PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGIS Oleh : Leni Merdawati Staf Dosen PSIK FKUA
PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGIS
Oleh :
Leni MerdawatiStaf Dosen PSIK FKUA
Tujuan : Mendapatkan data objektif pasien saat ini “here and now”
Syarat :
1. Pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi
2. Teknik/keterampilan/cara pemeriksaan yang benar
Jenis Pemeriksaan
1. Pemeriksaan keadaan umum2. Pemeriksaan status mental3. Pemeriksaan perangsangan Meningeal4. Pemeriksaan koordinasi dan test berjalan5. Pemeriksaan syaraf kranial6. Pemeriksaan sensorik dan Motorik7. Pemeriksaan Refleks fisiologis dan
patologis
Pemeriksaan Keadaan Umum
Keadaan kesehatan pasien secara keseluruhan
Aspek yang dijadikan patokan : Kesadaran Status ABC TTV
Hasil : Psn tampak sakit berat, sedang atau ringan.
Tingkat Kesadaran
A. Kualitatif :1. Komposmentis : Sadar penuh
2. Apatis : kurang perhatian dengan keadaan yg ada
3. Delirium : Ngelisah, ngaco, dan berteriak
4. Konfuse : Disorientasi berat, bingung, tiak tau apa yang terjadi dengannya
5. Somnolen : Letargi, ngantuk berat, terbangun jika diberi ransang suara keras dan menggoyang tubuh pasien. Tapi setelah ransang dihentikan penderita tidur kembali.
6. Stupor : Tidur berat, membuka mata atau menggeliat bila diransang dg rasa nyeri hebat dan suara teriakan dan kembali tidur bila suara dihentikan.
7. Koma : Tidak ada respon sama sekali
B. Kuantitatif (GCS)
I. Respon Membuka mata (E)4 = Bila buka mata spontan
3 = Bila buka matas atas perintah
2 = Bila buka mata setelah ransang
nyeri
1 = Tidak buka mata
II. Respon Motorik Terbaik (M)6 = Bila gerak menurut perintah
5 = Bila gerak menarik ekstremitas pada
ransang nyeri
4 = Bila mampu melokalisir rasa nyeri
3 = Reaksi dekortikasi (fleksi abnormal)
2 = Reaksi Desebrasi (ekstensi dan rotasi eksternal)
1 = Tidak ada reaksi
III. Respon Verbal Terbaik (V)5 = Bila percakapan adekuat
4 = Bila percakapan kurang adekuat (disorientasi)
3 = Bila berupa kata-kata terputus (menggerutu)
2 = Bila hanya berupa suara mengerang/merintih
ketika di ransang dg nyeri
1 = Tidak ada suara
Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan isi mental (isi fikir) dan tingkat kesadaran
Pemeriksaan fungsi luhur/ neurologi ada 4 : Fungsi intelektual Memori Mood Bahasa
Pemeriksaan Peransangan Meningeal
1. Kaku kuduk
2. Tanda Kernig’s
3. Lezique sign
4. Brudzinki leher
Pemeriksaan Koordinasi
1. Tes Jari hidung
2. Tes Jari Hidung Jari
3. Tes lutut tumit
4. Brudzinki Leher
Pemeriksaan Saraf Kranial
A. Saraf kranial I (N. Olfaktorius)saraf sensorik penerima ransang penghiduan.
B. Saraf Kranial II (N. Optikus)Lapang Pandang (n = 60 – 100 cm) dan visus => papil edema menimbulkan pandangan kabur atau kebutaan
C. Saraf Kranial III, IV dan VI (Okulamotor, troklearis dan abdusen) => m.sarafi kelpk mata dan otot bola mata
Kelainan : ptosis, eksopthalmus, dan enopthalmus
D. Saraf Kranial V ( trigeminus)
m.sarafi kornea dan otot-otot mengunyah
E. Saraf Kranial VII (n. fasialis)
indera pengecap 2/3 lidah depan dan otot-otot wajah. Gangguan pada saraf ini membuat wajah pasien seperti topeng.
F. Saraf VIII (n. akustikus)
fungsi pendengaran dan keseimbangan vestibuler
G. Saraf Kranial IX ( n. glosofaringeal) => berfungsi utk indera pengecap 1/3 lidah belakang dan proses menelan. Pmriksaan bersamaan dg saraf kranial X
H. Saraf Kranial X (n.vagus) => fungsi menelan bersama dg saraf kranial IX.
I. Saraf kranial XI (n. aksesorius) bertangg jwb utk otot-otot ekstensor leher = > jarang diperiksa
J. Saraf XII (n. Hipoglasus) . Utk otot-otot lidah dan bpran penting dalam artikulasi kata, mengunyah dan menelan. Ggn saraf ini menimbulkan suara psn pelo dan hambatan menelan
Pemeriksaan Motorik
Pemeriksaan Motorik meliputi : Kekuatan otot Tonus otot Rentang gerak
Kekuatan Otot
Nilai kekuatan tertinggi 5 dan terendah 0, dilakukan dg cara menekuk psendian dg indikasi kekuatan menekuk dapat menentukan kekuatan otot yg btgjwb utk sendi itu baik.
Nilai :
5 = mampu melawan gaya gravitasi dan tahanan pemeriksa4 = mampu melawan gravitasi dan tahanan pemeriksa ringan – sedang 3 = Mampu melawan gravitasi dan tdk pd tahanan pemeriksa
2 = Tdk mampu melawan gravitasi, hanya
mampu menggeser sedikit
1 = hanya ada tonus saja
0 = atoni, tdk ada respon sama sekali
(flaksid paralitik)
Pemeriksaan Reflek
Refleks fisiologis : patella, tendon achiles, cubiti dll. => pemeriksaan menggunakan hamer refleks.
Refleks patologis : menggunakan ujung tajam hamer yang digoreskan pada telapak kaki mulai daerah tumit ke ujung jari.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Cedera Kepala
I. Landasan Teoritis
Defenisi : Cedera kepala adalah : suatu gangguan traumatik
dari fungsi otak yang disertai atau tanpa perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Hudak dan Gallo.)
Kerusakan neurologis yg diakibatkan oleh suatu benda atau serpihan tulang yg menembs atau merobek suatu jaringan otak,oleh suatu pengaruh kekuatan atau energi yg diteruskan ke otak dan akhirnya oleh efek percepatan perlambatan pd otak yg terbatas pd kompartemen yg kaku (Price, 1995)
Etiologi
Biasanya disebabkan oleh trauma baik trauma tajam maupun tumpul, dapat terjadi scr akselerasi atau desebrasi
Trauma kepala vasodilatasi dan edema otak
Cedera jar.otak
TIK rusaknya SDO
ADO
PCO2 iskemia pH jar.otak, hipoksia
sel mati
Bagan: Siklus defisit neurologik progresif
Klasifikasi
Berdasarkan keparahan cedera :
A. Cedera kepala ringan : Tidak ada fraktur tengkork Tidak kontusio serebral, hematom GCS = 13 -15 Dapat tjd khilangan kesadaran tp < dr 30 mnt
B. Cidera Kepala Sedang Kehilangan ksadaran (amnesia) . 30 mnt kurang
dari 24 jam Muntah GCS = 9 – 12 Dpt mengalami fraktur tengkorak, disorientasi
ringan (bingung)
C. Cidera Kepala berat GCS = 3 – 8 Hilang kesadaran/ amnesia . 24 jam Adanya kontusio serebral, laserasi/ hematoma
intrakranial
Manifestasi Klinis
A. Cidera kepala ringan – sedang Disorientasi ringan Amnesia post traumatik Hilang memori sesaat Sakit kepala Mual dan muntah Vertigo dalam perubahan posisi Gangguan pendengaran
B. Cidera Kepala sedang – Berat Oedema pulmonal Kejang Infeksi Tanda herniasi otak Hemiparese Ggn akibat saraf kranial
Manifestasi Klinis Spesifik
1. Pada Ggn Otak :
A. Comotio Cerebri / geger cerebral : Tdk sadar kurang dari 10 mnt Muntah-muntah, pusing Tdk ada tanda defisit neurologik
B. Contusio Cerebri Tdk sadar > 10 mnt, bila area yg
terkena luas dpt berlangsung lebih dari 2 – 3 hr setelah cedera
Muntah-muntah, amnesia retrograde Ada tanda-tanda defisit neurologis
2. Hematoma Epidural
Peningkatan TIK yg mekibatkan ggn pernapasan, bradikardi, penurunana TTV
Herniasi otak yg menimbulkan : Dilatasi pupil dan reaksi cahaya hilang Isokor dan anisokor Ptosis
