PENGARUH ANTARA NILAI TUKAR DENGAN BISNIS INTERNASIONAL Hubungan utama antara nilai tukar dan perdagangan internasional adalah cara di mana fluktuasi nilai tukar mempengaruhi nilai impor dan ekspor. Ketika datang untuk bertukar rate dan perdagangan internasional, mata uang yang lemah dapat mempengaruhi jenis barang serta jumlah barang yang satu negara dapat membeli. Seperti perbedaan dalam nilai tukar dan perdagangan internasional juga dapat menyebabkan suatu kondisi di mana ada ketidak seimbangan perdagangan antara dua mitra dagang. Sebuah analisis tentang hubungan antara nilai tukar dan perdagangan internasional dapat dilakukan pada tingkat nasional atau pemerintah, atau dapat dilihat dari perspektif individu. Di tingkat nasional, sebuah negara dengan mata uang lemah berada pada posisi yang kurang menguntungkan ketika perdagangan dengan negara dengan mata uang yang lebih kuat. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa negara dengan mata uang lemah tidak akan dapat melampirkan nilai yang sama dan kepuasan terhadap barang- barang yang ia mampu membeli berdasarkan nilai tukar. Ketika suatu negara mengekspor produk, mungkin mengetahui bahwa mata uang lemah akan untuk keuntungan perusahaan. Menjual barang pada pasar internasional akan bersih lebih banyak uang dalam hal mata uang lokal karena fakta bahwa mata uang lokal lebih lemah dari yang asing. Hal ini juga bekerja untuk individu. Misalnya, jika mata uang seorang pengusaha dijual seharga 100 dolar yang sebagai lawan 50 sebelumnya untuk satu dolar, ini berarti
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH ANTARA NILAI TUKAR DENGAN BISNIS INTERNASIONAL
Hubungan utama antara nilai tukar dan perdagangan internasional adalah cara
di mana fluktuasi nilai tukar mempengaruhi nilai impor dan ekspor. Ketika datang
untuk bertukar rate dan perdagangan internasional, mata uang yang lemah dapat
mempengaruhi jenis barang serta jumlah barang yang satu negara dapat membeli.
Seperti perbedaan dalam nilai tukar dan perdagangan internasional juga dapat
menyebabkan suatu kondisi di mana ada ketidak seimbangan perdagangan antara dua
mitra dagang.
Sebuah analisis tentang hubungan antara nilai tukar dan perdagangan
internasional dapat dilakukan pada tingkat nasional atau pemerintah, atau dapat dilihat
dari perspektif individu. Di tingkat nasional, sebuah negara dengan mata uang lemah
berada pada posisi yang kurang menguntungkan ketika perdagangan dengan negara
dengan mata uang yang lebih kuat. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa negara
dengan mata uang lemah tidak akan dapat melampirkan nilai yang sama dan kepuasan
terhadap barang-barang yang ia mampu membeli berdasarkan nilai tukar.
Ketika suatu negara mengekspor produk, mungkin mengetahui bahwa mata
uang lemah akan untuk keuntungan perusahaan. Menjual barang pada pasar
internasional akan bersih lebih banyak uang dalam hal mata uang lokal karena fakta
bahwa mata uang lokal lebih lemah dari yang asing. Hal ini juga bekerja untuk
individu. Misalnya, jika mata uang seorang pengusaha dijual seharga 100 dolar yang
sebagai lawan 50 sebelumnya untuk satu dolar, ini berarti bahwa ia dapat menjual
barang untuk jumlah dolar yang biasa dan menghasilkan uang dua kali lebih banyak
dalam hal mata uang lokal berdasarkan perubahan nilai tukar.
Masalahnya adalah bahwa ketika pengusaha mencoba untuk mengimpor
produk dia akan menghabiskan dua kali lebih banyak untuk membeli mata uang asing
yang lebih kuat untuk memfasilitasi perdagangan. Ini berarti bahwa ada trade
ketidakseimbangan antara kedua negara di mana negara dengan mata uang kuat
memiliki keuntungan moneter. Ketidakseimbangan ini disebabkan variasi yang tidak
proporsional dalam nilai tukar dari mata uang kedua negara. Dalam istilah ekonomi,
segala bentuk depresiasi atau apresiasi yang terjadi pada nilai tukar suatu negara
secara langsung mempengaruhi neraca perdagangan antara negara dan neraca
perdagangannya. Jadi, tergantung pada apakah nilai tukar terdepresiasi atau
menghargai, neraca perdagangan dapat berubah merugikan atau ke keuntungan negara
dalam kaitannya dengan perdagangan dengan negara- negara lain. Faktor-faktor
tersebut juga mempengaruhi daya saing suatu negara dalam perdagangan
internasional. Beberapa negara sengaja mendevaluasi mata uang mereka sehingga
dapat meningkatkan manfaat dari perdagangan dengan negara- negara yang memiliki
mata uang kuat. Devaluasi meningkatkan nilai ekspor dengan membuat mereka lebih
murah sementara membuat impor mahal
STABILITAS DAN PREDICTABILITAS
Stabilitas Nilai Tukar Rupiah
Kurs (exchange rate) suatu mata uang adalah nilai tukar atau harganya jika
ditukar dengan mata uang yang lain. Sama halnya dengan harga-harga lain dalam
ekonomi yang ditentukan oleh interaksi pembeli dan penjual, kurs terbentuk oleh
interaksi pembeli dan penjual valas untuk keperluan transaksi internasional. Pasar
yang memperdagangkan valas disebut psar valas atau foreign exchange market. Ada 4
pemain utama dalam pasar valas yaitu:
- Commercial banks
- Korporasi
- Lembaga keuangan non bank
- Bank sentral
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia sebagai bank sentral menetapkan
dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai
dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka
pendek, menengah, maupun panjang. Salah satu implementasi kebijakan moneter
dilakukan dengan kebijakan nilai tukar yang lazim disebut kurs, yang mempunyai
peran penting dalam rangka tercapainya stabilitas moneter dan dalam mendukung
kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk terciptanya iklim yang
kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha.
