9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teknik Menyusui yang Benar a. Pengertian Beberapa pengertian menyusui dari beberapa sumber, antara lain: 1) Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam pemberian makanan yang bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi (Anggraini, 2010). 2) Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi, mengasuh bayi dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun – tahun berikutnya (Varney, 2004). b. Pembentukan Air Susu Beberapa reflek yang berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu (Anggraini, 2009), antara lain : 1) Reflek Prolaktin Setelah seorang ibu melahirkan dan terlepasnya plasenta, fungsi korpus loteum berkurang maka estrogen dan progesteronpun berkurang. Dengan adanya hisapan bayi pada puting susu dan
25
Embed
BAB II TINJAUAN TEORI - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-anarofitas... · ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi sesar. Yang ... Kesalahan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Teknik Menyusui yang Benar
a. Pengertian
Beberapa pengertian menyusui dari beberapa sumber, antara lain:
1) Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam
pemberian makanan yang bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan
yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi (Anggraini, 2010).
2) Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi,
mengasuh bayi dengan penambahan makanan pelengkap pada
paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan
psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun – tahun
berikutnya (Varney, 2004).
b. Pembentukan Air Susu
Beberapa reflek yang berperan sebagai pembentukan dan
pengeluaran air susu (Anggraini, 2009), antara lain :
1) Reflek Prolaktin
Setelah seorang ibu melahirkan dan terlepasnya plasenta, fungsi
korpus loteum berkurang maka estrogen dan progesteronpun
berkurang. Dengan adanya hisapan bayi pada puting susu dan
10
areola akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik, rangsangan
ini dilanjtukan ke hipotalamus, hipotalamus akan menekan
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin
namun sebaliknya akan merangsang faktor-faktor tersebut
merangsang hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon
prolaktin. Hormon prolaktin akan merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat susu.
2) Reflek Let Down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan yang
berasal dari isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise
anterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran
darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat
menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadilah proses
involusi. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan merangsang
kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar
dari alveoli dan masuk kesistem duktulus yang untuk selanjutnya
mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
c. Mekanisme Menyusui
Untuk mendapatkan keberhasilan dalam menyusui
dibutuhkan 3 reflek intrinsik (Anggraini, 2009), antara lain :
1) Reflek mencari (Rooting Reflek)
Payudara yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada
11
bayi sehingga menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting
susu dan kemudian puting susu ditarik masuk kedalam mulut.
2) Reflek Menghisap
Teknik menyusui yang baik adalah seluruh areola payudara
sedapat mungkin semuanya masuk kedalam mulut bayi, tetapi hal
ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang mempunyai areola
yang besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya
menekan sinus laktiferus. Tidak dibenarkan bila rahang bayi hanya
menekan puting susu saja karena dapat menimbulkan puting susu
lecet.
3) Reflek Menelan
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan
gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga
pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan
mekanisme masuk ke lambung.
d. Posisi yang Benar dalam menyusui
Dalam menyusui yang benar ada beberapa macam posisi
menyusui (Sulistyowati, 2009), antara lain :
1) Posisi berbaring miring
Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau
bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada
ibu menyusui yang melahirkan melalui operasi sesar. Yang harus
diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi
12
agar tidak tertutupi oleh payudara ibu. Oleh karena itu, ibu harus
selalu didampingi oleh orang lain ketika menyusui.
2) Posisi duduk
Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada
punggung ibu, dalam posisinya agak tegak lurus (900) terhadap
pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila
diatas tempat tidur atau dilantai, atau duduk dikursi.
e. Langkah-langkah menyusui yang benar
Berberapa langkah yang benar dalam menyusui bayi,
(Suradi dan Hesti, 2011), antara lain :
1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai
manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting
susu.
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
a) Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan ibu.
13
c) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang
satu di depan.
d) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3) Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya
saja.
4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek)
dengan cara:
a) Menyentuh pipi dengan puting susu, atau
b) Menyentuh sisi mulut bayi.
5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi.
a) Usahakan sebagian besar areola dimasukkan ke mulut bayi,
susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang
terletak dibawah areola.
b) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang
atau disangga lagi.
14
6) Melepas isapan bayi
Setelah menyusu pada satu payudara sampai terasa kosong,
sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas
isapan bayi :
a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut atau,
b) Dagu bayi ditekan kebawah.
7) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum
terkosongkan (yang dihisap terakhir).
8) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering
dengan sendirinya.
9) Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setelah
menyusui. Cara menyendawakan bayi :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau,
b) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan.
f. Langkah-langkah menyusui bayi kembar
Dalam menyusui bayi kembar terdapat beberapa posisi
untuk mencapai keberhasilan (Suradi dan Hegar, 2010), antara lain :
15
1) Double Football
Bayi dipegang seperti cara memegang bola disisi kanan dan kiri
tubuh ibu. Tangan ibu menopang kepala bayi dengan berbaring
dibawah tangan ibu. Banyak ibu menggunakan cara ini sampai
mereka benar-benar berpengalaman.
2) Double Cradle
Bayi dipegang seperti menyusui bayi tunggal, dimana ke-2 badan
bayi menyilang diatas perut ibu. Posisi ini biasa digunakan pada
ibu yang sudah berpangalaman dan bayi dapat mengontrol
kepalanya dengan baik.
3) Kombinasi Football dan Cradle (posisi sejajar)
Bayi pertama dipegang dengan cara football, sedangkan bayi yang
lain dipegang posisi cradle. Posisi ini biasa digunakan oleh ibu
dengan bayi triplet atau lebih, sehingga bayi terbiasa dan
mendapat asupan ASI yang cukup.
g. Tanda bayi menyusu dengan benar
Beberapa tanda bayi dalam menyusui dengan menggunakan
teknik menyusui yang benar (Bahiyatun, 2009).
1) Bayi tampak tenang.
2) Badan bayi menempel pada perut ibu
3) Mulut bayi terbuka lebar
4) Dagu menempel pada payudara ibu
5) Sebagian besar areola payudara masuk kedalam mulut bayi
16
6) Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan
7) Puting susu ibu tidak terasa nyeri
8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9) Kepala tidak menengadah.
h. Tanda bayi cukup ASI
Beberapa tanda bayi cukup ASI (Sulistyawati, 2009), antara lain :
1) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih
sampai kuning muda
2) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”
3) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur
cukup. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam
4) Payudara ibu merasa lembut dan kosong setiap kali selesai
menyusui
5) Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali selesai
menyusui
6) Bayi bertambah berat badannya.
i. Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya bayi disusui secara on demand karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila
bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing,
kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
17
kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan
jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2
minggu kemudian (Suradi dan Hesti, 2011).
j. Masalah - masalah dalam pemberian ASI
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan
karena timbulnya beberapa masalah (Anggraini, 2010), antara lain :
1) Puting susu lecet
a) Penyebab
(1) Kesalahan dalam teknik menyusui yang benar
(2) Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim,dll untuk
mencuci puting susu
(3) Mungkin saja terjadi pada bayi yang frenulum lingue (tali
lidah yang pendek), sehingga menyebabkan bayi sulit
menghisap sehingga hisapannya hanya pada puting susu
(4) Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui
kurang hati-hati.
2) Payudara bengkak
a) Penyebab
Pembengkakan ini terjadi karena ASI tidak disusui secara
adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus
yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Pembengkakan bisa terjadi pada hari ketiga dan keempat
sesudah melahirkan.
18
b) Pencegahan
(1) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir
(2) Susukan bayi tanpa dijadwal
(3) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi
ASI melebihi kebutuhan bayi.
(4) Melakukan perawatan payudara
3) Saluran susu tersumbat (obstruvtive duct)
Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus laktiferus,
dengan penyebabnya adalah :
a) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui
b) Pemakaian BH yang terlalu ketat
c) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul
tidak segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan.
4) Mastitis
Hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan oleh:
a) Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat
b) Puting lecet yang memudahkan masuknya kuman dan terjadi
payudara bengkak
c) BH yang terlalu ketat
d) Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah
terinfeksi.
19
5) Abses payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini