Top Banner
Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF FAKULTAS POLA TRANSFORMASI NILAI TOLERANSI KEPADA ANAK USIA DINI OLEH PEREMPUAN URBAN DI DKI JAKARTA Pola Asuh Pembentukan Karakter Anak: Tinjauan dari Perspektif Gender (Studi terhadap Orangtua (Ibu) di TK Labschool Rawamangun Jakarta) PENELITI Ketua Peneliti : Dr. Wuri Handayani, M.Si NIDN: 0029126207 Anggota : Fauzi Abdillah, M. Pd NIDN: 0004038911 Penelitian Ini Didanai Oleh Dana POK Fakultas Ilmu Sosial Berdasarkan Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta Nomor : 445/UN39.13.1/KU.00.01/2019 Tanggal, 16 Mei 2019 FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2019
44

Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

Mar 13, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

Bidang Ilmu: 721/PPKn

LAPORAN

PENELITIAN KOMPETITIF FAKULTAS

POLA TRANSFORMASI NILAI TOLERANSI KEPADA ANAK USIA DINI OLEH

PEREMPUAN URBAN DI DKI JAKARTA

Pola Asuh Pembentukan Karakter Anak: Tinjauan dari Perspektif Gender

(Studi terhadap Orangtua (Ibu) di TK Labschool Rawamangun Jakarta)

PENELITI

Ketua Peneliti : Dr. Wuri Handayani, M.Si NIDN: 0029126207

Anggota : Fauzi Abdillah, M. Pd NIDN: 0004038911

Penelitian Ini Didanai Oleh Dana POK Fakultas Ilmu Sosial

Berdasarkan Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Nomor : 445/UN39.13.1/KU.00.01/2019

Tanggal, 16 Mei 2019

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2019

Page 2: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

i

RINGKASAN

Di era pengarusutamaan gender (PUG) ini, secara umum perempuan menjadi lebih

berkualitas dibandingkan dengan masa sebelum ada kebijakan PUG. Era PUG memberikan

akses, kesempatan, manfaat pembangunan dan kesempatan kontrol pembangunan kepada

perempuan agar menjadi energi dan dorongan lebih besar memberdayakan perempuan, yang

pada akhirnya diharapkan akan tercapai kesetaraan gender. Data statistik menginformasikan

bahwa jumlah perempuan makin banyak berpartisipasi di ranah publik, di berbagai bidang

kehidupan.

Namun apakah era PUG ini juga mendorong peningkatan kualitas pola asuh seorang

Ibu kepada anaknya, suatu pola asuh yang progresif gender? Penelitian ini bertujuan untuk

mengaji pola asuh Ibu dalam membentuk karakter anaknya ditinjau dari perspektif gender.

Studi dari perspektif gender merupakan hal penting sebab sejak seseorang lahir sampai dewasa

gender menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindarkan menggiring dan mengarahkan manusia

untuk mengikuti norma-norma gender.

Untuk mengaji pola asuh Ibu terhadap anaknya dari perspektif gender, penelitian ini

dilaksanakan dengan menganalisis data primer yaitu dengan wawancara mendalam terhadap

Sembilan (9) orang Ibu, orangtua siswa TK Labschool di Rawamangun Jakarta. dan dengan

studi dokumen ini menginterpretasi pemikiran-pemikiran dan yang disampaikan oleh

informan.

Sejak gender ditetapkan sebagai salah satu strategi pembangunan nasional, studi gender

secara normatip memenuhi urgensinya untuk dilakukan. Studi tentang pengalaman perempuan

dalam kehidupan merupakan “bahan baku” bagi perkembangan diskrusus gender. Dengan

demikian studi semacam ini diharapkan dapat melengkapi dan memberi kontribusi informasi

dan evaluasi bagi inkrementasi kebijakan dan program pembangunan untuk perempuan masa

selanjutnya.

Untuk mendapatkan konfirmasi pengetahuan mengenai pola asuh Ibu, perlu

pendalaman aspek kognitif, afektif dan behavioral seorang Ibu tentang diskursus gender,

terutama terkait dengan gender differences (perbedaan gender). Kemudian bagaimanakah

seorang Ibu mendasarkan stereotip yang kurang positif bagi anak dengan jenis kelamin tertentu

dalam bermacam aspek dan dimensi pengasuhannya. Pengalaman masa perkembangan seorang

Ibu dapat menjadi dasar evaluasi pengasuhan terhadap anaknya sekarang. Ibu adalah “model”

bagi perkembangan karakter anak. Jika seorang Ibu memahami dan mempunyai kesadaran

gender yang cukup kuat maka, pola asuh yang diterapkan untuk membentuk karakter anak-

anaknya akan juga responsive gender, suatu polaasuh yang androgin, inklusif akan karakter-

karakter yang positif dari baik maskulinitas maupun femininitas.

Hasil dari penelitian ini adalah afeksi informan mengenai diskursus gender cukup

positif walau secara kognitif kurang, namun ekspektasi dan persepsi mereka terhadap anak-

anak mereka adalah lebih pada pemaknaan skope karakter yang lebih general, tidak

mendasarkan pada arena tergenderkan atau tidak. Tanpa mendasarkan pada jenis kelamin anak,

karakter mendasar bagi terbangunnya kepribadian yang penting yang mereka utamakan, seperti

disiplin, tanggungjawab, kreativitas dan kebebasan anak-anak menentukan yang mereka

anggap baik untuk dirinya.

Page 3: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

ii

TIM PELAKSANA

Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Dr. Wuri Handayani, M.Si.

b. NIDN : 0029126207

c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

e. Nomor HP : +62 811-284-649

f. Alamat surel (e-mail) : [email protected]

Anggota Peneliti

a. Nama Lengkap : Fauzi Abdillah, M.Pd.

b. NIDN : 0004038911

c. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Jakarta

Page 4: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

iii

KATA PENGANTAR

Di era pengarusutamaan gender (PUG) ini, secara umum perempuan menjadi lebih

berkualitas dibandingkan dengan masa sebelum ada kebijakan PUG. Era PUG memberikan

akses, kesempatan, manfaat pembangunan dan kesempatan kontrol pembangunan kepada

perempuan agar menjadi energi dan dorongan lebih besar memberdayakan perempuan, yang

pada akhirnya diharapkan akan tercapai kesetaraan gender. Data statistik menginformasikan

bahwa jumlah perempuan makin banyak berpartisipasi di ranah publik, di berbagai bidang

kehidupan.

Namun apakah era PUG ini juga mendorong peningkatan kualitas pola asuh seorang

Ibu kepada anaknya, suatu pola asuh yang progresif gender? Penelitian ini bertujuan untuk

mengaji pola asuh Ibu dalam membentuk karakter anaknya ditinjau dari perspektif gender.

Studi dari perspektif gender merupakan hal penting sebab sejak seseorang lahir sampai dewasa

gender menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindarkan menggiring dan mengarahkan manusia

untuk mengikuti norma-norma gender.

Semoga hasil penelitian ini memberikan banyak manfaat untuk tujuan pendidikan

khususnya di program studi PPKN pada tataran Regional dan Nasional sehingga semakin

memperkokoh UNJ sebagai Universitas yang bereputasi di Asia terutama dalam

mengembangkan kerangka konseptual pendidikan yang inklusif dan berkualitas.

Jakarta, Desember 2019

Tim Peneliti

Page 5: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

iv

HALAMAN PENGESAHAN

PENELITIAN KOMPETITIF FAKULTAS

Judul Penelitian : Pola Asuh Pembentukan Karakter Anak: Tinjauan dari

perspektif gender (Studi terhadap Orangtua (Ibu) siswa di

TK Labschool rawamangun Jakarta).

Kode/Bidang Ilmu : 721/Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Identitas Peneliti

a. Nama Lengkap : Dr. Wuri Handayani, M.Si.

b. NIDN : 0029126207

c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d. Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

e. Nomor HP : 0811284649

f. Alamat Surel : [email protected]

Biaya Penelitian Keseluruhan: Rp. 30.902.500

Jakarta, Desember 2019

Mengetahui Peneliti,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Dr. Umasih, M.Hum Dr. Wuri Handayani, M.Si.

NIP. 196101211990032001 NIP. 19621229.1987032001

Menyetujui,

Ketua

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Universitas Negeri Jakarta

Dr. Ucu Cahyana, MSi

NIP. 196608201994031002

Page 6: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

v

DAFTAR ISI

RINGKASAN ............................................................................................................................. i

TIM PELAKSANA .................................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................. iv

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. v

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................................3

D. Kegunaan Penelitian ...................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 4

METODE PENELITIAN........................................................................................................... 6

A. Metode Peneltian ........................................................................................................................6

B. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................................................................6

C. Informan .....................................................................................................................................6

D. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................................................6

E. Teknik Analisis Data ..................................................................................................................6

HASIL LUARAN PENELITIAN .............................................................................................. 7

4.1 Artikel Hasil Penelitian .................................................................................................................7

4.1 Abstract Conference ....................................................................................................................18

KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 22

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................................... 23

Lampiran 1. Biodata Peneliti .............................................................................................................23

Lampiran 2. Reduksi Data Wawancara .............................................................................................30

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian ................................................................................................35

Lampiran 4. Bukti Permohonan Izin Kegiatan Penelitian .................................................................38

Page 7: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era pengarusutamaan gender di Indonesia hingga kini sudah berjalan selama tiga dekade

jika dihitung dari saat ditetapkannya Inpres nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan

Gender dalam Pembangunan Nasional. Inpres ini menjadi dasar dari diintegrasikannya dimensi

gender di dalam pembangunan di seluruh bidang kehidupan. Sudah banyak program-program

pembangunan yang disusun dengan mengintegrasikan gender dalam bentuk program-program

pemberdayaan perempuan. Strategi pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh pemerintah

mendasarkan pada empat kriteria yaitu meningkatkan akses, partisipasi, manfaat dan

kesempatan kontrol pada berbagai program pembangunan bangsa, di berbagai bidang

kehidupan, sebagaimana tercantum di dalam kebijakan Inpres tersebut.

Pengintegrasian gender ke dalam program pembangunan selain berupaya memberdayakan

perempuan juga untuk menjadikan dasar dari peningkatan kesejahteraan perempuan atau

fasilitas yang membantu perempuan menjalani tugas dan tanggungjawabnya, misalkan di

tempat-tempat publik ada ruang laktasi, gerbong kereta perempuan dan sebagainya.

