Top Banner
PRESENTASI KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama pasien : Ny. L Umur : 30 tahun Pendidikan : SMA Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Asrama Ar Hanud C6 , Tanjung Priok No. RM : 27.49.91 Masuk RS : 05 Januari 2007, pukul 09.00 WIB ------------------------------------------------------- ---------------------------- Nama Suami : Tn. S Usia : 33 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan/Pangkat/Gol : TNI, Praka Agama : Islam Suku Bangsa : Sunda Alamat : Asrama Ar Hanud C6 , Tanjung Priok 1
47

Case Obgyn Preeklamsia Berat

Jan 20, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Case Obgyn Preeklamsia Berat

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama pasien : Ny. L

Umur : 30 tahun

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Asrama Ar Hanud C6 , Tanjung Priok

No. RM : 27.49.91

Masuk RS : 05 Januari 2007, pukul 09.00 WIB

-----------------------------------------------------------------------------------

Nama Suami : Tn. S

Usia : 33 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan/Pangkat/Gol : TNI, Praka

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda

Alamat : Asrama Ar Hanud C6 , Tanjung Priok

II. DAFTAR MASALAH

Ibu : G2P1A0 Hamil 41 minggu dengan preeklampsia berat

Janin: Janin presentasi kepala tunggal hidup

1

Page 2: Case Obgyn Preeklamsia Berat

III. DATA DASAR

Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 09 Januari 2007 pukul 14.30 WIB

dan alloanamnesa dengan ibu pasien pada tanggal 10 Januari 2007, pukul

09.30 WIB

Keluhan utama :

Keluar lendir disertai darah sejak kurang lebih 12 jam SMRS

RSPAD Gatot Soebroto.

Perangai Pasien :

Pasien berasal dari tingkat ekonomi menengah ke bawah, afek

baik, dan selama wawancara pasien kooperatif serta tidak

mencerminkan adanya gangguan kejiwaan didalam dirinya, saat ini

pasien tidak bekerja.

Riwayat Penyakit Sekarang:

12 jam SMRS (pukul 18.30 WIB) pasien mengeluh keluar lendir

bercampur darah dari vagina, darah berwarna merah, kehitaman,

jumlahnya tidak diketahui pasien. Pasien di bawa ke RB St. Joseph

oleh suami pasien. Di RB St. Joseph pasien diperiksa dan didapatkan

hasil tekanan darah yang tinggi yaitu 150/90-170/120 mmHg, kemudian

pasien diberi obat yaitu Nifedipin 10 mg dan MgSO4 dosis

maintenance, karena tekanan darah pasien yang tinggi maka pasien

dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto.

Pasien mengaku hamil 41 minggu dengan HPHT 23 Maret 2006,

serta taksiran persalinan 30 Desember 2006. Selama kontrol di RB St

Joseph Pasien mengaku telah melakukan USG sebanyak 3 kali

2

Page 3: Case Obgyn Preeklamsia Berat

dengan hasil tidak ada kelainan. Selama kehamilan pasien mengaku

teratur memeriksakan kehamilan di RB St. Joseph. Pada usia 9 bulan

kehamilan, tekanan darah pasien mulai tinggi yaitu 170/90 mmHg.

Saat pasien tiba di RSPAD Gatot Soebroto, pasien mulai merasa

pusing dan nyeri kepala, mual-mual, serta nyeri ulu hati. Pasien

diperiksa kembali pada pukul 09.30, dengan hasil tekanan darah

180/120 mmHg, Nadi = 100 x/mnt, suhu = 36,8oC, Respirasi = 20 x/mnt

teratur.

Riwayat Penyakit :

- Riwayat Penyakit dahulu :

DM, Hipertensi, alergi, asma, penyakit jantung, penyakit ginjal serta

keputihan disangkal

- Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu pasien menderita asam urat, anemia

Ayah pasien menderita penyakit jantung

Riwayat Perkawinan :

Menikah 1 kali dengan suami yang sekarang pada usia 23 tahun dan

suami usia 26 tahun, pernikahan sudah 7 tahun.

Riwayat menstruasi :

Menarche umur 11 tahun, siklus 28 hari, teratur, mengganti pembalut

2x/hari, lamanya 5 hari dismenorrhoe (-)

Riwayat Obstetri :

3

Page 4: Case Obgyn Preeklamsia Berat

1. 2001, perempuan, BB 3500, aterm, persalinan

spontan (normal), riwayat hipertensi dalam kehamilan (-), ditolong

oleh bidan

2. Hamil ini

Riwayat KB :

Sebulan setelah melahirkan anak pertama, pasien mengaku

menggunakan KB jenis suntikan dengan periode 3 bulan 1 kali, pada

tahun 2004 pasien berhenti KB.

Riwayat Operasi :

Hamil ini sectio caesaria

Catatan penting selama antenatal care :

Mulai didiagnosa PEB tekanan darah meningkat pada usia kehamilan

memasuki 36 minggu pada saat kontrol di RB St. Joseph.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

- Keadaan umum : Baik

- Kesadaran : Compos Mentis

- Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 10/120 mmHg

Frekuensi nadi : 88x/mnt, reguler

Pernafasan : 20x/mnt

Suhu : 36oC

- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)

4

Page 5: Case Obgyn Preeklamsia Berat

- Dada : Simetris saat statis dan dinamis,

retraksi (-)

- Paru : Sonor, vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (- -)

- Jantung : Bunyi jantung I – II reguler, murmur

(-), gallop (-)

- Abdomen : Membuncit, tegang, tanda akut (-),

bising usus (+)

Normal.

- Ekstremitas : Akral hangat, edema ekstremitas atas (-/-), edema

ekstremitas bawah (-/-), cyanosis (-)

- Berat badan : 52 kg

- Tinggi badan : 158 cm

- Index massa tubuh: 20,83 Kg/m2 (Normal) (18,5 - 24,9)

2. Status Obstetri Ginekologi

a. Pemeriksaan Luar

- TFU : 37 cm

- TBJ : 3600 gram

- Kepala : 4/5

- Letak Janin : janin presentasi kepala tunggal hidup

- BJJ : 160 dpm

- HIS : (+), 2x/10/20” kontraksi, relaksasi baik

b. Pemeriksaan dalam

- Inspekulo : Portio licin, terbuka

5

Page 6: Case Obgyn Preeklamsia Berat

- Periksa dalam : Portio kenyal, aksial, tebal 2 cm, pembukaan 2

Cm, presentasi kepala, hodge I

- Pelvimetri klinik :

Promontorium tidak teraba

LI

Dinding samping lurus

D I 79,5 cm

Sakrum konkaf

AB 90o

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

USG

USG dilakukan tetapi hasil tidak dilampirkan

Laboratorium

05-01-2007,Pukul 11.13 WIB

Hematologi :

Hemoglobin : 13.9 (12-16 g/dl)

Hematokrit : 40 (37-47%)

Eritrosit : 4,8 (4,3-6,0 juta/uL)

Leukosit : 22900* (4400-11300/uL)

Trombosit : 261000 (150000-400000)

MCV : 83 (80-96 fl)

MCH : 29 (27-32 pg)

MCHC : 35 (32-36 g/dl)

Gula darah sewaktu : 144* (< 140 mg/dl)

Ureum : 19* (20-50 mg/dl)

6

Page 7: Case Obgyn Preeklamsia Berat

Kreatinin : 1,3 (0,5-1,5 mg/dl)

SGOT : 34 (< 35 u/L)

SGPT : 26 (< 40 u/L)

Albumin : 4,1 (3,5 – 5,0 g/dl)

Urinalisa :

Protein : + / positif 1* (negatif)

Glukosa : - / negatif (negatif)

Bilirubin : -/negatif (negatif)

Keton : -/negatif (negatif)

Sedimen : eri : 50* (2/LPB)

Leuko : 20-22-19* (<5/LPB)

Kristal : -/negatif (negatif)

Laporan Kardiotokograf (05-01-2007, pukul 09.40)

Frekuensi dasar : 155 dpm

Variabilitas : 3-15 dpm

Akselerasi : ada

Deselerasi : tidak ada

His : (+), reguler

Gerak janin : (+)

Kesan : NST reaktif

VI. DIAGNOSA KERJA

Ibu : G2P1Ao Hamil 41 minggu, belum impartu, susp DMG, eklampsia

Iminens.

7

Page 8: Case Obgyn Preeklamsia Berat

Janin : Janin presentasi kepala tunggal hidup.

VII. RENCANA PENATALAKSANAAN

1. Rencana Diagnostik

- Observasi TNP/jam

- Observasi BJJ & HIS/jam

- Periksa lab lengkap, gula darah sewaktu , USG, CTG

- Konsul Kardiologi

- Observasi tanda-tanda perburukan PEB lainnya

2. Rencana Terapi

- Tatalaksana PEB : - MgSO4 drip g/j

- Nifedipin 4 x 10 mg

- Fluimucyl 3 x 600 mg

- Vit C 2 x 400 mg i.v

- Partus sectio caesario

3. Rencana Edukasi

Menjelaskan kepada pasien, suami pasien, beserta keluarga pasien

tentang keadaan kehamilan resiko tinggi dengan tekanan darah tinggi,

dan menjelaskan tindakan Sectio Caesaria yang akan diambil untuk

melahirkan janin.

VIII. PROGNOSIS

Ibu : Dubia ad bonam

Janin : Dubia ad bonam

8

Page 9: Case Obgyn Preeklamsia Berat

IX. CATATAN KEMAJUAN

Tanggal : 05/01/2007

Pukul : 15.00

Laboratorium

Hematologi

Hemoglobin : 14.9 (12-16 g/dl)

Hematokrit : 46 (37-47%)

Eritrosit : 5,4 (4,3-6,0 juta/uL)

Leukosit : 24300* (4400-11300/uL)

Trombosit : 215000 (150000-400000)

MCV : 85 (80-96 fl)

MCH : 27 (27-32 pg)

MCHC : 32 (32-36 g/dl)

Kimia darah

Glukosa sewaktu : 122 (< 40 mg/dl)

Pukul 18.30

S = Nyeri luka operasi tidak ada

O = Status generalis

TD : 140/100 mmHg

N : 98x/mnt

RR : 20x/mnt

S : 38,6oC

Mata : Konjungtiva anemis (-/-),Sklera ikterik (-/-)

9

Page 10: Case Obgyn Preeklamsia Berat

Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : Suara dasar vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

Abdomen : Tanda akut (-)

Ekstremitas: Akral hangat

Status obstetri

- Luka operasi tertutup kasa kering, FUT 1 jari dibawah

pusat

- Kontraksi baik

- Inspeksi : vulva, vagina tenang

- Pendarahan (-), lokia (-)

- Vt tidak dilakukan

A = - P2 post SC atas indikasi eklampsia iminens

- PER

- Tekanan darah terkontrol

- Observasi febris et causa suspect ISK

- Suspect DMG

P = D/ :

- Observasi TNSP

- Observasi, kontraksi, pendarahan

- Observasi tanda-tanda perburukan PEB lainnya

- Kontrol IPD

Th/ :

Tatalaksana PEB

- MgSO4 drip 1g/jam

10

Page 11: Case Obgyn Preeklamsia Berat

- Nifedipine 4 x 1 tablet

- Fluimucyl 3 x 600 mg

- Vit C 2 x 400 mg

- Injeksi Amoksisilin 3 x 1 gr

- Protenid 3 x 1 supp

- RL + oksitosin 20 cc drip diteruskan sampai besok

- parasetamol 3 x 1 tab K/p

Tanggal : 06/01/2007

Pukul : 05.00

Laboratorium

Kimia darah

Glukosa sewaktu : 117 (< 40 mg/dl)

Masalah diterima

H I P2 post SC, PEB, TD terkontrol

S = Mules (-), pendarahan (-)

O = Status generalis

TD : 140/90 mmHg

N : 86x/mnt

RR : 20x/mnt

S : 37,3oC

Mata : Konjungtiva tidak pucat

Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : Suara dasar vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

11

Page 12: Case Obgyn Preeklamsia Berat

Abdomen : Tanda akut (-)

Ekstremitas: Akral hangat

Status Obstetri

- FUT 1 jari dibawah pusat

- Luka operasi tertutup kasa kering

- Kontraksi baik

- Pendarahan (-), lokia (-)

A = - HI P2 Post SC a / i eklampsia iminens

- PEB TD terkontrol

- Susp DMG

- Susp ISK

P = D/ :

lanjutkan sliding scale ke III

th/ :

lanjutkan tatalaksana PEB

- MgSO4 drip 1g/jam/6 jam

- Fluimucyl 3 x 600 mg

- Vit C 2 x 400 mg

- Nifedipine 4 x 10 mg

- Amoksisilin 3 x 500 mg

- PCT 3 x 500 mg

Tanggal : 07/01/2007

12

Page 13: Case Obgyn Preeklamsia Berat

Pukul : 07.00

Laboratorium

Urinalisa

Protein : ++/Positif 2 (negatif)

Tanggal 8 Januari 2007 (jam 07.00)

Pukul 07.00

S = Keluhan tidak ada

O = Status Generalis

TD :130/90

N : 88x/mnt

S : 36,8C

RR : 20 x / mnt

Status Obstetri :

Luka operasi kering

FUT : 1 jari dibawah pusat, kontraksi baik

I : Vulva, vagina tenang

VT : tidak dilakukan

A = NH3 P2 post SC a / i eklampsia iminens

P = D/ :

Observasi TNP /1 jam, s/4 jam

Cek TTGO, uL (prot)

Observasi tanda-tanda perburukan PEB lainnya

Th/

13

Page 14: Case Obgyn Preeklamsia Berat

Nifedipin 4 x 10 mg

Fluimucyl 3 x 600 mg

Vit C 2 x 500 mg

Methyldopa 3 x 250 mg

Amo sisilin 3 x 500 mg

As. Mefenamat 3 x 500 mg

Tanggal : 09-01-2007

Pukul : 07.05

S = Keluhan tidak ada

O = Status generalis

TD : 130/90 mmHg

N : 88 x/mnt

RR : 20 x/mnt

S : 36,8oC

Status Obstetri

- Luka operasi kering

- FUT : 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik

- I : vulva, vagina tenang

- VT : tidak dilakukan

A = NH4 P2 post SC a / i eklampsia iminens

P = d/ - Observasi TNP/ 1 jam, s/4 jam

- Cek TTGO, uL (Prot)