Sejak tahun 1970, Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu
sistem nilai tukar tetap mulai tahun 1970 sampai tahun 1978, sistem nilai tukar
mengambang terkendali sejak tahun 1978, dan sistem nilai tukar mengambang bebas
(free floating exchange rate system) sejak 14 Agustus 1997. Dengan diberlakukannya
sistem nilai tukar mengambang bebas, nilai tukar rupiah sepenuhnya ditentukan oleh
pasar sehingga kurs yang berlaku adalah benar-benar pencerminan keseimbangan
antara kekuatan penawaran dan permintaan.
Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia pada waktu-waktu
tertentu melakukan sterilisasi di pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi
gejolak kurs yang berlebihan. Ada enam langkah kebijakan jangka pendek di bidang
moneter yang dilakukan BI untuk mengatasi melemahnya nilai tukar rupiah yaitu:
1. Menaikkan suku bunga BI Rate (penentuan suku bunga bank)
2. Menaikkan suku bunga fasilitas simpanan BI
3. Menyerap likuiditas dengan instrumen fine tune kontraksi (FTK) dengan
variabel rate tender. Yaitu, dengan cara melakukan pelelangan, misalnya
lelang suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
4. Menaikkan suku bunga maksimum penjaminan simpanan baik suku bunga
penjaminan simpanan rupiah atau deposito rupiah dan suku bunga penjaminan
simpanan valuta asing (valas) atau deposito valas
5. BI menaikkan simpanan wajib perbankan atau giro wajib minimum (GWM)
secara bervariasi, sesuai dengan kondisi bank atau berdasarkan loan to deposit
ratio (LDR) masing-maing bank. Perinciannya, bank yang rasio penyaluran
dana ke kredit atau LDR-nya 90%, tambahan GWMnya nol. Bank dengan
LDR sebesar 75%-90% wajib menambah GWM 1%. Bank dengan LDR 60%-
75% wajib menambah GWM 2%. Bank dengan LDR 50%-60% wajib
menambah GWM 3%. Bank dengan LDR 40%-50% wajib menambah GWM
4%. Sedangkan, bank dengan LDR kurang dari 40% wajib menambah GWM
sebesar 5%.
6. BI akan menaikkan imbalan jasa giro atau semacam bunga untuk semua
GWM di atas 5%.
Selain itu, BI melaksanakan beberapa langkah lain untuk mendukung enam langkah
tadi yaitu :
- Menyediakan fasilitas swap bersama BI dalam rangka lindung nilai (hedging).
- Melakukan intervensi valas dengan instrumen swap jangka pendek.
- Menyempurnakan ketentuan kehati-hatian dalam transaksi devisa. Antara lain,
dengan mengatur transaksi margin perdagangan dan penyesuaian ketentuan
posisi devisa neto (net open position atau NOP)
- BI akan meningkatkan pengawasan intensif terhadap bank atas transaksi valas
tanpa dokumen pendukung, termasuk mengenakan sanksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi turunnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar
Amerika adalah sbb.:
- Faktor Dalam Negeri:
a) Dampak inflasi yang cenderung meningkat
b) Dampak negatif dari tingginya harga minyak terhadap neraca perdagangan
migas
c) Sentimen negatif dari kelangkaan BBM
d) Kekhawatiran dari dampak tingginya harga minyak terhadap kesinambungan
fiscal (fiscal sustainability)
e) Nilai rupaih sudah “undervalued”, karena itu ruang untuk penguatan rupiah
cukup terbuka
- Faktor Luar Negeri
a) Dolar Amerika Serikat menguat terhadap hamper semua mata uang
b) Ekonomi Amerika menguat
c) Tingkat suku bunga Amerika Serikat merambat naik
Kerbijakan nilai tukar tidak hanya mencakup masalah stabilitas makro, tetapi juga
sangat besar pengaruhnya terhadap insentif ekspor dan impor. Apresiasi nilai tukar
akan mengurangi daya saing barang-barang ekspor, dan meningkatkan penetrasi
impor. Menurunnya ekspor dan meningkatnya impor dikhawatirkan akan
memperburuk neraca perdagangan. Sebagai negara pengutang yang cukup besar
Indonesia tentu tidak dapat menanggung defisit neraca pembayaran yang terlalu besar.
Berkaitan dengan ini, tiga hal perlu di perhatikan yaitu:
1. Yang menentukan daya saing produk ekspor adalah nilai tukar riil, bukan
nilai tukar nominal. Dengan membiarkan nilai tukar lebih mengambang,
memang besar kemungkinan terjadi apresiasi nilai tukar nominal, namun
dengan demikian, kontrol moneter menjadi lebih efektif dan tingkat inflasi
dapat ditekan sehingga apresiasi nilai, tukar riil tidak sebesar apresiasi
nilai tukar nominal
2. Menjaga nilai tukar agar barang ekspor tetap kompetitif hanya menunda
usaha untuk membenahi ekonomi biaya tinggi di sektor riil. Jadi
sebetulnya kebijakan depresiasi rupiah terus menerus ini adalah bentuk
proteksi lain terhadap sektor riil yang kurang efisien.
