Top Banner
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Hierarki kebutuhan Maslow merupakan teori interdisiplin yang berguna untuk membuat prioritas asuhan keperawatan. Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama, terutama pada klien dengan ketergantungan fisik berat. ( Potter & Perry, 2009). Adapun kebutuhan dasar manusia menurut Maslow sebagai berikut (A Aziz Alimul Hidayat, dkk, 2014) a. Kebutuhan Fisiologis Merupakan kebutuhan paling mendasar, yaitu kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan ( minuman), nutrisi ( makanan), keseimbangan suhu tubuh, eleminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual. b. Kebutuhan Rasa aman dan perlindungan Di bagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis. 1) Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan , dan sebagainya. 2) Perlindungan Psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainnya.
39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

Feb 05, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia

1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Hierarki kebutuhan Maslow merupakan teori interdisiplin yang berguna

untuk membuat prioritas asuhan keperawatan. Kebutuhan fisiologi dan

keamanan biasaya merupakan prioritas pertama, terutama pada klien

dengan ketergantungan fisik berat. ( Potter & Perry, 2009).

Adapun kebutuhan dasar manusia menurut Maslow sebagai berikut (A

Aziz Alimul Hidayat, dkk, 2014)

a. Kebutuhan Fisiologis

Merupakan kebutuhan paling mendasar, yaitu kebutuhan fisiologis

seperti oksigen, cairan ( minuman), nutrisi ( makanan), keseimbangan

suhu tubuh, eleminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta

kebutuhan seksual.

b. Kebutuhan Rasa aman dan perlindungan

Di bagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.

1) Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap

tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit,

kecelakaan, bahaya dari lingkungan , dan sebagainya.

2) Perlindungan Psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari

pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang

dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena

merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang

lain, dan sebagainnya.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

9

c. Kebutuhan Rasa cinta, memiliki dan dimiliki

Kebutuhan rasa cinta antara lain kasih sayang, mendapatkan

kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial ,

dan sebagainnya.

d. Kebutuhan Harga diri

Kebutuhan harga diri ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan

kekuatan , meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekan diri.

Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.

e. Kebutuhan Aktualisasi diri

Merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki maslow, berupa

kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/ligkungan serta

mencapai potensi diri sepenuhnya (A. Aziz Alimul Hidayat, dkk,

2014)

2. Konsep Dasar Keamanan dan Perlindungan

Keamanan di definisikan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan

psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram adalah salah satu

kebutuhan dasar manusia yang harus di penuhi. Lingkungan layanan

kesehatan dan komunitas yang aman merupakan hal yang penting untuk

kelangsungan hidup klien. Perawat harus mengkaji keamanan klien dan

lingkungan, denga melakukan intervensi yang di perlukan, dengan

melakukan hal ini, maka perawat adalah orang yang berperan aktif dalam

usaha pencegahan dan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan

( Potter & Perry, 2006)

1. Klasifikasi kebutuhan keselamatan atau keamanan

Adapun klasifikasi kebutuhan keselamatan atau keamanan menurut Potter

& Perry ( 2005) di dalam (Kasiati, dkk, 2016) yaitu :

a. Keselamatan fisik

Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan

mengurangi atau mengeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

10

Ancaman tersebut mungkin penyakit,kecelakaan,bahaya,atau

pemajanann pada lingkungann. Pada saat sakit,seseorang klien

mungkin rentan terhadap komplikasi seperti infeksi,oleh karena itu

bergntung pada profesional dalam sistem pelayanan kesehatan untuk

perlindungan.

b. Keselamatan Psikologis

Untuk selamat dan aman secara psikologi,seorang manusia harus

memahami apa yang diharapkan dari orang lain,termasuk anggota

keluarga dan profesional pemberi perawatan kesehatan. Seseorang

harus mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman

yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang

merasakan beberapa ancaman keselamatan psikologis pada penglaman

yang baru dan yang tidak dikenal ( Potter & Perry, 2005).

c. Lingkup Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan

Lingkup klien mencakup semua faktor fisik dan psikologis yang

mempengaruhi atau berakibat terhadapkehidupan dan kelangsungan

hidup klien.

d. Macam-macam bahaya/kecelakaan

1) di rumah

a) Tersedak.

b) Jatuh.

c) Tertelan alat-alat rumah tangga.

d) Tersiram air panas.

e) Jatuh dari jendela atau tagga.

f) Terpotong.

g) Luka tusuk.

h) Luka bakar.

i) Tenggelam.

j) Terkena pecahan kaca.

k) Terkunci dalam kamar.

l) Jatuh dari sepeda.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

11

m) Keracunan.

