Top Banner

of 25

Bab Kedua Menguraikan Kajian Teori Yang Membahas Tentang Pengertiantafsir

Jul 13, 2015

Download

Documents

Hairul Gunawan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Bab kedua menguraikan kajian teori yang membahas tentang pengertiantafsir, pengertian zakat, dasar hukum zakat yang mengacu terhadap al-Quran dan al-Hadits dan macam-macam zakat yang terkandung dalam tafsir al-Azhar dan tafsir alMishbah.Bab ketiga adalah penjelasan tentang pemikiran Hamka tentang ayat-ayatzakat dalam tafsir al-Azhar dan Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah, biografiHamka (Haji Abdul Malik Amrullah) dan biografi Quraish Shihab, latar belakangHamka dan latar belakang Quraish Shihab yang berkaitan dengan sosial-politik,budaya, Metodologi Hamka dalam menginterpretasikan ayat-ayat Zakat DalamTafsir al-Azhar. Metodologi Quraish Shihab dalam menginterpretasikan ayat-ayatdalam tafsir al-Mishbah.Bab empat analisis komparatif pemikiran Hamka dan Quraish Shihab dalamkonstribusi ilmu pengetahuan dibidang zakat. Hal ini merupakan analisa dari pen-sintesis-an dari perbedaan serta persamaan pemikiran penafsiran dari ke-dua tokohtersebut dalam tafsir al-Azhar dan tafsir alMishbah.Bab lima adalah pembahasan final yang berisikan penutup meliputi:kesimpulan dan saran- saran dari hasil penelitian yang diambil dari hasil Penelitianmulai dari judul hingga proses pengambilan kesimpulan dan saran-saran bagiberbagai pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini.

BAB IPENDAHULUANA.

Latar Belakang Zakat merupakan salah satu sendi pokok ajaran Islam. Urgensi zakat yangmerupakan anjuran agama Islam untuk menunaikan zakat dan memberikannyakepada yang berhak dengan ketentuan mencapai nishabnya, (kadar minimum hartatertentu) mempunyai nilai sangat signifikan dalam kehidupan manusia. Seoranginsan yang sarat akan segala permasalahan pada fitrahnya menuntut untuk selaluberinteraksi kepada sesama, baik berupa materi maupun non materi.Sangat mustahil bila seseorang tidak memerlukan bantuan orang lain dalamkehidupannya. Oleh karenanya Islam menganjurkan saling membantu antar sesamaagar tidak terjadi kesenjangan sosial. Kearifan agama Islam menyikapi hal tersebutmenganjurkan untuk berbagi yang diimplementasikan kepada keharusan berzakat.Tuntutan seseorang untuk berzakat sangat sinkron dengan hukum yang sifatnya

memaksa. Ada mekanisme tersendiri dalam pembagian zakat. Seperti sorang muslimharus mengeluarkan zakatnya 2,5% dari penghasilan yang diperoleh. Denganmenghayati keperluan membayar zakat yang merupakan rukun Islam yang ketiga.Secara tidak langsung kaedah bekerja ditingkatkan di samping menggunakan sistempengurusan harta yang terbaik ( world class assets management ) supayaproduktivititas akan terus meningkat.Menguatnya kembali harapan (estimasi) banyak kalangan terhadapimplementasi filantropi Islam, baik dalam bentuk zakat, infak, sedekah, dan wakaf,memiliki keterkaitan erat dengan kondisi bangsa yang belum sepenuhnya bangkitdari keterpurukan sebagai dampak dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Kondisiini berakibat kesenjangan penguasaan perekonomian antar warga negara menjadikian lebar. Pada saat itulah, ziswaf (zakat, infak, sedekah, dan wakaf) kembali dilirikdan diharapkan menjadi alternatif solusi terhadap problem kemiskinan umat.Dalam pandangan para para ulama, ziswaf, terutama zakat merupakan ajaranyang melandasi tumbuh dan berkembangnya sebuah kekuatan sosial ekonomi umatIslam. Seperti pada empat rukun Islam yang lain, ajaran zakat menyimpan beberapadimensi yang kompleks meliputi nilai privat-publik, vertikal-horizontal, sertaukhrawiduniawi. Nilai-nilai tersebut merupakan landasan pengembangan kehidupankemasyarakatan yang bersifat komprehensif. Bila semua dimensi yang terkandungdalam ajaran zakat ini dapat diaktualisasikan, maka zakat akan menjadi

sumberkekuatan yang sangat luar biasa bagi pembangunan umat menuju kebangkitankembali peradaban Islam yang beberapa abad mengalami masa suram. 1

1 Syafii Maarif, Zakat Sebagai Solusi http://inventarisasi-pengetahuan.blogspot.com/2009/02/reformulasi-zakatdan-pajak-dalam.html=15, (diakses padatanggal 20 Maret 2009), 2.

Hamka (Haji Abdul Malik Amrullah) dan biografi Quraish Shihab, latar belakangHamka dan latar belakang Quraish Shihab yang berkaitan dengan sosial-politik,budaya, metodologi Hamka dalam menginterpretasikan ayat-ayat zakat dalam tafsiralAzhar. Kedua: Pengertian tafsir, pengertian zakat, dasar hukum zakat yangmengacu terhadap al-Quran dan al-Hadits dan macam-macam zakat yang terkandungdalam tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbah.c. Verivikasi ( Verifivying )Selanjutnya verifikasi sebagai langkah lanjutan, penulis memeriksa kembalidata yang telah didapatkan. 25 Misalnya dengan kecukupan referensi dan triangulasi(pemeriksaan melalui sumber lain). Contoh konsep zakat yang terdapat dalam tafsirAl-Azhar penulis mengecek kembali dengan buku Keadilan Sosial dalam Islam(1950) dan Politik Bermoral Agama "Tafsir Politik Hamka" yang ditulis oleh AhmadHakim. Juga pada penafsiran M. Quraish Shihab tentang zakat dalam tafsir al-Azhar.Penulis juga mengcross check kembali dalam buku Membumikan al-Qur'an "Fungsidan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat". Selain kevaliditasan terjamin jugamempermudah peneliti untuk menganalisa.d. Analisis ( Analizing )Analisis data adalah prorses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dandapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data. 26

Analisis juga dapatmenyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan

27 .Pada penelitian ini penulis menggunakan analisis komparatif, yang mengumpulkan, 25 Nana Sudjana dan Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian: di perguruan tinggi (Bandung: Sinar BaruAldasindo, 2000), 84-85. 26

