Top Banner
LAPORAN KASUS ANESTESI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. I Umur : 45 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Status Pernikahan : Menikah Pekerjaan : Kuli Pendidikan terakhir : SMA Alamat : Banyuresmi Diagnosa : CKD ec uropati obstruktif + ureterolithiasis dextra + hidronefrosis sinistra ec staghorn stone No. CM : 01630572 II. EVALUASI PRE-ANESTESI 1. Anamnesis Keluhan Utama Sesak nafas Riwayat Penyakit Sekarang Pasien laki – laki berusia 45 tahun datang ke RSUD dr. Slamet Garut dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu SMRS. Pasien merasakan sesak nafas tidak dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukannya. Batuk-batuk disangkal os dan os tidak memiliki 1
31

Case Anestesi

Jan 01, 2016

Download

Documents

amelyasyahutamy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Case Anestesi

LAPORAN KASUS ANESTESI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. I

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Pernikahan : Menikah

Pekerjaan : Kuli

Pendidikan terakhir : SMA

Alamat : Banyuresmi

Diagnosa : CKD ec uropati obstruktif + ureterolithiasis dextra +

hidronefrosis sinistra ec staghorn stone

No. CM : 01630572

II. EVALUASI PRE-ANESTESI

1. Anamnesis

Keluhan Utama

Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien laki – laki berusia 45 tahun datang ke RSUD dr. Slamet Garut dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu SMRS. Pasien merasakan sesak nafas tidak dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukannya. Batuk-batuk disangkal os dan os tidak memiliki riwayat asma. Pasien mengeluhkan adanya penurunan nafsu makan, mual dan muntah sejak sebulan SMRS. Nyeri perut, perut kembung, dan diare disangkal os. Pasien mengatakan beliau memiliki riwayat mempunyai batu ginjal yang dialami sekitar 6 bulan SMRS. Os mengeluhkan nyeri saat BAK semakin dirasakan os. Terkadang saat BAK terdapat air kencing yang bewarna pekat dan kemerahan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan yang sama sebelumnya : disangkal

1

Page 2: Case Anestesi

Riwayat darah tinggi : disangkal

Riwayat kencing manis : disangkal

Riwayat asma : disangkal

Riwayat alergi makan dan obat : disangkal

Riwayat penyakit kuning : disangkal

Riwayat penyakit ginjal : (+) sejak 6 bulan yang lalu

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat penyakit paru : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan seperti ini.

Riwayat Kebiasaan

Pasien tidak merokok , tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak

menggunakan obat-obatan terlarang golongan narkotik.

Riwayat pengobatan

Pasien belum pernah berobat sejak keluhannya timbul. Riwayat alergi

obat-obatan disangkal.

Riwayat Anestesi

Pasien tidak pernah dilakukan operasi dan anestesi sebelumnya.

2. Pemeriksaan Fisik

Status generalis

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tinggi Badan : 164 cm

Berat Badan : 65 kg

Tekanan Darah : 140/90 mmHg

Nadi : 104x/menit

2

Page 3: Case Anestesi

Suhu : 36.2oC

Pernafasaan : 20x/menit

Keadaan gizi : baik

Sianosis : Tidak ada

Udema umum : Tidak ada

Mobilitas ( aktif / pasif ) : aktif

Kulit

Warna : kuning langsat

Effloresensi : (-)

Jaringan Parut : tidak ada

Pigmentasi : tidak ada

Pertumbuhan rambut : distribusi rambut baik dan merata

Lembab/Kering : lembab

Suhu Raba : hangat

Pembuluh darah : tidak ada pelebaran pembuluh darah maupun pembuluh darah

kolateral

Keringat : umum

Turgor : baik

Ikterus : tidak ada

Lapisan Lemak : distribusi merata

Lain-lain : tidak ada

Kelenjar Getah Bening

Submandibula : tidak teraba membesar

3

Page 4: Case Anestesi

Supraklavikula : tidak teraba membesar

Lipat paha : tidak teraba membesar

Leher : tidak teraba membesar

Ketiak : tidak teraba membesar

Kepala

Ekspresi wajah : wajar/normal

Simetri muka : simetris

Rambut : hitam dengan sedikit uban, merata

Pembuluh darah temporal: teraba dan tidak ada kelainan

Mata

Exophthalamus : tidak ada

Enopthalamus : tidak ada

Kelopak : oedem (-), hiperemis (-)