3. Hematoma Subdural
1) Akut : Gejalanya 24 – 48 jam stlh cidera Perlu intervensi segera
2) Sub Akut : gejala tjd 2 hr sampai 2 mg stlh
cidera
3) Kronis : 2 mg s.d 3 – 4 bulan stlh cidera
Diagnosis
A. Anamnesis Sifat kecelakaan Saat tjdnya, bbrp jam/hr sblm di bawa ke
RS Ada/tdk benturan langsung pada kepala Keadaan penderita saat kecelakaan dan
perubahan kesadaran sampai saat diperiksa
Indikasi Perawatan
1. Perubahan kesadaran saat diperiksa2. Fraktur tl,tengkorak3. Tdpt defisit neurologik4. Kesulitan menilai kesadaran pasien, misal
anak-anak, riwayat minum alkohol dan psn tdk kooperatif
5. Faktor sosial- kurang pengawasan ortu- kurang pendidikan ortu- sulitnya transpor ke RS
Pasien hrs kembali ke RS
Bagi psn yg diperbolehkan pulang hrs segera
kembali ke RS jika :
1. Mengantuk/ sulit dibangunkan
2. Disorientasi, kacau
3. Nyeri kepala hebat, muntah atau demam
4. Rasa lemah, kelumpuhan, penglihatan kabur
5. Kejang, pingsan
6. Keluar darah atau cairan dari telinga
Proses Keperawatan Pada Pasien Cidera Kepala
Pengkajian
Kapan tjd cedera Apa penyebab, peluru kecepatan tinggi,
objek yg membentur kepala, jatuh? Darimana dan Arah kekuatan pukulan? Apakah ada kehilangan kesdaran? Durasi
atau periode tdk sadar? Dptkah psn dibangunkan? Tdk sadar/ amnesia stlh cidera
Bidang Pengkajian
Tingkat Kesadaran Pemantauan tanda vital dan status
intrakranial : Tanda peningkatan TIK ; pelambatan nadi,
penigkatan TD sistolik dan pelebaran tekanan nadi
Kompresi otak ; N dan RR mjd cepat, TD menurun
Peningkatan cepat suhu tubuh hal yg tdk menguntungkan => prognosis buruk
Takikardi dan hipotensi arteri dpt mengindikasikan perdarahan sdg tjd di tempat lain di tubuh.
Fungsi Motorik
Observasi gerakan-gerakan spontan, maka respon stimulus nyeri dikaji. Respon abnormal(motorik berkurang)= prog.buruk
Membandingkan kekuatan kualitas genggaman tangan
Ada/tdknya gerakan spontan pada masing-masing ekstremitas.
Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas dan ventilasi tdk efektif b.d hipoksia
Gangguan perfusi jar. Otak b/d edema otak Kekurangan volume cairan b.d ggn
kesadaran Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
perubahan metabolisme, intake tdk adekuat Perubahan proses pikir b.d cedera otak
Intervensi Keperawatan
A. Mempertahankan jalan napas Mptahankan psn yg tdk sadar pd posisi yg
memudahkan pengeluaran sekresi mll mulut, dg kepala TT ditinggkan 30 derajat.
Menetapkan prosedur pengisapan efektif Melindungi dr aspirasi dan insufisiensi paru Memonitor AGD Memantau psn dg ventilasi mekanik
Gangguan Perfusi Jaringan Otak b.d edema otakIntervensi :
1. Mandiri
- Monitor dan catat staus neurologis dg menggunakan GCS.
2. Monitor TTV setiap 30 menit
3. Pertahankan posisi tidur dg kepala dan leher diangkat 300
4. Jika psn terbaring lama anjurkan posisi tidur dengan :
Kepala dan leher diangkat 300
Sendi lutut diganjal, mebentuk sudut 1500
Telapak kaki diganjal membentuk sudut 900 dg tungkai bawah
2. Kolaborasi : Berikan obat-obat sesuai indikasi :
- infus manitol 10 – 15 % => 0,51 gr/kg BB dalam 10 – 30 menit
Kortikosteroid => menstabilkan sawar otak
Obat Nootropik => mengatasi kesulitan dan gangguan otak (piritinol dan Piracetam)
Berikan oksigen sesuai indikasi Pada 24 – 48 jam pertama pemberian
dibatasi sampai 1500 – 2000 ml/24 jam agar tdk memperberat edema
3. Penyuluhan Kesehatan Infromasi pd klg ttg cara perawatan pasien
4. Diagnostik => monitor AGD
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Landasan Teoritis
Penyebab sakit punggung paling sering pd org dws
Dpt jg tjd pd anak-anak dan remaja Istilah HNP sama dengan Hernia diskus
invertebralis.
Anatomi Fisiologi
K. vertebralis tsusun atas sprangkat korpus vert. yg bdekatan
Sendi antara arkus vertb. Adlh sendi kostovertb dan sakroiliaka
k. vertb dihub dg ligamentum longitudinal
Diskus Invertebralis
Diantara korpus verteb. Mulai dr vertb. Servikalis kedua sampai verteb sakralis tdpt diskus invertebralis
Diskus mbtk sendi fibrokartilago yg lentur antara korpus verteb.
Diskus tdr dr nukleus pulposus dan anulus fibrosus.
Nukleus Pulposus
Adlh bgn tengah diskus yg bsifat semigelatin Mengadung berkas serabut kolagen, sel2 jar.
Penyambung dan sel2 tl. Rawan Zat ini bfungsi sbg peredam benturan antara
korpus verteb yg bdkatan Bperan penting dlm ptukaran caian antara
diskus dan pblh2 kapiler.
Anulus Fibrosus
Tdr atas cincin fibrosa konsentris yg mengelilingi nukleus.p
Bfungsi utk mmungkinkan gerakan antara korpus verteb. Utk menopang n.pulposus dan meredam benturan
Patofisiologi Daerah lumbal mrpk daerah plg sering tdj
HNP Kandungan air di diskus b(-) seiring dg p+
usia => 90% pd bayi mjd 70% pada usila. (Achwartz, 1989)
Jg krn serabut2 mjd kasar dan mengalaki hialinisasi
Memisu tjdnya HNP dan menekan radiks saraf spinal
> tjd di daerah lumbal pd ruang antar verteb L4 sampai L5 atau L5 sampai S1 (Keim dan Kirkaldy, 1980).
Arah yg plg srg adlh posterolateral
Tanda Dan Gejala HNP
L4 –L5 Nyeri diatas sakroiliaka, panggul, lateral
paha dan betis, medial kaki (iskialgia) => nyeri yg menjalar turun dr panggul ke tungkai.
Dpt m-akibatk foot drop dan kesukaran utk dorsofleksi kaki dan atau ibu jari kaki, ksukaran bjalan pd tumit
Parastesia pd lateral tungkai, bgn distal kaki dan antara ibu jari tengah kaki
Reflek lutut atau pgelangan kaki dpt mghilang (biasanya tdk nyata)
Radiks saraf yg tkena : L5
L5 – S1 Radiks saraf yg tkena : S1 Nyeri pd sendi sakroiliaka, bagian posterior
slrh tungkai sampai tumit, bgn lateral kaki Bisa mnybk kelemhan plantar fleksi, abduksi
jari kaki dan otot Hamstring => sulit bjalan pd ujung jari
L5 – S1 (lanjutan) Parastesia pd ptengahan betis dan lateral
kaki, tmasuk jari kaki keempat dan kelima Atrofi pada gastronekmius Refleks pergelangan kaki dapat hilang atau
menurun
C5 – C6 Radiks saraf yg tkena : C6 Kelemahan pd biseps Parastesia pd bgn radius dari lengan bawah,
ibu jari dan telunjuk. Atrofi tdk nyata Refleks biseps hilang atau menurun
Pengobatan Konservatif
Istirahat di TT selama 1 – 2 mg diatas kasur yg keras
Pemanasan lembab Terapi analgesik Traksi bmanfaat utk penderita herniasi servikalis Program latihan segera setelah nyeri hilang btahap
utk menguatk otot2 punggung & perut
membatasi mengangkat sesuatu dan mphatikan mekanika tubuh
Teknik yg tepat : Mjaga agar tulang penggung belakang lurus. Menekuk lutut dan menempatkan beban dekat
tubuh agar dpt mgnk kekuatan otot2 tungkai dan mghindark mamakai otot punggung
Pembedahan hanya dilakukan pd penderita dg nyeri yg menetap dan tdk dpt diatasi, tjd pd kedua sisi tubuh.
Tugas Kelompok
Kelompok I : Proses Keperwatan pd hernia diskus servikalis
(disektomi servikalis) Kelompok II
Proses Kep. Pd Hernia diskus lumbal