Skenario 4 Pasien laki-laki usia 45 tahun dibawa ke UGD Karena nyeri dada dan sesak napas. Ketika dilakukan anamnesis, tiba-tiba pasien terjatuh dan tidak sadar. Dokter segera meraba nadi pada tangan pasien tapi tidak teraba, begitu juga pada leher juga tidak teraba, dari auskultasi tidak terdengar suara napas dan detak jantung. Step 1 - Auskultasi adalah mendengarkan bunyi organ melalui stethoscope - Sesak napas merupakan keadaan sulit bernapas yang terjadi ketika melakukan aktivitas fisik - Denyut nadi merupakan suatu tanda vital sign yang didapat dengan cara palpasi - Nyeri dada merupakan perasaan nyri pada dada karena rangsangan yang disebabkan oleh trauma pada dinding dada, jantung, paru, dll STEP 2 1. Pasien laki-laki usia 45 tahun dibawa ke UGD Karena nyeri dada dan sesak napas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Skenario 4
Pasien laki-laki usia 45 tahun dibawa ke UGD Karena nyeri dada dan
sesak napas. Ketika dilakukan anamnesis, tiba-tiba pasien terjatuh dan tidak sadar.
Dokter segera meraba nadi pada tangan pasien tapi tidak teraba, begitu juga pada
leher juga tidak teraba, dari auskultasi tidak terdengar suara napas dan detak
jantung.
Step 1
- Auskultasi adalah mendengarkan bunyi organ melalui stethoscope
- Sesak napas merupakan keadaan sulit bernapas yang terjadi ketika
melakukan aktivitas fisik
- Denyut nadi merupakan suatu tanda vital sign yang didapat dengan cara
palpasi
- Nyeri dada merupakan perasaan nyri pada dada karena rangsangan yang
disebabkan oleh trauma pada dinding dada, jantung, paru, dll
STEP 2
1. Pasien laki-laki usia 45 tahun dibawa ke UGD Karena nyeri dada dan
sesak napas
2. Ketika dilakukan anamnesis, tiba-tiba pasien terjatuh dan tidak sadar
3. Nadi pada tangan pasien tidak teraba, begitu juga pada leher juga tidak
teraba, dari auskultasi tidak terdengar suara napas dan detak jantung.
STEP 3
1. Dalam kasus ini, pasien mengeluh nyeri dada dan sesak napas. Nyeri dada
sendiri merupakan kejadian yang sering dikeluhkan masyarakat. Ada
beberapa hal yang menyebabkan pasien mengalami hal tersebut, antara
lain:
- Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan perdarahan pada pembuluh darah arteri
koroner akibat penumpukan lemak sehingga terjadi vasokontriksi yang
mengakibatkan suplai O2 ke jantung terganggu dan terjadi iskemia
yang akhirnya menimbulkan nyeri dada.
- Aorta insufisiensi
Terjadinya refluk (aliran balik) aliran darah ke aorta pada ventrikel kiri
saat relaksasi, sehinggga menyebabkan nyeri dada dan sesak napas saat
beraktivitas.
- Angina pectoris
Merupakan serangan nyeri dada seperti ditekan atau terasa berat akibat
melakukan aktivitas dan akan hilang jika aktivitas dihentikan. Angina
pectoris merupakan nyeri hebat dari jantung sebagai respon terhadap
suplai O2 yang tidak adekuat ke miokard.
- Infark miokard akut
Merupakan ketidakseimbangan antara pemasukan dan kebutuhan O2
pada miokard yang disebabkan kerena menyempitnya pembuluh darah
koroner /akibat bertambahnya kebutuhan O2 miokard sehingga terjadi
iskemik sampai pada nekrosis miokard
2. Pasien tidak sadar akibat berkurangnya suplai O2 di otak yang dikarenakan
henti jantung yang menghentikan fungsi organ pernapasan, sehingga
jantung tidak dapat mengkompensasi O2 untuk seluruh tubuh termasuk O2
ke otak, akibatnya terjadi penurunan kesadaran.