Lensa : jernih

Konjungtiva : anemis +/+

Sklera : ikterik -/-

Nistagmus : tidak ada

Lapangan penglihatan : normal ke segala arah

Tekanan bola mata: normal

Gerakan Mata : dapat digerakkan ke segala arah

Deviatio konjugae : tidak ada

4

Page 5: Case Anestesi

Telinga

Tuli : - / -

Lubang : Liang telinga lapang

Cairan : - / -

Selaput pendengaran : utuh

Penyumbatan : - / -

Mulut

Bibir : tidak sianosis, lembab Tonsil : T1 –T1

tenang

Langit-langit : tidak ada kelainan Bau pernapasan : tidak ada

Gigi geligi : lengkap, tidak ada caries

Faring : tidak hiperemis

Lidah : tidak tampak papil atrofi, lidah kotor (-)

Leher

Tekanan Vena Jugularis (JVP) : 5 -2 cm H2O.

Kelenjar Tiroid : tidak tampak membesar.

Kelenjar Limfe kanan : tidak tampak membesar

Dada

Bentuk : datar, tidak cekung

5

Page 6: Case Anestesi

Pembuluh darah : tidak tampak pelebaran dan vena kolateral

Buah dada : simetris, benjolan (-)

Paru – Paru

Depan Belakang

Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan

- Fremitus simetris

- Tidak ada benjolan

- Fremitus simetris

Kanan - Tidak ada benjolan

- Fremitus simetris

- Tidak ada benjolan

- Fremitus simetris

Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru

Kanan Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi Kiri - Suara vesikuler

- Wheezing (-), Ronki (-)

- Suara vesikuler

- Wheezing (-), Ronki (-)

Kanan - Suara vesikuler

- Wheezing (-), Ronki (-)

- Suara vesikuler

- Wheezing (-), Ronki (-)

Jantung

Inspeksi : tampak pulsasi iktus cordis

Palpasi : Teraba pulsasi iktus cordis 2 jari di linea midklavikula kiri setinggi

ICS V.

Perkusi : Batas kanan : ICS V linea parasternalis kanan.

6

Page 7: Case Anestesi

Batas kiri : ICS V, 1cm sebelah medial linea midklavikula kiri.

Batas atas : ICS II linea parasternal kiri.

Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-) , gallop (-)

Perut

Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, datar, simetris, smiling umbilicus

tidak ada, dilatasi vena tidak ada

Palpasi Dinding perut : supel, datar, benjolan (-)

Hati : tidak teraba membesar, tidak ada nyeri tekan di hati

Limpa : tidak teraba membesar

Ginjal : ballotement (+/-), nyeri ketok CVA (+/+)

Nyeri tekan abdomen (-)

Murphy sign negatif

Nyeri lepas negatif

Perkusi : timpani, Shifting dullness negatif

Auskultasi : bising usus (+)

Refleks dinding perut: baik

Ekstremitas

Atas : -/-

Bawah : +/+

Varises : -/-

Pemeriksaan Laboratorium

7

Page 8: Case Anestesi

Pemeriksaan Penunjang:

HEMATOLOGI

Da r ah rutin

Hemoglobin 9.6 g/dL

Hematokrit 41%

Leukosit 9.900/mm3

Trombosit 236.000/mm3

Eritrosit 5.52 juta/mm3

Ureum 54 mg/dL

Kreatinin 3.2 mg/dL

EKG

Foto BNO

8

Page 9: Case Anestesi

Aldrete Score

Yang dinilai Nilai InterpretasiWarna 2 Merahmuda

Pernafasan 2 DapatbernafasdalamdanbatukbebasSirkulasi 2 TD menyimpang< 20% dari

normalKesadaran 2 Sadar, SiagadanorientasiAktifitas 2 Seluruhekstremitasdapatdigerakan

Instruksi Pasca Bedah

Observasi KU, Tensi, Nadi, Respirasi, Suhu, pendarahan

Infus: RL : D5 = 2: 1 20gtt/menit

Analgetik : ketorolac 30mg + tramadol 100 mg drip RL 500 cc, 15 gtt/menit

Lain-lain : Ondansetron 4 mg, O2 3l/menit 6 jam post op, tirah baring 24 jam

sampaidengantanggal 24 Agustus 2013 jam 12.00.

9

Page 10: Case Anestesi

V. KESIMPULAN

Laki-laki umur 45 tahun datang dengan diagnosis CKD ec uropati obstruktif +

ureterolithiasis dextra + hidronefrosis sinistra ec staghorn stone.

