Top Banner

of 135

Bab Iiia Skripsi

Jul 07, 2015

Download

Documents

Imam Kanapi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB III PENYAJIAN KASUS DAN ANALISIS.

A. Penyajian Kasus. Pada BAB I sebelumnya telah disinggung sesuai dengan Undang Undang No. 23 tahun 2003 mengamanatkan bahwa pemerintah dan perlindungan anak, dan Undang

masyarakat berkewajiban memberikan

Undang NO. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan Anak. PSBR Taruna Jaya merupakan salah satu lembaga milik Pemda DKI Jakarta telah memberikan pelayanan sosial kepada remaja bermasalah, yakni anak telantar, anak jalanan dan remaja putus sekolah untuk diberikan pelatihan ketrampilan dan di

asramakan dipanti selama 6 (enam) bulan. Hal ini sudah menunjukkan kepedulian pemda DKI Jakarta untuk ikut serta bertanggung jawab dalam

membantu pemecahan masalah terhadap remaja bermasalah. Pada Bab ini penulis akan menyajikan 3 (tiga) buah kasus mengenai anak telantar yang bermasalah di PSBR. Taruna Jaya dan gambaran

mengenai peran pekerja sosial terhadap anak telantar yang mengalami masalah yang di presentasikan dari kasus klien yang bernama : AGY, DPP dan PW.

Berikut

ini akan disajikan 3 (tiga) buah

studi kasus yang

mempresentasikan kasus I, II dan III oleh klien AGY, DPP dan PW.

49

1. Kasus I : a. Identitas Klien. 1. N a m a 2. Tempat tgl.Lahir 3. Jeni Kelamin 4. Pendidikan 5. A g a m a 6. Anak ke 7. Alamat 8. Status perkawinan 9. Suku bangsa 10. Dirujuk dari : AGY : Jakarta, 12 Nopember 1993 : Perempuan : Tamat Sekolah Dasar : Islam : Anak tunggal : : Belum menikah. : Indonesia : Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA ) 5 Duren Sawit, Jakarta - Timur. b. Struktur Keluarga. ( struktur keluarga ini pada saat klien belum berada dipanti ).Nama NS ET PA AS AGY L/P L P P L P Usia/th 35 28 4 2 18 Status Paman Bibi Anak bibi Anak bibi Keponakan Pendidikan SLTA SMP Tamat SD Pekerjaan Dagang IRT Keterangan Suami bibinya Adik ibu klien A K. bibi AK. bibi Klien

c. Sumber Data Studi kasus ini berdasarkan dari interview dengan dengan 4 (empat)

Orang yaitu

AGY, sahabat AGY, Pengasuh dan pegawai panti.

50

d. Presenting Problem 1). Tidak ada motivasi untuk mengikuti pelatihan ketrampilan 2). Kurang Percaya diri 3). Cuek/ acuh terhadap lingkungan sekitar.

e. Identifikisi Penjelasaan Masalah dan Situasi Sosial. 1). Situasi Sosial klien a). Relasi klien dengan orang tua.: AGY EM, adalah anak satu - satunya dari bapak AY dan ibu masih kecil kurang lebih berusia 2

tetapi

sejak AGY

tahun kedua orang tuanya meninggal dunia. Pada waktu kedua orang tuanya masih hidup klien belum begitu ingat karena memang masih sangat kecil, sehingga tidak mengetahui hubungan klien dengan kedua orang tuanya. Menurut pengakuan klien pada awalnya hubungan

dengan bibinya cukup baik namun akhir-akhir ini tantenya sudah tidak

mau lagi untuk menampung klien, sehingga klien tidak boleh lagi pulang kerumah bibinya yang berada di Majalengka, Jawa-Barat, klien sendiri tidak menganal keluarga dari bapaknya yang sebagian besar berada di Sumatra Utara. Sedangkan yang hubungan dengan keluarga ibunya

di Sumatra klien tidak begitu dekat karena sejak kedua orang

tuanya meninggal tidak ada yang memperhatikan klien.

51

b). Relasi klien dengan lingkungan. Menurut pengakuan klien, Relasi klien dengan lingkungan pada saat klien masih tinggal di rumah bibinya di Maja Lengka, Jawa Barat, cukup baik tidak ada masalah. c). Relasi klien dengan lembaga. Dari hasil pengamatan praktikan, keterangan petugas lembaga, teman teman klien, klien termasuk orang yang jarang bahkan tidak mau berkumpul bersama dengan klien lainnya, klien sering menyendiri, cuek dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Hal ini sangat disayangkan, karena pihak lembaga secara umum telah mengupayakan agar klien yang ada di PSBR. Taruna Jaya bisa hidup bermasyarakat melalui bentuk kegiatan. Tujuannya agar dapat menambah makna hidupnya

dalam menjalani kehidupan selama tinggal di panti. Kalau berteman klien milih-milih, sikap klien terhadap petugas lembaga kurang harmonis,

karena klien jarang sekali bertegur sapa dengan petugas.

2). Situasi ekonomi Keluarga klien. Perekonomian keluarga klien bisa dibilang pas-pasan, karena keluarga bibinya hanya berjualan sayuran di pasar. Sementara kedua

anak bibinya yang masih kecil kecil semestinya diperhatikan gizi yang cukup, namun mengingat keadaan yang serba pas-pasan, maka

52

hal tersebut tidak terpenuhi. Bahkan bibinya tidak sanggup lagi untuk menampung klien. Klien sendiri tidak ditinggali warisan dari orang tunya, karena orang tua klien pada saat masih hidup juga rumahpun ngontrak, sedangkan tidak mampu

barang yang ada habis untuk berobat

pada saat kedua orang tua klien sakit.

3). Situasi Pendidikan dan intelektual klien. Klien mulai mengenyam pendidikan di Majalengka, Jawa Barat pada tahun 2008 lulus SD (Sekolah Dasar), setelah 12 bulan tidak sekolah, klien masuk PSAA Putra Utama 5 Duren Sawit, Jakarta Timur.

Setelah di terima menjadi klien dip anti tersebut, maka klien di daftarkan untuk sekolah SMP yang berada di sekitar panti. Sehingga pada tahun 2009 klien mengikuti pelajaran di SMP, namun memasuki kwartal kedua awal tahun 2010 klien memtuskan untuk tidak mau lagi bersekolah,

dengan alasan klien merasa tidak bisa mengikuti pelajaran di SMP tersebut. Karena sudah bisa lagi untuk melanjutkan sekolahnya, maka di rujuk ke PSBR. Taruna Jaya untuk mengikuti pelatihan ketrampilan, pada angkatan sebelumnya yakni angkatan 81 klien mengambil jurusan menjahit, berhubung belum bisa menguasai penuh, karena pada waktu itu motivasi dalam belajar sangat kurang, maka angkatan 82 klien mengikuti ketrampilan lagi dan mengambil

53

jurusan salon. Walaupun bapaknya beragama Kristen, namun klien sendiri mengikuti agama ibadahnya yang dianut ibunya yakni Islam. Dalam menjalankan

klien kurang, bahkan apabila pada waktunya shollat selalu

diingatkan oleh petugas, kondisi fisiknya lemah, sehingga tidak pernah mau mengiktu Senam Kesegaran Jasmani dengan alasan sakit.

4). Situasi fisik dan Kesehatan Klien.

Menurut pengakuannya sejak usia 12 tahun klien sering mengalami pusing dan sering sekali sakit perut, namun apabila sudah segera sembuh.

minum obat warung panyakit yang diderita tersebut

Situasi kesehatan yang sangat kelihatan sekali gigi klien rusak berak sehingga ompong, bahkan gigi yang masih adapun berwarna hitam, tetapi klien sendiri tidak tahu apa yang menyebabkan giginya rusak seperti itu. Untuk menjaga kesehatannya petugas panti sering memotivasi klien untuk mengikuti olah raga / senam yang ada dipanti, tapi klien selalu menolak dengan alasan lagi datang bulan/ sakit perut dan lain sebagainya. Dari

pola makan klien tidak menyukai sayuran dan makannya sangat susah.

54

5). Fungsi emosional. Selama wawancara, Pekerja Sosial mengobservasi keadaan AGY selalu peseimis dikarenakan setelah selesai mengikuti pelatihan ketrampilan klien mau tinggal dimana, mengingat di Jakarta ini klien tidak mempunyai keluarga sementara bibinya yang di Maja Lengka sudah tidak mau lagi memperdulikan klien. Terbukti semenjak klien pergi

meninggalkan rumah bibinya sampai saat ini tidak ada upaya untuk berketemu dengan klien.

6). Kemampuan Menyelesaikan Masalah. Kalau AGY mempunyai masalah dengan teman atau masalah dipanti AGY biasanya selalu minta maaf, tetapi kadang kadang ia lupa kalau sudah pernah berbuat salah, besuknya berbuat lagi.

7). Identifikasi Masalah a). AGY adalah kategori anak telantar b). Saat ini AGY hidup seorang diri c). Semenjak kedua orang tuanya meninggal dunia AGY kurang mendapatkan .perhatian dan kasih sayang dari orang lain. d). Selama melakukan pratikum di PSBR. Taruna Jaya.maka penulis mengamati bahwa klien AGY menunjukkan sikap acuh/

55

cuek terhadap lingkungan sekitar, tidak ada motivasi untuk mengikuti pelatihan ketrampilan dan kurang percaya diri/sering murung dan melamun sendiri.

8). Analisis. Dari uraian di atas, maka klien AGY adalah salah satu orang anak telantar yang bermasalah di PSBR. Taruna Jaya karena klien termasuk orang yang kurang percaya diri, cuek dan acuh terhadap lingkungan sekitar, selalu menyendiri tidak mau bergabung dengan klien lainya. Bahkan apabila berteman klien selalu milih-milih, hubungan dengan petugas pantipun kurang harmonis, namun pada saat klien tinggal bersama bibinya di Majalengka, Jawa Barat sikap klien dengan lingkungan sekitar menurutnya biasa saja. Hal ini nsangat di sayangkan, karena pihak lembaga secara umum telah mengupayakan agar para remaja bermasalah hidup bermasyarakat melalui berbagai bentuk kegiatan yang diadakan dipanti. Tujuan dari hal tersebut, agar dapat menambah makna hidup selama tinggal dipanti . Bila di amati secara cermat, maka factor penyebab permasalahan klien adalah setelah kedua orang tuanya meninggal sehingga kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang lain. Beban yang sangat berat lagi setelah bibinya akhir-akhir ini sering marah-marah terhadap klien tanpa ada alasan yang jelas bahkan bibinya sudah tidak mau lagi klien tinggal

56

bersamanya, dari klien awal masuk panti sampai sekarng bibinya tidak pernah mencari klien, karena memang sudah tidak peduli lagi terhadap klien. Sehingga

hal ini mempengaruhi sikap klien terhadap petugas panti, teman-teman klien dipanti di dilingkungan sekitar panti menunjukkan acuh dan cuek. Dari hasil analisa di atas, maka dapat diketahui masalah-masalah yang di alami klian antara lain : 1). Cuek dan acuh dengan lingkungan panti. 2). Tidak ada motivasi dalam mengikuti pelatihan ketrampilan. 3). Kurang percaya diri/ murung selalu melamun sendirian.

9). Pemberdayaan untuk

AGY

Dalam pemberdayaan AGY di terapkan cara kerja intevensi Pekerjajaan Sosial maka, a. Tujuan intervensi b. Intervensi ( Pembagian tugas dan strategi, kontak, kontrak proses,

evaluasi dan terminasi) a. Tujuan intervensi : Tujuan umum yaitu meningkatkan semangat klien AGY dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan menjalankan kegiatan sesuai dengan aturan yang ada di Panti.

57

Tujuan khusus membantu klien AGY agar dapat memperbaiki sikapnya yang selama ini acuh dan cuek terhadap lingkunga sekitar. Selain itu juga memotivasi agar klien rajin dan semangat dalam mengikuti pelatihan ketrampilan yang di ambil yakni : menjahit dan juga mau mengikuti kegiatan-kegiatan lainnya yang ada di Panti. b. Intervensi Pekerjaan Sosial Intervensi PSBR. yang dilakukan oleh penulis sebagai pekerja sosial di dalam menangani masalah AGY adalah

Taruna Jaya

sebagai berikut : a. Pembagian Tugas 1). Sistem Klien AGY Mentaati Peraturan yag ada dip anti dan mengikuti intervensi Pekerja Sosiall 2). Sistem Sasaran . Klien (AGY) AGY harus menyadari bahwa sikapnya yang cuek dan acuh terhadap lingkungan sekitar, berarti AGY harus merubah sikapnnya untuk bisa ramah dan perduli dengan lingkungan sekitar, agar dapat bergaul dengan teman - temannya. Teman AGY Menerima AGY apa adanya dan mau mengajak bergabung

seperti teman- teman lainnya.

58

Pengasuh Megajarkan AGY untuk membiasakan diri rajin dan semangat dalam mengikuti pelatihan ketrampilan yakni salon. Pegawai Mengingatkan AGY supaya semangat belajar, ramah dan tidak cuek /acuh terhadap lingkungan sekitar dan tambah percaya diri. 3). Sistem Kegiatan Pekerja Sosial mengadakan pendekatan kepada AGY,pengasuh dan pegawai PSBR. Taruna Jaya Untuk saling bekerja sama dalam merubah sikap AGY. Rajin mengikuti pelatihan ketrampilan dan semakin percaya diri. Teman AGY Mengingaatkan AGY agar tidak cuek/acuh terhadap lingkungan sekitar, rajin dan semangat dalm mengikuti pelatihan ketrampilan dan harus percaya diri tidak melamun sendirian Pengasuh Mengajarkan AGY untuk meningkatkan semangat belajar , tidak cuek/acuh terhadap lingkungan serta semakin percaya diri. Pegawai

Mengajari supaya tidak acuh/cuek terhadap lingkungan sekitar mau semangat mengikuti pelatihan ketrampilan dan semakin percaya diri.

59

4). Sistem Perilaku Perubahan a). Pelaksana Perubahan adalah Pekerja Sosial yang ditugaskan untuk menangani masalah AGY yaitu membuat suatu program untuk mengontrol perkembangan keadaan AGY. Pekerja Sosial menjalin relasi yang baik dengan pihak PSBR Taruna Jaya untuk mengetahui perkembangan AGY. b). Memberikan pengertian kepada AGY bahwa kesempatan yang sangat baik untuk bisa mengikuti pelatihan ketrampilan ini tidak dia sia-siakan demi masa depan AGY agar nanti bisa hidup mandiri. c). Memotivasi AGY supaya rajin untuk mengikuti pelatihan ketrampilan dan tidak cuek/acuh terhadap lingkungan sekitar dan supaya semakin percaya diri. d). Pekerja sosial menjadi mediator untuk menghubungkan atau bekerja sama dengan sisitem kegiatan. e). Usaha Sosialisasi atau Usaha Perubahan Sosial. d). Membimbing AGY supaya dapat bertanggung jawab dalam masalah pribadi dan dalam menghadapi masa depan.

b. Strategi 1). Kontak a). Pekerja Sosial mengadakan kontak dengan pegawai yang

60

sering berhubungan langsung dengan klien AGY di PSBR. Taruna Jaya untuk memperoleh anak telantar yang dirujuk dari panti

PSAA Putra Utama 5 Duren Sawit yang bermasalah untuk di tangani Pekerja Sosial. b).Pekerja Sosial sendiri yang mencari AGY yang telah di berikan oleh pegawai, dan pekerja sosial AGY, dengan cara mengadakan pendekatan relasi dan AGY kepada bersedia

menciptakan

memberikan informasi tentang dirinya. 2). Kontrak a). Sistem Klien Pekerja Sosial dengan system klien (AGY) mengadakan persetujuan mengenai tujuan usaha perubahan sikap selama + 4 (empat) bulan. b). Sistem Kegiatan

Pekerja Sosial menciptakan relasi dan bekerja sama dengan teman AGY, pengasuh dan pegawai untuk perubahan sikap AGY. 3). Proses a). Pekerja Sosial mewancarai klien, tentang sikap yang acuh/cuek tidak percaya diri dan tidak ada motivasi untuk mengikuti pelatihan ketrampiulan.

61

b). Pekerja Sosial mewancarai teman klien, pegawai dan pengasuh yang berpengaruh dengan klien dan bekerja sama untuk merubah sikpan klien AGY. 4). Evaluasi. a). Pada saat Sosial memulai program intervensi, tampak bahwa AGY sulit menerima, tetapi setelah Pekerja Sosial mencoba lebih dekat lagi, akhirnya AGY mengerti dan mengikuti bimbigan

Pekerja Sosial. b). Setelah Pekerja Sosial melakukan interviensi, sudah ada

perkembangan sikap AGY yang tadinya cuek/acuh terhadap lingkungan sekitar, maka sudah terlihat saat ini berubah menjadi tidak cuek/acuh dan sudah peduli dengan lingkungan, sudah mau

mengikuti pelatihan ketrampilan dan sudah menunjukkan percaya diri, karena bahkan sudah bisa melakukan pekerjaan yang klien pelajari yakni di jurusan salon. 5). Terminasi. Setelah Pekerja Sosial melakukan evaluasi dan sudah melihat perubahan sikap AGY, mau mengikuti pelatihan ketrampilan, sudah tidak cuek/acuh terhadap lingkungan bahkan sudah menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan percaya dirinya sudah semakin besar setelah melakukan intervensi, maka

62

Pekerja Sosial melakukan terminasi terhadap AGY yang kemudian dilanjutkan oleh system kegiatan untuk monitoring kebiasaan-

kebiasaan yang sudah diajarkan.

2. Kasus II : a. Identitas Klien. 1. N a m a 2. Tempat tgl.Lahir 3. Jeni Kelamin 4. Pendidikan 5. A g a m a 6. Anak ke : PW : Jakarta, 22 Nopember 1996 : Perempuan : Tidak Pernah Sekolah : Islam : Anak ke 7 dari 7 bersaudara

7. Alamat 8. Status perkawinan 9. Suku bangsa 10. Dirujuk: Dari : Indonesia : Panti Kedoya

: Belum menikah.

:

b. Struktur Keluarga. ( Struktur keluarga ini pada saat klien belum ada dipanti)Nam a IK MW AJ NL PP PW L/P L L L P P P Usia/th 31 28 6 4 1 15 Status KK IR Anak paman Anak paman Anak Paman Kepona kan Pendidikan SLTA SLTP TK Pekerjaan Dagang Dagang Keterangan Adik kandung ayah PW Istri paman PW Anak kandung paman PW Anak kandung paman PW Anak kandung paman PW Klien

63 c. Sumber Data Study kasus ini berdasarkan interview dengan PW, teman PW pengasuh dan petugas panti. d. Presenting Problem 1). Tidak ada motivasi untuk mengikuti pelatihan ketrampilan 2). Tidak Percaya diri 3). Tidak konentrasi dalam melakukan kegiatan dipanti/tidak disiplin e. Identifikisi Penjelasaan Masalah dan Situasi Sosial. 1). Situasi Sosial klien

a). Relasi klien dengan orang tua.: PW adalah anak ke 7 (tujuh) dari dari pasangan bapak I dan

ibi EM, menurut pengakuannya pada waktu ayahnya masih hidup hubungan klien dengan ayahnya sangat baik mereka saling

menyangi, begitu juga hubungan dengan ibunya juga cukup harmonis, tetapi sejak klien di ambil pamannya untuk tinggal bersama pamannya di Bekasi, maka hubungan klien dan ibunya putus tidak ada komunikasi lagi sampai sekarang. b). Relasi PW dengan saudara kandung. Relasi PW dengan kakak2nya pada saat klien masih di

Padang Sumatra Barat, masih sering ketemu, tetapi sampai saat ini hubungan mereka sudah tidak harmonis, di karenakan klien PW kehilangan jejak harus kemana, setelah klien kabur

64

dari rumah pamannya, klien sama sekali tidak ingat dan tidak mengetahui alamat keluarganya termasuk alamat pamannya dimana sebelumnya klien tinggal bersama pamannya itu. c). Relasi klien dengan lingkungan.

Seingat klien pada saat klien tinggal bersama pamannya di Bekasi, klien tidak mengenal tetangga sekitar, karena klien jarang sekali

keluar rumah. c). Relasi klien dengan lembaga. Dari hasil pengamatan praktikan, keterangan petugas lembaga, teman teman klien, klien termasuk orang yang mau bergaul denga siapa saja termasuk dengan klien lainnya, begitu juga dengan pegawai

panti, klien selalu menyapa, sehingga hubungan klien dengan petugas panti berjalan dengan baik dan harmonis. Petugas.

2) .Situasi ekonomi Keluarga klien. Semenjak baru datang dari Padang Sumatra Barat, klien bekerja mebantu pamannya berjualan nasi Padang. Pada awal klien membantu pamannya tersebut, setiap bulannya klien selalu di berikan uang jajan sebesar Rp. 300.000,- perbulan, namun sudah beberapa bulan belakangan hingga sampai pada akhirnya klien pergi dari rumah pamannya klien sekitar kurang lebih 1 tahun klien tidak lagi diberikan

65

uang jajan, bahkan kadang-kadang belum tentu bisa makan sehari hal tersebut dikarenakan beban pekerjaan yang

3x,

cukup berat

sehingga sampai-sampai klien lupa untuk makan.

3). Situasi Pendidikan dan intelektual klien. Sejak kecil hingga sekarang klien berusia 15 tahun, klien belum

pernah mengalami sekolah, dalam melakukan sesuatu klien kurang bisa konsentrasi, sehingga ketika mengikuti pelatihan ketrampilan kurang bisa menerima dengan baik dan tidak bisa optimal., tetapi klien cukup pandai terampil dalam melakukan Senam Kesegaran Jasamani (SKJ).

4). Situasi Kesehatan Klien. Dilihat dari fisiknya klien cukup sehat, tetapi klien sering mangalami sakit perut, dikarenakan maagnya kambuh. Pada saat datang bulan klien selalu mengalami sakit perut, tetapi apabila sudah minum obat sakit perunya segera hilang/sembuh. Menurut pengakuan klien dulu sering mengalami sakit kepala, namun sekarang sudah jarang mengalami hal tersebut.

66

5). Fungsi emosional. Selama wawancara, Pekerja So sial mengobservasi keadaan PW ingin sekali ketemu dengan saudaranya/kakaknya , tetapi klien

sendiri tidak mengetahui alamat saudaranya tersebut. Klien PW selalu mengatakan bahwa setelah lulus dari PSBR nanti mau kemana dan tinggal dimana, untuk menemukan saudaranya pun tidak mungkin karena alamatnya klien tidak tahusedangkan untuk pulang ke Sumatra Barat juga tidak mungkin, klien juga tidak ingat alamat rumahnya yang di Padang Sumatra Barat. Begitu juga untuk pulang ke rumah pamannya yang di Bekasi juga klien lupa alamatnya, seandainya ingat akan alamt pamannya klien PW tidak mau lagi untuk kembali kerumah pamannya.

6). Kemampuan Menyelesaikan Masalah. Kalau PW tergolong anak yang kepingin diperhatikan oleh petugas, sehingga apabila mempunyai masalah dipanti selalu mengadukan

kepihak panti untuk bisa mendapatkan bantuan dalam memcehkan masalah yang dihadapi, contohnya suatu saat klien cecok mulut dengan teman perempuannya yang bernama ST, maka yang menjembatani hingga pada akhirnya mereka baikan kembali adalah petugas panti.

67

7). Identifikasi Masalah. a). PW adalah kategori anak telantar b). Saat ini PW walaupun menurut pengakuannya klien mempunyai kakak tinggal di Jakarta, tetapi klien tidak tahu dan tidak mengerti alamat kakaknya tersebut. c). Setelah bapaknya meninggal dunia, maka klien PW mengalami gangguang atas perhatiannya dan kasih sayang dari orang tua sudah tidak ada lagi, karena ibunya sibuk untuk mencari nafkah buruh berjualan sayur di tetangganya di Pdang Sumatra Barat. d). Selama melakukan pratikum di PSBR. Taruna Jaya.maka penulis mengamati bahwa klien PW tidak ada motivasi untuk mengikuti

pelatihan ketrampilan, tidak konsentrasi dan kurang percaya diri. 8). Analisis. Dari uraian di atas, maka klien PW adalah salah satu orang anak telantar yang bermasalah di PSBR. Taruna Jaya karena klien kurang bisa konsentrasi, tidak ada motivasi untuk mengikuti pelatihan ketrampilan dan percaya diri. Dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar sangat harmonis, klien sangat ramah dan menunjukkan sikap yang baik. Menurut pngakuan klien pada saat tinggal bersama pamannya di Bekasi, tidak pernah bisa berinteraksi denngan tetangga, 68

hal tersebut dikarenakan klien sibuk dengan beban kerja yang di emban. Selama tinggal dipanti klien PW kurang motivasi dalam mengikuti

pelatihan ketrampilan. Dan apabila melakukan sesuatu tidak serius/tidak konsentrasi klien hanya banyak bermain dan sering mengganggu teman teman yang sedang belajar. Dalam hal ini pihak panti telah melakukan berbagai upaya agar klien PW bisa melakukan kegiatan di Panti dengan serius, dan mau belajar dengan baik , agar klien mempunyai ketrampilan demi masa depannya, untuk bisa hidup mandiri dan bisa di terima di masyarakat. Bila di amati secara cermat, maka factor penyebab permasalahan klien adalah setelah berada di rumah pamannya yang

setiap harinya hanya di bebani pekerjaan yang sebenarnya tidak sesuai dengan usia klien yang masih berusia 15 tahun. Karena sudah tidak sanggup menerima keadaan yang di alami oleh klien PW , maka klien kabur dari rumah pamnnya sampai sekarangpun tidak ingat sama sekali alamat rumah pamnnya yang di Bekasi. Dari hasil analisa di atas, maka dapat diketahui masalah-masalah yang di alami klian antara lain : 1). Dalam melakukan kegiatan apapun klien tidak bisa konsentrasi. 2). Tidak ada motivasi dalam mengikuti pelatihan ketrampilan. 3). Kurang percaya diri. 69 9). Pemberdayaan Untuk PW

Dalam pemberdayaan PW diterapkan cara kerja Intervensi Pekerjaan Sosial, dirumuskan : a. Tujuan Intervensi b. Intervensi(Pembagian tugas dan strategi, kontak, kontrak, proses valuasi dan terminasi). Tujuan umum yaitu agar klien bisa serius dan konsentrasi dalam melakukan kegiatan apapun yang ada dipanti. Tujuan khusus membantu klien PW agar dapat menigkatkan keseriusan dan konsentrasi. Selain itu juga memotivasi agar klien rajin dan semangat dalam mengikuti pelatihan ketrampilan yang di ambil yakni : menjahit dan juga mau mengikuti kegiatan-kegiatan lainnya yang ada di Panti. Intervensi Pekerjaan Sosial Intervensi di PSBR. yang dilakukan oleh penulis sebagai pekerja sosial Taruna Jaya dalam menangani masalah PW

adalah sebagai berikut : a. Pembagian Tugas 1). Sistem Klien PW Mentaati Peraturan yag ada dipanti dan mengikuti intervensi Pekerja Sosial. 2). Sistem Sasaran 70

Klien (PW) PW harus menyadari bahwa tidak ada motivasi untuk belajar, tidak percaya diri dan tidak konsentrasi dalam melakukan kegiatan apapun. Teman PW Menerima PW apa adanya dan mau memotivasi, agar

PWsemangat dalam belajar serta konsentrasi. Pengasuh Megajarkan PW untuk membiasakan diri rajin dan semangat dalam mengikuti pelatihan ketrampilan yakni salon. Pegawai Mengingatkan PW supaya semangat belajar, konsentrasi dan tambah percaya diri.

