92 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan dalam skripsi ini, pelaksanaan Tebu Rakyat Intensfifikasi (TRI) di Kabupaten Kendal berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 1975 yang menetapkan agar petani mengusahakan tanaman tebu di atas tanahnya sendiri dan pabrik gula tidak perlu lagi menyewa tanah dari rakyat. Melalui program TRI diharapkan agar para petani pemilik tanah mau bekerja di tanah miliknya masing-masing, sebagaimana yang mereka lakukan pada waktu bercocok tanam padi atau palawija. Wilayah Kabupaten Kendal selama kurun waktu 5 tahun (1975-1980) melaksanakan TRI JASA, hal ini dikarenakan petani belum cukup berpengalaman dalam menangani sendiri usaha penanaman tebu. Melalui penetapan Ketua Satuan Pembina Bimas Propinsi Daerah Tingkat I, penanaman tebu pertama dapat diselenggarakan melalui hubungan kerjasama antara petani dengan pabrik gula. TRI Jasa adalah bentuk peralihan menuju TRI sepenuhnya guna memantapkan kemampuan para petani dalam melakukan dam mengorganisir penanaman tebu pada tanahnya sendiri. TRI diselenggarakan di wilayah kerja pabrik gula dengan pelaksanaan secara konsisten pola tanam dan tata tanam serta dengan dukungan partisipasi aktif petani yang diwujudkan dalam bentuk gerakan masal. Partisipasi petani didukung berbagai kemudahan yang disediakan pemerintah seperti penyediaan kredit lunak, subsidi, dan pembinaan serta pengaturan.
21
Embed
BAB V KESIMPULAN - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/53388/4/BAB V 13407144012.pdf · Petani tidak mau menyerahkan lahannya dikarenakan waktu tanam dan waktu ... Musim Tanam Tahun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
92
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan dalam skripsi ini, pelaksanaan
Tebu Rakyat Intensfifikasi (TRI) di Kabupaten Kendal berdasarkan Instruksi Presiden
(Inpres) No. 9 Tahun 1975 yang menetapkan agar petani mengusahakan tanaman tebu
di atas tanahnya sendiri dan pabrik gula tidak perlu lagi menyewa tanah dari rakyat.
Melalui program TRI diharapkan agar para petani pemilik tanah mau bekerja di tanah
miliknya masing-masing, sebagaimana yang mereka lakukan pada waktu bercocok
tanam padi atau palawija.
Wilayah Kabupaten Kendal selama kurun waktu 5 tahun (1975-1980)
melaksanakan TRI JASA, hal ini dikarenakan petani belum cukup berpengalaman
dalam menangani sendiri usaha penanaman tebu. Melalui penetapan Ketua Satuan
Pembina Bimas Propinsi Daerah Tingkat I, penanaman tebu pertama dapat
diselenggarakan melalui hubungan kerjasama antara petani dengan pabrik gula. TRI
Jasa adalah bentuk peralihan menuju TRI sepenuhnya guna memantapkan
kemampuan para petani dalam melakukan dam mengorganisir penanaman tebu pada
tanahnya sendiri.
TRI diselenggarakan di wilayah kerja pabrik gula dengan pelaksanaan secara
konsisten pola tanam dan tata tanam serta dengan dukungan partisipasi aktif petani
yang diwujudkan dalam bentuk gerakan masal. Partisipasi petani didukung berbagai
kemudahan yang disediakan pemerintah seperti penyediaan kredit lunak, subsidi, dan
pembinaan serta pengaturan.
93
Produksi gula di Pabrik Gula Cepiring mengalami pasang surut, dengan
dikeluarkannya Inpres No. 9 Tahun 1975 sebagai kebijakan baru dalam bidang
industri gula yang menggantikan tatanan hubungan produksi gula tebu dari sistem
penyewaan tanah petani oleh pabrik gula menjadi sistem produksi langsung oleh
petani pemilik sawah sendiri. Secara eksplisit Inpres tersebut menetapkan dua tujuan
pokoknya, yaitu peningkatan dan pemantapan produksi gula nasional dan
meningkatkan pendapatan petani. Dengan dikeluarkannya Inpres tersebut, maka
terjadi perubahan yang fundamental dalam sistem produksi gula di Indonesia,
pengusahaan tebu dilakukan oleh petani sedangkan pabrik gula bertindak sebagai
pengolahnya. Tujuan dari Inpres No. 9 Tahun 1975 yaitu memenuhi kebutuhan gula
dalam negeri yang akan menjadikan Indonesia berswasembada gula.
Program TRI di Kabupaten Kendal sangat sulit untuk diterapkan, karena
petani tidak mau rugi dengan adanya TRI. Inpres tersebut belum berjalan lancar,
karena Inpres berjalan di daerah tertentu, seperti Kecamatan Cepiring, Kecamatan
Pegandon, Kecamatan Gemuh, dan Kecamatan Weleri sedangkan di Kecamatan
Patebon dan Kecamatan Kendal tidak berjalan lancar.
Industri gula Indonesia pada tahun 1982 sempat mengalami goncangan karena
terjadinya musim kering yang amat panjang yang mengakibatkan produksi gula
mengalami penurunan cukup tajam. Peristiwa tersebut telah menyebabkan keresahan
di kalangan petani TRI sehingga banyak yang mendatangi pabrik gula dan meminta
agar tebunya ditebang secepatnya untuk menghindari kerugian.
94
Berbagai masalah yang dihadapi selama pelaksanaan TRI di Kabupaten
Kendal adalah pertama adanya sebagian petani yang sawahnya masuk areal TRI
menolak sawahnya masuk areal dan menolak mengikuti program TRI. Padahal
pengaturan masalah glebagan TRI dan sangsi-sangsinya telah diatur oleh desa dengan
Keputusan Desa. Kedua petani-petani tersebut telah berkali-kali dikumpulkan oleh
kepala desa maupun Satpel Bimas Kecamatan dan MUSPIKA (Musyawarah
Pimpinan Kecamatan) untuk diberikan penyuluhan-penyuluhan dan lain sebagainya.
Termasuk yang menyangkut adanya Keputusan Desa yang mengatur glebagan TRI
dan sangsi-sangsinya namun mereka tetap menolak. Ketiga lahan dari petani yang
telah setuju mengikuti TRI mulai dikerjakan lahannya oleh kelompok, sedangkan
yang belum setuju mengikuti TRI kelompok tidak berani mengerjakan lahannya.
Keempat alasan penolakan yang dikemukakan petani adalah takut rugi, hanya
memiliki sawah satu-satunya dan TRI waktunya terlalu lama.
Petani tidak mau menyerahkan lahannya dikarenakan waktu tanam dan waktu
penyerahan lahan kelihatannya tidak berpengaruh banyak pada penghasilan petani.
Terlebih lagi bagi petani berlahan sempit, menanam tebu sama saja dengan
mengancam subsistensi mereka. Pabrik gula sulit mendapatkan petani berlahan
sempit yang secara sukarela bersedia mengikuti program TRI. Untuk menjamin
pasokan tebu ke pabrik gula, dalam operasionalisasinya, pemerintah terpaksa
memakai cara kekerasan agar rakyat bersedia menanam tebu. Rakyat sebenarnya
keberatan menanam tebu karena komoditi ini dinilai kurang menguntungkan
dibanding tanaman pangan (padi dan palawija).
95
Sistem yang dijalankan dalam program TRI mengindikasikan adanya
pelimpahan tanggung jawab pabrik gula, yang semula dari pabrik gula ke petani yang
belum menguasai teknologi penanaman tebu secara maksimal. Petani harus
mempersiapkan lahan, menanam bibit, memelihara, menebang, serta membawa tebu
ke pabrik. Selain itu, petani TRI harus mengajukan kredit kepada BRI untuk dapat
menjalankan usaha tani tebunya. Paket kredit yang disediakan pemerintah terdiri atas
COL (Cost of Living/Biaya Beban Hidup), biaya garap tanah, sarana produksi, serta
biaya tebang dan angkut.
Pelaksanaan program TRI juga melibatkan berbagai pihak yang menjalankan
fungsinya masing-masing dalam menyukseskan program tersebut. Satuan Pelaksana
(Satpel) Binbingan Massal (Bimas) sebagai pelaksana, BRI (Bank Rakyat Indonesia)
yang memberikan kredit, KUD (Koperasi Unit Desa) sebagai penyalur sarana
produksi, dan pabrik gula yang memberikan bimbingan saling terkait dalam
mekanisme pelaksanaan program TRI. Akan tetapi, keterlibatan berbagai pihak
seringkali menimbulkan permasalahan seperti terlambatnya pencairan dana kredit.
Selain itu, dalam hierarki program TRI, petani justru memiliki kekuasaan yang paling
lemah jika dibandingkan dengan pihak lain.
96
DAFTAR PUSTAKA
A. Arsip
ANRI, Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang
Intensifikasi Tebu Rakyat.
BPAD Jawa Tengah, Desa Gondang Ketjamatan Tjepiring Kawedanan Weleri. No:
17/5 Hal: Tuntutan Rakyat Desa Gondang.
______, Turunan. Panitya Tebu Rakyat Kabupaten Kendal. d/a. Kantor Tjabang
Insp.Kooperasi Kabupaten Kendal. No. 618/212/II-3 Hal: Kesulitan Persewaan
Tanah untuk Tahun 1956/1957 di P.G. Tjepiring (Kendal).
KPAD Kendal, Kantor Pembantu Bupati Kendal Wilayah Weleri, No. 144/692
Tentang Keputusan Desa Galih Tentang Penetapan Plotting Alokasi Areal TRI
Tahun 1985/1986, Senarai Arsip Daftar Pertelaan Arsip (DPA) Diserahkan
(Permanen) Eks Pembantu Bupati Kendal se Kabupaten Kendal dan Tapem
Kabupaten Kendal, No. 175.
______, Keputusan Desa Caruban Kecamatan Gemuh Kabupaten Dati II Kendal