Top Banner

of 38

BAB III Tranformasi Laplace

Jul 05, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    1/38

     Bab III. Transformasi Laplace 33

    BAB III

    TRANSFORMASI LAPLACE

    3.1  Pendahuluan

    Penggunaan Transformasi Laplace dalam pengendalian proses bertujuan untuk

    memberikan metode yang sederhana dan mudah untuk menyelesaikan persamaan-

     persamaan deferensial linier atau persamaan hasil linierisasi sebagai hasil pemodelan

     proses kimia secara matematis.

    Dengan Transformasi Laplace memungkinkan dilakukan :1.  Pengembangan model hubungan Input-Output secara sederhana, yang sangat

     berguna untuk tujuan pengendalian proses

    2.  Analisa kuantitatif secara langsung tentang bagaimana suatu proses kimia

     bereaksi (tanggapan) terhadap berbagai gangguan eksternal.

    3.2  Definisi Transformasi Laplace

    Transformasi Laplace F(s) dari fungsi f(t) dapat didefinisikan sebagai :

    (3.1)

    Catatan :

    1.  Definisi yang lebih mendasar dari Transformasi Laplace adalah seperti ditunjukkan

     pada persamaan berikut :

    (3.1.a)

    Jika fungsi f(t) kontinnyu dan terdifinisi untuk setiap nilai t dalam rentang t=0

    Sampai t =∞, maka definisi pada persamaan 3.1.a. akan dapat direduksi menjadi

     persamaan 3.1.

    2.  Dari definisi 3.1 dan 3.1.a terlihat bahwa Tansformasi Laplace merupakan

     pengubahan/tramsformasi dari suatu domain waktu (waktu sebagai variabel bebas) ke

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    2/38

     Bab III. Transformasi Laplace 34

    domain s (dengan s sebagai variabel bebas), s adalah variabel yang didefinisikan

    sebagai bidang kompleks (contoh : a = a + jb)

    3.  Dari definisi 7.1 dan 7.1.a terlihat bahwa Tansformasi Laplace f(t) hanya akan ada

     bila integral dt et  f   st ∫∞

    0)(  memiliki nilai tertentu yang terhingga (bounded). Untuk

    fungsiat et  f    =)(  dengan a > 0, maka :

    (3.2)

    4.  Transformasi Laplace adalah suatu operator yang linier :

    (3.3)

    dengan a1  dan a2  adalah parameter yang nilainya kontan (konstanta). Pembuktian

    hubungan ini sebagai berikut :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    3/38

     Bab III. Transformasi Laplace 35

    3.2.1  Transformasi Laplace Beberapa Fungsi Utama

    Transformasi Laplace untuk berbagai fungsi utama adalah sebagai berikut:

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    4/38

     Bab III. Transformasi Laplace 36

     

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    5/38

     Bab III. Transformasi Laplace 37

     

    3.2.2  Transformasi Laplace Fungsi Diferensial Turunan

    Transformasi Laplace fungsi diferensial/turunan pertama dapat dinyatakan

    sebagai berikut :

    (3.4)

     

    dan Transformasi Laplace fungsi diferensial/turunan kedua sebagai berikut :

    (3.5)

    Transformasi Laplace untuk persamaan diferensial dapat didefinisikan secara umum

    sebagai berikut :

    (3.6)

    3.2.3  Transformasi Laplace Fungsi Integral

    Transformasi Laplace fungsi integral dapat dinyatakan sebagai berikut :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    6/38

     Bab III. Transformasi Laplace 38

      (3.7)

    3.2.4  Teorema Nilai Akhir (Final Value Theorem)

    Transformasi Laplace dari teorama nilai akhir dapat dinyatakan sebagai berikut :

    (3.8)

    3.2.5  Teorema Nilai Awal ( Initial Value Theorem)

    Transformasi Laplace dari teorama nilai awal dapat dinayatakan sebagai berikut :

    (3.9)

    3.3  Penyelesaian Persamaan Deffensial dengan Tranformasi Laplace

    Prosedur penyelesaian persamaan deferensial dengan menggunakan Transformasi

    Laplace dikembangkan oleh seorang insinyur Inggris, Oliver Heaviside. Sebagai contoh

    dapat diambil suatu sistem Tangki Pemanas Berpengaduk.

    Contoh 3.1:

    Sintem Input-Output  untuk Tangki Pemanas Berpengaduk

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    7/38

     Bab III. Transformasi Laplace 39

     Neraca massa sistem :

    =

    waktu

     Keluar  MassaTotal 

    waktu

     Masuk  MassaTotal 

    waktu

    Total  Massa Akumulasi

     

    atau,  F  F dt 

     Ahd i   ρ  ρ 

     ρ −=

    )(  ;  Massa Total = ρAh = ρV

     jika ρ konstan, maka :

     F  F dt 

    dh A

    i

     −=   atau  F  F dt 

    dV 

    i

     −=  

    dimana : Fi = Laju alir volumetrik masuk tangki

     F = Laju alir volumetrik keluar tangk

     Neraca energi sistem :

    +

    =

    waktu

     steam

    dari Energi

    waktu

     Keluar 

    Total  Energi

    waktu

     Masuk 

    Total  Energi

    waktu

    Total 

     Energi Akumulas

     

    Atau,

    QT T  FC T T C  F dt 

    T T  AhC d ref  pref i pi

    ref  p+−−−=

    −)()(

    )( ρ  ρ 

     ρ  

    dimana Q adalah jumlah energi yang dipasok oleh steam per satuan waktu.