3). Sistem Kegiatan Pekerja Sosial mengadakan pendekatan kepada PW Instruktur dan pegawai PSBR. Taruna Jaya PW dan agara percaya diri. Untuk saling bekerja sama dalam merubah kesriusan Rajin mengikuti pelatihan ketrampilan dan semakin

71 Teman PW

Mengingatkan PW agar konsentrasi rajin serta semangat dalam mengikuti pelatihan ketrampilan dan harus percaya diri serta optimal. Pengasuh Mengajarkan PW untuk meningkatkan semangat belajar , tidak tidak banyak bercanda supaya bisa konsentrasi semakin percaya diri. Pegawai Mengajari supaya PW membiasakan keseriusan dalam melakukan suatu apapun mau semangat mengikuti pelatihan ketrampilan dan

semakin percaya diri.

4). Sistem Perilaku Perubahan a). Pelaksana Perubahan adalah Pekerja Sosial yang ditugaskan untuk menangani masalah PW yaitu membuat suatu program untuk

mengontrol perkembangan keadaan PW . Pekerja Sosial menjalin relasi yang baik dengan pihak PSBR Taruna Jaya untuk mengetahui perkembangan PW. b). Memberikan pengertian kepada PW bahwa kesempatan yang sangat baik untuk bisa mengikuti pelatihan ketrampilan ini tidak dia sia-siakan, demi masa depan PW agar nanti bisa hidup mandiri dan bisa di yterima di masyarakat. 72

c). Memotivasi PW supaya rajin untuk mengikuti pelatihan ketrampilan dan bisa konsentrasi serta semakin percaya diri. d). Pekerja sosial menjadi mediator untuk menghubungkan atau bekerja sama dengan sisitem kegiatan. e). Usaha Sosialisasi atau Usaha Perubahan Sosial. d). Membimbing PW supaya dapat bertanggung jawab dalam masalah pribadi dan dalam menghadapi masa depan.

b). Strategi 1). Kontak a). Pekerja Sosial mengadakan kontak dengan pegawai yang sering berhubungan langsung dengan klien PW di PSBR. Taruna Jaya untuk memperoleh anak telantar yang dirujuk dari Panti Kedoya yang bermasalah untuk di tangani Pekerja Sosial. b).Pekerja Sosial sendiri yang mencari PW" yang telah di berikan oleh pegawai, dan pekerja sosial mengadakan pendekatan kepada PW dengan cara menciptakan relasi, dan klien PW bersedia memberikan informasi tentang dirinya dan permsalahannya. 2). Kontrak a). Sistem Klien. 73

Pekerja Sosial dengan system klien (PW) mengadakan persetujuan mengenai tujuan usaha perubahan sikap selama bulan. b). Sistem Kegiatan Pekerja Sosial menciptakan relasi dan bekerja sama dengan teman PW, pengasuh dan pegawai untuk perubahan agar PW mau belajar dengan konsentrasi dan serius. 3). Proses a). Pekerja Sosial mewancarai klien, tentang kedaan klien yang tidak bisa konsentrasi, tidak ada motivasi untuk belajar dan tidak percaya diri. b). Pekerja Sosial mewancarai teman klien, pegawai dan pengasuh yang berpengaruh dengan klien dan bekerja sama untuk merubah keadaan klien PW. 4). Evaluasi. a). Pada saat Pekerja Sosial memulai program intervensi, + 4 (empat)

PW terlihat bigung apa yang harus dia lakukan, tetapi setelah Pekerja Sosial memberi penjelasan tentang intervensi yang akan dilakukan , maka PW mulai memahami

74

dan mengerti apa yang menjadi tujuan Pekerja Sosial untuk melakukan intervensi tersebut. b). Pekerja Sosial melihat perkembangan PW setelah melakukan intervensi, Sikap PW yang tadinya tidak konsentrasi sudah

berubah menjadi serius dalam belajar dan sudah mau mengikuti pelatihan ketrampilan serta sudah menunjukkan percaya diri,

karena sudah bisa melakukan pekerjaan untuk bisa menggunting dan memptong rambut, serta melakukan crembath.

5). Terminasi. Setelah Pekerja Sosial melakukan evaluasi dan sudah melihat perubahan keadaan PW mau mengikuti pelatihan ketrampilan,

keadaan klien PW sudah bisa konentrasi bahkan menunjukkan percaya dirinya sudah semakin besar setelah melakukan intervensi, maka Pekerja Sosial melakukan terminasi terhadap PW yang kemudian dilanjutkan oleh system kegiatan untuk monitoring

kebiasaan-kebiasaan yang sudah diajarkan.

75 2. Kasus III :

a. Identitas Klien. 1. N a m a 2. Tempat tgl.Lahir 3. Jeni Kelamin 4. Pendidikan 5. A g a m a 6. Anak ke 7. Alamat 8. Status perkawinan 9. Suku bangsa 10. Dirujuk: Dari : Indonesia : Dinas Sosial Prov. DKI Jakarta. : DPP : Jakarta, 24 Desember 1996 : Laki laki : Taidak tamat SD : : Kristen Anak Tunggal. : Belum menikah. :

b. Struktur Keluarga. ( Struktur keluarga ini sebelum klien berada dipanti)Nama L/P Usia/th Status Pendidikan Pekerjaan Keterangan

TJ SM DPP

L P L

36 34 15

KK IR Anak

SMP SLTA Tidak tamat SD

Dagang Dagang -

Ayah tiri DPP Ibu Kandung DPP Klien

c. Sumber Data Study kasus ini berdasarkan interview dengan pengasuh dan petugas panti. d. Presenting Problem 1). Tidak ada motivasi untuk mengikuti pelatihan ketrampilan 2). Tidak Percaya diri 76 DPP, teman DPP

3). Selalu merasa takut/ trauma dan dan merasa tidak nyaman. e. Identifikisi Penjelasaan Masalah dan Situasi Sosial. 1). Situasi Sosial klien a). Relasi klien dengan orang tua.: DPP adalah anak astu-satunya dari dari pasangan bapak AM SM pada waktu bapaknya masih hidup klien DPP

dan ibu

hubungan dengan ayahnya sangat baik, karena klien lebih dekat dengan ayahnya di bandingkan dengan ibunya, tetapi setelah ayahnya meninggal hubungan klie dengan ibunya semakin baik,

tetapi setelah ibunya menikah lagi, hubungan klien dengan ibunya kurang berjalan dengan baik, bahkan klien ibunya tanpa pamitan malah ditinggal pergi

dengan klien, sehingga saat ini hubungan

klien dengan ibunya putus tidak ada komunikasi lagi. b). Relasi DPP dengan saudara kandung. Klien DPP anak semata wayang, karena ayahnya sudah lama meninggal dunia. c). Relasi klien dengan lingkungan. Pada waktu masih tinggal di Purwokerto bersama ibunya, hubungan klien dengan lingkungan sekitar cukup baik, karena pada dasrnya klien cukup ramah dan supel. 77

d). Relasi klien dengan lembaga. Selama Pekerja Sosial melakukan praktikum III di PSBR Taruna Jaya telah mengamati sikap dan relasi klien DPP dengan petugas panti, maka dapat dikatakan bahwa relasi yang berjalan sangat bagus, bahkan klien DPP cukup menghibur petugas panti, hal tersebut dikarenakan bahasa yang dipergunakan DPP adalah bahasa Purwokerto klien belum bisa berbahasa Indonesia dengan baik. 2) .Situasi ekonomi Keluarga klien. Pada saat ibunya belum menikah, semua kebutuhan klien selalu di penuhi oleh ibunya, namun setelah ibunya menikah maka kebutuhan klien tidak lagi di perhatikan. Namun pada waktu klien tinggal di Purwokerto pernah menjadi pengamen jalanan, menurut pengakuannya setiap hari bisa mengantongi uang rata-rata Rp. 20.000. uang

tersebut cukup untuk jajan sendiri. 3). Situasi Pendidikan dan intelektual klien. Pada waktu sekolah klien DPP pernah tinggal di kelas IV SD. Dengan kejadian tersebut, maka klien tidak mau lagi untuk sekolah, menurut pengakuan DPP bahwa sekolah tidak enak. Klien pernah mengatakan bahwa tidak mau mikir yang berat berat.

78

4). Situasi Kesehatan Klien. Semenjak klien tertbrak mobil pada saat mencari ibunya, maka kondisi kesehatan klien DPP kurang bagus, dikarenakan kakinya mengalami gangguan walaupun sudah di urut , tetapi keadaannya belum bisa pulih seperti semula. 5). Fungsi emosional. Selama wawancara, Pekerja Sosial mengobservasi keadaan DPP ingin sekali ketemu dengan ibunya yang telah pergi bersama ayah tirinya. Sehingga apabila klien dengar kata-kata ayah tiri, maka klien sangat marah, sebab dengan keberadaan ayah tirinya mengakibatkan ibunya melepas tanggungjawab. Klien anak satu-satunya malah di tinggalkan tanpa pamitan. Saat ini klien DPP kepingin sekali untuk bizsa bertemu ibunya kembali, karena klien merasa rindu dengan ibunya. 6). Kemampuan Menyelesaikan Masalah. Mengingat klien belum begitu fasih dalam berbahasa Indonesia, maka apabila klien DPP mempunyai masalah, klien selalu mengadu sama teman yang paling dekat dengannya. Hal itu agar temannya bisa

membantu memecahkan masalah yang sedang di hadapi. Misalnya pada suatu saat klien ada masalah dengan teman

79

sesama klien jurusan salon, maka teman dekatnya yang bernama AD membantu DPP untuk memecahkan masalah yang di alami klien

dengan temannya dapat di selesaikan.

7). Identifikasi Masalah Klien DPP adalah anak telantar, sebab setelah ibunya pergi klien hidup sebatang kara tidak mempunyai sanak saudara. Dan sejak klien mengalami tabrak lari hingga perutnya sobek sampai di jahit oleh dokter dan kakinya pun sampai sekarang belum bisa pulih seperti semula, maka klien mengalami masalah sosial yakni : tidak ada motivasi untuk belajar, tidak percaya diri dan selalu merasa ketakutan.

8). Analisis. Dari uraian di atas, maka klien DPP adalah salah satu orang anak telantar yang bermasalah di PSBR. Taruna Jaya karena klien tidak ada motivasi untuk mengikuti pelatihan ketrampilan, percaya diri dan selalu merasa ketakutan. Dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar sangat harmonis, klien sangat ramah dan menunjukkan sikap yang baik. Setelah ibunya pergi meninggalkan klien, maka akhirnya menjadi telantar karena tidak ada saudara yang bisa di hubugi, hal ini klien juga tidak inga 80

rumah nya yang ada di Purwokerto. Saat ini klien merasa rindu dengan ibunya, degan timbulanya masalah yang dihadapi klien disebabkan

karena ditinggal oleh ibunya dan juga karena kecelakaan di tabrak mobil yang menyebabkan klien selalu merasa ketakutan. 1). Tidak ada motivasi dalam mengikuti pelatihan ketrampilan 2). Tidak percaya diri. 3). Selalu merasa takut/trauma.

