Top Banner
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Puskesmas Kedungbanteng Seperti yang kita ketahui bahwa wilayah kerja suatu puskesmas akan berdampak dalam berbagai aspek, terutama dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pada pembangunan kesehatan masyarakat dan lingkungannya. Penempatan suatu puskesmas pada suatu daerah pada wilayah kerja pembangunan kesehatan ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan melihat beberapa aspek yaitu: 1. Keadaan geografis 2. Keadaan demografi 3. Sarana transportasi 4. Masalah kesehatan setempat 5. Keadaan sumberdaya 6. Beban kerja puskesmas, dll. Hal-hal seperti ini yang akan menjadi sasaran dalam peninjauan lebih lanjut mengenai wilayah kerja dari puskesmas Kedungbanteng. Puskesmas Kedungbanteng merupakan salah satu puskesmas yang berada dibawah dinas kesehatan daerah Banyumas. a. Keadaan Geografis Puskesmas Kedungbanteng dan Wilayah Kerja
89

Bab IV Fix Cagel

Jan 03, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bab IV Fix Cagel

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Puskesmas Kedungbanteng

Seperti yang kita ketahui bahwa wilayah kerja suatu puskesmas akan

berdampak dalam berbagai aspek, terutama dalam pelaksanaan tugas dan

fungsi pada pembangunan kesehatan masyarakat dan lingkungannya.

Penempatan suatu puskesmas pada suatu daerah pada wilayah kerja

pembangunan kesehatan ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dengan melihat beberapa aspek yaitu:

1. Keadaan geografis

2. Keadaan demografi

3. Sarana transportasi

4. Masalah kesehatan setempat

5. Keadaan sumberdaya

6. Beban kerja puskesmas, dll.

Hal-hal seperti ini yang akan menjadi sasaran dalam peninjauan lebih

lanjut mengenai wilayah kerja dari puskesmas Kedungbanteng. Puskesmas

Kedungbanteng merupakan salah satu puskesmas yang berada dibawah dinas

kesehatan daerah Banyumas.

a. Keadaan Geografis Puskesmas Kedungbanteng dan Wilayah Kerja

Dilihat dari keseluruhan, luas wilayah Kecamatan Kedungbanteng

adalah 6024,04 Ha. Dengan batas wilayahnya yaitu:

a. Sebelah utara : kawasan perhutani

b. Sebelah selatan : Kecamatan Karanglewas

c. Sebelah barat : Sungai Logawa (Kec. Karanglewas)

d. Sebelah timur : Kecamatan Baturaden

Sedangkan untuk gambaran dari wilayah kerjanya bagian utara

adalah pegunungan sebanyak 60% dan bagian selatan berupa dataran

rendah.

Page 2: Bab IV Fix Cagel

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng.

Secara rinci untuk lokasi puskesmasnya sendiri berada pada

dataran rendah yang berada tepat di desa Kedungbanteng dekat dengan

Kecamatan Kedungbanteng. Lokasinya sangat strategis untuk di jangkau

oleh masyarakat karena tepat berada di jalan raya utama.

Kondisi wilayah seperti ini sudah cukup baik dan memungkinkan

untuk setiap masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan terutama

letaknya berada pada pusat Kecamatan, namun yang harus dikaji lebih

dalam dari keberadaan puskesmas ini yaitu letak desa-desa yang terutama

berada pada daerah dataran tinggi seperti desa Melung, desa Kutaliman

dan desa lainnya akan cukup kesulitan untuk menjangkau Puskesmas

karena jaraknya yang cukup jauh. Berdasarkan hasil survey oleh

puskesmas Kedungbanteng derajat kesehatan tiap-tiap wilayah berbeda-

beda hal ini dikarenakan semakin jauh wilayah tersebut maka semakin

rendah pula derajat kesehatannya dan juga sebaliknya. Namun wilayah

kerja yang seperti itu dapat diatasi dengan adanya akses lain dengan

pengadaan program kesehatan untuk mempermudah akses masyarakat

Page 3: Bab IV Fix Cagel

dalam bidang kesehatan, terutama setelah desa Kutaliman memiliki

PUSTU yang dapat membantu peranan dari puskesmas dalam

pembangunan kesehatan.

b. Visi dan Misi puskesmas Kedungbanteng

1) Visi Puskesmas

Mampu Memberikan Pelayanan kesehatan yang optimal dan terjangkau

bagi masyarakat.

2) Misi Puskesmas

Memberikan Yankes menyeluruh, bermutu, dan terjangkau bagi

masyarakat.

Mengembangkan & meningkatkan mutu Yankes melalui peningkatan

SDM, sarana, & prasarana.

Meningkatkan kerja sama lintas program & lintas sektoral.

c. Fungsi Puskesmas

1) Pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan

2) Pusat penggerak pemberdayaan masyarakat

3) Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer

4) Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan kegawatdaruratan

d. Upaya Pelayanan

Upaya pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas

Kedungbanteng terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan

pengembangan. Upaya kesehatan wajib adalah upaya pelayanan kesehatan

yang wajib dilaksanakan karena mempunyai peran yang besar dalam

upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Upaya kesehatan wajib yang ada di Puskesmas Kedungbanteng antara lain:

a. Upaya promosi kesehatan

b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana

d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

Page 4: Bab IV Fix Cagel

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

f. Upaya pengobatan

Sedangkan upaya kesehatan pengembangan adalah beberapa upaya

kesehatan pengmbangan yang ditetapkan Puskesmas dan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota sesuai dengan permsalahan, kebutuhan dan kemampuan

puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan yang ada di Puskesmas

Kedungbanteng antara lain:

a. Upaya kesehatan gigi dan mulut

b. Upaya kesehatan jiwa

c. Upaya kesehatan mata

d. Deteksi kanker leher rahim dengan metode IVA

e. Upaya kesehatan sekolah

f. Upaya kesehatan usia lanjut

g. Upaya kesehatan olahraga

h. Upaya kesehatan kerja

i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

e. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Struktur organisasi Puskesmas Kedungbanteng memiliki susunan

sebagai berikut.

Page 5: Bab IV Fix Cagel

Sumber daya manusia untuk Puskesmas Kedungbanteng memiliki

petugas yang berjumlah 32 orang, dengan rincian:

No. Pegawai Jumlah

1. Dokter Umum 1 orang

2. Dokter Gigi 1 orang

3. Perawat Umum 3 orang

4. Perawat Gigi 1 orang

5. Bidan Puskesmas 3 orang

6. Bidan Desa 16 orang

7. Kesmas/Sanitasi 2 orang

8. Adminkes 5 orang

f. Masalah Kesehatan dan Kesgilut

Berdasarkan UU Kesehatan No.23 Tahun 1992 pasal 10 bahwa

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan upaya

kesehatan dengan dengan pendekatan pemeliharaan anatar lain:

peningkatan kesehatan (Promotif), pencegahan (Preventif), penyembuhn

(Kuratif) dan pemulihan kesehatan (Rehabilitatif) secara menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan tercapainya kesehatan

umum paa masyarakat di wilayah Kedungbanteng, maka Puskesmas

menyediakan beberapa poli antara lain: KIA-KB (Kesehatan Ibu dan

Anak- Keluarga Berencana), BP umum, medis, BP gigi, dan gizi.

Berdasarkan Kepmenkes No 128 tahun 2004 tentang kebijakan

dasar Puskesmas bahwa upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan upaya

kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan gigi dan mulut diharapkan

dapat memenuhi standar pelayanan kesehatan gigi dan terselenggaranya

pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas yang aman, bermanfaat, bermutu

dan dapat dipertanggung jawabkan. Standar pelayanan kesehatan gigi di

Page 6: Bab IV Fix Cagel

Puskesmas sangat diperlukan dan harus dilaksanakan agar pelayanan

kesehatan dapat berkualitas. Pelayanan kesehatan gigi adalah segala upaya

pencegahan dan pengobatan penyakit, serta pemulihan dan peningkatan

kesehatan gigi yang dilaksanakan atas dasar hubungan antara dokter gigi

dan atau tenaga kesehatan gigi lainnya dengan individu / masyarakat yang

membutuhkannya. Jenis pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas

Kedungbanteng yang ditujukan kepada masyarakat di wilayah kerjanya

dan dapat dilaksanakan di dalam Puskesmas dan di luar Puskesmas.

Pelayanan kesehatan gigi di dalam Puskesmas yaitu berupa pelayanan

kesehatan dasar gigi dan mulut seperti pengobatan, pencabutan, dan

pembuatan gigi palsu. Sedangkan pelayanan kesehatan gigi di luar

Puskesmas yaitu dengan kegiatan penyuluhan, UKGS dan UKGM.

Pelayanan kesehatan gigi ditujukan pada berbagai sasaran, antara

lain:

a. Pelayanan yang ditujukan kepada komunitas : kampanye kesehatan

gigi melalui penyuluhan

b. Pelayanan yang ditujukan kepada kelompok : promosi kesehatan

gigi dan mulut melalui program pendidikan kepada kelompok

tertentu seperti program sikat gigi masal

c. Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan : pemeriksaan gigi

dan mulut, nasehat dan petunjuk kepada perorangan mengenai

kebersihan gigi dan mulut

g. Pencapaian Program Puskesmas

Program yang telah diselenggarakan oleh Puskesmas

Kedungbanteng antara lain:

a) Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

Kegiatan yang dilakukan seperti imunisasi dan kunjungan

resti yang dilakukan secara insidental. Kegiatan imunisasi

diharapkan dapat memberikan kekebalan bayi terhadap penyakit

dan biasanya diselenggarakan di balai desa, di praktek bidan

maupun di Puskesmas. Imunisasi yang diberikan adalah polio,

Page 7: Bab IV Fix Cagel

BCG, DPT, dan campak. Kunjungan resti merupakan kunjungan

yang dilakukan kepada ibu yang beresiko tinggi baik pada

kehamilan maupun persalinannya. Sejauh ini, penyebab resti antara

lain adalah karena jumlah anak lebih dari 5, umur yang terlalu

muda/ tua, dan jarak antar anak terlalu dekat. Biasanya pada

kegiatan ini hanya dilakukan pemantauan atau pemeriksaan, namun

jika sudah tidak dapat ditangani oleh bidan desa maka akan

langsung dilakukan rujukan ke Rumah Sakit.

b) Program KB (Keluarga Berencana)

Program KB biasanya dilaksanakan dalam bentuk

penyuluhan tingkat kecamatan yang diadakan 1 bulan sekali dan

pelayanan KB dengan beberapa jenis alat kontrasepsi. Biaya yang

dipungut untuk pasang susuk KB adalah Rp.25.000,-

c) Program kesehatan anak dan remaja

Beberapa program yang dibuat oleh Puskesmas untuk anak

usia SD-SMA, antara lain:

1. Penjaringan ke TK (dlakukan 1 kali/ tahun)

2. Pemeriksaan ke sekolah ajaran baru (2 kali/ tahun)

3. Manajemen terpadu balita sakit (2 kali/ tahun)

4. Manajemen terpadu bayi muda (2 kali/ tahun pada bayi

yang baru lahir)

5. Stimulasi Interpensi Deteksi Dini Tumbuh Kembang

h. Potensi efektif wilayah untuk masalah kesehatan

Potensi efektif wilayah setempat untuk mengatasi masalah

kesehatan antara lain:

1. Desa Pamsimas

Merupakan suatu program penyediaan air minum dan

sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) yang

diselenggarakan oleh Puskesmas akibat masyarakat kesulitan

mendapat air bersih saat musim kemarau. Di Kecamatan

Kedungbanteng, yang menjadi desa Pamsimas adalah desa

Page 8: Bab IV Fix Cagel

Dawuhan Kulon, Dawuhan Wetan, Kutaliman dan Keniten.

Keempat desa tersebut diilih karena mempunyai sumber mata

air dan warganya dinilai kooperatif untuk mensukseskkan tugas

ini. Puskesmas bekerjasama dengan PO Cipta Karya untuk

menyediakan air bersih dan memasang pipa-pipa kecil yang

nantinya disalurkan ke rumah warga. Tugas puskesmas adalah

mendukung terlaksananya desa Pamsimas dengan melakukan

pemeriksaan pada air layak pakai atau tidak dan pemantauan

sanitasinya.

2. Organisasi PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga)

Merupakan strategi PKK dalam upaya menjangkau

sebanyak mungkin keluarga, yang dilaksanakan melalui

Kelompok Dasawisma, yaitu kelompokyang terdiri dari 10-20

KK yang berdekatan. Ketua Kelompok Dasawisma membina

10 rumah dan mempunyai tugas meyuluh, menggerakan dan

mencatat kondisi keluarga yang ada dalam kelompoknya

seperti adanya ibu hamil, ibu menyusui, balita, orang sakit,

orang buta huruf, dan sebagainya. Informasi ini akan

disampaikan kepada kelompok PKK setingkat diatasnya, yang

akhirnya akan disampaikan pada Tim Penggerak PKK

Desa/Keluarga. Salah satu kegiatan kelompok Dasawisma

adalah pemeriksaan jentik nyamuk dan pemberantasan sarang

nyamuk secara berkala.

3. PKD (Poliklinik Kesehatan Desa)

Merupakan wakil Puskesmas di setiap wilayah yang

tidak memiliki Pustu dan Puskesmas. Di PKD hanya memiliki

bidan desa yang merangkap sebagai dokter atau mantra.

Sasaran pelaksanaan PKD adalah melayani KIA-KB dan

pengobatan dasar.

2. Gambaran Umum Geografis Desa Kedungbanteng

Page 9: Bab IV Fix Cagel

a. Gambaran umum

Secara administrasi Desa Kedungbanteng masuk kedalam wilayah

Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas, jarak dari kantor

Kecamatan Kedungbanteng ke kantor Desa Kedungbanteng 0,2 km.

Sedangkan jarak kantor desa Kedungbanteng dengan kantor Kabupaten

sekitar 13 km. Desa Kedungbanteng terdiri dart 4 RW dan 22 RT.

b. Kondisi Geografis

Letak dari Desa Kedungbanteng yang letaknya datar berombak

merupakan topografi yang berbukit-bukit dengan kemiringan tanah rata-

rata 20% -30% dan berada pada ketinggian 400 meter dpl. Beriklim sejuk

rata-rata suhu 28’C-30’C serta curah hujan yang cukup tinggi rata-rata

3000-3500 mm per tahun.

1) Batas Wilayah

Desa Kedungbanteng memiliki batas-batas wilayah sebagai

berikut:

a) Batas sebelah selatan yaitu berbatasan dengan Desa

Pasir Wetan dan Desa Pasir Kulon Kecamatan

Karanglewas.

b) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Keniten

Kecamatan Kedungbanteng.

c) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Jipang

Kecamatan Karanglewas.

d) Sebelah timur berbatasan dengan desa Beji dan Desa

Kebocoran.

2) Luas Wilayah Desa

Wilayah Desa Kedungbanteng luas wilayahnya sebesar

32.365 Ha terdiri dari

a) Pemukiman : 2.750 Ha

b) Sawah : 27.435 Ha

c) Tegalab Lain-lain : 1.835 Ha

Page 10: Bab IV Fix Cagel

Wilayah diatas dibagi kedalam 4 RW dengan pembagian 2

Kadus (Kepala Dusun) yang terdiri dari :

Wilayah Kadus I terdiri dari 2 RW dan 11 RT, yaitu:

a) Grundul Bojong

b) Kedunglemah

c) Dukuhanyar

Wilayah Kadus II terdiri dari 2 RW dan 11 RT, yaitu:

a) Grumbul Sreong

b) Grumbul Brobohan

c) Grumbul Kedungbanteng

d) Grumbul Gadog

c. Kependudukan

Desa Kedungbanteng memiliki 1.337 Kepala Keluarga (KK) namun

data KK yang kami dapatkan pada tahun 2012 dari desa yaitu sebanyak

1.328 Kelapa Keluarga. Jumlah penduduk 4.385 jiwa yang terdiri dari

2.405 Laki-laki dan 2.430 perempuan dengan rata-rata setiap keluarga

terdiri dari 3 sampai 4 anggota keluarga.

1) Jumlah penduduk awal tahun 2011 yaitu :

a) Laki-laki : 2.405 orang

b) Perempuan : 2.430 orang

c) Jumlah keseluruhan : 4.835 orang

d) Jumlah Kepala Keluarga : 1.337 KK

2) Pertumbuhan penduduk sepanjang tahun 2011 :

a) Jumlah kelahiran : 136 orang

b) Jumlah kematian : 43 orang

3) Jumlah penduduk menurut pendidikan :

a) Tamat SD : 2.812 orang

b) Tamat SMP : 701 orang

c) Tamat SMA : 745 orang

d) Diploma I dan II : 43 orang

Page 11: Bab IV Fix Cagel

e) S1 : 76 orang

f) S2 : 1 orang

4) Jumlah penduduk menurut mata pencahariannya :

a) Petani : 1.025 orang

b) Buruh : 305 orang

c) Pertukangan : 78 orang

d) Karyawan swasta : 255 orang

e) Pegawai Negri Sipil : 105 orang

f) ABRI/POLRI : 11 orang

g) Pensiunan : 91 orang

h) Jasa : 385 orang

i) Wiraswasta : 112 orang

j) Pedagang : 725 orang

k) Sopir : 50 orang

l) Mekanik : 13 orang

m) Pembantu Rumah Tangga : 65 orang

d. Bidang Pemerintahan

Pemerintahan Desa Kedungbanteng terdiri dari Pemerintahan

Desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD). Pemerintahan Desa

Kedungbanteng menggunakan pola maksimal yaitu terdiri dari Kepala

Desa Sekretaris Desa, 2 orang Kadus Desa, 3 orang Kepala Seksi, 1 orang

Kepala Urusan dan 1 orang Pembantu Kepala Seksi.

Jumlah RT dan RW berjumlah:

1) Jumlah RT : 11 RT

2) Jumlah RW : 4 RW

e. Mental Ideologi

Jika melihar kondisi dari Desa Kedungbanteng sendiri untuk

masalah ketertiban masyarakat cukup baik dan terkendali. Untuk angka

kriminalitas cukup kecil.

Semangat gotong royong masih cukup tinggi antra lain terlihat

pada perayaan hari-hari besar nasional maupun perayaan hari-hari besar

Page 12: Bab IV Fix Cagel

keagamaan serta peristiwa adat seperti;kelahiran, khajatan, pendirian

rumah dan lain-lain.

Peran serta RT dan RW cukup baik terutama dalam bidang:

1) Keamanan lingkungan,

2) Arisan pada pertemuan,

3) Kerja bakti masal,

4) Iuran masyarakat untuk membantu lingkungan,

5) Kematian,

6) Membantu pemerintah desa di bidang data administrasi

kependudukan.

f. Bidang Pembangunan

Dalam hasil observasi yang kami lakukan. Pmerintah desa

setempat tidak mencatat dan tidak membukukan bidang pembangunan apa

yang berkembang di desa Kedungbanteng sehingga sangat sulit untuk

mencari data yang valid. Tetapi dari hasil observasi secara langsung

pemerintah daerah telah mendirikan septitenk masal namun program

tersebut belum mencakup ke seluruh desa Kedungbanteng

.

g. Kesehatan

1) sarana yankes

a) Puskesmas Non Perawatan : 1

b) Pustu : 1

c) PKD : 13

d) Posyandu : 84

keegiatan yang telah di laksamnakan di desa Kedungbanteng adalah :

i. Penimbangan Balita

ii. Pemberian Makanan Tambahan

iii. Pemberian Vitamin A pada bulan Februari

iv. Pembinaan Keluarga Balita

v. Penyuluhan KB dan KIA

e) BP Swasta : 2

Page 13: Bab IV Fix Cagel

f) DPS/BPS : 3/3

g) Kendaraan roda 4(Pusling) : 1

h) Kendaraan roda 2 : 4

3. Data Observasi dan Kuesioner

Data Survei Desa Kedungbanteng

Observasi Masalah (yang dr tintin)

Prioritas Masalah

No.Daftar Masalah

Kriteria Dan Bobot Maksimum

Jumlah Skor

Prioritas

Besar Kegawatan

Biaya Kemudahan

masalah

Bobot Reta-rata 8 6 5 61 pencahay

aankurang 6x8 = 48

2x6=12 3x5=15 4x6=24 99 8

2 Tempat pembuangan sampah

6x8=48 5x6=30 5x5=25 6x6=36 139 4

3 Kandang ternak

7x8=56 6x6=36 4x5=20 5x6=30 142 3

4 Merokok 8x8=64 6x6=36 2x5=10 6x6=36 146 25 Sampah

dibakar8x8=64 6x6=36 5x5=25 6x6=36 161 1

6 Kandang menempel rumah

5x8=40 6x6=36 4x5=20 5x6=30 126 5

7 Tidak berolahraga

4x8=32 2x6=12 1x5=5 2x6=12 61 15

8 Kadang-kadang konsumsi 4 sehat 5

5x8=40 4x6=24 4x5=20 4x6=24 108 6

Page 14: Bab IV Fix Cagel

sempurna9 Konsumsi

obat warung

3x8=24 3x6=18 2x5=10 3x6=18 70 14

10 Tidak mengubur barang bekas

5x8=40 6x6=36 2x5=10 2x6=12 98 9

11 Tidak menutup penampungan air

4x8=32 6x6=36 2x5=10 2x6=12 90 11

12 Tidak ada asuransi

3x8=24 5x6=30 2x5=10 1x6=6 70 13

13 Usia kehamilan pertama 19-22 thn

2x8=16 5x6=30 2x5=10 6x6=36 92 10

14 Tidak mengetahui TT

3x8=24 5x6=30 2x5=10 6x6=36 100 7

15 Diare 1x8=8 5x6=30 3x5=15 5x6=30 83 12

B. Pembahasan

1. Kegiatan Pokok Puskesmas Kedungbanteng

a. UpayaKesehatan

Puskesmas Kedungbanteng menyediakan layanan klinik untuk

kesehatan umum yang dilayani oleh dokter umum. Dokter umum di

puskesmas ini masih terbilang baru, sehingga belum mengikuti berbagai

kegiatan diluar puskesmas, seperti penyuluhan. Penyuluhan termasuk

program keluar yang digalangkan klinik kesehatan umum, baik untuk

masyarakat desa maupun anak sekolah. Kegiatan tersebut dilaksanakan

bersamaan dengan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, yaitu UKGMD

dan UKGS, untuk kesehatan umum di beri nama UKGM dan UKS.

Untuk pelaksanaan bersamaan dengan UKGMD dan UKGS. Penyuluhan

dilakukan oleh bidan, tetapi untuk hal pemeriksaan kesehatan tetap

dilaksanakan oleh dokter umum. Selain kegiatan keluar, dilaksanakan

juga kegiatan kedalam,yang merupakan tugas wajib dari upaya kesehatan

Page 15: Bab IV Fix Cagel

umum. Kegiatan ini dilayani oleh 1 dokter dan 1 perawat umum.

Beberapa fasilitas di puskesmas Kedungbanteng juga tersedia untuk

menunjang berbagai pengecekan kesehatan, seperti pengecekan gula

darah, asam urat, pemeriksaan TB yang dilakukan di laboratorium

puskesmas, selain itu juga terdapat apoteker yang bertugas dalam hal

meracik obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien. Pasien poli

umum dalam sehari bisa mencapai sekitar 60-70 pasien/harinya dengan

penyakit terbanyak yang diderita masyarakat adalah ISPA terutama pada

anak-anak. Didaerah Kecamatan Kedungbanteng ini sendiri belum

pernah dijumpai adanya KLB suatu penyakit tertentu.

Beberapa pelayanan kesehatan medik dasar dapat diberikan oleh

tenaga kesehatan di poli umum. Namun, jika terdapat penyakit yang tidak

bisa ditangani di poli ini, maka akan dilakukan sistem rujukan. Sistem

rujukan ini dapat memanfaatkan jaminan kesehatan yang di miliki oleh

pasien. Jika pasien menggunakan jamkesda maka pilihan rujukan dapat

ke RSUD. Dr. Margono Soekarjo dan RSUD. Banyumas. Adapun macam

penyakit yang sering dilakukan rujukan adalah Stroke, gondok,

parkinson, diabetes mellitus.

Tabel 4.2. Daftar 10 Penyakit Terbanyak di Kedungbanteng.

DIAGNOSIS

KASUS BERDASARKAN UMUR

Total0 - 5

TH

6 - 12

TH

13 - 20

TH

21 -

44

TH

45 -

59

TH

60

TH

ISPA 2276 911 713 1442 785 315 6442

DERMATITIS 421 276 282 532 268 119 1898

DIARE 989 267 112 240 122 34 1764

DYSPEPSIA   22 161 634 409 142 1368

HIPERTENSI       210 504 242 956

MYALGIA     11 330 200 65 595

ARTRITIS

REUMATHOID       152 175 52 379

OBS. FEBRIS 7 89 68 77 41 14 296

Page 16: Bab IV Fix Cagel

FARINGITIS

AKUT 6 66 54 39 24 2 191

KONJUNGTIVITIS 12 34 30 54 15 5 150

b. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

Poliklinik kesehatan gigi merupakan salah satu upaya

pengembangan yang terdapat di puskesmas Kedungbanteng. Tugas pokok

dari poliklinik gigi ini adalah untuk mengupayakan peningkatan derajat

kesehatan gigi masyarakat di wilayah kerja puskesmas Kedungbanteng.