    Bila T ref  = 0, maka :

     p

    ii

    Q FT T  F 

    dt 

    hT d  A

     ρ 

    +−=)(

     

     p

    iiC 

    Q FT T  F 

    dt 

    dh AT 

    dt 

    dT  Ah

     ρ +−=+   , dimana :  F  F 

    dt 

    dh A i  −=  

     p

    iiiC 

    Q FT T  F  F  F T 

    dt 

    dT  Ah

     ρ +−=−+ )(  

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    8/38

     Bab III. Transformasi Laplace 40

     p

    ii

    QT T  F 

    dt 

    dT  Ah

     ρ 

    +−= )(  

    Dengan asumsi bahwa  F i  = F   (ketinggian cairan dalam tangki tetap), maka akan

    menghasilkan dV/dt = 0, sehingga persamaan yang tertinggal hanya neraca energi berikut

    :

    Jumlah energi/panas yang dipasok oleh steam, Q dapat diperoleh dari hubungan :

    dimana,

    U   = koefisien perpindahan panas keseluruhan

     At   = luas perpindahan panas

    T  st   = temperatur steam 

    Substitusi kedua persamaan diatas akan diperoleh hubungan berikut :

    atau,

    (3.10)

    dengan,

    Persamaan 3.10. merupakan model Matematika untuk tangki pemanas berpengaduk

    dengan variabel keadaan T dari variabel-variabel masukan (input) T i  dan T  st.  Pada

    keadaaan steady state (mantap) menjadi :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    9/38

     Bab III. Transformasi Laplace 41

    Dengan T s, T i.s dan T st.s adalah nilai-nilai steady-state dari variabel-variabel terkait.

    Hasil pengurangan persamaan kondisi  steady  diatas dengan persamaan asal 3.10.diperoleh :

    atau,

    (3.10.a)

    dimana, .

    adalah variabel-variabel penyimpangan dari keadaan steady-nya T s , T i  ,s dan T st ..

    Penyelesaian persamaannya dengan Transformasi Laplace

    Persamaan 3.10.a. di atas dapat dijabarkan dalam bentuk variabel penyimpangan berikut

    :

    (3.11)

    Jika pemanas mula-mula dalam keadaan tunak/steady [T’(0) = 0], kemudian pada

    t = 0  temperatur aliran masuk nail 10oF dari nilai steadynya menurut fungsi step dan

    tetap berada pada tingkat tersebut [Ti’(t) = 10o F ] pada t > 0, temperatur cairan dalam

    tangki akan naik. Perubahan temperatur cairan dalam tangki terhadap waktu dapat

    dipelajari dengan menyelesaikan persamaan 3.11.

    Persamaan 3.11 adalah persamaan deferinsial linier orde satu dengan koefisien

    yang konstan, sehingga persamaan tersebut dapat diselesaikan menggunakan

    Transformasi Laplace. Prosedur penggunaan Transformasi Laplace untuk menyelesaikan

     persamaan diferensial tersebut adalah sebagai berikut:

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    10/38

     Bab III. Transformasi Laplace 42

    1.  Mula-mula ruas kanan dan ruas kiri persamaan 3.11 ditransformasikan sebagai

     berikut :

    atau,

    (3.12)

    sehingga :

    (3.13)

    2.  Solusi dari persamaan deferensial ini adalah fungsi T’(t)  yang hasil Transformasi

    Laplace-nya adalah ruas kanan dari persamaan T(s)  di atas. Manipulasi terhadap

     persamaan 3.13 akan menghasilkan bentuk :

    (3.14)

    Dari tabel pada subBab 3.2.1 dapat ditentukan bahwa :

    •  Fungsi dengan Transformasi Laplace 1/s adalah fungsi step satuan

    •  Fungsi dengan Transformasi Laplace 1/(s+a) adalah fungsi e

    -at  

    Dengan demikian, fungsi T’(t) dapat dijabarkan sebagai berikut :

    (3.15)

    Fungsi T’(t) pada persamaan 3.15 adalah solusi persamaan diferensial 3.11. di atas.

    Penentuan fungsi waktu dari suatu Transformasi Laplace disebut inversi Transformasi

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    11/38

     Bab III. Transformasi Laplace 43

    Laplace, dan merupakan langkah yang paling kritis dalam menyelesaikan persamaan

    diferensial linier menggunakan Transformasi Laplace.

    Berdasarkan contoh kasus di atas teknik penyelesaian persamaan menggunakan

    Transformasi Laplace dapat dijabarkan dalam beberapa langkah berikut :

    Langkah 1  : Melakukan Tranformasi Laplace terhadap kedua ruas persamaan

    deferensial. Transformasi Laplace berbagai turunan dapat ditemukan

    menggunakan persamaan 3.4, 3.5, 3.6 dan syarat-syarat awal untuk

     persamaan deferensial tersebut.

    Langkah 2 : Menyelesaikan persamaan aljabar yang dihasilkan dalam bentuk

    Transformasi Laplace dari fungsi solusi persamaan yang tidak diketahui.

    Langkah 3 : Menemukan fungsi waktu dari Transformasi Laplacenya (inversi) yang

    didapatkan dari langkah 2. Fungsi waktu ini merupakan solusi yang

    diharapkan dari persamaan diferensial pada langkah 1 di atas.

