30 BAB III PEMBAHASAN 3.1. Tinjauan Kasus Pesatnya perkembangan smartphone saat ini, dan hampir semua orang dapat dengan mudah mengakses dan memperoleh informasi. Bukan hanya untuk sekedar memperoleh informasi, smartphone juga bisa membantu memudahkan dalam berbagai hal. Dalam hal ini dunia kesehatan juga membutuhkan suatu sistem yang lebih efisien dan efektif. Seperti dalam proses pengkajian luka diabetes para praktisi kesehatan membutuhkan suatu terobosan untuk mempermudah kinerja. Sistem pakar dapat membantu dalam proses pengkajian luka diabetes agar lebih portable, efektif, dan efisien. Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang kompleks dan memerlukan perawatan medis berkelanjutan. Khususnya pada penderita Diabetes Mellitus yang mengalami luka luar. Sedikit luka pada penderita diabetes merupakan salah satu hal yang serius. Luka bisa menjadi rumit dan membutuhkan waktu penyembuhan yang lama jika tidak dilakukan perawatan yang baik. Tingkat keparahan luka sangat mempengaruhi lama waktu penyembuhan luka pada penderita Diabetes Mellitus. Untuk mengetahui tingkat keparahan luka dan waktu penyembuhan digunakan instrumen pengukuran luka Bates-Jansen Wound Assessment Tool (BWAT). Pengkajian penyembuhan luka berdasarkan instrumen Bates-Jensen Wound Assessment Tool (BWAT) dapat menggambarkan waktu penyembuhan luka yang tepat, sehingga penanganan dapat diberikan dengan tepat. Saat ini pengukuran
32
Embed
BAB III PEMBAHASAN - repository.bsi.ac.id · terjadi pada pasien yang diabetik melibatkan gangguan pada saraf perifer dan otonomik. Luka diabetes adalah luka yang terjadi pada kaki
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
30
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Tinjauan Kasus
Pesatnya perkembangan smartphone saat ini, dan hampir semua orang dapat
dengan mudah mengakses dan memperoleh informasi. Bukan hanya untuk sekedar
memperoleh informasi, smartphone juga bisa membantu memudahkan dalam berbagai
hal. Dalam hal ini dunia kesehatan juga membutuhkan suatu sistem yang lebih efisien
dan efektif. Seperti dalam proses pengkajian luka diabetes para praktisi kesehatan
membutuhkan suatu terobosan untuk mempermudah kinerja. Sistem pakar dapat
membantu dalam proses pengkajian luka diabetes agar lebih portable, efektif, dan
efisien.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis yang kompleks dan memerlukan
perawatan medis berkelanjutan. Khususnya pada penderita Diabetes Mellitus yang
mengalami luka luar. Sedikit luka pada penderita diabetes merupakan salah satu hal
yang serius. Luka bisa menjadi rumit dan membutuhkan waktu penyembuhan yang
lama jika tidak dilakukan perawatan yang baik. Tingkat keparahan luka sangat
mempengaruhi lama waktu penyembuhan luka pada penderita Diabetes Mellitus.
Untuk mengetahui tingkat keparahan luka dan waktu penyembuhan digunakan
instrumen pengukuran luka Bates-Jansen Wound Assessment Tool (BWAT).
Pengkajian penyembuhan luka berdasarkan instrumen Bates-Jensen Wound
Assessment Tool (BWAT) dapat menggambarkan waktu penyembuhan luka yang
tepat, sehingga penanganan dapat diberikan dengan tepat. Saat ini pengukuran
31
penyembuhan luka dengan metode BWAT yang umum digunakan adalah pengkajian
berupa paper based. Untuk membantu kinerja para praktisi kesehatan di butuhkan
suatu sistem yang lebih efektif, efisien, dan portable dalam mengukur tingkat
keparahan dan lama penyembuhan luka. Sistem Pakar Pengkajian Luka Penyakit
Diabetes Mellitus Berdasarkan Instrumen Bates-Jensen Wound Assessment Tool
(BJWAT) diharapkan bermanfaat bagi praktisi kesehatan untuk mengevaluasi
efektivitas intervensi mereka dan dapat memprediksi penyembuhan luka secara
portable, valid, akurat, mudah digunakan, dan konsisten.