3. Bagaimana membiayai defisit neraca.berjalan ini. Berkaitan dengan ini
sungguh tepat, peringatan Dr. Hadi Soesastro (Jakarta Post, 10/4/1996)
bahwa pemerintah perlu menjaga kredibilitasnya, agar Indonesia tetap
dapat menarik modal asing untuk membiayai defisit tersebut.
Namun demikian nilai tukar rupiah yang terlalu kuat akan akan mengganggu
kinerja ekspor kita, khususnya ekspor non migas. Buat mereka yang punya hutang
dalam US Dollar, penguatan Rupiah mungkin sekali merupakan jalan keluar untuk
menyelesaikan hutang. Demikian pula kalangan importir yang gembira karena melihat
kemungkinan untuk menjual lebih banyak, kalau harga dalam Rupiah menjadi lebih
terjangkau. Secara keseluruhan penguatan Rupiah sampai pada batas-batas yang wajar
tidak perlu dirisaukan, karena pasar akan menentukan ekuilibrium yang baru.
Di Amerika Serikat sendiri, banyak perusahaan mengeluh kalau US Dollar
menjadi kuat, karena mereka merasa sukar untuk bisa mengekspor lebih banyak,
apalagi ke negara-negara yang mata uangnya tidak kuat, tetapi kuatnya US Dollar
justru membuat modal masuk ke Amerika Serikat, untuk membeli asset-asset yang
ada, termasuk pula saham-saham yang ada. Hal yang sebaliknya terjadi di Indonesia,
dimana investor asing justru meninggalkan pasar modal pada waktu Rupiah terus
menerus melemah, apalagi bersamaan juga terjadi kemrosotan harga saham-saham
dalam Rupiah, hal mana membuat investor rugi dua kali. Itu pula yang membuat
investor menangguhkan penanaman modal secara langsung, sampai keadaan cukup
stabil.
Prediktabillitas (Peramalan) Nilai Tukar
Dalam perencanaan keuangan dalam suatu perusahaan ,diperlukan suatu
pegangan yang pasti. Salah satu caranya yaitu dengan peramalan kurs mata uang.
Biasanya peramalan ini dilakukan oleh perusahaan MNC. Peramalan kurs mata uang
dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan :
- Keputusan untuk melakukan hedging, setiap perusahaan MNC terpengaruh
oleh kurs mata uang baik dalam penerimaan ataupun pengeluaran, dengan
hedging maka resiko MNC terhadap perubahan kurs akan dapat dicegah.
- Keputusan untuk pendanaan dan investasi jangka pendek. Perusahaan
MNC akan melihat di negara mana yang paling rendah bunga
pinjamannya, dengan tujuan untuk mengurangi biaya modal.
- Keputusan untuk capital budgeting, ketika perusahaan MNC akan
memutuskan untuk berinvestasi, maka perusahaan akan memperhitungkan
projek mana yang kira – kira akan terpengaruh kurs mata uang.
- Penentuan dari pendapatan. Dengan adanya peramalan dari kurs mata
uang, maka perusahaan bisa mengatur kapan perusahaan akan mentransfer
labanya berdasarkan kurs mata uang yang diharapkan, dengan begitu maka
perusahaan bisa memaksimalkan nilai yang akan dikonversi ke kurs
domestik.
- Keputusan investasi jangka panjang, perusahaan bisa mengetahui kapan
waktu yang tepat untuk investasi, dan jangka waktu yang diperlukan untuk
mendapatkan return tertentu.
Tidak semua perusahaan MNC bisa melakukan peramalan kurs mata uang
sendiri mengingat sumber daya perusahaan yang terbatas. Biasanya perusahaan yang
seperti ini merekrut jasa dari badan keuangan yang memang secara khusus meramal
kurs mata uang asing. Diantaranya seperti Goldman Sachs, atau Citigroup.
Namun yang namanya peramalan selalu tidak akurat sepenuhnya, setiap
peramalan pastilah mempunyai error. Besarnya error yang terjadi pada suatu mata
uang dapat bergantung pada waktu, kurs mata uang tertentu, bias peramalan, dan
testdari statistik. Untuk pengukuran error dapat dilakukan dengan persamaan :
Eror=(Nilai Peramalan−Nilai Sebenarnya)
Nilai Sebenarnya
DETERMINAN – DETERMINAN PERBAHAN NILAI TUKAR VALUTA
ASING
Valas merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang memiliki pengaruh
signifikan pada pertumbuhan ekonomi karena fluktuasinya berdampak pada
perdagangan antara negara. Hal ini membawa konsekwensi pada bagaimana menjaga
kebijakan-kebijakan pemerintah terkususnya bank sentral untuk menstabilkannya
sehingga tidak membawa perubahan pada pola perdagangan suatu negara kususnya
Indonesia, namun hal ini bukanlah masalah sederhana yang dengan mudah
diaplikasikan karena dalam rangka menjaga stabilitas valuta asing maka banyak faktor
yang harus dipertimbangkan.
Valas yang didefinisikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran
lainnya yang dipergunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi
keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral.
Didasari definisi tersebut tercermin bahwa valas memiliki keunikan tersendiri karena
selain sebagai berfungsi sebagai nilai tukar maka valas sendiri memiliki beragam
dimensi yang mempengaruhinya, yang mana factor-faktor tersebut melibatkan factor-
faktor ekonomi maupun diluar ekonomi. Menurut Moffet et all bahwa determinan-
determinan valas dikategorikan menjadi lima bagian yaitu pertama kondisi paritas
meliputi tingkat inlasi relatif, tingkat suku bunga relatif, nilai tukar forward dan
kebijakan bank sentral.
