 0asokonstriksi dari 0asculature korda spinal.
"skemia dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi
arterial yang lama. enggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa
mengurangi aliran darah ke korda spinal. erusakan pada korda spinal atau
saraf akibat trauma tusukan jarum pada spinal maupun epidural, kateter
epidural atau suntikan solution anestesi lokal intraneural adalah jarang, tapi
tetap berlaku.
erdarahan subaraknoid yang terjadi akibat anestesi regional sangat jarang berlaku karena ukuran yang kecil dari struktur 0askular mayor didalam
ruang subaraknoid. -anya pembuluh darah radikular lateral merupakan
pembuluh darah besar di area lumbar yang menyebar ke ruang subaraknoid
dari akar saraf. indrom spinal!arteri anterior akibat dari anesthesia adalah
jarang. )anda utamanya adalah kelemahan motorik pada tungkai bawah karena
iskemia pada 2>( anterior bawah korda spinal. ehilangan sensoris biasanya
tidak merata dan adalah sekunder dari nekrosis iskemia pada akar posterior
saraf dan bukannya akibat dari kerusakan didalam korda itu sendiri.
)erdapat tiga penyebab terjadinya sindrom spinal!arteri 3 kekurangan bekalan
darah ke arteri spinal anterior karena terjadi gangguan bekalan darah dari
arteri!arteri yang diganggu oleh operasi, kekurangan aliran darah dari arteri
karena hipotensi yang berlebihan, dan gangguan aliran darah sama ada dari
kongesti 0ena mahu pun obstruksi aliran.
#nestesi regional merupakan penyebab yang mungkin yang
menyebabkan terjadinya sindrom spinal!arteri anterior oleh beberapa faktor.
Bontohnya anestesi spinal menggunakan obat anestesi lokal yang dicampurkan
dengan epinefrin. @adi kemungkinan epinefrin yang menyebabkan
0asokonstriksi pada arteri spinal anterior atau pembuluh darah yang
memberikan bekalan darah.
-ipotensi yang kadang timbul setelah anestesi regional dapat
menyebabkan kekurangan aliran darah. "nfeksi dari spinal adalah sangat jarang
kecuali dari penyebaran bacteria secara hematogen yang berasal dari fokal
infeksi ditempat lain. @ika anestesi spinal diberikan kepada pasien yang
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
17/23
mengalami bakteriemia, terdapat kemungkinan terjadi penyebaran ke bakteri
ke spinal. 4leh yang demikian, penggunaan anestesi spinal pada pasien
dengan bakteremia merupakan kontra indikasi relatif. @ika infeksi terjadi di
dalam ruang subaraknoid, akan menyebabkan araknoiditis. )anda dan
symptom yang paling prominen pada komplikasi ini adalah nyeri punggung
yang berat, nyeri lokal, demam, leukositosis, dan rigiditas nuchal. 4leh itu,
adalah tidak benar jika menggunakan anestesi regional pada pasien yang
mengalami infeksi kulit loka pada area lumbar atau yang menderita selulitis.
engobatan bagi komplikasi ini adalah dengan pemberian antibiotik dan
drenase jika perlu.
e. etentio urine > Disfungsi kandung kemih
Disfungsi kandung kemih dapat terjadi selepas anestesi umum maupun
regional. Fungsi kandung kencing merupakan bagian yang fungsinya kembali
paling akhir pada analgesia spinal, umumnya berlangsung selama 26 jam.
erusakan saraf pemanen merupakan komplikasi yang sangat jarang terjadi.
. Pena!a$aksanaan i(!ensi
)indakan re0entif emberian preloading pada pasien yang akan dilakukan anestesi spinal
dengan 1 H 2 liter cairan intra0ena *kristaloid atau koloid+ sudah secara luas
dilakukan untuk mencegah hipotensi pada anestesi spinal. emberian cairan tersebut
secara rasional untuk meningkatkan 0olume sirkulasi darah dalam rangka
mengkompensasi penurunan resistensi perifer.