    3.4  Inversi Transformasi Laplace

    Seperti telah dijelaskan di atas, bagian yang paling kritis dalam menyelesaikan

    suatu persamaan menggunakan Transformasi Laplace adalah inversi  dari Transformasi

    Laplace yang dihasilkan. Penyelesaian fungsi Transformasi Laplace dapat dilakukan

    menggunakan metode Ekspansi Heaviside atau ekspansi persamaan menjadi fraksi-fraksi

     parsial.

    Hasil Transformasi Laplace suatu fungsi x(t) dapat dituliskan sebagai berikut :

    (3.16)

    dengan Q(s) dan P(s) adalah polinomial dalam s dengan orde m dan n 

    Inversi hasil Transformasi Laplace dengan metode ekspansi fraksi parsial dapat

    dilakukan dalam tiga tahap berikut :

    (1) Ekspansikan Q(s)/P(s) menjadi fraksi dalam deret :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    12/38

     Bab III. Transformasi Laplace 44

      (3.17)

    dengan, r 1(s), r 2(s), r n(s) adalah polinomial dengan orde yang lebih rendah

    dari n, yaitu orde 1,2 dan seterusnya.

    (2) Hitung harga masing-masing konstanta C 1 , C 2 , ..., Cn 

    (3) Tentukan inversi Transformasi Laplace dari masing-masing fraksi parsial.

    Fungsi x(t) yang dicari dapat dituliskan sebagai berikut :

    (3.18)

    Inversi terhadap masing-masing suku dapat dilakukan lebih mudah dengan

    menggunakan Tabel Inversi Transformasi Laplace untuk fungsi-fungsi umum sebagai

     berikut :

    Tabel 3.1. Inversi Transformasi Laplace untuk Beberapa Fungsi

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    13/38

     Bab III. Transformasi Laplace 45

     

    Ekspansi fungsi  x(t)  yang merupakan perbandingan dua polinomial Q(s) dan P(s)

    (persamaan 3.16) ke dalam deretan fraksi ditentukan oleh bentuk dan akar polinomial

     penyebut P(s). Secara umum, dalam inversi Transformasi Laplace akan ditemui dua

    kasus berikut :

    1.  Polinomial P(s) yang memiliki n akan (semua berbeda), nyata atau kompleks.

    2.  Polinomial P(s) yang memiliki akar-akar ganda.

    Kedua kasus di atas diterangkan lebih lanjut dalam contoh-contoh kasus berikut :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    14/38

     Bab III. Transformasi Laplace 46

    1. Polinomial P(s) yang memiliki akar-akar nyata dan berbeda

    Transformasi Laplace dari suatu fungsi x(t) adalah sebagai berikut :

    (3.19)

    Polinomial penyebut P(s) adalah persamaan orde 3 berikut :

    yang memiliki 3 akar berikut :

    sehingga :

    Jadi persamaan 3.19. dapat dituliskan sebagai berikut ;

    (3.20)

    Ekspansikan persamaan 3.20 menjadi deretan fraksi-fraksi parsial akan menghasilkan

     bentuk persamaan sebagai berikut ;

    (3.21)

    dengan C 1 , C 2 , dan  C 3 ,, adalah konstanta-konstanta yang belum diketahui dan harus

    ditentukan nilainya.

    Untuk mendapatkan penyelesaian dalam domain waktu, f(t) dapat dilakukan dengan

    invers hasil Transformasi Laplace, berikut :

    dengan menggunakan Tabel 3.1. akan didapatkan :

    (3.22)

    yang merupakan hasil inversi dari Transformasi Laplace persamaan 3.20.

    Cara perhitungan untuk menentukan konstanta C 1 , C 2 , dan C 3 ,, adalah sebagai berikut :

    Perhitungan C 1:

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    15/38

     Bab III. Transformasi Laplace 47

    Kalikan kedua ruas kanan dan ruas kiri persamaan 3.21. dengan ( s-1) :

    Substitusikan nilai s yang akan menyebabkan  s-1=0, [s=1] ke dalam persamaan di atas,

    akan mengakibatkan kedua suku terakhir pada ruas kanan persamaan tersebut menjadi

    nol, sehingga :

    Perhitungan C 2:Kalikan kedua ruas persamaan 3.21 dengan ( s+1) :

    Substitusikan nilai s yang akan menyebabkan  s+1=0, [s=1] ke dalam persamaan diatas

    akan memberikan hasil berikut :

    Perhitungan C 3 :

    Kalikan ruas kanan dan ruas kiri persamaan 3.21. dengan ( s-2) :

    Substitusikan nilai s yang akan menyebabkan  s-2=0, [s=2], ke dalam persamaan di atas

    akan memberikan hasil berikut :

    Dengan demikian, inversi Transformasi Laplace dari persamaan 3.22. akan menghasilkan

     persamaan dalam domain waktu sebagai berikut :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    16/38

     Bab III. Transformasi Laplace 48

    2. Polinomial P(s) yang memiliki akar-akar berupa bilangan kompleks

    Transformasi Laplace dari suatu fungsi x(t) adalah sebagai berikut :

    (3.23)

    Polinomial penyebut  P(s)  adalah persamaan orde dua yang memiliki 2 akar berbeda

    dalam bentuk bilangan kompleks berikut :

    sehingga ;

    dan persamaan 2.23. dapat ditulis ulang dan diekspansikan dalam bentuk deretan fraksi-

    fraksi parsial berikut :

    (3.24)

    Dengan menggunakan Tabel pada sub bab 3.2.1., didapatkan :

    Perhitungan nilai C 1 dan C 2 pada kasus ini dilakukan dengan cara yang sama seperti pada

    kasus polinomial P(s) yang memiliki akar-akar nyata.