ASA III karena pasien dalam ganguan sistem sedang – berat (sistemik) yang sudah

mengganggu aktivitas, sehingga membatasi aktivitas pasien.

VI. RENCANA

Tindakan Operasi : Ureterolitotomi dextra

Jenis anestesi : Anestesi umum endotrakeal tube napas kendali

Alasan : pada pasien dilakukan anestesi umum karena operasi yang dilakukan adalah

dalam posisi lateral dekubitus dan supaya pasien tidak bergerak sepanjang operasi dan

operasi yang dilakukan mengambil waktu yang lama.

Pada pasien tidak dilakukan anestesi spinal karena posisi sepanjang operasi tidak enak bagi

pasien sehingga tangan pasien bisa bergerak semasa operasi dan mengganggu operasi. Selain

itu jika dilakukan anestesi spinal, blok akan menjadi tinggi karena posisi kepala pasien sedikit

ke bawah.

VII. TINDAKAN ANESTESI

PROSEDUR PRA-ANESTESI

Persiapan diri sendiri: handscoon, masker. Persiapan pasien:baju operasi, infus, puasa. Persiapan alat

S (scope) : stetoskop dan laringoskop

T (Tube) : Pipa trakea No 6.5, 7, 7.5

A(airway) : pipa mulut faring (mayo/OFA)

T (Tape) : Plester

10

Page 11: Case Anestesi

I (introducer) : Stylet c (mandrin)

C (connector) : Penyambungan antara pipa dan peralatan/mesin

S (suction) : Alat penghisap (suction)

Tensimeter dan monitor, tabung gas N2O dan O2, Spuit 10 ml kosong.

Persiapan obat

1. Profopol 200 mg2. Fentanyl 100 μg3. Atracurium 50 mg4. Ondansetrron mg5. Tramadol 100 mg6. Ketorolac 60 mg7. Dexametason 10 mg8. Efedrin 50 mg9. Vascon 2 mg10. Asam traneksamat 500 mg11. Sulfas atropin 0.5 mg12. Neostigmin 0.5 mg13. Whole blood

- persiapan pasien :

1. Surat persetujuan operasi : merupakan bukti tertulis dari pasien atau

keluarga pasien yang menunjukkan persetujuan akan tindakan medis

yang akan dilakukan sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan keluarga pasien tidak akan mengajukan tuntutan.

2. Pasien dipuasakan tujuannya untuk memastikan bahwa lambung pasien

telah kosong sebelum pembedahan untuk menghindari kemungkinan

terjadinya muntah dan aspirasi isi lambung yang akan membahayakan

pasien.

3. Bila ada gigi palsu sebaiknya dilepaskan agar tidak mengganggu

kelancaran proses intubasi (pasien tidak memakai gigi palsu) dan

mengelakkan gigi palsu menjadi sumbatan jalan nafas jika terlepas.

4. Memakai pakaian operasi yang telah disediakan di ruang persiapan.

PROSEDUR PRA-OPERASI

Informed consent (+)

11

Page 12: Case Anestesi

Pasien puasa selama 8 jam sebelum operasi di mulai

Tidak ada gigi goyang dan tidak memakai gigi palsu

Kandung kemih terpasang kateter

Sudah terpasang cairan infus RL

Tanda vital

Tekanan darah : 140/90

Nadi : 104x/menit

Frekuensi nafas : 20x/menit

Suhu :36 derajat celcius

PREMEDIKASI

Sebelum diinduksi disuntikkan Ondansetron 4mg IV dengan tujuan sebagai penanganan mual dan muntah selama dan sesudah operasi.

Tindakan anestesi

JENIS ANESTESI: UMUM

Induksi : sempurna

Teknik : semi closed

Pengaturan nafas : kontrol

Ventilator : tidal volume 375 ml RR 1x/menit I:E 1:2

Tindakan Operasi : ureterolithotomi

Jenis Anestesi : Umum

Teknik Anestesi : combine

Anestesiinhalasi : isoflurane

Posisi : Supine

12

Page 13: Case Anestesi

Medikasi

1. Fentanyl 50 μg2. Profopol 100 mg3. Atrakurium 25 mg4. Fentanyl 50 μg5. Asam traneksamat 500 mg6. Vascon 0.02 mg

Cairan

Total AsupanCairan : 1. Kristaloid : RL 500 ml dan Asering 500 ml

Cairan yang Keluar : perdarahan 200 cc

Urin 150 cc

Cairan lain 50 cc

Tekanan darah dan denyut nadi selama operasi :

