31 Opilona Badriyah, 2015 TINDAKAN MASYARAKAT TERHADAP SAMPAH DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dilakukan bertempat di Kecamatan Bjongloa Kaler. Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan salah satu dari 30 Kecamatan yang terdapat di wilayah Kota Bandung. Secara geografis Kecamatan Bojongloa Kaler terletak antara 107°58’3” BT - 107°60’00” BT dan 6°9’25” LS - 6°9’41”LS, dengan luas wilayah 303,4 Ha dan berada di ketinngian ±755 meter dpl (diatas permukaan laut). Pada tahun 1969-1989 bernama Kecamatan Bojongloa yang terdiri dari 7 Kelurahan yaitu Kelurahan Jamika, Babakan Tarogong, Babakan Asih, Kopo, Sukaasih, Situsaeur dan Kelurahan Kebonlega. Namun, sejak tahun 1989 dipecah menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan Bojongloa Kidul. Saat ini Kecamatan Bojongloa Kaler terdiri dari 5 (lima) Kelurahan yaitu : Kelurahan Jamika, Babakan Tarogong, Babakan Asih, Kopo, dan Suka Asih. Sedangkan Kelurahan Situsaeur dan Kebonlega masuk ke Kecamatan Bojongloa Kidul. Secara administratif Kecamatan Bojongloa Kaler berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kecamatan Andir Sebelah Selatan : Kecamatan Bojongloa Kidul Sebelah Timur : Kecamatan Astana Anyar Sebelah Barat : Kecamatan Babakan Ciparay Menurut administratif pembangunan, Kecamatan Bojongloa Kaler dimasukan ke dalam wilayah pengembangan Cibeunying. Untuk lebih jelasnya, wiilayah administratif Kecamatan Bojongloa Kaler dapat dilihat pada gambar 3.1.
27
Embed
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. …repository.upi.edu/19936/6/S_GEO_1003020_Chapter3.pdf · kenyamanan lingkungan, Mengikuti kegiatan kerja bakti di sekitar
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
31
Opilona Badriyah, 2015 TINDAKAN MASYARAKAT TERHADAP SAMPAH DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan bertempat di Kecamatan Bjongloa Kaler.
Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan salah satu dari 30 Kecamatan yang terdapat
di wilayah Kota Bandung. Secara geografis Kecamatan Bojongloa Kaler terletak
antara 107°58’3” BT - 107°60’00” BT dan 6°9’25” LS - 6°9’41”LS, dengan luas
wilayah 303,4 Ha dan berada di ketinngian ±755 meter dpl (diatas permukaan laut).
Pada tahun 1969-1989 bernama Kecamatan Bojongloa yang terdiri dari 7
Kelurahan yaitu Kelurahan Jamika, Babakan Tarogong, Babakan Asih, Kopo,
Sukaasih, Situsaeur dan Kelurahan Kebonlega. Namun, sejak tahun 1989 dipecah
menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan Bojongloa
Kidul. Saat ini Kecamatan Bojongloa Kaler terdiri dari 5 (lima) Kelurahan yaitu :
Kelurahan Jamika, Babakan Tarogong, Babakan Asih, Kopo, dan Suka Asih.
Sedangkan Kelurahan Situsaeur dan Kebonlega masuk ke Kecamatan Bojongloa
Kidul. Secara administratif Kecamatan Bojongloa Kaler berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kecamatan Andir
Sebelah Selatan : Kecamatan Bojongloa Kidul
Sebelah Timur : Kecamatan Astana Anyar
Sebelah Barat : Kecamatan Babakan Ciparay
Menurut administratif pembangunan, Kecamatan Bojongloa Kaler dimasukan
ke dalam wilayah pengembangan Cibeunying. Untuk lebih jelasnya, wiilayah
administratif Kecamatan Bojongloa Kaler dapat dilihat pada gambar 3.1.
32
Gam
bar
3.1
Pet
a A
dm
inis
trat
if K
ecam
atan
Bojo
nglo
a K
aler
Dikutip oleh : Opilona Badriyah D
iku
tip
Ole
h :
Op
ilon
a B
adri
yah
[1
00
30
20
]
33
2. Desain Penelitian
Agar suatu penelitian dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif diperlukan
adanya desain penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tika (2005, hlm. 12)
bahwa desain penelitian adalah “suatu rencana tentang mengumpulkan, mengolah,
dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat
dilaksanakan secara efisien efektif sesuai dengan tujuannya. Adapun Silalahi (2010,
hlm. 180) menyatakan bahwa desain penelitian adalah rencana struktur dan
penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh
jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya”.