Op, Cit, 103. 27 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: Pustaka LP3ES); 263.

memilih dan memilah, mengklasifikasikan, mensintesiskan dan membuat iktisar. 28

Maka di sini penulis dalam menganalisis mengaitkan, dan mendiskripsikan secaragamblang tentang letak perbedaan juga persamaan Hamka dan M. Quraish Shihabdalam menafsirkan ayat zakat dalam tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbah.e. Kesimpulan ( Concluding ) Concluding sebagai pengambilan kesimpulan dari suatu proses penulisanyang menghasilkan suatu jawaban 29 . Tahap concluding

ini bukan merupakanpengulangan kalimat dari hasil penelitian dan analisis, tetapi proses penyimpulan/ menarik poinpoin penting yang kemudian menghasilkan gambaran secara ringkasdan jelas mudah dipahami. Langka terakhir ini harus dilakukan secara cermat,dengan mengecek kembali data-data yang telah diperoleh, dalam hal ini khususnyatentang penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat zakatdalam tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbah, sehingga penelitian ini dapatdipertanggung jawabkan keabsahannya. G. Sistematika Penulisan Pada penelitian ini dipandang perlu adanya sistematika penulisan, dengantujuan mempermudah memahami substansi serta gambaran secara garis besar dalampenelitian. Maka secara global akan dipaparkan sebagai berikut: Bab pertamamemaparkan pendahuluan yang didalamnya memuat latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, danmetode penelitian yang meliputi: pendekatan, metode pengumpulan data, sumberdata, pengolahan data, dan sistematika pembahasan. 28

Op,Cit, 89. 29 Nana Sudjana dan Ahwal Kusumah, Op. Cit. 86.

Bab kedua menguraikan kajian teori yang membahas tentang pengertiantafsir, pengertian zakat, dasar hukum zakat yang mengacu terhadap al-Quran dan al-Hadits dan macam-macam zakat yang terkandung dalam tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbah.Bab ketiga adalah penjelasan tentang pemikiran Hamka tentang ayat-ayatzakat dalam tafsir al-Azhar dan Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah, biografiHamka (Haji Abdul Malik Amrullah) dan biografi Quraish Shihab, latar belakangHamka dan latar belakang Quraish Shihab yang berkaitan dengan sosial-politik,budaya, Metodologi Hamka dalam menginterpretasikan ayat-ayat Zakat DalamTafsir al-Azhar. Metodologi Quraish Shihab dalam menginterpretasikan ayat-ayatdalam tafsir alMishbah.Bab empat analisis komparatif pemikiran Hamka dan Quraish Shihab dalamkonstribusi ilmu pengetahuan dibidang zakat. Hal ini merupakan analisa dari pen-sintesis-an dari perbedaan serta persamaan pemikiran penafsiran dari ke-dua tokohtersebut dalam tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbah.Bab lima adalah pembahasan final yang berisikan penutup meliputi:kesimpulan dan saran- saran dari hasil penelitian yang diambil dari hasil Penelitianmulai dari judul hingga proses pengambilan kesimpulan dan saran-saran bagi

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Zakat merupakan salah satu sendi pokok ajaran Islam. Urgensi zakat yangmerupakan anjuran agama Islam untuk menunaikan zakat dan memberikannyakepada yang berhak dengan ketentuan mencapai nishabnya, (kadar minimum hartatertentu) mempunyai

nilai sangat signifikan dalam kehidupan manusia. Seoranginsan yang sarat akan segala permasalahan pada fitrahnya menuntut untuk selaluberinteraksi kepada sesama, baik berupa materi maupun non materi.Sangat mustahil bila seseorang tidak memerlukan bantuan orang lain dalamkehidupannya. Oleh karenanya Islam menganjurkan saling membantu antar sesamaagar tidak terjadi kesenjangan sosial. Kearifan agama Islam menyikapi hal tersebutmenganjurkan untuk berbagi yang diimplementasikan kepada keharusan berzakat.Tuntutan seseorang untuk berzakat sangat sinkron dengan hukum yang sifatnya memaksa. Ada mekanisme tersendiri dalam pembagian zakat. Seperti sorang muslimharus mengeluarkan zakatnya 2,5% dari penghasilan yang diperoleh. Denganmenghayati keperluan membayar zakat yang merupakan rukun Islam yang ketiga.Secara tidak langsung kaedah bekerja ditingkatkan di samping menggunakan sistempengurusan harta yang terbaik ( world class assets management ) supayaproduktivititas akan terus meningkat.Menguatnya kembali harapan (estimasi) banyak kalangan terhadapimplementasi filantropi Islam, baik dalam bentuk zakat, infak, sedekah, dan wakaf,memiliki keterkaitan erat dengan kondisi bangsa yang belum sepenuhnya bangkitdari keterpurukan sebagai dampak dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Kondisiini berakibat kesenjangan penguasaan perekonomian antar warga negara menjadikian lebar. Pada saat itulah, ziswaf (zakat, infak, sedekah, dan wakaf) kembali dilirikdan diharapkan menjadi alternatif solusi terhadap problem kemiskinan umat.Dalam pandangan para para ulama, ziswaf, terutama zakat merupakan ajaranyang melandasi tumbuh dan berkembangnya sebuah kekuatan sosial ekonomi umatIslam. Seperti pada empat rukun Islam yang lain, ajaran zakat menyimpan beberapadimensi yang kompleks meliputi nilai privat-publik, vertikal-horizontal, sertaukhrawiduniawi. Nilai-nilai tersebut merupakan landasan pengembangan kehidupankemasyarakatan yang bersifat komprehensif. Bila semua dimensi yang terkandungdalam ajaran zakat ini dapat diaktualisasikan, maka zakat akan menjadi sumberkekuatan yang sangat luar biasa bagi pembangunan umat menuju kebangkitankembali peradaban Islam yang beberapa abad mengalami masa suram. 1 1 Syafii Maarif, Zakat Sebagai Solusi http://inventarisasi-pengetahuan.blogspot.com/2009/02/reformulasi-zakatdan-pajak-dalam.html=15, (diakses padatanggal 20 Maret 2009), 2.