3. Pada kasus ini, kemungkinan pasien mengalami henti napas, nyeri dada
(chest pain) dan henti jantung (cardiac arrest) sehingga nadi tidak teraba
dan tidak terdengar suara napas dan detak jantung ketika diauskultasi.
STEP 4
STEP 5: SASBEL
1. Cardiac arrest dan henti napas
a. Etiologi
b. Patofisiologi
c. Penilaian awal
d. DD : - infark miokard akut
- Angina pectoris
2. Chest pain dan sesak napas
3. Indikasi RJP
Laki-laki 45 tahunLaki-laki 45 tahun Anamnesis: chest pain
Nyeri dada & sesak napas
Anamnesis: chest pain
Nyeri dada & sesak napas
Tiba-tiba jatuh tak sadar
Tiba-tiba jatuh tak sadar
Pemeriksaan fisik: cardiac arrest
Auskultasi: detak jantung tak terdengar
Pemeriksaan fisik: cardiac arrest
Auskultasi: detak jantung tak terdengar
DD: - infark miokard akut
Angina pectoris
DD: - infark miokard akut
Angina pectoris
1. CARDIAC ARREST dan HENTI NAFAS
A. Cardiac Arrest atau Henti Jantung
Henti jantung adalah terhentinya denyut jantung dan sirkulasi
darah secara tiba-tiba pada seseorang yang sebelumnya tidak mengalami
gangguan apa-apa. Merupakan keadaan gawat daruratan kardiovaskuler
gawat darurat. Keadaan ini kemudian di ikuti dengan berhentinya fungsi
pernapasan dan hilangnya kesadaran secara refleks. Resusitasi
kardiopulmonal dan serebral harus segera di mulai segera setelah
diagmosa di tegakkan.
Diagnosis cukup didasarkan atas gejala klinis sebagai berikut :
Gerakan pernapasan dan angin pernapasan yang menghilang atau
sangat lemah ( gasping )
Denyut nadi dan suara jantung menghilang atau sangat lemah
Bradikardia atau takikardia yang sangat mencolok
Hilangnya kesadaran
Dilatasi pupil
Death like appearance
a. Etiologi
Etiologi henti jantung antara lain karena :
1. Terhentinya sistem pernafasan secara tiba-tiba yang di sebabkan karena :
a. Penyumbatan jalan nafas : aspirasi cairan lambung atau benda
asing
b. Sekresi air yang terdapat di jalan nafas, seperti yang terjadi pada
keadaan tenggelam, edema paru, lendir yang sangat banyak
c. Edema atau spasme saluran pernafasan bagian atas / bawah
d. Kelainan anatomis seperti atresia choanal
e. Depresi susunan saraf pusat, yang dapat di sebabkan karena :
Obat- obatan
Racun
Rudapaksa
Arus listrik tegangan tinggi
Hipoksia berat
Hiperkapnia
Penyakit ssp : ensefalitis, polimielitis, SGB dll
2. Terhentinya peredaran darah secara tiba-tiba yang disebabkan karena :
a. Hipoksia , Asidosis , Hiperkapnia karena penyakit paru atau karena
henti nafas secara tiba-tiba
b. Rangsangan vagus misalnya karena penghisapan tenggorok,
endoskopi , dilatasi rektum , operasi mata
c. Arus listrik tegangan tinggi
d. Obat- obatan terutama digitalis, kuinidin, kalium obat anastesia
e. Aritmia yang hebaat karena Obat- obatan, penyakit jantung,
kateterisasi jantung dll
f. Shock ( trauma , perdarahan , sepsis pada operasi dan pasca
operasi, dehidrasi , dll )
g. Keadaan terminal berbagai penyakit
h. Efusi perikardium dengan tamponade jantung
3. Terganggunya fungsi sistem saraf yang terjadi akibat terganggunya siste
pernafasan dan peredaran darah.
