BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Tentang Kemacetan Lalu lintas Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak lambat ( Ofyar Z Tamin, 2000). Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat terjadinya kemacetan, nilai derajat kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5 (MKJI, 1997). Kemacetan apabila ditinjau dari tingkat pelayanan jalan (Level of Service), pada saat LOS < C.LOS < C, kondisi arus lalu lintas mulai tidak stabil, kecepatan operasi menurun relatif cepat akibat hambatan samping yang timbul dan kebebasan bergerak relative kecil. Pada kondisi ini volume-kapasitas lebih besar atau sama dengan 0,8 ( V/C > 0,8 ). Dan pada akhirnya nilai LOS sudah mencapai tingkat pelayanannya, maka aliran lalu lintas menjadi tidak stabil sehingga terjadi tundaan berat, yang disebut kemacetan lalu lintas (Ofyar Z Tamin, 1998). II.1.1 Transportasi Universitas Sumatera Utara
30
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Tentang …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31511/3/Chapter II.pdf · semakin meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Tentang Kemacetan Lalu lintas
Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai terjadi. Kemacetan
semakin meningkat apabila arus begitu besarnya sehingga kendaraan sangat
berdekatan satu sama lain. Kemacetan total apabila kendaraan harus berhenti atau
bergerak lambat ( Ofyar Z Tamin, 2000).
Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan
yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan
kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga
menyebabkan terjadinya antrian. Pada saat terjadinya kemacetan, nilai derajat
kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai
derajat kejenuhan mencapai lebih dari 0,5 (MKJI, 1997).
Kemacetan apabila ditinjau dari tingkat pelayanan jalan (Level of Service),
pada saat LOS < C.LOS < C, kondisi arus lalu lintas mulai tidak stabil, kecepatan
operasi menurun relatif cepat akibat hambatan samping yang timbul dan kebebasan
bergerak relative kecil. Pada kondisi ini volume-kapasitas lebih besar atau sama
dengan 0,8 ( V/C > 0,8 ).
Dan pada akhirnya nilai LOS sudah mencapai tingkat pelayanannya, maka
aliran lalu lintas menjadi tidak stabil sehingga terjadi tundaan berat, yang disebut
kemacetan lalu lintas (Ofyar Z Tamin, 1998).
II.1.1 Transportasi
Universitas Sumatera Utara
Menurut morlok (1981), transportasi adalah memindahkan atau mengangkut
barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi dikatakan
baik, apabila perjalanan cukup cepat, tidak mengalami kemacetan, frekuensi
pelayanan cukup, aman, bebas dari kemungkinan kecelakaan dan kondisi pelayanan
yang nyaman. Untuk mencapai kondisi yang ideal seperti, sangat ditentukan oleh
berbagai faktor yang menjadi komponen transportasi ini, yaitu kondisi prasarana
(jalan), sistem jaringan jalan, kondisi sarana (kendaraan) dan sikap mental pemakai
fasilitas transportasi tersebut (Budi D.Sinulingga, 1999).
II.1.2 Teknik Perlalu-lintasan ( Traffic Engineering)
Suatu transportasi dikatakan baik, apabila waktu perjalanan cukup cepat,
tidak mengalami kemacetan, frekuensi pelayanan cukup, aman bebas dari
kemungkinan kecelakaan dan kondisi pelayanan yang nyaman. Untuk mencapai
kondisi yang ideal seperti itu sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang menjadi
komponen transportasi, yaitu kondisi prasarana (jalan) serta sistem jaringannya dan
kondisi sarana (kendaraan), serta yang tak kalah pentingnya ialah sikap mental
pemakai fasilitas transportasi tersebut.
Untuk mengetahui tentang transportasi kota dalam aspek perencanaan dan
pelaksanaannya, maka penting sekali untuk memahami aspek teknik perlalu lintasan
(Traffic Enginering), teknik lalu lintas angkutan darat meliputi: karakteristik volume
lalu lintas, kapasitas jalan, satuan mobil penumpang, asal dan tujuan lalu lintas, dan
pembangkit lalu lintas ( Budi D.Sinulingga, 1999).