Research terhadap pemikiran kedua tokoh Islam ini bukan kali pertamadilakukan. Oleh karena itu penulis memaparkan beberapa kajian dan penelitian yangdilakukan sebelumnya. Karena tidak akan menutup kemungkinan adanya kekuranganserta kelebihan dalam menafsiri kedua tokoh ini dalam hal teori dan perbedaandibidang keilmuan islam.Penelitian terdahulu perlu dicantumkan dalam penelitian untuk menegaskandan mempermudah pembaca menilai dan memahami perbedaan penafsiran yangdigunakan penulis dengan penulis lain, dalam melakukan pengkajian terhadap tokohyang sama.Dr. Muhammad Yunan Yusuf, penelitian tentang "Corak Pemikiran KalamTafsir al-Azhar". Penelitian ini menguraikan tentang upaya klasifikasi ayat-ayatkalam dalam al-Qur'an, yakni ayat-ayat al-Qur'an yang dipergunakan sebagai dalildalam masalah-masalah kalam oleh berbagai aliran yang ada.Corak tafsir ini melakukan penafsiran menyangkut berbagai permasalahanyang berkaitan dengan kandungan ayat yang ditafsirkan misalnya Filsafat, teologi,hukum, tasawwuf dan sebagainya, namun penafsiran tersebut tidak keluar dari ciricoraknya yang berusaha menanggulangi penyakit-penyakit masyarakat danmendorongnya guna meraih kemajuan duniawi dan ukhrawi berdasarkan petunjuk al-Qur'an.Selanjutnya juga dilakukan oleh Ahmad Hakim dan M. Thalhah denganmengambil judul Politik Bermoral Agama "Tafsir Politik Hamka". Penelitian inimenguraikan tentang Relevansi Pemikiran Politik Hamka dalam Tafsir al-Azhardalam Pemikiran Kenegaraan di Indonesia. Penelitian ini juga menjelaskan tentang syura (demokrasi) versi Hamka. Dijelaskan bahwa teknik melancarkan syura

menurutnya, adalah berkait dan tergantung pada keadaan tempat dan keadaan zaman.Asumsi ini didasarkan pada suatu penalaran bahwa Rasulullah tidaklah mengikat kitadengan satu cara yang sudah nyata tidak akan sesuai lagi dengan zaman yang selalubekembang. Penulis juga menjelaskan mekanisme demokrasi Pancasila, praktikpenyelenggaraan negara di dalam mekanisme demokrasi Pancasila menurut sistemUUD 1945Tim penulis buku pustaka Sidogiri yang mengusung tema besar"Mungkinkah Sunnah-Syiah dalam Ukhuwah (Jawaban Atas Buku Dr. QuraishShihab 'Sunnah-Syiah

Bergandengan Tangan! Mungkinkah')" dalam buku ini sebagaibentuk klarifikasi terhahadap buku M. Quraish Shihab dan penulis mengawalidengan mengorek tentang siapakah Syiah, munculnya Syiah yang lebih dikenaldikenal menonjolkan sikap keperpihakan terhadap Sayyidina Ali, ragam aliranSyiah. Diuraikan beberapa ragam aliran Syiah : Pertama Syiah Kaisaniyah Kedua Syiah Zaidiyah Ketiga Syiah Ghulat Keempat Syiah Imamiyah.Buku ini juga menerangkan perbedaan Sunnah-Syiah yang telah menuaikontroversi di berbagai kalangan, baik kalangan atas serta kalangan awam. Keduanyasaling menyalahkan antara satu dengan yang lain, sehingga berdampak terhadapkehidupan sosial masyarakat. Bias tersebut diperparah dengan klaim sekte sunnahyang mengatakan bahwasanya sekte Syiah sesat serta menyesatkan. fokuspenjelasan yang diurai dalam buku ini bersifat antagonistis dengan al-Qur'an sertaHadits."Konsep Khalifatullah Dalam Perspektif M. Quraish Shihab SebagaiKepemimpinan Pengembangan Pendidikan Islam" ditulis oleh Muhammad SafinunNaja. Prioritas penulisan ini terhadap manusia sebagai khalifah dimuka bumi dan

menurutnya, adalah berkait dan tergantung pada keadaan tempat dan keadaan zaman.Asumsi ini didasarkan pada suatu penalaran bahwa Rasulullah tidaklah mengikat kitadengan satu cara yang sudah nyata tidak akan sesuai lagi dengan zaman yang selalubekembang. Penulis juga menjelaskan mekanisme demokrasi Pancasila, praktikpenyelenggaraan negara di dalam mekanisme demokrasi Pancasila menurut sistemUUD 1945Tim penulis buku pustaka Sidogiri yang mengusung tema besar"Mungkinkah Sunnah-Syiah dalam Ukhuwah (Jawaban Atas Buku Dr. QuraishShihab 'Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah')" dalam buku ini sebagaibentuk klarifikasi terhahadap buku M. Quraish Shihab dan penulis mengawalidengan mengorek tentang siapakah Syiah, munculnya Syiah yang lebih dikenaldikenal menonjolkan sikap keperpihakan terhadap Sayyidina Ali, ragam aliranSyiah. Diuraikan beberapa ragam aliran Syiah : Pertama Syiah Kaisaniyah Kedua Syiah Zaidiyah Ketiga Syiah Ghulat Keempat Syiah Imamiyah.Buku ini juga menerangkan perbedaan Sunnah-Syiah yang telah menuaikontroversi di berbagai kalangan, baik kalangan atas serta kalangan awam. Keduanyasaling menyalahkan antara satu dengan yang lain, sehingga berdampak terhadapkehidupan sosial masyarakat. Bias tersebut diperparah dengan klaim sekte sunnahyang mengatakan bahwasanya sekte Syiah sesat serta menyesatkan. fokuspenjelasan yang diurai dalam buku ini bersifat antagonistis dengan al-Qur'an sertaHadits."Konsep Khalifatullah Dalam Perspektif M. Quraish Shihab SebagaiKepemimpinan Pengembangan Pendidikan Islam" ditulis oleh Muhammad SafinunNaja. Prioritas penulisan ini terhadap manusia sebagai khalifah dimuka bumi dan pengaruhnya terhadap pengembangan pendidikan Islam. Dijelaskan pemahamanawal terhadap khalifah adalah pandangan kategorikal ini tidak mengisyaratkan suatupengertian yang bercorak dualisme dikotomik. Dengan penyebutan kedua fungsi ini,alQuran ingin menekankan muatan fungsional yang harus diemban oleh manusiadalam melaksanakan tugas - tugas kesejarahan dalam kehidupannya di muka bumi.Pertama, manusia sebagai hamba (abid), dituntut untuk sukses menjalinhubungan secara vertikal dengan Tuhan; Kedua, manusia sebagai khalifah, dituntutuntuk sukses menjalin hubungan secara horizontal