Kedua, aspek spekulasi yang meliputi currency, sekuritas, arbitrasi suku
bunga, real estate dan komoditas. Ketiga, investasi lintas negara yang meliputi
investasi langsung dan tidak langsung. Keempat, resiko politik yang meliputi control
modal, pasar gelap dalam mata uang, spread nilai tukar dan resiko premium pada
sekuritas dan FDI. Kelima atau yang terakhir yaitu infrastruktur yang meliputi
kekuatan system perbankan, kekuatan pasar sekuritas dan outlook untuk pertumbuhan
dan keuntungan. lebih lanjut kelima elemen beserta factor-faktornya tersebut
merupakan gambaran besar atas bagaimana suatu valas dipengaruhi, namun pada
tulisan ini hanya memfokuskan pada factor tingkat inflasi relative, tingkat suku bunga
relative, real estate dan investasi langsung serta tidak langsung. Adapun alasan
mengapa kelima faktor ini dipilih karena didorong oleh ketercukupan data dan untuk
membatasi kekompleksitas alat bedah yang digunakan sehingga diharapkan diperoleh
kerelevansiannya.
Faktor pertama yaitu tingkat inlasi relative, yang mana didasari penelaahan
menggunakan teori paritas daya beli (purchasing power parity). Teori ini menjabarkan
bahwa apabila terdapat perbedaan inflasi antara kedua negara maka kurs yang akan
datang dapat diprediksi sehingga akan berguna dalam mengantisipasi perubahan nilai
tukar dimasa yang akan datang. Lebih lanjut maka dalam penerapan teori ini
dibutuhkan data-data inflasi namun sebelum melakukan analisa diperlukan bahwa
dalam system ekonomi terdapat banyak faktor yang harus dipertimbangkan.
Terlepas dari keberadaan teori ini atas system ekonomi maka dibawah ini akan
disajikan bagaimana pergerakan inflasi yang terjadi di Indonesia.
Pergerakan Inflasi
Didasari data ini maka terjadi kenaikkan inflasi yang mana memiliki dampak domino
terhadap nilai tukar dimasa yang akan datang karena apabila ditelaah maka akan
menghasilkan gambaran kenaikkan inflasi ini juga memiliki keterkaitan erat dengan
kenaikkan atau penurunan suku bunga sehingga untuk memudahkan pemahaman
maka diberikan pergerakan suku bunga.
Pergerakan BI Rate
apabila bank sentral melakukan kebijkan moneter longgar dengan menurunkan suku
bunga maka akan memicu masyarakat untuk menambah konsumsi bagi sector rumah
tangga dan melakukan investasi bagi sector swasta namun hal ini sebenarnya
merupakan pedang bermata dua karena inflasi dapat terjadi apabila tidak diantisipasi
karena seperti yang diketahui bahwa masyarakat Indonesia memiliki kecendrungan
konsumsi yang tinggi sehingga bisa berakibat pada kenaikkan harga barang-barang,
namun hal ini juga memiliki dampak berikutnya yang tidak disukai yaitu akan
menurunnya bunga rill sehingga bagi sektor swasta akan memicu untuk berinvestasi
diluar negri dan mendorong permintaan valas untuk kebutuhan tersebut.
Lebih lanjut jika proses ini terus berlanjut maka akan mempengaruhi naiknya biaya
yang harus ditanggung perusahaan karena seperti yang diketahui bahwa masih
dominannya impor bahan baku untuk diproses manjadi barang jadi sehingga akan
mempengaruhi daya saing karena perubahan harga yang disebabkan naiknya harga
bahan baku. Namun proses ini tidak berhenti sampai disini karena menurut hukum
permintaan dan penawaran bahwa penurunan daya saing produk dalam negri karena
inflasi akan mempengaruhi perolehan devisa negara dan berakhir pada kemampuan
negara dalam menyediakan dollar untuk memenuhi perdagangan sehingga apabila
situasi ini terjadi maka akan memicu lagi permintaan (debt) perusahaan domestik
pada berbagai pinjaman luar negri.
Pergerakan Kurs Beli Rp/$
bahwa pada tahun 2006 terjadi inflasi dan segera direspon oleh pemerintah dengan
menaikkan tingkat bunga untuk menarik jumlah uang beredar sehingga inflasi tidak
terus-menerus terjadi. Namun pada awal tahun 2008 rupiah sempat terdepresiasi
sampai pada bulan desember 2008 disebabkan adanya factor eksternal yaitu krisis
global yang melanda Indonesia namun fenomena ini penulis memasukkan kedalam
kategori real estate karena seperti yang diketahui bahwa krisis tersebut dipicu oleh
adanya kredit macet terhadap investasi besar-besaran pada real estate di Amerika
Serikat. Dalam rangka melihat bagaimana keterkaitan kredit macet tersebut dengan
nilai tukar rupiah terhadap dolar maka perlu melihat segi historis dari krisis tersebut.
Krisis global terjadi disebabkan jatuhnya harga perumahan di AS secara massif
sehingga mengakibatnya tergerusnya aset rumah tangga yang menekan tingkat
pengeluaran, yang menyebabkan pelemahan output dan meningkatnya pengangguran.
Pada saat yang sama, kenaikan harga energi dan pangan global yang menurunkan
pendapatan riil. Lebih lanjut pelemahan ekonomi yang terjadi di negara lain
turutmenyebabkan jatuhnya tingkat ekspor sang adidaya. Namun yang terpenting
ambruknya harga perumahan juga mengakibatkan runtuhnya aset perusahaan dan
lembaga keuangan dan menyebabkan ketidakpastian serta ketidakpercayaan terhadap
derajad solvency dan likuditas dari peminjam, atau bahkan terhadap nilai kapital yang
dimiliki sang peminjam sendiri sehingga aliran kredit terhenti dan kemudian
menyebabkan tersendatnya aktivitas bisnis.
