Page 1
BAB 3
PEMBAHASAN
Pada kasus ini akan dibahas permasalahan mengenai gawat nafas dengan
neonatal infeksi pada bayi yang lahir dengan cara SC atas indikasi BSC 1 tahun yang
lalu + KPD > 24 jam + High Social Value Baby (HSVB), dirawat di NICU RSUD
Ulin Banjarmasin.
Penyakit paru merupakan penyebab yang paling umum dari kegawatan
nafas pada neonatus. Tetapi gangguan non paru juga dapat bermanifestasi sebagai
kegawatan nafas. Meliputi gangguan dan kelainan pada jantung (penyakit jantung
kongenital, disfungsi miokardium), neurologis (asfiksia, perdarahan intrakranial) dan
metabolik (hipoglikemia, asidosis).3,4
Tabel 3.1. Diagnosis banding dari Kegawatan Nafas Neonatus.4
Penyebab Paling Umum
1. Transien Tachypnue of the Newborn (TTN)2. Sindroma Gawat Nafas (SGN)/ Penyakit Membran Hialin (PMH)3. Sindroma Aspirasi Mekoneum
Kurang umum dengan penyebab yang jelas
1. Delayed transition2. Infeksi (Misalnya Pneumonia, sepsis)3. Penyebab Non Pulmoner (Misalnya anemia, penyakit jantung
kongenital,malformasi kongenital, keracunan obat, abnormalitas neurologis dan metabolik, polisitemia, obstruksi saluran nafas atas)
4. Hipertensi pulmoner persisten neonatus5. Pneumotorak
Pada kasus, berdasarkan anamnesis diketahui bahwa bayi tidak langsung
menangis saat lahir. Bayi lahir dengan cara SC atas indikasi BSC 1 tahun yang lalu,
20
Page 2
adanya KPD > 24 jam dan bayi merupakan bayi mahal atau High Social Value Baby
(HSVB). Selama hamil ibu selalu melakukan ANC secara rutin dan mengaku tidak
ada sakit atau mengalami trauma sebelumnya, tetapi ibu memiliki masalah keputihan
yang gatal dan berbau. Berdasarkan HPHT usia kehamilan ibu termasuk cukup
bulan. Berdasarkan data janin diketahui bahwa janin pada saat didalam kandungan
dalam keadaan baik. Berdasarkan riwayat natal didapatkan nilai APGAR yang
rendah pada menit ke-1 dan ke-5 berturut-turut yaitu, <5 dan <7. Sedangkan, skor
Downe yang didapat adalah 6. Tetapi dari air ketuban diketahui berwarna bening dan
masih dalam keadaan cukup.
Berdasarkan pemeriksaan fisik usia bayi 3 jam, keadaan umum bayi tampak
sesak. Dari tanda vital didapatkan detak jantung 120 kali per menit, laju
pernafasannya sebanyak 72 kali per menit, suhu rektal 36,60C dan capillary refill
time didapatkan 2 detik. Dari pemeriksaan fisik terdapat sianosis pada ujung-ujung
ekstremitas, pernafasan cuping hidung, pada thoraks terlihat pernafasan simetris
tetapi terdapat retraksi yang dalam pada subcostal dan terdengar rintihan/grunting
saat ekspirasi.
Dari uraian di atas dapat kita tentukan suatu penilaian tingkat kegawatan
nafas dengan menggunakan kriteria penilaian skor Downe's sebagai berikut:3
Tabel 3.2. Tabel skor Downe
Nilai Gawat Nafas
0 1 2
Sianosis None Suhu Ruang FIO2 40% Retraksi None Ringan BeratMerintih None Terdengar
dengan menggunakan
stetoskop
Terdengar tanpa menggunakan
stetoskop
21
Page 3
Masukan Udara(Tangisan)
Jernih Menurun or delayed
Hampir tidak terdengar
Frekuensi Pernafasan
< 60 60-80 > 80 atau apnea
Interpretasi dari skor Downe:
a. < 4: Tidak terdapat gawat nafas
b. 4 – 7 : Gawat nafas
c. ≥ 7: Ancaman gagal nafas
Berdasarkan teori, tanda–tanda kegawatan nafas pada bayi baru lahir harus
memenuhi hal–hal/gejala sebagai berikut ;3,5
• Takipnea (> 60 kali/menit)
• Merintih saat ekspirasi (karena tertutupnya glottis secara parsial)
• Retraksi subkostal dan interkostal
• Sianosis
• Pernafasan cuping hidung
• Terutama pada bayi yang sangat prematur akan terjadi apnue/hipotermia
Gejala-gejala yang ditemukan pada bayi pada kasus ini sesuai dengan poin-
poin diatas, kecuali poin terakhir karena bayi merupakan bayi matur. Maka,
berdasarkan skor Downe dan teori dapat diketahui bahwa bayi mengalami gawat
nafas.
Berdasarkan keluhan utama bayi tidak langsung menangis dan dari riwayat
persalinan bahwa bayi tidak memiliki usaha, adanya sianosis, tonus bayi lemah, hal
tersebut merupakan tanda asfiksia neonatorum, maka menurut protokol asuhan
neonatal PONEK6 bayi tersebut memerlukan resusitasi, yang pada kasus ini telah
dilakukan.
22
Page 4
Menurut teori, asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan bayi baru lahir
yang gagal bernafas secara spontan dan teratur. Kegagalan ini akan sering berlanjut
menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir.7 Maka
adanya gawat nafas pada bayi ini yang ditandai dengan skor Downe 6,
dimungkinkan akibat adanya asfiksia.
Pada usia bayi ke-90 detik bayi dapat bernafas spontan. Pada usia bayi 60
detik bayi diberikan kristaloid berupa NaCl, karena pada saat itu CRT bayi
mengalami pemanjangan (> 2 detik) hal ini menandakan bahwa perfusi jaringan
buruk. NaCl disini berguna sebagai volume ekspander. Dosis yang dianjurkan yaitu
10 mL/KgBB, hal ini sesuai dengan dosis yang diberikan pada bayi yaitu sebesar 34
mL (BB bayi 3400 gr).8
Faktor predisposisi yang sering menyertai bayi asfiksia9:
1. Faktor ibu
a. Diabetes mellitus
b. Hipertensi
c. Kelainan jantung
d. Gangguan kontraksi uterus
e. Partus lama
f. Plasenta previa atau solusio plasenta
g. Persalinan abnormal (persalinan dengan manual aid, SC)
2. Faktor janin
a. Gangguan tumbuh intra uterin
b. Kelainan bawaan
23
Page 5
c. Depresi nafas akibat anestesi yang diberikan pada ibu
d. Gangguan aliran tali pusat, tali pusat terlilit, tali pusat menumbung.
Pada bayi dalam kasus ini faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya
asfiksia adalah persalinan yang abnormal, yaitu dengan cara SC.
Dari anamnesis dan nilai APGAR diketahui bahwa bayi memiliki resiko
untuk terjadinya neonatal infeksi, sesuai tabel dibawah ini10,11:
Tabel 3.3. Faktor resiko neonatal infeksi10,11
MAYORKPD > 24 jamDemam intrapartum > 380CKhorioamnionitisKetuban berbauDJJ > 160 x/menit dan menetapMINORKPD > 12 jamDemam intrapartum > 37,50CNilai APGAR rendah (menit ke-1 <5 dan menit ke-5 <7)BBLSR < 1500 grUsia gestasi < 37 mingguKehamilan gandaKeputihan gatal dan berbauIbu dengan infeksi saluran kemih (ISK)/ ISK yang tidak diobati
NB: Seorang bayi memiliki resiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor atau satu
kriteria mayor ditambah dua kriteria minor.
Adanya 1 faktor resiko mayor dan 2 faktor resiko minor maka diagnosis
sepsis harus dilakukan secara proaktif dengan memperhatikan gejala klinis serta
dilakukan pemeriksaan penunjang sesegera mungkin.11
24
Page 6
Sepsis neonatorum adalah sindrom klinis yang ditandai dengan tanda-tanda
dan gejala infeksi dengan atau tanpa disertai bakteremia pada bulan pertama
kehidupan.11
Manifestasi klinis dasar diagnostik pada sepsis adalah sebagai berikut11:
1. Keadaan umum: menurun (not doing well), malas minum (poor feeding),
hipo/hipertermi, edema, sklerema.
2. Sistem saraf pusat: hipotonia, irritable, high pitch cry, kejang, letargi, tremor,
fontanella cembung.
3. Sistem saluran pernafasan: pernafasan tidak teratur, nafas cepat
(>60x/menit), apnea, dyspnea, sianosis.
4. Sistem kardiovaskuler: takikardi (> 160x/menit), bradikardi (<100x/menit),
akral dingin, syok.
5. Sistem saluran cerna: retensi lambung, hepatomegaly, mencret, kembung,
muntah.
6. Sistem hematologi: kuning, pucat, splenomegaly, ptekiae, purpura,
perdarahan.
Kriteria diagnostik sepsis dikelompokkan sebagai berikut11:
1. Possible/suspect sepsis: bila terdapat 3 gejala klinik dari 6 kelompok diatas.
2. Probable sepsis: bila terdapat gejala klinik dan adanya kelainan laboratoris.
3. Proven sepsis: bila terdapat gejala klinik dan kultur darah yang positif.
Kelainan laboratorium yang mendukung adanya sepsis pada neonatus yaitu4:
1. Total jumlah leukosit
2. Creative Proteine (CRP)
25
Page 7
3. LED
4. Kultur
Berdasarkan teori mengenai sepsis diatas, bayi pada kasus ini baik dari gejala
klinis dan hasil laboratorium tidak memenuhi salah satu kriteria dari tiga kriteria
diagnosis sepsis diatas. Tetapi berdasarkan faktor resiko, bayi memiliki resiko
terjadinya infeksi neonatal.
Berdasarkan ukuran lingkar kepala menggunakan perhitungan Finstrom
didapatkan kalau usia gestasi adalah 40-42 minggu, sehingga bayi merupakan bayi
cukup bulan. Bayi pada kasus ini tidak dilakukan perhitungan Ballard, karena
merupakan bayi sakit. Ditakutkan akan terjadi kesalahan dalam penilaian.12
Berat badan bayi termasuk kedalam kategori berat badan lahir cukup (BBLC)
karena berkisar antara 2500-4000 gram (3400 gram). Dengan berat badan lahir
sebesar 3400 gram dan usia kehamilan ibu 39-40 minggu yang dihubungkan
kedalam grafik, maka didapatkan neonatus ini sesuai masa kehamilan.12
Dari pembahasan diatas diketahui bahwa bayi pada kasus ini memiliki
permasalahan gawat nafas yang sebelumnya mengalami asfiksia, dan mengalami
neonatal infeksi. Bayi tersebut merupakan bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan
dan berat bayi lahir cukup.
Penyebab gawat nafas pada bayi cukup bulan menurut teori, adalah Transient
Tachypnue of the Newborn (TTN), infeksi, dan pneumothoraks spontan13.
1. Transient Tachypnue of the Newborn (TTN)
TTN adalah penyebab paling umum gawat nafas pada bayi baru lahir,
lebih dari 40% kasus gawat nafas pada bayi baru lahir. Sebuah kondisi yang
26
Page 8
ringan, terjadi ketika cairan residu paru tetap ada pada jaringan paru setelah bayi
dilahirkan. Prostaglandin dikeluarkan setelah bayi lahir, melebarkan pembuluh
limfatik untuk menghilangkan cairan paru-paru sehingga sirkulasi paru
meningkat pada saat napas pertama kali. Ketika cairan masih ada meskipun
mekanisme ini berlanjut, maka akan terjadi takipneu pada bayi yang baru lahir14.
Faktor risiko terjadinya TTN termasuk asma pada ibu, jenis kelamin bayi
laki-laki, makrosomia, ibu yang diabetes, dan proses persalinan melalui sectio
caesarea (SC)14. Milner dkk mencatat bahwa bayi yang lahir melalui persalinan
sesar memiliki volume cairan interstisial dan alveolar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mereka yang lahir melalui vagina, meskipun volume
toraks keseluruhan berada dalam kisaran normal.
Definisi dari TTN adalah penyakit ringan yang segera muncul setelah lahir
dan biasanya akan hilang dengan sendirinya setelah 2-3 hari atau lebih. Bayi
yang sering mengalami TTN adalah bayi yang dilahirkan secara operasi sesar
sebab mereka kehilangan kesempatan untuk mengeluarkan cairan paru mereka.
Bayi yang dilahirkan lewat persalinan per vaginam mengalami kompresi dada
saat menuruni jalan lahir. Hal inilah yang menyebabkan sebagian cairan paru
keluar. Kesempatan ini tidak didapatkan bagi bayi yang dilahirkan operasi sesar.
Gambaran klinis termasuk takipneu segera setelah lahir atau dalam waktu
dua jam, dengan tanda-tanda gawat nafas lainnya. Gejala dapat berlangsung dari
beberapa jam sampai dua hari. Radiografi dada menunjukkan difus parenkim
infiltrat, sebuah "wet siluet" sekitar jantung, atau akumulasi cairan intralobar14.
27
Page 9
A B
Gambar 3.2. Perbandingan: A. Gambaran thoraks TTN, B. Gambaran thorak PA
pada kasus umur 5 hari.
Dari gambar diatas didapatkan gambaran paru pada bayi dalam kasus ini
normal. Tapi tidak menyingkirkan penyebab gawat nafas pada bayi ini adalah
TTN, karena foto thoraks diambil ketika bayi berumur 5 hari dengan skor
Downe 3, dan saat itu telah di diagnosis post gawat nafas.
2. Infeksi
Infeksi bakteri adalah penyebab lain yang mungkin dari gangguan
pernapasan neonatal. Di negara–negara berkembang, pneumonia diperkirakan
terjadi pada lebih dari 50% kasus bayi–bayi yang mengalami kegawatan
nafas.14,15,16
3. Pneumothorak spontan
Pneumothorak pada neonatus dapat terjadi secara spontan, tetapi seringnya
diakibatkan SAM atau pneumonia stafilokokkus. 3
28
Page 10
Dari 3 penyebab gawat nafas pada bayi cukup bulan diatas, dari anamnesis, riwayat
persalinan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan follow up yang dilakukan, maka
penyebab gawat nafas yang paling mungkin pada bayi di kasus ini adalah TTN dikarenakan
bayi memiliki fackor resiko (lahir secara SC) dan hilang dengan jangka waktu yang tidak
lama.
Prinsip dasar perawatan bayi baru lahir, berdasarkan kebutuhan dasar bayi adalah:
1. Jalan nafas dan pernafasan yang adekuat.
2. Menjaga kehangatan
3. Kebutuhan cairan
4. Mencegah infeksi
5. Identifikasi faktor resiko
Berdasarkan hal tersebut diatas, pada bayi yang mengalami gawat nafas dalam kasus
ini untuk mempertahankan pernafasan pada bayi agar tetap adekuat setelah dilakukan
resusitasi, maka setelah di NICU bayi diberikan oksigen melalui ETT yang telah terpasang
dengan menggunakan CPAP PEEP (Continous Positive Airway Pressure Positive end-
expiratory pressure) 6 cm H2O FiO2 28%. PEEP yang memadai sangat penting untuk
mempertahankan kapasitas residu fungsional, mencegah atelektasis dan meningkatkan
oksigenasi. Bayi yang diintubasi kebanyakan membutuhkan PEEP ≥ 5 cm H2O karena
penyakit paru yang mendasari dan adanya ETT yang melewati laring. PEEP yang tidak
memadai dapat menyebabkan ventilasi heterogen dan meningkatkan resiko cedera paru.20
Pada umur bayi hari ke-3, bayi tidak menggunakan CPAP lagi, dan diganti dengan
kanul nasal (O2 ½ Lpm) karena pernafasan bayi sudah adekuat. Kemudian pada umur bayi
hari ke-5 bayi sudah tidak memerlukan alat bantu ataupun O2 tambahan. Bayi sudah dapat
bernafas secara normal.
29
Page 11
Untuk menjaga kehangatan, bayi dirawat di inkubator dengan menjaga suhu badan
basal bayi antara 36,50-37,50C 12. Selama perawatan suhu badan bayi selalu stabil.
Pada bayi ini, untuk sementara dipuasakan untuk mencegah terjadinya aspirasi
karena pernafasan bayi belum adekuat.
Untuk pengobatan, Sesaat setelah kelahirannya bayi mendapat suntikan vitamin K 1
x 1 mg. pemberian vitamin K ini dimaksudkan untuk mengatasi perdarahan dari umbilikus
karena vitamin K diperlukan untuk pembentukan faktor pembekuan I, II dan VII di hati.
Pemberian gentamicin salep mata untuk mencegah terjadinya neonatal konjungtivitis.
Karena terdapat infeksi neonatal, maka bayi tersebut diberikan antibiotik profilaksis.
Antibiotik yang diberikan adalah ampicillin dan gentamicin yang merupakan antibiotik lini
pertama untuk sepsis neonatorum berdasarkan empiris.22
Tabel. Pilihan antibiotik untuk sepsis neonatorum berdasarkan empiris
Dosis ampicillin yang direkomendasikan sesuai pada kasus ini adalah
100mg/KgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Sehingga dosis ampicillin yang dipakai pada kasus
ini sebesar 2x170mg. Dosis gentamicin yang direkomendasikan sesuai pada kasus ini adalah
30
Page 12
5mg/KgBB/36 jam. Sehingga dosis ampicillin yang dipakai pada kasus ini sebesar 17 mg/36
jam.
31