II.1.3 Karakteristik Volume Lalu lintas
Universitas Sumatera Utara
Di dalam suatu perlalu-lintasan dikenal lalu lintas Harian (LHR) atau AADT
(Average Annual Daily Traffic) yaitu jumlah kendaraan yang lewat secara rata-rata
dalam sehari (24 jam) pada suatu ruas jalan tertentu, besarnya LHR akan menentukan
dimensi penampang jalan yang akan di bangun. Volume lalu lintas ini bervariasi
besarnya, tidak tetap, tergantung waktu, variasi dalam sehari, seminggu maupun
sebulan dan setahun. Di dalam satu hari biasanya terdapat dua waktu jam sibuk, yaitu
pagi dan sore hari. Tapi ada juga jalan-jalan yang mempunyai variasi volume lalu
lintas agak merata. Volume lalu lintas selama jam sibuk dapat digunakan untuk
merencanakan dimensi untuk menampung lalu lintas. Makin tinggi volumenya,
makin besar dimensi yang diperlukan. Suatu volume yang over estimate akan
membuat perencanaan menjadi boros, sedangkan volume yang under estimate akan
membuat jaringan jalan cepat mengalami kemacetan, sehingga memerlukan
pengembangan pula.
II.1.4 Tundaan
Tundaan adalah waktu yang hilang akibat adanya gangguan lalu-lintas yang
berada diluar kemampuan pengemudi untuk mengontrolnya. Tundaan terbagi atas
dua jenis, yaitu tundaan tetap (fixed delay) dan tundaaan operasional (operational
delay) ( pignatoro, 1973).
a. Tundaan tetap (fixed delay)
Tundaan tetap adalah tundaan yang disebabkan oleh peralatan control lalu
lintas dan terutama terjadi pada persimpangan. Penyebabnya adalah lampu
lalu lintas, rambu-rambu berhenti, simpang prioritas (berhenti dan berjalan),
penyeberangan jalan sebidang dan persimpangan rel kereta api
Universitas Sumatera Utara
b. Tundaan operasional (operational delay)
Tundaan operasional adalah tundaan yang disebabkan oleh adaanya gangguan
di antara unsure-unsur lalu-lintas sendiri. Tundaan ini berkaitan dengan
pengaruh dari lalu-lintas (kendaraan) lainnya. Tundaan operasional itu sendiri
terbagi atas dua jenis, yaitu:
1. Tundaan akibat gangguan samping (side friction), disebabkan oleh
pergerakan lalu-lintas lainnya, yang mengganggu aliran lalu-lintas,
seperti kendaraan parkiran, pejalan kaki, kendaraan yang berjalan
lambat, dan kendaraan keluar masuk halaman karena suatu kegiatan.
2. Tundaan akibat gangguan di dalam aliran lalu-lintas itu sendiri
(internal friction), seperti volume lalu-lintas yang besar dan
kendaraan yang menyalip. Dan apabila ditinjau dari tingkat pelayanan
jalan (LOS), tundaan mulai terjadi pada saat LOS < C.LOS < C
artinya adalah saat kondisi arus lalu lintas mulai tidak stabil,
kecepatan operasional menurun relative cepat akibat hambatan yang
timbul dan kebebasan bergerak yang relatif kecil. Pada kondisi ini
volume-kapasitas lebih besar atau sama dengan 0,8 .
Universitas Sumatera Utara
Gambar II.1 Grafik hubungan antara kecepatan, arus lalu lintas dan volume
II.1.5 Hambatan Samping
Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu-lintas dari aktivitas
samping segmen jalan, seperti pejalan kaki (bobot=0,5), kendaraan umum atau
kendaraan lain berhenti (bobot = 0,1), kendaraan masuk atau keluar sisi jalan
(bobot=0,7), dan kendaraan lambat (bobot=0,4). Sedangkan untuk penentuan Kelas
Hambatan Samping (SFC), dapat dilihat dari tabel II.1 .