Poliklinik gigi Kedungbanteng memiliki dua jenis program kerja, yaitu

program kerja kedalam dan program kerja keluar. Program interna adalah

program kerja yang dilaksanakan oleh poli kesehatan gigi di dalam gedung

puskesmas, sedangkan program kerja eksterna adalah program kerja yang

dilaksanakan diluar gedung puskesmas dan merupakan usaha kesehatan

masyarakat.

Program kerja kedalam pada poliklinik kesehatan merupakan kegiatan

pelayanan kesehatan gigi itu sendiri. Dilayani oleh 1 dokter gigi dan 1

perawat gigi. Pelayanan yang dapat dilakukan antara lain meliputi

pemeriksaan, pengobatan, tindakan, pembuatan gigi palsu, dan skaling.

Namun, karena peralatan dental di puskesmas yang masih terbilang

sederhana, sehingga jika dijumpai tindakan yang tidak dapat dilakukan,

maka akan dilakukan rujukan, untuk pasien Jamkesda, rujukan bisa ke

RSUD. Margono Soekarjo atau RSUD. Banyumas. Skaling yang dapat di

layani oleh poli gigi juga terbilang manual, karena belum menggunakan

alat skaler. Jumlah pasien gigi yang berobat rata-rata 6-11 orang, dengan

tindakan yang paling sering dilakukan adalah cabut gigi dan tambal.

Namun masih lebih banyak cabut gigi, hal ini dikarenakan banyak warga

yang datang ke dokter gigi dalam kondisi gigi sudah gangren, sehingga

harus dilakukan pencabutan. Selain kondisi gigi yang gangren, karies dan

Page 17: Bab IV Fix Cagel

penyakit periodontal juga banyak dijumpai pada masyarakat wilayah kerja

puskesmas Kedungbanteng.

Selain program kerja di dalam gedung puskesmas, juga terdapat

program kerja diluar gedung puskesmas. Program kerja ini terdiri dari dua

kegiatan, yaitu :

a. UKGMD

UKGMD atau Unit Kesehatan Gigi Masyarakat Desa adalah

kegiatan pelayanan kesehatan gigi masyarakat desa. Pelaksanaan

UKGMD ini bersamaan dengan dilaksanakannya pusling atau

puskesmas keliling. Interval pelaksanaannya sebulan sekali dan rute-

nya adalah keliling seluruh desa wilayah kerja puskesmas

Kedungbanteng, PKD dan Pustu (puskesmas Pembantu). Pada

kegiatan UKGMD hanya dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut saja,

jika ada tindakan yang harus dilakukan maka warga akan dirujuk ke

puskesmas Kedungbanteng. Selain pemeriksaan kesehatan gigi dan

mulut, dilaksanakan juga pemeriksaan kesehatan umum oleh dokter

puskesmas. Dilaksanakan juga penyuluhan, baik tentang kesehatan

gigi dan mulut dan kesehatan umum kepada masyarakat desa.

b. UKGS

UKGS atau Unit Kesehatan Gigi Sekolah adalah kegiatan

pelayanan kesehatan gigi yang dilaksanakan di sekolah-sekolah.

Bekerjasama dengan UKS, tenaga kesehatan puskesmas termasuk

dokter gigi secara berkala setiap tahun ajaran baru akan melakukan

pemeriksaan gigi dan penyuluhan kepada siswa sekolah, baik dari SD-

SMP. Selain dokter gigi, dokter umum juga ikut ambil bagian dalam

kegiatan ini, dan melakukan pemeriksaan kesehatan umum pada para

murid. Jika dalam pemeriksaan ditemui indikasi untuk dilakukan

tindakan, maka siswa akan dirujuk ke puskesmas Kedungbanteng.

Dalam melaksanakan program-programnya terdapat beberapa

kendala yang dihadapi oleh tenaga kesehatan gigi puskesmas

Kedungbanteng, diantaranya:

Page 18: Bab IV Fix Cagel

a. Ketika ditemui indikasi untuk dilakukannya tindakan ketika

pelaksanaan UKGMD atau UKGS, pasien harus dirujuk ke puskesmas

Kedungbanteng karena tenaga kesehatan tidak melakukan tindakan

diluar puskesmas, hal ini menjadi kendala karena pasien yang biasanya

dirujuk untuk datang ke puskesmas, tidak datang ke puskesmas

tersebut, mungkin karena jarak dan transportasi.

b. UKGS tidak boleh dilaksanakan kecuali atas ijin orang tua, hal ini jelas

menjadi kendala karena tanpa ijin atau persetujuan dari orang tua,

kegiatan UKGS ini tidak bisa dilaksanakan, hal ini tentu menghambat

penjaringan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan puskesmas

kepada siswa SD-SMP.

c. Masyarakat yang berdomisili di pelosok sulit mendapatkan akses ke

puskesmas, hal ini bisa disebabkan karena minimnya transportasi dan

jauhnya jarak antara tempat tinggal mereka dengan puskesmas

Kedungbanteng.

d. Kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan gigi di puskesmas, seperti

kursi gigi yang masih manual, mikromotor yang telah rusak jelas

menjadi penghambat, sehingga dalam memberikan pelayanan

kesehatan gigi kurang maksimal.

Dalam melakukan pembayaran tindakan kesehatan gigi, dapat

dipergunakan juga asuransi kesehatan, seperti Askes dan Jamkesmas. Dua

jenis asuransi kesehatan ini yang paling banyak dipergunakan oleh

masyarakat sekitar puskesmas Kedungbanteng. Di poli gigi puskesmas ini

terdapat dua teknis pembayaran, yaitu pembayaran tanpa askes dan dengan

askes. Jika pembayaran dilakukan dengan tanpa askes, pasien registrasi

kemudian diberi kwitansi sesuai tindakan yang akan dilakukan kemudian

dipergunakan tarif standar dari Dinas Kesehatan. Sedangkan jika

menggunakan Askes, pasien hanya membayar saat registrasi. Semua

tindakan dokter gigi di poli gigi pembayarannya menggunakan Askes dan

Jamkesmas, sedangkan untuk pembayaran dengan askeskin tidak untuk

semua tindakan.

Page 19: Bab IV Fix Cagel

Tabel 4.3. Data Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

KedungbantengTahun 2011

No NAMA DESA JENIS PELAYANAN GIGI DAN MULUT

Tumpatan

Gigi Tetap

Pencabuta

n Gigi

Tetap

Rasio

Tumpatan/Pencabut

an

1 KENITEN 5 11 4:09

2 KD.

BANTENG

8 22 3:09

3 KEBOCORAN 6 18 6:18

4 KR. SALAM

KDL

1 8 1:08

5 BEJI 3 17 2:13

6 KR. NANGKA 0 12 0:12

7 DAWUHAN

WTN

4 2 4:02

8 DAWUHAN

KLN

3 11 3:11

9 BASEH 2 11 1:08

10 KALI SALAK 2 4 2:04

11 WINDUJAYA 4 5 4:06

12 KALIKESUR 3 2 3:02

13 KUTALIMAN 2 6 2:06

14 MELUNG 0 3 0:03

  JUMLAH 43 132  

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

Berdasarkan program puskesmas maka disetiap puskesmas

biasanya diberi pendanaan yaitu dengan adanya dana BOK yang

digunakan untuk pendanaan seperti: pengkaderan, kunjungan persalinan,

posyandu, Imunisasi, bantuan transportasi, perbaikan gizi buruk, dll.

Kegiatan seperti ini biasanya dilakukan perbulan namun lebih tepatnya

Page 20: Bab IV Fix Cagel

biasa dilakukan secara insidental, biasanya juga para bidan desa ditemani

oleh petugas puskesmas untuk melakukan kegiatan-kegiatan itu seperti

contoh kecilnya yaitu penyuluhan. Namun sejauh ini diadakannya

kegiatan-kegiatan diatas untuk masyarakat hingga saat ini respon

masyarakat untuk kesehatan terutama bidang KIA sudah cukup tinggi. Di

puskesmas terutama untuk bagian KIA adanya pendataan warga yang

dilaporkan oleh para bidan desa yang terdapat disetiap desa ada di 14 desa,

hasil pendataan tadi maka pada akhirnya akan disetorkan pada dinas

kesehatan.

Sedangkan untuk asuransi yang berlaku di puskesmas

kedungbanteng yang berkaitan dengan KIA itu ada jamkesmas, jampersal,

dan asuransi lainnya sudah banyak digunakan masyarakat. Untuk

mekanisme pasien datang ke puskesmas biasanya diawali dengan: pasien

datang lalu daftar ke bagian pendaftaran (membayar registrasi, jika ingin

langsung membayar seprti biasa harga jika check-up bisa langsung juga

tidak perlu diakhir) lalu masuk ke poli KIA untuk diperiksa oleh petugas

kesehatan dan bidan lalu jika ada obat yang harus dibeli maka masuk ke

bagian apotik, jika pada saatn pemeriksaan dilakukan sebuah tindakan

maka pasien diharapkan membayar lagi sesuai biaya tindakan yang

dilakukan, lalu pasien sudah dapat pulang. Biasanya untuk tindakan

penambahan itu yang harus bayar kembali seperti tindakan :

a. Pasang susuk KB 25.000

b. Karcis pendaftaran 5.000

c. Tindakan lain 20.000

Untuk mekanisme rujukan itu biasanya melalui PKD (Pos

kesehatan Desa)/BPS (Bidan Praktek Swasta) biasanya melaporkan

adanya resiko harus dilakukannya tindakan yang tidak dapat dilakukan

jika di puskesmas, setelah itu langsung ke fasilitas nya seperti rumah sakit

rujukan daerah atau yang lainnya untuk dilakukan tindakan, sedang surat

rujukan didapat dari puskesmasnya.

Data yang masuk hingga saat ini sudah terjadi kematian 1 orang

bayi pada tahun 2012 di daerah Karangnangka dan 1 bayi pada tahun 2011

Page 21: Bab IV Fix Cagel

padahal tahun-tahun sebelumnya belum pernah terjadi kematian bayi

seperti sekarang.

a. Kesehatan Anak

Ada program-program yang dibuat oleh puskesmas untuk anak seperti:

i. penjaringan ke TK biasa dilakukan 1x / tahun

ii. Pemeriksaan ke sekolah ajaran baru 2x / tahun

iii. Manajemen terpadu balita sakit 2x/ tahun

iv. Manajemen terpadu bayi muda yaitu biasanya dilakukan

pemeriksaan pada bayi yang baru lahir 2x/tahun

v. Stimulasi Interpensi Deteksi Dini Tumbuh kembang

Kegiatan-kegiatan diatas biasanya dilakukan secara rutin,

karena respon dari masyarakat juga amat sangat positif. Kegiatan

diatas biasanya dilakukan dengan menggunakan pendanaan dai

anggaran dana kesehatan dari pusat, dan anggaran dana desa dan

biasanya ada dana tambahan dari masyarakat atau swadaya.

Untuk program KB biasanya dilakukan penyuluhan tingkat

Kecamatan 1 bulan sekali di Desa atau biasanya dilakukan kunjungan

Resti (Resiko tinggi) pada ibu yang beresiko tinggi baik untuk

kehamilannya maupun kelahirannya. Biasanya kegiatannya hanya

dilakukan pemantauan atau pemeriksaan namun jika sudah tidak dapat

ditangani bidan desa langsung dilakukan rujukan ke RS. Sejauh ini

kebanyakan yang Resti itu dikarenakan :

i. Jumlah anak lebih dari 5

ii. Umur yang terlalu muda/tua

iii. Jarak antar anak terlalu dekat, dll

Program KB biasanya diadakan penyuluhan atau pelayanan

pada hari Rabu alat kontrasepsinya pun berbeda-beda, lalu diadakan

juga safari semacam kunjungan untuk program KB namun

dilakukannya hanya pada momen tertentu (insidentil).

