p-ISSN: 2622-7711 Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Integrasinya e-ISSN: 2622-7576 Vol. 01, No. 02, Oktober 2018 Kekeliruan Memahami Konsep Gaya, Apakah Pasti Miskonsepsi? 1) Muhammad Reyza Arief Taqwa, 2) Dwitri Pilendia 1 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5, Malang 3 Program Studi Pendidikan Fisika, STIKIP Muhammadiyah Sungai Penuh, Jl. Muradi Sungai Liuk, Sungai Penuh [email protected]Abstract The purpose of this article is to examine the possible causes of student error in explaining various physical phenomena, mainly due to lack of ability in understanding the physics concept. Unlike the misconception theory, resource theorists believe that studenterrors are more due to their incomplete understanding less frequently observed by researchers, especially in Indonesia. An in-depth study of the causes of student error is very important to be used as a reference as a design of quality learning. In this article will examine students' difficulties in understanding the force conceptaccording to the perspective of resource theory, as well as learning alternatives to reduce errors. Keywords: Force, misconception, resource theory Abstrak Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengkaji kemungkinan penyebab terjadinya kekeliruan siswa dalam menjelaskan berbagai fenomena fisis, terutama karena kurangnya kemampuan dalam memahami konsep. Tidak seperti sudut pandang miskonsepsi, teori resource yang memandang bahwa kekeliruan siswa lebih dikarenakan pemahamannya yang belum utuh lebih jarang ditilik oleh peneliti, khususnya di Indonesia. Kajian mendalam terkait penyebab kekeliruan siswa menjadi sangat penting untuk kemudian digunakan sebagai acuan sebagai rancangan pembelajaran yang berkualitas. Dalam artikel ini akan dikaji kesulitan siswa dalam memahami konsep gaya menurut perspektif teori resource, serta alternatif pembelajaran untuk mereduksi kesalahan. Kata kunci: Gaya, miskonsepsi, teori resource 1. Pendahuluan Muara pembelajaran fisika yang dilaksanakan dari sejak di sekolah maupun di perguruan tinggi adalah agar peserta didik mengalami perubahan perilaku [1] dan mampu menguasai ide-ide pokok, prinsip, hukum, ataupun konsep fisika secara luas dan mendalam [2]. Penguasaan konsep fisika yang baik dapat membantu dalam memecahkan permasalahan secara benar. Hal tersebut dikarenakan dengan
12
Embed
Kekeliruan Memahami Konsep Gaya, Apakah Pasti ...artikel ini bukan memihak pada bembenaran salah satu teori, melainkan membahas kedua pandangan tersebut melalui kajian-kajian temuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
p-ISSN: 2622-7711 Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Integrasinya
e-ISSN: 2622-7576 Vol. 01, No. 02, Oktober 2018
Kekeliruan Memahami Konsep Gaya, Apakah Pasti Miskonsepsi?
1)Muhammad Reyza Arief Taqwa, 2)Dwitri Pilendia 1Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5, Malang
3Program Studi Pendidikan Fisika, STIKIP Muhammadiyah Sungai Penuh, Jl.
Abstract The purpose of this article is to examine the possible causes of student error in explaining various physical phenomena, mainly due to lack of ability in understanding the physics concept. Unlike the misconception theory, resource theorists believe that studenterrors are more due to their incomplete understanding less frequently observed by researchers, especially in Indonesia. An in-depth study of the causes of student error is very important to be used as a reference as a design of quality learning. In this article will examine students' difficulties in understanding the force conceptaccording to the perspective of resource theory, as well as learning alternatives to reduce errors.
Keywords: Force, misconception, resource theory
Abstrak Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengkaji kemungkinan penyebab terjadinya kekeliruan siswa dalam menjelaskan berbagai fenomena fisis, terutama karena kurangnya kemampuan dalam memahami konsep. Tidak seperti sudut pandang miskonsepsi, teori resource yang memandang bahwa kekeliruan siswa lebih dikarenakan pemahamannya yang belum utuh lebih jarang ditilik oleh peneliti, khususnya di Indonesia. Kajian mendalam terkait penyebab kekeliruan siswa menjadi sangat penting untuk kemudian digunakan sebagai acuan sebagai rancangan pembelajaran yang berkualitas. Dalam artikel ini akan dikaji kesulitan siswa dalam memahami konsep gaya menurut perspektif teori resource, serta alternatif pembelajaran untuk mereduksi kesalahan.