3.1.1. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat sekresi insulin, kerja
insulin keduannya. Penderita diabetes mengalami gangguan syaraf (neuropati),
penderita juga DM memiliki resiko luka yang cukup tinggi.
Faktor penyebab diabetes mellitus:
1. Pola Makan
Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memacu timbulnya DM. Hal inidisebabkan jumlah atau kadar insulin
oleh sel β pankreas mempunyaikapasitas maksimum untuk disekresikan.
2. Obesitas
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai kecenderungan
lebih besar untuk terserang DM dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk.
3. Faktor genetik
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM dari orang tua. Biasanya seseorang
yang menderita DM mempunyai anggota keluarga yang terkena juga.
32
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan pankreas tidak berfungsi
secara optimal dalam mensekresikan hormone yang diperlukan untuk metabolisme
dalam tubuh, termasuk hormone insulin.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pankreas
sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel β pada pankreas
tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.
3.1.2. Luka Diabetes
Luka diabetes ( diabetic ulcers) sering kali disebut diabetics foot ulcers, luka
neuropati, luka diabetik neuropath. Luka diabetes atau neuropati adalah luka yang
terjadi pada pasien yang diabetik melibatkan gangguan pada saraf perifer dan
otonomik.
Luka diabetes adalah luka yang terjadi pada kaki penderita diabetes, dimana
terdapat kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang tidak terkendali.
Kelainan kaki diabetes mellitus dapat disebabkan adanya gangguan pembuluh darah,
gangguan persyarafan dan adanya infeksi.
Luka diabetes merupakan kejadian luka yang tersering pada penderita diabetes,
dimana neuropati menyebabkan hilang rasa pada kondisi terpotong kaki, blister/ bullae
atau kalus yang diikuti dengan penurunan sirkulasi juga penyakit mikrovaskuler.
Luka diabetes dengan gangren didefinisikan sebagai jaringan nekrosis atau
jaringan mati yang disebabkan oleh karena adanya emboli pembuluh darah besar arteri
pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti. Dapat terjadi sebagai akibat proses
inflamasi yang memanjang , perlukaan ( digigit serangga, kecelakaan kerja atau
33
terbakar), proses degenerative ( arteriosklorosis) atau gangguan metabolik (diabetes
melitus).
Luka diabetes di klasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan kedalaman jaringan
a. Partial Thickness adalah luka mengenai lapisan epidermis dan dermis
b. Full Thickness adalah luka mengenai lapisan epidermis, dermis dan
subcutaneous. dan termasuk mengenai otot, tendon dan tulang (
Ekaputra,2013).
2. Berdasarkan waktu dan lamanya
a. Akut
Luka baru, terjadi mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang
diperkirakan ( Moreau, 2003 dalam Ekaputra, 2013). Luka akut merupakan luka
trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan biasanya dapat sembuh
dengan baik bila tidak terjadi komplikasi ( Ekaputra, 2013).
b. Kronik
Luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali (rekuren), terjadi
gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan oleh masalah
multifaktor dari penderita. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada waktu yang
diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul
kembali.
34
3.1.3. Tabel Diagnosa
Berikut adalah diagnosis yang ada pada aplikasi Sistem Pakar Pengkajian Luka
Penyakit Diabetes Mellitus Berdasarkan Instrumen Bates-Jensen Wound Assessment
Tool (BJWAT).
Tabel III.1 Diagnosa Luka
Sumber : Database program
3.1.4. Metode Pengkajian Luka Berdasarkan Instrumen Bates-Jensen
Dalam dunia kesehatan pengkajian luka memerlukan suatu alat untuk
mempermudah. Pengkajian luka digunakan untuk mengetahui sejauh mana keadaan
luka. Dalam pengkajian luka menggunakan format-format seperti narasi, gambar,
ataupun skor. Adapun alat pengkajian luka seperti skala BJWAT (Bates Jensen Wound
Assesment Tool), DESIGN, TELLER, skala WAGNER dan lain sebagainya.
BJWAT (Bates Jensen Wound Assesment Tool) atau pada asalnya dikenal dengan
nama PSST (Pressure Score Status Tool) merupakan skala yang dikembangkan dan
digunakan untuk mengkaji kondisi luka kronis khususnya luka tekan. Nilai yang
No Instrumen
1 Ukuran luka
2 Kedalaman luka
3 Tepi luka
4 GOA (lubang pada luka yang ada dibawah jaringan sehat)
5 Tipe Jaringan Nekrosis (jaringan mati)
6 Jumlah Jaringan Nekrosis (jaringan mati)
7 Tipe Eksudate (cairan hasil reksi imflamasi)
8 Jumlah Eksudat (cairan hasil reksi imflamasi)
9 Warna Sekitar Luka
10 Jaringan Yang Edema (pembengkakan)
11 Pengerasan Jaringan Tepi
12 Jaringan Granulasi (berwarna merah, lembab, lembut jika disentuh, dan
memiliki penampilan bergelombang)
13 Epitelisasi (warna merah muda,mulai terjadi penutupan luka)
35
dihasilkan dari skala ini menggambarkan status keparahan luka. Semakin tinggi nilai
yang dihasilkan maka menggambarkan pula status luka pasien yang semakin parah.
BJWAT (Bates Jensen Wound Assesment Tool) memiliki 13 tools untuk
melakukan pengkajian luka. Dan setiap tools memiliki 5 status kondisi luka
berdasarkan tingkat keparahan luka. Semakin besar score yang diperoleh semakin
parah kondisi luka. Berikut ini instrumen BJWAT (Bates Jensen Wound Assesment
Tool):
1. Ukuran luka
a. 1 = P x L < 4 cm
b. 2 = P x L < 16 cm
c. 3 = P x L 16 < 36 cm
d. 4 = P x L 36 < 80 cm
e. 5 = P x L < 80 cm
2. Kedalaman
a. 1 = stage 1 (kulit berwarna merah,belum tampak adanya lapisan epidermis
yang hilang)
b. 2 = stage 2 (hilangnya lapisan epidermis/lecet sampai batas dermis paling
atas)
c. 3 = stage 3 (rusaknya lapisan dermis bagian bawah hingga lapisan
subkutan)
d. 4 = stage 4 (rusaknya lapisan subkutan hingga otot dan tulang)
e. 5 = necrosis wound
36
3. Tepi luka
a. 1 = samar, tidak jelas terlihat
b. 2 = batas tepi terlihat, menyatu dengan dasar luka
c. 3 = jelas, tidak menyatu dengan dasar luka
d. 4 = jelas, menyatu dengan dasar luka, tebal
e. 5 = jelas, fibrotik, parut tebal/hyperkeratinik
4. GOA
a. 1 = tidak ada
b. 2 = goa < 2cm di area manapun
c. 3 = goa 2-4 cm < 50% pinggir luka
d. 4 = goa 2-4 cm < 50% pinggir luka
e. 5 = goa > 4cm direa manapun
5. Tipe jaringan nekrosis
a. 1 = tidak ada
b. 2 = putih abu abu jaringan mati atau slough yang lengket(mudah
dihilangkan)
c. 3 = slough mudah dihilangkan
d. 4 = lengket lembut dan ada jaringan parut palsu berwarna hitam (black
eschar)
e. 5 = lengket berbatas tegas, keras dan ada black eschar
6. Jumlah jaringan nekrosis
a. 1 = tidak tampak
b. 2 = <25% dari dasar luka
c. 3 = 25%-50% dari dasar luka
d. 4 = >50% hingga <75% dari dasar luka
37
e. 5 = 75% hingga 100% dasar luka
7. Tipe eksudat
a. 1 = tidak tampak
b. 2 = bloody(berdarah)
c. 3 = serosanguineous (brdarah dengan plasma darah)
d. 4 = serous (bening)
e. 5 = purulent(pus/nanah)
8. Jumlah eksudat
a. 1 = kering
b. 2 = basah/lembab
c. 3 = sedikit
d. 4 = sedang
e. 5 = banyak
9. Warna sekitar luka
a. 1 = pink atau normal
b. 2 = merah terang jika ditekan
c. 3 = putih atau pucat/hipopigmentasi
d. 4 = merah gelap/abu abu
e. 5 = hitam atau hyperpigmentasi
10. Jaringan yang edema
a. 1 = no swelling atau edema
b. 2 = non pitting edema kurang dari 4mm di sekitar luka
c. 3 = nonpitting edema lebih dari 4mm di sekitar luka
d. 4 = pitting edema kurang dari 4mm di sekitar luka
e. 5 = krepitasi atau pitting edema > 4mm
38
11. Pengeras jaringan tepi
a. 1 = tidak ada
b. 2 = pengerasan <2cm disebagian kecil sekitar luka
c. 3 = pengerasan 2-4cm menyebar
d. 4 = pengerasan 2-4 cm menyebar >/= 50% di tepi luka
e. 5 = pengerasan > cm diseluruh tepi luka
12. Jaringan granulasi
a. 1 = kulit utuh atau stage
b. 2 = terang 100% jaringan granulasi
c. 3 = terang 50% jaringan granulasi
d. 4 = granulasi 25%
e. 5 = tidak ada jaringan granulasi
13. Epitelisasi
a. 1 = 100% epitelisasi
b. 2 = 75%-100% epitelisasi
c. 3 = 50%-75% epitelisasi
d. 4 = 25%-50% epitelisasi
e. 5 = <25%% epitelisasi
39
Berikut adalah indikator status kondisi luka;
Sumber: fikes.ummgl.ac.id
Gambar III.1. Status Kondisi Luka
Rumus mengetahui lama waktu penyembuhan sebagai berikut:
55 / X = 12 : N atau N = X * 12 : 55………a)
Keterangan:
1. 55 : nilai scor tertinggi rentang sakit
2. 12 : prediksi waktu penyembuhan
3. X : scor nilai
4. N : hasil prediksi (waktu dalam minggu)
40
3.2. Spesifikasi Rancangan program
3.2.1. Spesifikasi Bentuk Masukan
Bentuk masukan yang berada pada menu diagnosa luka diabetes, pengguna akan
disajikan dengan 13 instrumen bates-jensen wound assesment tools dan menjawab
pertanyaan yang ada dengan cara memilih 1 dari 5 pilihan jawaban pada aplikasi
sistem pakar.
Nama Dokumen : Diagnosa
Fungsi : Untuk menampilkan pertanyaan gejala penyakit
Sumber : Pengguna
Tujuan : Untuk mengkaji dan memprediksi lama penyembuhan luka
pada penderita diabetes
Media : Form
Jumlah : 1
Frekuensi : Ketika pengguna ingin melakukan pengkajian luka
Bentuk : Lampiran A.1
Gambar III.2. Layout Diagnosa
41
Keterangan :
1. Label : menampilkan pertanyaan
2. Radio button 1 : menampilkan pilihan jawaban satu
3. Radio button 2 : menampilkan pilihan jawaban dua
4. Radio button 3 : menampilkan pilihan jawaban tiga
5. Radio button 4 : menampilkan pilihan jawaban empat
6. Radio button 5 : menampilkan pilihan jawaban lima
7. Button 1 : selanjutnya
3.2.2. Spesifikasi Bentuk Keluaran
Bentuk keluaran merupakan hasil dari diagnosa dari apa yang dimasukan
pengguna dalam menu diagnosa.
Nama Dokumen : Hasil
Fungsi : Untuk menampilkan hasil diagnosa penyakit
Sumber : Program
Tujuan : Untuk menampilkan hasil dari pengkajian luka, mengetahui
tingkat keparahan luka dan memprediksi lama penyembuhan
luka oleh pengguna.
Media : Form
Jumlah : 1
Frekuensi : Setiap pengguna selesai melakukan pengkajian luka
Bentuk : Lampiran B.1
42
Gambar III.3. Layout Hasil
Keterangan :
1. Label 1 : menampilkan tulisan score
2. Label 2 : menampilkan jumlah score
3. Label 3 : menampilkan hasil diagnosa
4. Image view : menampilkan indicator warna
5. Label 4 : menampilkan tingkat keparahan
6. Button 1 : kembali
7. Button 2 : beranda
3.2.3. Spesifikasi File
Spesifikasi berisi database dengan nama file app.db , dan terdapat tabel diagnosa.