Dalam susunan saraf pusat terjadi iskemia, hipoksi dan
hiperkapnia, asidosis dan hipoglikemia yang berakibat terganggunya
metabolisme otak disertai dengan terjadinya edema serebri dan di ikuti
dengan infark serebri. Susunan saraf pusat sangat rentan terhadap keadaan
diatas , urutan kerentan tersebut adalah :
a. Pusat pupil dan palpebra stelah 5-10 menit
b. Serebelum setelah 10-15 menit
c. Pusat peredaran darah dan pernafasan setelah 20-30 menit
d. Medula spinalis setelah 45 menit
e. Ganglion simpatik setelah 60 menit
b. Patofisiologi
Pada keadaan ini, jantung tidak dapat memompakan darah ke seluruh
tubuh sehingga aliran darah sistemik berhenti. Hal ini dapat mengakibatkan
kerusakan organ karena suplai darah ke seluruh organ tubuh berhenti atau
tidak tercapai. Organ yang paling pertama menerima efek buruk dari keadaan
ini adalah Otak. Otak terdiri atas banyak sel – sel saraf dan sangat rentan akan
masalah kekurangan suplai oksigen. Diperkirakan jika sekitar dalam 5 – 10
menit suplai oksigen darah ke arah Otak berhenti, maka Otak sudah
mengalami kematian atau Brain Death.
Henti Jantung dapat dibagi 2, yaitu menurut keadaan jantung itu sendiri,
dan fungsi jantung :
Keadaan jantung
Pada keadaan ini, jantung berhenti total, tidak berdenyut, dan tidak
memompakan darah. Keadaan ini sering terjadi pada Acute Myocard
Infarction, dimana terjadinya infark atau kematian akut pada sel-sel otot
jantung yang mengakibatkan fungsi jantung turun mendadak dan berhenti.
Acute Myocard Infarction biasanya diakibatkan oleh oklusi akut pembuluh
darah koroner jantung, ataupun beberapa ramus-nya. Ramus yang paling akut
dalam menimbulkan henti jantung mendadak dan kematian mendadak saat
terjadi obstruksi pada pambuluh tersebut adalah Ramus Descendens Anterior
Sinistra atau biasa dikenal sebagai Artery of Sudden Death
Fungsi Jantung
Pada keadaan ini, jantung masih dapat berdenyut, namun tidak
dapat memompakan darah secara optimal, sel-sel otot jantung dapat
ditemukan dalam keadaan sehat konduksi listrik jantung terganggu. Keadaan
ini sering ditemukan pada Ventricular Fibrillation, dimana konduksi listrik
jantung amat sangat tidak beraturan, dan jantung hanya tampak seperti
bergetar, bukan berdenyut. Sehingga jantung tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya meskipun secara kasar keadaan sel-sel otot jantung itu
sendiri normal.
c. Penanganan awal
Segera lakukan resusitasi
Langkah-langkah tindakan pada resusitasi dapat dibagi menjadi 3 tahapan
yaitu :
Tahapan 1 : bantuan hidup dasar / BLS
Tahapan 2 : bantuan hidup lanjutan / ALS
Tahapan 3 : bantuan hidup terus menerus / PLS
Prinsip :
Jangan mencelakakan korban dengan metode yang salah
Jangan membuang waktu untuk prosedur diagnostik yang tidak berguna
Jangan memulai usaha apapun yang memakan biaya untuk menunda
kematian bila kasus telah irreversible
Merupakan suatu kondisi dimana jantung berhenti memompakan darah
(berkontraksi ) yang di tandai dengan :
Ketidaksadaran yang terjadi sebagai kolaps yang tiba- tiba
Tidak ada denyut nadi yang teraba pada nadi karotis, radialis dan femoralis
Apnoe atau gerakan napas tidak efektif
Pupil dilatasi
Kulit keabuan / putih / sianosis
Tampak seperti mati
d. Diagnosa Banding
Infark Miokard Akut
Definisi
Infark Miokard Akut adalah kematian sel-sel miokardium yang
terjadi akibat kekurangan oksigen yang berkepanjangan.