Dalam penelitian ini menggunakan desain korelasional kumulatif, dimana
desain korelasional kumulatif ini berusaha untuk menyelidiki nilai-nilai dari dua atau
lebih variabel dan menguji atau menemukan hubungan (relations) yang ada diantara
mereka kedalam suatu lingkungan tertentu.
3. Metode Penelitian
Menurut Tika (2005, hlm. 1) Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah untuk
menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan atau
masalah guna mencari pemecahan terhadap masalah tersebut.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan penelitian survei.
Menurut Singarimbun (1987, hlm. 3) :
“Metode penelitian survei adalah metode yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok digunakan untuk mengadakan pengamatan langsung dilapangan
dengan tujuan untuk mengukur fakta dan merumuskan apa yang terjadi”.
Metode survei digunakan untuk penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk
mengamati objek penelitian secara langsung di lokasi penelitian dengan pengambilan
sampel yang dikumpulkan untuk mewakili seluruh wilayah kajian penelitian. Sejalan
dengan permasalahan penelitian yang telah diungkapkan, maka penelitian ini
termasuk kedalam penelitin deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang fakta yang terjadi di lapangan.
34
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Menurut Tika (2005, hlm. 24) Populasi adalah himpunan individu atau objek
yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Sedangkan menurut Sumaatmadja (1988,
hlm. 112) Populasi penelitian atau universe mencakup kasus (kasus, peristiwa
tertentu), individu (manusia baik sebagai perorangan, maupun sebagai kelompok),
dan gejala (fisis, sosial, ekonomi, budaya dan politik), yang ada pada ruang geografi
tertentu”. Maka, dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan obyek atau subjek
yang terdapat di lokasi penelitian dan dianggap penting atau terlibat untuk diteliti.
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh masyarakat di Kecamatan Bojongloa
Kaler, khususnya kelurahan-kelurahan yang berada di Kecamatan Bojongloa Kaler.
Tabel 3.1
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Bojongloa Kaler
Sumber : Kecamatan Bojongloa Kaler dalam Angka Tahun 2013
No. Nama
Kelurahan/Desa
Luas Wilayah
(ha)
Jumlah
Penduduk KK Kepadatan
Penduduk
1. Kopo 82 30.154 6.734 368
2. Suka Asih 92 18.931 5.205 206
3. Babakan Asih 21,2 15.850 3.856 747
4. Babakan Tarogong 54,2 27.913 6.409 515
5. Jamika 54 26.178 6.580 485
Jumlah 303,4 119.026 28.784 464
35
Berdasarkan data jumlah populasi dan luas wilayah pada tabel 3.1 diperoleh
kesimpulan bahwa bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah Kelurahan Kopo
dengan jumlah penduduk 30.154 jiwa dan kelurahan dengan wilaya terluas adalah
kelurahan Suka Asih dengan luas wilayah 92 Ha.
2. Sampel Penelitian
Setelah diketahui populasi penelitian, tahap selanjutnya adalah menentukan
sampel penelitian. Menurut Sumaatmadja (1988, hlm. 112) “Sampel adalah bagian
dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi bersangkutan. Kriteria
sampel yang diambil harus mewakili keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi yang
ada pada populasi”. Sedangkan menurut Tika (2005, hlm. 24) “Sampel adalah
sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi”.
Adapun pengambilan sampel manusia dalam penelitian ini adalah dengan
cara sampel secara acak sederhana (simple random sampling). Menurut Tika (2005,
hlm. 30) “Sampel acak sederhana adalah cara mengambil sampel dengan memberi
kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap individu atau unit dalam
keseluruhan populasi”. Pengambilan sampel dengan metode ini dilakukan karena
seluruh masyarakat di Kecamatan Bojongloa Kaler dianggap memiliki peluang yang
sama untuk memberikan pendapatnya.
Sementara jumlah sampel penduduk diperoleh dengan menggunakan formula
dari Dixson dan B. Leach (dalam, Tika, 2005, hlm. 25), sebagai berikut:
Menentukan presentase karakteristik (P)
36
Menentukan Variabilitas
Menentuan Sampel (n)
Menentukan Jumlah Sampel yang dikoreksi (dibetulkan) dengan rumus :
dibulatkan 70 KK
Untuk mengambil jumlah sampel dari setiap masing-masing wilayah dihitung
dari jumlah penduduk yang dijadikan sampel dibagi dengan jumlah keseluruhan KK
dari masing-masing kelurahan yang dijadikan sampel penelitian. Jumlah penduduk
yang dijadikan sampel sebanyak 70 orang, sedangkan jumlah KK seluruh kelurahan
yang dijdikan sampel sebanyak 28.784 KK. Adapun cara menentukan jumlah sampel
dari setiap Kelurahan dengan cara menggunakan proposional sampling, yaitu dengan
cara seperti di bawah ini.
