Bab V Simulasi Desain Kawasan Wisata Budaya Johar V.1 KERANGKA RANCANG KOTA Kerangka Rancang Kota (Urban Design Framework) menjelaskan konsep makro perancangan kawasan kota, yang akan dibagi menjadi lima aspek utama perancangan, yakni tata guna lahan, tata ruang dan massa bangunan, penataan jalur pejalan kaki dan ruang terbuka, sirkulasi dan parkir, serta usulan karakter dan aktivitas kawasan. Gambar V.1a. Masterplan Kawasan Perancangan. Sumber : hasil perancangan, 2007. V - 1
25
Embed
Bab V Simulasi Desain Kawasan Wisata Budaya Johar C dengan dominansi fungsi komersial dan budaya. ... 3271,3 1 3271,3 Pasar Yaik 6708,9 2 13417,8 Johar Youth Hostel - Lower Ground
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Bab V
Simulasi Desain Kawasan Wisata Budaya Johar
V.1 KERANGKA RANCANG KOTA
Kerangka Rancang Kota (Urban Design Framework) menjelaskan konsep makro
perancangan kawasan kota, yang akan dibagi menjadi lima aspek utama
perancangan, yakni tata guna lahan, tata ruang dan massa bangunan, penataan
jalur pejalan kaki dan ruang terbuka, sirkulasi dan parkir, serta usulan karakter
dan aktivitas kawasan.
Gambar V.1a. Masterplan Kawasan Perancangan.
Sumber : hasil perancangan, 2007.
V - 1
V.1.1 Masterplan Kawasan
Perancangan kawasan berfokus pada kualitas ruang luar, yakni area pedestrian
yang berupa ruang terbuka dan koridor jalur pedestrian pada perimeter bangunan.
Dengan memfokuskan perancangan terhadap ruang luar kawasan, maka
diharapkan kawasan ini mampu menyumbang ruang terbuka kota yang berkualitas
tinggi sekaligus menjadikan Kawasan Pasar Johar sebagai salah satu destinasi
wisatawan domestik maupun internasional.
Gambar V.1b. Masterplan Kawasan Perancangan dan keterangan.
Sumber : hasil perancangan, 2007.
Lokasi Kawasan Pasar Johar ini terletak dekat dengan zona historis Kota Lama,
Pecinan, dan Kampung Melayu, maka sebagai usulan pengembangan selanjutnya
dapat diarahkan kepada perancangan jalur tautan antara Kawasan Pasar Johar
V - 2
V - 3
dengan tiga zona histrois di sekitarnya (gambar V.1a). Diharapkan dengan adanya
jalur tautan ini, maka ketiga zona historis lainnya akan turut mendapatkan dampak
positif dalam pengembangannya.
Titik masuk kawasan disebar menjadi tiga titik utama (gambar V.1b), yakni pada
perpotongan jalan Pemuda dan jalan K.H. Agus Salim, pada jalan K.H Agus
Salim, dan pada jalan Alun-Alun Barat. Konsep multiple entrance ini
dimaksudkan untuk meghindari pemusatan aktivitas sirkulasi pada satu titik,
sehingga dapat mengurangi kepadatan lalu-lintas yang mungkin terjadi.
Masing-masing ruang terbuka diberikan identitas dengan pembentukan karakter
yang berbeda-beda (gambar V.1c), yakni karakter “Ratan Gede” (Boulevard
Point) sebagai koridor jalur pedestrian utama sekaligus sebagai koridor pengikat
antara area Masjid Kauman dan Pasar Johar, “Gon Dholanan dan Sinau” (Play
and Learn Point) sebagai ruang terbuka yang berfungsi sebagai area bermain, dan
“Layar Tancep” (Big Screen Area) sebagai ruang terbuka dengan layar lebar, yang
dikhususkan untuk wadah aktivitas festival yang membutuhkan layar lebar seperti
festival film.
Beberapa fungsi ditambahkan pada kawasan ini sebagai penunjang aktivitas
wisata, yakni fungsi hunian, perkantoran, budaya, dan fasilitas parkir. Kemudian
pembagian blok kawasan dibagi berdasarkan fungsi (gambar V.2), yakni Blok
Komersial, Blok Campuran Hunian dan Komersial, Blok Campuran Komersial
dan Budaya, dan Blok Mixed-Use yang menggabungkan lebih dari tiga fungsi
aktivitas pada bangunannya.