Page 22: Bab IV Fix Cagel

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Menurut survey yang kami dapatkan, upaya perbaikan gizi di desa

Kedungbanteng, yaitu :

a. Posyandu balita

Kegiatan posyandu balita di Desa Kedungbanteng

sudah terlaksana dengan baik. Warga Desa Kedungbanteng

cukup memanfaatkan kegiatan posyandu ini untuk

meningkatkan gizi balita di desa tersebut. Hanya saja untuk

intensitas dan frekuensinya belum didapatkan data yang valid,

tetapi dari survey yang kami dapatkan bahwa warga disana

sudah memanfaatkan kegiatan posyandu ini, dari kuisioner

membuktikan bahwa mereka sudah memfaatkan posyandu

untuk menimbang, dan mengimunisasi anak-anaknya ketika

balita. Warga disana juga mempunyai catatan kesehatan atau

kartu KMS (kartu menuju sehat), yang diberikan posyandu

untuk melihat hasil perkembangan kesehatan selama mengikuti

kegiatan posyandu, warga disana kebanyakan mengikuti

kegiatan posyandu untuk mengetahui perkembangan kesehatan

anak-anaknya.

b. Posyandu lansia

Dari hasil survey yang kami dapatkan, posyandu lansia

disana sudah terlaksana dan dimanfaatkan dengan baik. Hasil

kuisioner membuktikan, banyak warrga yang memanfaatkan

posyandu lansia untuk pengobatan dan memeriksakan

kesehatan mereka. Warga yang mengikuti kegiatan ini,

mempunyai catatan kesehatan atau kartu KMS (kartu menuju

sehat) untuk mengetahui perkembangan kesehatan mereka,

banyak warga yang datang ke ponsyandu lansia ini karena

anjuran dari desa, bukan karena kesadaran sendiri. Rata-rata

mereka datang hanya ketika mengeluh sakit saja, tetapi ketika

mereka tidak merasakan sakit atau tidak ada keluhan sakit

mereka tidak datang ke posyandu lansia.

Page 23: Bab IV Fix Cagel

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Kegitan pencegahan khusunya untuk penyakit menular sudah di

laksanakan oleh puskesmas salah satunya dengan program imunisasi.

imunisasi merupakan langkah yang tepat dalam pencegahan penyakit

terutama penyakit - penyakit yang berbahaya dan sifatnya fatal bagi

kesehatan manusia. Menurut hasil survey yang kita dapatkan dalam

pemberantasan penyakit menular belum ada program secara berkelanjutan

yang selalu di jalankan oleh pihak puskesmas. Padahal desa

Kedungbanteng memiliki potensi yang sangat besar sebagai tempat

bersarangnya agent penyakit menular melihat dari kesehatan lingkungan

yang masih rendah.

f. Upaya Pengobatan

Menurut survey yang kami dapatkan, upaya pengobatan di Desa

Kedungbanteng, yaitu Puskesmas Utama. Hasil data yang diperoleh, di

wilayah desa Kedungbanteng ini mempunyai puskesmas utama. Di

puskesmas utama ini sarana dan tenaga kesehatan cukup memadai untuk

pengobatan, seperti KIA-KB, balai pengobatan umum, balai pengobatan

gigi, apotek, gizi, promosi kesehatan, bidan desa dan puskesmas

pembantu. Dari hasil kuisioner yang kami dapatkan, banyak warga yang

belum memanfaatkan puskesmas utama secara maksimal, tetapi meraka

lebih memanfaatkan bidan desa dari pada datang ke puskesmas utama,

dikarenakan pelayanan di bidan desa lebih cepat dari pada pelayanan di

puskesmas utama yang harus menunggu antrian ketika akan berobat,

g. System pelaporan dan manajemen puskesma

Di era globalisasi ini dengan kemajuan teknologi di bidang

telekomunikasi dan informasi pemanfaatan sistem informasi manajemen

seharusnya dapat di optimalkan secara maksimal. Dalam pelaksanaan

sistem informasi manajemen di puskesmas Kedungbanteng banyak faktor

yang mempengaruhi sehingga belum terlaksana dengan baik. Baik faktor

Page 24: Bab IV Fix Cagel

dari sisi internal puskesmas maupun faktor dari eksternal puskesmas.

Sehingga pengembangan sistem informasi manajemen berbasis teknologi

informasi bukan sesuatu yang mudah untuk di laksakan oleh puskesmas

Kedungbanteng.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan sistem

informasi manajemen puskesmas, yaitu:

1. Manusia/staf puskesmas

Keterbatasan sumber daya manusia menjadi kendala

utama dalam menjalankan sistem informasi manajemen

puskesmas. Di puskesmas kedungbanteng hanya ada satu orang

yang dapat menggunakan program program untuk memasukan,

memproses dan menyajikan data untuk di jadikan sistem

informasi manajemen puskesmas. Berikut ini adalah data

tenaga kesehatan di puskesmas Kedungbanteng :

a. Dokter Umum : 1 orang

b. Dokter Gigi : 1 orang

c. Perawat Umum : 3 orang

d. Perawat Gigi : 1 orang

e. Bidan Puskesmas : 3 orang

f. Bidan Desa : 16 orang

g. Kesmas/Sanitasi : 2 orang

h. Adminkes : 5 orang

2. Teknologi

Modal untuk menjalankan sistem informasi kesehatan di

puskesmas Kedungbanteng sudah cukup baik. Di puskesmas

Kedungbanteng terdapat 2 unit pc computer dan 3 unit laptop.

2 unit pc terdapat di bagian farmasi dan 3 unit laptop dipegang

oleh kepala puskesmas, bagian promkes dan bagian yang

mengelola jamkesmas.

Di puskesmas Kedungbanteng dalam menjalankan sistem

informasi manajemen puskesmas masih menggunakan sistem

manual. Seluruh bentuk data yang masuk ke puskesmas

Page 25: Bab IV Fix Cagel

Kedungbanteng masih menggunakan tulisan. Tulisan tersebut

akan di kumpulakan menjadi satu kemudian akan di kumpulkan

ke salah satu staf puskesmas untuk di entry, di proses dan di

sajikan dalam bentuk data yang lebih mudah untuk di baca.

Dalam sistem informasi manajemen puskesmas dinas provinsi

meberikan kemudahan dengan memberikan program berupa

software excel sehingga dalam proses pengolahannya seluruh

puskesmas menyajikan dalam bentuk yang sama. Berikut ini

pelaporan yang sudah menggunakan software:

a. Laporan penyakit

b. Profil puskesmas

c. Imunisasi

d. KIA

e. Kesehatan anak

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data

kesehatan khususnya bagi dinas kesehatan kota. Sistem

Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas juga merupakan fondasi

dari data kesehatan. Sehingga diharapakan terciptanya sebuah

informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat

dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kesehatan.

Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan

perlu dicatat, dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan

adalah informasi tentang pelaksanaan progam dan

perkembangan masalah kesehatan masyarakat.

Pencatatan dan pelaporan sangat penting untuk di

laksanakan. Di puskesmas kedungbanteng sudah menjalankan

pencatatan dan pelaporan dengan berbagai mekanisme berbeda

untuk tiap bagiannya. Berikut ini merupakan mekanisme

pencatatan dan pelaporan yang ada di puskesmas

Kedungbanteng:

a. Mekanisme pencatatan pelaporan bagian administrasi dan

registrasi

Page 26: Bab IV Fix Cagel

Seluruh administrasi dan registrasi baik yang

menggunakan jaminan pelayananan kesehatan ataupun

umum dari tiap balai pengobatan mulai dari balai

pengobatan gigi. Umum, KIA-KIB, gizi, imunisasi, dan

rekam medis menggunakan sistem tertulis yang kemudian

di kumpulkan menjadi satu dan di proses menjadi suatu

data yang akan laporkan ke pada dinas kesehatan

kabupaten. Laporan jumlah pasien tersebut perminggunya

dari puskesmas dan 14 PKD akan di kirimkan ke dinas

kesehatan kabupaten melalui SMS. Sedangkan data berupa

lampiran laporan software excel akan di kirimkan satu

bulan sekali oleh puskesmas ke dinas kesehatan

kabupaten.

b. Mekanisme pencatatan dan pelaporan dana operasional

Pendanaan puskesmas di dapatkan sepenuhnya dari

pemerintah. Pemerintah mengeluarkan berupa dana

operasional puskesmas. Besar kecilnya dana sebanding

dengan berapa jumlah penghasilan puskesmas tiap tahun.

Penghasilan puskesmas di dapatkan dari biaya registrasi

kunjungan masyarakat ke puskesmas. Ada juga dana

bantuan BOK yang di berikan pemerintah tiap tahunnya

sebesar Rp 100.000.000. laporan dana operasioanal di

rekap secara pemasukan, pengeluaran dan penggunaan

oleh baguan keuangan puskesmas perbulannya. Sedangkan

laporan setiap penggunaan dana bantuan BOK di rekap di

bagian promkes. Kedua laporan dana operasional dan dan

bantuan BOK akan di pertanggung jawabkan LPJnya ke

dinas kesehatan kabupaten tiap bulannya.

Dana subsidi silang digunakan untuk biaya

keperluan yang tak terduga misalnya perbaikan sarana

prasarana. Mekanisme pengajuan dana tersebut adalah

ketika puskesmas mengajukan dana ke dinas kesehatan

Page 27: Bab IV Fix Cagel

kabupaten dana tersebut tidak langsung cair saat itu juga,

melainkan ketika puskesmas telah melaporkan

pengeluarannya. Dana tersebut dapat di gantikan terlebih

dahuli dengan dana bantuan BOK kemudian ketika dan

dari dinas kesehatan kabupaten sudah turun makan dana

BOK yang telah dipakain dapat di kembalikan.

c. Laporan pemasukan dan penggunaan obat (LPLPO)

Akan di laporkan tiap bulan sekali ataupun 3 bulan

sekali tergantung penggunaan obat tersebut. Pelaporan

tersebut di gunakan untuk memenuhi permintaan stok obat

di puskesmas.

2. Masalah Kesehatan Desa Kedungbanteng

a. Gambaran Lingkungan

1) Sumber air besih

Sumber air yang dipergunakan oleh warga desa

Kedungbanteng rata-rata berasal dari sumur, berdasarkan hasil

kuesioner yang telah dilaksanakan dapat diperoleh data sekitar 6,1

% menggunakan mata air desa, dan 74,5 % menggunakan sumur

pribadi sebagai sumber air mereka. Sedangkan untuk penduduk

yang menggunakan PDAM masih sangat jarang, hal ini dibuktikan

dengan hasil kuesioner sebanyak 5,1 %. dengan Hal ini

kemungkinan terjadi karena memang PDAM masih jarang ada

didaerah tersebut, sedangkan air tanah mudah didapatkan sehingga

banyak warga yang menggunakan sumur. Rata-rata air yang sudah

ditampung di bak warga dalam keadaan jernih karena daerah

kedungbanteng dekat dengan mata air gunung Slamet.

Air sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.

Perharinya manusia membutuhkan air setindaknya 30-60 liter. Air

tersebut digunakan untuk minum, mandi dan keperluan lainnya.

Penggunaan air juga perlu diperhatikan kebersihan dan kejernihan

air tersebut, karena jika air tersebut kotor, kemungkinan

Page 28: Bab IV Fix Cagel

mengandung bibit penyakit terlebih lagi jika jarak sumber

air/sumur dengan pembuangan kotoran manusia dekat. Syarat-

syarat air yang perlu diperhatikan adalah syarat fisik, bakteriologis

dan kimia (Notoamodjo,2003).

2) Kamar mandi atau jamban

Sebagian besar warga desa kedungbanteng telah memiliki

jamban kamar mandi dan jamban sendiri, berdasarkan survey yang

telah dilakukan, sebanyak 69,4 % sedangkan warga yang tidak

memiliki jamban dan kamar mandi sebanyak 30,6 % . Walaupun

warga telah memiliki jamban sendiri, pembuangan kotoran dari

jamban langsung ke kolam atau sungai.

Penampungan sumber air warga ditampung pada bak atau

penampungan air sebanyak 51,0 %, dengan frekuensi sebanyak

22,4 % menguras seminggu sekali, 15,3 % menguras dua minggu

sekali, 8,2 % menguras tiga minggu sekali, 9,2 % tidak menguras

sama sekali dan 40,8 % menguras sesuai dengan kebutuhan.

Responden masih kurang sadar dengan kebersihan lingkungannya,

mereka memang memiliki jamban sendiri namun saluran

pembuangannya menuju ke kolam atau sungai sehingga dapat

mencemari air di desa tersebut.

3) Pengolahan sampah

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan didapatkan hasil

bahwa sebanyak 83,7 % membuang sampahnya ke pekarangan

kemudian membakarnya. Sangat jarang warga yang

mengumpulkan sampahnya lalu dibuang ke TPA atau didaur ulang.