dengan sesama makhluk. Tidaksukses sebagai hamba, jika seseorang gagal dalam menjalani tugasnya sebagaikhalifatullah. Begitu sebaliknya, tidak sukses sebagai khalifah, jika seseorang gagalmenjalin hubungan sebagai hamba dengan Tuhan. Manusia yang paripurna ataumanusia seutuhnya (insan kamil) adalah orang yang sukses sebagai hamba jugasebagai khalifah.Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam kehidupan manusia.Pemimpin senantiasa muncul sejalan dengan peradaban manusia kapan saja, di manasaja dan dalam keadaan bagaimanapun juga dan bersamaan dengan itu muncul pulaberbagai teori tentang kepemimpinan. Kajian yang digunakan adalah kajian literaturatau library research. Terkait dengan penelitian yang telah diurai sebelumnya, maka dalampenelitian ini peneliti mengambil fokus penelitian yang berbeda dengan peneliti lainyang telah disebutkan sebelumnya. Jelas disebutkan pada penelitian terdahulumembahas Hamka (H. Abdul Malik Karim Amrullah) pada klasifikasi ayat-ayatkalam dalam Al-Qur'an yang dipergunakan sebagai dalil dalam masalahmasalahkalam oleh berbagai aliran yang ada dan pemikiran buya Hamka mengenai politik

dalam implementasi kenegaraan di Indonesia. M. Quraish Shihab tentang kontroversisyiah diberbagai sekte selanjutnya pemikiran M. Quraish Shihab dalam memaknaimanusia sebagai khalifah dimuka bumi serta kaitannya dengan pengembanganpendidikan Islam. Maka fokus penelitian ini tentang ayat-ayat zakat hasil pemikiraninterpretasi Hamka dan M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Azhar dan al-Mishbah.Keutamaan ajaran zakat, jika diperbandingkan dengan ajaran-ajaran lainmenunjukan bahwa hanya zakatlah yang dianggap sarat dengan nilai-nilai sosial.Oleh sebab itu, zakat dalam mata rantai peningkatan kesejahteraan umat Islam tidakmungkin diacuhkan. Dalam ajaran fikih, misalnya, masalah zakat ditempatkan padakitab kedua dari rub al-ibadah . Hal ini ditegaskan oleh Allah swt yang termaktubdalam kitab suci al-Qur'an pada surat At- Taubah :11. b * # q / $ ? # q B $ % & r o q = 9 # # q ? # r o q 2

9 # N 3 R q z * ` e # 3 @ _ R r M # 5 Q q ) 9 b q J = Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu)adalah saudara-saudaramu seagama, dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagikaum yang mengetahui. y

2 Al-Quran Juga mengatur dengan jelas mengenai orang yang berhak untukmenerima zakat seperti dijelaskan dalam surat alTaubah ayat 60. $ J R ) M % 9 # # ) = 9 3 J 9 # r J 9 # r $ k =

p 9 s J 9 # r N k 5 q = % r > $ % h 9 # B 9 # r r @ 6 ! #

# r @ 6 9 #

Z p i B ! # 3 ! # r O = O 6 m "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orangmiskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk 2 Departemen Agama,

Al-Quran & Terjemahnya(Revisi terbaru) (Semarang, CV. Asy Syifa, 1999)

mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". 3 Zakat dalam kehidupan sosial menarik perhatian para tokoh Islam klasikmaupun kontemporer untuk dijabarkan secara detail dan sederhana. Karena melihatzakat merupakan ibadah maliah ijtimaiyyah yang mengakomodir masyarakat darikalangan awam hingga kalangan berpengetahuan. Sehingga ajaran tentang zakatdapat dengan mudah difahami pada semua golongan.Kewajiban untuk melaksanakan zakat mempunyai nilai tersendiri baikterhadap diri sendiri, masyarakat maupun Negara. Nilai yang menyangkut kepadaindividu merupakan solidaritas antar ummat muslim untuk saling berbagi antarsesama. Dijelaskan dalam Islam bahwasanya zakat merupakan pembersih dari sekianharta yang kita miliki untuk dibagikan sebagian dari ketentuan yang telah ditetapkanoleh Islam kepada yang berhak untuk menerima zakat. Firman Allah dalam surat al-Taubah : 103. { ` B N l ; q B & Z p % N d d g ? N k

j . ? r $ k 5 e @ r N g =

b ) 7 ? q = ` 3 N l ; 3 ! # r

J O = "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkandan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". 4 Melihat ayat di atas, jelas bahwasanya zakat dapat membersihkan dari sifatkikir dan cinta yang berlebihan terhadap harta. Zakat juga dapat menyuburkan sifatkebaikan dalam hati manusia serta harta yang dizakatkan bisa menyebabkanbertambahnya harta yang dimiliki. 3 Ibid. 4 Ibid.

mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". 3 Zakat dalam kehidupan sosial menarik perhatian para tokoh Islam klasikmaupun kontemporer untuk dijabarkan secara detail dan sederhana. Karena melihatzakat merupakan ibadah maliah ijtimaiyyah yang mengakomodir masyarakat darikalangan awam hingga kalangan berpengetahuan. Sehingga ajaran tentang zakatdapat dengan mudah difahami pada semua golongan.Kewajiban untuk melaksanakan zakat mempunyai nilai tersendiri baikterhadap diri sendiri, masyarakat maupun Negara. Nilai yang menyangkut kepadaindividu merupakan solidaritas antar ummat muslim untuk saling berbagi antarsesama. Dijelaskan dalam Islam bahwasanya zakat merupakan pembersih dari sekianharta yang kita miliki untuk dibagikan sebagian dari ketentuan yang telah ditetapkanoleh Islam kepada yang berhak untuk menerima zakat. Firman Allah dalam surat al-Taubah : 103. { ` B N l

; q B & Z p % N d d g ? N k j . ? r $ k 5 e @ r N g =

b ) 7

? q = ` 3 N l ; 3 ! # r J O = "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkandan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". 4 Melihat ayat di atas, jelas bahwasanya zakat dapat membersihkan dari sifatkikir dan cinta yang berlebihan terhadap harta. Zakat juga dapat menyuburkan sifatkebaikan dalam hati manusia serta harta yang dizakatkan bisa menyebabkanbertambahnya harta yang dimiliki. 3 Ibid. 4 Ibid.