Kata kunci: Gaya, miskonsepsi, teori resource
1. Pendahuluan
Muara pembelajaran fisika yang dilaksanakan dari sejak di sekolah maupun di
perguruan tinggi adalah agar peserta didik mengalami perubahan perilaku [1] dan
mampu menguasai ide-ide pokok, prinsip, hukum, ataupun konsep fisika secara luas dan
mendalam [2]. Penguasaan konsep fisika yang baik dapat membantu dalam
memecahkan permasalahan secara benar. Hal tersebut dikarenakan dengan
Vol. 01, No. 02, Oktober 2018
2
penguasaan konsep yang baik dapat menggiring siswa untuk mampu memecahkan
persoalan fisika [3-8]. Begitu pula dalam menjelaskan fenomena fisika, kemampuan
dalam memahami konsep fisika sangat diperlukan [9]. Kendati demikian, siswa yang
mampu menyelesaikan persoalan fisika yang disajikan dalam bentuk kuantitatif dengan
benar tidak selalu mengindikasikan pemahaman yang baik [10]. Hal tersebut bisa saja
disebabkan karena siswa memanfaatkan data yang diberikan di soal, sekedar
menghitung dengan rumus yang diingat tanpa memahami konsep secara baik.
Banyak temuan-temuan terkait kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep
fisika masih cenderung rendah[11], termasuk dalam memahami kosep gaya. Hal
tersebut diindikasikan dari skor pemahaman konsep yang rendah maupun kemampuan
dalam menjelaskan berbagai fenomena fisis yang masih sering kali keliru. Kesalahan
mahasiswa dalam menjelaskan berbagai fenomena fisis ini sering kali dipandang dari
dua sisi berbeda, yakni teori miskonsepsi dan teori resource[11,12].
Kekeliruan siswa dalam menjelaskan fenomena fisis dan kesalahan mahasiswa
dalam menyelesaikan soal bukan disebabkan karena siswa belum memiliki pengetahuan
sama sekali, namun lebih disebabkan karena mahasiswa tidak mampu mengaktivasi
pengetahuan yang relevan terhadap permasalahan yang dihadapi[13,14]. Berdasarkan
sudut pandang teori resource, kegagalan siswa dalam menggunakan pengetahuan yang
dimiliki pada saat memecahkan permasalahan tersebut disebabkan siswa belum
memahami pemahaman secara utuh dan masih terpotong-potong. Sehingga
penggunaan pengetahuan yang dimiliki masih bergantung pada konteks persoalan yang
dimunculkan.
Hal tersebut kontras dengan pandangan teori miskonsepsi yang memandang
kekeliruan siswa dalam menjelaskan berbagai fenomena fisika lebih disebabkan oleh
pemahaman melekat yang tidak sesuai dengan pendapat ahli. Siswa dengan
pemahaman keliru tersebut cenderung akan konsisten dalam menggunakan
―pengetahuan keliru‖ dalam menjelaskan berbagai fenomena yang sejenis.
Pentingnya menelusuri penyebab kekeliruan siswa dalam menjelaskan berbagai
fenomena fisis dan kesulitan memecahkan persoalan menyebabkan beberapa peneliti
berfokus pada salah satu teori miskonsepsi atau teori resource. Namun fokus utama
artikel ini bukan memihak pada bembenaran salah satu teori, melainkan membahas
kedua pandangan tersebut melalui kajian-kajian temuan oleh penelitian
sebelumnyaterkait kesulitan siswa dalam memahami konsep gaya. Tujuan penulisan
artikel ini agar dapat dijadikan pandangan guru dalam memahami berbagai kesulitan
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Integrasinya Vol. 01, No. 02, Oktober 2018
3
yang dialami siswa, yang kemudian bermuara sebagai salah satu acuan untuk
menyusun rencana pembelajaran yang lebih baik.