Tabel II.1 Kelas Hambatan Samping Untuk Jalan perkotaan Kelas hambatan
samping (SFC)
Kode Jumlah berbobot
kejadian per 200
m/jam (dua sisi)
Kondisi khusus
Sangat rendah VL <100 Daerah pemukiman, jalan
dengan jalan samping.
Rendah L 100-299 Daerah pemukiman, beberapa
kendaraan umum,dsb.
Sedang M 300-499 Daerah industri, beberapa took
disisi jalan.
Tinggi H 500-899 Daerah komersial, aktifitas sisi
jalan yang tinggi
Sangat tinggi VH >900 Daerah komersial dengan
aktifitas pasar di samping jalan.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Kemenhub NO.14 (2006)
II.1.6 Karakteristik Arus Lalu-Lintas
Dalam karakteristik dasar lalu lintas, pada dasarnya ditunjukkan oleh
parameter arus lalu lintas (flow), kecepatan (speed), dan kerapatan (density).
Karakteristik ini dapat diamati dan dipelajari pada tinjauan mikroskopik dan
makroskopik. Kedua tinjauan ini menggunakan parameter yang berbeda. Kedua
parameter tersebut dapat dilihat pada tabel II.2 .
Tabel II.2 Karakteristik Dasar Arus Lalu lintas Karakteristik
Arus Lalu Lintas Mikroskopik
(individu) Makroskopik (kelompok)
Arus Waktu tempuh Tingkat arus Kecepatan Kecepatan individual Kecepatan rata-rata Kepadatan Jarak tempuh Tingkat kepadatan Sumber : wahyuni,R (2008) Pada analisis mikroskopik dilakuaka secara individu sedangkan analisis
mikroskopik dilakukan dengan cara kelompok. Dalam penelitian ini dibahas
mengenai analisis makroskopik, dimana karakteristik ini dapat dinyatakan dengan
tingkat arus. Karakteristik arus secara makroskopik dapat dinyatakan sebagai
kecepatan dari kelompok kendraan yang melintasi suatu titik pengamatan selama
periode waktu tertentu.
Kapasitas dasar berdasarkan MKJI 1997 adalah kapasitas segmen jalan pada
kondisi geometri, pola arus lalu lintas, dan faktor lingkungan yang ditentukan
sebelumnya.
Dan kapasitas nyata adalah kapasitas jalan yang sudah dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang tertuang dalam rumus :
C=Cox FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam)……..(II.1)
Universitas Sumatera Utara
Dimana : C : Kapasitas Co : Kapasitas dasar (smp/jam) FCw : Faktor penyesuaian FCsp : Faktor penyesuaian terpisah FCsf : Faktor penyesuaian hambatan samping FCcs : Faktor penyesuaian ukuran kota Volume adalah total jumlah kendaraan yang melewati titik pengamatan atau
segmen jalan selama interval waktu pengamatan. Volume dapat dinyatakan dalam
tahunan, bulanan, harian, jam, atau bagian dari jam. Tingkat arus didefenisikan
sebagai jumlah kendaraan yang melewati titik pengamatan atau segmen ruas jalan
interval satu jam. Volume dan tingkat arus berbeda, dimana volume adalah jumlah
kendaraan hasil pengamatan selama satu interval waktu, sedangkan tingkat arus
menggambarkan jumlah kendaraan yang melewati titik pengamatan dalam interval
waktu di bawah satu jam dan dinyatakan dalam satu jam (USHCM, 2000).
Dalam karakteristik arus lalu lintas terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhinya, salah satu nya adalah kendaraan. Pengelompokan kendaraan
biasanya dilakuakan dengan berdasarkan berat, dimensi, dan karakreristik
operasionalnya. Untuk jalan perkotaan pengelompokan jenis kendaraan dibagi
menjadi sebagai berikut (Kemenhub NO.14, 2006) :
a. Kendaraan ringan (LV) adalah kendaraan bermotor dua as beroda empat
dengan jarak as 2,0 – 3,0 m ( seperti mobil penumpang, opelet, mikrobis, pick
up, dan truk kecil sesuai klasifikasi Bina Marga).
b. Kendaraan berat (HV) adalah kendaraan bermotor dengan jarak as lebih dari
3,5 m, biasanya beroda lebih dari empat ( seperti bis, truk 2 as, truk 3 as, dan
truk kombinasi ).
Universitas Sumatera Utara
c. Sepeda motor (MC) adalah kendaraan bermotor beroda dua atau tiga ( seperti
sepada motor dan kendaraan beroda tiga yang sesuai dengan klasifikasi Bina
Marga).
d. Kendaraan tak bermotor (UM) adalah kendaraan yang menggunakan tenaga
manusia atau hewan ( seperti becak, sepeda, kereta kuda, dan kereta dorong ).
Kendaraan dengan berbagai jenis, ukuran, dan sifatnya membentuk suatu arus
lalu lintas. Keragaman ini akan membentuk karakteristik lalu lintas yang berbeda
untuk tiap komposisinya dan berpengaruh terhadap arus lalu lintas secara
keseluruhan. Faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe kendaraan
dibandingkan dengan kenderaan rinagan terhadap kecepatan, kemampuan gerak dan
ruang kendaraan ringan dalam arus lalu lintas disebut dengan ekivalen mobil
penumpang(emp). Dan dapat dilihat dalam tabel II.3 dan II.4 sebagai berikut :
Tabel II.3 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi
Tipe jalan Arus lalu lintas total Dua Lajur (kend/jam)
Emp HV MC
Lebar jalur lalu lintas Wc (m)
≤ 6 >6 Dua lajur tak berbagi (2/2 UD)
< 1800 ≥ 1800
1,3 1,3
0,5 0,35
0,40 0,25
Dua lajur tak berbagi (4/2 UD)
< 3700 ≥ 3700
1,3 1,2
0.40 0,25
Sumber : Kemenhub NO.14(2006)
Tabel II.4 Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah
Tipe jalan Arus Lalu Lintas Per lajur (kend/jam)
Emp HV MC
Dua lajur satu arah (2/1) dan Empat lajur terbagi (4/2D)
0
≥ 1050
1,3
1,3
0,4
0,25
Universitas Sumatera Utara
Tiga lajur satu arah (3/1) dan Enam lajur terbagi (6/2D)
0
≥ 1100
1,3
1,3
0,40
0,25
Sumber : Kemenhub NO.14(2006) Kecepatan adalah laju perjalanan yang biasanya dinyatakan dalam satuan
kilometer per jam. Kecepatan dan waktu tempuh adalah pengukuran kinerja lalu
lintas dari sistem eksisting, dan kecepatan adalah variabel kunci dalam perancangan
ulang atau perancangan dari fsilitas baru. Hampir semua model analisis dan simulasi
lalu lintas memperkirakan kecepatan dan waktu tempuh sebagai kinerja pengukuran
perencangan, permintaan dan pengontrolan sistem jalan.
1. Kecepatan Bebas
Rumus yang digunakan untuk kecepatan arus bebas adalah
berdasarkan Kemenhub NO.14(2006) dengan rumus :
Fv = (Fvo+FVw) x FFsf x FFVcs…………(II.3) Dimana : Fv : Kecepatan arus bebas (km/jam) Fvo : Kecepatan arus bebas dasar (km/jam) FVw : Penyesuaian lebar jalur lalu lintas FFsf : faktor penyesuaian hamabatan samping FFVcs : Faktor penyesuaian ukuran kota 2. Kecepatan rata-rata
Kecepatan rata-rata ruang adalah kecepatan rata-rata kendaraan yang
melintasi suatu segmen pengamatan pada suatu waktu rata-rata tertentu.
II.2 Biaya Dalam Sistem Transportasi
Didalam system transportasi trdapat beberapa konsep biaya, salah satu dari
biaya tersebut adalah biaya social ayau Social Cost ( S.Sopan,2007 dikutip oleh
wahyuni. R, 2008). Biaya social dari suatau fasilitas adalah biaya yang harus
ditanggung oleh bukan pengguna fasiitas akibat penggunaan fasilitas oleh pihak
Universitas Sumatera Utara
lain.Secara umum biaya social disebut juga dengan biaya eksternal dari suatu
fasilitas, walaupun pada beberapa literatur artinya memiliki perbedaan.