Banyak mufassir yang menyederhanakan konsep zakat dengan bahasa yanglebih mudah diterima semua kalangan. Di antara sekian banyak mufassir dan tokohyang menafsiri tentang zakat di antaranya adalah Hamka (Haji Abdul Malik KarimAmrullah ) dan Quraish Shihab yang akan menjadi fokus pembahasan dalampenelitian ini.Hamka dikenal sebagai sosok ulama yang moderat, berprinsip, dan selalutampil dengan senyumnya yang khas. Hamka juga menekankan pentingnya kualitasperadaban. Dalam bukunya, Lembaga Budi, Hamka sangat menekankan pentingnyabudi atau akhlak sebagai landasan

pembangunan peradaban itu sendiri. Kelihatannyanormatif, tapi bagi Hamka penting untuk memahami intisari peradaban Islam yangtelah berperan penting dalam sejarah kemanusiaan, sebagaimana terurai dalamberjilid bukunya, Sejarah Ummat Islam.Buya Hamka adalah penasihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah hinggawafatnya. Menarik disimak dalam salah satu buku karya Hamka yang legendarissampai sekarang, yaitu Tasawuf Modern (cetakan pertama 1939), Hamka mengupassecara filosofis sikap manusia terhadap harta benda dan tuntunan Islam agar manusiatidak jatuh diperbudak oleh harta.Perspektif pemikiran Hamka lebih jauh menyingkap korelasi zakat dengankemajuan masyarakat dalam Islam. Hamka dalam bukunya itu menjelaskan cita-citayang paling tinggi di dalam kehidupan masyarakat, yaitu bebas dari kemiskinan,bebas dari rasa takut. Itu merupakan tangga untuk kemerdekaan dan jalan untukkemajuan masyarakat.Dalam buku Lembaga Hidup (cetakan pertama 1940), Buya Hamkamengupas hak perseorangan dalam Islam, yaitu hak hidup, hak kemerdekaan dir

hak persamaan, hak politik, dan hak mencari rezeki. Ketika mengupas hak mencarirezeki, Hamka memotivasi umat dengan menjelaskan kedudukan dan peranan zakatsebagai wujud tanggung jawab terhadap sesama manusia. 5 Hamka menyatakan bahwa zakat adalah pengorbanan yang tidak boleh tidakuntuk masyarakat. Siapa yang bertambah tinggi jiwanya boleh ditambah dengansedekah sunat berapa suka dan sanggup sesuai dengan ayat al-Quran, Barang siapayang dapat membersihkan kebakhilan dirinya, itulah orang yang berolehkeberuntungan.Membicarakan peranan Buya Hamka dalam pengentasan kemiskinan danmemotivasi umat dalam berinfak sekurangnya dapat ditelusuri dari perjuangan beliaudi medan dakwah dan kemasyarakatan serta dari buku-buku pembangun jiwa yangbeliau tulis sejak dekade 1930-an. Di bidang dakwah dan kemasyarakatan, sejak1926 Buya Hamka aktif membina umat sebagai pemimpin Muhammadiyah CabangPadang Panjang yang waktu itu merupakan pusat perkembangan Muhammadiyah diSumatra Barat.Lebih jauh Hamka mengutip ahli hikmah yang menyatakan, Maa ahsanad diina wad dunya idzaj tamaa, wa aqbahal kufra wal iflasa fir rajul . Artinya,alangkah indahnya kalau berkumpul agama dan dunia pada seseorang dan alangkahsengsaranya pula kalau berkumpul kekafiran dan kemiskinan pada diri manusia.Sementara itu, layak dicatat peranan dan amal Buya Hamka dalam gerakanpengentasan kemiskinan dan memotivasi umat dalam berinfak, yaitu sewaktuPemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta di bawah pimpinan Gubernur H AliSadikin tahun 1968 memelopori pembentukan Badan Amil Zakat (disingkat BAZ, 5 Hamka, Lembaga Hidup (Yogyakarta: cet. I, UII Press, 1940.), 86.

tahun 1973 diubah menjadi BAZIS). Buya Hamka adalah tokoh ulama yangmendukung langkah pembentukan Badan Amil Zakat tersebut, sebagai bagian dariupaya pengentasan kemiskinan dan mewujudkan kemaslahatan umat.Kedua pembaharu tersebut berbeda-beda dalam menafsiri ayat-ayat zakatyang tertuang dalam (tafsir al-Azhar, kayra Haji Abdul Malik Karim Amrullahkemudian disingkat dan lebih dikenal dengan sebutan Hamka dan tafsir al-Mishbah,karya M. Quraish Shihab) yang dibahasakan secara sederhana serta dapat diterimaoleh semua golongan. Akan tetapi meski terdapat perbedaan antara kedua tokoh inidalam segi penafsiran tentang zakat tetap tidak mengurangi substansi makna yangterkandung dalam ayat al-Qur'an tersebut.Pada surat al-Baqarah ayat: 43 dijelaskan bahwasanya Allah swt menegaskandalam firmannya: # q J % & r o q = 9 #

# q ? # r o q . 9 # # q . # r B . 9 # "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yangruku' ". 6 Penafsiran Hamka mufassir Indonesia generasi ketiga setelah Hasbi ash-Shidiqy, dalam tafsir al-Azhar menjelaskan dengan sembahyang, hati terhadap Allahmenjadi bersih dan khusu' dan dengan mengeluarkan zakat penyakit bakhil menjadihilang kemudian timbullah hubungan batin yang baik dengan masyarakat 7 Sedangkan penafsiran Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskanbahwa antara shalat dan zakat memiliki keterikatan yang saling mendukung satusama lain. 6 Ibid. 7 Hamka, Tafsir al-Azhar Juz I (Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1965), 18

Ritual shalat dianggap sebagai keniscayaan hamba dengan Sang Pencipta.Sementara zakat menjadi suatu kemestian individu sebagai bagian dari bangunansosial kemasyarakatan. Dengan demikian, keduanya merefleksikan keseimbanganhidup di dunia dan akhirat. 8 Gambaran landasan filosofis kewajiban zakat oleh M. Quraish Shihab,dipetakan menjadi tiga bagian, yaitu: Pertama adalah Istikhlaf (penugasan sebagai khalifah di bumi) 9 . Allah swt adalahpemilik seluruh alam raya dan segala isinya, temasuk pemilik harta benda.Seseorang yang beruntung memperolehnya pada hakikatnya hanyamenerima titipan sebagai amanah untuk disalurkan dan dibelanjakan sesuaikehendak pemiliknya (Allah swt). Manusia yang dititipi itu berkewajibanmemenuhi ketetapan yang digariskan oleh sang Pemilik, baik dalampengembangan harta maupun dalam penggunaannya. Selain dari itu zakatmerupakan salah satu ketetapan Tuhan menyangkut harta, bahkan shadaqah dan infaqpun demikian. Karena Allah swt menjadikan harta benda sebagaisarana kehidupan untuk umat manusia seluruhnya, maka harus diarahkanguna kepentingan bersama. Kedua adalah Solidaritas Sosial. Manusia sebagai makhluk sosial, kebersamaanantara beberapa individu dalam suatu wilayah membentuk masyarakat yangwalaupun berbeda sifatnya dengan individu-individu tersebut, namun iatidak dapat dipisahkan darinya. Demikian juga dalam bidang material.Betapapun seseorang memiliki kepandaian, namun hasilhasil material yang 8 Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keselarasan al-Qur'an (Jakarta: LenteraHati, 2002), 176 9 Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran , (Bandung: PT Mizan Pustaka,1994); 323-325.

diperolehnya adalah berkat bantuan pihak-pihak lain, baik secara langsungdisadari, maupun tidak. Ketiga adalah Persaudaraan. Manusia berasal dari satu keturunan, antara seorangdengan yang lainnya terdapat pertalian darah, dekat atau jauh. Kita semuabersaudara. Pertalian darah tersebut akan lebih kokoh dengan adanyapersamaan-persamaan lain, yaitu agama, kebangsaan, lokasi domosili, dansebagainya. Karena persamaan dan persaudaraan inilah maka sangat wajarbagi kita yang memiliki kelebihan harta membaginya kepada saudara-saudara yang kekurangan dan membutuhkan dalam bentuk zakat, infaq ataupun sedekah. Gambaran landasan filosofis di atas menuntun kita untuk sadar akanpentingnya makna zakat. Karena memang dalam harta yang dimiliki oleh setiapindividu bukan seluruhnya menjadi hak milik individu tersebut, akan tetapi dalamharta yang dimiliki, ada sebagian harta atau hak orang lain yang harus dikeluarkan.Sejalan dengan pemikiran Hamka dalam bukunya "Lembaga Hidup", Hamkamemotifasi umat dengan menjelaskan kedudukan peran zakat sebagai wujudtanggung jawab terhadap manusia. Beliau juga menjelaskan perbedaan nyata antarateori komunis dan Islam, jika teori komunis mengatakan harta kepunyaan bersama,hasilnya untuk sendiri-sendiri. Namun sangat jauh berbeda halnya dengan konsepyang diajarkan dalam Islam. Karena dalam Islam menyebutkan bahwasanya hartakepunyaan sendiri namun hasilnya dinikmati bersama-sama. 10 Dari perbedaan penafsiran yang tidak merubah substansi pada makna yangterkandung serta mempunyai cara pandang berbeda dengan metode yang khas, 10 Hamka,

Loc. Cit menjadi menarik untuk diteliti serta dikomparasikan, sehingga menjadi sebuahkonstribusi pemikiran khzanah ke-Islam-an yang sangat kokoh. B. Batasan Masalah Untuk lebih fokus terhadap pembahasan pada penelitian ini yang telahdiuraikan pada latar belakang, maka perlu adanya batasan masalah pada ayat-ayatzakat dalam tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbah. Dari tujuh belas ayat yangdicantumkan pada bab dua, ayat yang akan diambil untuk bahan penafsiran Hamkadan Quraish Shihab sebanyak empat ayat dan dua hadits. C. Rumusan Masalah Agar lebih terfokus, maka permasalahan yang akan dibahas diformulasikandalam beberapa bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana penafsiran Hamka tentang ayat-ayat zakat dalam tafsir al-Azhar?2. Bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab tentang ayat-ayat zakat dalam tafsir al-Mishbah?3. Apa persamaan dan perbedaan penafsiran tentang ayat-ayat zakat versi Hamkadan versi Quraish Shihab dalam kedua tafsirnya? D . Tujuan Penelitian Sehubungan dengan rumusan masalah tersebut, maka penelitian inimempunyai tujuan untuk menelaah secara detail tentang penafsiran Hamka dalamtafsir al-Azhar serta penafsiran Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah mengenaiayatayat zakat. Serta mengkomparasikan kedua penafsiran tersebut, sehinggadiketahui letak persamaan dan perbedaannya

E. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan secara teoritis, untuk memperkaya khazanah keilmuan di bidang zakatkhususnya pemikiran Hamka dan M. Qurash Shihab dalam tafsir al-Azhar dantafsir al-Mishbah. Serta bisa dijadikan bahan perbandingan penelitian yangberkenaan dengan pemikiran tokoh dalam hal zakat.2. Kegunaan secara aplikatif, sebagai konstribusi pemikiran serta bahan rujukan bagipeneliti selanjutnya dan msyarakat sosial untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan zakat. F. Metode Penelitian1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu rangkaian prosesmenjaring data atau informasi. Penelitian ini juga dikenal sebagai kepustakaan ataubiasa dikatakan Library Research dengan pendekatan deskriptif-analitis. 11 Hal inisejalan dengan pendapatnya Dra. Aswarni Sudjud yang mengatakan bahwa,penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan dan perbedaan tentangbenda-benda, tentang orang, tentang prosedur, kerja, tentang ide-ide, kritik terhadaporang kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat jugamembandingkan kesamaan pandangan dan perubahan pandangan orang, grup ataunegara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa, atau terhadap ideide. Apabiladikaitkan dengan pendapatnya Van Dalen tentang jenis-jenis interrelationshipstudies , maka penelitian komparatif termasuk sebagai penelitian causal comparativestudies . Karena peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, tetapi langsung 11 Soerjono Soekanto. Penelitian Hukm Normatif . (Jakarta: Raja Grafindo. 2003), 13

mengambil hasil dari hasil yang diperoleh, peneliti mencoba menemukan sebab-sebab terjadinya peristiwa hasil observasi.