2. Pembahasan
2. 1. Teori Miskonsepsi dan Teori Resource (Pemahaman Tak Utuh)
2.1.1. Teori Miskonsepsi
Dalam proses pembelajaran di kelas, siswa tidak semata-mata datang dengan ‗tanpa
pengetahuan‘. Acap kali siswa melihat fenomena kemudian membangun konsepsi dan
menjadikannya pengetahuan tanpa diverifikasi terlebih dahulu dan sering kali
mengkorelasikan dengan kejadian lain yang mirip namun berbeda konteks. Siswa
terkadang memiliki konsepsi yang ‗tidak universal‘ untuk menjelaskan banyak fenomena
namun tanpa disadari menggunakan konsepsi tersebut secara konsisten untuk
menjelaskan fenomena yang tidak relevan. Konsepsi tersebut menjadi fokus penting
dalam penelitian pendidikan dan disebut dengan bermacam istilah oleh peneliti seperti
misconception [15], alternative frameworks [18,19], alternative conceptions [20-23],
preconceptions[24, 25], childrens’ science [26], dan common sence concepts [27].
Menurut pandangan teori miskonsepsi, kegagalan siswa dalam menjelaskan
fenomena fisis adalah karena siswa memiliki pengetahuan yang keliru atau tidak sesuai
dengan kesepakatan ahli [24, 28, 29]. Pengetahuan yang dimiliki itu secara terus
menerus digunakan untuk menjelaskan bermacam fenomena dan untuk memecahkan
bermacam konteks persoalan [30, 31]. Satu-satunya cara yang digunakan untuk
mereduksi ataupun menghilangkan miskonsepsi pada siswa adalah ‗menggantikan‘
pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang benar. Dan hal ini cenderung
sulit karena biasanya miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa cenderung retensi dan sulit
untuk dihilangkan, terutama jika sekedar memberikan informasi secara lisan. Bahkan
terkadang siswa yang mengalami miskonsepsi kemudian diberikan pengetahuan yang
benar dalam rentang beberapa waktu akan kembali menggunakan pengetahuannya
yang keliru.
2.1.2. Teori Resource
Menurut pandangan teori resource, kegagalan siswa dalam memecahkan masalah
bukan karena siswa tidak memiliki pengetahuan benar, namun siswa gagal mengaktivasi
pengetahuan yang relevan dengan masalah [13]. Siswa acapkali menggunakan
Vol. 01, No. 02, Oktober 2018
4
pengetahuan yang tidak relevan dengan masalah tersebut, namun bukan berarti
pengetahuan tersebut salah. Sebagai contoh, siswa yang diajukan pertanyaan mana
yang lebih dahulu tiba di tanah jika balok besi dan balok kayu yang berukuran sama
dijatuhkan dari ketinggian yang sama (hambatan udara tidak diabaikan)? Kebanyakan
siswa akan menjawab balok besi yang akan jatuh lebih dahulu. Dalam menjawab soal
tersebut siswa biasanya mengaktivasi resource bahwa benda yang berat akan lebih
cepat bergerak saat dijatuhkan. Resource yang diaktivasi siswa tersebut dapat diklaim
benar untuk konteks tersebut karena dengan ukuran sama maka besar hambatan kedua
benda adalah sama, namun karena berat berbeda maka benda yang lebih berat akan
bergerak lebih cepat karena resultan gaya yang dihasilkan menjadi lebih besar. Namun
resource yang mengatakan bahwa ‗benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat‘ akan
keliru jika diaktivasi pada konteks benda yang bergerak diruang vakum, atau pada
konteks jika dua benda bermassa sama namun berukuran jauh berbeda dijatuhkan pada
medium yang tidak vakum.
Menurut teori resource, kebenaran alasan atau jawaban siswa dalam menyelesaikan
persoalan bergantung pada konteks yang diajukan dalam persoalan [7,13].Resource
yang diaktivasi siswa bisa jadi benar untuk suatu konteks namun keliru untuk konteks
yang lain. Untuk dapat mengatasi hal tersebut, pembelajaran yang dirancang harus
dapat menjelaskan konsep-konsep fisis secara komprehensif dan dibantu dengan
latihan-latihan soal dengan jumlah yang cukup dan konteks yang beragam.