Pendekatan makro seperti ini telah menghasilkan kemajuan yang dapat dilihat antara lain dari

data yang menunjukkan partisipasi perempuan meningkat di bidang pendidikan, birokrasi,

politik dan sebagainya. Data yang menginformasikan mengenai tentang capaian pendidikan

laki-laki dan perempuan, sebagai berikut : Angka partisipasi perempuan di dalam pasar tenaga

kerja adalah laki-laki 84% diusia produktif sementara perempuan 51% (Pratiwi, 2017).

Pembagian kerja gender ini juga dapat dikaitkan dengan bidang politik. Perempuan yang

menduduki jabatan legislatif pusat periode 2014-2019 sebesar 17,32% (97 orang), turun dari

periode 2009-2014 sebanyak 103 orang. (Aritonang, 2014).

1.1.Tabel Indikator Kesenjangan Gender

Kesenjangan Gender Perempuan (%) Laki-laki (%)

Presentase Guru:

TK

SD

SMP

SMA umum

PT

Sumber: Depdiknas 2007

96,56

57,58

48,40

46,94

32,41

3,44

42,42

51,60

53,06

67,59

Page 8: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

2

Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa di kalangan perempuan cukup meningkat

pengetahuan dan pemahaman diskursus gender, sehingga perempuan tidak sedikit yang

berpartisipasi di ranah public sehingga secara dinamis berkurang juga waktu dan energinya

untuk melaksanakan peran atau tugas-tugas rumahtangga. Dengan demikian dapat diasumsikan

adanya suatu pengaruh antara program pemerintah untuk pemberdayaan perempuan dengan

jumlah perempuan yang semakin berkualitas. Namun apakah kualitas perempuan yang

semakin meningkat ini di dalam menjalankan tugas pengasuhan dan membentuk karakter anak-

anaknya juga meningkat kualitasnya, sebagai sesuatu yang progresif gender?

Pengaitan pola asuh seorang Ibu dengan diskursus gender sebenarnya suatu hal yang tidak

kalah pentingnya dibandingkan dengan penyusunan program-program pemberdayaan tersebut.

Ketimpangan gender adalah masalah yang kompleks, perlu penyelesaian berbagai displin ilmu

secara simultan. Selain itu struktur permasalahan ketimpangan gender bisa diperkirakan

dasarnya pada struktur sosial, artinya hakikat masalah gender adalah struktural. Dan penyebab

terjadinya permasalahan sosial gender dalam masyarakat karena terjadinya sosialisasi nilai-

nilai gender, produksi nilai-nilai gender oleh individual dalam interaksinya dengan masyarakat

lain dan yang ketiga adalah terjadinya reproduksi nilai-nilai gender oleh pihak-pihak lain

misalkan masyarakat dengan penguatan nilai-nilai gender sebagai warisan tradisional atau oleh

media massa, opini publik atau oleh mitos-mitos dalam masyarakat.

Dengan demikian keluarga (orang tua) dapat menjadi salah satu sumber sosialisasi nilai-

nilai gender.Seorang ibu adalah menjadi model anaknya dalam perkembangan kepribadiannya

yang dekat dengan pengaruh /tekanan nilai-nilai gender (Galliano, 2003, hlm. 132).

Di dalam pendidikan , gender menjadi ideologi dan skema berpikir anak, yang menjadi

dasar dari perkembangan/pembentukan konsep dirinya. Di dalam pendidikan , gender menjadi

ideologi dan skema berpikir anak, yang menjadi dasar dari perkembangan/pembentukan

konsep dirinya (self-concept) (Galliano, 2003, hlm. 99)

Dari uraian di atas dapat ditemukan urgensi dari dikaitkannya pola asuh anak oleh ibu dengan

diskursus gender. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah “bagaimana pola asuh Ibu-ibu

dalam membentuk karakter anak ditinjau dari perspektif gender”

Dalam kehidupan masyarakat dimanapun nampaknya memperhitungkan semua aspek

kehidupan, bersama dengan dasar perbedaan gender, yaitu feminine dan maskulin (Galliano,

2003). Gender di dalam aspek pendidikan baik formal, non formalmaupun informal tidak dapat

dipisahkan dengan masalah gender, sebab proses pendidikan berintikan interaksi.

Page 9: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

3

B. Rumusan Masalah

Mendasarkan pada uraian di atas, permasalahan di dalam penelitian ini adalah

bagaimana pola asuh Ibu-ibu dalam membentuk karakter anak ditinjau dari perspektif

gender?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengaji pola asuh Ibu dalam membangun karakter putra-

putrinya dari perspektif gender, meliputi:

a. Mendeskripsikan pola asuh Ibu sebagai warga masyarakat Urban terhadap putra-

putrinya

b. Mengelaborasi pola asuh tersebut dengan menggunakan perspektif gender.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk antara lain:

1. Menjadi bahan pengetahuan kepada masyarakat, khususnya kepada Ibu-ibu untuk

dijadikan referensi di dalam mengasuh putra-putrinya.

2. Menjadi informasi kepada pemerintah (Lembaga terkait) sebagai salah satu sumber

informasi di dalam menentukan kebijakan terkait dengan upaya perlindungan anak

dan pemberdayaan perempuan.

3. Menjadi bahan referensi untuk meningkatkan kualitas implementasi program

Ketahanan Keluarga.

Page 10: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Gender sebagai konstruksi sosial

Hal mendasar dalam memahami diskursus gender adalah gender sebagai konstruksi sosial.

Pandangan tradisional yang menyatakan gender sebagai kodrat, di banyak kalangan sudah tidak

ditemui justifikasinya. Sebagai konstruksi sosial, dengan mengikuti pemikiran Berger &

Luckmann (2013: 14) gender merupakan dialektika dari tiga proses yaitu eksternalisasi,

obyektivasi dan internalisasi. Eksternalisasi gender adalah proses penyesuain diri seseorang

dengan sosiokulturalnya. Internalisasi adalah proses individu mengidentifikasi diri dengan

Lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial sekitarnya. Obyektivasi adalah interaksi sosial

yang terjadi secara intersubyektivitas yang mengalami institusionalisasi.

Dengan mendasarkan pada pemikiran ini, gender adalah suatu konsturksi masyarakat

sendiri, Masyarakat siapa dan kapan dimulainya proses dialektis ini sulit diketahui dengan

jelas, namun untuk keperluan pembahasan ini cukup menjadi pengetahuan penting bahwa

gender bukan kodrat. Gender bisa diubah dngan transformasi-transformasi dalam suatu proses

sosial. Dikaitkan dengan kajian ini, teori ini dapat digunakan untuk mengantisipasi masa-masa

awal pembentukan karakter anak. Seorang ibu harus sadar bahwa dirinya tidak bebas dari

pengarh gender karena hasil sosialisasi baik dalam keluarganya maupun lingkungan sosialnya.

Sehingga seorang ibu paling tidak mempunyai afeksi bahwa adanuansa ketidakadilan dalam

ideologi gender. Implikasi dari pemikiran gender sebagai ksontruksi sosial adalah ibu menjadi

model bagi anak-anaknya di dalam proses pembentukan karakternya. Oleh karena itu kognisi,

afeksi dan konasi atau pemahaman dan kesadaran tentang gender oleh ibu adalah penting, agar

dapat berinteraksi dengan progresif gender dengan anak-anak.

Teori tentang karakter progresif gender “androgini”, dimulai dg gender differences, peran

sosial, tanggjawab, pembagian kerja, karakter perbedaan gender atau Cooley, memperkenalkan

teori “diri kaca cermin” (looking-glass self), dengan pemikiran bahwa konsep diri seseorang

dipengaruhi secara berarti oleh apa yang diyakini individu-individu bahwa orang-orang

berpendapat mengenai dia. Kaca cermin memantulkan evaluasi-evaluasi yang dibayangkan

orang-orang lain tentang seseorang.

Mead…p. 18 – tidak melihat tempat kelahiran yang lain bagi diri selain dari masyarakat

(Ritzer & Goodman, 2010: 18) Diri setiap individu berkembang sebagai hasil dari

Page 11: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

5

hubungannya dengan proses-proses aktivitas sosial dan pengalaman dan hubungan dengan

individu lainnya di dalam proses itu. Mead 1934 –konsep (Ritzer & Goodman, 2010)

Page 12: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

6

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Peneltian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan menggunakan

metode penelitian fenomenologi dengan melakukan interpretasi terhadap hasil penelitian

yang didapatkan melalui teknik wawancara mendalam;

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di TK-KB Lab school Rawamangun Jakarta. Waktu penelitian ini

dilaksanakanan selama 6 (enam) bulan.

C. Informan

Ibu-ibu orang tua siswa TK Labshool sebanyak 9 (Sembilan) orang dengan in depth interview.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dengan wawancara mendalam. Dalam pelaksanaan peneliti menggunakan pedoman

wawancara secara semistruktur dengan pengembangan sesuai dengan kebutuhan lapangan.

E. Teknik Analisis Data

Interpretasi atau pemaknaan terhadap data hasil wawancara, sebelumnya dengan menyusun

sesuai dengan key words dari teoi-teori atao konsep-konsep mengenai pola asuh yang progresif

gender.

Page 13: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

7

BAB IV

HASIL LUARAN PENELITIAN

4.1 Artikel Hasil Penelitian

POLA ASUH PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK:

TINJAUAN DARI PERSPEKTIF GENDER

Wuri Handayani, Fauzi Abdillah

Universitas Negeri Jakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengaji pola asuh Ibu dalam membentuk karakter anaknya

ditinjau dari perspektif gender. Studi dari perspektif gender merupakan hal penting sebab sejak

seseorang lahir sampai dewasa gender menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindarkan menggiring

dan mengarahkan manusia untuk mengikuti norma-norma gender. Untuk mengaji pola asuh

Ibu terhadap anaknya dari perspektif gender, penelitian ini dilaksanakan dengan menganalisis

data primer yaitu dengan wawancara mendalam terhadap Sembilan (9) orang Ibu, orangtua

siswa TK Labschool di Rawamangun Jakarta. dan dengan studi dokumen ini menginterpretasi

pemikiran-pemikiran dan yang disampaikan oleh informan. Hasil dari penelitian ini adalah

afeksi informan mengenai diskursus gender cukup positif walau secara kognitif kurang, namun

ekspektasi dan persepsi mereka terhadap anak-anak mereka adalah lebih pada pemaknaan

skope karakter yang lebih general, tidak mendasarkan pada arena tergenderkan atau tidak.

