BAB I PENDAHULUAN Capsulitis Adhesiva pada bahu merupakan bentuk yang unik, karena sakit pada sendi bahu dalam tubuh bisa dipengaruhi oleh berbagai jenis proses penyakit. Istilah “frozen shoulder” didefinisikan sebagai suatu kondisi klinis dengan pembatasan aktif dan pasif rentang gerak (ROM) disegala arah, termasuk fleksi, abduksi, dan rotasi. Frozen Shoulder pertama kali dijelaskan pada tahun 1934 oleh Codman. Pada tahun 1945, Neviaser menggambarkan perubahan synovial pada sendi glenohumeral, lalu menyebutnya sebagai “adhesiva capsulitis''. Lundberg mengklasifikasi “frozen shoulder” menjadi primary capsulitis adhesiva dan secondary capsulitis adhesiva. Patogenesis dari bentuk idiopatik masih belum jelas, meskipun ada banyak mekanisme yang diusulkan. Harryman dan Neviaser menyebutkan adanya hubungan endokrin, imunologi, inflamasi, dan perubahan biokimia sebagai kemungkinan penyebabnya, ada juga yang menghubungkan asien dengan dibetes meningkatkan insiden terkena capsulitis adhesiva. Penyebab secondary capsulitis adhesiva bisa terjadi karena sebab intrinsic, ekstrinsik ataupun sistemik. Kemungkinan penyebabnya bisa karena microtrauma, makrotrauma, post operasi dengan imobilisasi bahu yang lama. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Capsulitis Adhesiva pada bahu merupakan bentuk yang unik, karena sakit pada sendi
bahu dalam tubuh bisa dipengaruhi oleh berbagai jenis proses penyakit. Istilah “frozen
shoulder” didefinisikan sebagai suatu kondisi klinis dengan pembatasan aktif dan pasif
rentang gerak (ROM) disegala arah, termasuk fleksi, abduksi, dan rotasi.
Frozen Shoulder pertama kali dijelaskan pada tahun 1934 oleh Codman. Pada tahun
1945, Neviaser menggambarkan perubahan synovial pada sendi glenohumeral, lalu
menyebutnya sebagai “adhesiva capsulitis''. Lundberg mengklasifikasi “frozen shoulder”
menjadi primary capsulitis adhesiva dan secondary capsulitis adhesiva. Patogenesis dari
bentuk idiopatik masih belum jelas, meskipun ada banyak mekanisme yang diusulkan.
Harryman dan Neviaser menyebutkan adanya hubungan endokrin, imunologi, inflamasi, dan
perubahan biokimia sebagai kemungkinan penyebabnya, ada juga yang menghubungkan
asien dengan dibetes meningkatkan insiden terkena capsulitis adhesiva.
Penyebab secondary capsulitis adhesiva bisa terjadi karena sebab intrinsic, ekstrinsik
ataupun sistemik. Kemungkinan penyebabnya bisa karena microtrauma, makrotrauma, post
operasi dengan imobilisasi bahu yang lama.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI
1. Shoulder joint
Gerakan – geakan yang terajdi di gelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang
saling berhubungan erat, misalnya sendi kostovertyebral atas, sendi
akromioklavikular, sendi sternoklavikular, permukaan ergeseran skapulotorakal dan
sendi gelnohumeral atau sendi bahu. Gangguan gerakan di dalam snedi bahu sering
mempunyai konsekuensi untuk sendi- sendi lain di gelang bahu atau sebaliknya.
Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas
glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti menyisir,
menggaruk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama yang harmonis
dan simultan dengan sendi –s endi lainnya. Cavitas glenoidalis senagai mangkok snedi
bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter
cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencangkup sepertiga bagian dari
kepala tulang snedi nya yang agak besar, keadaan ini membuat sendi tersebut tidak
stabil namun paling luas gerakannya.
beberapa karakteristik dari sendi bahu :
a. perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan kepalasendinya tidak
Yang sering dijumpai pada stadium ini adanya gangguan fungsi sendi bahu yang berupa
pembatasan luas gerak sendi dan atrofi otot yang menyolok, disamping nyeri yang telah
banyak berkurang. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian atau tidak berhasilnya
pegobatan saat stadium akut. Tujuan latihan pada stadium kronis :
a. menibkatkan luas gerak sendi bahu
pembatasan luas gerak sendi bahu biasanya disebabkan oleh terjadinya pemebdekan dan
hilangnya elastisitas jaringan lunak sendi (kapsul sendi) bahu atau adanya perlengketan antar
jaringan akibat adanya reaksi jaringan fibrosa. Ada prinsipnya, untuk meningkatkan luas
geraj sendi harus dilakukan penguluran struktur yang memendek serta mengembalikan
jaringan yang kehilangan elastisitas dan melepaskan perlengketan antar jaringan yang ada
dengan latihan pasif, altihan aktif atau kombinasi keduanya. Pelaksaann latihan adalah :
i) latihan pasif perlu dilakukan pemeriksaan secara aktif tentang keadaan sendi bahu yaitu :
a. sifat nyeri : terus menerus, akdang-kadang atau hanya tertentu saja
b. gangguan fungsi yang ada
c. pemeriksaan luas gerak sendi : secara aktif atau pasif
d. isometric melawan tahanan.