9). Pemberdayaan Untuk DPP. Dalam Pemberdayaan di terapkan cara kerja Pekerjaan Sosial, di rumuskan : a. Tujuan Intervensi. b. Intervensi (Pembagian tugas dan strategi, kontak, kontrak, proses, evaluasi dan Terminasi). maka

Tujuan umum yaitu agar klien mau mengikuti pembelajaran ketrampilan agar klien DPP mempunyai modal untuk masa depan bisa hidup mandiri. Tujuan khusus membantu klien DPP agar dapat meningkatkan motivasi dalam mengikuti ketrampilan belajar salon. 81

Intervensi Pekerjaan Sosial Intervensi yang dilakukan oleh penulis sebagai pekerja sosial di dalam menangani masalah DPP adalah

PSBR. Taruna Jaya sebagai berikut : a. Pembagian Tugas 1). Sistem Klien

DPP Mentaati Peraturan yag ada dipanti dan mengikuti intervensi Pekerja Sosial. 2). Sistem Sasaran . Klien (DPP) DPP harus menyadari bahwa tidak ada motivasi untuk belajar, tidak percaya diri dan tidak tidak merasakan ketakutan lagi. Teman DPP Menerima DPP apa adanya dan mau memotivasi, agar DPP

semangat dalam belajar serta konsentrasi. Pengasuh Megajarkan DPP untuk membiasakan diri rajin dan semangat dalam mengikuti pelatihan ketrampilan yakni salon. Pegawai Mengingatkan DPP supaya semangat belajar, tambah percaya diri dan merasa nyaman tidak takut.

82

3). Sistem Kegiatan Pekerja Sosial Mengadakan pendekatan kepada DPP, Taruna Jaya dan pegawai PSBR.

Untuk saling bekerja sama dalam merubah kesriusan

DPP dan agar Rajin mengikuti pelatihan ketrampilan dan semakin percaya diri. Teman DPP Mengingatkan DPP agar konsentrasi rajin serta semangat dalam mengikuti pelatihan ketrampilan dan harus percaya diri serta optimis. Pengasuh Mengajarkan DPP untuk meningkatkan semangat belajar, memulihkan keberanian DPP yang selama ini agak tergagnggu karena trauma selalu merasa takut dan supaya dapat meningkatkan percaya diri. Pegawai Mengajari supaya DPP merasa nyaman tidak merasa takut, supaya merasa dilindungi selama berada di panti dan semangat mengikuti

pelatihan ketrampilan salon dan supaya semakin percaya diri.

83

4). Sistem Perilaku Perubahan a). Pelaksana Perubahan adalah Pekerja Sosial yang ditugaskan untuk menangani masalah DPP yaitu membuat suatu program untuk

mengontrol perkembangan keadaan DPP . Pekerja Sosial menjalin relasi yang baik dengan pihak PSBR Taruna Jaya untuk mengetahui perkembangan DPP. b). Memberikan pengertian kepada DPP bahwa kesempatan yang sangat baik untuk bisa mengikuti pelatihan ketrampilan ini tidak dia sia-siakan, demi masa depan DPP agar nanti bisa hidup mandiri dan bisa di yterima di masyarakat. c). Memotivasi DPP supaya rajin untuk mengikuti pelatihan ketrampilan semakin percaya diri dan tidak merasa takut. d). Pekerja sosial menjadi mediator untuk menghubungkan atau bekerja sama dengan sisitem kegiatan. e). Usaha Sosialisasi atau Usaha Perubahan Sosial. d). Membimbing DPP supaya dapat bertanggung jawab dalam masalah pribadi dan dalam menghadapi masa depan. b). Strategi 1). Kontak a). Pekerja Sosial mengadakan kontak dengan pegawai yang 84

sering berhubungan langsung dengan klien DPP di PSBR. Taruna Jaya untuk memperoleh anak telantar yang dirujuk dari Panti Kedoya yang bermasalah untuk di tangani Pekerja Sosial. b).Pekerja Sosial sendiri yang mencari PW" yang telah di berikan oleh pegawai, dan pekerja sosial mengadakan pendekatan kepada PW dengan cara menciptakan relasi, dan klien PW bersedia memberikan informasi tentang dirinya dan permsalahannya.

2). Kontrak a). Sistem Klien Pekerja Sosial dengan system klien (DPP) mengadakan persetujuan mengenai tujuan usaha perubahan sikap selama + 4 (empat) bulan. b). Sistem Kegiatan Pekerja Sosial menciptakan relasi dan bekerja sama dengan teman DPP, pengasuh dan pegawai untuk perubahan agar DPP mau belajar dengan konsentrasi dan serius.

85

3). Proses a). Pekerja Sosial mewancarai klien, tentang kedaan klien yang selalu merasa takut , taidak ada percaya diri. b). Pekerja Sosial mewancarai teman klien, pegawai dan pengasuh yang berpengaruh dengan klien dan bekerja sama untuk merubah keadaan klien DPP. 4). Evaluasi. a). Pada saat Pekerja Sosial memulai program intervensi, Pekerja Sosial merasa kesulitan, dikarenakan klien kurang memahami bahasa Indonesia, bahasa yang digunakan klien adalah bahasa Jawa ( Purwokerto) jelas, sehingga tidak penguacapannyapun tidak motivasi untuk belajar dan tidak

bisa ditangkap oleh Pekerja Sosial,

sedangkan Pekerja Sosial kurang begitu mengerti bahasa Purwokerto. Namun setelah Pekerja Sosial beberapa kali

mengadakan pertemuan dengan klien, maka Pekerja Sosial semakin memahami bahasa yang digunakan oleh klien. Walaupun makan waktu yang cukup lama namun program intervensi bisa di laksanakan dengan baik. b). Pekerja Sosial melihat perkembangan DPP setelah melakukan intervensi. Keadaan DPP yang tadinya tidak 86

mau belajar berubah menjadi rajin untuk mngikuti ketrampilan salon, sudah merasa tidak takut serta sudah menunjukkan rasa percaya diri, karena sudah bisa melakukan pekerjaan yang klien pelajari.

5). Terminasi. Setelah Pekerja Sosial melakukan evaluasi dan sudah melihat perubahan keadaan DPP mau mengikuti pelatihan ketrampilan,

keadaan klien DPP sudah bisa konentrasi bahkan menunjukkan percaya dirinya sudah semakin besar setelah melakukan intervensi, maka Pekerja Sosial melakukan terminasi terhadap DPP yang kemudian dilanjutkan oleh system kegiatan untuk monitoring

kebiasaan-kebiasaan yang sudah diajarkan.

87 B. Rekapitulasi Kasus. Kasus IMasalah di alami AGY 1.Tidak ada belajar 2. Cuek/acuh 3.Tidak Percaya diri/ sering melamun sendirian. 1. Sejak Analisis kedua orang tua Pelaksanaan Pemberdayaan Hasil Pemberdayaan / yang terbangun AGY sudah menunjukkan sikap, yang baik, tidak acuh/ cuek, mau mengikuti ketrampilan Sedangkan melakukan pembelajaran tata dan percaya diri.

1. Melakukan kerja sama dengansystem kegiatan yaitu : AGY, teman AGY, Pegawai panti. pengasuh bimbingan lingkungan dan

meninggal

dunia AGY tidak

mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang lain. 2. AGY merasa pesimis karena saat sanak bingung 3. AGY ini tidak mempunyai sehingga saudara dan hidup setelah lulus dari

2. Memberikandengan

yakni salon dan sudah terlihat keadaan yang ada saat ini AGY sudah bisa dan memotong rambut, crembath mencuci rambut sesuai dengan ilmu yang telah di pelajari.

cara bagaiamana bersosialisasi pentingnya membiasakan hidup disiplin dan kepercayaan diri. 3. Motivator memberikan motivasi agar semangat dalam mengikuti ketrampilan. 4. Membantu apabila AGY sedang menghadapi masalah untuk menghubungkan dengan orang yangberpengaruh terhadap AGY.

sebatangkara,

PSBR. nanti.harus kemana. pernah mendapatkan bibinya yang tersebut keadaan tekanan dari 4. Dengan

diatas, maka mengakibatkan timbulnya masalah yang di alami AGY saat ini.

88 Kasus IIMasalah yang di alami PW 1. Tidak ada motivasi belajar 2. Dalam melakukan kegiatan tidak Konsentrasi/tidak keseriusan 3. Tidak Percaya diri. menunjukkan maka PW tidak pernah sekolah. 2. Setelah ayahnya meninggal PW harus membantu mencari nafkah ibunya sebagai buruh dagang sayuran. 3. Setelah dihargai karena keras tidak diberi uang jajan dan selalu di marahi marahi, Hal tersebut maka PW pergi dari rumah pamannya. terhadap PW.. menimbulkan masalah sosial merasa oleh sudah tidak bekerja pamannya 2. bimbingan bagaiamana belajar yang baik agar hasilnya optimal, yakni serius dan konentrasi. 3. Motivator motivasi agar memberikan semangat apabila 1. Dengan Analisis adanya orang keadaan tuanya, Pelaksanaan Pemberdayaan 1. Melakukan kerja sama Pemberdayaan/Potensi yang terbangun Setelah Walaupun belum optimal, tetapi PW sudah mengalami perubahan, terbukti PW mau belajar ketrampilan dengan serius tidak main- main lagi, serta sudah menunjukkan melakukan kepercayaan : Crembath, cuci dirinya, karena PW sudah bisa rambut dan memotong rambut.

ekonomi

dengan system kegiatan yaitu PW, Teman PW Pengasuh dan Pegawai panti.

Memberikan salon

dalam mengikuti ketrampilan. 4. Membantu PW membutuhkan sesuatu untuk menghubungkan terhadap klien PW. dengan orang yang berpengaruh

89 Kasus III Masalah yang dialami DPP 1. Tidak ada motivasi belajar 2. Selalu merasa /Trauma 3. Tidak Percaya diri. ketakutan 1. Semenjak kecelakaan mengalami 2. DPP Analisis DPP mengalami Pelaksanaan Pemberdayaan 1. Melakukan dengan yaitu : DPP, kerja system Teman sama kegiatan DPP Hasil Pemberdayaan/Potensi yang terbangun. Setelah dilakukan Pemberdayaan ,maka DPP telah menagalami perubahan terbukti: bahwa sekarang mau belajar ketrampilan salon, sudah tidak trauma lagi dan tidak merasa ketakutan dan sudah semakin percaya diri. Walupun belum bisa seperti AGY dan PW, tapi DPP sudah mulai sedikit memahami apa dalam

tabrak lari pada saat trauma sehingga

akan mencari ibunya, maka DPP selalu merasa ketakutan. sudah sangat merindukan sehingga adalah selalu ibunya, 3. Ibunya untuk

Pengasuh dan Pegawai panti. 2. Memberikan bagaiana bimbingan menyikapi keadaan

yang sedang dialami, 3. Motivator memberikan motivasi agar semangat mengikuti pelatihan ketrampilan 4. Mengingat DPP kurang begitu maka, Pekerja DPP Sosial untuk terhadap

megatakan ingin ketemu ibunya. orang yang tidak tega anak bertanggunjawab, sehingga meninggalkan kandungnya saja.. 4. Dengan kondisi yang di alami DPP saat ini, disebabkan dikarenakan adanya kejadian tersebut di atas.

mengerti bahasa Indonesia yang telah di pelajari. memambantu yang DPP.

menghubungkan dengan orang berpengaruh

90

C. Analisa. Timbulnya rasa tidak percaya diri, tidak ada motivasi belajar, cuek/acuh, rasa takut dan tidak konsentrasi terhadap ke 3 tiga) klien yang di tangani oleh Pekerja Sosial ini, timbul akibat kurangnya pengasuhan, perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Sehingga mngakibatkan

3 (tiga ) anak tersebut mengalami ketelantaran dan mengakibatkan mereka juga mengalami masalah sosial. Sebagaiman telah dinyatakan oleh Depsos. (2002:8) menyatakan bahwa seorang anak tidak mungkin bertahan hidup tanpa lingkungan sosial tertentu. Anak dilahirkan, dirawat, dididik, tumbuh berkembang dan bertingkah laku sesuai dengan martabat manusia di dalam kultur sekelompok manusia. Maka keluarga (ayah, ibu, saudara) dan lingkungan sosial itu dihayati oleh anak sebagai bagian dari dirinya sendiri. Karena itu anak manusia adalah individu sosial yang harus hidup ditengah lingkungan sosial. Dengan melihat keadaan ke 3 (tiga) anak telantar tersebut, maka Pekerja Sosial menganggap penting untuk di tangani seperti yang diutarakan Allen Pincus Anne Minahan yang diterjemahkan oleh Sutarso, (1995 ; 5) bahwa Pekerja Sosial adalah suatu bidang keahlian yang mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki dan atau mengembangkan interaksi di antara orang dengan lingkungan sosial, sehingga orang ini memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas

91

kehidupan mereka, untuk mengatasi kesulitan-kesulitanserta aspirasi aspirasi dan nilai-nilai mereka. tahap intervensi Maka Pekerja Sosial melakukan tahap-

sperti kontak, kontrak, proses, evaluasi dan terminasi

dalam usaha merubah perilaku klien menjadi semangat belajar, percaya diri, tidak cuek/acuh, konsentrasi dan merasa nyaman/tidak merasa takut. Berdasarkan rekapitulasi di atas, dapat dengan mudah diketahui perkembangan dan perubahan terhadap klien. Dari ke 3 (tiga) kasus yang sudah tertera, walaupun belum maksimal seperti yang diharapkan, namun ketiga sudah mengalami perubahan. Dan keadaan yang sedang berjalan saat ini ketiga klien tersebut berusaha untuk bisa melakukan

/mempraktekkan ilmu yang telah di pelajari yaitu salon/tata rias. Pemberdayaan dan intervensi Pekerja Sosial terhadap ke tiga anak telantar dalam membantu mereka merubah sikap dan keadaan

sangat di rasakan oleh klien, di lingkungan PSBR. Taruna Jaya . Pekerja Sosial bekerja sama dengan system kegiatan, motivasi, bimbingan dan mediator yang dilakukan untuk perubahan semangat klien. Upaya tersebut merupakan suatu proses dan bekelanjutan . Dengan demikian individu dapat merubah semangat belajar secara optimal sesuai dengan bimbingan, motivasi dan mediator.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Dari uraian di atas, dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Permasalahan yag dialami anak telantar di PSBR. Taruna Jaya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pekerja Sosial pada anak telantar di PSBR. Taruna Jaya ditemukan beberapa permasalahan yang dialami anak telantar di PSBR Taruna Jaya adalah sebagai berikut : a). Tidak ada motivasi untuk belajar ketrampilan. b). Tidak Percaya diri c). Sikap cuek/acuh terhadap lingkungan d). Trauma/selalu merasakan ketakutan. e). Tidak konsentrasi dalam melakukan kegiatan.