2) di RS : mikroorgnisme

3) cahaya

4) kebisingan

5) cedera

6) kesalahan prosedur

7) peralatan medik, dan ain-lain.

e. Cara Meningkatkan Keamanan

1) mengkaji tingkat kemempuan pasien untuk melindungi diri;

2) menjaga keselamatan pasien yang gelisah;

3) mengunci roda kereta dorong saat berhenti;

4) penghalang sisi tempat tidur;

5) bel yang mudah dijangkau;

6) meja yang mudah dijngkau;

7) kereta dorong ada penghalangnya;

8) kebersihan lantai;

9) prosedur tindakan.

4. Faktor yang memengaruhi keamanan

Kemampuan individu untuk melindungi dirinya sendiri dari cedera

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia dan perkembangan, gaya

hidup, mobilitas dan status kesehatan , perubahan sensori-perepsi,

kesadaran kognitif, status psikososial, kemampuan komunikasi, kesadaran

terhadap keamanan , dan faktor lingkungan. ( Kozier, dkk, 2011)

A. Usia dan perkembangan

Individu belajar melindugi diri mereka sendiri dari berbagai cedera

melalui pengetahuan dan pengkajian yang akurat terhadap lingkungan.

Anak-anak hanya dapat belajar mengenai hal-hal dalam lingkungan

yang mungkin berbahaya bagi mereka lewat pengetahuan dan

pengalaman. Individu lanjut usia mungkin mengalamai hambatan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

12

pergerakan dan mengalami penurunan ketajaman sensori sehingga

beresiko terhadap cedera. Kemungkinan bahaya tertentu yang dapat

terajadi pada kelompok usia tertentu.

B. Gaya hidup

Faktor gaya hidup yang membuat individu brisiko terhadap cedera

adalah lingkungan keja tidak aman; tinggal di lingkungan rawan

kejahatan; kemudahan memiliki senjata dan amunisi; pendapatan yang

kurang memadai untuk membeli perlengkapan keselamatan atau

melakukan pebaikan alat tertentu; dan kemudahn untuk mendapatkan

obat terlarang, yang juga dapat terkontaminasi oleh zat aditif yang

berbahaya. Perilaku berisiko merupakan salah satu faktor dalam

beberapa kecelakaan.

C. Mobilitas dan status kesehatan

Individu yang mengalami hambatan mobilitas akibat paralisis,

kelemahan otot, keseimbangan atau koordinasi yang buruk sangat

rentan terhada cedera. Klien yang mengalami cedera korda spinal dan

paralisis pada kedua kakinya, mungkin tidak mampu bergerak kendati

merasa tidak nyaman. Klien hemiplegi atau klien yang lemah akibat

penyakit atau pembedahan tidak selalu sadar penuh dengan terhadap

kondisi mereka.

D. Perubahan sensori-persepsi

Persepsi sensori yang akurat terhadap stiulasi lingkungan sangat

penting terhadap keamanan. Individu yang mengalami gangguan

persepsi peraba, pendengaran, perasa, penciuman, dan penglihatan

sangat rentang terhadap edera. Inividu tidak melihat dengan baik akan

terpeleset mainan atau tidak melihat kabel listrik. Inividu yang tuli

mungkin tidak mendengar klakson di jalan , dan individu yang

mengalami gangguan indra penciuman mungkin tidak mencium bau

masakan yang gososng atau aroma belerang dari kebocoran gas.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

13

E. Kesadaran kognitif

Kesadaran merupakan kemampuan untuk merasakan stimulasi

lingkungan dan reaksi tubuh serta untuk berespon secara tepat leat

proses pikir dan tindkan. Klien yang mengalami gangguan kesadaran

meliputi individu yang kurang tidur, individu taksadar atau semi

taksadar, individu yang disoreantasi ( individu yang tidak tau di mana

mereka berada atau apa yang harus mereka lakukan untuk menolong

dir mereka sendiri); individu yang merasakan stimulasi yang tidak ada

; dan individu yang mengalami hambatan penilaian akibat proses

penyakit atau pengobatan, seperti narkotik, obat penenang, hipnotik,

dan sedatif. Klien yang sedikit binggung mungkin sementara lupa

diana mereka berada, mempertanyakan di mana letak kamar mereka,

salah mengenali barang milik pribadi, dan lain-lain.