Tanpa mendasarkan pada jenis kelamin anak, karakter mendasar bagi terbangunnya

kepribadian yang penting yang mereka utamakan, seperti disiplin, tanggungjawab, kreativitas

dan kebebasan anak-anak menentukan yang mereka anggap baik untuk dirinya.

PENDAHULUAN

Sejak gender ditetapkan sebagai salah satu strategi pembangunan nasional, studi gender secara

normatip memenuhi urgensinya untuk dilakukan. Studi tentang pengalaman perempuan dalam

kehidupan merupakan “bahan baku” bagi perkembangan diskrusus gender. Dengan demikian

studi semacam ini diharapkan dapat melengkapi dan memberi kontribusi informasi dan

evaluasi bagi inkrementasi kebijakan dan program pembangunan untuk perempuan masa

selanjutnya.

Untuk mendapatkan konfirmasi pengetahuan mengenai pola asuh Ibu, perlu

pendalaman aspek kognitif, afektif dan behavioral seorang Ibu tentang diskursus gender,

terutama terkait dengan gender differences (perbedaan gender). Kemudian bagaimanakah

seorang Ibu mendasarkan stereotip yang kurang positif bagi anak dengan jenis kelamin tertentu

Page 14: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

8

dalam bermacam aspek dan dimensi pengasuhannya. Pengalaman masa perkembangan seorang

Ibu dapat menjadi dasar evaluasi pengasuhan terhadap anaknya sekarang. Ibu adalah “model”

bagi perkembangan karakter anak. Jika seorang Ibu memahami dan mempunyai kesadaran

gender yang cukup kuat maka, pola asuh yang diterapkan untuk membentuk karakter anak-

anaknya akan juga responsive gender, suatu polaasuh yang androgin, inklusif akan karakter-

karakter yang positif dari baik maskulinitas maupun femininitas

Hal mendasar dalam memahami diskursus gender adalah gender sebagai konstruksi sosial.

Pandangan tradisional yang menyatakan gender sebagai kodrat, di banyak kalangan sudah tidak

ditemui justifikasinya. Sebagai konstruksi sosial, dengan mengikuti pemikiran Berger &

Luckmann (2013: 14) gender merupakan dialektika dari tiga proses yaitu eksternalisasi,

obyektivasi dan internalisasi. Eksternalisasi gender adalah proses penyesuain diri seseorang

dengan sosiokulturalnya. Internalisasi adalah proses individu mengidentifikasi diri dengan

Lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial sekitarnya. Obyektivasi adalah interaksi sosial

yang terjadi secara intersubyektivitas yang mengalami institusionalisasi.

Dengan mendasarkan pada pemikiran ini, gender adalah suatu konsturksi masyarakat

sendiri, Masyarakat siapa dan kapan dimulainya proses dialektis ini sulit diketahui dengan

jelas, namun untuk keperluan pembahasan ini cukup menjadi pengetahuan penting bahwa

gender bukan kodrat. Gender bisa diubah dngan transformasi-transformasi dalam suatu proses

sosial. Dikaitkan dengan kajian ini, teori ini dapat digunakan untuk mengantisipasi masa-masa

awal pembentukan karakter anak. Seorang ibu harus sadar bahwa dirinya tidak bebas dari

pengarh gender karena hasil sosialisasi baik dalam keluarganya maupun lingkungan sosialnya.

Sehingga seorang ibu paling tidak mempunyai afeksi bahwa adanuansa ketidakadilan dalam

ideologi gender. Implikasi dari pemikiran gender sebagai ksontruksi sosial adalah ibu menjadi

model bagi anak-anaknya di dalam proses pembentukan karakternya. Oleh karena itu kognisi,

afeksi dan konasi atau pemahaman dan kesadaran tentang gender oleh ibu adalah penting, agar

dapat berinteraksi dengan progresif gender dengan anak-anak.

Teori tentang karakter progresif gender “androgini”, dimulai dg gender differences, peran

sosial, tanggjawab, pembagian kerja, karakter perbedaan gender atau Cooley, memperkenalkan

teori “diri kaca cermin” (looking-glass self), dengan pemikiran bahwa konsep diri seseorang

dipengaruhi secara berarti oleh apa yang diyakini individu-individu bahwa orang-orang

berpendapat mengenai dia. Kaca cermin memantulkan evaluasi-evaluasi yang dibayangkan

orang-orang lain tentang seseorang.

Page 15: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

9

Mead…p. 18 – tidak melihat tempat kelahiran yang lain bagi diri selain dari masyarakat (Ritzer

& Goodman, 2010: 18) Diri setiap individu berkembang sebagai hasil dari hubungannya

dengan proses-proses aktivitas sosial dan pengalaman dan hubungan dengan individu lainnya

di dalam proses itu. Mead 1934 –konsep (Ritzer & Goodman, 2010)

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

penelitian fenomenologi dengan melakukan interpretasi terhadap hasil penelitian yang

didapatkan melalui teknik wawancara mendalam. Penelitian ini melibatkan Ibu-ibu orang tua

siswa TK Labshool sebanyak 9 (Sembilan) orang dengan in depth interview.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Asuh Ibu dari Masyarakat Urban terhadap Putra dan Putrinya

Diawali dari penelusuran bagaimana jenis mainan dipilih, para Ibu banyak yang membedakan

jenis permainan sesuai gendernya, salah satu informan menyampaikan "tidak mau laki-laki

keperempuan-peremuanan" dengan harapan laki-laki memiliki peran gender untuk melindungi

perempuan. Ada juga pemilihan mainan berdasarkan tujuan untuk menumbuhkan karakter

tertentu seperti sabar, imajinatif, kemandirian, bahagia, peka, aktif, dsb.

Dari perspektif pikiran tubuh, para Ibu ditanyakan mengenai olahraga dan seni apa yang

diberikan pada anak, ada yang menjawab hal tersebut sesuai dengan kegemaran anak, ada juga

yang sesuai dengan harapan orang tua, misalkan menginginkan anaknya lebih berani, mereka

mengarahkannya pada gymnastic, ingin lebih sensitif diarahkan ke balet. Untuk kesenian,

hampir semuanya mengarah pada hal yang disukai oleh anak, ada yang diarahkan ke drumband,

piano, atau sekadar mendengarkan musik saja.

Terkait peran laki dan perempuan dilihat dari bacaan, mitos, cerita fiksi dan tontonan televisi

memperlihatkan keunikan, misalnya untuk laki-laki:

"tontonan TV langganan tontonan anak-anak seperti cartoon network, baby TV, Nusa

dan Hana yang ada agamanya ada belajar sholat, nyanyi sambal menghafal al Quran,

ABCD. Biar ada edukatifnya sambal bermain. Tontonan seperti spiderman atau batman

saya kasih. Tom and Jerry, tapi porsinya dibagi dan disisipin omar dan Hana. Tetap

dipilih, tidak ditiadakan karena takutnya ketinggalan jaman."

Ada pula Ibu ME, wiraswasta berumur 30 tahun yang mempunyai latar pekerjaan ilmu

komputer: Mainan: laki-laki mengasah kemampuan -blok2, lego, utk perempuan boneka

barbie, yg umur 5 th masig diarahkan tp yg 6 th sdh dibolehkan memilih sendiri, kriterinya

Page 16: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

10

sopan-seperti pepapic krn ada tantangan, ipin upin datas, harus tahu kodrat wanita memasak,

dan pekerjaan rumah tangga lain, memberi kebebasan utk menetukan berkarier atau tidak, ibu

memberi modelling tidak bekerja karena permintaan suami dengan didasari oleh kepatuhan

terhadap penafsiran ajaran agama, modelling bahwa menjadi ibu adalah berat, penampilan bagi

anak perempuan sama pentingnya dengan prestasi, memberi kebebasan dan fasilitas utk

mengambil keputusan bekerja atau tidak, nilai dasar agama, pandangan egaliter laki-laki sm

perempuan, pendidikan penting baik bagi ortu maupun anak juga utk menghadapi hidup.

Sementara itu, Ibu EC, 30 th berpendapat bahwa mainan haruslah yang bermanfaat,

suami mainan mobil2an utk anak laki2, beda gender beda penanganan (bias gender) anak pr

lebih lembut, anak laki2 harus didik utk lebih bertanggung jawab, jangan kolokan, lebih

tegas/keras, perempuan juga beratanggung jawab, beda secara fisiologis, karakter shg beda

penanganan, ekspektasi tidak bias gender, akhlaq yg utama sbb akan mendorong kepintaran

dlm aspek lainnya misalnya disiplin sholat, modelling bpk utk mbangun anak2 mengerti

pekrjaan rt, suami memberi kebebasan untuk bekerja atau tidak, keputusan berkarir melihat

dari pengalaman tidk tega meninggalkan anak dan pengalaman orangtua, modelling orangtua,

mendidik anak perempuan dengan Tarik ulur.

Di sisi lain, responden Bunda AN, 34 tahun yang seorang arsitek berpendapat bahwa

mainan berbie, X-Surprise, Alat Masak dan alat bersih-bersih menarik untuk anak-anak. Lego

yang untuk anak perempuan. Untuk menyenangkan anak, reward atas pencapaian, supaya

mengenal tugas-tugas perempuan seperti apa(progresif gender) Olahraga gymnastic untuk

perempuan yang umur 7 tahun, dan balet untuk umur 5 tahun karena pilihan sendiri. Suami

menyerahkan urusan anak kepada istri, terima beres. Istri ikhlas karena suka. Ingin dirumah

agar dekat dengan anak-anak. Penampilan tidak lebih penting dari karakter, anak milih sendiri.

Pola asuh, wanita punya suara.

Adapun Bunda AR, 39 th, Bunda tidak membelikan mainan, main di alam, karena

modelling dari orangtuanya. Suaminya memberi lego, robot-robotan dan rakit-rakitan.