Pengolahan sampah yang seperti ini dapat berpotensi timbulnya

pencemaran lingkungan, seperti asap hasil pembakaran sampah

ataupun jika sampah menumpuk dipekarangan dan tidak dibakar

dapat menimbulkan bau yang tidak sedap disekitar lingkungan

desa. Selain itu, sampah yang tidak diolah dapat menjadi tempat

perkembangbiakan agent penyebab penyakit dan dapat

Page 29: Bab IV Fix Cagel

menyebabkan kerugian kesehatan penduduk sekitar tempat

pembuangan sampah.

Proses pembakaran sampah walaupun skalanya kecil sangat

berperan dalam menambah jumlah zat pencemar di udara terutama

debu dan hidrokarbon. Zat atau gas polutan ini, tidak hanya

berbahaya bagi lingkungan tetapi juga berbahaya langsung

terhadap manusia.Polutan yang dihasilkan akibat pembakaran

sampah dapat menyebabkan gangguan kesehatan, pemicu kanker

(karsinogenik).

Sebagai gambaran pembakaran 1 ton sampah akan

menghasilkan 30 kg gas CO, gas tersebut jika dihirup akan

berikatan sangat kuat dengan haemoglobin darah sehingga dapat

menyebabkan tubuh orang yang menghirup akan kekurangan O2

dan menimbulkan kematian. Pembakaran Sampah organik yang

masih agak basah seperti daun, ranting, batang, sisa sayuran atau

buah jika dibakar tidak akan semua terbakar dan akan

menghasilkan partikel-partikel padat yang dapat beterbangan yang

mengandung senyawa hidrokarbon berbahaya.

Dari hasil penelitian dalam beberapa tahun terakhir ini

dikatakan bahwa pembakaran sampah rumah tangga pada kondisi

pembakaran dan suhu yang rendah dapat menimbulkan gas racun

dioksin. Dioksin merupakan bahan kimia beracun yang bersifat ada

terus menerus, terakumulasi secara biologi dan tersebar di dalam

lingkungan dalam konsentrasi yang rendah dan efek samping nya

terhadap manusia adalah perubahan hormone, perubahan

pertumbuhan janin, menurunkan kapasitas reproduksi. Dioksin

juga termasuk bahan yang bersifat carcinogen yang bisa

meningkatkan resiko terkena kanker terhadap manusia.

Pembakaran sampah di dalam udara terbuka juga

menimbulkan kabut asap yang tebal yang mengandung bahan

lainnya seperti partikel debu yang kecil-kecil yang biasa disebut

particulate matter (PM). Dan jika particular matter ini

Page 30: Bab IV Fix Cagel

terkontaminasi dengan udara di lingkungan desa sehingga bisa

masuk ke dalam paru-paru masyarakat lingkungan tersebut dan

bisa mengakibatkan sakit gangguan pernafasan (asma dan radang

paru-paru), infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), radang selaput

lender mata, alergi, iritasi mata dll.

Di desa Kedungbanteng ini masyarakat banyak melakukan

pembakaran sampah dikarenakan beberapa faktor;

1. Lahan perkebunan yang luas sehingga banyak

masyarakat yang menaruh sampah dan

menumpukannya di perkebunan tersebut

2. Tidak ada nya petugas kebersihan yang selalu

mengangkut timbunan sampah setiap harinya bahkan

setiap minggu

3. Mudahnya pembakaran sampah karena dianggap dapat

menghilangkan sampah secepatnya tanpa memikirkan

dampak panjangnya.

4) Luas ventilasi

Berdasarkan data kuesinoner sebanyak 45,9 % ventilasi

warga sebesar 5-9% luas lantai, 13,3 % ventilasi sebesar < 5% luas

lantai, 13,3 % sebesar 3% luas lantai, dan sekitar 22,5 % sebanyak

<3% luas lantai. Dari data tersebut dapat diketauhi bahwa masih

banyak warga yang memiliki ventilasi kurang memadai yaitu

sekitar % dari luas lantai seluruhnya. Hal ini menandakan warga

masih belum peduli terhadap ventilasi rumah. Ventilasi rumah

yang kurang dapat menyebabkan keadaan rumah tersebut menjadi

lembab dan menjadi tempat pertumbuhan bakteri, selain itu

pertukaran okrigen dan karbondioksida juga akan berkurang.

kelembaban rumah memiliki hubungan yang bermakna dengan

kejadian TB paru. Hal tersebut dapat dipahami karena kelembaban

rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan menjadi media

yang baik bagi pertumbuhan berbagai mirkoorganisme seperti

Page 31: Bab IV Fix Cagel

bakteri, sporoket, ricketsia, virus dan mikroorganisme yang dapat

masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara dan dapat

menyebabkan terjadinya infeksi pernafasan pada penghuninya.

Kuman tuberkulosis dapat hidup baik pada lingkungan yang

lembab. Selain itu karena air membentuk lebih dari 80% volume

sel bakteri dan merupakan hal yang essensial untuk pertumbuhan

dan kelangsungan hidup sel bakteri, maka kuman TB dapat

bertahan hidup pada tempat sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar

matahari sampai bertahun-tahun lamanya. (Lumban, Tonny. 2009)

5) Jarak septitank

Warga desa Kedungbanteng sebagian besar belum memiliki

septitank, mereka masih membuang kotoran di kolam atau sungai,

sebanyak 33,0 % warga berdasarkan kuesioner masih membuang

kotoran ke kolam atau sungai, mereka memang memiliki jamban,

namun salurannya menuju kolam atau sungai, adapula penduduk

yang buang air besar kekolam atau ke sungai tanpa memiliki

jamban dirumahnya. Penduduk yang memiliki septitenk masih

sangat sedikit. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat

akan pembuangan kotoran masih kurang.

Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja, jelas akan

mempercepat tejadinya penyebaran penyakit-penyakit yang

ditularkan melalui tinja. Karena kotoran manusia (faeces) adalah

sumber penyebaran penyakit yang multi kompleks. penyakit yang

bersumber pada faeces yang biasa di derita oleh masyarakat adalah

diare. Menurut survey masyarakat yang terkena penyakit diare

cukup tinggi

6) Letak kandang dan frekuensi pembersihan kandang

Berdasarkan kuesioner sebanyak 78,6% memiliki ternak

dengan jarak kandang ternak 58,0% menempel pada rumah, 1,4%

Page 32: Bab IV Fix Cagel

didalam rumah, 24,6% terletak 3 meter dari rumah, 10,1% terletak

5 meter dari rumah, dan 5,8% terletak 10 meter dari rumah. Jarak

letak kandang perlu diperhatikan, karena kandang yang dekat

dengan rumah dapat mempercepat transmisi penyakit.

Frekuensi pembersihan kandang yang dilakukan oleh warga

bedasarkan kuesioner yang dilakukan sebanyak 36,2% dilakukan

setiap hari, 17,4% dua hari sekali, 8,7% tiga hari sekali, 24,6%

seminggu sekali, dan 2,9% sebulan sekali. Dari data tersebut dapat

diketahui bahwa banyak warga yang membersihkan kandang

ternaknya setiap hari. Pembersihan kandang ini harus dilakukan

setiap hari, karena jika tidak kotoran hewan dapat menumpuk dan

menjadi tempat perkembangbiakan agent penyakit. Selain itu

masalah bau yang di timbulkan oleh kotoran hewan ternak dapat

menggangu warga dan dapat menurunkan kesehatan lingkungan

sekitar. Kotoran yang tidak segera di bersihkan juga dapat di

hinggapi oleh serangga serangga yang memperantari penyakit ke

manusia.

7) Genangan air

Genangan air jarang ditemukan pada desa kedung banteng

ini, sebanyak 82,7% lingkungan rumah warga tidak ditemukan

genangan air, sisanya 17,3 % terdapat genangan air. Genangan air

ini merupakan tempat yang cocok untuk perkembangbiakan

nyamuk, dengan tidak adanya genangan air, potensi warga untuk

terkena penyakit yang di transmisikan oleh nyamuk akan menurun.

Perlu adanya sosialisasi oleh dinas kesehatan setempat mengenai

masalah yang akan timbul akibat genangan air. Selain itu dinas

setempat juga memsosialisasikan akan pentingnya kegiatan 3M

(Mmenguras, mengubur, membuang)

Page 33: Bab IV Fix Cagel

8) Pencahayaan

Penduduk desa Kedungbanteng berdasarkan kuesioner

responden dapat diketahui bahwa sebanyak 38,8 % warga memiliki

pencahayaan yang cukup, sedangkan sebanyak 61,2 %

pencahayaan didalam rumah yang buruk. Pencahayaan yang cukup

sangat penting untuk kesehatan rumah warga, karena sinar

ultraviolet (UV) sinar matahari dapat membunuh bakteri yang

terdapat di dalam rumah, jika pencahayaan kurang, rumah menjadi

lembab dan bakteri mudah untuk berkembang biak. Pencahayaan

sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit TB.

9) Lantai kedap air

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dirumah responden

sebanyak 79.6 % memiliki lantai yang kedap air, dan 20,4 %

dengan lantai yang tidak kedap air. Dari hasil tersebut diketahui

bahwa warga rata-rata telah sadar akan kebersihan lantai

rumahnya. Lantai yang tidak kedap air sulit dibersihkan dan

menjadi tempat perkembangbiakan mikroorganisme patogen yang

dapat menyebabkan penyakit.

b. Perilaku

iii. Kebiasaan Mandi

Dari hasil pengisian kuesioner persentasi yang didapat dari

masyarakat Desa Kedungbanteng yaitu 3 kali sehari 17,3 %

responden dengan alasan faktor cuaca dan aktivitas. mandi

sebanyak 2 kali sehari sebanyak 79,6 %, untuk mandi sehari sekali

dan seminggu sekali tidak ditemukan pada masyarakat. Untuk

penggunaan sabun mandi, 100% responden sudah menggunakan

sabun mandi. Sesuai data tersebut dapat disimpulkan bahwa

masyarakat sudah memiliki kesadaran diri terhadap kebersihan

tubuh dengan cara mandi secara rutin dan menggunakan sabun

Page 34: Bab IV Fix Cagel

mandi. Dengan menerapkan perilaku mandi secara rutin, dapat

meminimalisir resiko terkena penyakit kulit.

iv. Kebiasaan Gosok Gigi

Persentase yang didapat dari hasil kuesioner yang

menggosok gigi 3 kali sehari 21,4 %, menggosok gigi 2 kali sehari

sebanyak 70,4 % biasanya sesuai dengan waktu mandi¸ untuk

gosok gigi sehari sekali 4,1 % dan ada pula yang tidak menggosok

gigi sebanyak 2,0 %. Di Desa Kedungbanteng kesadaran dalam

menggosok gigi cukup tinggi karena dibuktikan dari hasil

presentasi.

v. Kebiasaan Mencuci

Presentasi responden untuk mencuci pakaian sebesar 75,5

% di rumah, dan 5,1 % mencuci di pancuran, dan mencuci di

tempat lain sebanyak 19,4 %. Dari hasil tersebut dapat dibuktikan

bahwa sudah cukup mengerti akan kebersihan alat-alat rumah

tangga.

vi. Kebiasaan Menggunakan Alas Kaki

Hampir seluruh masyarakat Desa Kedungbanteng

menggunakan Alas kaki dengan presentase 83,7 %, namun masih

ada yang belum menggunakan alas kaki sebanyak 16,3 %. Dapat

disimpulkan bahwa hampir seluruh masyarakat mengerti akan

kebersihan diri, selain itu dengan pemakaian alas kaki masyarakat

dapat terhindar dari penyakit kulit dan cacingan.

vii. Kebiasaan Tidur

Dari hasil survey, ditemukan sebanyak 35,7 % tidur selama

8 jam, 45,9 % tidur selama < 8 jam, 11,2 % tidur > 8 jam. dan

presentase tidur di tempat tidur sebanyak 91,8 %, dan tidur di

depan TV sebanyak 4,1 %. Dapat disimpulkan bahwa beberapa

responden sudah mengerti akan kesehatan dan pola hidup teratur.

Page 35: Bab IV Fix Cagel

viii. Kebiasaan Merokok

Hasil kuesioner mambuktikan bahwa hampir seluruh KK

merokok, dibuktikan dengan hasil presentase sebanyak 85,7 %.

dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Kedungbanteng belum

cukup mengerti akan akibat yang ditimbulkan dari merokok,

padahal mereka

ix. Kebiasaan Olahraga

Dari hasil pengamatan, didapat hasil bahwa responden yang

melakukan olahraga setiap hari sebanyak 16,3 %, satu minggu 2

kali sebanyak 3,1 %, dan satu minggu sebanyak 3 kali sebanyak

4,1 %, dan responden yang sama sekali tidak melakukan olahraga

sebanyak 51,0 %.