leinman dan /ikhail mengatakan hipotensi akibat efek kardio0askuler
dari anestesi spinal dapat diantisipasi dengan loading 1$ H 2$ ml>kg cairan intra0ena
*kristaloid atau koloid+ pada pasien sehat akan dapat mengkompensasi terjadinya
0enous pooling. *leinman, 2$$'+
ada beberapa penelitian yang lain dikatakan bahwa preloading cairan
intra0ena pada pasien yang akan dilakukan anestesi spinal adalah tidak efektif. Boe
et al. dalam penelitiannya mengatakan bahwa prehidrasi pada pasien yang akan
dilakukan anestesi spinal tidak mempunyai efek yang signifikan dalam mencegah
terjadinya hipotensi. -al ini juga dibenarkan oleh &uggy et al. &erbeda dengan
#rndt et al. dia mengatakan bahwa prehidrasi dapat secara signifikan menurunkan
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
18/23
insidensi terjadinya hipotensi, namun hanya dalam waktu 1; menit pertama setelah
dilakukan anestesi spinal. *Ciguori, 2$$=+
alinas mengatakan bahwa penurunan tekanan darah dapat dicegah dengan
pemberian preloading cairan kristaloid. Aamun hal ini tergantung dari waktu
pemberian cairan tersebut. Dia mengatakan pemberian 2$ ml>kg ringer laktat *C+
sesaat setelah dilakukan anestesi spinal dapat secara efektif menurunkan frekuensi
terjadinya hipotensi, bila dibandingkan dengan preloading 2$ menit atau lebih
sebelum dilakukan anestesi spinal. *alinas, 2$$:+
/ojica, et.al., pada penelitiannya menilai efekti0itas pemberian C 2$
cc>kg 2$ menit sebelum dilakukan anestesi spinal dengan pemberian C 2$ cc>kg
pada saat dilakukan anestesi spinal. enelitian tersebut membandingkan kedua cara
diatas dengan pemberian placebo *C 1 H 2 cc>min+. Dan didapatkan hasil bahwa pemberian kristaloid sebelum dilakukan anestesi spinal tidak menurunkan insidensi
terjadinya hipotensi yang dibandingkan dengan pemberian placebo. -al ini
disebabkan oleh karena waktu paruh kristaloid yang pendek, dimana saat mulai
terjadinya hipotensi, kristaloid sudah mulai berdifusi ke ruang interstitial, sehingga
tidak dapat mempertahankan 0enous return dan curah jantung. &erbeda dengan
pemberian kristaloid saat dilakukan anestesi spinal, ternyata cara ini lebih efektif
dalam menurunkan insidensi terjadinya hipotensi, karena dengan cara ini kristaloid
masih dapat memberikan 0olume intra0askuler tambahan *additional fluid+ untuk
mempertahankan 0enous return dan curah jantung. */ojica, et.al., 2$$2+
erbandingan pengaruh pemberian kristaloid sebelum dan sesaat anestesi
spinal terhadap tekanan darah
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
19/23
/engenai pemilihan cairan, Gorco, et al., dalam penelitiannya tentang efek
posisi trendelenburg, ringer laktat, dan -E '% terhadap curah jantung setelah
anestesi spinal didapatkan bahwa ketiga cara diatas dapat mencegah terjadinya
penurunan curah jantung. emberian C *kristaloid+ maupun -E ' % *koloid+ pada
saat anestesi spinal, ternyata tidak hanya dapat mencegah penurunan curah jantung,
tapi dapat meningkatkan curah jantung. Aamun saat efek kristaloid mulai berkurang
terhadap curah jantung akibat cepatnya kristaloid berdifusi ke ruang interstitial,
koloid masih dapat bertahan di intra0askuler dan masih dapat mempertahankan
curah jantung. Aamun dari segi ekonomis koloid lebih mahal dibandingkan
kristaloid, dan koloid dapat menyebabkan terjadinya anafilaksis walaupun sedikit
angka kejadiannya. *Gorco A., et al., 2$$:+
5ercauteren, et.al., dalam penelitiannya mengatakan pemberian ephedrine
sebelum anestesi spinal juga dapat digunakan sebagai tindakan pre0entif terjadinya
hipotensi. Dalam penelitiannya dengan pemberian ; mg ephedrine "5 *bolus+ dapat
mengurangi insidensi terjadinya hipotensi. Dalam penelitiannya yang lain, dikatakan
pemberian ephedrine intramuskuler masih dalam perdebatan, karena absorbsi
sistemik dan peak effect dari pemberian intramuskuler sulit diprediksi. *5ercauteren,
et al, 2$$$+
enggunaan infus 0asopresor terutama ephedrine sebagai profilaksis, secara
signifikan dapat mengurangi insidensi terjadinya hipotensi dibandingkan dengan
prehidrasi menggunakan kristaloid. ada penelitian tersebut tidak didapatkan adanya
hipertensi pada pasien yang diberikan infus ephedrine.
