4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pakan komplit Complete feed (pakan komplit) adalah kombinasi konsentrat dan pakan kasar (roughages) dalam satu ransum (Sunarso et al., 2011). Pakan komplit adalah campuran berbagai bahan pakan menjadi ransum untuk memenuhi kebutuhan nutrien spesifik sehingga meningkatkan konsumsi nutrien dan efisiensi pakan. Pakan komplit dapat mengandung pakan kasar maupun tidak (Wright et al., 2008). Pakan merupakan suatu bahan organik maupun anorganik baik sudah diolah maupun belum diolah yang perannya untuk pemenuhan nutrisi pada ternak tanpa mengganggu kestabilan kesehatanya, yang fungsinya sebagai pemenuh kebutuhan hidup pokok,reproduksi, pemeliharaan, pertumbuhan, metabolisme dan lain-lain (Khairul, 2009). Pakan hijauan merupakan pakan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan berupa daun, batang, ranting, dan bunga. Kelompok hijauan rumput, legume, dan tumbuh-tumbuhan lain. Pakan penguat merupakan pakan dengan konsentrasi tinggi dengan serat kasar relative rendah dan mudah dicerna (konsentrat). Biasanya berasal biji-bijian seperti jagung, menir, katul serta bahan lainya. Pakan tambahan merupakan pakan yang berupa vitamin, mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah terbatas namun harus tersedia. Seperti vitamin A dan D, mineral Ca dan P dan urea 2% dari seluruh ransum yang diberikan (Sudarmono dkk., 2008).
14
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pakan kompliteprints.mercubuana-yogya.ac.id/5136/3/BAB II.pdf · 2019. 3. 1. · 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pakan komplit Complete feed (pakan komplit) adalah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pakan komplit
Complete feed (pakan komplit) adalah kombinasi konsentrat dan pakan
kasar (roughages) dalam satu ransum (Sunarso et al., 2011). Pakan komplit adalah
campuran berbagai bahan pakan menjadi ransum untuk memenuhi kebutuhan
nutrien spesifik sehingga meningkatkan konsumsi nutrien dan efisiensi pakan.
Pakan komplit dapat mengandung pakan kasar maupun tidak (Wright et al.,
2008).
Pakan merupakan suatu bahan organik maupun anorganik baik sudah
diolah maupun belum diolah yang perannya untuk pemenuhan nutrisi pada ternak
tanpa mengganggu kestabilan kesehatanya, yang fungsinya sebagai pemenuh
kebutuhan hidup pokok,reproduksi, pemeliharaan, pertumbuhan, metabolisme dan
lain-lain (Khairul, 2009).
Pakan hijauan merupakan pakan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan
berupa daun, batang, ranting, dan bunga. Kelompok hijauan rumput, legume, dan
tumbuh-tumbuhan lain. Pakan penguat merupakan pakan dengan konsentrasi
tinggi dengan serat kasar relative rendah dan mudah dicerna (konsentrat).
Biasanya berasal biji-bijian seperti jagung, menir, katul serta bahan lainya. Pakan
tambahan merupakan pakan yang berupa vitamin, mineral yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah terbatas namun harus tersedia. Seperti vitamin A dan D, mineral Ca
dan P dan urea 2% dari seluruh ransum yang diberikan (Sudarmono dkk., 2008).
5
Jerami Jagung
Jerami jagung adalah bagian batang dan daun jagung yang telah dibiarkan
mengering di ladang dan dipanen ketika tongkol jagung dipetik. Jerami jagung
seperti ini banyak diperoleh di daerah sentra tanaman jagung yang ditujukan untuk
menghasilkan jagung bibit atau jagung untuk diperlukan industri pakan bukan
untuk dikonsumsi sebagai sayur (Mariyono dkk., 2004).
Tanaman jagung dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L adalah salah
satu tanaman biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan (Gramineae) yang sudah
popular di seluruh dunia. Menurut sejarahnya, tanaman jagung berasal dari
Amerika (Anonim, 1985). Tanaman jagung merupakan tanaman yang ideal jika
digunakan sebagai bahan baku silase, apalagi seluruh bagian tanaman jagung
dibuat silase, maka karbohidrat terlarut yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
bakteri sudah mencukupi. Dalam pembuatan silase tanaman jagung, dapat
ditambahkan bakteri asam laktat sebagai starter untuk mempercepat proses
pematangannya.
Jagung tua yang siap dipanen terdiri atas 38% biji, 7% tongkol, 12% kulit,
13% daun dan 30% batang (Murni dan Suparjo, 2008). Jerami jagung merupakan
sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dikurangi akar dan sebagian
batang yang tersisa dan dapat diberikanvitaminkepada ternak, baik dalam bentuk
segar maupun kering. Pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai pakan ternak
ruminansia seperti sapi, kerbau, kambingdandomba (Jamarun, 1991). Jerami
jagung dapat digunakan ketika ketersediaan pakan hijauan tidak terpenuhi, di
6
daerah Sangir Solok selatan produksi jerami jagung mencapai 86,62 ton/ha/tahun
(Suyitman dkk., 2012).
Limbah perkebunan yang diberikan kepada ternak tanpa disuplementasi
atau diberi perlakuan sebelumnya menyebabkan kandungan nutrisi limbah ini
tidak akan cukup untuk mempertahankan kondisi ternak, sehingga dibutuhkan
perlakuan untuk meningkatkan kualitas bahan pakan dari limbah (Sangadji, 2009).
Menurut Sutardi (2009) kandungan zat makanan yang ada pada jerami
jagung sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi Zat Makanan Jerami Jagung
Zat Makanan Jerami jagung
Bahan Kering (%) 21,1
Protein Kasar (%) 9,91
Lemak Kasar (%) 1,78
Serat Kasar (%) 27,7
Abu (%) 10,2
BETN (%) 50,2
TDN (%) 54,08
Sumber : Sutardi (2009).
Silase dapat dibuat pada berbagai bentuk silo, drum plastik ataupun plastik
silo. Mekanisme kerja pembuatan silase pada prinsipnya sama untuk kedua semua
jenis silo selama pengeluaran atau pembatasan suplai oksigen optimal. Tiga hal
yang berperan penting dalam proses ensilasi didalam silo meliputi produk bakteri
asam laktat dan produk fermentasinya, pencapaian kondisi anaerob yang
maksimal dan penurunan pH yang cepat (Muck, 2011).
7
Keberhasilan proses pembuatan silase tergantung tiga faktor utama yaitu
ada tidaknya serta besarnya populasi bakteri asam laktat, sifat-sifat fisik dan
kimiawi bahan hijauan yang digunakan serta keadaan lingkungan. Tujuan
pemberian aditif dalam pembuatan silase antara lain : mempercepat pembentukan
asam laktat dan asetat guna mencegah fermentasi berlebihan, mempercepat
penurunan pH sehingga mencegah terbentuknya fermentasi yang tidak di
kehendaki (Hapsari dkk.,2014).
Kualitas silase tergantung dari kecepatan fermentasi membentuk asam
laktat, sehingga dalam pembuatan silase terdapat beberapa bahan tambahan yang
biasa diistilahkan sebagai additive silage. Macam-macam additive silage seperti
water soluble carbohydrat, bakteri asam laktat, garam, enzim, dan asam.
Penambahan bakteri asam laktat ataupun kombinasi dari beberapa additive silage
merupakan perlakuan yang sering dilakukan dalam pembuatan silase. Pemilihan
bakteri asam laktat sangat penting dalam proses fermetasi untuk menghasilkan
silase yang berkualitas baik. Proses awal fermentasi menggunakan asam laktat
dalam proses aerob, udara yang berasal dari lingkungan atau pun yang berasal dari
hijauan menjadikan reaksi aerob terjadi. Hasil reaksi aerob yang terjadi pada fase
awal fermentasi silase menghasilkan asam lemak volatile, yang menjadikan pH
turun (Stefani et al., 2010).
Fermentasi
Fermentasi merupakan salah satu teknologi bahan makanan secara biologis
yang melibatkan aktivitas mikroorganisme guna memperbaiki gizi bahan
berkualitas rendah. Fermentasi dapat meningkatkan kualitas bahan pakan, karena
8
pada proses fermentasi terjadi perubahan kimiawi senyawa-senyawa organik
(karbohidrat, lemak, protein, serat kasar dan bahan organik lainnya) baik dalam
keadaan aerob maupun anaerob, melalui kerja enzim yang dihasilkan mikroba
(Sukaryana dkk., 2011).
Percepatan fermentasi dan pertumbuhan mikroorganisme memerlukan
nutrien tambahan. Selain memerlukan karbohidrat, juga membutuhkan nitrogen
dan mineral yang cukup untuk dapat tumbuh dan produksi dengan optimal
(Akbar et al., 2013).
Teknologi fermentasi yang dilakukan pada jerami padi masih sangat
sederhana dan belum mengarah kepada pemanfaatan jasad renik yang spesifik
mampu merenggangkan ikatan lignin, selulosa pada jerami padi, sehingga selulosa
bisa dimanfaatkan. Prinsip kultivasi mikroba dalam sistem cair mikroba berada
dalam cairan yang mengandung nutrien sebagai substrat untuk tumbuh dan
berkembang bercampur dengan produk-produk yang dihasilkan termasuk limbah.
Nutrien dan oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal mikroba harus
tercampur merata (homogen) pada semua bagian fermenter. Untuk mendapatkan
sistem fermentasi yang optimum, maka fermentasi harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Terbatas dari kontaminan
2. Volume kultur relatif konstan (tidak bocor dan menguap)
3. Kadar oksigen terlarut harus memenuhi standar
4. Kondisi lingkungan seperti : suhu, pH harus terkontrol
(Anonim, 2005).
9
Penambahan bahan-bahan nutrien kedalam media fermentasi dapat
merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu bahan yang dapat
digunakan sebagai sumber nitrogen pada proses fermentasi adalah urea. Urea yang
ditambahkan kedalam medium fermentasi akan diuraikan oleh enzim urease
menjadi ammonia dan karbondioksida selanjutnya ammonia digunakan untuk
pembentukan asam amino (Winarno, 2010).
Aditif silase adalah bahan yang ditambahkan pada material sebelum proses
ensilase untuk meningkatkan kualitas silase yang dihasilkan. Terdapat 4 kategori
aditif (McDonald et al., 1991) yaitu :
1) Stimulan fermentasi
a. BAL
b. Gula
c. Molasses
d. Enzim
2) Penghambat fermentasi seperti asam format, asam laktat, asam mineral,
garam nitrit, garam sulfit, NaCl.
3) Penghambat kerusakan aerobik untuk meningkatkan stabilitas
aerobik seperti BAL, asam propionat, asam benzoat.
4) Sumber nutrien seperti urea, amonia, dan mineral.
Bahan additive mempunyai fungsi untuk meningkatkan ketersediaan zat
nutrisi, memperbaiki nilai gizi silase dan meningkatkan palatabilitas (Gunawan
dkk., 2012). Molases menyediakan sumber energi bagi bakteri asam laktat yang
berperan dalam proses ensilase. Bakteri asam laktat akan menghasilkan asam
10
laktat yang selanjutnya akan menurunkan pH menjadi 3,6-4,1 sehingga
menghambat perkembangbiakan bakteri patogen dan fungi pada lingkungan
tersebut (McDonald, 1981). Menurut Sofyan dan Aboenawan (1974), syarat
umum untuk ruang penyimpanan antara lain suhu berkisar 18-24ºC, bersih dan
terang, mempunyai ventilasi yang baik untuk sirkulasi udara, bebas dari serangga-
serangga dan tikus yang dapat merusak.
Menurut Ananta (2016) faktor yang mempengaruhi kualitas silase secara
umum yaitu bahan pakan yang digunakan, bahan aditif, kadar air dan
penyimpanan pada saat ensilase. Jadi faktor-faktor mempengaruhi silase adalah
Karakteristik bahan (kandungan bahan kering, kapasitas buffer, struktur fisik dan
varietas),tata laksana pembuatan silase (besar partikel, kecepatan pengisian ke
silo), kepadatan pengisian ke silo, keadaan iklim (misalnya suhu dan kelembaban)
(Bolsen dan Sapienza, 1993).
Hanafi (2008) menyatakan bahwa kadar air silase yang terlalu rendah
menyebabkan suhu silase meningkat. Kadar air silase terlalu tinggi akan memacu
pertumbuhan jamur dan memicu tumbuhnya asam butirat yang menyebabkan
kualitas silase menurun.
Menurut Schroeder (2004) fermentasi silase memakan waktu sedikitnya 21
hari untuk mencapai hasil yang optimal dan dalam keadaan anaerob dan disimpan
didalam silo.
Sudirman (2013) menyatakan bahwa kandungan zat makanan hijauan
jagung muda pada bahan kering (BK) 90% adalah protein kasar (PK) 11,33%,