Orangtua militer, berharap anak menikmati hidup dialam, agar lebih aktif, peka, dan motoric

kasarnya terasah. Suami mengajak bermain pesawat dngan lego, bunda mengajak bermain

dialam dengan pesawat kertas, anak dilatih pekerjaan rt, laki-laki harus mandiri dan

tanggungjawab. Olahraga sepakbola dan sepeda, suami memberi tontonan superhero,

ekspektasi laki-laki banget, bisa melakukan banyak hal , kuat. Penampilan diarahkan casual,

pakaian laki-laki, tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk berdandan. Warna baju diberi

kbebasan untuk memilllih. Tidak pink, karena pink identic dengan perempuan, tidak mengapa

pink asalkan sudah dewasa, karena sudah mengerti pribadinya. Wanita dibentuk harus

Page 17: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

11

melayani, mengayomi, selalu baik, lembut dan banyak tuntutan dibanding pria. Ibu akan

menjadi role model seorang wanita dan harus berani, dan bapak kemaskulinannya yang dilihat

(perlindungan). Nilai agaman mengakomodir tugas perempuan. Laki-laki harus menjadi

pemimmpin dan harus membantu wanita, tidak berfikir wanita itu lemah. Mendapatkan hal tsb

dari pengalaman orangtua. Wanita karir bagus, bisa terlhat hebat diluar, tapi anak butuh

orangtua sampai fase tertentu. Suami cukup pada porsi memberi contoh mencuci mobil sendiir,

sholat ke masjid.

Bunda Vi, 44 th. Mainan Perempuan mengikuti kakak laki-lakinya.mobil-mobilan,

bola. Memberi tontonan Disney chanel dan nickelodeon, agar sering menolong dan rasa

kepeduliannya tinggi. Yang penting akhlak, pendidikan formal yang kedua. Bekerja diluar

dengan izin suami. Melepas pekerjaan dengan ikhlas, mengerti suami sebagai kepala keluarga,

rezeki suami rezeki istri. Fitrah istri hanya mengerti buat suami. Patuh karena suami adalah

imam. Perempuan bekerja tidaklah salah, keluarga dan anak-anak yang utama. Pekerjaan

rumah tangga dikenalman ke anak, tapi tdak diwajibkan, setidaknya mereka tau tugas

membantu orang tua.

Bunda Ve, 40 th, S2. Mainan: laki-laki hotweels, lego, karakter hewan, perempuan:

berbie LOL, lebih keperempuan-perempuanan. Tidak mau laki-laki keperempuan-perempuan

dan sebaliknya. Permainan dan tontonan yang mendidik. Di Youtube banyak yang berbahaya.

Laki-laki harus melindungi perempuan. Membacakan cerita nabi-nabi lebih cocok dengan

kepercayaan agama dari pada Disney. Agar anak bisa mencontoh dan menerapkan di

kehidupan, terhindar dari pembuliyan. Penampilan sesuai dengan keinginan anak. Perempuan

lebih bisa berkarya, kemandirian sebagai perempuan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak

diinginkan. Pekerjaan bukan untuk eksistensi diri tapi untuk keseimbangan, bersosialisasi agar

tidak ketinggalan zaman dan aktualisasi diri. Jenis pekerjaan yang fleksible agar lebih banyak

waktu dengan anak. Pengalaman ditinggal orang tua pada masa kritis anak-anak. Pekerjaan rt

diajarkan, prempuan bisa mandiri dalam hal ekonomi. Perhatian ke anak dalam kejadian di

lingkungan sekolah harus diperhatikan betul, pembulliyan verbal berasal dari kelalaian

perhatian terhadap anak. Anak bisa kehilangan figure orangtua, butuh kedekatan dengan

ibunya.

Bunda Mu, Dosen. Mainan, laki-laki lego, berimajinasi, idenya berkembang.

Permainan boneka dikenalkan untuk media story telling. Pilih lego karena tes psikologi

geometrinya bagus. Penanaman disiplin pada pekerjaan RT: tanggungjawab thd dirinya

sendiri, piring kotor, mainan, baju kotor, tempat tidur. Pengenalan buku, mengajak ke toko

buku, membacakan buku sebelum tidur, tidak televisi local. Penampilan yang penting nyaman,

Page 18: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

12

dan matching, sesuai occasional, warna memilih sendiri, tidak ada beda, ayah juga

menggunakan ungu. Konsep mau mencoba pekerjaan RT,bisa sabar dan tanggungjawab.

pengalaman orangtua tidak membolehkan mencampuri pekerjaan RT sehingga tidak ingin

kejadian tersebut terulang. Suami mau mendengarkan

Bunda Id, 33 th. Mainan: lego, bisa berkreatifitas, berimajinasi. laki-laki bijaksana,

Pekerjaan RT tanggungjwab Bersama, pengalaman masa kecil oleh ortu membekas.

Perempuan harus bisa cuci mobil, buka baut, bukan hanya nyapu. Pola asuh orangtua menjadi

dasar keputusan ibu-ibu. Pengalaman menjadi dasar keputusan untuk tidak bekerja. Ikhlas

tidak bekerja, dan suami membebaskan. Nilai-nilai universal mempengaruhi keputusan

demokratis suami. Menerapkan nilai-nilai berkata yang baik, Pekerjaan Rt dikenalkan kepada

anak, lki-laki harus bisa masak. Harapan kepada anak laki-laki menjadi pemimpin keluarga,

bijaksana, bisa focus dengan keluarga, harus dibangun dengan kepercayaan. Pemimpin

keluarga memahami tugas-tugas istri.

Bunda ES, 31 th. Mainan, perempuan: puzzle, meja rias, bola kecil-kecil, masak-

masakan biar tau itu mainan untuk perempuan. Ekspektasi, anak happy, mandiri, beradaptasi

dengan lingkungan. Paling penting pendidikan. Maunya anak bekerja diluar rumah, balik ke

pilihannya kalo suami tidak mengizinkan balik ke kodrat perempuan. Pengalaman diri

membuat keputusan untuk tidak bekerja. Rencana pola asuh ke anak laki-laki, jangan sampai

manja, penanganan berbeda dengan perempuan, perempuan agak bisa diarahin. Laki-laki harus

mandiri, akan menjadi bapak yang bertanggungjawab. Mencari referensi dari baca media

sosial, menannyakan ke lingkungan yang mempunyai anak laki-laki. Memberikan asuransi

pendidikan untuk persiapan masa depan anak. Pendidikan untuk anak tidak dibedakan. Bekal

pendidikan agama, sekolah TK dibiarkan dulu bermain. SD dimasukkan sekolah islam agar

ada bekal dasarnya. Di rumah anak diajarkan kata terimakasih, tolong dan maaf. Modelling

ajakan sholat, mecuci tangan sebelum makan. Memberi perhatian kepada anak, dengan melihat

minat dan bakatnya. Penampilan yang penting bersih dan rapi, dan kualitas pendidikannya

lebih penting. Anak laki-laki tidak boleh ada unsur pink baik dimainan maupun pakaian.

Memberikan mainan yang menguatkan gender sebagai laki-laki. Laki-laki harapannya punya

karakter mandiri, bertanggungjawab dan tidak menyakiti permpuan. Ekspektasi laki-laki mau

membantu pekerjaan RT, tidak dipaksakan. Nilai yang akan diturunkan ke anak perempuan

dan laki-laki, tenggangrasa, empati, dan mau belajar. Pengalaman yang mendasarinya.

Perempuan kodratnya ikhlas, sabar dan ada keterbatasan. Pemberian pendidikan akan

ditentukan berdasarkan kualitas dari anak-anaknya tidak memandang laki-laki dan perempuan.

Orangtua militer. Suami long distance, suami mempercayakan pola asuh kepada istri.

Page 19: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

13

Menilik Pola Asuh Ibu Masyarakat Urban melalui Perspektif Gender

Di bawah ini adalah pembahasan pola asuh dari gender norms Rational & Emotional, Pikiran

tubuh, Higher & lower form, achievement & sociemotion, dan individuality. Di bawah ini

merupakan visualisasi dari pola asuh Ibu yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya.

Dari temuan penelitian tersebut, kita dapat melihat bahwa teori dari Berger &

Luckmann (2013: 14) terkonfirmasi, yang mengatakan bahwa gender merupakan dialektika

dari tiga proses yaitu eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi. Hampir sebagian besar

mengolah informasi yang ada, dan menyesuaikan dengan kondisi yang mempunyai relevansi

dengan lingkungan sosial kulturalnya. Pembagian peran antara suami dan istri pun tertangkap

sebagai berbagi peran atas dasar kesepakatan, tidak atas gender semata. Dalam hal itu kita dapat

melihat jika seorang suami mempercayakan pola asuh kepada istri, tidak semata-mata lepas

tangan, tetapi memang adanya kesempatan, kematangan, dan kesiapan yang lebih banyak

daripada pasangannya tersebut.

Bagan 1 Pola Asuh Ibu Masyarakat Urban dalam Mendidik Putra-Putrinya di Jakarta

POLA ASUH IBU

MASYARAKAT URBAN

ASPEK

AFEKTIF ASPEK

KOGNITIF

ASPEK

KONATIF

KESADARAN GENDER

Modelling Pengalaman

Stereotipe

Persepsi ttg

Gender

Tingkat

Pendidikan

Ekspektasi

Penampilan

Karakter

MEDIA

Hab

ituasi

Hab

ituasi

Hab

ituasi

Habitu

asi

Pengenalan

Pelatihan

Penumbuhan

Kesadaran

Pem

biasaan

Permainan

Tontonan

Olahraga

Cerita Populer

Cerita Religius

Page 20: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

14

Kita dapat mengambil pesan dari mainan yang diberikan secara selektif oleh orang tua

pada anak. Terdapat ekspektasi-ekspektasi yang muncul dari apa yang dilakukan oleh orang

tua pada anaknya. Sehingga apa yang disampaikan oleh Galliano (2003) bahwa gender akan

menjadi ideologi dan skema berpikir anak, yang mendasari perkembangan/pembentukan

konsep dirinya (self-concept). Peran orang tua bisa kita cermati dari fenomena-fenomena yang

kita simak pada penelitian ini dan penelitian lainnya.

Pendidikan Karakter Berbasis Kesadaran Gender

Setelah merefleksikan data yang telah dikumpulkan, identifikasi, klasifikasi dan berujung pada

pengungkapan pola asuh sebelumnya, peneliti mengajukan model Pendidikan Karakter

Berbasis Kesadaran Gender untuk ikut dalam gerakan pengarusutamaan gender. Adapun model

pendidikan yang kami konstuksikan dapat dilihat dari visualisasi di Bagan 2.

Peneliti telah mempertimbangkan berbagai aspek, komponen dan aktualisasi yang relevan

untuk konseptualisasi Pendidikan Karakter berbasis Kesadaran Gender. Dalam hal ini,

Kesadaran Gender menjadi landasan sekaligus capaian program atau pun pembelajaran.

Aspek pertama yang dilibatkan adalah Pendidikan Abad 21, yang terdiri dari berpikir kritis,

kerjasama, komunikasi, kreatif, berpikir tingkat tinggi, literasi dan numerasi. Aspek kedua

adalah integrasi kurikuler dari seluruh mata pelajaran yang ada dan disajikan secara tematik.

Aspek ketiga adalah prinsip-prinsip pengarusutamaan gender yang berisi pemberdayaan,

kepemimpinan, pendidikan, kesadaran gender, pergantian kultural institusional, prioritas

kesetaraan gender, perempuan ikut dalam pengambilan keputusan, politik inklusi bagi

perempuan, kesetaraan gender, kebijakan publik dan sosiokultural.

Selanjutnya, kita juga perlu memijakkan kaki pada konteks yang tepat antara lain agenda

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Pancasila, HAM, Demokrasi, Kebhinnekaan, dan MEA.

Aspek selanjutnya yang diperhitungkan adalah kewarganegaraan yang terdiri dari pengetahuan

kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan, kompetensi kewarganegaran, kepercayaan

diri warga neagra, kebiasaan warga negara, keterlibatan warga negara, keadaban warga negara,

moral kewarganegaraan, kewarganegaraan masyarakat, sikap kewarganegaraan,

kewarganegaraan politik dan kewarganegaraan kultural. Dalam aspek strategi pendidikan kita

dapat menyajikannya secara terintegrasi, teladan, habituasi, hidden curriculum, explicite

curriculum, kurikuler, ekstrakurikuler, lingkungan dan budaya sekolah, kepemimpinan

sekolah, multiluterasi, berbasis proyek dan berbasis pelayanan.

Terakhir, adalah strategi dari metode dan alat, kita dapat tempuh melalui analisis gender, audit

gender, peningkatan kesadaran gender, pembiayaan gender, evaluasi berbasis gender, gender

Page 21: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

15

indicators, perencanaan gender, statistik gender, gender monitoring, transformasi institusional

dan pelatihan kesetaraan gender. Semua aspek tersebut perlu diramu lebih jauh secara strategis

dan efisien, sehingga efektivitas sesuai tujuan akan tercapai karena pelaksanaan dilaksanakan

dengan sukses dan lancar.

Page 22: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

16

Bagan 2 Rancang Bangun dan Komponen Pendidikan Karakter Berbasis Kesadaran Gender

Page 23: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

17

KESIMPULAN

Afeksi informan mengenai diskursus gender cukup positif walau secara kognitif kurang, namun

ekspektasi dan persepsi mereka terhadap anak-anak mereka adalah lebih pada pemaknaan

scope karakter yang lebih general, tidak mendasarkan pada arena tergenderkan atau tidak.

Tanpa mendasarkan pada jenis kelamin anak, karakter mendasar bagi terbangunnya

kepribadian yang penting yang mereka utamakan, seperti disiplin, tanggungjawab, kreativitas

dan kebebasan anak-anak menentukan yang mereka anggap baik untuk dirinya.

Pemerintah hendaknya menetapkan program sosialisasi diskursus gender sebagai program

pendidikan masyarakat. Pendidikan masyarakat ini dimaksudkan untuk memberi pengetahuan

dan pemahaman yang lengkap dari berbagai perspektif, sehingga dapat menumbuhkan

kesadaran gender di kalangan masyarakat. Pemerintah hendaknya menetapkan secara

incremental dan retrospektif mengenai pengarusutamaan gender, dari yang selama ini

menggunakan pendekatan makro (institusional) ditambah dengan pendekatan mikro yang lebih

bersifat psikologis. Dan penelitian ini juga telah mengonstruksikan model rancang bangun

Pendidikan Karakter yang Berbasis Kesadaran Gender. Selanjutnya model tersebut akan

dikembangkan sesuai dengan tujuan dan konteks penerapannya.

REFERENSI

Aritonang, D. R. (2014). Ini 97 Perempuan Anggota DPR Periode 2014-2019. Nasional

Kompas. Retrieved from https://www.nasional.kompas.com/

Berger, P. L., & Luckmann, T. (2013). Tafsir Sosial atas Kenyataan. Risalah tentang Sosiologi

Pengetahuan. (H. Basari, Trans.). Jakarta: LP3ES.

Badan Pusat Statistik, tahun 2012". http://bps.go.id/

Depdiknas. (2007). Rangkuman Statistik Persekolahan 2006/2007. Jakarta: Kementrian

Pendidikan dan Kebudayan

Galliano, G. (2003). Gender Crossing Boundaries. Canada: Kennes State University.

Pratiwi, A. M. (2017). Rahma Iryanti: Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan akan

Mempengaruhi Perdagangan EKonomi. Jurnal Perempuan. Retrieved from

http://jurnalpermpuan.org

Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2010). Teori Sosiologi Modern. (T. W. B. Santoso, Ed.,

Alimandan, Trans.) (Keenam). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Page 24: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

18

4.1 Abstract Conference

Artikel dari abstrak ini telah dipresentasikan pada The 3rd ICPECE di Bandung, 19

November 2019. Link http://cibiru.conference.upi.edu/index.php/ICPECE/ICPECE3/

GENDER DISCOURSE, EXPECTATION, AND PERCEPTION:

STUDY OF WOMEN PARENTAL ROLES IN JAKARTA

Wuri Handayani1, Fauzi Abdillah2

[email protected], [email protected]

Universitas Negeri Jakarta

Abstract

This study discusses the study of mother's parenting in the form of a character from a gender

perspective. The study from a gender perspective is essential because a person is born into an

adult gender becomes something that can not be avoided in herding and directing humans to

start gender norms. To assess parenting towards a gender perspective, this study analyzed

primary data with in-depth interviews with nine (9) mothers, TK Lab school Kindergarten

students in Rawamangun Jakarta. Moreover, with this document studio, interpret conversations

and those delivered by informants. The results of this study are the informant's affection about

gender discourse is quite positive although not cognitive, their expectations and perceptions of

their children are more on the meaning of the more general character scope, it cannot be sold

in the arena whether it is rendered or not. Without being based on the sex of the child, the

necessary characteristics for the development of personalities that are important for them to

prioritize, such as discipline, responsibility, creativity, and freedom of children, determine what

they think is suitable for themselves.

Keywords: Gender Awareness in Education, Women Parental Roles, Gender Perspective in

Education

Page 25: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

19

Sertifikat Konferensi

Page 26: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

20

Page 27: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

21

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pola asuh yang dilakukan oleh informan secara umum dapat dikatakan progresif

gender. Hasil dari penelitian ini adalah afeksi informan mengenai diskursus gender cukup

positif walau secara kognitif kurang, namun ekspektasi dan persepsi mereka terhadap anak-

anak mereka adalah lebih pada pemaknaan skope karakter yang lebih general, tidak

mendasarkan pada arena tergenderkan atau tidak. Tanpa mendasarkan pada jenis kelamin

anak, karakter mendasar bagi terbangunnya kepribadian yang penting yang mereka

utamakan, seperti disiplin, tanggungjawab, kreativitas dan kebebasan anak-anak

menentukan yang mereka anggap baik untuk dirinya.

B. Saran

Pemerintah hendaknya menetapkan program sosialisasi diskursus gender sebagai

program pendidikan masyarakat. Pendidikan masyarakat ini dimaksudkan untuk memberi

pengetahuan dan pemahaman yang lengkap dari berbagai perspektif, sehingga dapat

menumbuhkan kesadaran gender di kalangan masyarakat.

Pemerintah hendaknya menetapkan secara incremental dan retrospektif mengenai

pengarusutamaan gender, dari yang selama ini menggunakan pendekatan makro

(institusional) ditambah dengan pendekatan mikro yang lebih bersifat psikologis.

Perlu disusun program-program pencerahan secara umum kepada masyarakat

mengenai diskursus gender, sekaligus program “Pencerahan Gender” ini menjadi bagian

dari program penting Jokowi periode kedua Revolusi Mental”

Page 28: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

22

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, D. R. (2014). Ini 97 Perempuan Anggota DPR Periode 2014-2019. Nasional

Kompas. Retrieved from https://www.nasional.kompas.com/

Berger, P. L., & Luckmann, T. (2013). Tafsir Sosial atas Kenyataan. Risalah tentang Sosiologi

Pengetahuan. (H. Basari, Trans.). Jakarta: LP3ES.

Badan Pusat Statistik, tahun 2012". http://bps.go.id/

Depdiknas. (2007). Rangkuman Statistik Persekolahan 2006/2007. Jakarta: Kementrian

Pendidikan dan Kebudayan

Galliano, G. (2003). Gender Crossing Boundaries. Canada: Kennes State University.