2. 2. Pekeliruan dalam Mahami Konsep Gaya
Gaya merupakan suatu tarikan atau dorongan yang bekerja pada benda akibat hasil
interaksi dengan benda lain. Gaya yang timbul selalu merupakan hasil interaksi antar
dua buah objek baik interaksi secara langsung (menimbulkan gaya sentuh) maupun
melalui medan (menimbulkan gaya tak sentuh). Dalam memahami konsep gaya
seharusnya guru menekankan pada konsep interaksi yang terjadi pada benda terhadap
benda lain [32-36], yang dituangkan ke dalam diagram interaksi (DI) kemudian
menggiring pemahaman akan gaya yang timbul dari hasil interaksi tersebut. Setelah
mengetahui gaya yang timbul maka siswa digiring untuk menggambarkan gaya yang
bekerja pada benda. Untuk kasus dinamika partikel dapat digambarkan dalam bentuk
Diagram Bebas Benda (Free Body Diagrams’). Sebagai contoh sederhana, sebuah
balok yang berada di atas lantai seperti Gambar 1.
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Integrasinya Vol. 01, No. 02, Oktober 2018
5
Gambar 1. Balok di atas lantai
Dari kasus tersebut, saat kita tinjau balok sebagai sistem, dapat dikatakan bahwa
balok berinteraksi dengan lantai dan bumi.Kita ketahui bahwa dalam kasus seperti ini
balok ‗didorong‘ oleh lantai dan balok ‗ditarik‘ oleh bumi. Gambar 2 dan Gambar 3
masing-masing menunjukkan diagram interaksi dan diagram gaya yang bekerja pada
balok.
Gambar 2. Diagram Interaksi pada Balok
Gambar 3. Diagram Gaya yang bekerja Pada Balok
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa sering kali keliru dalam
menggambarkan arah gaya, seperti halnya kekeliruan umum yang dialami siswa dalam
menggambarkan vektor gaya gravitasi [37-39], kekeliruan dalam membuat diagram
bebas benda [38, 40,41], maupun menentukan komponen gaya total [42]. Kekeliruan
N
w
Balok
Bumi Lantai
Didorong oleh
Ditarik oleh
Didorong oleh
Ditarik oleh
Vol. 01, No. 02, Oktober 2018
6
demikian ini lebih sering dikarenakan pemahaman siswa yang belum utuh dalam
memahami konsep gaya gravitasi. Karna kebanyakan siswa memahami gaya gravitasi
semata-mata sebagai ‗gaya tarik oleh bumi‘ yang arahnya ‗menuju ke bawah‘. Dengan
pemahaman sempit tersebut siswa acap kali menggambarkan gaya gravitasi yang
bekerja pada benda di atas bidang miring menuju ke bawah bidang, bukan ke pusat
bumi (vertikal ke bawah). Namun disisi lain, kebanyakan siswa benar dalam
menggambarkan arah gaya gravitasi jika konteks soal yang disajikan adalah benda di
atas bidang datar. Oleh karenanya, pemahaman demikian menunjukkan bahwa
pemahaman siswa cenderung bergantung pada konteks (context depend).
Bertolak pada temuan penelitian terkait kesulitan siswa dalam memecahkan
persoalan mekanika terutama dinamika partikel, maka penguasaaan ide kunci seperti
pemahaman konsep gaya menjadi sangat penting. Beberapa tahapan yang dapat
diberikan pada saat pembelajaran untuk menyampaikan konsep gaya adalah berikut.
2.2.1. Menjelaskan definisi gaya
Sering kali pendidik lupa bahwa bagian mendasar dari suatu pengetahuan adalah
definisi. Agar siswa memahami konsep gaya secara utuh maka menjadi penting untuk
mengetahui definisi apa itu gaya. Segala kesulitan dalam memahami sesuatu konsep
akan dapat dibantu dengan memahami definisi. Oleh karena itu, bagian definisi ini
sebisa mungkin tidak terlewatkan untuk ditanamkan pada siswa.