F. Status emosi

Status emosi yang ekstrem dapat mengganggu kemampuan untuk

merasakan bahaya yang terdapat dalam lingkungan. Situasi yang

penuh tekanan dapat menurunkan tingkat kosentrasi individu,

menyebabkan kesalahan penilaian, dan penurunan kesadaran terhadap

stimulus eksternal. Individu yang mengalami depresi dapat berfikir dan

bereaksi terhadap stimulus lingkungan lebih lambat dari biasanya.

G. Kemampuan komunikasi

Individu yang memiliki hambatan kemampuan untuk menerima

dan menyampaikan informasi termasuk klien afasia, individu dengan

hambatan bahasa, dan mereka yang tidak dapat membaca juga berisiko

terhadap cedera. Sebagai contoh, individu yang tidak dapat

menerjemahkan tanda “Dilarang Merokok-oksigen sedang digunakan”

dapat menyebabkan ledakan dan kebakaran.

H. Kesadaran terhadap keamanan

Informasi sangat penting terhadap keamanan. Klien yang berada di

lingkungan asing sering kali membutuhka informasi informasi

keamanan yang spesifik. Kurang pengetahuan mengenai peraatan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

14

asing, seperti tabung oksigen, slang intravena, dan bantalan panas,

dapat menimbulkan bahaya. Klien yang yang sehat harus mendapat

pengetahuan mengenaai keamanan aiar, keamanan dalam mobil,

pencegahan kebakaran, cara mencegah ingesti zat yang berbahaya, dan

beberapa tindakan pencegahan yang berhubungan dengan bahaya pada

usia tertentu.

I. Faktor lingkungan

Rumah yang aman adalah rumah yang memiliki lantai dan karpet

yang terpasang dengan baik, permukan bath-tub atau shower yang

tidak licin, alarm asap yang berfungsi dan terletak strategis, serta

pengetahuan mengenai rute penyelamatan diri apabila terjadi

kebakaran. Keamanan area luar rumah, seperti kolam renang, harus

terjaga dan trpelihara, pencahayaan yang adekuat, baik di dalam

maupun di luar, meminimalkan kemungkinan terjadi kecelakan.Di

tempat kerja, mesin, sabuk keselamatan kerja dan katrol, serta zat

kimia dapat menibulkan bahaya. Kelemahan pekerja, polusi suara dan

udara, atau bekerja di ketinggiian atau di bawah taah juga dapat

menimbulkan bahaya okupasional. Lingkungan kerja perawat juga

tidak aman. Personel layanan ksehatan perlu mempertahankan

kesadaran aka risiko yang mugkin terjadi. (Kozier, dkk, 2011).

Lingkungan yang aman adalah salah satu kebutuhan dasar yang

terpenuhi , bahaya fisik akan berkurang, penyebaran organisme

patogen akan berkurang, sanitasi dapat di pertahankan, dan populasi

dapat dikontrol ( Potter & Perry, 2006)

5. Gangguan Kebutuhan Dasar Keamanan dan Perlindungan

Berikut akan diuraikan masalah-masalah keperawatan dalam sub

keamanan dan perlindungan dalam kategori lingkungan pada pasien

dewasa ( SDKI, 2016).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

15

a. Gangguan integritas kulit

Gangguan integritas kulit merupakan kerusakan kulit pada dermis

atau epidermis. Adapun penyebab dari gangguan integritas kulit adalah

perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, kekurangan/kelebihan

volume cairan, penurunan mobilitas, bahan kimia iritatif, suhu lingkungan

yang ekstrem, faktor mekanis (misal. Penekanan pada tonjolan tulang,

gesekan) atau faktor elektrik (elektrodiatermi, energi listrik bertegangan

tinggi), efek samping terapi radiasi, kelembapan, proses penuaan,

neuropati perifer, perubahan pigmentasi, perubahan hormonal dan kurang

terpapar informasi tentang upaya mmpertahankan/melindungi integritas

jaringan.

Gejala yang sering muncul ( tanda mayor) yaitu kerusakan jaringan

atau lapisan kulit dan gejala tanda minor yaitu nyeri, perdarahan,

kemerahan, hematoma. Kondisi klinis terkait yaitu imobilisasi, gagal

jantung kongesti, gagal ginjal, diabetes melitus, dan imunodefisiensi

(misal, AIDS).

b. Hipertermia

Hipertermia merupakan suhu tubuh meningkat di atas rentang

normal tubuh. Adapun penyebabnya yaitu dehidrasi, terpapar lingkungan

panas, proses penyakit (misal, infeksi, kanker), ketidaksesuaian pakaian

dengan suhu lingkungan, penigkatan laju metabolisme, respon trauma,

aktivitas berlebih dan penggunaan inkubator.