Pratiwi, A. M. (2017). Rahma Iryanti: Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan akan

Mempengaruhi Perdagangan EKonomi. Jurnal Perempuan. Retrieved from

http://jurnalpermpuan.org

Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2010). Teori Sosiologi Modern. (T. W. B. Santoso, Ed.,

Alimandan, Trans.) (Keenam). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Page 29: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

23

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Peneliti

1. Biodata Peneliti

A. Identitas Diri

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan

Tinggi

Universitas

Gajah Mada

Universitas Gajah

Mada

Universitas Negeri Jakarta

Bidang Ilmu Ilmu

Hubungan

Internasional

Ilmu Politik Pendidikan Kependudukan

dan Lingkungan Hidup

Tahun Masuk-Lulus 1981-1986 1989-1993 2010-2018

Judul

Skripsi/Thesis/disertasi

Kegagalan

Sistem

Demokrasi

Liberal di

Filipina

(1946-1972)

Asimilasi di

Pontianak

Kajian tentang

Masyarakat

(Keturunan Cina)

dan Program

Pembauran

Bangsa

Evaluasi Implementasi

Kebijakan

Pengarusutamaan Gender

dalam Menghilangkan

Diskriminasi Gender di

Bidang Pendidikan (Studi di

SD Tersan Gede 1

Magelang, Jawa Tengah

Nama Pembimbing/

Promotor

Dr. Mohtar

Mas’oed

Dr. Mohtar

Mas’oed

Prof. Dr. Nadiroh, M. Pd

Prof. Dr. Ismail Arianto

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jml (Juta Rp)

1. 2015 Pengarusutamaan Gender di Bidang

Pendidikan

BLU UNJ Rp 12.000.000,-

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Wuri Handayani, M.Si

2 Jenis Kelamin P

3 Jabatan Fungsional Dosen

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 196212291987032001

5 NIDN 0029126207

6 Tempat dan Tanggal Lahir Kediri, 29 Desember 1962

7 E-mail [email protected]

8 Nomor Telepon/HP 0811284649

9 Alamat Kantor Gedung K, Kampus A UNJ

10 Nomor Telepon/ Faks 4890108/ 4753655

11 Lulusan yang telah dihasilkan S-1 8 orang,

12 Mata Kuliah yang diampu 1. Kebijakan Publik

2. Sosiologi Politik

3. Politik Hukum

Page 30: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

24

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jml (Juta Rp)

(Studi Deskriptif Pengarusutamaan Gendel

dalam Pelaksanaan Pembelajaran di SD

Tersan Gede I Kabupaten Magelang

Provinsi Jawa Tengah)

2. 2016 Gender dan Peran Sosial

(Studi terhadap Persepsi Mahasiswa

tentang Peran Sosial di Universitas Negeri

Jakarta)

3 2017 Bias Gender dalam Proses Pembelajaran

Studi di SD Negeri Perumnas Condong

Catur Yogyakarta

BLU UNJ Rp. 6.000.000,-

4. 2018 Pola Transformasi Nilai-nilai Toleransi

Oleh Orangtua kepada Anak Usia Dini pada

Masyarakat Cigugur Kuningan Jawa Barat

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp)

1 2015 Sosialisasi Pengetahuan tentang Gender

untuk Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran bagi Guru Sekolah Dasar

Negeri Tersan Gede 1 Magelang

DIPA

PNBP

UNJ

2 2016 Sosialisasi Pengetahuan tentang Perbedaan

Gender (Gender Differences) dan Peran

Gender (Gender Role) untuk Membentuk

Persepsi Peran Sosial Responsif Gender

Kaum Muda di Jakarta Timur

3 2017 Sosisalisasi Pengetahuan tentang Wawasan

Gender dalam Proses Pembelajaran kepada

Guru-guru di SD Negeri Perumnas

Condong Catur Yogyakarta

BLU UNJ Rp 3.000.000,-

4 2018 Pemanfaatan Literasi Media dalam

Pendidikan Karakter

POK FIS

UNJ

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor

Tahun Nama Jurnal

1

Evaluation of Gender Mainstreaming

Policy in Removing Gender

Discrimination in Education (Study at SD

Tersan Gede 1 Magelang Central Java)

Vol. 5 No.7,

2017

The International

Journal of Humanities

& Social Studies

2 Diskriminasi Gender dalam Pendidikan Vol. 10 No.2,

2018

Muwazah

(Jurnal Kajian Gender)

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/Seminar

Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir

Page 31: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

25

No Nama Tema Ilmiah/ Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

Tempat

1

The 3rd International Conference of

Social Sciences and Education

Theme: Challenges of Social Sciences

and Education for Achieving

Sustainable Development Goals

(SDGs)

Menakar Potensi Eliminasi

Diskriminasi Gender

(Studi Analisis Proses

Formulasi Kebijakan

Pengarusutamaan Gender

Pendidikan)

23-26 Juli 2019

Prime Plaza

Hotel

Yogyakarta

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah Halaman Penerbit

H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir

No Judul/ Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata

dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya,

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan Penelitian Kompetitif Fakultas.

Jakarta, …. November 2019

Ketua Pengusul,

Dr. Wuri Handayani, M.Si.

NIP. 19621229.1987032001

Page 32: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

26

A. Identitas Diri Anggota

1. Nama Lengkap (dengan gelar) Fauzi Abdillah, M.Pd.

2. Jabatan Fungsional Dosen Asisten Ahli

3. Jabatan Struktural -

4. NIP/NIK/Identitas lainnya 198903042019031008

5. NIDN 0004038911

6. Tempat dan Tanggal Lahir Bogor, 4 Maret 1989

7. Alamat Rumah Kp. Cikereteg RT 003 RW 002

8. Nomor Telepon/Faks / HP 085697601340

9. Alamat Kantor Program Studi PPKn, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas

Negeri Jakarta Gd. K. Kampus UNJ, Jl. Rawamangun

Muka Jakarta Timur

10. Nomor Telepon/Faks (021) 4890108, 4753655/ (021) 4753655

11. Alamat e-mail [email protected]/ [email protected]

12. Lulusan yang Telah Dihasilkan -

13. Mata Kuliah yang Diampu 1. Landasan dan Kerangka Filosofis PKn

2. Strategi Pembelajaran PPKn

3. Pengantar Hukum Indonesia

4. Metodologi Penelitian

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan

Tinggi

UNJ UPI

Bidang Ilmu PPKn PKn

Tahun Masuk-Lulus 2008-2012 2013-2015

Judul Skripsi /

Thesis / Disertasi

Profil Budaya Politik Kaum Santri

di Pesantren Al-Falak Loji Kab.

Bogor

Pengembangan Keterlibatan Warga

Negara melalui Penggalangan Dana

Online di Kitabisa.com

Nama Pembimbing /

Promotor

Prof. Dr. M. Japar, M.Si

Drs. Mohammad Maiwan, M.Si,

Ph.D

Prof. Dr. H. Endang Danial, M.Pd.

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun terakhir

No. Tahun Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber Jml (Juta

Rp)

1. 2016

Pengembangan Model Perilaku Sosial

Kewarganegaraan Dalam Permainan Belajar

Anak Usia Dini (Tahun Pertama)

UPI/ Non PNPB Rp. 30

2. 2016 Dampak Pemanfaatan Jurnal Perkuliahan Untuk

Memupuk Kemampuan Reflektif Mahasiswa

Prodi PGSD UPI

Cibiru Rp. 2.5

3.

2016

Pengembangan Model Pembelajaran Semi

Workshop dalam meningkatkan Intensitas

Penguasaan Konseptual-Teoritik dan Praksis

Metodologi PPKn-SD

Prodi PGSD UPI

Cibiru Rp. 10

4. 2017

Pengembangan Literasi Budaya

Kewarganegaraan pada PPKn Berbasis Budaya

Lokal Nusantara

BOPTN Rp. 135

Page 33: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

27

5. 2017

Pengembangan Model Perilaku Sosial

Kewarganegaraan Dalam Permainan Belajar

Anak Usia Dini (Tahun Kedua)

BOPTN Rp. 40

6.

2017

Profil Persepsi Guru dan Materi PPKn SD Pada

Kurikulum Nasional (Studi Grounded Theory

terhadap Persepsi Guru terhadap Konten Materi

dan Pengembangan PPKn Sekolah Dasar)

PGSD UPI Cibiru Rp. 7,5

7. 2018 Belajar Bermasyarakat: Implementasi Model

Perilaku Sosial Kewarganegaraan dalam

Permainan Belajar Anak Usia Dini (Tahun

Pertama)

DRPM

Ristekdikti

Rp. 241

8. 2018 Rancang Bangun PPKn berbasis Pendidikan

Emansipatoris di Sekolah Dasar

BOPTN UPI Rp. 25

9. 2018 Orientasi Perkuliahan Berbasis Proyek: Gubahan

Akademis sebagai Situs Kewarganegaraan Calon

Guru

PGSD UPI Cibiru Rp. 5

10. 2019 Belajar Bermasyarakat: Implementasi Model

Perilaku Sosial Kewarganegaraan dalam

Permainan Belajar Anak Usia Dini (Tahun

Kedua)

DRPM

Ristekdikti

Rp. 345

11. 2019 Pendidikan Kebhinnekaan: Implementasi Model

Pengembangan Literasi Budaya

Kewarganegaraan pada PPKN SD berbasis

Tradisi Lokal Nusantara

DRPM

Ristekdikti

Rp. 353

12. 2019 Pola Transformasi Nilai Toleransi kepada Anak

Usia Dini Oleh Perempuan Urban di DKI Jakarta

Dana POK FIS

UNJ 2019

Rp. 30,9

13. 2019 Program Studi Sebagai Wahana Pendidikan

Ideologi Kebangsaan: Pelajaran dari Studi

Penelusuran Kepuasan Alumni PPKN UNJ

Dana POK FIS

UNJ 2019

Rp. 35

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada

Masyarakat

Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp)

1. 2016 Lokakarya Program Assessment Kurikulum 2013

Untuk Para Guru di SDN Sukahati 1- Kabupaten

Bandung.

Prodi PGSD

UPI Cibiru

Rp. 5

2. 2016 Penyuluhan The Civic Mission School Dalam

Membangun Iklim Demokratis Di Sekolah Dasar

Negeri Sukahati 1 – Kabupaten Bandung

Prodi PGSD

UPI Cibiru

Rp. 2

3. 2017 Sosialisasi Pola Asuh dan Kerjasama Orang

Tua-Sekolah dalam Menyukseskan Pendidikan

Anak Usia Dini di Desa Loa Kecamatan Paseh

Kab. Bandung

Prodi PGSD

UPI Cibiru

Rp. 11

4. 2017 Seminar Kebijakan Orang Tua dalam

Penggunaan Gadget Anak

Mandiri -

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal Dalam 5 Tahun terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Volume/