Lebih lanjut didorong oleh adanya kejatuhan ekonomi dan adanya dana besar-besaran
dari luar AS menyebabkan krisis ini mengalami rantai kehancuran kenegara-negara
eropa sehingga banyak negara di eropa barat harus mengeluarkan dana cadangan
untuk menopang krisis perbankan karena ikut berpartisipasi dalam investasi real estate
ini. Akibat lanjutan dari krisis ini membuat presiden Indonesia Susilo Bambang
Yudoyono mengeluarkan 10 arahan seperti:
1. Semua kalangan harus tetap optimis, dan bersinergi untuk memelihara
momentum pertumbuhan ekonomi dan mengelola serta mengatasi
dampak krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat. Oleh sebab
itu, kita semua tidak boleh panik dan harus tetap menjaga kepercayaan
masyarakat.
2. Dengan kebijakan dan tindakan yang tepat, serta dengan kerja keras
dan upaya maksimal, nilai pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan
sebesar 6 persen. Komponen yang perlu dijaga antara lain: konsumsi,
belanja pemerintah, investasi, ekspor, dan impor. Tindakan yang perlu
dilakukan adalah pemanfaatan perekonomian domestik dan mengambil
pelajaran dari krisis 1998, di mana sabuk pengaman perekonomian
domestik adalah sektor UMKM, pertanian, dan sektor informal
3. Optimasi APBN 2009 untuk memacu pertumbuhan dan membangun
social safety net. Hal- hal yang harus diperhatikan yaitu:
- penyediaan infrastruktur dan stimulasi pertumbuhan
- alokasi anggaran penanggulangan kemiskinan tetap menjadi
prioritas
- defisit anggaran harus “tepat” dan “rasional” atau tidak
mengganggu pencapaian sasaran “kembar” (growth with
equity)
4. Dunia usaha khususnya sektor riil harus tetap bergerak, agar
penerimaan negara tetap ter-jaga dan pengangguran tidak bertambah.
5. Semua pihak agar cerdas menangkap peluang untuk melakukan
perdagangan dan kerjasama ekonomi dengan negara sahabat.
6. Galakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar
domestik akan bertambah kuat.
7. Memperkokoh sinergi dan kemitraan (partnership) pemerintah dengan
perbankan dan dunia usaha.
8. Semua kalangan diminta menghindari sikap egosektoral dan
memandang remeh masalah. Presiden menegaskan pentingnya
kerjasama yang terkoordinir antar instansi terkait.
9. Mengutamakan kepentingan rakyat diatas kepentingan golongan dan
pribadi.
10. Semua pihak diminta melakukan komunikasi dengan tepat dan bijak
kepada rakyat.
Dari kesepuluh arahan tersebut terlihat bahwa aspek kepercayaan dari seluruh
masyarakat Indonesia sangat dibutuhkan untuk menghadapi krisis global karena
dengan kepercayaan tersebut akan memampukan untuk saling bekerja sama dan
berakibat pada semakin membaiknya iklim bisnis di Indonesia. Sejalan dengan hal itu,
ilkim bisnis yang baik akan mengakibatkan kepercayaan investor asing terhadap
Indonesia sehingga memicu mereka untuk berinvestasi di Indonesia. Lebih lanjut
dengan munculnya niat berinvestasi di Indonesia, entah investasi langsung maupun
tidak langsung maka akan mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar karena
adanya dorongan permintaan dan penawaran (invisible hand).
Dengan demikian, investasi langsung yang berupa penanaman modal asing seperti
pembangunan pabrik atau kegiatan berbisnis lainnya yang memiliki wujud nyata akan
mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar karena investor asing sebelum
melakukan pembangunan pabrik di Indonesia maka mereka diwajibkan untuk
menukar mata uang mereka dengan rupiah sehingga permintaan rupiah tersebut akan
berefek terhadap penguatan rupiah walaupun peningkatan tersebut bisa signifikan
tetapi juga bisa tidak signifikan. Sedangkan investasi tidak langsung yaitu investasi
oleh investor asing namun tidak memiliki wujud nyata dan memiliki kepekaan untuk
segera ditarik kembali sehingga membuat rupiah rentan terhadap fluktuasi menguat
ataupun melemah. Lebih dari itu, investasi tidak langsung dapat berupa pembelian
saham-saham maupun instrument-instrumen keuangan lainnya sehingga menurut
hukum permintaan dan penawaran maka akan terjadi dorongan permintaan rupiah
untuk melakukan transaksi saham (trading) sehingga posisi rupiah memiliki
kemungkinan untuk terapresiasi atau menguat terhadap dollar, terkususnya dollar
Amerika Serikat.
THE LAW OF ONE PRICE ( HUKUM SATU HARGA )
Teori hukum satu harga menjelaskan tentang hubungan antara nilai tukar, atau
kurs dengan harga barang atau komoditi . Menurut hokum ini , komoditas yang sama
akan memiliki harga yang sama meskipun dijual di tempat yang berbeda . Hal ini di
dasarkan pada argument bahwa jika ada selisih harga dari komoditas yang sama maka
akan tercipta peluang untuk melakukan arbitase .