Gejala yang sering muncul ( tanda mayor) yaitu suhu tubuh diatas

nilai normal dan gejala tanda minor yaitu kulit merah, kejang, takikardi,

takipnea, kulit terasa hangat. Kondisi klinik yang terkait proses penyakit,

hipertiroid, stroke, dehidrasi, trauma, dan prematurasi.

c. Hipotermia

Hipotermia adalah suhu berada dibawah rentang normal tubuh.

Adapun penyebabnya yaitu kerusakan hipotalamus, konsumsi alkohol,

berat badan ekstrem, kekuragan lemak subkutan, terpapar suhu lingkungan

rendah, malnutrisi, pemakaian pakaian tipis, penurunan laju mtabolisme,

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

16

tidak beraktifitas, transfer panas, trauma, proses penuaan, efek agen

farmakologis, dan kurang terpapar informasi tentang pencegahan

hipotermia.

Gejala yang sering terjadi ( tanda mayor) yaitu kulit teraba dingin,

menggigil, suhu tubuh berada di bawah nilai normal. Gejala tanda minor

yaitu akrosianosis, bradikardi, dasar kuku sianotik, hipoglikemia, hipoksia,

pengisian kapiler < 3 detik, konsumsi oksigen meningkat, ventilasi

menurun, piloereksi, takikardia, vasokonstriksi perifer dan kutis memorata

( pada neonatus). Kondisi klinis terkait hipotiroidisme, anoreksia nervosa,

cedera batang otak, prematurasi, berat badan lahir rendah ( BBLR) dan

tenggelam.

d. Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan merupakan kemarahan yang diekspresikan

secara berlebihan dan tidak terkendali secara verbal sampai dengan

mencederai orang lain dan atau merusak lingkungan. Adapun faktor

penyebab antara lain ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah,

stimulasi lingkungan, konflik interpersonal, perubahan status mental, putus

obat, dan penyalahgunaan zat atau alkohol.

Gejala tanda mayor, subjektif yang sering di temui yaitu

mengancam, mengumpat dengan kata-kata kasar, suara keras, bicara ketus.

Tanda objektif yang bisa dilihat menyerang orang lain, melukai diri

sendiri/orang lain, merusak lingkungan, perilaku agresif/amuk. Gejala

tanda minor yang ditemui yaitu mata melotot atau pandagan tajam, tangan

mengepal, rahang mengatup, wajah merah, postur tubuh kaku. Kondisi

klinis terkait attetion deficit/hypractivity disorder ( ADHD), gangguan

prilaku, oppositionl defiant disorder, gangguan tourette, delerium,

demensia dan gangguan amnestik.

e. Perlambatan Pemulihan Pascabedah

Adalah pemanjangan jumlah hari pascabedah untuk memulai dan

meakukan aktifitas sehari-hari. Adapun penyebabnya yaitu skor klasifikasi

status fisik american society of anesthesiologist ( ASA)>3, hiperglikemia,

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

17

edema pada lokasi pembedahan, prosedur pembedahan ekstensif (luas),

usia ekstrem, riwayat perlambatan penyembuhan luka, ganguan mobilitas,

malnutrisi, obesitas, infeksi luka perioperatif, mual/muntah persisten,

respon emosionl pascaoperasi, pemanjangan proses operasi,, gangguan

psikologis pascaoperasi, kontaminasi bedah, trauma pada luka operasi,

efek agen farmakologis.

Gejala dan tanda mayor, subjektif yaitu mengeluh tidak nyaman.

Tanda objektif yang bias dilihat yaitu area luka operasi terbuka, waktu

penyembuhan yang memanjang. Gejala dan tanda minor, subjektif yaitu

selera makan hilang. Tanda objektif yang bias dilihat yaitu gangguan

mobilitas, tidak mampu melanjutkan pekerjaan, memulai pekerjaan

tertunda, membutuhkan bantuan untuk perawatan diri. Kondisi klinis

terkait tindakan operasi besar, trauma yang memerlukan intervensi bedah.

f. Risiko Alergi

berisiko mengalami stimulasi respon imunitas yang berlebihan

akibat terpapar alergen. Dengan faktor resiko yaitu makanan (misal.