emberiab atropine "5 setelah preloading dengan kristaloid dapat
menurunan angka kejadian hipotensi dan menurunkan penggunaan ephedrine. ada
penelitiannya terhadap =; pasien, dimana 2; pasien diberikan placebo, 2; pasien
diberikan ; Ig atropine "5, dan 2; pasien diberikan 1$ Ig atropine "5, didapatkan
hasil angka kejadian hipotensi berturut!turut adalah =' %, ;2 % dan 6$ %. Dan pada
penelitian tersebut, efek samping seperti angina, perubahan ) segmen pada E8
dan confusion tidak didapatkan. enelitian ini dibatasi untuk tidak diberikan pada
pasien dengan riwayat penyakit jantung iskemik dan pasien yang menggunakan J
bloker. Cim, et.al., mengatakan bahwa pemberian atropine secara rutin sebagai
premedikasi pada anestesi spinal tidak direkomendasikan, namun pemberian
atropine dapat dipertimbangkan pada pasien!pasien dengan baseline laju nadi yang
rendah maupun pasien dengan baseline hipotensi dan bradikardi.
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
20/23
Pena!a$aksanaan i(!ensi
Derajat hipotensi yang membutuhkan terapi aktif masih dalam perdebatan,
hal ini disebabkan karena adanya data!data ilmiah yang menunjukkan bahwa
hipotensi masih dapat ditoleransi pada pasien yang sehat.
enatalaksanaan hipotensi pada anestesi spinal tergantung pada penyebab
dasarnya. @ika terjadi hipotensi secara mendadak yang kemudian diikuti dengan
bradikardia dan nausea, hal ini mungkin disebabkan akibat 0aso0agal syncope.
#tropine dapat diberikan pada keadaan ini, namun tidak se!efektif bila diberikan
0asopresor.
ntuk mengatasi hipotensi secara efektif, penyebab utama dari hipotensi
harus dikoreksi. enurunan curah jantung dan 0enous return harus diatasi, pemberian
kristaloid sering kali berguna untuk memperbaiki 0enous return. Dalam prakteknya
pemberian preloading ;$$ H 1;$$ ml kristaloid dapat menurunkan terjadinya
hipotensi, walaupun pada beberapa penelitian lain tidak efektif.
ada pasien tanpa adanya gangguan pada target organ dan asimptomatik,
dengan penurunan tekanan darah mencapai (( % belum perlu perlu dikoreksi.
/onitoring tekanan darah dan juga pemberian suplemen oksigen harus
diperhatikan pada anestesi spinal. emberian cairan juga harus dimonitor secara
hati!hati, karena pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
congesti0e heart failure, oedem paru, ataupun keduanya.
enggunaan hanya dengan cairan intra 0ena tidak cukup efektif dalam
penanganan hipotensi akibat anestesi spinal. espon tekanan darah terhadap
pemberian cairan intra 0ena membutuhkan waktu beberapa menit, sedangkan pada
beberapa kasus hal itu tidak cukup cepat, oleh karena itu sebagai obat pilihan utama
diberikan 0asopresor.
@ika sudah ada indikasi penatalaksanaan dengan medikamentosa,
0asopresor merupakan pilihan obat utamanya. ombinasi K dan J adrenergik agonis
lebih baik dari pada K agonis murni dalam menangani penurunan tekanan darah,ephedrine merupakan obat pilihan utamanya. Dengan ephedrine curah jantung dan
resistensi 0askuler perifer dapat meningkat, sehingga dapat meningkatkan tekanan
darah.
ecara fisiologis penatalaksanaan hipotensi adalah dengan mengembalikan
preload. Bara yang efektif adalah dengan memposisikan pasien menjadi
trendelenburg atau dengan head down. osisi ini tidak boleh lebih dari 2$ L, karena
dengan posisi trendelenburg yang terlalu ekstrim dapat menyebabkan penurunan
prefusi cerebral dan dapat meningkatkan tekanan 0ena jugularis, dan bila ketinggian
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
21/23
blok pada anestesi spinal belum menetap, posisi trendelenburg dapat meningkatkan
ketinggian le0el blok pada pasien yang mendapatkan agen hiperbarik, yang dapat
memperburuk keadaan hipotensinya. -al ini dapat dihindari dengan menaikkan
bagian atas tubuh menggunakan bantal dibawah bahu ketika bagian bawah tubuh
sedikit dinaikkan diatas jantung.