Codam pendular exercise pada mulanya adalaha latihan ayunan pasif tetapi bertuuan untuk
menambahkan luas gerak sendi bahu latihan dimodifikasi menjadi active pendulae exercise
dengan menambah beban. Gerakan dimulai dari amplitude kecil meingkat sampai terasa pada
struktur yang memendek atau lengket. Gerakan ayunan diarahkan kea rah gerak yang
mengalami keterbatasan gerak abduksi dan aksternal rotasi.
ii) latihan aktif
bertujuan untuk meningkatkan luas gerak sendi. Dilakukan dengan tehnik yang benar,
berulang-ulang, teratur dan berkesinambungan. Untuk itu penderita erlu diberkan pemgertian
agar memahami cara melakukannya, tujuannya dan pentingnya program latihan untuk
dirinya.
15
b.memperkuat otot-otot bahu
akibat imobilisasi yang lama, otot akan menjadi lebih kecil (atrofi) dan kekuatannya
berkurang/menurun. Pada orang sehat imobilisasi selama 3 minggu bisa menyebabkan
penurunan kekuatan otot sebesar 50%. Kekuatan otot dapat diperbaiki dengan latihan
berulang-ulang menggunakan kekuatan maksimum 20-40 % dan pengulangn yang relative
besar. Latihan penguatan otot lebih pada beban yang diberikan, sedangkan latihan untuk
menambah daya tahan lebih ditekankan pada pengulangan. Tahanan yang dipakai dapat
berua pemberat atau secara manual, sedangkan program latihan di rumah sakit disesuaikan
dengan fasilitas yang ada seperti stick, finger ladder, over head pulley yang membantu
menambah lua gerak sendi bahu.
1. latihan dengan tongkat
Gerakan yang dianjurkan adalah :
a. pegang tongkat dengan kedua tangan menggantung di muka/depan
b. dengan siku lurus, gerakan lengan ke atas kepalasejauh limitasi sendi bahu memungkinkan
c. seperti gerakan no.b tetapi gerakan tangan ke samping kanan dan kiri. Perlu diingat bahwa
gerakan berusat di sendi bahu.
d. tongkat dipegang kedua tangan, diletakkan di belakang kepala kemudian digerakkan naik-
turun
e. tongkat dipegang kedua tangan, diletakkan di belakang unggung bawah kemudian
dilakukan gerakan menjauhi tubuh dan digerakkan keatas kebaweaj.
2. latihan dengan wall climbing exercise
a. shoulder abduction
penderita berdiri dengan bahu sakit disamping shoulder abduction ladder atau dinding.
Gerakan lengan abduksi dibantu oleh gerakan jari II dan III yang memanjat dinding
b. shoulder flexion
pendeita menghada dinding. Gerakan bahu fleksi dibantu oleh jari II dan III memanjat
dinding.
3. clinning bar
16
Penderita berdiri dengan kedua tangan memegang clinning bar (palang antara dua bingkai
pintu). Bar berada di atas dan belakang kepala kemudian kedua lutut ditekuk, badan turun ke
bawah.
4. overhead exercise
Dengan katrol ditempatkan diatas kepala, lengan mengalami kelaian secara pasif dan
dielevasi oleh lengan yang sehat.
5. passive external rotation of shoulder
Penderita menghadap sudut dinding, kedua siku ditekuk. Kedua lengan masing-masing
memegang dinding (push-up) anterior kapsul dan pektoralis akan terulur. Permulaan latihan
dengan kedua tangan lurus dengan dada kemudian kedua tangan naik sampai lengan ekstensi
penuh di atas kepala.
6. beberapa latihan untuk penderita nyeri bahu
Latihan A : penderita tidur terl;entang dengan siku di stbuh dan tangn mengarah ke atas.
Eksternal rotasi secara aktif oleh asien dan secara pasif oleh terapis. Tahanan boleh diberikan
jika lingkup gerak memungkinakan. Latihan ini dapat dilakukan dengan posisi melawan
dinding
Latihan B :l sama denga latighan A, dengan penigkatan abduksi lengan
Latihan C : Lengan di belakang kepala, gerakan siku ke belakang, kearah lantai jika
berbaring terlenyang, ke dinding jika berdiri.
II. EPIDEMIOLOGI
III. KLASIFIKASI
IV. ETIOLOGI
V. PATOFISIOLOGI
17
VI. GEJALA KLINIS
VII. TANDA KLINIS
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
IX. DIAGNOSIS
X. DIAGNOSIS BANDING
XI. PENATALAKSANAAN
XII. KOMPLIKASI
XIII. PROGNOSIS
BAB IV
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Thomson, Ann M. Tidy’s physiotherapy. 2th ed. Butterworth-heinemann, 2001. Hal : 712. David. Ring. 2009. Approach to the patient with shoulder pain. In : primary care medicine.
Lippincot Williams and Wilkins;2009.p.150.3. Djohan Aras. Penatalaksaan fisioterapi pada frozen shoulder. Akfis:ujungpandang;2004.4. Donatelli, Robert, Wooden, Michael J. Orthopaedic Physical Therapy. Churchil
Livingstone Inc;1999.p.160.5. Keith, Strange. Passive Range of Motion and Codman’s Exercise. American Academy of
Orthopaedic Surgeons;2010.6. Priguna, Sidharta. Sakit neuromuskuloskeletal dalam praktek umum, Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia;2003.7. Soeharyono. Sinkronisasi gerak ersendian daerah gelang bahu pada gerak abduksi lengan.
Maj Fisioterapi;2004.8. Yamaguchi K, Ditsios K, Middleton WD, et al. the demographic and morphological
features of rotator cuff disease. A comparison of asymptomatic and symptomatic shoulder. J BoneJoint Surg Am.88:1699.2006.