37
Untuk hasil perhitungan jumlah KK yang dijadikan sampel penelitian pada
masing-masing kelurahan dapat dilihat pada tabel :
Tabel 3.2
Jumlah Sampel Penduduk yang diambil dari setiap Kelurahan di Kecamatan
Bojongloa Kaler.
No. Nama Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah KK Jumlah Sampel
1. Kopo 30.154 6.734 16
2. Suka Asih 18.931 5.205 13
3. Babakan Asih 15.850 3.856 9
4. Babakan Tarogong 27.913 6.409 16
5. Jamika 26.178 6.580 16
Jumlah 119.026 28.784 70
Sumber : Hasil Perhitungan 2014
C. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran secara operasional dari variabel
yang akan di teliti. Menurut Silalahi (2010, hlm. 191) “Variabel merupakan abstraksi
dari gejala, peristiwa atau masalah yang memerlukan penyelidikan”. Judul yang
diambil dalam penelitian ini adalah “Tindakan Masyarakat Terhadap Sampah Di
Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung”. Untuk menghindari kesalahan
pahaman dalam penafsiran masalah yang diteliti, maka definisi operasional yang
terdapat di dalam penelitian ini adalah.
38
1. Perilaku
Perilaku merupakan segala aktivitas manusia yang dapat damati secara
langsung maupun tidak langsung dalam hal ini adalah perilaku masyarakat terhadap
sampah yang berada disekitar tempat tinggalnya. Dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Perilaku Tertutup
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
Oleh sebab itu, disebut convert behaviour atau unobservable behaviour.
b. Perilaku Terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dapat dilihat oleh orang
lain.oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan nyata atau praktik (practice).
Dalam penelitian ini bentuk perilaku yang diteliti adalah perilaku terbuka atau
bentuk tindakan nyata, karena respons terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik. Perilaku masyarakat dapat diukur dari tingkat pengetahuan,
sikap dan praktik atau tidakan, akan tetapi penulis membatasi variabel yang
digunakan dalam penelitian ini, karena tidak setiap pengetahuan dapat menjadi
perilaku dan setiap sikap dapat ditunjukkan oleh perilaku, sehingga didalam
penelitian ini, hanya menggunakan indikator tindakan/praktik untuk mengukur
perilaku.
2. Pratik atau Tindakan
Praktik atau tidakan adalah bentuk perbuatan/aktivitas nyata dari responden
terhadap sampah. Praktik atau tindakan ini juga merupakan salah satu indikator atau
parameter dari perilaku. Perilaku masyarakat pada lingkungan akan tercermin dari
tingkah lakunya dalam memperlakukan lingkungannya. Tindakan tersebut dapat
dimulai dari lingkungan sekitar rumahnya dan ikut berpartisipasi dalam berbagai
39
kegiatan di sekitar tempat tinggalnya berdasarkan kemauannya sendiri, tanpa
paksaan. Perilaku terbuka dalam bentuk tindakan nyata masyarakat terhadap sampah
dapat terlihat dari beberapa indikator misalnya menyediakan tempat sampah,
membuang sampah pada tempatnya, membuang sampah ke TPS, menggunakan jasa
pemungut sampah, menyediakan uang iuran/biaya untuk sampah, memberitahu/
menegur pembuang sampah, membiasakan membuang sampah pada tempatnya,
menyediakan waktu secara rutin, menjaga kebersihan, keindahan, kenyamanan
lingkungan, mengikuti kegiatan kerja bakti di sekitar tempat tinggal, dan
membersihkan lingkungan rumah dari sampah.
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kunci menuju pembangunan sosial termasuk
didalamnya aspek lingkungan hidup. Pendidikan secara umum dibedakan menjadi
dua, yaitu pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan Formal merupakan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun swasta yang terikat oleh
kurikulum dengan syarat-syarat tertentu scara ketat, teratur dan bertingkat. Tingkatan
pendidikannya mulai dari tingkat dasar yaitu Sekolah Dasar (SD), ditingkat
menengah ada SMP dan SMA dan tingkat lanjutan hingga ke perguruan tinggi.
Sedangkan untuk pendidikan non-formalnya biasanya lebih bebas, dalam artian tidak
terlalu mengikuti peraturan yang ketat dan kurikulum yang dibuat sesuai dengan
kebutuhan, misalnya kursus-kursus atau latihan-latiahan dan sebagainya. Tinggi
rendahnya pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tindakannya terhadap sampah.
4. Tingkat Pendapatan
Pendapatan merupakan perolehan barang berupa uang yang diterima atau
dihasilkan oleh seseorang. Tingkat Pendapatan masyarakat pada suatu daerah
merupakan salah satu indikator untuk dapat melihat keadaan sosial ekonominya.
Tinggi rendahnya tingkat pendapatan dapat melihat keadaan sosial ekonomi
masyarakat dan dapat menunjukan keadaan sosial ekonomi masyarakat tertentu.
5. Mata Pencaharian
Mata Pencaharian merupakan sumber penghasilan atau pendapatan yang
diperoleh seseorang. Mata pencaharian penduduk akan mengalami perubahan sesuai
40
dengan keadaan alam, pengetahuan yang dimiliki, dan kemampuan teknologi yang
dimiliki oleh masyarakat. Berdasarkan tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan
akan menentukan jenis mata pencaharian masyarakat.
D. Variabel Penelitian
Menurut Nazir (2005, hlm. 123) Variabel adalah konsep yang mempunyai
bermacam-macam nilai. Sedangkan menurut Rifa’I (1996, hlm. 46) variabel
penelitian mengandung pengertian ukuran, sifat, ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok atau suatu yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain.
Variabel pada umumnya terbagi atas dua jenis, yaitu variabel bebas
(Independent Variable) dan Variabel terikat (Dependent Variable). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas
sendiri berarti variabel yang mempengaruhi suatu kejadian. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel bebas (X), yaitu tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan tingkat
pendapatan. Sedangkan variabel terikat (Y), yaitu variabel yang mendapat pengaruh
dari variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat, yaitu bentuk
praktik atau tindakan masyarakat terhadap sampah, misalnya Menyediakan tempat
sampah, Membuang sampah pada tempatnya, Membuang sampah ke TPS,
Menggunakan jasa pemungut sampah, Menyediakan uang untuk iuran/biaya,
Memberitahu/ menegur pembuang sampah, Membiasakan membuang sampah pada
tempatnya, Menyediakan waktu secara rutin, Menjaga kebersihan, keindahan,
kenyamanan lingkungan, Mengikuti kegiatan kerja bakti di sekitar tempat tinggal dan
Membersihkan lingkungan rumah dari sampah. Keterkaitan antara variabel bebas
dengan variabel terikat dapat di ilustrasikan pada tabel 3.3.
41
Tabel 3.3
Variabel Penelitian
Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)
1. Tingkat Pendidikan
2. Mata Pencaharian
3. Tingkat Pendapatan
Bentuk Praktik/Tindakan
Menyediakan tempat sampah
Membuang sampah pada tempatnya
Membuang sampah ke TPS
Menggunakan jasa pemungut
sampah
Menyediakan uang untuk
iuran/biaya
Memberitahu/ menegur pembuang
sampah
Membiasakan membuang sampah
pada tempatnya
Menyediakan waktu secara rutin
Menjaga kebersihan, keindahan,
kenyamanan lingkungan.
Mengikuti kegiatan kerja bakti di
sekitar tempat tinggal.
Membersihkan lingkungan rumah
dari sampah
E. Instrumen Penelitian
Didalam penelitian ini, digunakan beberapa alat dan bahan untuk menunjang
penelitian, diantaranya:
1. Alat
a. Laptop
b. Software Map Info 9.5
c. Microsoft Word 2007
d. Alat tulis
e. Kamera digital untuk mengambil gambar atau mendokumentasikan kondisi pada
saat penelitian di lapangan.
f. Gps atau Hp untuk menentukan titik koordinat daerah kajian.
42
g. Angket untuk memperoleh data atau informasi mengenai perilaku masyarakat
terhadap sampah.
h. Pedoman wawancara digunakan sebagai pedoman wawancara kepada responden
saat melakukan penelitian di lapangan.
2. Bahan
a. Peta rupa bumi diperlukan untuk menentukan daerah kajian saat penelitian di
lapangan dan digunakan sebagai peta dasar untuk membuat peta administratif
darah penelitian. Adapun peta RBI yang dipakai, diantaranya Peta RBI skala
1:25.000 lembar 1209-311 Bandung.
b. Monografi Kecamatan beserta data-data sekunder lain yang diperoleh dari
berbagai sumber yang berisi informasi-informasi untuk menunjang penelitian.
3. Instrumen Penelitian
Untuk menunjang sebuah penelitian, salah satu hal yang penting untuk
diperhatikan adalah penyususnan instrumen penelitian. Menurut Ridwan 2010
(dalam, Mardianti, 2013, hlm. 42) instrumen penelitian adalah “Alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dan kegiatannya. Kisi-kisi instrumen dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.4.