A$)"i!0e (ena!a$aksanaan i(!ensi (ada anes!esi s(ina$ &
Pada (asien sea!
&ila terjadi penurunan tekanan darah mencapai ($ % atau lebih, dilakukan
loading cairan kristaloid ;$$ H 1$$$ ml dengan mempertimbangkan diberikan
0asopresor, bila laju nadi sekitar =$ kali>mnt dapat diberikan ephedrine ; H 1$ mg "5, dan
bila laju nadi sekitar 7$ kali>mnt dapat diberikan phenylephrine ;$ H 1$$ mcg "5,
pemberian 0asopresor tersebut dapat diulang setiap 2 H ( mnt bila perlu sampai tekanan
darah kembali normal. erlu dipertimbangkan juga untuk mengubah posisi menjadi
trendelenburg.
ada pasien dengan adanya penyakit jantung dan kardio0askuler serta penyakit di
susunan saraf pusat
&ila terjadi penurunan tekanan darah mencapai ($ % atau lebih dan ditemukan
adanya gejala seperti nausea 0omitus, nyeri dada, dsb.
Dengan laju nadi =$ kali>mnt dapat diberikan ephedrine 1$ H 2$ mg "5, jika tidak
ada respon sampai dengan 2 kali pemberian, dapat diberikan epinephrine 7 H 1' mg "5
atau infus titrasi epinephrine $.1; H $.( mcg>kg>min.
Dengan laju nadi 7$ kali>mnt dapat diberikan phenylephrine 1$$ H 2$$ mcg "5,
jika tidak ada respon sampai dengan 2 kali pemberian, dapat diberikan infus titrasi
phenylephrine $.1; H $.=; mcg>kg>min atau infus titrasi norepinephrine $.$1 H $.1
mcg>kg>min.
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
22/23
#lgoritme enatalaksanaan -ipotensi ada #nestesi pinal
EPEDRINE
Ephedrine memiliki efek kardio0askuler seperti epinephrine, dapat meningkatkan
tekanan darah, laju nadi, kontraktilitas, dan curah jantung. Ephedrine juga memiliki efek
bronkodilator. erbedaannya, ephedrine memiliki durasi yang lebih panjang, kurang poten,
memiliki efek langsung maupun tidak langsung dan dapat menstimulasi susunan saraf pusat.
Efek tidak langsung dari ephedrine dapat menstimulasi sentral, melepaskan norepinephrine
perifer postsinaps, dan menghambat reuptake norepinephrine. */organ, 2$$'+
Efek tidak langsungnya dapat meningkatkan 0asokonstriksi dengan jalan meningkatkan
pelepasan dari noradrenaline dan menstimulasi secara langsung kedua reseptor *M+ beta untuk
meningkatkan curah jantung, laju nadi, tekanan darah sistolik dan diastolik. */organ, 2$$'+
Ephedrine tidak menyebabkan penurunan uterine blood flow, sehingga dapat digunakan
sebagai 0asopresor kasus!kasus obstetri. Ephedrine juga memiliki efek antiemetik. */organ,
2$$'+
ada dewasa, dosis yang digunakan adalah ; H 1$ mg "5 dengan durasi ; H 1$ menit
atau 2; mg "/ dengan durasi yang lebih panjang. Dapat pula diberikan dalam infus, dengan
dosis 2; H ($ mg ephedrine dalam 1 liter ringer laktat. Dosis untuk anak!anak dapat diberikan
dengan dosis $.1 mg>kg. */organ, 2$$'< alinas, 2$$:+
DAFTAR PUSTAKA
8/17/2019 Case Report Anestesi Spinal
23/23
Bo0ino, &.8., et al., Handbook of spinal anaesthesia and analgesia . 1::6 3 1!1'7.
-artman., et al., )he "ncidence and isk Factors for -ypotension #fter pinal #nesthesia
"nduction3 #n #nalysis with #utomated Data Bollection., Anesth Analg.,
2$$2