Etiologi
Terjadinya Infark Miokard Akut biasanya dikarenakan
aterosklerosis pembuluh darah koroner.Nekrosis miokard akut terjadi
akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk
pada plak aterosklerosis yang tidak stabil.Juga sering mengikuti ruptur
plak pada arteri koroner dengan stenosis ringan.Faktor-faktor yang
mempermudah terjadinya IMA antara lain : merokok, hipertensi, obesitas,
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, kepribadian yang neurotik.
Patofisiologi
Terjadinya kematian sel-sel pada miokardium terjadi akibat respon
terakhir terhadap iskemia miokard. Sel-sel tersebut mati setelah 20 menit
kekurangan oksigen. Akibatnya kemampuan sel untuk menghasilkan ATP
secara aerobik hilang dan sel tidak dapat memenuhi kebutuhan energinya.
Tanpa ATP, pompa natrium dan kalium berhenti dan sel terisi ion natrium
dan air yang akan menyebabkan sel pecah. Dengan pecahnya sel tersebut,
sel melepaskan simpanan kalium intrasel dan enzim intrasel, yang dapat
mencederai sel di sekitarnya. Protein intrasel mulai mendapat akses ke
sirkulasi sistemik dan ruang interstitial dan ikut menyebabkan edema dan
pembengkakan interstitial di sekitar sel miokardium. Akibat kematian sel
tersebut juga menyebabkan reaksi inflamasi. Di tempat inflamasi terjadi
penimbunan trombosit dan pelepasan faktor pembekuan. Lalu akan terjadi
degranulasi sel mast yang menyebabkan pelepasan histamin dan berbagai
prostagladin. Sebagian bersifat vasokonstriktif dan sebagian lagi
merangsang pembekuan.
Manifestasi klinis
Nyeri dengan awitan yang biasanya mendadak. Nyeri dapat menyebar
ke bagian tubuh mana saja, sebagian besar menyebar pada lengan kiri,
leher dan rahang.
Terjadi mual dan muntah yang berkaitan dengan nyeri yang hebat
Perasaan lemas yang berkaitan dengan penurunan aliran darah ke otot
rangka
Kulit yang dingin dan pucat akibat vasokonstriksi simpatis
Pengeluaran urin berkurang karena penurunan aliran darah ginjal serta
peningkatan aldosteron dan ADH
Takikardia akibat peningkatan stimulasi simpatis jantung
Keadaan mental berupa perasaan sangat cemas disertai perasaan takut
dengan kematian karena pelepasan hormon stress dan ADH
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan EKG
Pada EKG terdapat gambaran gelombang Q yang patologis serta
perubahan segmen ST-T dimana terdapat ST elevasi, ST depresi, dan T
terbalik. Segmen ST elevasi pada EKG merupakan tanda iskemia, namun
bukan (belum) tanda kematian jaringan miokardium. Segmen ST elevasi
terjadi :
Selama serangan angina
Pada infark nontransmural
Pada permukaan infark transmural
Pada batas infark transmural yang telah terjadi beberpa jam hingga
beberapa hari sebelumnya.
Segmen ST kembali normal dalam waktu satu hingga dua hari setelah MI,
namun beberpa minggu kemudian akan timbul gelombang T terbalik.
b. Peningkatan kadar enzim atau isoenzim merupakan indikator spesifik
AMI. Pada AMI enzim – enzim intrasel ini dikeluarkan ke dalam aliran
darah. Kadar total enzim – enzim ini mencerminkan luas AMI.
Pemeriksaan yang berulang diperlukan apalagi bila diagnosis AMI
diragukan atau untuk mendeteksi perluasan AMI. Enzim – enzim
terpenting ialah kreatin fosfokinase atau aspartat amino transferase