Alpukat, pisang, kiwi, kacang, makanan olahan laut, buah tropis, dan

jamur), terpapar zat allergen ( misal zat kimia, agen farmakologis),

terpapar alergen lingkungan ( misal debu, serbuk sari) dan sengatan

serangga. Adapun kondisi klinis terkait kondisi penurunan imunitas,

riwayat pembedahan, riwayat alergi sebelumnya dan asma.

g. Risiko Bunuh Diri

Berisiko melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk mengakhiri

kehidupan. Dengan faktor risiko gangguan prilaku (misal euphoria

mendadak setelah depresi, perilaku mencari senjata berbahaya, membeli

obat dalam jumlah banyak, membuat surat warisan), demografi (misal

lansia, status perceraian, janda/duda, ekonomi rendah, pengganguran),

gangguan fisik (misal nyeri kronis, penyakit terminal), masalah social (

misal berduka, tidak berdaya, putus asa, kesepian, kehilangan hubungan

yang penting, isolasi social),

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

18

gangguan psikologis (misal Penganiayaan masa kanak-kanak,

riwayat bunuh diri sebelumnya, remaja homoseksual, gangguan psikiatrik,

penyakit psiikiatrik, penyalah gunaan zat). Adapun kondisi klinis terkait

yaitu sindrom otak akut/kronis, ketidak seimbangan hormone (misal

Premenstrual syndrome, postpartum psychosis), penyalah gunaan zat, post

traumatic stress disorder (PTSD) dan penyakit kronis/terminal (misal.

Kanker).

h. Risiko Cedera

berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang

menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi

baik. Dengan faktor resiko eksternal yaitu terpapar patogen, terpapar zat

kimia toksik, terpapar agen nosokmial dan ketidakamanan transportasi.

Untuk faktor internal yaitu ketidaknormalan profil darah, perubahan

oreantasi afektif, perubahan sensasi, disfungsi autoimun, disfungsi

biokimia, hipoksia jaringan, kegagalan mekanisme pertahanan tubuh,

malnutrisi, perubahan fungsi psikomotor dan perubahan fungsi kognitif.

Adapun kondisi klinis terkait seperti kejang, sinkop, vertigo, gangguan

penglihatan, gangguan pendengaran, penyakit Parkinson, hipotensi,

kelainan nervus vestibularis dan retardasi mental.

i. Risiko Hipotermia

Berisiko mengalami kegagalan termoregulasi yang dapat

mengakibatkan suhu tubuh berada di bawah rentang normal. Dengan

faktor risiko yaitu berat badan ekstrem, kerusakan hipotalamus, konsumsi

alcohol, kurangnya lapisan lemak subkutan, suhu lingkungan rendah,

malnutrisi, pemakaian pakaian tipis, penurunan laju metabolisme, terapi

radiasi, tidak beraktifitas, transfer panas (misal konduksi, konveksi,

evaporasi, radiasi), trauma, prematurasi, penuaan, bayi baru lahir, berat

badan lahir rendah, kurang terpapar informasi tentang pencegahan

hipotermi dan efek agen farmakologis. Adapun kondisi terkait meliputi

berat badan ekstrem, dehidrasi dan kurang mobilitas fisik.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

19

j. Risiko Infeksi

Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.

Dengan faktor risiko penyakit kronis (misal diabetes mellitus), efek

prosedur invasive, malutrisi, peningkatan paparan organisme patogen

lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer dan

ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder. Adapun kondisi klinis

terkait meliputi AIDS, luka bakar, penyakit paru obstruktif kronis, diabetes

mellitus, tindakan invasive, kondisi penggunaan terapi steroid, penyalah

gunaan obat, ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW), kanker, gagal

ginjal, imunosupresi, lymphedema, leukositopenia dan gangguan fungsi

hati.

k. Risiko Jatuh

Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan

akibat terjatuh. Dengan faktor risiko usia ≤ 65 tahun (pada dewasa) atau ≤

2 tahun (pada anak), riwayat jatuh, anggota gerak bawah prosthesis

(buatan), penggunaan alat bantu berjalan, penurunan tingkat kesadaran,

perubahan fungsi kognitif, lingkungan tidak aman (misal licin, gelap,

lingkungan asing), kondisi pasca operasi, hipotensi ortostatik, perubahan

kadar glukosa darah, anemia, kekuatan otot menurun, gangguan

pendengaran, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan (misal.

Glaucoma, katarak, ablasio retina, neuritis optikus), neuropati, efek agen

farmakologis (misal sedasi, alcohol, anestesi umum). Adapun kondisi

terkait meliputi osteoporosis, kejang, penyakit sebrovaskuler, katarak,

glaukoma, demensia, hipotensi, amputasi, intoksikasi dan preeklampsi.