Alasan masyarakat tidak berolah raga di karenakan tidak

sempat nya mereka untuk berolahraga sebab menurut beberapa

masyarakat, yang kami wawancarai alasan utama mereka tidak

berolahraga karena malas dan tidak sempat nya berolahraga karena

sibuknya kegiatan sehari-hari yang berat sudah seperti berolahraga.

Sebagian besar yang bermata pencaharian buruh ini tidak pernah

membiasakan untuk berolahraga, karena berat dan padat nya

pekerjaan sehari-hari yang tidak menyempatkan mereka untuk

melakukan olahraga.

Kurang nya pengetahuan tentang penting nya olahraga ini

yang membuat mereka tidak pernah menyempatkan untuk

berolahraga. Dan mereka berpendapat tetap akan sehat-sehat aja

apabila tidak berolahraga dan hal ini yang sudah menjadi kebiasaan

sehari-hari sehingga mereka sudah terbiasa untuk tidak

berolahraga. Oleh sebab itu masyarakat penting sekali diberi

pengetahuan tentang penting nya olahraga bagi kesehatan agar

masyarakat sadar bahwa penting nya olahraga dapat mencegah

beberapa penyakit yang banyak di alami oleh masyarakat semperti

salah satu contohnya adalah sering nya beberapa warga yang

merasa pegal-pega, sedangkan dengan olahraga hal itu tidak akan

Page 36: Bab IV Fix Cagel

terjadi karena pegal- pegal ini justru di karenakan kurangnya

pelenturan dan pemanasan. Namun hal ini yang banyak kurang di

ketahui tentang penting nya olahraga bagi kesehatan warga.

x. Kebiasaan mencuci tangan

Dari data survey yang didapat, sebanyak 83,7 % responden

melakukan cuci tangan sebelum makan, dan 2,0 % tidak mencuci

tangan sebelum makan. Data ini menunjukkan bahwa masyarakat

desa Kedungbanteng memiliki kesadaran yang tinggi akan

kebersihan tangan karena tangan adalah organ tubuh yang cukup

sering berinteraksi dengan mulut.

xi. Kebiasaan Ketika Sakit

Responden yang meminum obat ketika sakit sebanyak 76,5

%, yang kadang-kadang meminum obat sebanyak 16,3 %, dan

yang tidak meminum obat sebanyak 7,1%. Responden yang

membeli obat di warung sebanyak 42,1 %, membeli di apotek

sebanyak 22,3 %, membeli obat ke dokter sebanyak 11,6 %.

Responden yang tidak mengkonsumsi obat beranggapan bahwa

hanya dengan istirahat saja sudah cukup untuk memulihkan kondisi

tubuhnya.

xii. Kebiasaan melakukan 3M

Untuk kebiasaan menutup barang-barang bekas di Desa

Kedungbanteng memang bekum terlaksana, hal ini terlihat dari

perhitungan prioritas masalah bahwa tidak mengubur barang-

barang bekas menjadi prioritas utama ke 9 dengan skor 98.

Jika kita telaah memang di Desa Kedungbanteng kurang

tersedianya sebuah TPA sehingga mereka lebih sering membakar

sampah atau barang-barang bekas. Hal ini yang mendasari menjadi

kebiasaan dan tidak membiasakan mengubur barang-barang bekas.

xiii. KEP (Kekurangan Energi dan Protein)

Selama observasi tidak ditemukannya tanda dan gejala dari

anak yang mengalami kekurangan protein dan energi. Dapat

dibuktikan sebanyak 75,5 % responden tidak memiliki anak

Page 37: Bab IV Fix Cagel

dengan gejala tersebut, ini berarti warga desa kedungbanteng telah

memahami pentingnya memenuhi gizi pada anak dengan cara

mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.

xiv. Merokok

Persentase jumlah sampel yang merokok adalah 85,7%.

Dilihat dari tingginya persentase, maka rokok merupakan prioritas

permasalahan kedua yang ada di Desa Kedungbanteng. Merokok

sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di

masyaraka. Kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang

diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk.

Bila ditelaah, responden yang merokok mengaku tidak bisa

menghentikan kebiasaannya tersebut. Disamping itu faktor

pekerjaan yang berat membuat mereka menjadi sangat tergantung

dengan rokok. Hal ini wajar, karena rata-rata pekerjaan responden

adalah sebagai petani dan buruh. Mereka membutuhkan rokok

untuk doping agar tubuh dan pikiran mereka segar dan tidak

mengantuk.

Kurangnya kesadaran untuk tidak merokok dapat juga

dipengaruhi karena ketidaktahuan responden tentang bahaya

merokok. Dukungan dari orang-orang terdekat sangat penting agar

perokok menghentikan kebiasaannya tersebut. Sayangnya, orang-

orang terdekatnya pun juga belum menyadari sepenuhnya bahaya

dari merokok.

Apabila kebiasaan merokok tidak segera di hentikan akan

menimbulkan efek yang berbahaya untuk kesehatan dirinya dan

orang di sekitarnya. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000

zat kimia beracun dan 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi

tubuh. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari 85% gas dan 15%

sisanya adalah partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen

oksida, hidrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid,

urethan, benzen, methanol, kumarin, 4-etilkatekol, ortokresol dan

Page 38: Bab IV Fix Cagel

perylene adalah sebagian contoh zat kimia yang ada di dalam

rokok.

Pemerintah sudah menghimbau bahaya merokok dengan

mencantumkan peringatan “rokok dapat menyebabkan kanker,

serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin”

tetapi hal ini belum diindahkan oleh masyarakat. Jika digalakkan

terus menerus, sosialisasi tentang bahaya merokok adalah hal

sederhana yang dapat berefek besar. Untuk langkah awal jika ingin

berhenti merokok, sebaiknya masyarakat mengganti rokok dengan

mengkonsumsi permen atau permen karet. Tetapi jika memang

masyarakat benar-benar tidak bisa menghentikan kebiasaan

buruknya tersebut, alangkah baiknya jika merokok tidak di dalam

rumah atau di areal sekitar rumah yang padat penduduknya. Hal ini

harus dilakukan supaya jumlah perokok pasif dapat ditekan

sehingga morbiditas karena asap rokok berkurang.

xv. Kebiasaan Meludah Sembarangan

Berdasarkan hasil observasi sebanyak 94,9 % responden

tidak meludah sembarangan. Ini menunjukkan masyarakat telah

memahami arti kebersihan, sedangkan masih ada beberapa yang

meludah sembarangan sebanyak 5,1 %. Kebiasaan meludah

sembarangan mengganggu kesehatan lingkungan dan juga

mengganggu estetis.

xvi. Kuku tidak panjang

Berdasarkan data observasi sebanyak 62,8 % responden

berkuku pendek, walaupun masih ada beberapa yang berkuku

panjang 37,8 %, ini berarti sebagian besar responden merawat dan

menyadari kebersihan dirinya. Kuku panjang dapat melukai diri

sendiri dan dapat menyebabkan penyakit diare karena kuman-

kuman akan berkumpul pada bagian dalam kuku yang panjang.

Page 39: Bab IV Fix Cagel

2. Pelayanan Kesehatan

b. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dalam

pengukuran tingkat kesehatan di suatu daerah. Dengan kata lain

semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan

maka jumlah orang yang mengerti akan pentingnya kesehatan semakin

meningkat. Seperti di Desa Kedungbanteng, hasil survey membuktikan

masyarakat desa ini mendatangi tempat pelayanan kesehatan seperti

puskesmas (41,8%), bidan (27,6%), dokter/dokter gigi (25,5%), dan

lain-lain (5,1%). Adapun hasil persentasi mengenai sejumlah orang

yang lebih mempercayai berobat ke puskesmas sesuai hasil persentasi

sebanyak 41,8%. Selain itu masyarakat beralasan datang ke pelayanan

kesehatan tersebut karena faktor kepercayaan dengan persentase

tertinggi (27,6%) dan tenaga kesehatan melayani dengan ramah

(87,8%). Selain sejumlah pelayanan kesehatan yang disediakan,

beberapa penyuluhan pernah dilakukan di Desa Kedungbanteng seperti

penyuluhan mengenai Kesehatan Ibu Anak (KIA), Keluarga Berencana

(KB), kesehatan umum, dan lain-lain. Menurut hasil survey

pengadaan penyuluhan ini diadakan sebayak satu bulan sekali dengan

persentase tertinggi (62,0%)

c. Puskesmas Kedungbanteng sebagai tempat pelayanan kesehatan di

tingkat kecamatan Desa Kedungbanteng ini letaknya tidak jauh dari

pusat desa yaitu sekitar 1-3km dari tiap KADUS. Biasanya mereka

memanfaatkan Puskesmas sebagai jasa pengobatan (88,2%).

Kebanyakan responden (51,5%) menyatakan tarif di Puskesmas

termasuk murah yaitu Rp 5000,00. Di Puskesmas ini juga menerima

pengguna asurasi kesehatan seperti askes, jamkesmas, dan JPKM.

Namun sangat disayangkan hanya sebesar 43,9% masyarakat

menggunakan asurasi kesehatan, dengan hasil survey pengguna askes

(27,9%), dan jamkesmas (58,1%), dan lain-lain (14,0%).

d. Program kesehatan Keluarga Berencana di Desa Kedungbanteng sudah

banyak diterapkan oleh beberapa responden sebanyak 90,8%. Dari

beberapa pemakai sebanyak 42,7% mengeluhkan efek samping dari

Page 40: Bab IV Fix Cagel

alat kontrasepsi seperti menstruasi yang tidak lancar, dan penambahan

berat badan. Sehingga jumlah anak dari tiap responden bervariasi,

untuk yang memiliki kurang dari 3 anak 48,0% KK, berjumlah 3-5

anak 39,8% KK, dan yang memiliki anak lebih dari 5 anak 7,1% KK.

e. Dalam pemeliharaan kesehatan ibu hamil, diterapkan standar minimal

dan maksimal usia ibu hamil yang bertujuan melindungi janin dan

kondisi ibu. Di Desa Kedungbanteng sebagian besar kehamilan

pertama di usia 19-22 tahun (39,8%), 22 tahun (17,3%), dan 25 tahun

(17,3%). Namun masih ada beberapa responden yang hamil di usia

muda yaitu pada usia 15-18 tahun (7,1%), dan lain-lain (18,4%). Pada

kehamilan terakhir sebanyak 35,7% melahirkan di usia 30-35 tahun,

35-40 tahun (20,2%), kurang dari 30 tahun (34,5%), usia 45 tahun

(2,4%) dan lebih dari 40 tahun (4,8%). Dapat disimpulkan sebagian

besar kehamilan pertama ibu hamil di usia 19-22 tahun dan kehamilan

terakhir di usia 30-35 tahun.

f. Hampir seluruh ibu hamil di Desa Kedungbanteng sudah mengerti

akan kesehatan tubuh mereka dan calon bayinya. Sesuai dengan hasil

survey 20,4% memeriksakan kandungan sebanyak 5 kali, dan lebih

dari 5 kali (62,2%). Kebanyakan dari mereka memeriksakan kehamilan

di bidan (78,6%), karena faktor kepercayaan dan edukasi mengenai

seputar kehamilan, sedangkan yang memeriksakan ke puskesmas

(12,2%) dan dokter (6,1%). Sudah banyak ibu hamil yang

mengkonsumsi tablet besi untuk penambah darah, yaitu sekitar 93,9%.

Ibu hamil yang mengetahui pentingnya imunisasi hanya sebanyak

75,5%, dan sisanya belum mengetahui. Namun hanya sebanyak 46,9%

yang mengetahui imunisasi TT (tetanus toxoid). Beberapa ibu hamil

mengalami komplikasi sebanyak 26,5% dan sisanya 73,5% tidak

mengalami komplikasi saat kehamilan. Walaupun begitu hampir

seluruh ibu hamil menggunakan jasa bidan saat persalinan dengan

jumlah 57,1%, sedangkan yang lainnya dukun bayi (26,5%), dan

rumah sakit (13,3%).

Page 41: Bab IV Fix Cagel

g. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu kegiatan

kesehatan sosial yang melibatkan partispasi masyarakat dalam upaya

pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk

masyarakat yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah

mendapat pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai

pelayanan kesehatan dasar. Posyandu sudah sering diadakan di Desa

Kedungbanteng ini, dan sudah banyak masyarakatnya memanfaatkan

pelayanan yang diberikan seperti menimbang berat badan (77,2%),

imunisasi (20,7%), dan sisanya tidak mendatangi posyandu (6,1%).