F. Prosedur Penelitian
Untuk menggambarkan rangkaian kegiatan agar peneliti lebih memahami,
maka dibuatlah prosedur penelitian. Prosedur penelitian adalah serangkaian kegiatan
yang dilaksanakan oleh seorang peneliti secara teratur dan sistematis untuk mencapai
tujuan-tujuan penelitian. Penelitian berawal dari adanya suatu masalah, kemudian
masalah tersebut harus diselesaikan oleh peneliti melalui sebuah penelitian agar arah
penelitian menjadi lebih jelas dan terstruktur maka perlu adanya suatu teori dan
konsep yang relevan dengan permasalahan. Dengan demikian, peneliti dapat
membangun kerangka pemikiran dan alur penelitian yang jelas sehingga penelitian
yang akan dilaksanakan berhasil sesuai dengan tujuan awal penelitian yaitu,
mendapatkan data yang valid dan reliable. Untuk memermudah dalam menjabarkan
43
prosedur penelitian, penulis membuat prosedur penelitian dalam bentuk bagan yang
dapat dilihat pada bagan 3.2.
Gambar 3.2 Bagan Prosedur Penelitian
Latar Belakang Masalah
Data Sekunder Data Primer
Penyebaran angket
kepada masyarakat
Hasil dari analisis data yang sudah terkumpul
Wawancara dengan aparat
kelurahan setempat
Wawancara dengan
masyarakat, terkait perilaku
masyarakat terhadap sampah
Data Monografi desa
44
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen
Variabel Sub Variabel Indikator Jenis
Instrumen
No.
Item V
aria
bel
Beb
as Pendidikan Pendidikan Formal Angket 5
Mata
Pencaharian Pekerjaan utama Angket 6
Pendapatan Pendapatan Pokok Angket 7
Var
iabel
Ter
ikat
(B
entu
k T
indak
an)
Praktik/tindakan
terhadap sampah Menyediakan tempat
sampah
Membuang sampah
pada tempatnya
Membuang sampah ke
TPS
Menggunakan jasa
pemungut sampah
Menyediakan uang
untuk iuran/biaya
Memberitahu/ menegur
pembuang sampah
Membiasakan
membuang sampah
pada tempatnya
Menyediakan waktu
secara rutin
Menjaga kebersihan,
keindahan,
kenyamanan
lingkungan.
Mengikuti kegiatan
kerja bakti di sekitar
tempat tinggal.
Membersihkan
lingkungan rumah dari
sampah
Resiko membuang
sampah bagi
lingkungan
Angket 11,
12,
13,
14,
15,
16,
17,
18,
19,
20,
21,
22,
23,
24,
25,
26,
27,
28,
29
45
G. Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Skala Pengukuran Instrumen
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket. Angket
(kuesioner) adalah alat pengumpul informasi atau data yang berisi sejumlah
pertanyaan tertulis yang ditunjukan kepada resopnden. Jenis angket yang digunakan
adalah angket tertutup, dimana jawaban atas pertanyaan yang diajukan sudah
ditentukan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang diinginkan tanpa harus
memberikan tambahan jawaban.
2. Uji Validitas Instrumen
Pengujian validitas instrumen perlu dilakukan agar hasil penelitian menjadi
valid. Instrumen yang valid berarti alat ukut yang digunakan untuk mendapatkan
data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang hendak diukur Sugiyono, (2011, hlm. 148). Pengujian validitas yaitu dengan
mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Person Product Moment
sebagai berikut :
Keterangan :
Rhitung : Koefisien Korelasi
: Jumlah Skor Item
: Jumlah Skor total (seluruh item)
N : Jumlah Responden
(Riduwan (2004, hlm. 98 )
Jika rhitung > rtabel maka butir soal valid, sedangkan apabila rhitung < rtabel maka butir
soal tersebut tidak valid sekaligus tidak memenuhi persyaratan. Selanjutnya, setelah
46
dihitung menggunakan product moment, kemudian dihitung dengan Uji-t dengan
rumus :
(Riduwan (2004, hlm. 98 )
Keterangan :
t : Nilai thitung
r : Koefisien Korelasi hasil r hitung
n : Jumlah Responden
Berikut ini adalah hasil uji validitas dari instrumen, dengan kriteria rhitung <
rtabel dengan taraf signifikasi 5% dan dk = n-2= 23, maka diperoleh harga rtabel sebesar
0,685. Adapun ketentuannya adalah bila harga thitung > ttabel maka item dianggap
signifikan/valid dan bila harga thitung < ttabel maka butir item dinyatakan tidak valid.
Hasil perhitungan uji validitas instrument dapat dilihat pada tabel 3.5.