2.2.2. Menjelaskan cara mengidentifikasi gaya
Menganalisis interaksi benda dan menuangkannya dalam diagram interaksi
Setelah memahami konsep gaya, maka siswa digiring untuk mampu mengidentifikasi
gaya. Untuk dapat mengidentifikasi gaya, bagian terpenting yang seharusnya dilalui
adalah membangun diagram interaksi. Dalam bagian ini siswa diajak berpikir untuk
mengidentifikasi benda-benda lain yang berinteraksi dengan benda yang menjadi fokus
permasalahan. Dari interaksi yang terjadi maka harus ditinjau apakah kedua benda
―saling menarik‖ atau ―saling mendorong‖. Mengapa bagian mengidentikai gaya ini
penting? Berdasarkan temuan penelitian, siswa sering kali membangun pemahaman
yang keliru terkait gaya. Sebagai contoh, pada saat kita melempar sebuah benda
dengan arah mendatar (faktor hambatan udara diabaikan) kemudian menanyakan terkait
gaya yang bekerja pada benda, maka akan ada beberapa siswa yang menjawab bahwa
ketika benda bergerak (setelah dilempar) akan ada beberapa gaya selain gaya
gravitasi,misalkan gaya lempar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemahaman
mahasiswa masih belum utuh karena belum memahami gaya sebagai hasil dari interaksi
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Integrasinya Vol. 01, No. 02, Oktober 2018
7
antar dua buah objek. Saat benda sudah dilempar maka tidak ada kontak antara tangan
dan benda sehingga tidak ada gaya lempar pada benda.
Menggambarkan gaya yang bekerja pada benda
Setelah memahami dengan baik interaksi antar objek hingga mampu membangun
diagram interaksi maka selanjutnya siswa digiring untuk memahami terkai gaya apa
yang timbul dan kemana arah gaya tersebut. Bagian ini penting karena jika siswa keliru
dalam menggambarkan arah gaya akan sulit memahami dan menyelesaikan persoalan
yang diberikan. Dan justru pada bagian ini sering kali siswa mengalami kekeliruan. Oleh
karenanya penting sekali membangun pemahaman secara kokoh melalui bermacam
kegiatan belajar.
Membuat diagram bebas benda (Free-Body Diagrams’)
Diagram bebas benda atau free-body diagrams‘ (FBDs) adalah penyederhanaan
visualisasi gaya yang bekerja pada benda. Untuk persoalan dinamika partikel, persoalan
gerak benda tak berotasi, maka benda apapun dapat disederhanakan menjadi sebuah
titik. Namun untuk benda yang bergerak rotasi akibat bekerja resultan gaya tertentu
terhadap sumbu putar maka dalam menyelesaikan soal tidak perlu hingga membangun
FBDs.
2. 3. Implikasi dalam Pembelajaran
Kontribusi peneliti dalam menelusuri penyebab dan solusi kesulitan siswa dalam
menguasai ide-ide kunci setiap topik dalam pembelajaran fisika sudah menjadi sejarah
panjang. Jika dilihat menurut perspektif teori resource yang menyatakan bahwa
kekeliruan siswa dalam menjelaskan bermacam fenomena fisis dan kesulitan dalam
memecahkan persoalan dikarenakan siswa gagal mengaktivasi pengetahuan yang
relevan terhadap permasalahan. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan yang miliki
siswa masih belum utuh. Dengan merujuk dari pandangan tersebut, maka penting
merancang pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Selain itu, pembelajaran harus
mampu menggiring siswa untuk merpikir secara luas dan mampu memfasilitasi siswa
agar mampu menguasai ide-ide kunci dalam fisika secara komprehensif. Agar
pengetahuan siswa lebih bertahan dan mampu memicu kinerja siswa dalam
mengaktivasi pengetahuan yang ia miliki saat memecahkan permasalahan maka
menjadi penting untuk memberikan soal-soal latihan. Namun soal-soal yang
diberikanpun harus dirancang dalam konteks yang beragam dan sedapat mungkin
Vol. 01, No. 02, Oktober 2018
8
disajikan dalam berbagai format representasi. Karena dengan jumlah soal yang cukup
saja tidak menjamin keberhasilan siswa dalam memcahkan persoalan dan tidak terlalu
berpengaruh pada pemahaman konsep siswa [9, 43-46]. Hal tersebut mengingat
kebiasaan siswa yang sering kali mengingat bentuk-bentu soal pada saat tes, dan
keterbatasannya dalam menyelesaikan soal pada suatu konteks saja.