14

Page 15: Case Obgyn Preeklamsia Berat

- Observasi tanda-tanda perburukan PEB lainnya

Th/ - nifedipin 4 x 10 mg

- Fluimucyl 3 x 600 mg

- Vit C 2 x 500 mg

- Methyldopa 3 x 250 mg

- Amoksisilin 3 x 500 mg

- As. Mefenamat 3 x 500 mg

Pukul : 09.49

Laboratorium

Kimia Darah

GTT

Glukosa 1jam : 195* (< 140 mg/dl)

Glukosa 2 jam : 63 (< 140 mg/dl)

Tanggal : 10-01-2007

Pukul : 08.00

Laboratorium

Urinalisa

Protein : -/negatif (negatif)

Pukul 09.15

S = Keluhan tidak ada

O = Status Generalis :

15

Page 16: Case Obgyn Preeklamsia Berat

TD : 140/100 mm/Hg

N : 80 x/mnt

S : 37oC

RR: 20 x/mnt,

Mata : Konjungtiva anemis (-/-),sklera ikterik (-/-)

Jantung : BJ I-II reguler,murmur (-),gallop (-)

Paru : Suara dasar vesikuler,Rhonki (-),Wheezing (-)

Abdomen : lemas, datar

Extremitas : akral hangat

Status Obstetri :

Luka operasi kering

A = NH5 P2 post SC a / i eklampsia iminens

P = D/

cek uL

Th/

Nifedipin 4 x 10 mg

Vit C 2 x 500 mg

Fluimucyl 3 x 600 mg

Methyldopa 3 x 250 mg

Amoksisilin 3 x 500 mg

As. Mefenamat 3 x 500 mg

Pasien diperbolehkan pulang.

16

Page 17: Case Obgyn Preeklamsia Berat

ANALISA KASUS

Pasien adalah seorang wanita multigravida berusia 30 tahun,hamil

41 minggu, datang ke kamar bersalin RSPAD Gatot Soebroto dengan surat

pengantar rujukan dari RB St Joseph dengan masalah G2P1A0 dengan

preeklampsia berat. Data yang didapat antara lain pasien mengeluh keluar

lendir yang bercampur darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini

berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau

mendatar. Sedangkan darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang

berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran

ketika serviks membuka.

Pada pasien ini ditemukan suatu gejala preeklampsia berat.

Diagnosa preeklampsia berat ini ditegakkan apabila terdapat peningkatan

17

Page 18: Case Obgyn Preeklamsia Berat

tekanan darah dan proteinuria pada saat usia kehamilan >20 minggu,atau

sebelum / selama kelahiran bayi, yaitu peningkatan tekanan darah sekitar

180/120 mmHg dan proteinuria (+)1, pada pemeriksaan ctg didapatkan

kesan NST reaktif, pasien mengaku mempunyai riwayat hipertensi sejak

usia kehamilan memasuki 36 minggu pada saat kontrol ke RB St Joseph,

menurut keterangan pasien , pasien belum pernah mengalami tekanan

darah tinggi pada kehamilan sebelumnya.

TINJAUAN PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

Preeklampsia masih merupakan penyebab utama kematian maternal di

Negara berkembang dan meningkatkan kematian perinatal sampai lima kali

lipat. Yang menyebabkan ancaman pada janin adalah menurunnya perfusi

utero palsenta. Akibat keadaan ini maka satu-satunya intervensi yang paling

efektif untuk menolong janinnya adalah dengan mengakhiri kehamilan,

melahirkan bayinya. Kematian perinatal terbesar adalah diakibatkan karena

terjadinya kelahiran preterm iatrogenik. Bahkan dari penelitian yang ada,

sampai 15 % dari seluruh kelahiran preterm adalah diakibatkan oleh

preeklampsia 1, 2.

Preeklampsia adalah peningkatan tekanan darah pada saat kehamilan

18

Page 19: Case Obgyn Preeklamsia Berat

yang ditandai dengan adanya proteinuria saat usia kehamilan > 20 minggu.

Preeklampsia merupakan salah satu dari 4 kelainan hipertensi mayor pada

kehamilan Tiga lainnya adalah hipertensi gestasional, hipertensi kronik,

preeklampsia yang tejadi pada pasien yang sebelumnya sudah menderita

hipertensi 1 .