Arbitase di lakukan dengan membeli komoditi di tempat yang lebih murah
kemudian menjualnya di tempat yang lebih mahal . Aktivitas arbitrase ini
menyebabkan harga komoditas di tempat yang lebih murah menjadi naik dan
sebaliknya harga komoditas di tempat yang lebih mahal menjadi turun . pada akhirnya
harga komoditas menjadi sama pada kedua tempattersebut . kalaupun masih ada
perbedaan harga, hanya di sebabkan oleh biaya transportasi, transaksi dan jasa .
Jika biaya transportasi , biaya transaksi dan biaya jasa adalah sama atau tidak maka
harga komoditas di dua pasar yang berbeda akan menjadi sama . harga komoditas di
dua pasar pada dua Negara dapat di tetapkan dengan satuan mata uang asing yang
berbeda. Namun harga komoditas tersebut akan tetap sama .
PURCHASING POWER PARITY (PARITAS DAYA BELI)
Paritas daya beli adalah metode menghitung nilai tukar yang mencoba untuk
menghargai mata uang pada tingkat sedemikian rupa sehingga setiap mata uang akan
membeli keranjang yang sama barang. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa
pertukaran mata uang mencerminkan pertukaran barang riil. Paritas daya beli
menekankan hubungan jangka panjang antara kurs valas dengan harga-harga komoditi
secara relatif.
Sebuah pendekatan atau model hubungan nilai tukar yang lebih sesuai atau relevan di
dalam jangka panjang daripada di dalam jangka pendek adalah purchasing power
parity (PPP) theory. Dimana teori absolut dari paritas daya beli tersebut menyatakan
bahwa nilai tukar diantara dua mata uang secara sederhana adalah rasio dari tingkat
harga umum pada kedua negara tersebut. Teori ini mengacu kepada hukum “the law
of one price” dimana sebuah komoditi yang sama seharusnya memiliki harga yang
sama pada kedua negara jika dinyatakan dalam mata uang yang sama.
Pada prinsipnya teori paritas daya beli menganalisis begaimana hubungan antara
perubahan dan perbedaan tingkat inflasi dengan fluktuasi kurs valas. Dimana
penjelasan dari teori paritas daya beli ini didasarkan pada hukum yang menyatakan
bahwa harga produk yang sejenis di dua negara yang berbeda akan sama pula jika
dinilai dalam currency atau mata uang yang sama, khususnya produk yang tradeable.
Namun, dalam kenyataannya sering terbukti bahwa kurs valas atau forex rate yang
diperhitungkan berdasarkan teori paritas daya beli absolut tersebut tidak sesuai
dengan kurs valas yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hal demikian telah terjadi
over valuation atau undervaluation.
Akan tetapi teori paritas daya beli absolut ini tidak realistis karena tidak
memperhitungkan biaya tarif, transpor, dan kuota. Oleh karena itu, muncul teori
paritas daya beli relatif yang menyatakan bahwa harga suatu produk yang sama akan
tetap berbeda karena ketidaksempurnaan pasar yang disebabkan oleh faktor biaya
tarif, transpor, dan kuota. Menurut versi paritas daya beli relatif, kurs valas atau forex
rate akan berubah untuk dapat mempertahankan purchasing power
CARA MEMPREDIKSI NILAI TUKAR
1. Perspektif Pasar Sempurna
Banyak perdebatan berkisar masalah apakah pasar tersebut efisien atau tidak efisien
dalam meramalkan nilai tukar. Pasar dikatakan efisien jika harga instrumen keuangan
cepat mencerminkan informasi baru yang umumnya tersedia untuk pedagang.
2. Perspektif Pasar Tidak Sempurna
Perspektif pasar tidak sempurna berpendapat bahwa harga instrumen keuangan tidak
mencerminkan semua informasi publik. Pendukung pandangan ini percaya
perusahaan dapat mencari informasi baru untuk meningkatkan peramalan, tetapi biaya
mencari informasi lebih lanjut tidak harus memperlihatkan manfaat yang besar dari
penemuan.
3. Teknik Peramalan
Beberapa keputusan MNC dipengaruhi oleh proyeksi nilai tukar. Manajer keuangan
harus memahami bagaimana meramalkan nilai tukar sehingga mereka membuat
keputusan yang memaksimalkan nilai MNC mereka. Sebenarnya seluruh aktivitas
operasi MNC dapat dipengaruhi oleh perubahan kurs Berikut adalah beberapa fungsi
perusahaan yang memerlukan
peramalan kurs :
- Keputusan untuk lindung nilai ( hedging decision )
- Keputusan pendanaan jangka pendek.
- Keputusan investasi jangka pendek.
- Keputusan anggaran modal
- Penilaian laba
- Keputusan pendanaan jangka panjang.
Terdapat berbagai metode peramalan kurs yang dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok besar :
- Peramalan Teknis
Peramalan teknis ( technical forecasting ) mencakup penggunaan data kurs hitoris
untuk memprediksi nilai di masa depan. Perusahaan cenderung menggunakan ramalan
teknis secara terbatas karena peramalan ini hanya berlaku dalam jangka waktu dekat,
yang tidak terlalu membantu dalam pembuatan kebijakan perusahaan.
Contoh
Kansas Co harus membayar 10 juta peso Meksiko untuk perlengkapan yang dibelinya
dari Meksiko besok. Hari ini, peso terapresiasi 3 persen terhadap dolar. Kansas co
dapat mengirim pembayaran hari ini sehingga terhindar dari dampak apresiasi
tambahan esok hari. Berdasarkan analisis runtun waktu hitoris, Kansas telah
menentukan bahwa jika terjadi apresiasi peso tehadap dolar sebesar lebih dari 1
persen, maka peso akan terdepresiasi sekitar 60 % persen pada hari berikutnya.