13

Page 14: Case Anestesi

Diketahui:

- Berat badan pasien : 65 Kg- Puasa preoperasi : 8 jam- Durasi operasi : 3 jam- Perdarahan : 250 cc- Diuresis : 150 cc- IWL : OP besar (6-8 cc/KgBB)

: 6 cc x 65 Kg: 390 cc

- EBV (laki-laki) : 70 cc/kgBB: 70 cc x 65 Kg: 4550 cc

- Pasien membawa 4 cairan kristaloid

Jawab :- Maintenece/Jam : 4cc x 10 Kg = 40 cc

: 2cc x 10 Kg = 20 cc: 1cc x 45 Kg = 45 cc: 40cc + 20cc + 45cc = 105cc/Jam

- Cairan yang dibutuhkan selama operasia. Puasa : lama puasa x maintenance

: 8 jam x 105cc: 840cc

b. Durante OP : lama OP x IWL: 3 jam x 390cc: 1170 cc

c. Perdarahan : Perdarahan x 100% EBV: 250 x 100% 4550: 5,5% (perdarahan ringan)

d. Cairan durante OP: Puasa + Durante OP + Perdarahan + Diuresis: 840cc + 1170cc + 250cc + 150cc: 2410cc

- Resusitasi durante OPa. Resusitasi saat OP: 4 labu kristaloid

: 2000 ccb. Sisa cairan : cairan durante OP – resusitasi durante OP

: 2410cc – 2000cc: 410cc

- Post OPa. Selama 24 jam : 24 jam – lama puasa – lama operasi

: 24 jam – 8 jam – 3 jam

14

Page 15: Case Anestesi

: 13 jamb. Maintenance post : 13 jam x maintenance

: 13 jam x 105cc: 1365 cc

c. Resusitasi postOP : maintenance post OP + sisa cairan: 1365 cc + 410cc: 1775cc/13jam: 136,5/jam: 136,5 x 15 60: 34 gtt/menit

15

Page 16: Case Anestesi

TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN

Anestesi umum / General anestesi adalah suatu tindakan medis dimana tujuan

utamanya adalah menghilangkan nyeri. Bedanya dengan anestesi regional adalah pada

anestesi umum pasien dalam keadaan tidak sadar sedangkan pada anestesi regional pasien

tidak merasakan nyeri tapi masih sadar. Anestesi umum juga mempunyai karakteristik

menyebabkan amnesia bagi pasien yang bersifat anterograd yaitu hilang ingatan kedepan

maksudnya pasien tidak akan bisa ingat apa yang telah terjadi saat dia dianestesi / operasi.

Karakteristik selanjutnya adalah reversible yang berarti General anestesi akan menyebabkan

pasien bangun kembali tanpa efek samping. General anestesi juga dapat diprediksi lama

durasinya dengan menyesuaikan dosisnya.

16

Page 17: Case Anestesi

Definisi

Hilangnya rasa nyeri dan kesadaran secara reversible.

Trias anestesi

1. Hipnotik

2. Analgesi

3. Relaksasi otot

Note:

General anestesi memiliki komponen ideal sperti yang disebutkan diatas, tetapi tidak semua

General anestesi harus memiliki 3 pilar tersebut. Minimal yang harus ada adalah hipnotik dan

analgesia.

Secara klinis, anestesi untuk general anestesi menyebabkan4

1. Tidak berasa nyeri

2. Amnesia (tidak ingat kejadiaan saat operasi)

3. Tiba bisa bernapas spontan kerna penggunaan pelumpuh otot(untuk GA napas

kendali)

METODE ANESTESI

1. Parenteral

a) Intravenous anesthesia

b) Intramuskular ( operasi singkat )

2. Perektal (biasanya digunakan pada bayi atau anak-anak dalam bentuk suppositoria,

tablet, semprotan yang dimasukan ke anus)

3. Perinhalasi (melalui isapan, pasien disuruh tarik nafas dalam kemudian berikan anestesi

perinhalasi secara perlahan.)

a) Sungkup muka napas spontan

b) Intubasi trachea (perlu pelemas otot)

-spontan

-napas kendali

(digunakan gas dan volatile liquid)

17

Page 18: Case Anestesi

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1. Respirasi gas

Zat anestesi yang masuk ke saluran napas akan mencapai alveoli. Setelah dialveoli obat

anestesi akan mencapai konsentrasi tertentu hingga cukup kuat untuk menyebabkan

proses difusi kedalam sirkulasi dan disebarkan keseluruh tubuh / jaringan.