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Biodata

1) Identitas klien

Berisi geografi klien yang mencakup nama, tempat dan tanggal

lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan, pekerjaan,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

20

nomor registrasi medik, diagnosa medis dan tempat tinggal.

Keadaan tempat tinggal mencakup kondisi tempat tinggal apkah

klien tinggal sendiri atau dengan orang lain (berguna ketika

perawat melakukan perencanaan pulang discharge planning pada

klien).

2) Keluhan utama

Keluhan utama yang biasa dikeluhkan pada pasien yaitu adanya

luka yang tidak sembuh-sembuh.

a) Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya klien masuk RS dengan keluhan nyeri, luka tidak

sembuh-sembuh dan susah melakukan aktivitas. Pada saat

dilakukan pengkajian terkait dengan gangguan keamanan dan

perlindungan terdapat luka di bagian punggung kaki kiri

terjadi karena klien tergores kayu saat sedang bekerja dan tidak

mengunakan alas kaki. Skala nyeri 5 pasien mengatakan nyeri

bertambah ketika digerakkan dan berkurang saat istirahat. Luka

klien sudah terjadi sejak 7 hari yang lalu dan ukurannya

semakin meluas.

b) Riwayat Penyakit Dahulu

Mengkaji apakah pernah menderita penyakit kulit, adanya

riwayat memar, kondisi kulit secara umum, lesi kulit, dan

proses penyembuhan luka yang telah terjadi pada klien serta

riwayat hipertensi dan penyakit jantung.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya terdapat riwayat anggota keluarga yang menderita

diabetes mellitus.

b. Pengkajian Pola Sistem

1) Pola manjemen kesehatan

Mengkaji upaya perlindungan kesehatan yang dilakukan klien,

upaya pemeriksaan kesehatan yang sudah dilakukan, serta obat,

jamu yang dikonsumsi sebelum masuk rumah sakit.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

21

2) Pola metabolik – nutrisi

Mengkaji pola nutrisi yaitu jumlah makanan, jenis makanan,

jadwal makanan. Mengkaji jumlah minum, jenis minum dan

frekuensi minum serta megkaji berat badan klien apakah

mengalami obesitas atau tidak.

3) Pola eleminasi

Mengkaji pola eleminasi serta frekuensi BAK klien.

4) Pola aktivitas sehari-hari

Mengkaji pola aktivitas sehari-hari klien dari sebelum sakit yaitu

jenis aktivitas yang dilakukan, dan frekuensi aktivitas klien.

Selama sakit kaji kemampuan latihan fisik meliputi mobilisasi,

tirah baring, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan alat atau

orang lain.

5) Pola istirahat tidur

Mengkaji kebiasaan tidur klien, apakah ada perubahan pada waktu

tidur, jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan

tidur, dan apakah sering bangun pada saat tidur.

6) Pola persepsi kognitif

Mengkaji pola persepsi kognitif meliputi ada tidaknya nyeri pada

daerah luka pada integritas kulit, ada tidaknya rasa baal atau

kesemutan dan mengkaji penglihatan apakah buram atau normal.

7) Pola konsepsi diri dan persepsi diri

Mengkaji persepsi klien tentang penyakitnya. apakah mengalami

gangguan pada gambaran diri. Seperti mengalami kecemasan dan

gangguan peran pada keluarga (self esteem)

8) Pola hubungan-peran

Mengkaji pola peran. Apakah penderita merasa malu dan menarik

diri dari pergaulan akibat penyakit yang dideritannya.

9) Pola reproduksi seksualitas

Mengkaji adanya masalah seksualitas yang dialami klien.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

22

10) Pola toleransi stress- koping

Mengkaji koping toleransi klien. Apakah terdapat perasaan tidak

berdaya marah, cemas, mudah tersinggung dan lain-lain.

11) Pola keyakinan – nilai

Mengkaji latar belakang budaya, suku, bahasa , serta ada tidaknya

hambatan dalam melaksanakan ibadah.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan memeriksa fisik secara umum

seperti keadaan umum klien dan tanda-tanda vital. (Potter & Perry,

2009)

1) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada

leher, kaji keadaan telingga, adakah gangguan pendengaran, kaji

keadaan lidah dan fungsi pengecapan, kaji kondisi gigi apakah

mudah goyah, bengkak, atau berdarah, apakah penglihatan kabur/

ganda, diplopsia.

2) Sistem integument

Sistem integument terdiri dari tiga lapis yaitu epidermis, dermis,

dan subkutan. Secara umum kulit berfungsi sebagai proteksi,

pengatur suhu tubuh, sensasi, ekskresi, metabolisme, vitamin D

dan komunikasi.