Pada pengembangan Kawasan Johar ini, bangunan cagar budaya Pasar Johar
dipertahankan dan diperbaiki kualitasnya. Namun bangunan Pasar Yaik ditata
ulang agar densitas kawasan lebih merata sehingga meningkatkan kualitas
kawasan.
Gambar V.1c. Bird-eye View Kawasan Perancangan dan keterangan.
Sumber : hasil perancangan, 2007
V - 4
V.1.2 Tata Guna Lahan
Melihat kondisi eksisting Kawasan Johar saat ini yang memiliki dominansi fungsi
perdagangan hingga mencapai sekitar 90% dari keseluruhan fungsi, maka
dibutuhkan penambahan fungsi lain atau bangunan multifungsi (mixed-use) untuk
menunjang aktivitas manusia selama 24 jam, yang diharapkan akan meningkatkan
profit sekaligus menghindarkan kawasan ini dari rawannya kriminalitas pada
malam hari.
Pengembangan Kawasan Johar sebagai kawasan wisata budaya akan
membutuhkan beberapa fasilitas pendukung aktivitas wisata, sebagaimana yang
telah dianalisa pada bab II, sebagai berikut (tabel V.1) :
Tabel V.1. Kebutuhan Fungsional Kawasan Wisata Budaya
KEBUTUHAN FUNGSIONAL KAWASAN WISATA BUDAYA
PRIMER SEKUNDER PENUNJANG
Monumen bersejarah Hotel dan Fasilitas Katering Fasilitas Parkir
Museum, Galeri Seni, Exhibition Center
Pasar Aksesibilitas (rute angkutan umum)
Teater, concert hall, Bioskop
Kantor Informasi
Café & restoran Fasilitas Olah Raga
Pertokoan Night Club / red light area
Perkantoran Sign System (tata informasi) Sumber : hasil analisa, 2007
Pembagian fungsi penggunaan lahan dibagi menjadi lima fungsi utama, yakni
fungsi budaya, komersial, hunian, perkantoran, dan ruang parkir kawasan. Blok
kawasan perancangan dibagi menjadi empat blok berdasarkan pembagian
fungsinya masing-masing (gambar V.2), yakni Blok A dengan dominansi fungsi
komersial, Blok B dengan dominansi fungsi hunian dan komersial, Blok C dengan
dominansi fungsi komersial dna budaya, dan Blok D dengan fungsi campuran
Apartement 2092,7 2 4185,4 Ukuran kamar standar = 6 X 6
TOTAL 13603 E. PARKIR KAPASITAS PARKIR
Parkir permukaan 3933,7 ~ 3933,7 219 Gedung Parkir 1200 10 12000 667 Johar Youth Hostel 2000 3 6000 333 Kanjengan Residence 379,5 3 1138,5 63 TOTAL 23072,2 1282
TOTAL LUAS LANTAI 112565
Sumber : hasil perhitungan, 2007
V.3. Tabel Perhitungan Penggunaan Fungsi Lantai Bangunan
FUNGSI BANGUNAN LUAS TOTAL FUNGSI BANGUNAN (m2)
KUANTITAS FUNGSI LANTAI BANGUNAN (%)
Perdagangan (Komersial) 47798,9 42
Pusat Kesenian & Kebudayaan 19736,5 18
Perkantoran 8354,4 7
Hunian 13603 12
Parkir 23072,2 20
TOTAL LUAS LANTAI 112565 100 Sumber : hasil perhitungan, 2007
Dari hasil perancangan, didapat perbandingan kuantitas fungsi perdagangan :
parkir : hunian : budaya : perkantoran = 42 : 20 : 18 : 12 : 7. Dengan demikian,
dominansi fungsi pada kawasan sebagai kawasan perdagangan, yang mencapai 42
% dari total fungsi lantai bangunan, tetap memenuhi syarat sesuai dengan aturan
RTRW Kota Semarang.
V - 12
V.1.3 Tata Ruang dan Massa Bangunan
Permasalahan utama yang pada umumnya terjadi pada pembangunan pada
kawasan pusat kota adalah kurangnya lahan terbuka, yang disebabkan karena
tingginya nilai lahan sehingga seringkali pengembang memaksimalkan lahan
terbangun pada kawasan yang dikembangkan. Maka solusinya adalah
memanfaatkan lahan semaksimal mungkin dengan pengembangan bangunan
secara vertikal serta meningkatkan kualitas ruang terbuka yang disediakan.
Arahan tata ruang dan massa bangunan pada kawasan Johar ini akan mencakup
arahan ketinggian, massa, dan gaya bangunan.
(1) Arahan penataan ketinggian dan massa bangunan
Gambar V.4. Konsep Tata Ruang dan Massa Bangunan : Skyline kawasan dirancang
agar menciptakan kesinambungan visual antara bangunan sekitar dan kawasan perancangan. Menggunakan hierarki ruang terbuka-podium-tower dalam pengaturan ketinggian bangunan agar kesan skala manusia tetap terjaga secara visual. Sumber : hasil perancangan, 2007.
V - 13
Tata massa bangunan diarahkan secara vertikal untuk mengurangi kepadatan
kawasan sekaligus menambah ruang terbuka dan dirancang agar tidak
menghalangi pandangan ke arah Masjid Kauman yang telah menjadi landmark
Kawasan Johar. Ketinggian bangunan dirancang dengan ketinggian rendah pada
area yang dekat dengan jalan raya, dan meninggi ke arah pusat kawasan agar
tercipta kesinambungan visual pada kawasan perancangan. Penataan ruang dan
massa bangunan pada kawasan Johar ini menggunakan hierarki ruang terbuka-
podium-tower untuk pengaturan ketinggian bangunan agar kesan skala manusia
tetap terjaga secara visual.
(2) Arahan penerapan gaya bangunan : Contextual Continuity dan Contextual
Juxtaposition
Gaya bangunan di sekitar Pasar Johar dirancang secara contextual continuity agar
sesuai dengan lingkungan historis sekitarnya (Kota Lama dan Pecinan),
sedangkan untuk bangunan yang berfungsi sebagai landmark dirancang secara
contextual juxtaposition sebagai penarik pengunjung.
Gambar V.5. Perspektif gerbang masuk kawasan perancangan. Gambar A
menunjukkan penyesuaian gaya bangunan secara contextual continuity, sedangkan Gambar B menunjukkan penyesuaian gaya bangunan secara contextual juxtaposition sebagai salah satu landmark kawasan. Sumber : hasil olahan pribadi, 2007.
V - 14
Tabel V.4a. Peraturan Intensitas Bangunan Kawasan Perdagangan Johar Semarang
STANDAR UNTUK TIAP JUMLAH LANTAI FAKTOR INTENSITAS 6 ~ 10 lantai 3 ~ 5 lantai < 3 lantai
KDB 0,5 ~ 0,6 0,6 ~ 0,7 0,7 ~ 0,8
KLB 1,2 ~ 2,4 0,6 ~ 1,0 0,3 ~ 0,6 Sumber : RTRK Kawasan Perdagangan Johar Semarang
Berdasarkan RTRK Kawasan Perdagangan Johar Semarang, maka ketentuan yang
akan digunakan untuk Kawasan Pasar Johar adalah :
INTENSITAS 3 ~ 5 lantai
KDB 0,6 ~ 0,7
KLB 0,6 ~ 1,0
Berdasarkan RTRK Kawasan Perdagangan Johar Semarang, untuk bangunan di
dalam kawasan dengan ketinggian yang mencapai tiga hingga lima lantai, batasan
KDB yang ditetapkan adalah maksimal 70% dan batasan KLB yang ditetapkan
adalah maksimal 1,0.
Pembatasan intensitas bangunan ini ditetapkan dengan asumsi sebagai berikut :
(1) Beberapa bagian Kawasan Pasar Johar merupakan pasar tradisional
(Kompleks Pasar Yaik dan Pasar Johar), terdapat kecenderungan bahwa
konsumen pasar tradisional hanya mendatangi 2 lantai terbawah saja. Hal
ini menyebabkan lantai ketiga dan selanjutnya akan jarang dikunjungi
pembeli sehingga pedagang pasar tradisional akan merugi jika los mereka
ditempatkan di lantai tiga ke atas.
(2) Menghindari adanya bangunan yang lebih tinggi dari menara Masjid
Kauman di sekitar masjid tersebut untuk mencegah hilangnya makna
masjid bersejarah yang ‘agung’ dan keramat bagi warga sekitarnya.
(3) Ketinggian di Kawasan Pasar Johar dibatasi hanya sekitar 5 lantai dengan
asumsi penggunaan Transfer Development Right (TDR), dengan demikian
area dengan ketinggian maksimal dua lantai maka hak profitnya dialihkan
ke tempat lain yang lebih tinggi.