Dari sejumlah anak yang mendapat imunisasi secara lengkap (94,9%)

dan sisanya hanya sebagian.

h. Posyandu juga tersedia untuk para lansia yang dinamakan Posyandu

lansia khusus orang lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas. Namun

hanya sekitar 68,4% masyarakat Desa Kedungbanteng mengetahui dan

memanfaatkan pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia. Beberapa

alasan yang dikemukakan para lansia ini yaitu lokasi yang sulit

dijangkau karena kondisi tubuh mereka, kurangnya pelayanan

kesehatan, dan beberapa lansia tidak begitu memahami pentingnya

keikutsertaan mereka di posyandu lansia. Adapun sejumlah fasilitas

yang dimanfaatkan oleh lansia yang mengunjungi posyandu tersebut,

yaitu pengobatan (32,1%), pemeriksaan kesehatan (64,3%), dan lain-

lain (3,6%).

1. Genetik

Berdasarkan hasil pengamatan pada masyarakat di Desa

Kedungbanteng menggunakan metode kuesioner dan wawancara,

maka beberapa ulasan data mengenai penyakit yang berkembang di

daerah tersebut antara lain :

1) Penyakit Genetik

Penyakit keturunan adalah penyakit akibat

keabnormalan genetik yang diturunkan oleh orang tuanya.

Penyakit menurun merupakan penyakit yang tidak

Page 42: Bab IV Fix Cagel

menular, tidak dapat disembuhkan dan akan diwariskan

pada keturunannya. Hasil pada masyarakat

Kedungbanteng sejumlah 18,4% sedangkan yang tidak

memiliki penyakit genetik sebanyak 81,6%. Penyakit

genetik juga dapat disebabkan orangtua yang hanya

bertindak sebagai pembawa sifat (carrier) saja dan

penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh lingkungan

dan gaya hidupnya. Penyakit keturunan/ diwariskan ini

dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

i. Penyakit keturunan/ kelainan muncul semenjak lahir yang

semata-mata karena faktor genetis. Kelaianan cacat yang

disebabkan oleh faktor genetis, menimbulkan gangguan

fungsional dan memerlukan tindakan rehabilitasi. Patokan

bagi kelainan cacat bawaan adalah: bila terdapat cacat

bawaan multipel, berat badan lahir rendah, keterlambatan

pertumbuhan dalam kandungan, kepala kecil (mikrosefal),

kelainan rajah tangan, dan retardasi mental.

ii. Penyakit keturunan/ Kelainan yang muncul dapat setelah

dewasa yang dipengaruhi oleh faktor genetis didukung

oleh faktor lingkungan.

Faktor genetik atau faktor yang menyebabkan cacat pada

keturunan digolongkan menjadi 2, yaitu:

i. Gangguan kromosom. Kelainan ini merupakan mutasi

spontan.

ii. Gangguan gen tunggal (yang diwariskan secara hukum

mendel), menunjukkan pada tiga pola; penurunan secara

autosomal dominan dan resesif (kelainannya pada autosom

bukan pada kromosom penanda kelamin)

(www.infokedokteran.com).

Masyarakat Desa Kedungbanteng sebanyak 38,9% penyakit

genetika diturunkan dari keluarga suami, sedangkan 61,1% diturunkan

oleh keluarga istri, dan 22,2% diantaranya mengakibatkan kematian.

Page 43: Bab IV Fix Cagel

2) Penyakit Kronis

Menurut Adelman & Daly (2001) penyakit kronis adalah penyakit

yang membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak terjadi secara spontan,

dan biasanya tidak dapat disembuhkan dengan sempurna. Untuk

persentase penderita penyakit berat atau kronis yang berada di Desa

Kedungbanteng sebanyak 19,4% sedangkan yang tidak memiliki penyakit

kronis atau sehat 80,6%.

Penyakit kronis terbanyak yang diderita oleh masyarakat di Desa

Kedungbanteng antara lain:

i. Hipertensi

Hipertensi atau lebih dikenal masyarakat awam sebagai

penyakit darah tinggi adalah keadaan dimana tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari

90 mmHg (Wilson, 1995). Normalnya tekanan darah manusia

adalah 120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat

jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung

mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung

mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi

mengempis kosong/relaksasi). Hipertensi dapat dibedakan

menjadi 2 jenis, yaitu:

a) Hipertensi primer

Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor

tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai

faktor yang saling berkaitan.

b) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer

yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan

obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain.

Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari

faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.

Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik,

Page 44: Bab IV Fix Cagel

umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi

meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006).

Hipertensi memiliki gejala seperti kacau/bingung, pandangan

kabur, sianosis, pusing, kelelahan, edema pada pergelangan kaki atau

paha, kulit dan bibir kebiru-biruan, telinga mendengung, mual dan

muntah, susah bernafas. Faktor dan kondisi yang dapat meningkatkan

resiko, antara lain jenis kelamin, keturunan, kegemukan dan umur

(Sherwood, 2001).

Penyakit hipertensi patut mendapat perhatian khusus. Kebanyakan

penderita hipertensi tidak menyadari jika dirinya terkena hipertensi karena

ciri-ciri penyakit ini hamper mirip dengan orang yang kelelahan.

Disamping itu kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi

mengakibatkan tingginya angka penyakit tersebut.

Jumlah penderita hipertensi di Desa Kedungbanteng ada sebanyak

7,1% dari responden pernah atau memiliki penyakit hipertensi dan

dikeluarganya yang memiliki atau pernah mengalami penyakit hipertensi

sebanyak 42,1%. Kebanyakan penderita hipertensi adalah lansia. Posyandu

lansia merupakan program dari Puskesmas Kedungbanteng yang

diharapakan dapat menaikkan derajat kesehatan pada lansia. Seseorang

yang terkena hipertensi harus rutin memeriksa tekanan darahnya agar

selalu terkontrol. Melalui posyandu lansia, para lansia dapat

memanfaatkan dan menerima pelayanan kesehatan yang meliputi

pemeriksaan tekanan darah, penyuluhan tentang pengertian, bahaya, dan

penyebab hipertensi, maupun pengobatan yang biasanya disediakan oleh

Dokter Puskesmas atau Bidan Desa.

Selain posyandu lansia, program gizi masyarakat yang ada di

Puskesmas juga membantu masyarakat Kedungbanteng untuk mencegah

maupun mengontrol hipertensi. Kader Puskesmas Kedungbanteng akan

menyarankan pola makan yang baik serta perubahan gaya hidup agar

didapat kondisi tensi yang terkontrol. Berikut ini adalah kebiasaan yang

harus diterapkan penderita hipertensi untuk mengontrol tekanan darahnya:

Page 45: Bab IV Fix Cagel

a) Diet rendah garam, yang terdiri dari diet ringan (konsumsi

garam 3,75-7,5 gram/hari), menengah (1,25-3,75 gram /hari)

dan berat (kurang dari 1,25 gram/ hari).

b) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas.

c) Diet tinggi serat.

d) Diet rendah energi bagi mereka yang kegemukan.

e) Hindari alkohol dan jangan merokok.

f) Istirahat dan olahraga cukup.

g) Perbanyak konsumsi air putih.

ii. Diabetes Mellitus

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di Desa

Kedungbanteng didapatkan penderita Diabetes Mellitus sebesar

1,0% dan sejumlah 10,5% keluarga mereka menderita penyakit

Diabetes Mellitus.

Diabetes Mellitus adalah gangguan kronis yang ditandai

dengan metabolism karbohidrat dan lemak yang diakibatkan

karena kekurangan insulin atau secara relatif kekurangan

insulin. Pada penderita Diabetes Mellitus organ pankreas tidak

mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh

(Tucker, 1998). Berikut ini adalah tipe-tipe dari Diabetes

Mellitus :

a) DM Tipe 1

DM jenis ini disebabkan oleh rusaknya sel

beta pankreas sebagai penghasil insulin sehingga

penderita sangat kekurangan insulin. Akibatnya,

yang bersangkutan harus disuntik insulin secara

teratur. Tipe ini diderita 1 dari 10 penderita DM

yang kebanyakan terjadi sebelum usia 30 tahun.

Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan

(berupa infeksi virus atau faktor gizi pada masa

kanak-kanan atau dewasa awal) menyebabkan

Page 46: Bab IV Fix Cagel

kerusakan sistem kekebalan pada sel beta pankreas.

DM tipe 1 ini memiliki kecenderungan untuk

menular secara genetik.

b) DM Tipe 2

DM jenis ini disebabkan oleh gangguan

sekresi insulin dan resitensi insulin sehingga tubuh

penderita tidak merespon secara normal insulin

yang dihasilkan tubuh dan membentuk kekebalan

tersendiri sehingga terjadi kekurangan insulin

relative. Tipe ini biasanya terjadi pada usia di atas

30 tahun dan sekitar 80% penderita mengalami

obesitas.

c) DM Tipe Spesifik

DM jenis ini disebabkan oleh faktor genetik

(kerusakan genetik sel beta pankreas) juga akibat

konsumsi obat-obatan maupun bahan-bahan kimia.

d) DM Kehamilan

DM jenis ini terjadi pada sekitar 2-5% dari

semua kehamilan, namun sifatnya hanya sementara

dan akan sembuh setelah melahirkan. Namun

demikian, ia berpotensi merusak kesehatan ibu

hamil maupun janinnya, meningkatkan resiko

kelahiran serta cacat pada janin dan penyakit

jantung bawaan pada bayi. Selain itu, sekitar 40-

50% dari penderita tipe ini menjadi penderita DM

tipe 2 di kemudian hari.

Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan

menderita Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga

gejala yaitu

a) Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing

dan Penurunan berat badan.

Page 47: Bab IV Fix Cagel

b) Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari

120 mg/dl

c) Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih

dari 200 mg/dl

Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang

sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria,

Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah,

Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.

Yang harus dilakukan oleh kader kesehatan untuk

membantu masyarakat memerangi DM adalah dengan

melakukan edukasi seputar DM. Edukasi dapat meliputi

pengenalan DM, ciri-ciri DM, penyebab DM, serta gaya hidup

yang baik untuk mencegah ataupun mengontrol DM.

Sedangkan untuk masyarakat Desa Kedungbanteng yang

menderita DM, maka yang harus dilakukan adalah:

a) Minum obat/insulin

Bila pengaturan makan dan aktivitas fisik

dirasa tidak berhasil, dokter akan memberikan terapi

obat yang cocok.

b) Monitoring gula darah

Selalu cek kadar gula darah saat puasadan saat

2 jam setelah makan.

c) Latihan fisik.

Dari hasil survey, penduduk Desa

Kedungbanteng mengaku tidak rutin berolahraga.

Hal inilah yang dapat memberi risiko lebih tinggi

untuk menderita DM. Olahraga penting untuk

membakar kalori sehingga kadar gula darah dapat

turun dan kerja pankreas tidak berlebihan untuk

menghasilkan insulin. Lakukan aktivitas fisik 3-4

kali seminggu selama 30 menit untuk

mendapatkanhasil yang optimal, seperti berolahraga

Page 48: Bab IV Fix Cagel

d) Pengaturan pola makan.

Untuk menjaga gula darah tetap seimbang,

penderita DM dianjurkan pola makan dengan gizi

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori.

Dengan rincian karbohidrat sebanyak 60-70%,

protein sebanyak 10-15%, dan lemak sebanyak 20-

25%. Pada diet DM yang harus diperhatikan adalah

jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makanan

yang harus dikonsumsi.

Menurut Askandar (1998) penentuan gizi penderita

dilakukan dengan menghitung persentase Relative Body Weight

yang dibedakan menjadi

1). Kurus : berat badan relatif : <90%

2). Normal : berat badan relatif : 90-110%

3). Gemuk : berat badan relatif : >110 %

4). Obesitas : berat badan relatif : >120 %

a). Obesitas ringan 120–130 %

b) Obesitas sedang 130–140 %

c). Obesitas berat 140–200 %

d). Obesitas morbid > 200 %

Apabila sudah diketahui relative body weight-nya maka

jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM

adalah sebagai berikut :

1). Kurus : BB x 40-60 kalori / hari

2). Normal ; BB x 30 kalori / hari

3). Gemuk : BB x 20 kalori / hari

4). Obesitas : BB x 10-15 kalori / hari

iii. Asma

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan bahwa untuk

penyakit asma didapatkan sebanyak 5,1 % pernah dan memiliki penyakit

asma sedangkan sebanyak 94,9% tidak pernah atau memiliki asma.