Berikut ini beberapa konsep umum tentang eksternal cost, yaitu ( dikutip
dari wahyuni.R, 2008) :
1. Biaya eksternal adalah biaya yang disebabkan oleh suatu aksi yang dilakukan
oleh orang lain yang tidak memiliki kepentingan untuk melakukan aksi
tersebut. Biaya eksternal akan menjadi masalah apabila pelakunya hanya
menyadari biaya dan keuntungan dalam mengambil keputusan untuk
melakukan aksi, tetapi terdapat biaya eksternal yang tidak diperhitungkan,
dan nilainya lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh. ( Friedman,
David D. 2004)
2. Biaya eksternal adalah semua biaya yang dibebankan kepada pihak lain dan
tidak dirasakan oleh pihak yang melakuakan aktivitas yang membangkitkan
biaya tersebut. ( R, Elvik. 1994 ).
3. Biaya eksternal biasa didefenisikan sebagai biaya yang timbul akibat aktivitas
manusia, dimana pihak yang bertanggung jawab atas aktifitas tersebut, tidak
sepenuhnya memperhitungkan dampaknya terhadap pihak lain akibat
perbuatannya.
Secara umum dapat disimpulkan biaya eksternal adalah biaya yang
ditimbulkan akibat adanya kegiatan yang ditanggung oleh pihak ketiga yang sama
sekali tidak terlibat langsung dengan kegiatan tersebut.
Dalam kajian ini , biaya eksternal berupa pemborosan biaya transportasi
pengguna jalan , dimana pada kajian ini mempertimbangkan bagi pengguna
kendaraan pribadi yang disebabkan oleh kemacetan pada kawasan sumber Jl. Padang
Universitas Sumatera Utara
Bulan Medan. Biaya transportasi yang diperhitungkan berupa biaya operasi
kendaraan (BOK).
II.3 Biaya Operasi Kendaraan (BOK)
Dalam kajian ini, terdapat beberapa macam model yang digunakan untuk
memperoleh biaya operasi kendaraan (BOK), dalam hal ini ada beberapa analisis
model yang digunakan yaitu HDM-VOC ( Highway Design and Maintenance
Standart Vehicle Operating Cost ). Model yang dikembangkan oleh World Bank
pada tahun 1994 dimana model ini terdiri dari banyak persamaan yang
memperkirakan biaya kecepatan kendaraan, bahan bakar, roda kendaraan, pemakaian
onderdil, dan biaya operasi lainnya pada berbagai kondisi dan karakteristik jalan.
Untuk melakukan perhitungan biaya operasi kendaraan dengan VOCM-
HDM, diperlukan sekumpulan data yang mencakup :
1) Karakteristik dan kondisi jalan, yaitu : jenis permukaan, tingkat kekasaran
permukaan, gradient, curvature dan superelivasi, tinggi jalan, serta jumlah
lajur jalan.
2) Kendaraan representasi dan karakteristik kendaraan, yaitu : tare weight,
payload, maximum driving power, maximum braking power, kecepatan
optimum, luas muka, putaran mesin, energy efficiency factor, dan fuel
adjustment factor.
3) Karakteristik operasi ( utilitas ), terutama pemakaian kendaraan dan
pemakaian ban.
Universitas Sumatera Utara
4) Unit-unit biaya, yaitu harga kendaraan baru, bahan bakar, minyak pelumas,
harga ban baru, awak kendaraan, biaya keterlambatan, suku bunga tahunan,
dan overhead.
Dalam perhitungan besaran biaya operasi kendaraan jalan perkotaan di
Indonesia, masih diperlukan upaya kalibrasi atau penyesuaian data dengan
kondisi lokal. Dimana kalibrasi data dengan kondisi lokal dilakuaka secara
terbatas dengan menguraikan jenis-jenis data yang dikumpulkan dalam kegiatan
penelitian ini.