    Perhitungan C 1:

    Kalikan ruas kanan dan ruas kiri persamaan 3.24. dengan [s-(1+2j)] :

    Substitusikan nilai s yang akan menyebabkan  s-(1+2j)=0 ,sehingga  [s=1+2j]  ke dalam

     persamaan di atas akan memberikan hasil berikut :

    Perhitungan C 2:

    Kalikan kedua ruas persamaan 3.24. dengan [s-(1-2j)] :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    17/38

     Bab III. Transformasi Laplace 49

     Substitusikan nilai s yang akan menyebabkan  s-(-+2j)=0 ,sehingga  [s=1-2j]  ke dalam

     persamaan di atas akan memberikan hasil berikut :

    Dengan demikian, inversi Transformasi Laplace dari persamaan 3.24. akan menghasilkan

     persamaan dalam domain waktu sebagai berikut :

    atau,

    (3.26)

    dari hubungan berikut :

    akan didapatkan bahwa :

    Substitusi hubungan di atas ke dalam variabel e2t dan e-2t dalam persamaan 3.26. akan

    menghasilkan :

    (3.27)

    Penggunaan Indentitas Trigonometri :

    Akan menghasilkan bentuk persamaan x(t) yang baru sebagai berikut :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    18/38

     Bab III. Transformasi Laplace 50

      (3.28)

    Berdasarkan contoh di atas diambil beberapa kesimpulan mengenai inversi Transformasi

    Laplace dari suatu persamaan dengan penyebut yang memiliki akar-akar kompleks :

    1.  Akar-akar kompleks tersebut akan selalu terdapat dalam bentuk pasangan

    konjugat.

    2.  Koefisien suku ekspansi parsial terkait juga akan berupa pasangan konjugat

    kompleks

    3. 

    Fungsi dalam domain waktu  x(t)  hasil inversi akan berbentuk periodik

    (sinusoidal).

    3. Polinomial P(s) yang memiliki akar-akar ganda

    Metode untuk melakukan ekspansi fraksi parsial dan perhitungan koefisien-koefisien

    hasil inversi pada Transformasi Laplace yang memiliki penyebut dengan akar-akar ganda

     berbeda dengan cara ekspansi dan perhitungan koefisien untuk kasus-kasus yang telah

    dibahas sebelumnya.Contoh penyelasaian fungsi dengan akar-akar penyebut ganda adalah pada hasil

    Transformasi Laplace berikut :

    (3.29)

    Fungsi hasil Transformasi Laplace pada persamaan 3.29 tersebut memiliki 3 (tiga) akar

    yang sama dan akar keempat yang berbeda, yaitu :

    Ekspansi dari persamaan 3.29 tersebut ke dalam fraksi parsial akan menghasilkan bentuk

     berikut :

    (3.30)

    Dari tabel sub Bab 3.2.1 dan Tabel 3.1 didapatkan bahwa :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    19/38

     Bab III. Transformasi Laplace 51

     Sehingga inversi Transformasi Laplace persamaan 3.29 dapat dinyatakan dalam bentuk

     berikut :

    (3.31)

    Perhitungan konstanta C 1 , C 2 , C 3 , dan C 4  pada persamaan di atas dapat dilakukan sebagai

     berikut :

    Perhitungan C 4 :

    Konstanta C 4  terkait dengan akar nyata dari penyebut  x(t), sehingga dapat

    dihitung menggunakan cara yang telah diterangkan sebelumnya. Dengan mengalikan

    kedua ruas persamaan 3.30 dengan (s+2)  dan mensubstitusikan nilai  s  yang

    mengakibatkan (s+2)=0, jadi s=-2 ke dalam persamaan akan didapatkan nilai C4 = -1

    Perhitungan C 3:

    Perhitungan C3 juga dapat dilakukan dengan menggunakan prosedur yang umum

    dilakukan pada kasus-kasus sebelumnya, yaitu dengan mengalikan kedua ruas persamaan

    dengan (s+1)2 untuk menghasilkan bentuk persamaan berikut :

    (3.32)

    Substitusi nilai s yang mengakibatkan (S+1)3=0, jadi s= -1, akan memberikan nilai C3 

    =+1.

    Perhitungan C 2:

    Cara perhitungan yang umum untuk kasus-kasus sebelumnya tidak dapat

    diterapkan untuk menghitung C2, karena jika kedua ruas dikalikan dengan (s+1)2akan

    dihasilkan bentuk berikut :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    20/38

     Bab III. Transformasi Laplace 52

    Substitusi nilai s yang mengakibatkan (S+1)=0  akan mengakibatkan suku yang terkait

    dengan C3  akan memiliki nilai yang tak terhingga, sehingga cara ini tidak dapatdigunakan. Masalah yang sama juga akan terjadi pada perhitungan C1, sehingga untuk

    menghitung C1 dan C2 diperlukan cara lain. Cara alternatif yang dapat ditempuh untuk

    menghitung C2 adalah dengan melakukan pendeferensial kedua ruas persamaan 3.32

    terhadap s untuk menghasilkan bentuk berikut :

    (3.33)

    Substitusi nilai s =-1 ke salam persamaan di atas akan diperoleh nilai C2 = -1.

    Perhitungan C 1:

    Perhitungan nilai C1 dapat dilakukan dengan mendeferensialkan persamaan 3.33.

    satu kali terhadap s sehingg menjadi :

    Substitusi nilai s = -1 ke dalam persamaan di atas akan diperoleh nilai C1 = +1.

    Hasil ekspansi dan perhitungan koefisien di atas akan memberikan persamaan hasil

    inversi Transformasi Laplace dalam domain waktu sebagai solusi dari persamaan 3.29

    adalah sebagai berikut :

    (3.34)

    3.5  Contoh-Contoh Penyelesaian Persamaan Diferensial Linier dengan

    Transformasi Laplace

    Contoh 3.2:

    Transformasi Laplace dari Persamaan Diferensial Linier

    Transformasikan persamaan diferensial berikut, dan tuliskan hubungan output-

    input-nya dalam variabel Laplace , Y(s)/X(s) :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    21/38

     Bab III. Transformasi Laplace 53

      (3.35)

    Jika nilai awalnya adalah, yo = 0, dan yo’ = 0, dihasilkan :

    Fungsi Transfer adalah ratio Y(s)/X(s), adalah :

    Contoh 3.3:

    Penyelesaian Persamaan Diferensial Menggunakan Transformasi Laplace

    Selesaikan persamaaan diferensial berikut ini, dengan Transformasi Laplace danInvers Laplace, sehingga diperoleh solusi dalam domain waktu x(t).

    (3.36)

    Transformasi Laplace dari persamaan diatas dihasilkan :

    Inversi Laplace diperoleh hubungan :

    (3.37)

     

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    22/38

     Bab III. Transformasi Laplace 54

    Dengan menggunakan Tabel 3.1 dapat diperoleh solusi persamaan tersebut sebagai

     berikut :

    Penyelesaian persamaan 3.37. dapat juga dilakukan dengan cara pemecahan parsiel

    sebagai berikut :

    Ekspansi persamaan ke dalam fraksi-fraksi parsial :

    Perhitungan C 1:

    Kalikan ruas kanan dan ruas kiri persamaan s :

    )125()125(

    12

    2

    12 ++=

    +  s

    C C 

     s 

    Substitusikan nilai s yang akan menyebabkan s=0 ,sehingga, diperoleh C 1 = 1. 

    Perhitungan C 2:

    Substitusikan nilai C 1 ke dalam persamaan akan diperoleh, C 2 = -25s.

    Dengan invers Transformasi Laplace dan menggunakan Tabel 3.1. dihasilkan :

    Contoh 3.4:

    Penyelesaian Persamaaan Orde 2 Menggunakan Transformasi Laplace.

    Selesaikanlah persamaaan diferensial linier orde 2 berikut : 

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    23/38

     Bab III. Transformasi Laplace 55

      (3.38) 

    dengan x(t) sebagai variabel penyimpangan. Persamaan orde dua tersebut memiliki

    syarat awal :

    Tranformasi Laplace terhadap persamaan di atas akan menghasilkan bentuk sebagai

     berikut :

    atau,

    (3.39)

    Jika masukan  f(t)  adalah fungsi step satuan, sehingga  f(s) = 1/s, maka persamaan 3.39

    akan menjadi :

    (3.40)

    Polinomial  P *(s) = a2 s

    2  + a1 s + ao  disebut polinomial karakteristik untuk persamaan

    orde kedua tersebut.

    Langkah pertama untuk mencari inversi ruas kanan persamaan 3.40 adalah

    dengan menentukan terlebih dahulu akar-akar persamaan  P *(s). Berdasarkan nilai-nilai

    konstanta ao, a1, dan a2, penyelesaian persamaan tersebut dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

    kasus khusus.

    Kasus 1 : Apabila a12  – 4a2ao > 0

    Pada kasus ini P*(s) memiliki dua akar nyata yang berbeda, yaitu :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    24/38

     Bab III. Transformasi Laplace 56

     

    Contoh :

    Apabila persamaaan dengan nilai a1 = 4, a2 = 1, dan ao = 3, a12  – 4a2ao = 16 – 12 = 4

     berarti > 0, dengan s1 = -1 dan s2 = -3.

    (3.41)

    Perhitungan C 1 :

    Jika kedua ruas persamaan di atas dikalikan dengan s, kemudian ke dalam persamaan

    yang dihasilkan disubstitusikan nilai s = 0, akan didapatkan C 1 = 1/3. 

    Perhitungan C 2 :

    Jika kedua ruas persamaan di atas dikalikan dengan (s+3), kemudian ke dalam persamaan

    yang dihasilkan disubstitusikan nilai s = 3, akan didapatkan C 2 = 1/6.

    Perhitungan C 3 :

    Jika kedua ruas persamaan di atas dikalikan dengan (s+1), kemudian ke dalam persamaan

    yang dihasilkan disubstitusikan nilai s = -1, akan didapatkan C 3 = -1/2.

    Sunstitusikan masing-masing koefisien tersebut ke dalam persamaan 3.41 akan diperoleh

    solusi dari persamaan deferensial tersebut, sebagai berikut :

    Kasus 2 : Apabila a12  – 4a2ao = 0

    Pada kasus ini P *(s) memiliki dua akar ganda, yaitu :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    25/38

     Bab III. Transformasi Laplace 57

    Contoh :

    Apabila persamaaan dengan nilai a1 = 2, a2 = 1, dan ao = 1, a12

      – 4a2ao = 4 – 4.1.1 = 0,dengan s1 = s2 = -1.

    (3.42)

    Perhitungan C 1 :

    Jika kedua ruas persamaan di atas dikalikan dengan s, kemudian ke dalam persamaan

    yang dihasilkan disubstitusikan nilai s = 0, akan didapatkan C 1 = 1.

    Perhitungan C 3 :

    Jika kedua ruas persamaan 3.42 dikalikan dengan (s+1)2

    akan dihasilkan bentuk

     persamaan berikut :

    Substitusi nilai s = -1 ke dalam persamaan akan diperoleh C 3 = 1.

    Perhitungan C 2 :

    Jika kedua ruas persamaan yang digunakan untuk menentukan C 3 di atas didiferensialkan

    terhadap s, akan dihasilkan bentuk persamaan berikut :

    Substitusi nilai s =-1 ke dalam persamaan tersebut akan memberikan harga C2 =-1.

    Selanjutnya dengan mensubstitusikan masing-masing koefisien tersebut ke dalam

     persamaan 3.42 akan menghasilkan solusi persamaan diferensial tersebut sebagai berikut

    :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    26/38

     Bab III. Transformasi Laplace 58

     

    Kasus 3 : Apabila a12

      – 4a2ao < 0Pada kasus ini P *(s) memiliki dua akar kompleks yang berpasangan.

    Contoh :

    Apabila persamaaan dengan nilai a1 = 2, a2 = 2, dan ao = 1, a12  – 4a2ao = 4 – 4.2.1 = - 4 ,

     jadi < 0. Nilai akar-akar persamaan tersebut adalah akar kompleks yang berpasangan,

    adalah :

    sehingga,

    (3.43)

    Perhitungan C 1 :

    Jika kedua ruas persamaan 3.43, dikalikan dengan s, kemudian ke dalam persamaan yang

    dihasilkan disubstitusikan nilai s = 0, akan diperoleh C 1 = 1.

    Perhitungan C 2 :

    Jika kedua ruas persamaan 3.43. dikalikan dengan

      +−−

    2

    1  j s , kemudian ke dalam

     persamaan yang dihasilkan disubstitusikan nilai

      +−

    2

    1  j, akan didapatkan,

    Perhitungan C 3 :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    27/38

     Bab III. Transformasi Laplace 59

    Jika kedua ruas persamaan 3.43. dikalikan dengan

      −−−

    2

    1  j s , kemudian ke dalam

     persamaan yang dihasilkan disubstitusikan nilai

      −−

    2

    1  j, akan didapatkan,

    Substitusi masing-masing koefisien tersebut ke dalam persamaan 3.43. akan

    menghasilkan solusi persamaan diferensial tersebut sebagai berikut :

    `

    atau,

    (3.44)

    Dengan menggunakan indentitas Euler :

    Persamaan 3.44. dapat diubah menjadi :

    atau,

    (3.45)

    Dengan

    Persamaan 3.45. dapat dituliskan kembali menjadi :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    28/38

     Bab III. Transformasi Laplace 60

     dengan,

    3.6  Fungsi Transfer dan Model Hubungan Input-Output

    3.6.1. Fungsi Transfer dengan Input Tunggal, f(t)

    Pada suatu sistem proses dengan satu input dan satu output seperti pada Gambar

    9.1. Kelakuan dinamis proses dapat dijelaskan menggunakan persamaan diferensial linier

    atau hasil linierisasi orde n.

    (3.46)

    dengan f(t) dan y(t) adalah input dan output dari proses.

    Gambar 3.1. a. Proses dengan satu input, satu output

     b. Diagram balok proses

    Jika pada awalnya sistem berada pada kondisi steady state (tunak), maka :

    (3.47)

    Untuk fungsi f(t) yang menghasilkan Transformasi Laplace berikut :

    (3.48)

    dengan syarat awal seperti pada 3.47., akan didapatkan :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    29/38

     Bab III. Transformasi Laplace 61

      (3.49)

    G(s) disebut sebagai Fungsi Transfer dari sistem di atas, yang menghubungkan output

    terhadap input suatu proses (seperti pada Gambar 3.1). Gambar 3.1.b. juga dikenal

    sebagai diagram balok dari sistem yang ditinjau.

    3.6.1. Fungsi Transfer dengan Dua Input, f 1(t) dan f 2(t) 

    Model dinamik untuk suatu proses dengan dua input  f 1(t) dan  f 2(t)  dengan satu

    output seperti digambarkan dalam Gambar 3.2 dapat diuraikan sebagai berikut :

    (3.50)

     

    Gambar 3.2. a. Proses dua input, satu output

     b. Diagram balok sistem

    Dengan syarat yang sama seperti pada 3.47. Persamaan 3.50. dapat diuraikan

    lebih lanjut menjadi :

    atau bentuk yang setara dengan hubungan berikut :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    30/38

     Bab III. Transformasi Laplace 62

     

    dengan,

    G1(s) dan G2(s) adalah dua fungsi transfer yang menghubungkan output proses

    dengan masing-masing inputnya. Fungsi G1(s) menghubungkan  y(s)  dengan input

     pertama f 1(s), dan G2(s) menghubungkan y(s) dengan input kedua f 2(s). Hubungan antara

    fungsi-fungsi ini ditunjukka dalam diagram balok pada Gambar 3.2. Prosedur yang sama

    untuk mencari hubungan output dengan input suatu proses dapat diterapkan sistem

    manapun yang memiliki satu output dan beberapa input. Diagram balok untuk sistem-

    sistem ini dapat dilihat seperti pada Gambar 3.3.

    Gambar 3.3. Diagram balok suatu proses dengan beberapa input dan satu output.

    Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi transfer antara output

    dan input sebagai berikut :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    31/38

     Bab III. Transformasi Laplace 63

     

    Catatan :

    1.  Penggunaan Fungsi Transfer memungkinkan pengembangan Model Input-

    Output yang lebih sederhana.

    2.  Fungsi Transfer dapat menjelaskan secara lengkap kelakuan dinamik output

     jika perubahan pada fungsi input diketahui. Untuk suatu perubahan tertentu

     pada input sistem f(t), respons sistem dapat diketahui dari inversi.

    3.  Untuk sistem-sistem non-linier, fungsi transfer baru bisa didapatkan setelah

    sistem tersebut dilinierisasikan di sekitar kondisi steady state,, dan dinyatakan

    dalam bentuk variabel penyimpangan.

    Contoh Soal 3.5:

    Fungsi Transfer untuk Tangki Pemanas Berpengaduk

    Hasil manipulasi penyusunan neraca energi dari tangki pemanas berpengaduk

    seperti pada Contoh Soal 3.1. dapat diperoleh model hubungan matematika dalam

     bentuk variabel deviasi sebagai berikut :

    dimana, T’ = T – T s T’ i  = T i – T is  T’ st  = T st  – T st,s 

    adalah variabel-variabel penyimpangan dari keadaan steady T s  , T is, dan T st  . 

    Transformasi Laplace terhadap kedua ruas persamaaan neraca energi diatas akan

    diperoleh :

    ,atau

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    32/38

     Bab III. Transformasi Laplace 64

     

    Dengan mendefinisikan dua buah fungsi transfer berikut :

    Maka persamaan di atas dapat ditulis ulang menjadi ;

    Fungsi Transfer G1(s)  menghubungkan temperatur cairan dalam tangki terhadap

    temperatur aliran masuk, sedangkan Fungsi Transfer G2(s)  menghubungkan temperatur

    cairan dalam tangki terhadap perubahan temperatur steam. Diagram balok untuk sistem

    tangki pemanas berpengaduk di atas dapat dilihat pada Gambar 3.4.

    Gambar 3.4. Diagarn Balok untuk Sistem Tangki Pemanas Berpengaduk

    3.7  Linierisasi Sistem Satu Variabel

    Linierisasi adalah salah satu cara untuk mendekati sistem non-linier dengan sistem

    yang linier. Linierisasi digunakan secara luas untuk mempelajari dinamika proses dan

     perancangan sistem pengendali karena alasan-alasan berikut :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    33/38

     Bab III. Transformasi Laplace 65

    1.  Dengan linierisasi akan didapatkan sistem linier yang dapat diselesaikan secara

    analitis dan memberikan gambaran kelakuan proses secara lengkap untuk berbagai nilai parameter proses dan variabel input.

    2.  Perkembangan yang banyak dibahas dalam buku-buku teks untuk sistem

     pengendali yang efektif sebatas untuk proses-proses linier.

    Persaman non-linier umum yang digunakan untuk memodelkan proses adalah persamaan

    ordiner linier diferensial sebagai berikut :\

    (3.51)Fungsi  f(x) pada persamaan tersebut dapat diekspansikan dalam bentuk deret Taylor di

    sekitar titik xo sebagai berikut :

    (3.52)

    Jika suku orde kedua dan selebihnya dari Deret Taylor tersebut diabaikan, maka  f(x)

    tersebut dapat didekati menjadi :

    (3.53)

    Kesalahan (galat) yang dapat diabaikan karena pendekatan di atas adalah sebagai berikut

    :

    (3.54)

    Dari persamaan di atas terlihat bahwa hasil linierisasi 3.53. hanya akan cocok digunakanapabila nilai x sangat dekat dengan xo, sehingga nilai suku I  menjadi sangat kecil.

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    34/38

     Bab III. Transformasi Laplace 66

     

    Gambar 3.5. Pendekatan linierisasi untuk suatu sistem non-linier

    Pada Gambar 3.5. diatas dapat dilihat secara jelas perbandingan antara fungsi

    non-linier  f(x)  dan fungsi hasil linierisasi di sekitar titik xo. Dari gambar tersebut juga

    terlihat bahwa hasil pendekatan linierisasi sangat tergantung pada nilai titik xo  yang

    disekitarnya dilakukan ekspansi Taylor. Pada gambar terlihat jelas perbedaan hasil

    linierisasi pada dua titik yang letaknya berbeda (linierisasi  f(x)  pada titik xo  dan x1).

    Pendekatan sistem non-linier dengan linierisasi hanya akan memiliki nilai yang tepat

     pada titik linierisasi.