Page 49: Bab IV Fix Cagel

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang

disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh sperti mast sel,

eosinophils, danT-limfosit terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan

gejala dyspenea, wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang

bersifat reversible dan terjadi secara berulang (Brunner & Suddarth,

2001).

Menurut The Lung Asscociation of Canada, ada dua faktor yang

menjadi pencetus asma:

n) Pemicu Asma (Trigger)

Pemicu asma dapat mengakibatkan mengencang

atau menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi).

Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh

pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu

pendek dan relative mudah diatasi dalam waktu singkat.

Umumnya pemicu mengakibatkan bronkrokonstriksi

termasuk stimulus sehari-hari, seperti perubahan cuaca dan

suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran

pernapasan, ganguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.

o) Penyebab Asma (Inducer)

Penyebab asma dapat menyebabkan inflamasi sekaligus

hiperresponsivitas dari saluran pernapasan. Penyebab asma

dapat menimbulkan gejalas-gejala yang umumnya

berlangsung lebih lama (kronis) dan lebih sulit diatasi.

Umumnya penyebab asma adalah allergen yang tampil dalam

bentuk ingestan yaitu allergen yang masuk ke dalam tubuh

melalui hidung, mulut, dan allergen yang didapat melalui

kontak dengan kulit. Contoh dari allergen adalah obat-obatan

atau jenis makanan tertentu yang dapat menimbulkan reaksi

alergi pada penderita.

Jika dilihat dari keadaan lingkungan Desa

Kedungbanteng, banyak ternak yang penempatan

kandangnya masih berada di lingkup perumahan warga.

Page 50: Bab IV Fix Cagel

Selain itu, penduduk Desa Kedungbanteng lebih sering

mengolah sampah dengan cara dibakar. Penduduk juga masih

banyak yang merokok di dalam maupun sekitar rumah. Tiga

hal inilah yang bersifat sebagai pemicu bagi penderita asma.

iv. Penyakit Jantung

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan didapatkan

penderita penyakit jantung sebesar 2,0% dan sebanyak 10,5% keluarga

mereka terkena penyakit jantung. Penyakit jantung adalah sebuah

kondisi yang menyebabkan jantung tidak dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain dapat disebabkan oleh otot

jantung yang lemah dan / atau adanya celah antara serambi kanan dan

serambi kiri dari jantung. Penyakit jantung berhubungan dengan sistem

kardiovaskuler, suatu sistem yang mengatur organ jantung beserta

pembuluh-pembuluh darahnya. Penyakit jantung bisanya menyerang

tiba-tiba dikarenakan pembuluh arteri yang tersumbat, yang

menghambat penyaluran oksigen dan nutrisi ke jantung(Guyton and

Hall, 1997).

3) Penyakit Akut

Penyakit akut adalah penyakit yang terjadi secara tiba-tiba,

timbulnya cepat dan berlangsung dalam jangka waktu yang relative

pendek seperti dalam hitungan jam, hari, hingga minggu. Penyakit ini

biasanya menujukkan adanya gangguan yang serius. Untuk hasil dari

perhitungan didapatkan jumlah sebanyak 46,9 % menderita penyakit akut

sedangkan sebanyak 53,1 % tidak memiliki penyakit akut atau sehat.

Penyakit akut terbanyak yang diderita oleh masyarakat di Desa

Kedungbanteng dalam enam bulan terakhir adalah :

i. Diare

Page 51: Bab IV Fix Cagel

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan didapatkan

penderita diare sejumlah 28,6 % dan sebanyak 71,4% dinyatakan sehat

atau tidak pernah terkena diare selama 6 bulan terakhir.

Menurut WHO, diare adalah buang air besar encer atau cair

lebih dari tiga kali sehari. Apabila frekuensi buang air besar lebih dari

3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan

bersifat mendadak datangnya serta berlangsung dalam waktu kurang

dari 2 minggu maka hal ini disebut diare akut.

Diare dapat disebabkan oleh virus, bakteri, maupun parasit.

Kebersihan merupakan faktor penyebab terbesar dalam penyakit ini,

misalnya ketika akan makan tanpa cuci tangan yang bersih, minum air

mentah, makan makanan yang dihinggapi lalat serta lingkungan rumah

yang kumuh dan kotor (Sherwood, 2001).

Prinsip penatalaksanaan penderita diare merupakan upaya

standarisasi, disebut dengan LINTAS DIARE yakni Lima Langkah

Tuntaskan Diare, yang terdiri atas:

a) Pemberian Oralit dengan Osmolaritas rendah untuk mencegah

dehidrasi dianjurkan lebih banyak memberikan cairan rumah

tangga yang mempunyai osmolaritas rendah, seperti: air tajin, kuah

sayur dan air matang.

b) Pemberian Tablet suplemen Zinc diberikan dengan dosis untuk

anak berumur kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg (1/2 tablet) per

hari, untuk anak berumur lebih dari 6 bulan diberikan 20 mg (1

tablet) per hari, diteruskan selama 10 hari.

c) Teruskan pemberian ASI dan makanan tambahan untuk

memberikan gizi agar tetap kuat, dan mencegah berkurangnya

berat badan.

d) Pengobatan dengan antibiotika harus selektif, hanya atas indikasi

khususnya untuk diare berdarah (disentri atau kolera)

e) Penjelasan dan pemberian nasihat untuk tetap memberikan cairan

tambahan dan kapan harus berkunjung kembali ke puskesmas.

(Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, Depkes RI, 2009).

Page 52: Bab IV Fix Cagel

Untuk pertolongan pertama dirumah, yang dapat dilakukan

adalah membuat LGG (larutan gula garam) yang nantinya akan

diberikan pada penderita. LGG merupakan solusi pengganti oralit.

Untuk upaya promotif, kader kesehatan dapat memberikan

penyuluhan tentang pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan sosialisasi

penggunaan jamban yang memenuhi syarat. Hal-hal sederhana yang

dapat dilakukan untuk menghindari diare adalah dengan selalu

mencuci tangan dengan sabun sebelum maupun sesudah makan. Selalu

mengkonsumsi air yang sudah dimasak. Menggunakan tudung saji

untuk mencegah kontaminasi makanan dengan udara terbuka dan

lalat. Lalat merupakan vektor dari berbagai macam bakteri penyebab

diare, diantaranya adalah bakteri Clostridium difficile, Clostridium

botulinum, E.coli dan Salmonella gastro. Bakteri-bakteri ini hidup di

udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.

ii. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan)

Penduduk Desa Kedungbanteng yang menderita ISPA sebesar

7,1% dan sebanyak 92,9% tidak terkena ISPA selama 6 bulan terakhir..

Menurut Depkes RI (2000) istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu

infeksi, saluran pernafasan dan akut. Pengertian atau batasan masing-

masing unsur adalah sebagai berikut:

a) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam

tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala

penyakit.

b) Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga

alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga

telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis

mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan

bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa

saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru-paru

termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).

Page 53: Bab IV Fix Cagel

c) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14

hari ini. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut

meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongakan ISPA

proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Suhandayani,

2007).

Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, yang

kemudian diikuti dengan napas cepat dan napas sesak. Pada tingkat

yang lebih berat terjadi kesukaran bernapas, tidak dapat minum,

kejang, kesadaran menurun dan meninggal bila tidak segera diobati.

ISPA merupakan penyakit yang dapat menyerang semua golongan

umur, mulai usia anak di bawah lima tahun (balita) hingga manusia

lanjut usia (manula). Meskipun begitu, usia Balita adalah kelompok

yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Angka

morbiditas dan mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di

negara berkembang.

Upaya tenaga kesehatan Puskesmas Kedungbanteng untuk

menanggulangi ISPA adalah dengan memberikan penyuluhan tentang

bahaya merokok dan sosialisasi pengelolaan sampah yang baik

sehingga penduduk Desa Kedungbanteng dapat menemukan solusi

pengelolaan sampah selain dibakar. Upaya penanggulangan ISPA

sangat bergantung dengan kerjasama penduduk Desa Kedungbanteng

untuk merubah perilakunya agar tercipta udara yang bersih.

iii. DBD (Demam Berdarah Dengue)

Responden Desa Kedungbanteng yang dalam 6 bulan terakhir

menderita DBD sebanyak 1,0% dan 99,0% tidak menderita penyakit

tersebut.

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue

haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan

oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot

dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,

trombositopeniadan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi

perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan

Page 54: Bab IV Fix Cagel

hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom

renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah

dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Suhendro, 2006).

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh

virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga

Flaviviridae.

Penduduk Desa Kedungbanteng harus aktif melaksanakan

gerakan 3M yakni, menutup tempat penyimpanan air, menguras bak

mandi dan mengubur barang-barang yang tidak terpakai. Ini

merupakan cara yang dianggap paling praktis guna mencegah

merebaknya nyamuk DBD pada lingkungan.

iv. Malaria

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi

yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung

menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.

Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia.

Plasmodium penyebab malaria yang ada di Indonesia terdapat beberapa

jenis yaitu plasmodium falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium

malariae, plasmodium ovale dan yang mix atau campuran.

Berdasarkan hasil survey didapatkan bahwa untuk penderita

penyakit malaria selama 6 bulan terakhir ini yaitu sebanyak 2,0%.

a. Anak Kembar

Berdasrkan hasil survey dari responden maka didapatkan yang memiliki

keturunan kembar di Desa Kedungbanteng sebanyak 12,2 %.

Kembar atau anak kembar adalah dua atau lebih individu yang membagi

uterus yang sama dan biasanyadilahirkan dalam hari yang sama. Kembar dapat

dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:

1) Kembar dizigot

Sekitar dua pertiga dari kembar adalah kembar dizigot atau kembar

fraternal dan insidensinya, 7-11 per 1000 kelahiran, meningkat sesuai

Page 55: Bab IV Fix Cagel

dengan usia ibu. Jenis kembar dizigot terjadi karena pengeluaran dua oosit

dan pembuahan oleh dua spermatozoa yang berlainan. Karena kedua zigot

mempunyai susunan genetic yang sama sekali berlainan, kedua bayi yang

lahir tak ubahnya seperti kakak beradik. Jenis kelamin mereka bisa saja

berbeda dan mungkin pula berbeda. Masing-masing zigot berimplentasi

sendiri pada rahim, dan masing-masing membentuk plasenta, amnion, dan

kantong korionnya sendiri. Tapi kadang-kadang kedua plasenta terletak

sangat berdekatan sehingga terjadi penyatuan. Demikian pula dinding

kantong korion dapat sangat berdekatan dan menyatu. Kadang-kadang

masing-masing bayi pada kembar dizigotik memiliki sel darah merah yang

berbeda golongan (mosaikisme eritrosit), yang membuktikan bahwa

penyatuan kedua plasenta sangat erat sehingga terjadi pertukaran  sel-sel

darah merah (Sadler, 1997).

2) Kembar monozigot

Jenis kembar monozigot berasal dari satu telur yang dibuahi.

Angka kejadian kembar monozigot 3-4 per 1000. Kembar ini adalah hasil

pembelahan zigot pada berbagai tingkat perkembangan. Pemisahan yang

paling dini diyakini terjadi pada tingkat dua sel, sehingga akan

berkembang dua buah zigot yang berbeda. Kedua blastokista berimplantasi

secara terpisah masing-masing mudigah mempunyai plasenta dan kantong

korionnya sendiri. Walaupun susunan selaput janin kembar ini mirip

dengan susunan selaput pada kembar dizigot, keduanya dapat dikenali

sebagai pasangan monozigot karena sangat miripnya golongan darah, sidik

jari, jenis kelamin, dan bentuk luar tubuh seperti mata dan warna rambut

(Sadler, 1997).

Pada kebanyakan kasus, pemisahan terjadi pada tingkat blastokista

dini. Massa sel dalam terpecah menjadi dua kelompok sel yang terpisah di

dalam rongga blastokista yang sama. Kedua mudigah mempunyai satu

plasenta dan rongga korion, tetapi rongga amnion terpisah. Pada beberapa

kasus pemisahan ini terjadi pada tingkat cakram mudigah berlapis dua

tepat sebelum terbentuknya alur primitive. Cara pemisahan ini

mengakibatkan pembentukan dua mudigah dengan satu plasenta, rongga

Page 56: Bab IV Fix Cagel

korion, serta kantong amnion yang dipakai secara bersama-sama.

Sekalipun kembar ini mempunyai satu plasenta, pembagian darah kepada

tiap-tiap janin biasanya seimbang (Sadler, 1997).

3. Prioritas Masalah Kesehatan di Desa Kedungbanteng

Page 57: Bab IV Fix Cagel