Kesimpulan
Menurut teori resource, kegagalan siswa dalam menjelaskan bermacam fenomana
fisis dikarenakan kegagalan siswa dalam mengaktivasi pengetahuan relevan yang
sebenarnya telah ia miliki. Bukan dikarenakan pengetahuan siswa keliru (tidak sesuai
pandangan ahli) sehingga siswa menggunakan konsep yang keliru tersebut dalam
menyelesaikan ataupun memecahkan persoalan fisis dalam berbagai konteks seperti
yang pandangan teori miskonsepsi. Hal tersebut dikarenakan kemapuan siswa dalam
menjelaskan beberapa persoalan dalam sebuah konsep akan berbeda jika persoalan
diberikan dalam konteks yang berbeda. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
pemahaman siswa masih bergantung konteks. Oleh karenanya penting untuk mengenali
kemampuan siswa sebelum pembelajaran, lalu merancang pembelajaran yang
bermakna dengan mengajarkan konsep fisis secara komprehensif. Selain itu penting
pula untuk memberikan latihan soal yang cukup dan disajikan dalam konteks yang
beragam.
Daftar Pustaka
[1] Taqwa, M. R. A., Astalini, dan Darmaji. 2015. Hubungan Gaya Belajar Visual,
Auditorial, dan Kinestetik dengan Hasil Belajar Siswa pada Materi Dinamika Rotasi
dan Keseimbangan Benda Tegar Kelas XI IPA SMAN Se-Kota Jambi, Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains 5 Univ. Muhammadiyah Purworejo,
5(1), 220-227.
[2] Sutopo. 2014. Miskonsepsi pada Optika Geometri dan Remediasinya. J-TEQIP,
V(2): 356-368.
[3] Maloney, D.P. 1994. Research on Problem Solving: Physics, In D. L. Gabel (Ed.),
Handbook ofresearch in Science and Learning. New York: Macmillan. Pp. 327-354.
[4] Soong, B., Mercer, N. & Shin, S. 2009. Students‘ Difficulties When Solving Physics
Problem: Result from An ICT-Infused Revision Intervention. Proceding of the 17th
International Conference on Computers in Education.
[5] Sajadi, M., Amiripour, P., Rostamy, M & Malkhalifeh. 2013. Examining Mathematical
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Integrasinya Vol. 01, No. 02, Oktober 2018
9
Word Problems Solving Ability Under Efficient Represetation Aspect. Mathematical
Education Trend and Research: 1-11.
[6] Hedge, B., & Meera, B. N. 2012. How do they solve it? An insight into the learners‘s
approach to the mechanism of physics problem solving. Physical Review Special
Topics Physics Education Research, 8: 1
[7] Docktor, J. L. & Mestre, J. P. 2014. Synthesis of discipline-based education research
in physics. Physical Review Special Topic Physics Education Research, 10: 1-58.
[8] Ryan, Q. X., Frodermann, E., Heller, K., Hsu, L., & Mason, A. 2016. Computer
problem-solving coaches for introductory physics: Design and usability studies.
Physical Review Special Topics-Physics Education Research, 12(1):1-17.
[9] Taqwa, M. R. A., dan Faizah, R. 2016. Perlunya Program Resitasi dalam
Meningkatkan Penguasaan Konsep Dinamika Partikel Mahasiswa. Prosiding
Seminar Nasional Pembelajaran IPA Ke-1, Universitas Negeri Malang, 482-487.
[10] McDermott, L. C., Rosenquist, M. L., & van Zee., E. H. 1987. Student difficulties in
connecting graphs and physics: Example from kinematics, Am. J. Phys. 55: 503-
513.
[11] Taqwa, M. R. A., Hidayat, A., dan Sutopo. 2017. Konsistensi Pemahaman Konsep
Kecepatan dalam Berbagai Representasi, Jurnal Riset dan Kajian Pendidikan Fisika,
4(1): 31-39.
[12] Rahmawati, I., Sutopo, dan Zulaikah, S. Analysis of Students‘ Difficulties about
Rotational Dynamics Topic Based on Resource Theory, Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 6(1), : 95-102.
[13] D. Hammer. 2000. Students resource for learningintroductory physics.American
Journal of Physics, Physics EducationResearchSupplement, 68(S1): S52—S59.
[14] I. L. Afwa, Sutopo, dan E. Latifah. 2016. Deep learning question untukmeningkatkan
pemahaman konsep fisika, Jurnal Pendidikan:Teori, Penelitian, dan Pengembangan,
1(3): 434-447.
[15] Helm, H. 1980. Misconceptions in Physics Amongst South African Students. Physics