12 Pada penelitian ini akan mendiskripsikan serta mengkomparasikan penafsirandua orang tokoh tentang zakat yang fokusnya kepada tafsir al-Azhar Dan tafsir al-Mishbah. Serta metodologi yang digunakan Hamka dan Quraish Shihab dalammenginterpretasikan konsep zakat pada masyarakat dengan konsep yang berbedaakan tetapi mempunyai substansi yang sama. 2. Paradigma Paradigma adalah sudut pandang sekelompok ahli terhadap fenomena yangtampak. Kekuatan paradigma menjadi penentu bagi setiap asumsi yang dimiliki paraahli yang eksplisit menjadi rancangan berfikir. Paradigma ada yang menyatakansebagai intelektual komitmen , yaitu suatu citra fundamental dari pokok permasalahandari suatu ilmu. Paradigma menggariskan apa yang seharusnya dipelajari,pernyataan-pernyataan apa yang seharusnya dikemukakan, bagaimana seharusnyasuatu pertanyaan dikemukakan dan kaidah-kaidah apa yang seharusnya diikuti dalammenafsirkan jawaban yang diperoleh. 13 Paradigma di dalam sebuah penelitian menjadi hal yang penting untukditentukan terlebih dahulu karena setiap penelitian berpegang pada paradigmatertentu. Paradigma ialah suatu perangkat kepercayaan, nilai, suatu pandangantentang dunia sekitar. Paradigma mengarahkan penelitian. Dengan timbulnyaparadigma baru tentang dunia, timbul pula tentang paradigma baru dalam penelitianserta metode yang digunakan. 12 Suharsimi Arikonto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1987), 197-198. 13 Agus Salim, Bangunan Teori (Yokyakarta: Tiara Wacana, 2006), 7.

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma scientific paradigm (Paradigma Ilmiah). Paradigma ilmiah ini bersumber dari pandangannaturalistik. Paradigma, menurut Bogdan dan Biklen adalah kumpulan loggar darisejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkancara berfikir dan penelitian. 14 Bersandar terhadap pendapatnya Bogdan dan Biklen bahwa paradigmamerupakan kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama. Olehkarena itu al-Quran yang sudah tidak diragukan lagi kebenarannya sudah menjadikonsep umum yang logis diinterpretasikan oleh Hamka dan Quraish Shihab,kemudian disusun menjadi kitab tafsir al-Quran. Dari kedua mufassir tersebutsetelah menafsiri al-Quran timbul persamaan serta perbedaan terhadap penafsirantentang ayat-ayat zakat. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dimaksud adalah data yang digunakan olehpeneliti dengan melakukan pencarian data dari sumbernya berupa dokumen, faktadan catatan. 15 Metode pengumpulan data dalam studi kepustakaan atau dokumentasidilakukan dengan pencatatan berkas-berkas atau dokumen-dokumen yang adahubungannya dengan materi yang akan dikaji. 16 Mengacu kepada pendapatnya Suharsimi, bahwasanya metode dokumentasiadalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,buku, prasasti, dan notulen rapat. 17 14 Lexi Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002),30. 15 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Psikologi UGM, 1986), 36.

16 Soerjono Sukanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), 66. 17 Op Cit , 188. Dari penjelasan tersebut, maka peneliti mengumpulkan bahan referensi yangada kaitannya dengan judul penafsiran Hamka dan Quraish Shihab terhadap ayatzakat dalam tafsir keduanya yaitu, tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbah. Sertametodologi penafsiran terhadap ayat zakat. 4. Sumber Data Sumber data merupakan subjek dari mana data yang dikumpulkan untukbahan research . 18 Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalahsumber data sekunder, 19 karena akan mengkaji library research yang meliputi:a. Bahan primer yang mengikat dan utama. 20 Seperti perbedaan makna harta dalamkonsep zakat dalam tafsir al-Azhar karangan Haji Abdul Malik Karim Amrullah(Hamka) dan tafsir al-Misbah oleh Quraish Shihab yang akan menjadi bahasanprioritas dalam penelitian ini.b. Bahan sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahanprimer, seperti hasil penelitian terdahulu dan hasil karya dari kalangan tokohpemikir Islam.Beberapa buku yang menjadi pilihan peneliti sebagai bahan sekunder. Bahansekunder pemikiran Hamka adalah Corak pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, yangditulis oleh DR. Muhammad Yunan Yusuf dan Politik Bermoral Agama "TafsirPolitik Hamka" oleh Ahmad Hakim dan M. Thalhah. Sedangkan bahan sekunderpemikiran M. Quraish Shihab yaitu Mungkinkah Sunnah-Syiah Dalam Ukhuwah(Jawaban Atas Buku Dr. Quraish Shihab 'Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan!Mungkinkah') yang disusun oleh Tim penulis buku pustaka Sidogiri dan Konsep 18 Op Cit , 107. 19 Data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang kedua. Lihat. Soerjono Sukanto dan SriMamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 29. 20 Ibid , 5.

Khalifatullah Dalam Perspektif M. Quraish Shihab Sebagai KepemimpinanPengembangan Pendidikan Islam yang ditulis oleh Muhammad Safinun Naja.c. Bahan tertier sebagai bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasanterhadap bahan primer dan bahan sekunder, seperti kamus serta ensiklopedi. 21 Untuk melengkapi dalam pengumpulan data di atas, maka penelitimencantumkan bahan tertier, misalnya ensiklopedi hukum Islam, dan kamus hukumIslam. 5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, pengelompokan data, memilih dan memilah menjadisatuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola,menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan merumuskan sesuatuyang dapat diceritakan kepada orang lain.Analisis data, menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, katagori, dan satuan uraian dasar yangmembedakan dengan penafsiran serta memberikan arti yang signifikan terhadapanalis, menjelaskan pola uraian, dan mencari uraian di antara dimensi-dimensiuraian. Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinciusaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) sepertiyang disarankan oleh data dan sebagai usaha dan memberikan bantuan pada temadan hipotesis. 22 21 Ibid , 12-13. 22 Lexy J. Moleong, Op, Cit, 103

Pengolahan, analisis data atau informasi dilakukan untuk menemukan maknasetiap data atau informasi, hubungannya antara satu dengan yang lain danmemberikan tafsiran yang dapat diterima secara rasional dan akal sehat ( commonsense ) dalam konteks masalah secara universal, untuk itu data atau informasi tersebutdikomparasikan antara satu dengan yang lain. 23 Pengolahan dan analis data, dalam penelitian ada lima langkah yaitu sebagaiberikut:a. Edit ( Editing )Dalam langkah Editing ini untuk mengetahui sejauh mana data yang telahdidapatkan baik data yang bersumber dari hasil obsrvasi, wawancara ataudokumentasi, sudah cukup baik dan dapat segera disisipkan untuk keperluan prosesselanjutnya, maka pada bagian ini peneliti perlu untuk meneliti kembali darikelengkapan data, kejelasan makna kesesuaian serta relevansinya dengan rumusanmasalah dan data yang lain. 24 Maka secara umum data-data yang diteliti kembaliadalah penafsiran kedua tokoh yaitu, Hamka dan Quraish Shihab dalammenginterpretasikan ayat zakat yang terdapat pada tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbah.b. Klasifikasi ( Classifying )Klasifikasi (pengelompokan), data hasil dokumentasi kemudian diklasifikasiberdasarkan kategori tertentu berdasarkan pada fase data penelitian. Di sini dibagikepada beberapa fase pembahasan. Pertama: Pemikiran Hamka tentang ayat-ayatzakat dalam tafsir al-Azhar dan Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah, biografi 23 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan , (Yogyakarta: Gadjah Mada University,1994), 190. 24 Bambang Sugiono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT.Raja Grfindo Persada, 2003), 125.

Hamka (Haji Abdul Malik Amrullah) dan biografi Quraish Shihab, latar belakangHamka dan latar belakang Quraish Shihab yang berkaitan dengan sosial-politik,budaya, metodologi Hamka dalam menginterpretasikan ayat-ayat zakat dalam tafsiral-Azhar.

Kedua: Pengertian tafsir, pengertian zakat, dasar hukum zakat yangmengacu terhadap al-Quran dan al-Hadits dan macam-macam zakat yang terkandungdalam tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbah.c. Verivikasi ( Verifivying )Selanjutnya verifikasi sebagai langkah lanjutan, penulis memeriksa kembalidata yang telah didapatkan. 25 Misalnya dengan kecukupan referensi dan triangulasi(pemeriksaan melalui sumber lain). Contoh konsep zakat yang terdapat dalam tafsirAl-Azhar penulis mengecek kembali dengan buku Keadilan Sosial dalam Islam(1950) dan Politik Bermoral Agama "Tafsir Politik Hamka" yang ditulis oleh AhmadHakim. Juga pada penafsiran M. Quraish Shihab tentang zakat dalam tafsir al-Azhar.Penulis juga mengcross check kembali dalam buku Membumikan al-Qur'an "Fungsidan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat". Selain kevaliditasan terjamin jugamempermudah peneliti untuk menganalisa.d. Analisis ( Analizing )Analisis data adalah prorses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dandapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data. 26 Analisis juga dapatmenyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan 27 .Pada penelitian ini penulis menggunakan analisis komparatif, yang mengumpulkan, 25 Nana Sudjana dan Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian: di perguruan tinggi (Bandung: Sinar BaruAldasindo, 2000), 84-85. 26 Op, Cit, 103. 27 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: Pustaka LP3ES); 263.

memilih dan memilah, mengklasifikasikan, mensintesiskan dan membuat iktisar. 28 Maka di sini penulis dalam menganalisis mengaitkan, dan mendiskripsikan secaragamblang tentang letak perbedaan juga persamaan Hamka dan M. Quraish Shihabdalam menafsirkan ayat zakat dalam tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbah.e. Kesimpulan ( Concluding ) Concluding sebagai pengambilan kesimpulan dari suatu proses penulisanyang menghasilkan suatu jawaban 29 . Tahap concluding ini bukan merupakanpengulangan kalimat dari hasil penelitian dan analisis, tetapi proses penyimpulan/ menarik poinpoin penting yang kemudian menghasilkan gambaran secara ringkasdan jelas mudah dipahami. Langka terakhir ini harus dilakukan secara cermat,dengan mengecek kembali data-data yang telah diperoleh, dalam hal ini khususnyatentang penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat zakatdalam tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbah, sehingga penelitian ini dapatdipertanggung jawabkan keabsahannya. G. Sistematika Penulisan Pada penelitian ini dipandang perlu adanya sistematika penulisan, dengantujuan mempermudah memahami substansi serta gambaran secara garis besar dalampenelitian. Maka secara global akan dipaparkan sebagai berikut: Bab pertamamemaparkan

pendahuluan yang didalamnya memuat latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, danmetode penelitian yang meliputi: pendekatan, metode pengumpulan data, sumberdata, pengolahan data, dan sistematika pembahasan. 28 Op,Cit, 89. 29 Nana Sudjana dan Ahwal Kusumah, Op. Cit. 86. Bab kedua menguraikan kajian teori yang membahas tentang pengertiantafsir, pengertian zakat, dasar hukum zakat yang mengacu terhadap al-Quran dan al-Hadits dan macam-macam zakat yang terkandung dalam tafsir al-Azhar dan tafsir alMishbah.Bab ketiga adalah penjelasan tentang pemikiran Hamka tentang ayat-ayatzakat dalam tafsir al-Azhar dan Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah, biografiHamka (Haji Abdul Malik Amrullah) dan biografi Quraish Shihab, latar belakangHamka dan latar belakang Quraish Shihab yang berkaitan dengan sosial-politik,budaya, Metodologi Hamka dalam menginterpretasikan ayat-ayat Zakat DalamTafsir al-Azhar. Metodologi Quraish Shihab dalam menginterpretasikan ayat-ayatdalam tafsir al-Mishbah.Bab empat analisis komparatif pemikiran Hamka dan Quraish Shihab dalamkonstribusi ilmu pengetahuan dibidang zakat. Hal ini merupakan analisa dari pen-sintesis-an dari perbedaan serta persamaan pemikiran penafsiran dari ke-dua tokohtersebut dalam tafsir al-Azhar dan tafsir alMishbah.Bab lima adalah pembahasan final yang berisikan penutup meliputi:kesimpulan dan saran- saran dari hasil penelitian yang diambil dari hasil Penelitianmulai dari judul hingga proses pengambilan kesimpulan dan saran-saran bagiberbagai pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini