Annual Report 2014 133 BAB IX PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA 9.1. Latar Belakang Pemerintah baru saja mengesahkan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, yang merupakan pengganti dari peraturan sebelumnya Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 jo PP 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan kewajiban bagi setiap individu penghasil limbah B3 sesuai dengan PP No. 101 Tahun 2014,Pasal 3 (1), bahwa Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkannya. Pengelolaan Limbah B3 dimaksudkan agar Limbah B3 yang dihasilkan dari aktivitas/kegiatan seminimalkan mungkin dan bahkan diupayakan sampai dengan nol, yaitu dengan melakukan reduksi pada sumber dengan pengolahan bahan, substitusi bahan, pengaturan operasi kegiatan, dan digunakannya teknologi bersih.Jika masih dihasilkan Limbah B3 maka diupayakan pemanfaatan Limbah B3, namun dengan tetap menjaga agar limbah B3 tersebut tidak mencemari lingkungan dan membahayakan bagi kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya. Kegiatan industri besi baja merupakan salah satu kegiatan yang dapat menimbulkan limbah B3. Limbah B3 tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar atau dibuang ke lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan manusia serta makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 tersebut perlu diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan metode pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran. 9.1.1. Pengertian Sesuai dengan PP No. 101 Tahun 2014, pengertian Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
30
Embed
BAB IX PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERACUN DAN · PDF fileBahan Berbahaya dan Beracun ... maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya ... Uji Karakteristik adalah suatu uji yang dilakukan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Annual Report 2014
133
BAB IX
PENGELOLAAN LIMBAH
BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA
9.1. Latar Belakang
Pemerintah baru saja mengesahkan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014
tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, yang merupakan pengganti
dari peraturan sebelumnya Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 jo PP 85 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Pengelolaan limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan kewajiban bagi setiap individu
penghasil limbah B3 sesuai dengan PP No. 101 Tahun 2014,Pasal 3 (1), bahwa Setiap
Orang yang menghasilkan Limbah B3 wajib melakukan Pengelolaan Limbah B3 yang
dihasilkannya.
Pengelolaan Limbah B3 dimaksudkan agar Limbah B3 yang dihasilkan dari
aktivitas/kegiatan seminimalkan mungkin dan bahkan diupayakan sampai dengan nol,
yaitu dengan melakukan reduksi pada sumber dengan pengolahan bahan, substitusi
bahan, pengaturan operasi kegiatan, dan digunakannya teknologi bersih.Jika masih
dihasilkan Limbah B3 maka diupayakan pemanfaatan Limbah B3, namun dengan tetap
menjaga agar limbah B3 tersebut tidak mencemari lingkungan dan membahayakan
bagi kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Kegiatan industri besi baja merupakan salah satu kegiatan yang dapat
menimbulkan limbah B3. Limbah B3 tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar atau
dibuang ke lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat mencemari lingkungan
dan membahayakan manusia serta makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara
penanganan yang lebih khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 tersebut
perlu diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya
atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan metode
pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran.
9.1.1. Pengertian
Sesuai dengan PP No. 101 Tahun 2014, pengertian Limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Annual Report 2014
134
Sedangkan Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
9.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan pengelolaan limbah B3 pada industri besi/baja dan logam adalah untuk
mengetahui sejauh mana limbah yang dihasilkan dari proses produksi baja masuk
dalam katagori B3 dengan:
1. Menginventarisasi limbah B3 di industri baja.
2. Mengidentifikasi limbah dan limbah B3 pada industri baja.
3. Mengkarakterisasi limbah B3 pada limbah industri baja.
4. Mengevaluasi pengelolaan limbah dan limbah B3 pada industri baja.
Sasaran dari kegiatan ini adalah keluarnya rekomendasi untuk pengelolaan
limbah B3 sektor industri besi dan baja sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
Adapun untuk mencapai sasaran tersebut, lingkup pekerjaan yang dilakukan
selama studi ini adalah ;
a. Kunjungan lapangan ke salah satu pabrik besi baja PT. Krakatau Steel.
b. Pengumpulan data dan pengambilan sampel.
c. Analisis laboratorium uji limbah B3 pabrik besi/baja.
d. Studi literatur dan kajian peraturan yang berlaku.
9.3. Hasil Kegiatan
9.3.1. Peraturan Perundang-Undangan Yang Berlaku dan Terkait
Ada beberapa peraturan yang terkait dengan pengelolaan limbah B3 di sektor
industri besi dan baja, yaitu
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun.
Annual Report 2014
135
3. Per Men LH No. 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
4. Per Men LH No.33 Tahun 2009 tentang Tata cara pemulihan lahan
terkontaminasi limbah bahan berbahaya dan beracun.
5. Per MenLH No. 02 Tahun 2008 tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya
Beracun.
6. Kep No. 255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.
7. Kep No. 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
8. Kep No. 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
9. Kep No. 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
10. Kep No. 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan
Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
11. Kep No. 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah B3.
9.3.2. Jenis dan Proses Produksi Pabrik Besi/Baja
Secara umum, ada tiga produk akhir kegiatan produksi PT. Krakatau Steel
(Persero) Tbk, yaitu hot rolled coil, cold rolled coil, dan wire rod. Perusahaan ini
memiliki 7 (tujuh) buah fasilitas produksi yang membuat perusahaan ini menjadi satu-
satunya industri baja terpadu di Indonesia. Ketujuh buah pabrik tersebut menghasilkan
berbagai jenis produk baja dari bahan mentah, yaitu:
1. Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant)
2. Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant)
3. Pabrik Baja Slab 1 (Slab Steel Plant 1)
4. Pabrik Baja Slab 2 (Slab Steel Plant 2)
5. Pabrik Pengerolan Canai Panas (Hot Strip Mill)
6. Pabrik Pengerolan Canai Dingin (Cold Rolling Mill)
7. Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill)
Annual Report 2014
136
Produksi baja PT Krakatau Steel diawali dari pengolahan bijih besi atau pellet
menjadi besi dengan memanfaatkan gas alam di Pabrik Besi Spons. Besi yang telah
dihasilkan ini diproses lagi dengan menggunakan Electric Arc Furnace (EAF) di Pabrik
Slab Baja dan Pabrik Billet Baja. Pada pemrosesan dengan EAF, besi dicampur
dengan bahan lainnya seperti scrap, hot bricket iron (HBI), dan material tambahan
sehingga menghasilkan slab baja dan billet baja.
Produk slab baja selanjutnya diolah dengan pemanasan ulang dan pengerolan di
Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill).Hasil dari Pabrik Baja Lembaran Panas
banyak dimanfaatkan untuk pipa, bangunan, bahan konstruksi kapal, dan lainnya. Lebih
lanjut lagi, baja lembaran panas diolah melalui proses pengerolan ulang dan proses
secara kimia di Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill). Produk baja yang
dihasilkan berupa baja lembar dingin yang banyak digunakan untuk komponen bagian
dalam mobil atau motor.Selain itu, produk baja lembaran dingin juga digunakan sebagai
badan kendaraan, peralatan rumah tangga, kaleng, dan lainnya.
Di sisi lain, produk baja billet yang dihasilkan oleh Pabrik Baja Billet, mengalami
proses pengerolan di Pabrik Batang Kawat (Wire Rod Mill) sehingga dihasilkan batang
kawat baja yang banyak diaplikasikan untuk senar piano, mur, paku, baut, pegas,
kawat baja, dan lainnya.
Tabel 9.1. Nama-Nama Unit Produksi Pabrik Besi Baja PT. Krakatau Steel
No Unit Produksi Kapasitas Produk
1 Pabrik Besi Sponge 2.000.000 MT/Thn Besi Sponge
2 Pabrik Billet Baja 600.000 MT/Thn Baja Billet
3 Pabrik Slab Baja (I dan II) 2.000.000 MT/Thn Baja Slab
4 Pabrik Baja Lembaran
Canai Panas 2.400.000 MT/Thn
Baja Lembaran Panas
(Coil & Plates)
5 Pabrik Baja Lembaran
Canai Dingin 950.000 MT/Thn
Baja Lembaran Canai
Dingin (Coil & Sheets)
6 Pabrik Baja Batang
Kawat 450.000 MT/Thn Baja Batang Kawat (Coil)
Sumber: Manual Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS)
Annual Report 2014
137
Sumber: www.krakatausteel.com
Gambar 8.2. Alur Proses Produksi PT. Krakatau Steel
9.3.3. Jenis Limbah B3 pada Pabrik Besi Baja
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses untuk
mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau
tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau
memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang). Proses pengolahan
limbah B3 dapat dilakukan secara pengolahan fisika dan kimia, stabilisasi/solidifikasi,
dan insinerasi.
Tata cara penetapan limbah B3 berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014 adalah
sebagai berikut:
1. Berdasarkan daftar lampiran limbah B3
2. Uji karakteristik
3. Uji toxicity characteristic leaching procedure (TCLP), dan
4. Uji lethal dose 50 (LD50)
5. Uji toksisitas sub-kronis
Uji Karakteristik adalah suatu uji yang dilakukan dilaboratorium, jika limbah
mengandung salah satu atau lebih sifat, dan/atau salah satu atau lebih pencemar yang
melebihi ambang batasnya.
Uji TCLP adalah cara untuk menentukan kecenderungan limbah mengalami
pelindian atau leaching yang merupakan salah satu cara untuk menentukan
karakteristik limbah beracun. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika