-
109
BAB V. KARAKTERISTIK WILAYAH PENELITIAN
5.1 Letak Geografis, Karakteristik Fisik dan Administrasi
Wilayah
Letak geografis dan sarana trasportasi yang menunjang merupakan
factor
penting dalam pengembangan wilayan. Perekonomian wilayah tidak
dianggap
sebagai suatu perekonomian tertutup karena akan terjadi aliran
faktor-faktor
produksi terutama modal dan tenaga kerja serta barang. Aliran
faktor produksi dan
barang sangat dipengaruhi oleh kekuatan interaksi antar wilayah.
Kemudahan
akses antara satu wilayah dengan wilayah yang lain sangat
mempengaruhi
pengembangan wilayah. Wilayah studi yang mempunyai karakteristik
kepulauan
dan komoditi sumber daya mineral yang khas dipisahkan oleh laut
baik akses ke
Palembang sebagai pusat pertumbuhan provinsi Sumatera Selatan
maupun Jakarta
sebagai pusat pertumbuhan nasional. Letak strategis lainnya
adalah wilayah
Bangka Belitung merupakan jalur pelayaran regional dan
internasional terutama
jalur pelayaran dari utara ke selatan maupun dari selatan ke
utara, terutama
sebelah timur yang di pisahkan oleh selat Karimata.
Lokasi wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
dipisahkan oleh
laut menimbulkan permasalahan transportasi untuk menjamin
kelancaran
perdagangan ke wilayah lain. Transportasi yang ada saat ini
adalah transportasi
laut (kapal,ferri) dan udara (pesawat udara). Kondisi ini
merupakan kendala yang
cukup besar dalam pemgembangan wilayah Kepulauan Bangka
Belitung, jika
pelayanan dan jasa tidak ditingkatkan. Dari aspek geografis,
Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung sangat menguntungkan mengingat letaknya relatis
dekat dengan
Palembang, Jakarta, Batam, Kalimantan Barat (Pontianak).
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi yang
relatif baru
terbentuk yang sebelumnya merupakan bagian dari provinsi
Sumatera Selatan.
Provinsi ini dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 2 7 tahun
2000, tanggal 4
Desember 2000 .
Secara geografis, wilayah provinsi ini terletak di antara 1040
50 0' - 109
0 30
0 ' Bujur Timur dan 00 50' - 4
0 10 ' Lintang Selatan. Secara administratis provinsi
Kepulauan Bangka Belitung memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut:
-
110
- sebelah Utara berbatasan dengan Laut antara Pulau Tujuh (di
Utara Pulau
Bangka) dan Pulau Berhala (di Selatan Pulau Singkep) serta Laut
Cina
Selatan;
- sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa;
- sebelah Barat berbatasan dengan daratan Timur Sematera Bagian
Selatan dan
Selat Bangka; dan
- sebelah Timur berbatasan dengan Selat Karimata.
Provinsi ini merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari pulau
besar dan
kecil. Dua pulau terbesar adalah Pulau Bangka dan Pulau
Belitung, selain itu juga
terdapat beberapa pulau-pulau besar lainnya seperti Pulau Lepar,
Pulau Seliu,
Pulau Mendanau, Pulau Nadu dan Pulau Batu Dinding. Total wilayah
Provinsi ini
mencapai 81.725 Km2, dimana 20 % diantaranya merupakan wilayah
daratan dan
sisanya merupakan wilayah laut, dengan total garis pantai
sepanjang 1.200 Km.
Keadaan topografi wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
pada
umumnya bergelombang dengan ketinggian antara 30-669 meter
diatas
permukaan laut. Daerah yang paling tinggi di mempunyai
ketinggian 699 meter
merupakan puncak gunung Maras, sedangkan daerah yang tertinggi
pada
umumnya berhulu di daerah perbukitan atau pegunungan dan
bermuara ke laut.
Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan
saluran utama
pembuangan air hujan khususnya kotamadya Pangkalpinang.
Keadaan tanah di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung
umumnya
didominasi oleh tanah podsolik coklat kekuningan terutama
mengandung mineral
bijh timah, kaolin, pasir kuarsa, batu gunung dan batuan
alluvial. Oleh karena itu
pada umumnya tanah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
relative kurang
subur. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung beriklim tropis dan
suhu rata-rata
27,60C dengan suhu terendah 21,8
0C dan suhu tertinggi 33,4
0C. Kelembaban
udara rata-rata 85% dan curah hujan bervariasi antara 1.776
4.000 mm per
tahun.
Tahun 2003, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami
pemekaran
wilayah, yang pada akhirnya terbentuklah 7 (tujuh) wilayah
administratif, yang
meliputi 36 kecamatan, 54 kelurahan, dan 267 desa. Sebelumnya
Provinsi ini
hanya terdiri dari 1 (satu) kota dan 2 (dua) kabupaten saja.
-
111
Tabel 8. Profil Wilayah Administratif Sebelum Pemekaran Provinsi
Kepulauan
Bangka Belitung
Kabupaten / Kota Luas Wilayah (Km2) Kecamatan Desa/Kel.
Bangka
Belitung
Kota
Pangkalpinang
1 1.554
4. 801
89
22
5
5
212
36
35
Sumber: RTRWP Kepulauan Bangka Belitung 2002
Tabel 9. Profil Wilayah Administratif Setelah Pemekaran Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung
Kabupaten / Kota Luas Wilayah
(Km2)
Kecamatan Desa Kel
Bangka 2 .951 8 60 9
Bangka Barat 2.821 5 53 4
Bangka Tengah 2. 156 4 39 1
Bangka Selatan 3.607 5 45 3
Belitung 2.294 5 40 2
Belitung Timur 2.507 4 30 -
Kota Pangkal Pinang 89 5 - 35 Sumber: BPS Prov Bangka Belitung
2009
5.2 Karakteristik Kependudukan
Penduduk di provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurut statistik
tahun
2009 mencapai 1 juta jiwa yang terdistribusi hampir merata di
setiap
Kota/Kabupaten. Tingkat kepadatan penduduk rata-rata provinsi
ini sebesar 65
jiwa per Km2 . Jika dibandingkan dengan kepadatan penduduk di
Pulau Sumatera
dan secara nasional, kepadatan penduduk di provinsi ini lebih
kecil. Kepadatan
penduduk rata-rata di masing-masing Kabupaten bervariasi antara
35 - 84 jiwa per
Km 2.
Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi, memiliki tingkat
kepadatan
penduduk yang tertinggi, yakni 1.635 jiwa per Km2 atau 16 jiwa
per Ha.
Perbedaan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi antara wilayah
Kabupaten dan
kota ini akibat luasan wilayah yang relatif sangat berbeda,
dimana hanya sebagian
kecil saja wilayah Kabupaten yang merupakan kawasan
perkotaan,
sebaliknya
hampir diseluruh wilayah kota Pangkapinang merupakan wilayah
perkotaan.
Jumlah rumah tangga di provinsi ini tahun adalah 247.265 KK. Ini
berarti dalam
-
112
setiap rumah tangga di provinsi Kepulauan Bangka Belitung
rata-rata terdiri dari 4
(empat) jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk rata-rata penduduk di provinsi
Kepulauan
Bangka Belitung adalah 1,54% per tahun, lebih besar dari
rata-rata laju yang sama
di tingkat nasional. Beberapa Kabupaten di provinsi ini,
khususnya yang berada di
Pulau Bangka memiliki laju pertumbuhan penduduk di atas
rata-rata provinsi.
Tabel 10. Distribusi Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan
Penduduk Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, 2009
Kota / Kabupaten Luas Wilayah Km2 Jumlah Penduduk Kepadatan AG
Jumlah KK (Jiwa) (Jiwa/Km2) %
Bangka 2.950,68 246.83 7 84 1,78 5 5, 1 3 1
Bangka Barat 2.820,61 147.855 52 1,78 2 9,3 78
Bangka Tengah 2.155,77 133.380 62 1,78 3 5,8 74
Bangka Selatan 3.607,08 148.9 16 41 1,78 34,446
Belitung 2.293,69 1 32 .927 58 1, 12 32,440
Belitung Timur 2.506,9 1 87. 380 35 1,12 24, 160
Pangkalpinang 89,40 146.161 1.63 5 1,66 3 5,8 3 6
Provinsi Kep. Babel 16.424,00 1.043.456 64 1,54 247,265
Pulau Sumatera 446.687,00 42.881.921 96 - -
Indonesia 1.860.360,00 215.801.722 116 1,34 -
Keterangan: Laju pertumbuhan penduduk (AG) per kotaan/Kabupaten
menurut statistik perioda
2005 - 2009; AG provinsi dan Indonesia menurut statistik perioda
2005 - 2009 Sumber: BPS
Pusat, BPS Provinsi Kep. Bangka Belitung dan Hasil
Perhitungan
5.3 Karakteristik Ketenagakerjaan
Secara garis besar proporsi penduduk berusia produktif (antara
15 - 64
tahun) di provinsi Kepulauan Bangka Belitung cukup besar, yakni
6 7 % dari total
penduduk yang ada. Proporsi ini juta tidak terlalu berbeda
dengan proporsi
penduduk berusia produktif di tingkat nasional. Angka beban
tanggungan (angka
bekan tanggungan proporsi penduduk tidak berusia produktif /
penduduk berusia
produktif) provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak terlalu
berbeda dengan
angka beban tanggungan secara nasional, berturut-turut 49,7 0%o
dan 49,9 0%o .
Jumlah angkatan kerja di provinsi Kepulauan Bangka Belitung
tahun 2009
adalah 485.514 jiwa. Dari total angkatan kerja yang ada,
8,1%omasih belum
bekerja (pengangguran: proporsi jumlah angkatan kerja yang
mencari pekerjaan
terhadap total jumlah angkatan kerja). Proporsi pengangguran di
provinsi ini lebih
kecil dari angka nasional ( 10,24 %o).
-
113
Gambar 11. Peta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sumber:
Bakosurtanal
-
114
Namun di beberapa kota/Kabupaten di provinsi, tingkat
penganggurannya lebih
besar dari angka nasional, seperti di Kabupaten Belitung, Kota
Pangkalpinang,
Kabupaten Bangka Barat, dan di Kabupaten Bangka Selatan.
Tabel 11 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, 2009
Kab./Kota 0 14 15 - 64 >64 Total
Bangka 74,541 164,374 7,922 246,837
Bangka Barat 41,868 100,527 5,460 147,855
Bangka Tengah 44,768 85,621 2,991 133,380
Bangka Selatan 47,485 9 7,225 4,206 148, 916
Belitung 3 7,009 90,596 5,322 132,927
Belitung Timur 2 3,972 5 9,146 4,262 87,380
Pangkalpinang 40,008 99,808 6,345 146,161
Provinsi 309,651 697,297 36,508 1,043,456
Proporsi(%) 2 9,68 6 6, 8 3 3,50
Indonesia 61.98 1.400 146.280.900 10.942.400 2 19.204.700
Proporsi(%) 2 8, 2 8 66,74 4,98
Sumber: BPS Pusat dan BPS Provinsi Kep. Bangka Belitung
Rata-rata tingkat partisipasi angkatan kerja (Proporsi jumlah
angkatan kerja
terhadap total jumlah penduduk berumur lebih dari 15 tahun
(penduduk usia
produktif) di provinsi Kepulauan Bangka Belitung sedikit lebih
tinggi
dibandingkan dengan angka nasional, yakni 69,63 %%0. Jumlah
angkatan kerja
terbesar berasal dari Kabupaten Bangka (1 0 6.449 jiwa), namun
demikian TPAK
Kabupaten ini hanya menunjukkan 64,76%%0 saja atau di bawah
rata-rata TPAK
provinsi atau bahkan nasional.
Tabel 12 Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran,
Penduduk Berumur
15 Tahun ke atas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan
Indonesia,
2009
Kota / Kabupaten Bekerja
(Jiwa)
Mencari Kerja
(Jiwa)
Angkatan Kerja
(Jiwa)
Pengangguran
(Jiwa)
Penduduk
>15 Thn (Jiwa)
TPAK
Bangka 99,71 6,698 106,449 6.2 9 164,3 74 64. 76
Bangka Barat 64,960 5945 70,905 8. 3 8 100,52 7 70. 53
Bangka Tengah 5 5,2 52 3,792 59,044 6.42 85,62 1 68.96
Bangka Selatan 6 1,0 3 8 5,424 66,462 8. 16 9 7,2 2 5 68. 36
Belitung 59,192 6,724 65,9 16 10.2 0 90,596 72 . 76
Belitung Timur 40,908 3,5 10 44,418 7.90 59, 146 7 5. 10
Pangkalpinang 65,073 7,247 72,3 2 0 10.02 99,808 7 2 .46
Provinsi Kep.
Babel
446,174 39,340 485,5 14 8. 10 697,297 69.63
Sumber: BPS Provinsi Kep. Babel dan Hasil perhitungan
-
115
5.4 Karakteristik Struktur Ekonomi
Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat
dipengaruhi oleh
kegiatan pertambangan (timah, kaolin, dan pasir kuarsa ) dan
kegiatan industri
berbasis pertambangan (peleburan timah, keramik). Peranan
masing-masing
kegiatan tersebut lebih jelas terlihat bila dilakukan tinjauan
terhadap struktur
ekonomi wilayah. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan
wilayah yang
berbasis ekonomi sumber daya alam terutama pertambangan,
perkebunan dan
perikanan. Dalam konteks pengembangan wilayah, kegiatan primer
tersebut
terlihat belum banyak memacu kegiatan ekonomi lainnya seperti
kegiatan yang
berbasis non pertambangann terutama industri yang berbasis non
pertambangan.
Kontribusi kegiatan pertanian (19,17%) terutama dari
subkegiatan
perkebunan dan perikanan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
masih dibawah
kegiatan industri pengolahan yang berbasis pertambangan
(26,63%).
Perkembangan kegiatan ini menunjukkan perkembangan yang cukup
kecil
(5,58%), jika dibandingkan dengan beberapa kegiatan lainnya
kecuali jasa-jasa
(3,25%). Kontribusi yang besar dari kegiatan industri pengolahan
disebabkan
peranan sumber daya pertambangan terutama timah,kaolin,dan pasir
kuarsa
(14,05%). Oleh karena itu, peranan kegiatan pertambangan dan
industri yang
mengolah hasil pertambangan masih sangat dominan di Provinsi
Kepulauan
Bangka Belitug. Laju pertumbuhan yang besar di Provinsi Bangka
Belitung justru
pada kegiatan listrik, gas, dan air minum yaitu subkegiatan
listrik; industri
pengolahan; bangunan; perdagangan; hotel dan restoran.
Perkembangan kegiatan
pertambangan dan industri pengolahan di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
cukup tinggi sebesar 10,91%. Pertambangan timah dan industri
pengolahan timah
yang merupakan basis ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
mengkontribusi sebesar 29,46%. Perkembangan kegiatan ini
mengalami
penurunan yang sangat tajam dari 20,34% pada periode 1993-1994
menurun
menjadi 1,795% pada periode 1994-1995 (Hasil Pengolahan dari
data PDRB
1993-1995, BPS). Pertambangan timah yang dilakukan oleh
perusahaan utama
yaitu PT. Timah dan PT Kobatim pada saat ini hanya dipusatkan di
Pulau Bangka,
sedangkan di Pulau Belitung tidak dioperasionalisasikan lagi,
tetapi kegiatan
pertambangan rakyat yang dikenal dengan tambang inkonvensional
(TI) banyak
-
116
dilakukan di Pulau Belitung dan Pulau Bangka. Oleh karena itu,
mempertahankan
sumber daya timah di masa yang akan datang di Provinsi Kepulauan
Bangka
Belitung sangat riskan termasuk juga industri pengolahan yang
bergantung pada
timah. Dengan demikian, kegiatan ekonomi nonpertambangan
harus
dikembangkan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan
keberlanjutan
pembangunan.
5.5 Potensi Sumber Daya Nonpertambangan
Kegiatan pertambangan, selain timah yang di Indonesia hanya
terdapatdi
wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga pertambangan
kaolin dan pasir
kuarsa merupakan bahan tambang yang mempunyai kualitas terbaik
di Indonesia.
Kegiatan perkebunan yang sangat potensial dan memiliki
karakteristik yang khas
adalah lada. Dengan demikian, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
mempunyai
keunggulan komparatif yang sangat besar.
Pengembangan kegiatan ekstraktif dalam jangka pendek sangat
krusial
terutama kegiatan pertambangan. Oleh karena itu, sub bagian ini
akan membahas
potensi sumber daya alam nonpertambangan yang dapat dikembangkan
di masa
yang akan datang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pembahasan ini
ditekankan antara lain pada potensi, produksi, PDRB dan tenaga
kerja dari
berbagai kegiatan.
5.5.1 Pertanian
Kegiatan pertanian terdiri dari subkegiatan tanaman bahan
makanan,
tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Dalam
PDRB
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kegiatan pertanian
mengkontribusi sebesar
19,17%. Subkegiatan yang mengkontribusinya cukup besar adalah
subkegiatan
perkebunan dan perikanan. Luas panen kegiatan pertanian di
Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung 560.923,90 ha yang terdiri dari : tanaman bahan
makanan 25.038
ha; tanaman perkebunan 95.581,90 ha; kehutanan 440.304 ha.
Kawasan hutan di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 440.304 ha dengan rincian
yaitu : hutan
lindung 41.050 ha dan hutan tetap 399.254 ha dengan hutan
lindung mengalami
penambahan 6.304 ha dari 34.746 ha tahun 1994 menjadi 41.050 ha
tahun 1995.
Jika Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dirinci menurut Dati II,
maka kegiatan
pertanian di dominasi kabupaten Bangka dan Belitung.
-
117
Produksi kegiatan pertanian sebesar 257.692,43 ton yang terdiri
dari :
tanaman bahan makanan 113.025,80 ton; tanaman perkebunan
54.625,53 ton; dan
perikanan 86.675,20 ton. Jika kegiatan pertanian berdasarkan
subkegiatannya
dibagi menjadi komoditi, maka dapat dirinci sebagai berikut :
subkegiatan
tanaman bahan makanan yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
adalah padi sawah dan padi lading, palawija yang terdiri dari
jagung dan ketela
pohon, ubi jalar, kacang hijau, kacang tanah, kacang kedele,
sayur sayuran, dan
buah-buahan. Subkegiatan perkebunan yang banyak diusahakan
adalah lada,
karet,kelapa, cengkeh, coklat, kopi, jambu menta, dan aren.
Walaupun data
mengenai tanaman kelapa sawit belum tersedia, tetapi di lapangan
menunjukkan
perkebunan kelapa sawit sangat potensial untuk dikembangkan di
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dimasa yang akan datang terutama
dilihat dari arel
dan tingkat kesuburan tanaman. Subkegiatan perikanan yang sangat
potensial
adalah perikanan laut yang merata terdapat di tiga Dati II.
Subkegiatan peternakan
yang banyak diusahakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
meliputi ternak
besar, ternak kecil dan unggas terutama peternakan babi.
Subkegiatan kehutanan
hanya terdapat di kabupaten Bangka dan pengembangannya terbatas
mengingat
luas lahan yang terbatas terutama untuk hutan lindung.
Nilai produksi kegiatan pertanian tahun 1995 di Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung mencapai Rp. 395,077 milyar meningkat 24,69% dari tahun
1994
sebesar Rp. 316,848 milyar. Kontribusi kegiatan pertanian
terdiri dari tanaman
bahan makan Rp. 54,982 milyar, tanaman perkebunan Rp. 174,098
milyar,
peternakan Rp. 26,437 milyar, kehutanan Rp. 25,399 milyar, dan
perikanan Rp.
114,161 milyar.
5.5.2 Industri
Pengembangan kegiatan industri di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
bertumpu pada industripengolahan hasil pertambangan (timah,
kaolin, dan pasir
kuarsa), industri yang menunjang perikanan (cold strorage),
industri maritime
(galangan kapal). Tenaga kerja kegiatan industri sebanyak 23.159
orang yang
berarti mengalami peningkatan 1.732 orang disbanding tahun 1994
21.427 orang.
Nilai produksi kegiatan industri mencapai Rp. 462,044 milyar
meningkat 14,35%
dari tahun 1994 sebesar 404,062 milyar. Kontribusi kegiatan
industri besar dan
-
118
menengah adalah Rp.445,237 milyar, sedangkan industri kecil
hanya Rp. 16,807
milyar.
Jumlah industri besar dan menengah di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
pada tahun 1994 adalah 119 unit usaha dengan rincian 92 unit di
Kabupaten
Bangka dan 27 unit di Kabupaten Belitung yang menyerap tenaga
kerja sebanyak
9.824 orang. Jenis industri besar dan menengah di Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung meliputi industri mesin dan logam dasar (IMLD) yang
terdiri dari
galangan kapal, kathodic protection, bengkel bubut, dan cor
logam; Industri Kimia
Dasar (IKD) adalah gas oksigen;dan aneka industri yang terdiri
dari cold storage,
pabrik es, peleburan timah, pengolahan kaolin, pasir kuarsa,
penggergajian kayu,
pengolahan ikan, crun b rubber, moulding, dan tegel granit.
Kelompok industri kecil di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
mempunyai jumlah unit usaha sebanyak 2.669 unit yang menyerap
tenaga kerja
sebanyak 13.464 orang. Jenis usaha kecil tersebut
meliputiindustri pangan,
sandang, kimia dan bahan bangunan, kerajinan umum, serta logam
dan jasa.
Industri yang mempunyai prospek yang cukup besar di masa yang
akan datang
adalah industri berbasis perikanan yaitu subkegiatan industri
bahan makan seperti
kerupuk, kemplang, empek-empek dang etas. Industri ini bahkan
merupakan
trademarkdari Provinsi Sumatera Selatan khususnya Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung yang kiprahnya dalan skala nasional.
5.5.3 Perdagangan
Kegiatan perdagangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Perdagangan eksport import, yang meliputi perdagangan
eksportdari Provinsi
Kepulauan Bangka Belitungkeluar negeri dan kegiatan impor dari
wilayah luar
ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Negara tujuan utama
ekspor adalah
Jepang, Malaysia, Thailand, Taiwan, hongkong, Singhapura, RRC,
Negara-
negara Eropa, Amerika Serikat, Canada, dan Columbia. Jenis
komoditi yang
diekspor meliputi timah,kaolin, pasir kuarsa, batu granit, tanah
liat, ikan
beku/segar, kopi, karet, lilin, madu dan lada. Realisasi ekpor
di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung tahun 1995 sebesar
US$649.582.924,20.
Kegiatan impor terdiri dari barang-barang pokok
(sembako,tekstil, yodium,
-
119
kacang hijau, kacang kedelai, dan kacang tanah); dan
barang-barang strategis
(semen, pupuk, dan bahan bakar). Barang-barang keperluan
tersebut terutama
di impor dari Sumatera dan jawa.
2. Perdagangan antar pulau, komoditi ekspor ke pulau-pulau lain
di Indonesia
terutama pulau Jawa(Jakarta,Semarang) meliputi hasil perikanan,
hasil
perkebunan, dan barang-barang haril industri pengolahan.
3. Perdagangan lokal, meliputi perdagangan antar Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung di dalam masing-masing Kabupaten/Kota terutama
perdagangan
barang kebutuhan sehari-hari. Keberhasilan kegiatan perdagangan
di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung sangat bergantung pada interaksi antar
wilayah di
Provinsi Sumatera Selatan. Letak geografis Provinsi Kepulauan
Bangka
Belitung dapat dikatakan strategis baik ke Palembang, Jakarta,
Semarang,
Pontianak, Banjarmasin, Batam, Kep. Natuna dan luar negeri
terutama dengan
Negara tetangga Singapura dan Malaysia karena dilewati jalur
pelayaranregional dan internasional. Permasalahannya yang muncul
adalah
karena fisik wilayah berupa kepulauan, maka perdagangan di
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung sangat ditentukan oleh transportasi
laut dan
udara. Pada umumnya keterkaitan ini sangat ditentukan oleh
factor jarak dan
lokasi wilayah tersebut yang umumnya wilayah yang terletak di
tepi pantai
yang akan mempermudah interaksi melalui laut. Dengan demikian,
trasportasi
laut sangat menentukan dalam kegiatan ekspor-impor barang dan
jasa
5.5.4 Karakteristik Pariwisata
Karakteristik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang khas
terutama
morfologinya yang merupakan kepulauan sangat identik dengan
pulau-pulau lain
di Indonesia seperti Bali, Lombok, kepulauan Maluku, Kep.
Natuna, Nias dan
Batam mempunyai pesona alam pantai, pegunungan, sungai yang
mempesona.
Disamping itu, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai
sumber daya
alam yang khas terutama pertambangan ( timah,kaolin dan pasir
kuarsa) dan
perkebunan (lada). Secara geografis, letak Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
sangat strategis baik dalam konteks nasional maupun
internasional. Dalam
konteks nasional, letak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
relative dekat
dengan Palembang, Pontianak, Batam dan Jakarta. Sedangkan dalam
konteks
-
120
internasional merupakan jalur pelayaran internasional melalui
sebelah timur
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (selat Karimata). Kondisi
yang telah
dikemukakan di atas sangat menarik untuk pengembangan pariwisata
khususnya
pengembangan pariwisata kepulauan di Indonesia bagian Barat.
5.6 Karakteristik Kegiatan Pertambangan Timah
Kegiatan pertambangan khususnya pertambangan timah di
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung telah menunjukkan peranannya yang
besar dalam
pengembangan wilayah terutama kontribusinya terhadap pendapatan
wilayah.
Keterkaitan pertambangan timah sebagai basis ekonomi Provinsi
Kepulauan
Bangka Belitung terhadap perkembangan kegiatan lainnya terutama
industri
pengolahan, perdagangan, dan jasa perorangan atau rumah tangga
akan di bahas.
Menurut Salim dalam Sumardekar (1994) terdapatkorelasi positif
antara kegiatan
pertambangan timah, industri pengolahan, dan perdagangan di
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
Subbagian ini akan membahas potensi,prospek kegiatan
pertambangan
timah, tenaga kerja, dan dampak kegiatan pertambangan timah
terhadap kegiatan
lain di wilayah Bangka Belitung. Kegiatan pertambangan timah,
seperti dalam
bab tinjauan teoritis mempunyai karakteristik yang unik baik
sifatnya yang tidak
dapat diperbaharui, lokasinya yang terpencil, dan operasionalnya
yang sangat
kompleks membutuhkan modal dan investasi yang besar
sertatehnologi tinggi dan
tenaga kerja terampil. Disamping itu, kegiatan pertambangan
timah sangat
sensitive terhadap factor luar terutama permintaan luar.
5.6.1 Pertambangan dan Cadangan Timah
Kegiatan pertambangan timah di Indonesia telah berlangsung sejak
200
tahun yang lalu berlokasi di sekitar kepulauan Bangka, Belitung,
Karimun dan
Kundur serta di wilayah pesisir timur pulau Sumatera. Wilayah
ini termasuk
dalam jalur timah Indonesia (Indonesia Tin Belt) yang terbentang
sepanjang 3.000
kilometer dari bagian Myanmar bagian Utara, Thailand, Malaysia
terus ke selatan
di kepulauan Riau dan membelah Kalimantan Barat. Selama Perang
Dunia II,
kegiatan pertambangan timah dilakukan oleh perusahan Jepang
Mitsubisi Nagyoja
Kaisha. Tetapi sejak pasca kemerdekaan tepatnya tahun 1958,
kegiatan
pertambangan tersebut diawasi oleh Biro Urusan Perusahaan
Tambang Negara
-
121
(Buptan). Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum
Perusahaan
Tambang Timah Negara yang mengkoordinasi semua kegiatan
pertambangan
timah di pulau Bangka, Belitung, dan Singkep. Perubahan dan
reorganisasi terus
berlanjut mulai tahun 1969 kegiatan pertambangan timah disatukan
dalam satu
wadah perusahaan yang disebut Perusahaan Tambang Timah (PN.
Timah).
Perusahaan persero dengan nama PR. Tambang Timah yang
kegiatan
penambangannya terdiri dari 4 unit, yaitu (1) Unit Penambangan
Timah Bangka,
(2) Unit Penambangan Timah Belitung, (3) Unit Penambangan Timah
Singkep,
(4) Unit Peleburan Timah Muntok.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967
tentang
Penanaman Modal Asing, tercatat tiga perusahaan asing yang
menanamkan
modalnya dalam kegiatan pertambangan di PT Koba Tin yang
beroperasi di pulau
Bangka dengan kepemilikan saham adalah 25% oleh PT Tambang Timah
dan
75% oleh Kajuara Mining Corporation Pty Limited dari Australia.
Perusahaan ini
masih mengembangkan kegiatan pertambangan sampai tahun 2013.
Perusahaan
yang ke dua yang menanamkan modalnya adalah PT. Broken Hill
Proprietary
Indonesia beroperasi di pulau Belitung, tetapi dijual kepada
perusahaan Jerman
PT. Preussag yang selanjutnya dijual kepada perusahaan nasional
PT. Gunung
Kikara Mining yang akhirnya pada tahun 1994 tidak berproduksi
lagi. Perusahaan
ketiga adalah PT. Riau Tin beroperasi di perairan kepulauan
Riau, namun
kemudian mengundurkan diri sebagai akibat jatuhnya harga timah
decade tahun
80-an. Dengan demikian, kegiatan pertambangan di Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung saat ini hanya dilakukan oleh dua perusahan yaitu PT.
Tambang Timah
dan PT. Koba Tin.
Sejak tahun 1991 kegiatan pertambangan timah yang dilakukan oleh
PT.
Tambamg Timah dikonsentrasikan pada pertambangan perairan/laut,
sedangkan di
daratan diserahkan pada pihak swasta lokal sebagai pelaksananya.
Pengembangan
kegiatan pertambangan timah menggunakan kapal keruk sangat
berpengaruh pada
faktor lain :
1. Penyerapan tenaga kerja makin sedikit mengingat kegiatan
pertambangan
timah di laut menggunakan alat mekanis yang memerlukan tenaga
terampil
yang tidak begitu besar.
-
122
2. Pemusatan kegiatan pertambangan tidak dilakukan di darat
yang
menyebabkan pengaruh pengganaan kegiatan informal seperti warung
nasi,
makanan dan lainnya sangat kecil.
3. Dampak lingkungan terutama biota laut menhadi terganggu,
memungkinkan
degradasi lingkungan dibawah laut.
Dalam konteks pengembangan wilayah, kegiatan pertambangan
yang
dilakukan di laut mempunyai dampak pengganda yang kecil terutama
dalam
penyerapan tenaga kerja. Pengurangan tenaga kerja yang
berangsur-angsur,tenaga
kerja pada tahun 1990 sebanyak 25.000 orang menjadi 6.117 orang
tahun 1995
atau sebanyak 18.883 orang yang di PHK selama kurun waktu 5
tahun.
Pengurangan tersebut selain menunjukkan bahwa PT. Tambang Timah
ingin
melakukan efisiensi terutama untuk meningkatkan kembali
pendapatannya dengan
melakukan tambang laut menggunakan kapal keruk, tetapi juga di
sebabkan
fluktuasi harga timah di pasar internasional. Kebijakan yang
juga dikeluarkan oleh
PT. Tambang Timah adalah memusatkan seluruh kegiatan
pertambangan di
kabupaten Bangka, sedangkan kabupaten Belitung dan Pangkalpinang
tidak
dioperasionalkan lagi.
Pemanfaatan wilayah daratan di Kepulauan Bangka dan Belitung
untuk
tambang timah oleh perusahaan skala besar dengan tehnologi
tinggi dan juga oleh
penduduk setempat dengan tambang rakyatnya menggunakan
teknologi
sederhana, nampaknya telah menimbulkan kerusakan fisik alam,
dengan
banyaknya bertebaran lobang- lobang atau kolong-kolong akibat
penambangan
tersebut, bahkan ada yang tidak memperhatikan lagi kerusakan
lingkungan, serta
tumpang tindihnya pemanfaatan dengan sektor lain, seperti lahan
pertanian,
permukiman dan kawasan lindung.
Banyaknya penduduk yang bekerja mencari pasir timah, baik
dengan
membuka areal lahan sendiri maupun bekerja untuk pemodal yang
siap
berinvestasi pada penambangan timah tradisional menyebabkan
kolong bekas
tambang timah semakin bertambah karena munculnya tambang timah
baru.
Berdasarkan pendataan Universitas Sriwijaya (UNSRI) tahun 1999
terdapat
sebanyak buah kolong tersebar di seluruh wilayah dengan luas
keseluruhan
1.712,65 hektar dengan rata-rata kedalaman 9, 5 meter.
-
123
Kegiatan usaha bidang pertambangan, suatu saat tentu akan
berkurang dan
habis, kalaupun masih ada, mungkin tidak ekonomis lagi untuk
ditambang,
mengingat tambang sudah diusahakan sejak abad ke 18, sehingga
potensinya
sudah semakin menurun seperti terlihat di daratan Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung.
Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung penambangan di darat sudah
di
serahkan oleh PT. Timah, Tbk kepada mitra kerjanya dengan
perencanaan dan
pengawasan tetap dipegang oleh PT. Timah, Tbk. Namun sekarang
masalahnya
masih banyak masyarakat membuka tambang pada milik lahan mereka
dalam
skala kecil, tetapi kadang-kadang tidak memperhatikan kerusakan
lingkungan.
Hal- hal seperti ini perlu diatur dan diarahkan agar pemanfaatan
lahan untuk
pertambangan tidak menimbulkan kerugian pada kepentingan
masyarakat sendiri
dalam waktu-waktu yang akan datang. Partisipasi dari masyarakat
dan dunia
usaha akan pertambangan perlu ditumbuh kembangkan, tetapi harus
menjaga dan
memelihara pembangunan yang berkelanjutan (sustainable) dan
menjamin
kelestarian lingkungan.
Berdasarkan data USGS cadangan timah Indonesia sebesar 900.000
ton akan
habis pada tahun 2020 jika produksi timah rata-rata 60.000 ton
per tahun.
5.6.2 Produksi, Harga dan Pemasaran Timah
Pada pembahasan terdahulu diketahui bahwa wilayah yang
berbasis
ekonomi sumber daya alam khususnya pertambangan timah sangat
dipengaruhi
oleh Dewan Timah Internasional (ITC). Dengan demikian, kegiatan
produksi dan
harga timah sangat ditentukan oleh dewan tersebut. Pembatasan
jumlah
ekspor(kuota) timahyang ditetapkan ITC guna menstabilkan harga
timah di pasar
internasional menyebabkan Negara anggotanya termasuk Indonesia
harus
membatasi jumlah produksinya.
Harga timah di pasar internasional pada periode tahun 1991-1995
relatif
mengalami peningkatan, walaupun nilainya lebih rendah
dibandingkan pada
periode tahun 1980-1990. Dengan relative stabilnya harga timah
pada periode
1991-1995 dan retrukturisasi yang dilakukan oleh PT. Tambang
Timah, maka
produktivitas perusahaan tersebut semakin meningkat. Peningkatan
ini ditandai
-
124
dengan berhasilnya penawaran umum perdana dan kini saham PT.
Tambang
Timah tercatat di Bursa Efek Jakarta, Surabaya dan London sejak
tahun 1995.
Tahapan penting lainnya yang dicapai pada tahun 1995 adalah
berhasilnya
pabrik peleburan timah memperoleh akreditasi ISO-9002 untuk
system
managemen mutu proses peleburan dan pemurnian serta pencetakan
logam
dengan merek Bangka, Mentok, dan Bangka Low-leaddalam bentuk
Ingot,anode
dan tin shot.
Produk PT. Tambang Timah dipasarkan baik di dalam negeri maupun
di luar
negeri. Proporsi kebutuhan untuk dalam negeri hanya sebesar5%,
sedangkan
untuk kebutuhan eksporsebesar 95%. Kebutuhan dalam negeri pada
umumnya
digunakan untuk pembuatan solder dan untuk pembuatan pin plate
oleh
perusahaan Pelat Timah Nusantara (Latinusa), Jati Uwung, Dae
Jindo Metal dan
Nursakti Utama. Sedangkan produk timah untuk ekspor di pasarkan
ke Amerika
Serikat 20%, Eropa 25% dank e Asia sebanyak 50%. Negara-negara
konsumen
tersebutmeliputi : Amerika Serikat, Swis, Perancis, Italia,
Inggris, Singhapura,
Malaysia, Philipina, Jepang dan Hongkong.
5.6.3 Aset Pertambangan Timah
Menurut Sumardekar (1994), ada tiga unit usaha PT.Tambang Timah
yang
dapat dikembangkan di masa yang akan datang, yaitu : (1) unit
usaha eksplorasi
dan penambangan; (2) unit usaha metalurgi; dan (3) unit usaha
keteknikan. Unit
usaha eksplorasi, penambangan dan metalurgi merupakan unit usaha
yang saling
berkaitan satu sama lain. Unit usaha ini berupa peralatan yang
digunakan untuk
kegiatan survai geologi, eksplorasi dan eksploitasi dalam rangka
untuk
menemukan cadangan baru, kegiatan penambangan timah dan proses
peleburan
timah menjadi batangan logam timah. Peralatan ini dimasa yang
akan datang
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan eksplorasi mineral lainnya
terutama untuk
mineral bijih logam. Unit usaha keteknikan merupakan unit usaha
yang melayani
segala keperluan unit usaha lainnya. Unit usaha ini meliputi
unit usaha industri
(balai karya, docking kapal, prabik zat asam), infrastruktur
(listrik, transportasi,
dan komunikasi). Unit usaha keteknikan ini sangat potensial
untuk dikembangkan
di masa yang akan datang terutama pasca pertambangan timah. Unit
usaha
keteknikan terutama docking kapal dan pabrik zat asam telah
memberikan
-
125
sumbangannya terhadap kegiatan industri menengah dan besar di
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Docking kapal sangat potensial untuk
dikembangkan
terutama untuk industri maritim. Pabrik zat asam tidak saja
melayani kebutuhan
untuk industri pertambangan timah tetapi juga untuk melayani
kebutuhan untuk
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan bahkan adanya kerja sama
dengan PT.
Bakrie Brother untuk pabrik pipa baja. Jumlah investasi dari
kegiatan unit usaha
keteknikan ini sebesar Rp. 3 milyar.
Di samping ketiga unit usaha di atas, terdapat pula fasilitas
kesehatan,
pendidikan, olah raga, hiburan, dan rekreasi dan sarana
transportasi yang dapat
digunakan untuk umum.
5.6.4 Tenaga Kerja Pertambangan Timah
Menurut Payaman (1998) bahwa pendidikan dan latihan merupakan
salah
satu faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya manusia.
Pendidikan
dan latihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga
meningkatkan
ketrampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan produktivitas
kerja.
Dalam konteks Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terutama jika
dilihat
dari jumlah karyawan PT. Tambang Timah sebelum retrukturisasi
(1991)
seluruhnya sekitar 25.000 orang. Dalam rangka efisiensi
perusahaan, telah
dilakukan pengurangan tenaga kerja maka jumlah karyawan
berkurang berturut-
turut 11.079 orang pada tahun 1991; 9.349 orang pada tahun 1992;
8.373orang
pada tahun 1993; dan 6.117 orang pada tahun 1994 (Sujarwo,
1995). Dari hasil
studi Sujarwo, 1995 tingkat keahlian tenaga kerja PT. Tambang
Timah sebagian
tenaga kerja tidak terampil sebesar 58,94% dan tenaga kerja
setengah terampil
34,88%; tenaga kerja terampil 5,28%; tenaga kerja ahli sebanyak
0,90%. Formasi
tenaga kerja tersebut merupakan permasalahan besar di masa yang
akan datang
terutama pasca pertambangan timah. Kondisi yang sama terjadi di
wilayah
pertambangan timah Kinta Valley Malaysia. Pada umumnya sangat
kecil dampak
negative dari bekas pekerja tambang di wilayah tersebut
mengingat ketrampilan
rendah sangat sulit untuk mencari pekerjaan pasca pertambangan
timah.
Berdasarkan hasil penelitian Sujarwo et al (1994) menunjukkan
bahwa
pasca pertambangan timah eks pekerja timah cenderung ingin
bekerja ke kegiatan
-
126
nonpertambangan sebesar 73,75%, sedangkan yang memilih bidang
pertambangan
umum sebesar 26,25%. Kegiatan nonpertambangan tersebut terdiri
dari kegiatan
industri dan perdagangan sebesar 33,01%, wiraswasta 22,33% dan
pertanian
22,33%. Dari hasil studi tersebut menunjukkan bahwa eks pekerja
tambang timah
lebih cenderung memilih pekerjaan ke kegiatan nopertambangan
khususnya
industri dan perdagangan, wiraswata dan pertanian. Potensi
pengembangan
kegiatan tersebut terbuka dengan berkembangnya kegiatan
perkebunan (lada dan
kelapa sawit), perikanan, industri kecil khususnya industri
makanan dan industri
kerajinan dari logam timah. Kegiatan ini sangat potensial dalam
pengembangan
kewirausahaan lokal khususnya dalam peningkatan pendapatan
masyarakat
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berdirinya Politehnik
manufaktur di
kotamadya Pangkalpinang memberikan angin segar untuk
meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
mengingat potensi kegiatan industri pengolahan cukup besar.
5.6.5 Pengaruh Pertambangan Timah Terhadap Kegiatan Ekonomi
Pengaruh kegiatan pertambangan timah terhadap kegiatan ekonomi
di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu
(1) terhadap pertumbuhan ekonomi, dan (2) terhadap keterkaitan
antar kegiatan.
Seperti telah di bahas pada bagian sebelumnya bahwa pertambangan
timah
mempunyai peranan penting dalam perekonomian Provinsi Kepulauan
Bangka
Belitung. Oleh karena itu perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
sangat bergantung pada kegiatan pertambanagn timah, Dengan
menggunakan
indikator pertumbuhan menunjukkan bahwa menurunnya laju
pertumbuhan
kegiatan pertambangan timah diikuti pula oleh penurunan laju
pertumbuhan
PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Meningkatnya laju pertumbuhan PDRB tanpa timah terutama dari
subkegiatan perikanan dan perkebunan, tetapi kontribusinya masih
kecil terhadap
PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Demikian pula
terjadinya
peningkatan harga timah yang menggembirakan tetapi permintaan
luar dan adanya
kuota timah sangat mempengaruhi produksi timah. Pengaruh
tersebut terlihat dari
menurunnya laju pertumbuhan produksi timah.
-
127
Keterkaitan pertambangan timah dengan kegiatan lainnya di
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dapat dibagi menjadi dua, yaitu : (1)
keterkaitan ke
depan (industri hilir), (2) keterkaitan ke belakang (industri
hulu). Keterkaitan ke
depan melibatkan keterkaitan produk dari kegiatan pertambangan
timah terhadap
kegiatan ekonomi lainnya terutama kegiatan industri pengolahan
hasil
pertambangan timah. Sedangkan keterkaitan ke belakang adalah
yang mendukung
kegiatan produksi pertambangan timah terutama kegiatan yang
merupakan asset
pertambangan timah seperti : balai karya, docking kapal dan
pabrik zat asam.
Berdasarkan asset Input-Output Provinsi Sumatera Selatan tahun
1988
berdasarkan 7 sektor (Sahminan et al, 1992), Keterkaitan
pertambangan timah
dengan industri hilir hulu kecil. Pengaruh yang besar adalah
terhadap kegiatan
industri yang berbasis pertambangan timah menunjukkan angka
0,134245.
Dengan demikian, kegiatan pertambangan timah memberikan pengaruh
yang kecil
terhadap kegiatan produktif lainnya. Permasalahan yang dihadapi
adalah bahwa
kegiatan pertambangan timah sebagian besar (95%) masih diekspor
dan 5% saja
digunakan untuk kebutuhan dalam negeri.
Sedangkan kegiatan industri hulu masih bersifat nonprofitbale.
Usaha yang
dilakukan masih melayani kegiatan pertambangan, sedangkan
pelayanan dalam
skala yang lebih besar masih kurang. Uraian mengenai keterkaitan
subsektor
pertambangan timah dan sektor lainnya dikaji lebih detail pada
Bab selanjutnya.
5.7 Karakteristik Infrastruktur Wilayah
Infrastruktur penunjang kegiatan perekonomian di Provinsi
Kepulauan
Bangka Belitung secara umum cukup memadai antara lain telah
tersedianya pasar
dan pusat-pusat perbelanjaan/pertokoan. Pasar terbagi atas atas
pasar besar dan
pasar kecil (tradisional).
Pos dan telekomunikasi memegang peranan penting dalam
mendorong
percepatan arus informasi. Pelayanan jasa pos dan telekomunikasi
di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung meliputi pengiriman surat, kargo,
telepon, dan
facsimile. Ada 3 profider seluler di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung yaitu
telkomsel, excelcomindo, indosat.
Sistem kelistrikan di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
terdiri
dari dua sistem yaitu sistem yang dimiliki oleh PT. PLN
(persero) dan sistem yang
-
128
dimiliki oleh pihak swasta yaitu PT. Timah,Tbk dan PT. Koba Tin.
Sistem
kelistrikan PT. PLN (persero) di wilayah usaha Bangka
Belitung.
Sarana dan prasarana transportasi merupakan dinamisator
untuk
mempercepat proses pertumbuhan dan pengembangan wilayah serta
dapat
membangkitkan berbagai kegiatan sosial-ekonomi masyarakat.
Sarana dan
prasarana transportasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
hanya terbatas
pada transportasi darat untuk melayani lokal, sedangkan
transportasi laut dan
udara dapat melayani antarwilayah Bangka- Belitung sendiri dan
antarwilayah
lain. Permasalahan transportasi merupakan permasalah yang sangat
penting untuk
di tanggani secara cermat dan cepat mengingat perdagangan sangat
bergantung
kepada transportasi laut dan udara. Dengan demikian sarana dan
prasarana
transportasi mempunyai peranan penting dalam proses interaksi
dan keterkaitan
fungsional dalam satu ruang wilayah. Dari 3.193,36 km panjang
jalan di
Kepulauan Bangka Belitung, 16,62 persen merupakan jalan negara,
16,26 persen
jalan provinsi dan 67,12 persen jalan kabupaten.
Perhubungan laut merupakan transportasi yang strategis bagi
Kepulauan
Bangka Belitung sebagai provinsi kepulauan untuk berinteraksi
dengan provinsi
lain. Transportasi air yang bergerak di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
antara lain perusahaan PELNI dan perusahaan swasta. Jalur
pelayaran dari
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah : tujuan Jakarta,
Palembang, Tanjung
Pinang, Surabaya, dan Pontianak. Transportasi laut di Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung merupakan transportasi utama dalam melihat arus barang
baik kedalam
maupun ke luarkeluar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Komoditi ekspor
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggunakan jasa angkutan
laut. Bongkar
muat barang dilakukan dari pelabuhan Mentok, Toboali, Belinyu,
Sungaiselan,
Sungailiat; pelabuhan Sadai dan Pangkalbalam di Kota
Pangkalpinang, dan
pelabuhan Tanjungpandan di Kabupaten Belitung. Oleh karena itu,
kegiatan
ekspor inpor banyak dilakukan melalui pelabuhan laut
tersebut.
Transportasi udara merupakan sarana transportasi merupakan
sarana
alternatif di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selain
transportasi darat dan air.
Di Kepulauan Bangka Belitung ada 2 pelabuhan udara yaitu Bandar
Udara Depati
Amir di Pulau Bangka dan HAS. Hanandjoeddin di Pulau Belitung.
Maskapai
-
129
penerbangan yang beroperasi di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung antara lain
Sriwijaya Air, Batavia Air, Lion Air, Garuda Indonesia dan Riau
Air Lines.
5.8 Isu Pengembangan Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
Dari tinjauan karakteristik dan potensi Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
terdapat beberapa isu pengembangan wilayah yang menjadi dasar
pengembangan
kegiatan ekonomi nonpertambangan pasca pertambangan timah.
Pertama bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih
sangat
bergantung pada pertambangan dan industri berbasis pertambangan
terutama
pertambangan timah, kaolin, dan pasir kuarsa. Ketergantungan
tersebut
menyebabkan sering terjadinya fluktuasi perekonomian terutama
yang disebabkan
oleh kegiatan pertambangan timah. Produksi dan harga timah
sangat ditentukan
oleh Dewan Timah Internasional (ITC), oleh karena itu naik
turunnya
perekonomian sangat ditentukan oleh pasar internasional (factor
eksternal).
Disamping adanya negara anggota produsen timah, terdapat juga
negara yang
bukan anggota. Negara-negara tersebut merupakan salah satu
penyebab turunnya
harga timah di pasar internasional. Oleh karena itu,
mempertahankan basis
ekonomi pertambangan terutama pertambangan timah untuk jangka
panjang
sangat riskan karena sangat bergantung pada permintaan dan
kondisi pasar di luar
wilayah.
Kedua bahwa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung cadangan timah
yang
menjadi basis ekonomi wilayah sudah menipis. Permasalahan utama
tersebut tidak
saja menurunkan pembangunan, pendapatan dan pendapatan per
kapita wilayah,
tetapi juga menimbulkan pengangguran terutama tenaga kerja eks
pertambangan
timah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah menyediakan
lapangan
pekerjaan dengan melakukan perluasan struktur ekonomi wilayah
dengan
mengembangkan kegiatan ekonomi dengan mengembangkan kegiatan
ekonomi
nonpertambangan, sehingga tenaga kerja dari kegiatan
pertambangan timah
tersebut dapat diserap oleh kegiatan ekonomi nonpertambangan.
Perluasan
struktur kegiatan ekonomi diperlukan untuk memperluas kesempatan
kerja,
sehingga kestabilan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
di masa yang
akan datang diharapkan stabil dan bahkan dapat meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi wilayah. Dengan demikian, berkembangnya kegiatan
ekonomi
-
130
nonpertambangan sebagai kegiatan penunjang perekonomian wilayah.
Pada saat
kegiatan pertambangan khususnya pertambangan timah habis, maka
kegiatan
penunjang dapat menjadi kegiatan basis Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
Pengembangan kegiatan ekonomi nonpertambangan di Provinsi
Kepulauan
Bangka Belitung di arahkan kepada kegiatan pertanian (tanaman
pangan,
perkebunan,dan perikanan) dan kegiatan industri pengolahan
terutama di arahkan
kepada industri yang menggunakan bahan baku lokal terutama
industri kecil dan
menengah. Dengan demikian, pengembangan industri pengolahan
diharapkan
dapat ditunjang oleh kegiatan pertanian yang tangguh terutama
dalam
pengembangan pertanian yang berteknologi tinggi dan tepat guna.
Pertimbangan
ini disebabkan terbatasnya lahan untuk pengembangan pertanian
dan industri
ekstensif.
Ketiga adalah kualitas sumber daya manusia dengan tingkat
keahlian rendah
khususnya eks pekerja pertambangan timah. Tingkat keahlian eks
pekerja
pertambangan timah dengan keahlian rendah sampai setengah
terampil mencapai
93,82%. Namun demikian, pengalaman bekerja di bidang industri
merupakan
modal dasar dalam pengembangan kegiatan industri
nonpertambangan.
Keempat, dalam meningkatkan arus perdagangan adalah
transportasi.
Potensi sumber daya alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
sangat baik
perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana transportasi laut dan
udara yang
memadai. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan
wilayah
kepulauan sangat bergantung pada transportasi laut dan udara
terutama dalam
kaitannya dengan ekspor dan impor komoditi.Oleh karena itu,
berkembangnya
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus ditunjang oleh
transportasi laut dan
udara yang baik. Untuk mempercepat arus perdagangan komoditi
ekspor dan
impor maupun untuk meningkatkan pariwisata penekanan dalam
perbaikan sarana
transportasi sangat diperlukan. Letak geografis Provinsi
Kepulauan Bangka
Belitung yang strategis akan berdampak lokasional yang
menguntungkan terutama
dalam mengantisipasi meluapnya kegiatan di pulau Jawa, Batam,
Singapura, dan
Malaysia.
Kelima adalah keterbatasan dalam pengembangan sumber daya
alam
terutama ekstensifikasi usaha. Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung yang
-
131
merupakan kepulauan sangat terbatas terhadap lahan usaha.
Demikian pula,
adanya keterbatasan kesuburan tanah yang disebabkan oleh
sebagian besar lahan
usaha banyak mengandung kasiterit atau pasir timah. Oleh karena
itu, hanya
tumbuhan tertentu yang dapat dikembangkan dengan baik.
Dari isu-isu tersebut, jelaslah bahwa tambang timah tidak bisa
terus menerus
menjadi andalan bagi provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Karena
itu perlu
dilakukan upaya transformasi struktur perekonomian dari yang
semula
mengandalkan timah sebagi pemicu utama perekonomian wilayah
beralih ke non
pertambangan timah. Dalam rangka mencari solusi tersebut, di bab
selanjutnya
akan dibahas mengenai proses dan upaya mencari struktur
perekonomian yang
tidak mengandalkan pertambangan timah di Provinsi Bangka
Belitung.