    Contoh Soal 3.6:

    Linierisasi untuk Suatu Sistem Tangki

    Suatu sistem tangki dengan aliran masuk ( F i) dan aliran keluar ( F o) sebagai berikut :

    Gambar 3.6. a. Sistem Tangki pada contoh 3.6 b. Pendekatan terhadap respon ketinggian cairan

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    35/38

     Bab III. Transformasi Laplace 67

     

    Pada sistem tangki dalam Gambar 3.6. Neraca massa total dari sistem akan dihasilkan bentuk persamaan berikut :

    (3.55)

    dimana :  A  = luas penampang cairan

    h  = ketinggian cairan

    Jika laju aliran keluar,  F o  adalah fungsi linier dari ketinggian cairan, atau  F o  = α h,

    dengan adalah suatu konstanta, maka persamaan 3.55. akan menjadi :

    Jika  F o  berubah terhadap ketinggian cairan menurut fungsi , h F o   β = , maka neraca

    massa total yang diperoleh akan memberikan model dinamik yang non-linier sebagi

     berikut :

    Suku yang tidak linier pada persamaan tersebut hanya h β  , Ekspansi Deret Taylor pada

    suku di sekitar titik ho, akan menghasilkan linierisasi berikut :

    Pengabaian terhadap suku-suku orde kedua dan seterusnya akan diperoleh bentuk,

    Jika hubungan di atas diterapkan pada sistem dinamik non-linier awal akan memberikan

    model pendekatan linierisasi sebagai berikut :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    36/38

     Bab III. Transformasi Laplace 68

      (3.56)

    Perbandingan model pendekatan linierisasi dengan bentuk non-liniernya dapat dilihat

     pada Gambar 3.6. Pada proses yang digambarkan tersebut, mula-mula tangki dalam

    keadaan steady dengan ketinggian cairan ho dan pada waktu t=0 pasokan cairan ke tangki

    dihentikan, sedangkan cairan dibiarkan terus mengalir keluar. Kurva A pada Gambar 3.6

    adalah solusi dari persamaan hasil linierisasi, sedangkan kurva B adalah solusi dari

     bentuk persamaan non-linier. Dari gambar terlihat bahwa kedua kurva berhimpit pada

     periode waktu tertentu di awal proses. Hal ini menunjukkan bahwa model hasil linierisasi

    sangat cocok dengan model non-linier pada awal periode. Dengan bertambahnya waktu

    dan berkurangnya ketinggian cairan, nilai h  akan semakin jauh menyimpang dari

    kenyataan dibandingkan dengan nilai h pada awal proses yang sangat dekat dengan titik

    linierisasi ho.

    3.8  Variabel Penyimpangan ( Deviation Variable) 

    Konsep variabel penyimpangaan (deviation variabel ) akansangat membantu dalam

    mempelajari bagian-bagian selanjutnya mengenai pengendalian sistem proses kimia.

    Jika  x(s)  adalah nilai x pada keadaaan mantap ( stead y) yang menggambarkan keadaan

    dinamik awal dari sistem, maka :

    (3.57)

    Jika xs adalah titik linierisasi dari persamaan 3.51 . ( xo = x s), maka persamaan 3.51. akan

    menghasilkan model linier sebagai berikut :

    (3.58)

    Pengurangan 3.57. dari 3.58. akan menghasikan persamaan berikut :

    (3.59)

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    37/38

     Bab III. Transformasi Laplace 69

    Jika variabel penyimpangan x’  didefinisikan sebagai :  x’ = x–x s  maka persamaan 3.59.

    dapat ditulis kembali sebagai berikut :

    (3.60)

    Persamaan 3.60. merupakan pendekatan linierisasi sistem dinamik non-linier, yang

    dinyatakan dalam bentuk variabel penyimpangan x’ .

    Penggunaan variabel penyimpangan dalam pengendalian proses memiliki arti

    yang penting. Dalam pengendalian proses, seringkali nilai-nilai variabel proses tertentu

    (temperatur, konsentrasi, tekanan, laju alir, volume, dan lain-lain) harus dipertahankan

     pada nilai mantap ( steady) tertentu. Sehingga nilai mantap adalah titik kandidat alami

    untuk pengembangan model linierisasi. Pada kasus-kasus ini variabel penyimpangan

    akan menggambarkan secara langsung besarnya penyimpangan sistem dari nilai operasi

    yang diharapkan. Jika perangkat pengendali untuk sistem proses terkait telah dirancang

    dengan baik, variabel proses tidak akan bergeser terlalu jauh dari nilai  steady. Dengan

    demikian, penggunaan, variabel penyimpangan dalam model linierisasi akan sangat

    cocok digunakan untuk menggambarkan kelakuan dinamik proses di dekat keadaan

    mantap ( steady).

    Contoh Soal 3.7:

    Penggunaan Variabel Penyimpangan untuk Sistem Tangki

    Pada model hasil linierisasi sistem tangki seperti pada contoh soal 3.6. di atas

    (persamaan 3.56) . Jika nilai  steady ketinggian cairan untuk laju alir mauk tertentu  F i,s 

    adalah  ho  , maka linierisasi di sekitar titik h s  akan menghasilkan persamaan model

    sebagai berikut :

    (3.61)

    Pada keadaan mantap ( steady), juga akan didapatkan persamaan keadaan sistem sebagai

     berikut :

  • 8/16/2019 BAB III Tranformasi Laplace

    38/38

      (3.62)

    Pengurangan persamaan 3.62. dari 3.61. akan menghasilkan :

    (3.63)

    Dengan mendefinisikan variabel penyimpangan : h’ = h-hs dan F’ i  = F i -F i,s  ,akan

    didapatkan model hasil linierisasi dalam variabel penyimpangan sebagai berikut :

    (3.64)