Preeklampsia dapat berlanjut menjadi eklampsia, dimana efek yang

terjadi seringkali menjadi sangat fatal, adanya komplikasi pada hati, ginjal, paru-

paru, darah dan sistem syaraf. Eklampsia menyebabkan 15% kematian pada

ibu hamil di US.1, 8

Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor

yang mempengaruhinya yaitu : jumlah primigravida; keadaan sosial ekonomi,

perbedaan kriteria dalam penentuan diagnosis dan lain-lain. Dalam

kepustakaan berkisar antara 3-10%. 2

Lebih dari 6 juta wanita di seluruh dunia dan 270.000 di US mengalami

preeklampsia setiap tahunnya. Gangguan tersebut sering disebut sebagai

toxemia, yang mempengaruhi 8% dari semua wanita hamil.

BAB II

ISI

I. DEFINISI

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi edema,

proteinuria yang timbul karena kehamilan.2

Preeklampsia ialah penyakit yang timbul akibat kehamilan dan berakhir

setelah terminasi kehamilan. 6

II. ETIOLOGI

Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, namun di duga karena hal-

hal berikut : 2,6

19

Page 20: Case Obgyn Preeklamsia Berat

- Invasi trofoblas yang abnormal

- Abnormalitas koagulasi

- Kerusakan endotel vaskular

- Penyakit imunologi

- Faktor genetik

- Defisiensi nutrisi

- Penyakit ginjal

III. GEJALA KLINIS

1.Hipertensi

Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. Untuk

menegakkan diagnosis preeklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30

mmHg atau lebih diatas tekanan yang biasanya ditemukan, atau

mencapai 140 mmHg atau lebih. Kenaikan tekanan diastolik sebenarnya

lebih dapat dipercaya. Apabila tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg

atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi

dapat dibuat. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan

jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. 2

2.Proteinuria

Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi

0,3 gr/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif

menunjukkan 1 atau 2 +/liter atau lebih dalam air kencing yang

dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil minimal 2 kali

dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat

daripada hipertensi dan kenaikan berat badan , karena itu harus

dianggap sebagai tanda yang cukup serius. 2

3.Edema

Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam

jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan

serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Edema pretibial yang

ringan sering ditemukan kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa

20

Page 21: Case Obgyn Preeklamsia Berat

berarti untuk penentuan diagnosis preeklampsia. Kenaikan berat badan

½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih dianggap normal, tapi bila

kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan

kewaspadaan terhadap timbulnya preeklampsia. 2

III. KlASIFIKASI

Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan 1,3 :

Diagnosis Tekanan darah Tanda Lain

Hipertensi Karena

Kahamilan :

Hipertensi

gestasional

Preeklampsia

ringan

Kenaikan tekanan

diastolik 15 mmHg

atau > 90 mmHg

dalam 2 pengukuran

berjarak 1 jam atau

tekanan diastolik

sampi 110mmHg

Idem

Proteinuria (-)

Kehamilan >20

minggu

Proteinuria 1+

21

Page 22: Case Obgyn Preeklamsia Berat

Preeklamsia berat

Ekslampsia

Tekanan sistolik >

160, tekanan

diastolik >110

Hipertensi

Proteinuria 2+

Oligouria

Creatinin >1,2

mg/dl

Trombosit

100.00/mm

Mikroamingo-

pati hemolisis

Peningkatan

enzim hati

Hiperrefleksia

Gangguan

penglihatan

Nyeri

epagastrium

Kejang

Hipertensi Kronik

Hipertensi Kronik

Superimposed

Pre-eclampsia

Hipertensi

Hipertensi Kronik

Kehamilan > 20

Minggu

Proteinuria +

tanda-tanda lain

dari

preeklampasia

● Preeklampasia di bagi dalam golongan ringan dan berat. 1

22

Page 23: Case Obgyn Preeklamsia Berat

perbedaan antara PER dan PEB

Abnormalitas PER PEB

Tekanan diastol

Proteinuria

Sakit kepala

Gangguan visual

Nyeri epigastrium

Oligouria

Serum creatinin

Trombositopeni

Peningkatan enzim liver

Kematian janin

Edema pulmo

< 100mmHg

+1

-

-

-

-

Normal

-

Minimal

-

-

110 mmHg atau lebih

+2 atau lebih

+

+

+

+

Meningkat

+

Jelas

Jelas

+

IV. . PATOLOGI

Preeklampsia berat sering menyebabkan kematian ibu. Pada penyelidikan

akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi

patologi pada alat-alat itu pada preeklampsia tidak jauh berbeda dari pada yang

ditemukan pada eklampsia. Perubahan-perubahan tersebut mungkin sekali

disebabkan oleh vasospasmus arteriola.Penimbunan fibrin dalam pembuluh

darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainan-kelainan

tersebut. 2

Perubahan fisiologi patologi

Perubahan pokok yang didapatkan pada preeklampsia adalah spasmus

23

Page 24: Case Obgyn Preeklamsia Berat

pembuluh darah disertai retensi garam dan air. Dengan hiopsi ginjal, Altchek

dkk(I968) menemukan spasme yang hebat pada arteriola glomerulus. Pada

beberapa kasus lumen arteriola demikian kecilnya, sehingga hanya dapat dilalui

oleh sel-sel darah merah. Bila dianggap bahwa spasme arteriola juga

ditemukan diseluruh tubuh maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang

meningkat tampaknya merupakan usaha menaikkan tahanan perifer, agar

oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Telah diketahui bahwa pada preeklampsia

dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi

daripada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume

plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Pada preeklampsia

permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.2

1. Perubahan pada plasenta dan uterus.

Menurut alirannya darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi

plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu, pada

hipertensi yang Iebih pendek bisa terjadi gawat janin sampai kematiannya

karena kekurangan oksigenasi.

Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering

didapatkan pada preeklampsia dan eklampsia, sehingga mudah terjadi partus

prematurnus.

2 Perubahan pada ginjal

perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah kedalam ginjal menurun ,

sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal

yang penting adalah dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin sekali

juga dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air belum

diketahui benar, tetapi disangka akibat perubahan perbandingan antara

tingkat fltrasi glomerulus dan tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada

kehamilan normal penyerapan ini meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi

glomerulus. Penurunan fungsi glomerulus akibat spasme arteriolus ginjal

menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang

24

Page 25: Case Obgyn Preeklamsia Berat

menyebabkan retensi garam dan dengan demikian juga retensi air. Peranan

kelenjar adrenal dalam retensi garam dan air belum diketahui benar. Fungsi

ginjal pada preeklampsi tampaknya agak menurun bila dilihat dari clearance

asam urik. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50 % dari normal. Sehingga

menyebabkan diuresis turun., pada keadaan lanjut dapat terjadi oligouri atau

anuria.

3. Perubahan pada retina

Pada preeklampsi tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh

pada satu atau beberapa arteri , jarang terlihat pendarahan dan eksudat.

Spasmus arteri retina yang nyata menunjukan adanya preeklampsi berat.

Pada preeklampsia jarang terjadi ablasio retina. Keadaan ini disertai buta

mendadak. Pelepasan retina disebabkan oleh edema intra okuler dan

merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan segera. Biasanya setelah

persalinan berakhir, retina melekat kembali dalam 2 hari sampai 2 bulan.

Gangguan penglihatan secara tetap jarang ditemukan. Skotoma , diplopia dan

ambliopia pada penderita preeklampsia merupakan gejala yang menunjukan

akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran

darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau retina.

4. Perubahan pada paru-paru

Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita preeklampsia

dan eklampsia.Komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasio kordis

kiri.

5. Perubahan pada otak

McCall melaporkan bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada

hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi lagi pada eklampsia. Walaupun

demikian aliran darah keotak dan pemakaian oksigen pada preeklampsia tetap

dalam batas normal. Pemakaian oksigen oleh otak hanya menurun pada

eklampsia.

25

Page 26: Case Obgyn Preeklamsia Berat

6. Metabolisme air dan elektrolit

Hemokonsentrasi yang menyertai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui

sebabnya. Terjadi disini pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang

intersitial. Kejadian ini yang diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan

protein serum, dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume darah

mengurang , dengan akibat hipoksia. Dengan perbaikan keadaan,

hemokonsentrasi berkurang , sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai

sebagai ukuran tentang perbaikan keadaan penyakit dan berhasilnya

pengobatan.

Jumlah air dan natrium dalam badan lebih banyak pada penderita

preeklampsia daripada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi

menahun. Perderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan

sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini desebabkan oleh filtrasi

glomerulus menurun, sedangkan penyerapan penyerapan kembali tubulus

tidak berubah. Elektrolit dan kristaloid.

V. PATOFISIOLOGI 1

- Kelahiran yang kurang baik pada kehamilan sebelumnya (PJT< IUFD)

- Genetik

26

Penurunan perfusi uteroplasenta

Agen vasokatif :ProstaglandinNitrit oxideEndotelin

Agen Noxious :CytokinLipid

peroksidase

Aktivasi endotel

Vasokontriksi

Peningkatan permeabilitas kapiler

Pengaktifan Faktor Koagulasi

HipertensiKejangOligouriaAbortusIskemia hati Trombositopenia

Faktor imunologi,

Genetic, infalmasi

Faulty

placentation

Penyakit vaskular Invasi trofoblas

Yang abnormal

Edema Hemokonsentrasi Proteinuriaaaiaaaaa

Page 27: Case Obgyn Preeklamsia Berat

Gb. I Patofisiologi preeklampsia1

VI. FAKTOR RESIKOFaktor resiko dari preeklampsia 1.2

- Nulipara- Riwayat keluarga yang menderita preeklampsia- Obesitas- Multi fetal Gestasi- Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya

VII. KOMPLIKASI

Komplikasi dari preeklampsia antara lain :3

Iskemia uteroplasenta

- Pertumbuhan janin terhambat

27

Page 28: Case Obgyn Preeklamsia Berat

- Kematian janin

- Persalinan premalur

- Solutio plasenta

Spasme arteriolar

- Perdarahan serebral

- Gagal jantung, ginjal, hati

- Ablasio retina

- Tromboembolisme

- Gangguan pembekuan darah

Kejang dan koma

- Trauma karena kejang

- Aspirasi cairan, darah, muntahan, dengan akibat gangguan

Pernafasan.

Penanganan tidak tepat

- Pneumonia

- Infeksi saluran kemih

- Kelebihan cairan

- Komplikasi anestesia atau tindakan obtetrik

VIII. DIAGNOSIS

Diagnosis dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan

mortalitas rendah bagi ibu dan anaknya. Walaupun terjadinya preeklampsia

sukar dicegah, namun preeklampsia barat dan eklampsia biasanya dapat

dihindari dengan mengenal secara dini penyakit itu dan dengan penanganan

secara sempurna. 2

Pada umumnya diagnosis preeklampsia didasarkan pada anamnesis,

pemeriksaan fisik dan penunjang. Diagnosis preeklampsia yaitu dengan

28

Page 29: Case Obgyn Preeklamsia Berat

adanya 2 dari trias tanda utama : hipertensi, edema dan proteinuria. Gejala

tersebut timbul setelah usia kehamilan 20 minggu

Secara umum preeklampsia dibagi dalam ; ringan, berat, Bila tidak

terdapat gejala pada preeklampsia berat , maka penyakit tersebut ringan

(preeklampsia ringan).2.5

IX. DIAGNOSIS BANDING

l. Hipertensi kronik 2,3

Pada hipertensi kronik(menahun) adanya tekanan darah yang

meninggi sebelum hamil, pada kehamilan muda, atau 6 bulan

post partum.

Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak

diketahui, sulit membedakan antara preeklampsia dan hipertensi

kronik. dalain hal demikian, tangani hipertensi karena kehamilan.

2. Proteinuria 2.3

Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi

urin,sehingga terdapat proteinuria

Infeksi kandung kencing, anemia berat, payah jantung, partus

lama dapat menyebabkan proteinuria

Darah dalam urin, kontaminasi darah vagina dapat menghasilkan

proteinuria positif palsu 3

Pada preeklampsia jarang timbul proteinuria sebelum triwulan

Ketiga.

X. PENATALAKSANAAN

Penanganan preeklampsia berat : 2

Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah dengan tanda-tanda

dan gejala-gejala preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang

kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang. Apabila sesudah 12-24 jam

29

Page 30: Case Obgyn Preeklamsia Berat

bahaya akut dapat diatasi,dapat difikirkan cara yang terbaik untuk

menghentikan kehamilan. Tindakan ini perlu untuk mencegah seterusnya

bahaya eklampsia.

Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang-kejang dapat

Diberikan :

1. larutan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10

ml (4 gram) disuntikkan intramuskulus

bokong kiri dan kanan sebagai dosis

permulaan,dan dapat diulang 4 gram tiap 6

jam menurut keadaan. Tambahan sulfas

magnesikus hanya diberikan bila diuresis

baik,refleks patella positif,dan kecepatan

pernafasan lebih dari 16 per menit. Obat

tersebut, selain menenangkan , juga

menurunkan tekanan darah dan

meningkatkan diuresis.

2. Klorpromazin 50mg intramuskulus.

3. Diazepam 20mg intramuskulus.

Penanganan preeklampsia dalam persalinan

Rangsang untuk menimbulkan kejangan dapat berasal dari luar atau dari

penderita sendiri, dan his persalinan merupakan rangsangan yang kuat, Maka

dari itu, preeklampsia berat lebih mudah menjadi eklampsia pada waktu

persalinan. Tidak boleh dipaksakan bahwa kadang-kadang hipertensi timbul

untuk pertama kali dalam persalinan dan dapat menjadi eklampsia, walaupun

pada pemeriksaan antenatal

30

Page 31: Case Obgyn Preeklamsia Berat

tidak ditemukan tanda-tanda pre-eklampsia. Dengan demikian, pada

persalinan normal pun tekanan darah perlu diperiksa berulang-ulang dan air

kencing perlu diperiksa terhadap protein. Untuk penderita preeklampsia

diperlukan analgetika dan sedativa lebih banyak dalam persalinan. Pada kala

II, pada penderita dengan hipertensi, bahaya pendarahan dalam otak lebih

besar, sehingga apabila syarat-syarat telah dipenuhi, hendaknya persalinan

diakhiri dengan cunam atau ekstrator vakum dengan memberikan narkosis

umum untuk menghindarkan rangsangan pada susunan saraf pusat.