Nomor/Tahun Nama Jurnal

1. Crowdfunding: Demokratisasi Akses

Keuangan dalam Mendukung Aksi Sosial

Mahasiswa

Vol 15/ No 1/

2015

Jurnal Ilmiah Mimbar

Demokrasi

Page 34: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

28

2. Menelisik Nilai Moral Sosial

Kewarganegaraan dalam Permainan Anak

Usia Dini

Vol 2/ No 1/ 2016 Jurnal Moral Kemasyarakatan

3. Revitalisasi Kemampuan Refleksi

Mahasiswa Calon Guru Melalui Penulisan

Jurnal Perkuliahan PPKn

Vol 9/ No 1/ 2017 EduHumaniora: Jurnal

Pendidikan Dasar

4. Mendidik Warga Negara Indonesia Di

Sekolah Dasar: Perspektif Guru

Vol 8/ No 2/ 2018 Jurnal Inspirasi Pendidikan

5. Model Pembelajaran Perilaku Sosial

Kewarganegaraan: Upaya Guru dalam

Memupuk Gotong Royong Ssejak Dini

Vol 9/ No 1/ 2018 Cakrawala Dini: Jurnal

Pendidikan Anak Usia Dini

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan / Seminar Ilmiah

Dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan Ilmiah/

Seminar Judul Artikel

Waktu dan

Tempat

1. International Conference on Civic

Education As A Scientific Fields and

Educational Program for

Strengthening Competitiveness of

Graduate

Menggapai Penguasaan Konseptual

Teoretis dan Praksis: Implementasi

Model Semi Workshop dalam

Perkuliahan Pengembangan

Pembelajaran PKn SD

Bandung, 2016

2. International Seminar on Philosophy

of Education: Primary Foundation in

Strengthening Pedagogy Development

in Indonesia Future Generation

Interdisipliner: Refleksi Epistemologis

Pendidikan Kewarganegaraan Di

Sekolah Dasar

Bandung, 2016

3. International Conference on

Educational Sciences

Ethnic Idiom Articulation and Civic

Education Material for Elementary

School: Development of Cultural

Citizenship Literacy

Bandung, 2017

4. Seminar Nasional Pendidikan dan

Pembelajaran Bagi Dosen dan Guru

Peran Guru sebagai Diseminator

Pendidikan Emansipatoris di Sekolah

Dasar

Malang, 2018

5. Annual Civic Education Conference Demystify Civic Education Through

The Educational Neuroscience on

Indonesia Curriculum

Bandung, 2018

6. Seminar Pendidikan Nasional:

Membangun Pendidikan berbasis

Paradigma Higher order thinking

skills dalam konteks Keindonesiaan

Mengurai Konstelasi Filosofis

Pancasila Melalui Literasi Budaya

Kewarganegaraan Dan Literasi Digital

Kewarganegaraan

Bandung, 2018

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah

Halaman Penerbit

1. Mengembangkan Perilaku Sosial

Kewarganegaraan untuk Anak Usia Din

2018 112 UPI Kampus Cibiru

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Emansipatoris

2018 62 CV Ragamulya Institute

3. Pemberdayaan Masyarakat dalam

Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

2018 324 UPI Kampus Cibiru

4. Mendalami materi PKN di sekolah dasar 2018 224 UPI Kampus Cibiru

H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir

Page 35: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

29

No. Judul / Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/

ID

1. Instrumen Skala Perilaku Sosial Kewarganegaraan

Keterampilan Berbagi Untuk AUD

2018 Hak Cipta 000116047

2. Instrumen Skala Perilaku Sosial Kewarganegaraan

Keterampilan Berteman Untuk AUD

2018 Hak Cipta 000116048

3. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penyelenggaraan

Pendidikan Anak Usia Dini

2018 Hak Cipta 000129698

4. Rancang Bangun Pendidikan Emansipatoris 2018 Hak Cipta 000125511

5. Model Pembelajaran Semi Workshop 2018 Hak Cipta 000104246

6. Mengembangkan Perilaku Sosial Kewarganegaraan

Untuk Anak Usia Dini

2018 Hak Cipta 000113918

7. Model Literasi Budaya Kewarganegaraan dalam

Pembelajaran PPKn berbasis tradisi lokal nusantara di

Sekolah Dasar

2018 Hak Cipta 000104243

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam 5 Tahun

Terakhir

No.

Judul / Tema / Jenis Rekayasa

Sosial Lainnya yang Telah

Diterapkan

Tahun Tempat

Penerapan

Respons

Masyarakat

1. Tim Pengembang Nasional Kurikulum

Bela Negara

2017 Semua Jenjang

Pendidikan

Positif

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata

dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan Penelitian Kompetitif Fakultas.

Jakarta, 27 Maret 2019

Anggota,

Fauzi Abdillah, M.Pd.

NIK 3201270403890004

Page 36: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

30

Lampiran 2. Reduksi Data Wawancara

No Gender

Norms

Pertanyaan Tanggapan

1 Rasional :

Male

Emotional :

Female

Jenis mainan

yang di pilih

untuk Laki-

laki dan

Perempuan

1. Bunda Ve

Laki-laki: Hotweels, Lego, Karakter Hewan, balap mobil,

dinosaurus.

Perempuan: Barbie, LOL, hotweels, game dandan-dandanan

Universal: Masak-masakan

Alasan: “gak mau laki-laki keperempuan-perempuanan”,

“perempuan boleh main hotweels tapi tetap ada nilai-nilai yang

harus dibedakan”

Harapannya laki-laki harus bisa melindungi perempuan

2. Bunda Id

Laki-laki: Lego

Harapan: “bisa berkreatifitas, sabar bermain dan imajinasinya

terbentuk”

3. Bunda Mu

Laki-laki: Lego, ada boneka untuk story telling. Untuk anak

yang spesial (berkebutuhan khusus) diberi mainan sepeda untuk

melatih fokus

Harapan: “sabar dan bisa berimajinasi, idenya berkembang,

dapat menggali potensi lewat lego.

4. Bunda Vi

Laki-laki: Mobil-mobilan, bola

Perempuan: Boneka (tetapi memilih boneka Mickey) karena

terpengaruh kakanya

5. Bunda An

Perempuan: Boneka berbie, X-Surprise, lego tapi yang untuk

perempuan. Anak pertama lebih ke permainan menyambung kata

yang rumpang, tantangan

Harapan: “ingin nyenengin anak, diberikan mainan hanya

sebagai reward”

6. Bunda Ar

Laki-laki: tidak dibelikan mainan oleh ibu. Tapi oleh ayah,

seperti lego, robot-robotan, rakita-rakitan.

Harapan: “anak lebih menikmati hidup, lebih peka terhadap

lingkungan, lebih aktif”

7. BUnda Ec

Laki-laki: Mainan yang sesuai dengan keinginan anak. Dilihat

dari kebermanfaatannya, seperti lego, mobil-mobilan, pistol-

pistolan.

Harapan: “lebih bertanggungjawab yang penitng seneng”

8. Bunda Me:

Perempuan: aman dari bahannya, memberikan mainan yang

mengasah kemampuan seperti Puzzle lego. Anak kedua berbie.

Sharing mainan.

9. Bunda Es

Perempuan: waktu kecil Puzzle yang ada rattlenya, Teether

berbagai macam bentuk, susunan ring, sudah agak besar : meja-

mejaan rias, bola, masak-masakan

Harapan: bisa melatih ketangkasan, imajinasinya, masak-

masakan agar dia tau mainan untuk perempuan, nyaman dengan

permainannya. Bisa beradaptasi dengan lingkungan

2. Pikiran

Tubuh

Olahraga dan

seni apa yang

di berikan

kepada anak?

1. Bunda Mu

Laki-laki: “anak saya suka renang” yang satunya bermain

sepeda. Tapi anak yang pertama main sepatu roda oke, main

autopad juga oke

Page 37: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

31

No Gender

Norms

Pertanyaan Tanggapan

Kalo music tidak diarahkan tapi karena dirumah ada piano klasik

biasanya suka dimainin

2. Bunda An

Perempuan: Anak pertama lebih ke gymnastic karena lebih

berani. Anak kedua lebih ke nari balet, karena lebih sensitif.

Untuk olahraga renang.

3. Bunda Ar

Laki-laki: olahraga lari, sepakbola.

Seni: drum, “saya hobi music, penginnya anak bisa

menikmatinya juga”

4. Bunda Me

Perempuan: “anak saya dua-duanya suka renang, awalnya ingin

mengenalkan air, karena anak pertama saya takut air juga karena

kami kebetulan suka liburan ke laut, makanya saya rasa itu

perlu”

Seni paling hanya ikut drumband disekolah.

5. Bunda Ec

Laki-laki: olahraga basket, seni: music piano

3. The higher

form (Male)

The Lower

Form

(Female)

Peran laki-laki

dan

perempuan

dilihat dari

bacaan, mitos,

cerita fiksi,

Tontonan

televisi

1. Bunda Me

Perempuan: Tontonan : Pepapic kartun dengan Bahasa British,

permainan Educare studio

2. Bunda Ec

Laki-laki: tontonan TV langganan tontonan anak-anak seperti

cartoon network, baby TV, Nusa dan Hana yang ada agamanya

ada belajar sholat, nyanyi sambal menghafal al Quran, ABCD.

Biar ada edukatifnya sambal bermain. Tontonan seperti

spiderman atau batman saya kasih. Tom and Jerry, tapi porsinya

dibagi dan disisipin omar dan Hana. Tetap dipilih, tidak

ditiadakan karnea takutnya ketinggalan jaman.

3. Bunda Ar

Laki-laki: “anak saya ga doyan gadget, mereka lebih memilih

ngobrol, berantem, mainan. Tontonan TV tidak terlalu karena TV

tidak dipasang di kamarnya. Tontonan youtube biasanya dikasih

saat playdate, atau kegiatan yang membutuhkan focus. Tapi tetap

dibatasi. “anak saya lebih suka nonton superhero seperti batman,

superman, karena saya ayahnya dari kecil diajak nontonnya itu.

Kalo saya lebih milih mereka nyanyi-nyanyi. Ekspektasinya kalo

ayahnya memilihkan superhero identik dengan kuat, bisa

melakukan banyak hal. Kalo saya memilih lagu suapaya bisa

berinteraksi

4. Bunda Vi

Laki-laki dan perempuan: tidak ada tontonan orang dewasa.

Disney chanel, nickelodeon.

Harapannya bisa sering menolong, rasa kepeduliannya tinggi.

5. Bunda Mu

Tontonan bukan yang film Indonesia, langganan TV Chanel

seperti Nicklodeon Junior, Disney junior.

Buku saya sangat suka mengajak ke toko buku sekedar beli

bukunya, itu saya dapat dari sekolahnya

6. Bunda Ve

“tontonan Indonesia itu sangat menganggu sekali, jadi paling ke

youtube, itu juga dipilih” Laki-laki :menonton BTS. Perempuan:

Balckpink

Bacaan: cerita nabi-nabi. Memberikan hadist yang sesuai dengan

tingkat pola pikir anak, “karena buku-buku Disney saya pikir

moral valuenya kurang, tidak related dengan agama yang saya

percaya”

Page 38: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

32

No Gender

Norms

Pertanyaan Tanggapan

Harapannya dari cerita hadist anak bisa mencontoh ketika

diperlakukan tidak baik oleh temannya.

7. Bunda Id

Kalo cerita-cerita anak anak belum mau dengerin. Kalo tontontan

lebih kartum dengan batasan batasan “mas yang ini ga boleh

ditiru. Mas yang ini baik loh”

4. Achievement

(male)

Socioemotion

(female

Penampilan

seperti apa

yang

diberikan

kepada anak-

anak

Karakter dasar

apa yang

diharapkan

untuk ada di

anak-anak

1. Bunda Ve:

Karakter yang diharapkan dari anak laki-laki harus bisa

melindungi anak perempuan. “kalo kedisiplinan masih agak

susah” tanggungjawab “suami saya bukan tipikal yang harmfull

untuk membantu istri dalam pekerjaan rumah, saya tidak ingin

anak saya jadi model seperti itu”, laki-laki dan perempuan harus

bisa jadi orang yang mandiri “saya khawatir karena sering

denger cerita-cerita sahabat yang ditinggal suaminya terus tidak

bisa apa-apa”

Penampilan, milih sendiri sendiri sesuai keinginan. Laki-laki ga

harus macho. Laki-laki memilih warna baju yang kelaki-lakian

kuning, biru, tidak harus melulu dengan hitam abu-abu, “kita

juga lihatnya senep ya”.

2. Bunda Mu

Karakter yang diharapkan disiplin, tanggungjawab pada dirinya

sendiri “dia harus merapihkan Kasur dan mengembalikan apa

yang diambil” walaupun laki-laki. Sabar dan mau mencoba

sesuatu “dia mau bantu cunci piring walaupun ga bersih

silahkan. Anak itu melakukan dengan sadar dan senang.

Penampilan dibebaskan anak untuk memilih, yang penting

Matching, dia nyaman. Sesuai dengan occasional. “pakai celana

pendek ke acara formal kan ga cocok, saya benerin” warna apa

saja untuk laki-laki tidak masalah “karena kalo diluar mungkin

laki-laki pakai ungu jadi ga masalah”

3. Bunda Id

Laki-laki harus menjadi orang yang bijaksana karena mereka

akan memimpin keluarga. Termasuk memahami tugas-tugas

perempuan. Bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri.

4. Bunda Vi

Karakter yang diharapkan suka menolong, harus tanggungjawab

meskipun laki-laki harus tau tugas-tugas rumah tangga dan

bukan hanya untuk perempuan. Rasa kepeduliannya tinggi.

5. Bunda An

Penampilan yang penting rapi, “penampilan tidak lebih penting

dari karakter, cantik ga harus operasi plastik juga. Untuk baju

milih sendiri “kalo ditawarin suka ya oke, kalo engga ya engga.

Soalnya percuma kalo dibeliin tapi ga dipake, mubazir.” “Kalo

warna saya suka kasih pink ke anak saya.”

“Anak perempuan harus kreatif, yang penting happy aja

menjalani hidup”

6. Bunda Ar

Karakter yang diharapkan sama saja tidak membedakan antara

laki-laki dan perempuan, yang penting mereka harus tahan

banting kalo diluar, tanggungjawab terhadap dirinya sendiri dan

mandiri. Saya fikir perempuan harus melayani, harus baik. “ibu

akan menjadi rolemodel anak-anaknya dari sisi kelembutannya.

Saya setuju jadi perempuan itu sulit karena harus lembut dan

tegas. Perempuan itu harus kuat banget, harus dibentuk baik

sekali. Karena jadi ibu efeknya akan kemana-mana karena asuhan

akan sangat berpengaruh dari ibunya. Nilai agama menguatkan

tugas itu.

Page 39: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

33

No Gender

Norms

Pertanyaan Tanggapan

“Kalo penampilan karena laki-laki saya mengarahkannya ke

pakaian laki-laki lebih ke gaya casual. Laki-laki tidak perlu

menghasbikan banyak waktu untuk berdandan, value dalam

dirinya akan keluar dari dalam dirinya” yang penting bersih dan

matching. Warna baju saya beri kebebasan ke mereka. Cowok

tidak pake pink, “emang cowok pakai baju apa bu, cowok itu

pakai baju biru, kuning, hitam, merah bukan pink” karena pink

identic dengan cewek. Sebenarnya saya setuju warna apa saja

cocok tapi warna itu hal termudah untuk memisahkan pakaian

wanita atau laki-laki. Memakai pink tidak apa-apa tapi setelah

dewasa, setelah tau mana yang baik dan mana yang tidak.

7. Bunda Ec

Karakter cowok harus tegas jadi harus tegas juga

memperlakukannya, perempuan lembut. “Kalo diarahkan

kemana let it flow aja, jalanin apa yang dia pengin, tapi aku

maunya salah satu diantara anak-anaku ada yang jadi dokter,

kalo maunya suami salah satunya harus bisa jadi ilmuwan,

nerusin profesi suami.” Laki-laki harus didik bertanggungjawab

minimal untuk dirinya sendiri, ga boleh manja, tepat waktu

disiplin yang dilatih dari sholat 5 waktu.

Kalo penampilan bukan harus cantik. “maunya anakku

duaduanya harus pinter, Karena mau cewek atau cowo kalo

udah pinter bisa manage diri sendiri”. “cantik kan relative,

cewek bisa pinter dandan gampang lah kalo udah dewasa, tapi

yang terpenting akhlak dan pinter, kalo cowok mulai dari

akhlak, semua jadi ngabaur, bertanggungjawab”

8. Bunda Me

Penampilan: “saya todak mengenalkan celana pendek untuk

dipakai dirumah” cantik itu pakai kerudung, pakainnya rapi.

Penampilan iya prestasi iya, kenapa harus milih? Bermake-up

lengkap asal pas dimuka. Sebagai modal sosial asal bisa

menempatkannya. Karena penampilan sebagai symbol tercepat

untuk menilai seseorang.

Karakter yang dibentuk, harus bisa menghargai orang lain

9. Bunda Es

Karakter laki-laki maunya mandiri, tanggungjawab, tidak

menyakiti perempuan berempati. Tidak merasa paling pinter

paling bener dan mau belajar. “karena suami seringkali tidak

mau mendengarkan, harus kesandung dulu baru mau

mendengarkan, dan saya tidak ingin anak saya seperti itu”

Penampilan: lebih yang bersih, tidak harus cewek pakai pita.

Tidak harus putih, cantik dengan dirinya sendir dan kualitas

pribadinya. Yang oenting pinter dan tidak merasa paling pinter.

Terus untuk laki-laki tidak boleh warna pink. ‘Beli mainan

apapun asal tidak ada pinknya, biar memposisikan dia itu laki-

laki’

5. Individual

(Male)

Bagaimana

melatih

disiplin diri

seperti

merapihkan

diri sendir,

melatih anak

pada

pekerjaan

rumah tangga

1. Bunda Ec

Masih gamblang, masih belajar perlu atau engga. Selalunya

harus bertanggungjawab, misal membuang sampah pada

tempatnya, menyapu, tasnya kotor dibersihkan, kalo untuk

bebenah belum.

“menurut saya perlu mengenalkan pekerjaan rumah tangga”

laki-laki tidak hanya tau kerjaannya cari uang, tapi boleh kalo

pintar masak.

2. Bunda Ar

“Anak saya rajin bu, cuci piring sendiri, nyapu ngepel kamar,

bawa cucian ketempatnya” walaupun laki-laki . tapi kalo

menyiapkan baju seragam belum. Baru sampai mengingatkan

Page 40: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

34

No Gender

Norms

Pertanyaan Tanggapan

“besok hari selasa pakai baju batik merah” saya ingin anak saya

bisa bantu hal hal kecil misalnya kelak tidak punya asisten rumah

tangga, harus bisa bantu istrinya minimal baju udah dicuci

dimesin, dijemur. Istrinya beresin tempat tidur suaminya nyapu”

jadi laki-laki bukan hanya kerjaannya cari uang, tapi tau itu juga

tugas dia. Karena suami tidak seperti itu, jadi anak saya inginnya

tidak seperti ayahnya. Tapi mau sadar.

3. Bunda An

Bertanggungjawab minimal pada mainannya, “kalo PRT sedang

tidak ada mungkin saya lebih konsisten untuk mengajarkan ke

anak. Tapi kalo ada PRT lebih ke yang saat itu dilihat saja.”

4. Bunda Vi

“saya sering mengajarkan mereka untuk minimal sapu lantai,

ngepel, setidaknya tau ini loh tugas membantu orang tua. Tapi

tidak diwajibkan”

5. Bunda Id

Melatih dari kecil, seperti membereskan mainannya, menyapu,

buang sampah. Dasarnya agar jadi kebiasaan, tau kerjaan seperti

ini bukan tanggungjawab perempuan saja. Anak-anak bisa masak,

pegang pisau beneran didapur. Pekerjaan rumah sudah

dikenalkan. “Saya tidak ingin anak saya seperti suami saya yang

mencuci mobil saja harus perempuan yang mengerjakan, tidak

ada waktu”

6. Bunda Mu

Menyapu diajarkan, dia mau coba menyuci, bertanggungjawab

terhadap dirinya sendiri, mereka sudah terbiasa dengan menyapu

dan beres-beres rumah, membantu membuat kue. Membersihkan

kamarnya sendiri walaupun belum bersih, mau mencoba sesuatu,

menyuci piring.

7. Bunda Ve

Pekerjaan rumah tangga kalo perempuan sudah, dia suka

memasak, dia juga bisa nyapu ngepel.

Page 41: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

35

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

Foto 1

Keterangan Peneliti tengah melakukan diskusi terpumpun dengan para narasumber

Foto 2

Keterangan Berfoto dengan staf sekolah

Page 42: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

36

Foto 3

Keterangan Depth in interview

Foto 4

Keterangan Setelah interview dengan salah seorang partisipan

Page 43: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

37

Foto 5

Keterangan Berfoto dengan dua orang informan

Foto 6

Keterangan Berfoto setelah interview

Page 44: Bidang Ilmu: 721/PPKn LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF ...

38

Lampiran 4. Bukti Permohonan Izin Kegiatan Penelitian