Unit observasi dalam penelitian ini adalah kendaraan pribadi, yaitu
kendaraan pribadi berupa kendaraan bermotor roda empat dan roda dua.
Jenis kendaran yang akan dijadikan sebagai unit observasi adalah
kendaraaan yang representasinya mendekati atau sesuai dengan rekomendasi.
Analisis akan dilakukan dengan pendekatan deskriptif, dengan
mendasarkan pada data kuantitatif sebagai hasil perhitungan besaran biaya
operasi kendaraaan. Seluruh data-data biaya yang dikumpulkan dari kegiatan
survey, akan dikonversi kedalam nilai rupiah per Km jarak tempuh.
Dalam hal ini, teknik statistic digunakan dalam perhitungan komponen-
komponen biaya operasi kendaraan, yang mencakup :
1) Biaya pemakaian bahan bakar
2) Biaya pemakaian pelumas
3) Biaya pemakaian ban
4) Biaya pemeliharaan kendaraan
5) Biaya depresiasi kendaraan
6) Biaya awak kendaraan
Universitas Sumatera Utara
II.3.1 BiayaKonsumsi Bahan Bakar
a. Kecepatan Rata-rata Lalu-Lintas
Data kecepatan lalu lintas dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran
langsung dengan menggunakan metode moving car observer dan selanjutnya
dilakukan perhitungan kecepatan rata-rata ruang. Apabila data kecepatan lalu-
lintas tidak tersedia maka kecepatan dapat dihitung dengan Manual Kapasitas
Jalan Indonesia.
b. Percerpatan rata-rata
Percepatan rata-rata lalu-lintas dalam suatu ruas jalan dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut (manual BOK, 1995) :
Ag = 0,0128 x (V /C)……………………………..(II.5)
Dimana:
Ag : percepatan rata-rata
V : volume lalu-lintas (smp / jam)
C : kapasitas jalan (smp / jam)
c. Tanjakan dan turunan
Tanjakan rata-rata ruas jalan dapat dihitung berdasarkan data aligment
vertical dengan rumus sebagai berikut (manual BOK, 1995) :
Universitas Sumatera Utara
RR = ∑ 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑑𝑑𝑅𝑅=1𝐿𝐿𝑅𝑅
(m/km)……………………………………(II.6)
Turunan rata-rata ruas jalan dapat dihitung berdasarkan data aligment vertical
dengan rumus (manual BOK, 1995) :
Fr = ∑ 𝐹𝐹𝑑𝑑𝑅𝑅=1𝐿𝐿
(m / km)……………………………………..(II.7)
Apabila data pengukuran tanjakan dan turunan tidak tersedia dapat
digunakan nilai tipikal sebagai berikut :
Tabel II.5 Aligment vertical yang direkomendasikan pada berbagai medan
Kondisi
Medan
Tanjakan rata-rata
(m/km)
Turunan rata-rata
(m/km)
Datar 2,5 -2,5
Bukit 12,5 -12,5
Pegunungan 22,5 -22,5
Sumber: RSNI Pedoman Perhitungan BOK, 2006
d. Biaya konsumsi Bahan Bakar Minyak
BiBB𝑀𝑀𝑗𝑗= KBBMi x HBBMj………………………………(II.8)
Dimana :
BiBBMj : Biaya konsumsi bahan bakar minyak untuk jenis
Universitas Sumatera Utara
kendaraan i, dalam rupiah/km.
KBBMi : Konsumsi bahan bakar minyak untuk jenis
kendaran i, dalam liter/km.
HBBMj : Harga bahan bakar untuk jenis BBMj, dalam
rupiah per liter.
i : Jenis kendaraan sedan, utility, bus kecil, bus
besar, atau truk.
j : Jenis bahan bakar minyak solar ataupun
premium.
e. Konsumsi Bahan Bakar minyak (KBBM)
Konsumsi bahan bakar minyak untuk masing-masing kendaraan dapat
dihitung dengan rumus persamaan sebagai berikut (manual BOK, 1995) :