2. Peran Pekerja Sosial dalam pemberdayaan terhadap anak telantar di PSBR. Taruna Jaya adalah sebagai berikut : a). Peran Pekerja Sosial sebagai pembimbing yaitu memberikan bimbingan terhadap anak telantar yang bermasalah di PSBR. Taruna Jaya mengenai hal bagaimana cara belajar yang baik, belajar hidup mandiri, menghargai orang lain dan membiasakan hidup disiplin dan juga percaya diri.

93

b). Pekerja Sosial sebagai motivator, mendorong dan memotivasi agar ke tiga anak telantar yang ada di PSBR. Taruna Jaya mau mengikuti pembelajaran ketrampilan, mau ikut serta dalam kegiatan yang ada dipanti dan taat dengan peraturan panti. c). Peran Pekerja Sosial sebagai mediator yaitu memberikan bantuan kepada ke 3 (tiga) anak telantar yang ada di PSBR. Taruna Jaya untuk menghubungkan klien dengan pengasuh, dengan teman klien maupun dengan pegawai panti, klien mengalami masalah atau memerlukan apabila

sesuatu yang

dibutuhkan. Agar segala sesuatunya dihadapi klien dapat segera tertangani.

3. Hasil yang dipacapai dalam proses pemberdayaan anak telantar di PSBR Taruna Jaya adalah sebagai berikut : a). Klien AGY yang mengalami masalah sehingga tadinya tidak mau mengikuti pembelajaran ketrampilan, tidak percaya diri dan

cuek/acuh terhadap lingkungan sekitar, saat ini klien AGY sudah mau dan semangat dalam mengikuti pembelajaran ketrampilan

begitu juga AGY juga sudah peduli dengan lingkungan sekitar dan semakin percaya diri. Hal ini dikarenakan keadaan yang sedang berjalan saat ini klien AGY sudah bisa melakukan potong rambut,

94

cremabath dan mencuci rambut sesuai dengan ilmu yang telah dipelajari. b). Klien PW yang tadinya apabila melakukn sesuatu tidak bisa

serius/konsentrasi saat ini sudah menunjukkan keseriusan dalam belajar, sudah mulai mau megikuti pembelajaran ketrampilan dan sudah sedikit percaya diri. c). Klien DPP saat ini sudah mau mengikuti belajar walaupun belum bisa seperti klien AGY dan PW, namun DPP juga sudah sedikit memahami apa yang telah dipelajari misalnya : walapun belum optimal sudah bisa mengramas rambut, crembath rambut, rasa takut yang selama ini di alami oleh DPP saat ini sudah tidak merasa takut lagi dan percaya dirinya sudah mulai terlihat.

B. Saran Mengacu pada hasil pembahasan diatas, maka dapat disampaikan saran dalam menangani anak telantar di PSBR. Taruna Jaya yakni Kepada :

1. Pihak lembaga yakni : PSBR Taruna Jaya Agar Pegawai dan pengasuh dapat selalu memotivasi, membimbing dan saling membantu untuk menghubungkan teman klien dengan

pengasuh/pegawai yang terkait dengan klien, memberikan perhatian

95

khusus terhadap anak telantar yang menjadi binaan PSBR Taruna Jaya . Hal ini agar anak telantar yang berada di PSBR. Taruna Jaya Semangat dalam mengkuti pembelajaran salon, bisa konsentrasi dalam melakukan aha apapun, tidak cuek/acuh terhadap lingkungan sekitar, bisa merasa nyaman dan aman di dalam penti serta dapat meningkatkan percaya diri.

2. Pihak Dinas Sosial Prov. DKI Jakarta. Untuk lebih efektif dalam menangani anak telantar di PSBR. Taruna Jaya perlu ditambah Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional seperti Pekerja Sosial, di karenakan di PSBR. Taruna Jaya Pekerja Sosial profesinal yang ada masih sangat kurang, sehingga tidak ideal mengingat panti tersebut menangani anak-anak yang karakteristiknya berbeda - beda dan sangat membutuhkan penanganan yang khusus. Karena pendekatan yang dilakukan oleh Pekerja Sosial yang benarbenar profesinya berbeda dengan pendekatan yang dilakukan pekerja sosial yang hanya mendapatkan pelatihan seingkat saja, seperti pendidikan dan pelatihan ( Diklat).

Lampiran 1 A. OBSERVASI TERHADAP TEMPAT KEGIATAN 1. Keadaan ruang asrama 2. Keadaan ruang kantor 3. Keadaan ruang aula 4. Keadaan ruang bimbigan sosial 5. Keadaan ruang teori bimbingan ketrampilan kerja 6. Keadaan ruang praktek bimbingan ketrampilan kerja 7. Keadaan ruang dapur 8. Keadaan ruang makan 9. Keadaan kamar mandi 10. Keadaan peraltan ketrampilan kerja. 11. Keadaan sarana belajar 12. Fasilitas Olah Raga 13. Perlengkapan kesenian 14. Perlengkapan ruang asrama 15. Keadaan lingkungan panti 16. Sarana penerangan 17. Keadaan ruang peribadatan 18. Sarana peribadatan 19. Keadaan ruang kesehatan 20. Tata letak ruang B. STUDI DOKUMENTASI 1. File klien 2. Data Panti 3. Laporan Tahunan .

Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA (Informan : Kepala Panti)

A. Identifikasi Responden 1. Nama 2. Tempat /Tanggal Lahir 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan Terakhir 5. Lama Bekerja di Panti : : : : :

B. Daftar Pertanyaan :

1. Apa yang menjadi visi dan misi PSBR. Taruna Jaya ? 2. Apa program di PSBR. Taruna Jaya ? 3. Masalah masalah apa yang ada di dalam pelaksanaan Program PSBR Taruna Jaya ? 4. Kebijakan - kebijakan apa yang di ambil di PSBR. Taruna Jaya ? 5. Sejauh mana keberhasilan klien setelah mengikuti pelatihan

ketrampilan di PSBR. Taruna Jaya 6. Apakah pemberdayaan anak telantar di PSBR. Taruna Jaya sudah cukup efektif ?

Lampiran 3 PEDOMAN WAWANCARA (Informan : Kasubag. Tata Usaha)

A. Identifikasi Responden 1. Nama 2. Tempat /Tanggal Lahir 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan Terakhir 5. Lama Bekerja di Panti : : : : :

B. Daftar Pertanyaan : 1. Apakah sarana dan prasarana yang di miliki PSBR. Taruna Jaya saat ini telah memenuhi kebutuhan program panti ? 2. Apakah jumlah personil PSBR. Taruna Jaya telah cukup untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak telantar ? 3. Apakah Struktur Organisasi cukup ideal dalam pelaksanaan program di PSBR. Taruna Jaya ? 4. Apakah dana yang di anggarkan oleh Pemda Prov. DKI Jakarta telah cukup untuk membiayai seluruh kegiatan program yang telah di rencanakan ?

5. Fasilitas apa yang diberikan klien selama mengikuti pembinaan di PSBR. Taruna Jaya? 6. Apakah perawatan barang milik panti termasuk peralatan ketrampilan sudah bejalan dengan baik ? 7. 8. Apakah menu makan sudah sesuai dengan kebutuhan klien? Apakah Pekerja Sosial Profesional di PSBR. Taruna Jaya sudah cukup untuk menangani klien yang ada. 10. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam melaksanakan pemberdayaan di PSBR. Taruna Jaya/ 11. Faktor apa yang mendukung dalam melaksanakan

pemberdayaan anak telantar di PSBR Taruna Jaya ?. 12. Bagaimana latar belakang para instruktur ketrampilan, apakah sudah memenuhi persyaratan ? 13. Apakah Kegiatan telah berjalan sesuai dengan harapan yang ingin di capai oleh PSBR> Taruna Jaya ?. 14. Bagaimana kondisi gedung PSBR Taruna Jaya saat ini ?

Lampiran 4 PEDOMAN WAWANCARA (Informan : Kepala Seksi Identifikasi dan Assesment) A. Identifikasi Responden : 1. Nama 2. Tempat /Tanggal Lahir 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan Terakhir 5. Lama Bekerja di Panti : : : : :

B. Daftar Pertanyaan : 1. Apa yang di maksud dengan penjangkauan ? 2. Bagaimana proses kegiatan penjangkauan dilakukan dan

bagaimana caranya sehingga calon klien mengetahui keberdaan PSBR Taruna Jaya 3. Dukungan ap yang di peroleh terhadap kegiatan penjangkauan ? 4. Kegiatan apa saja yang harus dilakukan pada saat proses penerimaan calon klien dan apa tujuannya ? 5. Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi bagi calon klien untuk dapat diterima menjadi klien d PSBR Taruna Jaya . 6. Apakah dalam melaksanakan pendaftaran memerlukan sarana

penunjang untuk keberhasilan pelaksanaan pendaftaran ?

7. Apakah yang dimaksud dengan identifikasi ? Lampiran 5 PEDOMAN WAWANCARA (Informan : Bimbingan dan Penyaluran )

A. Identifikasi Responden : 1. Nama 2. Tempat /Tanggal Lahir 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan Terakhir 5. Lama Bekerja di Panti B. Daftar Pertyanyaan : 1. Pelatihan apa saja yang diberikan oleh terhadap anak telantar ? 2. Apakah PSBR. Taruna Jaya memiliki kurikulum bidang ketrampilan kerja ? 3. Apakah PSBR. Taruna Jaya melakukan penyesuaian terhadap kurikulum tersebut sesuai dengan perekmbangan di masyarakat ? 4. Fasilitas apa saja yang diperoleh klien pada saat proses PSBR. Taruna Jaya : : : : :

pemberdayaan di PSBR. Taruna Jaya ? 5. Bagaiamna proses penyaluran terhadap anak telantar dan kemana penyaluran tersebut di tujukan kepada siapa ? 6. Bagaimana kondisi klien setelah pemberdayaan di PSBR.

Taruna Jaya . Lampiran 6

PEDOMAN WAWANCARA (Informan : Instruktur jurusan salaon)

A. Identifikasi Responden : 1. Nama 2. Tempat /Tanggal Lahir 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan Terakhir 5. Lama Bekerja di Panti : : : : :

B. Daftar Pertyanyaan : 1. Bagaimana kondisi rungan tempat pelatihan ketrampilan salon ? 2. Bagaimana kondisi peralatan pelatihan ketrampilan yang ada ? 3. Apakah peralatan ketrampilan, bahan ketrampilan dan perlengkapan belajar lainnya cukup memadai dalam mendukung aktivitas belajar ketrampilan 4. Faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam

melaksanakan pelatihan ketrampilan kerja di PSBR. Taruna Jaya ? 5. Apakah dalam pelatihan ketrampilan kerja di PSBR. Taruna Jaya ada evalusi secara periodik ?

Lampiran 7 PEDOMAN WAWANCARA (Informan : Instruktur jurusan salaon )

A. Identifikasi Responden : 1. Nama 2. Tempat /Tanggal Lahir 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan Terakhir 5. Lama Bekerja di Panti : : : : :

B. Daftar Pertyanyaan : 1. Darimana saudara tahu bahwa PSBR. Taruna Jaya membuka pendaftaran untuk bimbingan ? 2. Apa motivasi atau tujuan saudara masuk PSBR Taruna Jaya 3. Apakah saudara memilih jurusan ketrampilan kerja sudah sesuai minat dan bakat saudara ? 4. Apakah saudara merasa telah memenuhi persyaratan panti ? 5. Apakah perlengkpana di panti saat ini sudah cukup mmadai bagi saudara ? 6. Apakah permakanan di panti sudah cukup memenuhi standar gizi?

7. Bagaimana pelayanan kesehatan di PSBR. Taruna Jaya 8. Menurut penilaian saudara bagaimana kualitas tenaga pengajar bimbingan agama Islam di PSBR. Taruna Jaya ? 9. Apakah peralatan ketrampilan sudah cukup untuk melakukan kegiatan ? 10. Apakah menurut saudara ketersediaan bahan ketrampilan dipanti sudah cukup memadai ? 11. Apakah saudara sudah menguasai dan menjadi terampil setelah mengikuti pelatihan ketrampilan di PSBR. Taruna Jaya ?. 12. Apakah saudara yakin dengan bekal ketrampilan yang di peroleh di panti akan menjamin saudara setelah keluar dari PSBR. 13. Apakah pelakApakah faktor pendukung dan penghambat dalam mengikuti bimbigan di panti. 14. Apakah pelaksanaan PKL di luar panti bermanfaat bagi saudara ? 15. Apakah waktu PKL dirasa sudah cukup untuk memperaktekkan teori yang saudara peroleh di panti ? 16. Apakah saudara sudah merasa cukup terampil dalam melaksanakan PKL diluar panti ? 17. Menurut saudara bagaimana pelaksanaan ekstrakurikuler yang ada di panti ?

Lampiran 8

PEDOMAN OBSERVASI

A. OBSERVASI TERHADAP PERILAKU KEGIATAN 1. Kepala Panti 2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha 3. Kepala Seksi Identifikasi dan Assesment 4. Kepala Seksi Bimbingan dan Penyaluran. 5. Para tenaga bimbingan sosial. 6. Para tenaga instruktur ketrampilan kerja. 7. Para pegawai dan tenaga honorer 8. Pengasuh yang terkait langsung terhadap klien. 9. Klien angkatan 83.

B. OBSERVASI TERHADAP TEMPAT KEGIATAN 1. Keadaan ruang asrama 2. Keadaan ruang kantor 3. Keadaan ruang aula 4. Keadaan ruang bimbigan sosial 5. Keadaan ruang teori bimbingan ketrampilan kerja 6. Keadaan ruang praktek bimbingan ketrampilan kerja

7. Keadaan ruang dapur 8. Keadaan ruang makan 9. Keadaan kamar mandi 10. Keadaan peraltan ketrampilan kerja. 11. Keadaan sarana belajar 12. Fasilitas Olah Raga 13. Perlengkapan kesenian 14. Perlengkapan ruang asrama 15. Keadaan lingkungan panti 16. Sarana penerangan 17. Keadaan ruang peribadatan 18. Sarana peribadatan 19. Keadaan ruang kesehatan 20. Tata letak ruang.

C. OBSERVASI TERHADAP KEGIATAN 1. Kegiatan penerimaan calon klien 2. Kegiatan bimbingan 3. Kegiatan PKL 4. Kegiatan ekstrakurikuler 5. Kegiatan ujian 6. Kegiatan Penyaluran 7. Kegiatan Bina Lanjut.

CASE STUDY AGY/ 072010/RN/ .. I. IDENTITAS KLIEN. 1. N a m a 3. Jeni Kelamin 4. Pendidikan 5. A g a m a : AGY 2. Tempat tgl.Lahir : Jakarta, 12 Nopember 1993 : Perempuan : Tamat Sekolah Dasar : Islam Klien AGY

6. Anak ke 7. Alamat 9. Suku bangsa 10. Di rujuk 5 Duren

: Anak tunggal : -

8. Status perkawinan : Belum menikah. : Indonesia : Dari Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ). PU. Duren Sawit, Jakarta - Timur. II. STRUKTUR KELUARGA AGY. NO. NAMA JK UMUR 1. 2. 2. NS ET PA L P P 35 th 28 th 4 th PEKERJAAN PENDIDIKAN Wiraswasta Wiraswasta SLA SMP STATUS HUB. DLM. KEL. KEL. Paman Suami AGY tante AGY Tante AGY Adik kandung ibu AGY Anak tante Anak AGY kandung tante AGY Anak tante AGY Keponakan Anak kandung tante AGY Klien

3.

AS

L

2 th

-

-

4.

AGY

P 1.

Tamat SD

III. The Presenting Problem Melihat kondisi klien yang sedang mengalami keterlambatan berpikir, sehingga klien memutuskan tidak mau sekolah lagi karena sudah tidak bisa menerima pelajaran dengan baik, maka pada hari Selasa, 29 Juni 2010 pihak Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) PU 5, Duren Sawit. merujuk klien ke Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya dengan alasan agar klien untuk bisa mengikuti pelatihan ketrampilan.

IV. RIWAYAT TERJADINYA MASALAH. Klien yang bernama AGY berada di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Jakarta adalah rujukan dari Panti Soial Asuhan Anak ( PSAA ) Putra Utama 5 Duren Sawit. AGY datang ke PSBR. Taruna Jaya Jl. Tebet Barat Raya No. 100, Jakarta - Selatan pada hari Rabu, tanggal 28 Juni 2010, saat itu klien di antar oleh 2 orang petugas dari panti tersebut. Menurut informasi dari petugas yang mengantar, AGY adalah anak satu - satunya, dari bapak RY dan ibu EM namun kedua orang tuanya telah lama meninggalkan AGY karena meninggal dunia., menurut pengakuan AGY ibunya meninggal dunia karena AGY masih berusia sakit 7 th, komplikasi, yang sangat sedangkan pada waktu itu

memprihatinkan lagi setahun kemuadian

bapak AGY menderita sakit meninggal dunia juga. di

keras, sehingga menyebabkan bapaknyapun rawat oleh tantenya di Majalengka.

Berhubung kedua orang tua AGY sudah tidak ada, maka AGY

Oleh tantenya AGYdi sekolahkan sampai dengan tamat Sekolah Dasar ( SD ), mengingat perekonomian keluarga tersebut hanya pas pasan, maka AGY tidak bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Untuk itu AGY hanya membantu tantenya mengurus kedua anaknya yang masih kecil kecil dan kadang kadang AGY membantu omnya sayuran dipasar. berjualan

2. Setelah AGY sudah mulai menginjak tantenya mulai berubah setiap harinya klien usia remaja sikap

selalu di marah marahi

tanpa ada sebab yang jelas, apapun yang klien lakukan menurut tantenya tidak ada benar, dengan keadaan tersebut, maka membuat klien semakin tidak betah tinggal bersama tantenya. Sehingga pada suatu saat klien memutuskan untuk pergi ke rumah temanya yang berada di Jakarta klien di bawa ke Panti Sosial Asuhan Anak Putra tepatnya di daerah Kampung Rambutan Jakarta Timur. Pada suatu saat Utama 5 Duren Sawit, Jakarta - Timur oleh orang tua temannya. Panti tersebut adalah suatu lembaga yang menangani permasalahan sosial anak jalanan dan anak terlantar untuk di tampung dan di sekolahkan. Setelah melalui proses penerimaan, maka AGY di terima di panti tersebut, untuk kemudian di sekolahkan panti.. Namun baru memasuki semester pertama dalam mengikuti pelajaran di sekolah, klien sudah tidak bisa lagi menerima pelajaran dengan baik. Bahkan dengan berbagai alasan klien sering sekali tidak mau masuk sekolah. Sehingga hal tersebut mengakibatkan AGY mengalamii banyak ketinggalan pelajaran,maka AGY mengejar ketinggalannya tersebut. Dengan demikian maka, Remaja memutuskan untuk keluar dari sekolahnya. AGY rujuk ke Panti Sosial Bina PSBR Taruna Jaya, Agar bisa mengikuti ketrampilan saja. semakin kesulitan untuk bisa maka AGY Dengan demikian di SMP yang berada di daerah sekitar

Pada waktu AGY masuk pada angkatan 82 peride : Bulan : Juli 2010 s/ d Desember 2010. V. GAMBARAN STATUS SOSIAL EKONOMI KLIEN. a. Situasi Sosial 1 ). Hubungan / relasi Marital : Menurut pengakuan klien bahwa hubungan kedua orang tuanya pada saat mereka masih hidup cukup harmonis, mereka saling

menyangi membutuhkan

dan mengasihi, namun pada saat klien masih

kasih sayang dari orang tua Tuhan memisahan mereka karena kedua orang tuanya telah meninggal dunia. 3. 2.). Hubungan / Relasi Parental : Menurut orang tuanya Masih hidup berjalan tuanya klienpun itu dengan meninggalnya klien sangat kehilangan sekali. 3.). Hubungan awalnya hubungan mereka sangat baik, tetapi setelah berjalan sekitar 8 - 9 tahun tantenya berubah sikap karena AGY sering di marahi tantenya merasa sudah tidak mampu karenakan keadaan untuk menampung AGY hal ini di dengan tantenya. kedua orang tua yang sangat di cintai maka sangat menyayangi sangat menghormati dan menyayangi kedua orang tunya. Oleh sebab klien, begitu juga sebaliknya bahwa dengan baik, karena kedua orang pengakuan klien, bahwa hubungan klien pada saat

Pada saat AGY tinggal bersama tantenya di Majalengka

perekonomian kebutuhan ke dua anaknya sendiri.

tantenya

hanya

cukup untuk

memenuhi

4 ). Hubungan dengan pamannya ( suami tantenya ) Menurut cukup baik bahkan apabila tantenya marah terhadap AGYpamannya sering membela karena pamannya merasa bahwa AGY cukup membantu daalam hal mengurus ke dua anaknya serta mengantar kue yang dijual ke warung warung. 5 ). Hubungan dengan lingkungan. Hubungan klien dengan lingkungan cukup baik, walaupun cuek / acuh klien bahkan bertaman klien memilih milih tidak semua cocok dengan klien.. sering manja terhadap petugas, tetapi dalam pengakuan AGY hubungan dengan pamannya

4 b. Situasi Ekonomi. Pada saat kedua orang tua AGY masih hidup perekonomian keluarganya bisa di bilang maka AGY hanya bergantung kepada keluarga tantenya yang hanya jualan sayura dan jualan kue cukup, namun setelah kedua orang tuanya sudah tidak ada,

sehingga kebutuhan hidupnyapun tidak dapat terpenuhi, bahkan AGY harus pergi meninggalkan keluarga tantenya untuk mencari temannya di Jakarta. Pada awalnya AGY mau mencari pekerjaan akan tetapi mengingat pendidikannya hanya tamat SD dan usianya masih di bawah 17 tahun, maka oleh keluarga temannya AGY di masukkan ke salah Panti Sosial Asuhan Putra Utama 5 yang ada di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur, agar di di panti tersebut AGY bisa melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. c. Situasi Kesehatan. Kondisi ksehatan AGY cukup baik, hanya sedikit mengalami gangguan dalam mengunyah makanan dikarenakan giginya banyak yang lubang. d. Situasi Pendidikan Setelah kedua orang tuanya meninggal dunia, maka dalam hal pendidikan AGY Taidak bisa sekolah yang lebih tinggi hanya tamat SD, hal ini di sebabkan karena Tantenya tidak sanggup untuk membiayai berada di panti AGY melanjutkan sekolah ke tingkat SLTP, namun berhubung tidak bisa mengikuti pelajaran sehingga AGY memutuskan untuk keluar dari sekolah sekolahnya. Setelah satu lembaga milik Pemda DKI Jakarta yakni di

tersebut. e. Situasi spiritual. Dalam menjalankan ibadah / sholat belum dapat di jalankan dengan baik, karena masih ikutikutan temannya bukan dari hati nurani sendiri. Menurut pengakuan klien bahwa bapaknya ibunya yang yang asal dari Sumatra Utara itu beragama Kristen sedangkan Islam, namun menurut pengakuannya bahwa AGY beragama Islam sesuai dengan alm. Ibunya 5. VI.. IDENTIFIKASI DAN PEMAHAMAN MASALAH Dari gambaran kehidupan AGY dapat terlihat jelas bahwa permasalahan ketrampilan yakni : Jurusan alasan. Hal ini sehingga AGY tidak bisa memahami betul apa yang telah di pelajari. Namun setelah di telusuri, semenjak kedua orang tuanya mengakibat AGY kurang mampu untuk berpikir karena dalam berpikir lambat. Apabila hal ini tidak di tangani, maka AGY tidak akan bisa mampu untuk hidup mandiri. meninggal menjahit maupun Bimsos. dengan berbagai yang tidak mau mengikuti pembelajaran di alami yaitu AGY sering berasal dari Jawa Barat beragama

VII. ANALISA DINAMIKA SITUASI SOSIAL. Dari identfikasi masalah di atas, dapat di simpulkan bahwa masalah yang di alami AGY berpengaruh terhadap kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang lain, sehingga anak pada lain pada umumnya, bahkan AGY cepat menyerah tertutup kurang percaya diri, sering melamun. Hal ini tuanya yang telah lama meninggal dunia. Syamsu yaitu sebagai Berikut : Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses perkembangan atau menjadi ( becoming ), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian untuk mencapai kematangan memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang atau wawasan dalam menentukan arah kehidupannya. Di samping terdapat keniscayaan bahwa mulus atau steril dari masalah, dengan itu tidak kata lain proses perkembangan proses perkembangan individu tidak berlangsung secara suatu tentang dirinya dan lingkungannya. .juga pengalaman memiliki pemahaman tersebut, remaja Yusuf LN ( 2006 : 210 ), memaparkan problema remaja di karenakan kurangnya pengasuhan dari kedua orang membuat kemampuan berpikir lamban tidak seperti anak

selalu berjalan dalam alur linier, lurus atau searah dengan potensi, harapan nilai dan - nilai yang di anut, 6. karena banyak factor yang

menghambatnya.

Faktor penghambat

penghambat ini bisa bersifat internal dan eksterna, factor yang bersifat dalam eksternal adalah tidak yang berasal dari kondosif itu, seperti

lingkungan. Iklim lingkungan yang ketidakstabilan perceraian atau kurang

kehidupan sosial

politik, krisis ekonomi,

orang tua, sikap dan perlakuan orang tua yang otoriter memberikan kasih sayang dan pelecehan nilai nilai memberikan dan sangat

norma atau agama dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat. Iklim lingkungan yang tidak sehattersebut, cenderung dampak yang kurang baik bagi perkembangan remaja mungkin stress atau depresi.

mereka akan mengalami kehidupan yang tidak nyaman, Dalam kondisi seperti inilah banyak remaja sikap dan perilaku yang kurang wajar dengan

yang meresponnya

dan bahkan amoral, seperti kriminalitas, minuman - minuman keras penyalahgunaan obat terlarang, tawuran dan pergaulan bebas.

Proses pemecahan masalah dalam profesi pekerjaan sosial di laksanakan melalui pengembangan sumber sumber baru yang belum di di laksanakan secara maksimal baik yang brsifat internal pribadi yang ada secara efektif. maupun eksternal, sebagai upaya mengebangkan keterampilan keterampilan

Siporin

( dalam tim penyusunan modul, 2002 : 79)

:

sumber internal pada seseorang misalnya : kecerdasan, imajinasi, kreativitas, sesitivitas, motivasi, keberanian, karakter moral, kekuatan fisik, stamina, ketamanan/kecantikan, keyakinan, agama, pengetahuan dan kemampuan khusus lainnya. Sedangkan smber ekternal misalnya : harta kekayaan, prestasi, pekerjaan, kerabat berpengruh, program jaminan pensiun. yang kaya,teman yang

7. Hepwotrh dan Larsen ( dalam Tim Penyuusunan Modul, 2002 : 30) menyatakan profesipekerjaan sosial menjadi tiga tahapa yaitu : a). Exploration, assessment and planning, b). Implementation and goal attainment c). Termination and evaluation. VIII. KEKUATAN DAN KELEMAHAN : 1. Kekuatan Walaupun kemampuan berpikirnya kurang, namun klien tetap semangat terbukti dalam AGY kembali mengikuti pelatihan ketrampilan di PSBR. Taruna Jaya namun jurusan yang berbeda dengan angkatan mengambil jurusan salon. 2. Kelemahan sebelumnya angkatan 83 ini AGY angkatan 83 periode bulan : Januari s/d Juni 2011 bahwa tahapan proses pemecahan masalah dalam

AGY mempunyai kelemahan lamban dalam berpikir, sehingga dalam menerima pelajaran juga lamban dan susah untuk memahami, tidak percaya diri, AGY juga mempunyai kelamahan yakni apabila di suruh mengikuti senam kesegaran jasmani sering AGY badannya merasa lemas dan apabila di suruh mengikuti Bimsos katanya sakit begitu terus setiap hari. IX. PELAKSANAAN INTERVENSI. menolak, alasannya apabila habis senam

a. Penentuan tujuan dan sasaran 1).Tujuan Umum Tujuan intervensi secara masalah bisa yang di umum adalah agar pemecahan

Alami AGY segara dapat terselesaikan, sehingga AGY untuk segera fungsi sosialnya secara wajar, supaya tambah serta mengikuti pembelajaran dengan sungguh sungguh dapat melaksakan semangat agar bisa rajin untuk mau

memahami betul pelajaran yang telah di ikuti di harapkan hasilnya akan lebih baik dari sebelumnya. Sehingga setelah lulus nanti pergunakan untuk terjun ke masyarakat dan bisa hidup mandiri. ilmu yang di dapat bisa di

2). Tujuan Khusus. Tujuan khusus dalam intervensi klien AGY adalah : a). Agar dan dapat sungguh - sungguh dalam mengikuti ketrampilan : Salon. b). Agar klien AGY mau menerima masukan dari orang lain supaya percaya dirinya dapat di tingkatkan. c) Agar klien AGY fokus dalam mengikuti pelatihan ketrampilan supaya ilmu yang di dapat, nantinya dapat mengembangkan bakat yang dimiliki. b). Tugas dan strategi. Rencana menangani masalah AGY terlebih dahulu menentukan sistem tugas dan strategi yakni sebagai berikut : 1. Sistem Klien : AGY Tugas AGY : a). Mau merubah sikap yang cuek dan acuh agar bisa bersikap ramah terhadap lingkungan sekitar dan bisa meningkatkan rasa percaya diri. b). Untuk bisa meningkatkan kemauan mengikuti kegiatan di panti misalnya senam kesegaran jasmani, Bimsos dan lain sebagainya. c). Bertambah semangat serta tidak putus asa, tetap belajar dengan baik supaya dapat memahami pelajaran yang diberikan oleh instruktur salon. intervensi yang di lakukan oleh Pekerja Sosial dalam terbuka tidak menutup diri, sehingga klien AGY semangat dalam mengikuti pelatihan

d). Mengingat bahwa klien yang ada di panti tersebut nasib dan tujun mereka itu sama, maka AGY apabila bergaul tidak usah memilih milih. Strategi : a). Sesering mungkin di lakukan kegiatan yang sifatnya berkelompok dan kerja sama agar AGY dapat mengambil hikmahnya dalam kegiatan tersebut b). Melakukan perjanjian agar AGYmau mengikuti semua kegiatana yang ada di Panti. 9. c). Memberikan motivasi bagaimana belajar dengan baik. d). Di beri kesempatan seluas luasnya agar AGY bisa ngobrol dan bermain dengan seluruh teman temannya sesama klien. 2 ) . Sistem Sasaran : Teman teman AGY di panti. Tugas teman teman di Panti a). Dapat membantu merubah sikap AGY agar dilingkungan sekitar bisa bersikap ramah tidak cuek/acuh. b). Dapat membantu memberi motivasi agar AGY semangat dalam belajar dan tetap percaya diri. Strategi : a). Menciptakan hubungan baik dan ramah serta peduli terhadap lingkugan sekitar dan pandangan pandangan tentang

untuk saling membantu satu sama yang lainnya. Karena apabila hal tersebut dapat berjalan, maka akan bisa meingkatkan semangat dalam belajar. 3. Sistem lembaga : Tugas lembaga : Sebagai lembaga yang memberikan pelayanan sosial kepada AGY Strategi : Memenuhi sarana dan prasarana yang di butuhkan AGY selama mengikuti pelatihan ketramplan dipanti dalam waktu 6 bulan. 4). Sistem pelaksanaan perubahan Pekerja Sosial ( PS ) Tugas Pekerja Sosial ( PS ). a). Membantu mampu dan bisa memahami betul ilmu yang telah kelas. b). Menyediakan keperluan yang AGY butuhkan. c). Membantu memcahkan agar dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Strategi Mengupayakan agar AGY mampu dalam mengikuti ketrampilan sehingga dapat memahami betul pelajaran yang telah di terima. c. Peran Pekerja Sosial. Peran Pekerja Sosial yaitu antara lain : 1.Pendamping pelatihan masalah yang di hadapi AGY di pelajari di dalam serta memotivasi dalam belajar, agar AGY

Mendampingi AGY baik pada pada saat melakukan kegiatan dengan lain,

waktu belajar di kelas maupun dalam menyesuaikan diri

termasuk

lingkungan sekitar agar bsa menunjukkan sikap ramah dan tidak cuek/ acuh di lingkunan sekitar. 2. Sebagai Motivator Memberi semangat pembelajaran dan bisa mengetahui dengan baik pelajaran yang telah di terima. 3. Sebagai broker ( penghubung ) Menyampaikan perasaan dan ungkapan serta keluhan AGY kepada Instruktur, teman sesama klien serta ke pihak lembaga. 4. Sebagai negosiator. Melakukan penawaran kepada orang orang di sekitar, agar mau mendukung dan memberikan mengikuti ketrampilan yakni salon. XI. HASIL YANG DI CAPAI. Setelah adanya motivasi dan pendampingan dari Pekerja Sosial, maka hasil yang di capai adalah sebagai berikut : 1. Sebelumnya AGY tidak percaya diri karena kurang bisa memahami pelajaran yang telah di terima di kelas, tetapi sekarang sudah bisa memahami ilmu yang telah di semangat kepada AGY agar semakin rajin dalam bahwa AGY mampu untuk mengikuti

peroleh

dalam mengikuti pelatihan ketrampilan yakni : salon/tata rias. terhadap lingkungan,

2. Sebelumya AGY memiliki sikap cuek/acuh sekarang sudah

menunjukkan sikap ramah dan tidak cuek terhadap lingkungan sekitar. 3. AGY saat ini rajin untuk mengikuti kegiatan senam, bimsos dan sekarang lebih rajin di banding teman teman sesama klien lainnya. 4. AGY yang semula apabila berteman selalu memilih milih sekarang mau bergaul dengan siapa saja. lainnya bahkan

XII. STABILISASI USAHA PERUBAHAN. Untuk menjaga perubahan yang sedang berjalan tetap terjaga, maka Pekerja Sosial akan Selalu melakukan memonitoring terhadap perkembangan AGY . Adapun pihak lembaga yakni : khususnya jurusan salon serta dengan teman sesama klien. Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya , para instruktur kegiatan ini akan dilakukan melalui kerja sama dengan

III. The Presenting Problem Melihat kondisi klien yang sedang mengalami keterlambatan berpikir, sehingga klien memutuskan tidak mau sekolah lagi karena sudah tidak bisa menerima pelajaran dengan baik, maka pada hari Selasa, 29 Juni 2010 pihak Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) PU 5, Duren Sawit. merujuk klien ke Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya dengan alasan agar klien untuk bisa mengikuti pelatihan ketrampilan. IV. RIWAYAT TERJADINYA MASALAH. Klien yang bernama AGY berada di Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Jakarta adalah rujukan dari Panti Soial Asuhan Anak ( PSAA ) Putra Utama 5 Duren Sawit. AGY datang ke PSBR. Taruna Jaya Jl. Tebet Barat Raya No. 100, Jakarta - Selatan pada hari Rabu, tanggal 28 Juni 2010, saat itu klien di antar oleh 2 orang petugas dari panti tersebut. Menurut informasi dari petugas yang mengantar, AGY adalah anak satu - satunya, dari bapak RY dan ibu EM namun kedua orang tuanya telah lama meninggalkan AGY karena meninggal dunia., menurut pengakuan AGY ibunya meninggal dunia karena AGY masih berusia sakit 7 th, komplikasi, yang sangat sedangkan pada waktu itu

memprihatinkan lagi setahun kemuadian

bapak AGY menderita sakit meninggal dunia juga. di

keras, sehingga menyebabkan bapaknyapun rawat oleh tantenya di Majalengka.

Berhubung kedua orang tua AGY sudah tidak ada, maka AGY

Oleh tantenya AGYdi sekolahkan sampai dengan tamat Sekolah Dasar ( SD ), mengingat perekonomian keluarga tersebut hanya pas pasan,

maka AGY tidak bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Untuk itu AGY hanya membantu tantenya mengurus kedua anaknya yang masih kecil kecil dan kadang kadang AGY membantu omnya sayuran dipasar. berjualan

2. Setelah AGY sudah mulai menginjak tantenya mulai berubah setiap harinya klien usia remaja sikap

selalu di marah marahi

tanpa ada sebab yang jelas, apapun yang klien lakukan menurut tantenya tidak ada benar, dengan keadaan tersebut, maka membuat klien semakin tidak betah tinggal bersama tantenya. Sehingga pada suatu saat klien memutuskan untuk pergi ke rumah temanya yang berada di Jakarta klien di bawa ke Panti Sosial Asuhan Anak Putra tepatnya di daerah Kampung Rambutan Jakarta Timur. Pada suatu saat Utama 5 Duren Sawit, Jakarta - Timur oleh orang tua temannya. Panti tersebut adalah suatu lembaga yang menangani permasalahan sosial anak jalanan dan anak terlantar untuk di tampung dan di sekolahkan. Setelah melalui proses penerimaan, maka AGY di terima di panti tersebut, untuk kemudian di sekolahkan panti.. Namun baru memasuki semester pertama dalam mengikuti pelajaran di sekolah, klien sudah tidak bisa lagi menerima pelajaran dengan baik. Bahkan dengan berbagai alasan klien sering sekali tidak mau masuk sekolah. Sehingga hal tersebut mengakibatkan AGY mengalamii banyak ketinggalan pelajaran,maka AGY mengejar ketinggalannya tersebut. memutuskan untuk keluar dari sekolahnya. semakin kesulitan untuk bisa maka AGY Dengan demikian di SMP yang berada di daerah sekitar

Dengan demikian maka, Remaja

AGY

rujuk ke Panti Sosial Bina

PSBR Taruna Jaya, Agar bisa mengikuti ketrampilan saja.

Pada waktu AGY masuk pada angkatan 82 peride : Bulan : Juli 2010 s/ d Desember 2010. V. GAMBARAN STATUS SOSIAL EKONOMI KLIEN. a. Situasi Sosial 1 ). Hubungan / relasi Marital : Menurut pengakuan klien bahwa hubungan kedua orang tuanya pada saat mereka masih hidup cukup harmonis, mereka saling menyangi membutuhkan kasih sayang dari orang tua Tuhan memisahan mereka karena kedua orang tuanya telah meninggal dunia. 3. 2.). Hubungan / Relasi Parental : Menurut orang tuanya Masih hidup berjalan tuanya klienpun itu dengan meninggalnya klien sangat kehilangan sekali. kedua orang tua yang sangat di cintai maka sangat menyayangi sangat menghormati dan menyayangi kedua orang tunya. Oleh sebab klien, begitu juga sebaliknya bahwa dengan baik, karena kedua orang pengakuan klien, bahwa hubungan klien pada saat dan mengasihi, namun pada saat klien masih

3.). Hubungan awalnya hubungan

dengan tantenya.

Pada saat AGY tinggal bersama tantenya di Majalengka mereka sangat baik, tetapi setelah berjalan sekitar 8 - 9 tahun tantenya berubah sikap karena AGY sering di marahi tantenya merasa sudah tidak mampu karenakan keadaan perekonomian kebutuhan ke dua anaknya sendiri. 4 ). Hubungan dengan pamannya ( suami tantenya ) Menurut cukup baik bahkan apabila tantenya marah terhadap AGYpamannya sering membela karena pamannya merasa bahwa AGY cukup membantu daalam hal mengurus ke dua anaknya serta mengantar kue yang dijual ke warung warung. 5 ). Hubungan dengan lingkungan. Hubungan klien dengan lingkungan cukup baik, walaupun cuek / acuh klien bahkan bertaman klien memilih milih tidak semua cocok dengan klien.. sering manja terhadap petugas, tetapi dalam pengakuan AGY hubungan dengan pamannya tantenya hanya cukup untuk memenuhi untuk menampung AGY hal ini di

4 b. Situasi Ekonomi. Pada saat kedua orang tua AGY masih hidup perekonomian keluarganya bisa di bilang maka AGY hanya bergantung kepada keluarga tantenya yang hanya jualan sayura dan jualan kue sehingga kebutuhan hidupnyapun tidak dapat terpenuhi, bahkan AGY harus pergi meninggalkan keluarga tantenya untuk mencari temannya di Jakarta. Pada awalnya AGY mau mencari pekerjaan akan tetapi mengingat pendidikannya hanya tamat SD dan usianya masih di bawah 17 tahun, maka oleh keluarga temannya AGY di masukkan ke salah Panti Sosial Asuhan Putra Utama 5 yang ada di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur, agar di di panti tersebut AGY bisa melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. c. Situasi Kesehatan. Kondisi ksehatan AGY cukup baik, hanya sedikit mengalami gangguan dalam mengunyah makanan dikarenakan giginya banyak yang lubang. d. Situasi Pendidikan satu lembaga milik Pemda DKI Jakarta yakni di cukup, namun setelah kedua orang tuanya sudah tidak ada,

Setelah kedua orang tuanya meninggal dunia, maka dalam hal pendidikan AGY Taidak bisa sekolah yang lebih tinggi hanya tamat SD, hal ini di sebabkan karena Tantenya tidak sanggup untuk membiayai berada di panti AGY melanjutkan sekolah ke tingkat SLTP, namun berhubung tidak bisa mengikuti pelajaran sehingga AGY memutuskan untuk keluar dari sekolah tersebut. e. Situasi spiritual. Dalam menjalankan ibadah / sholat belum dapat di jalankan dengan baik, karena masih ikutikutan temannya bukan dari hati nurani sendiri. Menurut pengakuan klien bahwa bapaknya ibunya yang yang asal dari Sumatra Utara itu beragama Kristen sedangkan Islam, namun menurut pengakuannya bahwa AGY beragama Islam sesuai dengan alm. Ibunya 5. VI.. IDENTIFIKASI DAN PEMAHAMAN MASALAH Dari gambaran kehidupan AGY dapat terlihat jelas bahwa permasalahan ketrampilan yang tidak mau mengikuti pembelajaran di alami yaitu AGY sering berasal dari Jawa Barat beragama sekolahnya. Setelah

yakni : Jurusan alasan. Hal ini

menjahit maupun Bimsos. dengan berbagai

sehingga AGY tidak bisa memahami betul apa yang telah di pelajari. Namun setelah di telusuri, semenjak kedua orang tuanya mengakibat AGY kurang mampu untuk berpikir karena dalam berpikir lambat. Apabila hal ini tidak di tangani, maka AGY tidak akan bisa mampu untuk hidup mandiri. VII. ANALISA DINAMIKA SITUASI SOSIAL. Dari identfikasi masalah di atas, dapat di simpulkan bahwa masalah yang di alami AGY berpengaruh terhadap kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang lain, sehingga anak pada lain pada umumnya, bahkan AGY cepat menyerah tertutup kurang percaya diri, sering melamun. Hal ini tuanya yang telah lama meninggal dunia. Syamsu yaitu sebagai Berikut : Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses perkembangan atau menjadi ( becoming ), yaitu berkembang ke arah kematangan Yusuf LN ( 2006 : 210 ), memaparkan problema remaja di karenakan kurangnya pengasuhan dari kedua orang membuat kemampuan berpikir lamban tidak seperti anak meninggal

atau kemandirian untuk mencapai kematangan memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang atau wawasan dalam tentang dirinya

tersebut,

remaja

memiliki

pemahaman

dan lingkungannya. .juga pengalaman suatu secara

menentukan arah kehidupannya. Di samping terdapat keniscayaan bahwa mulus atau steril dari masalah, dengan itu tidak proses perkembangan individu tidak berlangsung

kata lain proses perkembangan

selalu berjalan dalam alur linier, lurus atau searah dengan potensi, harapan nilai dan - nilai yang di anut, 6. karena banyak factor yang

menghambatnya.

Faktor penghambat

penghambat ini bisa bersifat internal dan eksterna, factor yang bersifat dalam eksternal adalah tidak yang berasal dari kondosif itu, seperti

lingkungan. Iklim lingkungan yang ketidakstabilan perceraian atau kurang

kehidupan sosial

politik, krisis ekonomi,

orang tua, sikap dan perlakuan orang tua yang otoriter memberikan kasih sayang dan pelecehan nilai nilai memberikan dan sangat

norma atau agama dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat. Iklim lingkungan yang tidak sehattersebut, cenderung dampak yang kurang baik bagi perkembangan remaja mungkin stress atau depresi.

mereka akan mengalami kehidupan yang tidak nyaman, Dalam kondisi seperti inilah banyak remaja sikap dan perilaku yang kurang wajar dengan

yang meresponnya

dan bahkan amoral, seperti kriminalitas, minuman - minuman keras penyalahgunaan obat terlarang, tawuran dan pergaulan bebas.

Proses pemecahan masalah dalam profesi pekerjaan sosial di laksanakan melalui pengembangan sumber sumber baru yang belum di di laksanakan secara maksimal baik yang brsifat internal pribadi yang ada secara efektif. Siporin ( dalam tim penyusunan modul, 2002 : 79) : maupun eksternal, sebagai upaya mengebangkan keterampilan keterampilan

sumber internal pada seseorang misalnya : kecerdasan, imajinasi, kreativitas, sesitivitas, motivasi, keberanian, karakter moral, kekuatan fisik, stamina, ketamanan/kecantikan, keyakinan, agama, pengetahuan dan kemampuan khusus lainnya. Sedangkan smber ekternal misalnya : harta kekayaan, prestasi, pekerjaan, kerabat berpengruh, program jaminan pensiun. yang kaya,teman yang

7. Hepwotrh dan Larsen ( dalam Tim Penyuusunan Modul, 2002 : 30) menyatakan profesipekerjaan sosial menjadi tiga tahapa yaitu : a). Exploration, assessment and planning, b). Implementation and goal attainment c). Termination and evaluation. VIII. KEKUATAN DAN KELEMAHAN : bahwa tahapan proses pemecahan masalah dalam

1. Kekuatan Walaupun kemampuan berpikirnya kurang, namun klien tetap semangat terbukti dalam AGY kembali mengikuti pelatihan ketrampilan di PSBR. Taruna Jaya namun jurusan yang berbeda dengan angkatan mengambil jurusan salon. 2. Kelemahan AGY mempunyai kelemahan lamban dalam berpikir, sehingga dalam menerima pelajaran juga lamban dan susah untuk memahami, tidak percaya diri, AGY juga mempunyai kelamahan yakni apabila di suruh mengikuti senam kesegaran jasmani sering AGY badannya merasa lemas dan apabila di suruh mengikuti Bimsos katanya sakit begitu terus setiap hari. X. PELAKSANAAN INTERVENSI. menolak, alasannya apabila habis senam sebelumnya angkatan 83 ini AGY angkatan 83 periode bulan : Januari s/d Juni 2011

a. Penentuan tujuan dan sasaran 1).Tujuan Umum Tujuan intervensi secara masalah bisa yang di umum adalah agar pemecahan

Alami AGY segara dapat terselesaikan, sehingga AGY untuk segera

dapat melaksakan semangat agar bisa serta rajin untuk mau

fungsi sosialnya secara wajar, supaya tambah

mengikuti pembelajaran dengan sungguh sungguh

memahami betul pelajaran yang telah di ikuti di harapkan hasilnya akan lebih baik dari sebelumnya. Sehingga setelah lulus nanti pergunakan untuk terjun ke masyarakat dan bisa hidup mandiri. 2). Tujuan Khusus. Tujuan khusus dalam intervensi klien AGY adalah : a). Agar dan dapat sungguh - sungguh dalam mengikuti ketrampilan : Salon. b). Agar klien AGY mau menerima masukan dari orang lain supaya percaya dirinya dapat di tingkatkan. d) Agar klien AGY fokus dalam mengikuti pelatihan ketrampilan supaya ilmu yang di dapat, nantinya dapat mengembangkan bakat yang dimiliki. b). Tugas dan strategi. Rencana menangani masalah AGY terlebih dahulu menentukan sistem tugas dan strategi yakni sebagai berikut : 1. Sistem Klien : AGY intervensi yang di lakukan oleh Pekerja Sosial dalam terbuka tidak menutup diri, sehingga klien AGY semangat dalam mengikuti pelatihan ilmu yang di dapat bisa di

Tugas AGY : a). Mau merubah sikap yang cuek dan acuh agar bisa bersikap ramah terhadap lingkungan sekitar dan bisa meningkatkan rasa percaya diri. b). Untuk bisa meningkatkan kemauan mengikuti kegiatan di panti misalnya senam kesegaran jasmani, Bimsos dan lain sebagainya. c). Bertambah semangat serta tidak putus asa, tetap belajar dengan baik supaya dapat memahami pelajaran yang diberikan oleh instruktur salon. d). Mengingat bahwa klien yang ada di panti tersebut nasib dan tujun mereka itu sama, maka AGY apabila bergaul tidak usah memilih milih. Strategi : a). Sesering mungkin di lakukan kegiatan yang sifatnya berkelompok dan kerja sama agar AGY dapat mengambil hikmahnya dalam kegiatan tersebut b). Melakukan perjanjian agar AGYmau mengikuti semua kegiatana yang ada di Panti. 9. c). Memberikan motivasi bagaimana belajar dengan baik. d). Di beri kesempatan seluas luasnya agar AGY bisa ngobrol dan bermain dengan seluruh teman temannya sesama klien. 2 ) . Sistem Sasaran : Teman teman AGY di panti. Tugas teman teman di Panti dan pandangan pandangan tentang

a). Dapat membantu merubah sikap AGY agar dilingkungan sekitar bisa bersikap ramah tidak cuek/acuh. b). Dapat membantu memberi motivasi agar AGY semangat dalam belajar dan tetap percaya diri. Strategi : a). Menciptakan hubungan baik dan ramah serta peduli terhadap lingkugan sekitar untuk saling membantu satu sama yang lainnya. Karena apabi