V - 15
Menilik peraturan bangunan tersebut, maka didapatkan hasil perhitungan
kepadatan Kawasan Johar pasca-desain sebagai berikut (tabel V.5) :
Tabel V.5. Perhitungan KDB dan KLB Kawasan Perancangan
PROGRAM RUANG LUAS (m2) KDB (max. 70%) KLB (max. 1,0) KDH (%)
Luas Jalan Perkerasan (Paving & Grass Block) 35470,6 0,53 1,35 43
Luas Parkir Permukaan 3933,7 53
Luas Tutupan Bangunan 44002,2
Luas Lahan Hijau 0
Total Luas Lahan 83406,5
Total Luas Lantai 112565 Sumber : hasil perhitungan, 2007
KDB maksimal = 70%
KDB terbangun = 53 %
KLB maksimal = 1,00
KLB terbangun = 1,35
Dengan penggunaan KDB di bawah KDB maksimal (53% dari 70%), yang
bertujuan untuk menyumbang ruang terbuka kota, maka diasumsikan Kawasan
Pasar Johar akan mendapat insentif dari Pemkot untuk menambah KLB (1,00
menjadi 1,35), yang bertujuan agar investor tertarik untuk menanamkan modal
pada Kawasan Pasar Johar.
V.1.4 Penataan Jalur Pejalan Kaki dan Ruang Terbuka
Jalur pedestrian adalah salah satu ruang publik yang paling umum ditemui di
perkotaan. Sebagai ruang publik, jalan merupakan ruang dimana seluruh
masyarakat mempunyai akses untuk menggunakannya (Natalivan, 2003),
sehingga perancangan jalur pedestrian yang baik akan membantu meningkatkan
kualitas ruang perkotaan. Sedangkan ruang terbuka merupakan tempat manusia
saling berkumpul dan bersosialisasi, dengan adanya ruang terbuka, maka manusia
diberikan sarana untuk berkumpul dan beraktivitas, sehingga suasana kawasan
akan hidup dengan sendirinya (Carr et al, 1992; Project for Public Space, 2007;
CABE Space, 2007).
V - 16
Berdasarkan prinsip perancangan yang telah dianalisa sebelumnya, maka muncul
strategi perancangan sebagai berikut :
(1) Menciptakan jalur pejalan kaki yang menerus dan terintegrasi satu sama
lain
Jalur pejalan kaki dirancang secara menerus dan terintegrasi satu dengan yang
lainnya, agar tercapai aspek kenyamanan dan keamanan yang baik untuk pejalan
kaki. Kemudian vista dan tautan antara simpul sirkulasi diciptakan dengan adanya
bangunan landmark dan perancangan ruang terbuka tematik sebagai node of
excitement yang sekaligus berfungsi sebagai titik orientasi kawasan. Seluruh
aspek ini kemudian dikombinasikan dengan penataan vegetasi dan perabot jalan di
sepanjang jalur pejalan kaki untuk memperkuat citra jalan sebagai ruang publik.
Gambar V.6. Kerangka Rancang Kota : Jalur Pedestrian dan Ruang Terbuka. Sumber : hasil olahan pribadi, 2007.
V - 17
(2) Ruang terbuka aktif sebagai wadah aktivitas para pengunjung
Ruang terbuka pada antara massa bangunan dirancang sebagai ruang positif
dengan penambahan aktivitas food center dan taman bermain, kemudian ruang
terbuka diletakkan pada simpul-simpul kawasan dan terintegrasi satu sama lain
sebagai penguat identitas ruang publik. Konsep penataan ruang terbuka dibagi
menjadi dua jenis, yakni ruang terbuka linier yang berupa jalur pejalan kaki dan
kantong ruang terbuka (pocket open space) yang diletakkan dekat dengan fungsi
hunian dan komersial.
Gambar V.7. Ruang terbuka aktif pada kawasan perancangan diletakkan menyebar
agar aktivitas yang timbul terbagi rata pada sepanjang kawasan. (A) “Big Screen Area”; (B) “Boulevard Point”; (C) “Play and Learn Point”. Sumber : hasil olahan pribadi, 2007.
Ruang terbuka aktif pada kawasan perancangan diletakkan menyebar agar
aktivitas yang timbul terbagi rata pada sepanjang kawasan. Dalam kawasan ini
dirancang tiga karakter ruang terbuka (gambar IV.7), yakni : (A) “Layar Tancep“