2. Sirkulasi

3. Jaringan

- Kaya pembuluh darah ; otak, jantung, ginjal hati dan paru

- Miskin pembuluh darah : jaringan lemak, tulang, tendo, subkutis dsb

Apabila anestesi tersebut masuk ke organ yang kaya pembuluh darah akan cepat efek

yang muncul seperti pada otak yang memiliki vaskularisasi yang banyak sehingga muncul

efek hipnotik/tidur.

4. Zat anestesi

Potensi macam-macam zat anestesi tergantung pada

- MAC (minimal alveolar concentration)

- Koefisien partial

5. Lain – lain seperti :

- ventilasi (Semakin sering kita memberikan ventilasi/ memberikan pernafasan melebihi

pernafasan normal (menggunakan bag mask) maka efek anestesinya lebih cepat terjadi.)

- curah jantung

- suhu (semakin rendah suhu tubuh maka akan semakin cepat efek anestesi terjadi.)

STADIUM ANESTESI

1. Stadium I ( analgesia sampai kesadaran hilang)

2. Stadium II ( sampai respirasi teratur)

3. Stadium III

4. Stadium IV ( henti nafas dan henti jantung)

Stadium I

Stadium I (St. Analgesia/ St. Disorientasi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai

hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat

analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan

18

Page 19: Case Anestesi

biopsi kelenjar, dapat dilakukan pada stadium ini. Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh

hilangnya reflex bulu mata (caranya dengan raba bulu mata)

Stadium II

Stadium II (St. Eksitasi / St. Delirium) Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan

pernafasan yang irreguler, pupil melebar dengan refleks cahaya (+), pergerakan bola mata

tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi dan diakhiri dengan hilangnya refleks

menelan dan kelopak mata.

Stadium III

Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernafasan hingga hilangnya pernafasan

spontan. Stadia ini ditandai oleh hilangnya pernafasan spontan, hilangnya refleks kelopak

mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan dengan mudah.

Stadium IV

Ditandai dengan kegagalan pernapasan (apnea) yang kemudian akan segera diikuti kegagalan

sirkulasi/ henti jantung dan akhirnya pasien meninggal. Jika mencapai stadium 4 berarti

kedalaman anestesi yang berlebihan.

MACAM & TANDA REFLEK PADA MATA 1

1. Reflek pupil

2. Reflek bulu mata

3. Reflek kelopak mata

4. Reflek cahaya

Reflek pupil

Pada keadaan teranestesi maka reflek pupil akan miosis apabila anestesinya dangkal,

midriasis ringan menandakan anestesi reaksinya cukup dan baik/ stadium yang paling baik

untuk dilakukan pembedahan, midriasis maksimal menandakan pasien mati.

Reflek bulu mata

Reflek bulu mata sudah disinggung tadi di bagian stadium anestesi. Apa bila saat dcek reflek

bulu mata (-) maka pasien tersebut sudah pada stadium 1.

Reflek kelopak mata

19

Page 20: Case Anestesi

Pengecekan reflek kelopak mata jarang dilakukan tetapi bisa digunakan untuk memastikan

efek anestesi sudah bekerja atau belum, caranya adalah kita tarik palpebra atas ada respon

tidak, kalau tidak berarti menandakan pasien sudah masuk stadium 1 ataupun 2.

Reflek cahaya

Untuk reflek cahaya yang kita lihat adalah pupilnya, ada / respon tidak saat kita beri

rangsangan cahaya.

INDIKASI ANESTESI UMUM

1. Bayi dan anak-anak

2. Dewasa yang memilih anestesi umum

3. Pembedahannya luas / ekstensif

4. Penderita sakit mental

5. Pembedahan lama

6. Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan

7. Riwayat penderita toksik/ alergi obat anestesi lokal

8. Penderita dengan pengobatan antikoagulan

KONTRA INDIKASI ANESTESI UMUM

1. Mutlak :dekomp.kordis derajat III – IV ; AV blok derajat II – total (tidak ada gelombang

P)

2. Relatif ; hipertensi berat/tak terkontrol (diastolic >110), DM tak terkontrol, infeksi akut,

sepsis, GNA

OBAT-OBAT ANESTESI INHALASI 3

Volatile liquid

1. chloroform

2. dietil eter

3. etil klorida

4. halotan

5. metoksifluran

6. trikoetilen

7. ensfluran

20

Page 21: Case Anestesi

8. isofluran

9. densfluran

gas anesthetic

1. cyclopropane

2. etilen

3. nitrogen oksida

TEHNIK ANESTESI UMUM

I. SUNGKUP MUKA (fask mask) nafas spontan

Indikasi

Tindakan singkat

Keadaan umum baik ( ASA I – II )