Anestesia lokal dapat diberikan bila tekanan darah tidak terlalu tinggi dan

penderita masih somnolen karena pengaruh obat2.

Ergometrium menyebabkan konstriksi pembuluh darah dan dapat

meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu, pemberian ergometrin secara

rutin. pada kala III tidak dianjurkan, kecuali jika ada pendarahan post partum

karena atonia uteri. Pemberian obat penenang diteruskan untuk sampai 48 jam

post partum karena ada kemungkinan setelah persalinan berakhir , tekanan

darah naik dan eklampsia dapat timbul. Kemudian obat tersebut dikurangi

secara bertahap dalam 3-4 hari 2.

Telah diketahui bahwa pada preeklampsia janin diancam bahaya hipoksia,

dan pada persalinan bahaya ini akan makin besar. Pada gawat janin pada

kala I, dilakukan segera seksio sesarea, pada kala II dilakukan ekstraksi

dengan cunam atau ekstraktor vakum. Post partum bayi sering menunjukkan

tanda asfiksia neonatorum karena hipoksia intra uterin, pengaruh obat

penenang, atau narkosis umum, sehingga diperlukan resusitasi. Maka dari itu,

semua peralatan tersebut harus tersedia.2

Ekstraksi Vakum dan ekstrasi forceps 3.7

Vakum Forceps

Indikasi -Kala II lama dengan

presentasi belakang

Ibu :

-Ruptura uteri

31

Page 32: Case Obgyn Preeklamsia Berat

kepala

-Kelelahan ibu

-Ruptura uteri iminen

-Toksemia gravidarum

mengancam

-Adanya suhu badan

meninggi,lokia berbau

-Partus tidak maju-maju,

misalnya pada putar

paksi salah,ubun-ubun

kecil melintang

-Eklampsia mengancam

-Ibu-ibu yang tidak boleh

mengejan lama

-Ibu-ibu yang kehabisan

tenaga

Tujuan dan kegunaan Untuk memegang

kepala janin yang masih

berada di jalan lahir

(memegang bagian

terdepan dari kepala

janin)

-Traksi

Menarik anak yang tidak

dapat lahir spontan

-Koreksi

Mengubah letak kepala

bila ubun-ubun kecil

terletak di kiri atau

kanan depan,melintang

kiri dan kanan,letak

belakang kiri dan kanan

-Kompresi

Untuk menambah

moulage kepala

Waktu untuk melahirkan

janin

Lebih lama daripada

ekstraksi forceps

Lebih cepat

dibandingkan ekstraksi

vakum

32

Page 33: Case Obgyn Preeklamsia Berat

XI. PROGNOSIS

Kematian ibu dan bayi karena preeklampsia berat dikarenakan kurang

cermatnya merencanakan pengakhiran kehamilan,dan kurang sempurnanya

pengawasan antenatal dan natal. Kematian ibu biasanya disebabkan oleh

perdarahan otak,dekompensasio kordis dengan edema paru-paru,payah-

ginjal,sedangkan pada bayi kematian disebabkan oleh hipoksia intrauterin dan

prematuritas. 2

BAB III

KESIMPULAN

Preeklampsia merupakan penyakit yang relatif banyak dengan resiko

pada ibu dan bayi serius pada tingkat berat.

Diagnosis dini har-us diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan

mortalitas rendah bagi ibu dan anaknya

Penyakit preeklampsia teratasi dengan terminasi kehamilan secara tepat

Dalam jangka panjang bayi haru lahir yang menderita PJT mempunyai

resiko sakit bahkan kematian, sehingga memerlukan konseling dan

upaya pencegahan.

33

Page 34: Case Obgyn Preeklamsia Berat

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham Gary F,at all. William Obstetrics.21st edition. Hipertensi

Disorder In Pregnancy.Mc.Graw Hill.Medical Publishing division. New

York.2001; 567-618

2. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Cetakan keenam. Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 2002, Hal 281-300.

3 Saifudin AB . Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta 2002. hal M

4. Masjoer A. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga Jilid 1. Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2001.

5. Wibowo N, Patogenesis Preeklampsia. Seminar Konsep Mutakhir

Preeklampsia. Jakarta, 28 April 2001. Hal 1-5

6. J.Simpsson Leigh Joe. Ilipertention. Obstetrics Normal and Problem

Pregnance. In Editor Gebe B Steven. Churchill Livingston. Philadelphia 2002

7. Mochtar R, Lutan D, editor. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri

Sosial Edisi 2 jilid 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 1998 Hal 63-88

8. Deborah EC,MD.Preeklampsia (Toksemia of

Pregnancy).http://www.emedicine.com/med/topic1905.htin . Data reviewed 29

Oktober 2005

9. Mochtar R, Lutan D, editor. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri

Patologi Edisi 2 jilid 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 1998 Hal 638

34

Page 35: Case Obgyn Preeklamsia Berat

35