Tabel III.2 Tabel database
No Field Name Field Type Keterangan
1 Iddiagnosa Text Primary Key
2 Diagnosa Text
1. Spesifikasi File Diagnosa
Nama file : app.db
Nama tabel : diagnosa
43
Fungsi : Menyimpan data intstrumen atau pertanyaan diagnosa
Primary Key : iddiagnosa
Software : SQLite
3.2.4. HIPO
HIPO (Heirarchy Input Process Output) dari sistem pakar pengkajian luka
berdasarkan instrumen bates-jensen wound assesment tools sebagai berikut
Gambar III.4. Diagram HIPO
Keterangan :
Pertama kali masuk aplikasi nanti akan masuk ke menu utama (beranda) atau
main yang didalamnya berisi diagnosa, info, perawatan luka, tentang, dan bantuan.
Ketika masuk ke menu diagnosa, penguna akan disuguhkan 13 instrumen
pertanyaan berdasarkan bates-jensen, dengan masing-masing pertanyaan memiliki
5 pilihan jawaban. Ketika masuk ke menu info, disitu terdapat artikel yang berisi
tentang penyakit diabetes dan luka. Selain itu pada menu utama terdapat menu
perawatan luka yang berisi tentang cara merawat luka secara sederhana. Tentang
adalah profil singkat tentang aplikasi dan juga pembuat aplikasi tersebut.
5.1 4.1
1.0
Diagnosa
2.0
Perawatan
Luka
3.0
Informasi
4.0
Tentang
0.0
Menu
Utama
5.0
Bantuan
1.1
13 Pertanyaan
3.1
Deskripsi
Penyakit
2.2
Deskripsi
Solusi Penyakit
Fungsi
Button
Deskripsi profil
1.2
Hasil Diagnosa
44
3.2.5. Spesifikasi Program
Spesifikasi program dalam sistem pakar pengkajian luka berdasarkan instrumen
bates-jensen wound assesment tools adalah sebagai berikut :
1. Menu Utama
Nama Program : Main
Akronim : lymain
Fungsi : Tampilan utama yang dapat mengakses semua menu.
Bahasa Pemrograman : Basic
Bentuk Lampiran : Lampiran C-1
Proses : Ketika membuka aplikasi otomatis akan
masuk ke menu utama
2. Menu Informasi
Nama Program : Info
Akronim : lyinfo
Fungsi : Untuk melihat deskripsi tentang luka diabetes
Bahasa Pemrograman : Basic
Bentuk Lampiran : Lampiran C-2
Proses : Tekan tombol informasi akan tampil deskripsi
luka diabetes.
45
3. Menu Perawatan Luka
Nama Program : Perawatan Luka
Akronim : lytips
Fungsi : Menampilkan cara merawat luka.
Bahasa Pemrograman : Basic
Bentuk Lampiran : Lampiran C-3
Proses : Tekan tombol perawatan luka akan tampil cara
merawat luka.
4. Menu Diagnosa
Nama Program : Diagnosa
Akronim : lydiagnosa
Fungsi : Untuk memulai pengkajian luka.
Bahasa Pemrograman : Basic
Bentuk Lampiran : Lampiran C-4
Proses : Pengguna akan menjawab 13 pertanyaan
masing-masing memiliki 5 pilihan jawaban dan
setiap jawaban memiliki skor, kemudian akan
diproses oleh sistem menggunaan rumus.
46
Tabel III.3 Tabel Coding Menu Diagnosa
Lampiran C-4 Menu Diagnosa
#Region Activity Attributes
#FullScreen: False
#IncludeTitle: False
#End Region
Sub Process_Globals
'These global variables will be declared once when the application starts.
'These variables can be accessed from all modules.
Public lama As Double
Public parah As String
Public jml As Int
End Sub
Sub Globals
'These global variables will be redeclared each time the activity is created.
'These variables can only be accessed from this module.
Private BtnNext As Button
Private LblTanya As Label
Private Rb1 As RadioButton
Private Rb2 As RadioButton
Private Rb3 As RadioButton
Private Rb4 As RadioButton
Private Rb5 As RadioButton
Private dtTanya As Cursor
Private noTanya As Int
Dim Jawab(50) As Int
Private JmlTanya As Int
End Sub
Sub Activity_Create(FirstTime As Boolean)
'Do not forget to load the layout file created with the visual designer. For
example:
Activity.LoadLayout("lydiagnosa")
'baca pertanyaan
dtTanya=Main.DB.ExecQuery("SELECT * FROM tbluka ORDER By id