Lambung harus kosong (pasien disuruh puasa selama 6-8 jam dengan harapan

lambung sudah kosong dalam rentang waktu tsb. Lambung harus kosong supaya

tidak terjadi reflux/regurgitasi, Karena terjadi relaksasi semua otot diakibatkan

efek anestesi umum khususnya otot yang bekerja di traktus digestivus sehingga

makanan bisa naik dan bisa terjadi aspirasi.)

Prosedur

1. Persiapan anestesi

-persiapan pasien dan memasang IV line

- persiapan alat

- Persiapan obat

2. Melakukan premedikasi

(petidin/morfin/fentanyl/diazepam/midazolam/dehydrbenzperidon)

3. Induksi (ketamin/pentotal/propofol)

4. Pemeliharaan

- Pasang sungkup muka

- berikan gas anestesi N2O/O2 dengan ratio 70% gas N2O dan 30% O2 dan

tambahkan volatile agent 1%(halotan/isofluran/ensfluran)

- kedalaman anestesi dapat diketahui dari bola mata terfiksir, refleks-refles

negatif,guidel rahang lemas dan vital sign.

21

Page 22: Case Anestesi

- volatile agent dipertahankan dan dimatikan sebelum operasi selesai.

- Selesai operasi N2O dimatikan dan berikan O2 100%

II. INTUBASI ENDOTRAKEA Dengan NAFAS SPONTAN

Intubasi endotrakea adalah memasukkan pipa (tube) endotrakea (ET= endotrakheal tube)

kedalam trakea via oral atau nasal

Indikasi ; operasi lama, sulit mempertahankan airway (operasi di bagian leher dan

kepala) , lambung penuh, operasi cyto/segera

Prosedur :

1. Persiapan anestesi

-persiapan pasien dan memasang IV line

- persiapan alat

- Persiapan obat

2. Melakukan premedikasi

(petidin/morfin/fentanyl/diazepam/midazolam/dehydrbenzperidon)

3.Induksi (ketamin/pentotal/propofol)

4. preokgenasi

5. berikan muscle relaxant

6. pasang sungkup muka, pompa kantung udara

7. masukkan ETT/NT dan cuff dipompa

8. hubungkan ET dengan mesin anestesi

9. cek suara napas kanan dan kiri dengan stetoskop

10. pasang guedel

11. fiksasi ETT dengan plaster

12. pasang konektor antara ET dengan mesin anestesi yang telah dibuka N2O/O2 dan

volatile liquid

13. pemeliharaaan N2O/O2 : 4/2 l/menit dan volatile liquid 0.5-4% tergantung dari

respon masing-masing pasien.

III. INTUBASI DENGAN NAFAS KENDALI (KONTROL)

1. Penderita diberikan muscle relaxant

22

Page 23: Case Anestesi

2. Untuk pemeliharaan muscle relaxant diberikan 1/3 hingga ½ dosis awal

3. Akhiri anestesi dengan napas spontan, gas anestesi diturunkan sampai 0.

4. Bila operasi selesai tetapi pasien belum napas spontan diberikan obat reverse

5. Dilakukan ekstubasi

POST OPERASI

1. Pasien diletakkan di recovery room

2. Observsi vital sign

3. Pasien gelisah kemungkinan karena nyeri. Hipoksia, hipotensi, stress psikologi

4. Penilaian pulih sadar berdasarkan aldrete score

Yang harus dinilai pada aldrete score adalah:

Kesadaran

Pernapasan

Tekanan darah

Aktivitas

Warna kulit

Jika nilai aldrete score 8-10, pasien boleh dipindahkan ke ruangan.

23

Page 24: Case Anestesi

DAFTAR PUSTAKA

1. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, editors. Anestesiologi. Jakarta: Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 1989.

2. General anesthesia drugs available at http://www.drugs.com/pro/ searched 1 october

2012.

3. General anesthesia available at http://emedicine.medscape.com/article/1271543-

overview searched 29 September 2012 .

4. General anesthesia stage available at

http://medicine.tamhsc.edu/basic-sciences/next/pdf/general-anesthesia.pdf searched

30 September 2012.

24