Atau
et+1 = et x ( - 60 % ) ketika et > 1 %
Dengan menerapkan kecenderungan ini pada situasi sekarang di mana peso
terapresiasi sebesar 3 persen hari ini, Kansas Co meramalkan bahwa perubahan kurs
esok hari adalah sebesar
et+1 = et x ( - 60 % )
= ( 3 % ) x ( - 60 % ) = - 1,8 %
Dengan mempertimbangkan ramalan bahwa peso akan terdepresiasi keesekoan
harinya., Kansas memutuskan untuk mengirim pembayaran pada esok hari bukan hari
ini.
- Peramalan Fundamental
Peramalan fundamental ( fundamental forecasting ) dilakukan berdasarkan hubungan
fundamental antara variabel – variable ekonomi dengan kurs. Perubahan pada kurs
spot nilai tukar dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut :
e = f ( ΔINF, ΔINT, ΔINC, ΔGC, ΔEXT )
Di mana
e = presentase perubahan kurs spot
ΔINF = perubahan diffrensial antara tingkat inflasi AS dengan inflasi negara asing
ΔINT = perubahan differensial antara tingkat suku bunga AS dengan tingkat suku
bunga Negara asing.
ΔINC = perubahan diffrensial antara tingkat pendapatan AS dengan tingkat
pendapatan Negara asing.
ΔGC = perubahan pada pengendalian pemerintah ΔEXT = perubahan prediksi nilai
tukar masa depan
Suatu peramalan dapat dibuat hanya berdasarkan penilaian subjektif mengenai
pergerakan umum atas variabel – variabel ekonomi suatu Negara yang diperkirakan
akan mempengaruhi kurs. Dari sudut pandang statistik, suatu ramalan akan dibuat
berdasarkan dampak factor – factor yang terukur secara kuantitatif terhadap kurs.
Contoh
Untuk memperikarakan persentase perubahan ( tingkat apresiasi atau depreasiasi )
atas pound sterling inggris terhadap dolar AS pada kuartal berikutnya. Maka factor
yang digunakan adalah ( 1 ) Inflasi di Amerika relative terhadap inflasi di Inggris, ( 2)
Pertumbuhan pendapatan di Amerika Serikat relative terhadap pertumbuhan
pendapatan di Inggris. Persentase perubahan atas pound sterling terhadap dolar dapat
diketahui dengan menggunakan analisis regresi. Data kuartalan inflasi dan tingkat
pertumbuhan pendapatan baik di Inggris dan Amerikadigabungkan. Variabel terikat
( dependen ) adalah presentase perubahan nilai pound sterling Inggris per kuartal ( BP
). Variabel bebas ( independen ) dibentuk sebagai berikut :
4. Persentase perubahan perbedaan inflasi ( tingkat inflasi AS dikurang
tingkat inflasi Inggris ) kuartal sebelumnya, disebut INFt-1.
5. Persentase perubahan perbedaan pertumbuhan pendapatan
( pertumbuhan penadapatan AS dikurangi pertumbuhan pendapatan
Inggris ) pada kuartal sebelumnya, atau disebut ICt-1
Persamaan regresi didefinisikan sebagai berikut :
BPt = b0 + b1 INF t-1 + b2INC t-1
Sebagai ilustrasi, asumsikan nilai bertikut :
b0 = 0, 02
b1 = 0,8
b2 = 1,0
INF t-1 = 4 %
INC t-1 = 2 % BPt = b1 INF t-1 + b2INC t-1
= 0,002 + 0,8 ( 4 % ) + 1 ( 2 % )
= 0,2 % + 3,2 % + 2 %
= 5,4 %
Jadi dengan mempertimbangkan angka tingkat inflasi dan pertumbuhan pendapatan
terakhir, pounsterling seharusnya terapresiasi sebesar 5,4 persen pada kuartal
berikutnya.
- Peramalan Berbasis Pasar
Proses membuat peramalan dari indicator pasar, yang dikenal dengan peramalan
berbasis pasar ( market based forecasting ), dikembangkan berdasarkan:
- Kurs Spot.
Kurs spot saat ini dapat digunakan sebagai taksiran atas kurs spot di masa depan.
Untuk melihat mengapa kurs spot dapat digunakan dalam peramalan berbasis pasar,
asumsikan bahwa poundsterling inggris diperkirakan akan mengalami apresiasi
terhadap dolar dalam jangka wakyu dekat. Perkiraan ini akan mendorong spekulan
untuk membeli poundstreling dengan menggunakan dolar AS saat ini untuk
mengantisipasi apresiasi poundsterling dan pembelian ini dapat mendorong naik nilai
poundsterling. Sebaliknya jika poundsterling diperkirakan akan mengalami depresiasi
terhadap dolar, spekulan akan menjual poundsterling sekarang, dengan harapan dapat
membeli poundsterling kembali dengan harga yang lebih murah setelah nilainya
turun.tindakan tersebut dapat membuat depresiasi poundsterling langsung terjadi.
Karenanya nilai poundsterling saat ini seharusnya mencerminkan perkiraan nilai
poudsterling dalam jangka waktu dekat. Perusahaan dapat menggunakan kurs spot
dalam peramalan, karena kurs ini mencerminkan perkiraan pasar atas kurs spot dalam
jangka waktu dekat.
- Kurs Forward
Kurs Forward untuk tanggal tertentu di masa depan biasanya digunakan sebagai
perkiraan kurs spot di masa depan. Atau kurs forward berjangka 30 hari merupakan
perkiraan kurs spot 30 hari mendatang, kurs forward berjangka 90 hari merupakan
perkiraan kurs spot 90 hari mendatang, dan seterusnya. F = S ( 1 + p ) Di mana p
mencerminkan premi forward. Karena p mencerminkan selisih kurs forward terhadap
kurs spot, maka p dapat digunakan sebagai perkiraan persentase perubahan kurs
E ( e ) = p
= ( F/S ) – 1
Contoh
Jika kurs forward dolar Australia berjangka satu tahun adalah $ 0,63, sementara kurs
spot adalah $ 0,60, maka perkiraan persentase perubahan dolar australia adalah :
E ( e ) = p
= ( F/S ) – 1
= ( 0,63 / 0,60 ) -1
= 0,05 atau 5 %
- Peramalan Campuran
Karena tidak ada satupun teknik peramalan yang terbukti unggul secara konsisten
dibandingkan teknik lain, beberapa MNC lebih suka menggunakan kombinasi teknik
peramalan. Metode ini dinamakan peramalan campuran ( mixed forecasting ).
Berbagai peramalan atas nilai mata uang tertentu dibuat berdasarkan beberapa teknik
peramalan. Teknik yang digunakan diberikan bobot tertentu sehingga total bobot
mencapai 100 persen, dengan teknik yang dianggap lebih andal diberikan bobot lebih
besar. Nilai prediksi mata uang adalah rata – rata tertimbang dari peramalan yang
gunakan.
4. Keterbatasan Teknik Peramalan
Teknik peramalan memiliki 4 keterbatasan :
1. Ketidakpastian pengaruh suatu faktor pada waktu tertentu.
2. Diperlukannya peramalan untuk faktor-faktor yang memiliki pengaruh
langsung, pada nilai kurs.
3. Tidak semua faktor yang relevan dimasukkan dalam model.
4. Adanya perubahan sensitivitas pergerakan mata uang sepanjang waktu, hal ini
disebabkan karena tidak ada satupun yang konstan di pasar sepanjang waktu selain
perubahan itu sendiri, sehingga nilai-nilai koefisien di dalam model regresi akan
selalu berubah.
CONTOH KASUS
1. Jika Tuan Rudolfo memiliki uang rupiah sebesar Rp10.080.000,00, kemudian ia
ingin menukarkannya dengan lima mata uang yang saudara pilih, berapa yang akan ia
peroleh?
Uang Tuan Rudolfo : Rp 10.080.000
Kurs Jual :
Dolar Australia (AUD) : 9693.92
Poundsterling Inggris (GBP) : 14427.64
Ringgit Malaysia (MYR) : 3044.82
Baht Thailand (THB) : 300.85
Dolar Amerika Serikat (USD): 9206.00
Jawaban :
a. Dolar Australia (AUD) : 10.080.000 ÷ 9693.92 = 1040
b. Poundsterling Inggris (GBP) : 10.080.000 ÷ 14427.64 = 699
c. Ringgit Malaysia (MYR) : 10.080.000 ÷ 3044.82 = 3311
d. Baht Thailand (THB) : 10.080.000 ÷ 300.85 = 33.505
e. Dolar Amerika Serikat (USD) : 10.080.000 ÷ 9206.00 = 1095
2. Tn. Michael akan pergi ke lima negara (Disesuaikan dengan pemilihan mata uang
negara masing-masing individu). Ia mempunyai uang sebesar Rp. 200.000.000,00
(dua ratus jutarupiah). Hari ini ia datang ke bursa valas untuk menukarkan uangnya
(rupiah). Pada saat itu kurs yang berlaku di bursa valas adalah sebagai berikut.
Kurs jual : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing
Kurs Beli : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing. Berapa yang diterima
Tn. Michael dari bursa valas?
Jawaban : (berdasarkan kurs jual diatas)
a. Dolar Australia (AUD) : 200.000.000 ÷ 9693.92 = 20.631
b. Poundsterling Inggris (GBP) : 200.000.000 ÷ 14427.64 = 13.862
c. Ringgit Malaysia (MYR) : 200.000.000 ÷ 3044.82 = 65.685
d. Baht Thailand (THB) : 200.000.000 ÷ 300.85 = 664.783
e. Dolar Amerika Serikat (USD) : 200.000.000 ÷ 9206.00 = 21.725 3. Sepulang dari
lima negara tersebut, Tn. Michael memiliki sisa uang sebanyak 1000 untuk masing-
masing mata uang. Ia datang lagi ke bursa valas untuk menukarkan uang dolarnya
dengan uang rupiah. Pada saat itu kurs yang berlaku di bursa sebagai berikut.
Kurs jual : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing
Kurs Beli : Tergantung pemilihan mata uang masing-masing Berapa rupiah Tn.
Michael akan menerima hasil penukaran di bursa valas tersebut?
Kurs Beli :
Dolar Australia (AUD) : 9594.31
Poundsterling Inggris (GBP) : 14277.08
Ringgit Malaysia (MYR) : 3011.40
Baht Thailand (THB) :297.16
Dolar Amerika Serikat (USD : 9114.00
Jawaban : (berdasarkan kurs jual diatas)
a. Dolar Australia (AUD) : 1000 X 9594.31 =Rp 9.594.310
b. Poundsterling Inggris (GBP) : 1000 X 1477.08 = Rp 1.477.080
c. Ringgit Malaysia (MYR) : 1000 X 3011.40 = Rp 3.011.400
d. Baht Thailand (THB) : 1000 X 297.16 = Rp 297.160
e. Dolar Amerika Serikat (USD): 1000 X 9114.00 = Rp 9.114.000