Adapun pemeriksaan integument meliputi :

a) Warna kulit

b) Kelembapan suhu

c) Tekstur kulit

d) Kaji sirkulasi pada daerah kulit

e) Edema

f) Kebersihan kulit

Untuk luka yang terdapat pada kulit dapat dilakukan pemeriksaan

sebagai berikut :

a) Panjang luka

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

23

b) Lebar luka

c) Kedalaman luka

d) Jumlah eksudate

e) Bau

f) Kaji permukaan kulit

g) Warna luka

h) Kondisi tepi luka

Berikut klasifiksi luka diabetic Wagner (1983) di dalam Maghfuri

(2015) membagi derajat luka menjadi enam tingkatan:

a) Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan

kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki.

b) Derajat 1 : ulkus superficial terbatas pada kulit.

c) Derajat 2 : ulkus dalam menembus tendon dan tulang

d) Derajat 3 : abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis

e) Derajat 4 : ganggren jari kaki atau bagian distal kaki

dengan atau tanpa selulitis

f) Derajat 5 : ganggren seluruh kaki atau sebagian tungkai

3) Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Serta mengkaji

perubahan pola nafas.

4) Sistem kardiovaskuler

Kaji adakah penurunan Perfusi jaringan, kekuatan nadi serta ada

tidaknya hipertensi/hipotensi.

5) Sistem gastrointestinal

Kaji pola makan, gangguan sistem pencernaan seperti mual,

muntah dan perubahan berat badan.

6) Sistem urinary

Kaji frekuensi urine, kaji hambatan saat BAK dan gangguan saat

berkemih.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

24

7) Sistem muskuloskletal

Kaji adakah hambatan melakukan pergerakan seperti cepat lelah,

lemah dan nyeri, kaji adanya ganggren di ekstremitas serta

kelainan bentuk tulang.

8) Sistem neurologis

Kaji penurunan sensori, parasthesia, anestesia, letargi, mengantuk,

reflek lambat, kacau mental, disoreantasi, penurunan sensasi, dan

neouropati pada ekstremitas.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa pada klien DM dengan gangguan kebutuhan keamanan dan

perlindungan yang sering muncul yaitu gangguan integritas kulit risiko

infeksi dan devisit nutrisi (SDKI, 2016)

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Tindakan keperawatan dengan pasien gangguan integritas kulit yaitu

a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan

1. Perubahan sirkulasi

2. Perubahan status nutrisi

3. Penurunan mobilitas

4. Kelembapan

5. Neuropati perifer

Definisi adalah kerusakan kulit pada bagian dermis atau epidermis.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

25

Rencana Keperawatan Gangguan Integritas Kulit

Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan

neuropati perifer

Definisi adalah kerusakan kulit pada bagian

dermis atau epidermis.

Faktor yang berhubungan

Perubahan sirkulasi

Perubahan status nutrisi

Kekurangan/kelebihan volume cairan

Penurunan mobilitas

Suhu lingkungan yang ekstrem

Faktor mekanis (mis. Penekanan pada

tonjolan tulang, gesekan) atau factor

elektrik (elektrodiatermi, energy listrik,

berteganggan tinggi)

Kelembapan

Proses penuaan

Neuropati perifer

Perubahan pigmentasi

Kurang terpapar informasi tentang

upaya mempertahankan/melindungi

integritas jaringan

NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan terjadinya perbaikan integritas kulit

ditandai dengan kriteria hasil sebagai berikut :

Integritas jaringan : kulit & membran mukosa

- Tidak ada luka/lesi pada kulit

Penyembuhan luka primer

- Penutupan luka

- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

NIC

Monitor tanda-tanda vital

1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan

status pernafasan

2. Monitor warna kulit, suhu, dan

kelembapan

Monitor ekstremitas bawah

1. Inspeksi warna, suhu, hidrasi,

pertumbuhan rambut, tekstur pecah-

pecah atau luka pada kulit

2. Kaji apakah terjadi parathesias

(misalnya., baal, kesemutan atau

terbakar)

Pengecekan kulit

1. Periksa kulit dan selaput lendir terkait

dengan adanya kemerahan, kehangatan

ekstrim, edema atau drainase

Perawatan luka : tidak sembuh

1. Kaji karakteristik ulkus, catat ukura,

lokasi, cairan (yang keluar), warna,

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

26

Batasan karakteristik

Tanda Mayor

1. Kerusakan jaringan/lapisan kulit

Tanda Minor

1. Nyeri

2. Perdarahan

3. Kemerahan

4. Hematoma

Sumber : Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia. (2016). Dewan

Pengurus Pusat PPNI.

Sumber : Moorhead, Sue., Maria, Jhonson.,

Meridean, L, Maas., Elizabeth,

Swanson., (2013). Terjemahan

Nursing Outcomes Clasification

(NOC). Edisi 5. Singapur : Elsevier.

perdarahan, nyeri, bau dan edema

2. Catat tanda dan gejala infeksi luka

3. Irigasi ulkus dengan air atau larutan

saline, hindari tekanan yang berlebihan

4. Bersihkan ulkus mulai dari larutan

terbersih bergerakk menuju area yang

kotor

5. Kolaborasi dengan dokter pemberian

obat topical (sitostatik, antiobiotik,

analgesic)

6. Demonstrasikan kepada pasien atau

anggota keluarga mengenai prosedur

untuk merawat ulkus yang sesuai

7. Dorong pasien dan keluarga untuk

berperan aktif dalam perawatan dan

rehabilitasi, yang sesuai

Sumber : Gloria, M. Bulechek, et al. (2013) .

Nursing Interventions

Classification ( NIC). Edisi

keenam. Missouri : Mosby

Elseiver.

b. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis

Definisi berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

27

Rencana Keperawatan Risiko Infeksi

Diagnosa Keperwatan Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis

Definisi berisiko mengalami peningkatan terserang

organisme patogenik.

Faktor yang berhubungan

Penyakit kronis (misal. Diabetes mellitus)

Efek prosedur invasive

Malnutrisi

Ketidak adekuatan pertahanan tubuh

perimer

- Kerusakan integritas kulit

Ketidakadekuatan pertahanan tubuh

sekunder

- Penurunan haemoglobin

- Imununosuperesi

- Leukopenia

- Vaksinasi tidak adekuat

NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan risiko infeksi teratasi dengan kriteria

hasil sebagai berikut :

Keparahan infeksi

- Tidak adanya kemerahan

- Tidak adanya rasa panas

- Cairan luka tidak berbau busuk

- Tidak terdapat nyeri

- Tidak terdapat edema

- Peningkatan jumlah sel darah putih5000

NIC

Monitor tanda-tanda vital

1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu,

dan status pernafasan

2. Monitor tanda-tanda infeksi

Kontrol infeksi

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah

kegiatan perawatan pasien

2. Pakai sarung tangan sebagaimana

dianjurkan oleh kebijakan

pencegahaan universal

3. Gosok kulit pasien dengan agen

antibakteri yang sesuai

4. Ajarkan pasien dan keluarga

mengenai tanda dan gejala infeksi

dan kapan harus melaporkannya

kepada penyedia perawatan

kesehatan

Perlindungan infeksi

1. Tingkatkan asupan nutrisi dan cairan

yang cukup

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

28

Sumber : Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia. (2016). Dewan Pengurus

Pusat PPNI.

Sumber : Moorhead, Sue., Maria, Jhonson.,

Meridean, L, Maas., Elizabeth,

Swanson., (2013). Terjemahan

Nursing Outcomes Clasification

(NOC). Edisi 5. Singapur : Elsevier.

2. Anjurkan istirahat

3. Ajarkan pasien dan anggota

keluarga bagaimana cara

menghindari infeksi

4. Kolaborasi pemeriksaan darah

lengkap

Sumber : Gloria, M. Bulechek, et al. (2013) .

Nursing Interventions

Classification ( NIC). Edisi

keenam. Missouri : Mosby

Elseiver.

c. Devisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

Definisi asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

29

Rencana Keperawatan Defisit Nutrisi

Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna

makanan

Defnisi asupan nutrisi tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme.

Factor yang berhubungan

Ketidakmampuan menelan makanan

Ketidakmampuan mencerna makanan

Ketidakmampuan mengabsorbsi

nutrient

Peningkatan kebutuhan metabolisme

Factor ekonomi

Factor psikologis

Batasan karakteristik

Tanda mayor

1. Berat badan menurun 10 %

Tanda minor

1. Cepat kenyang

2. Nyeri abdomen

3. Nafsu makan menurun

4. Otot pungunyah lemah

NOC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan terjadinya perbaikan nutrisi ditandai

dengan kriteria hasil sebagai berikut :

Status nutrisi : Asupan makanan dan cairan

- Nutrisi terpenuhi

Kontrol diri terhadap gangguan makan

- Nafsu makan meningkat

- Tidak mual

NIC

Monitor tanda-tanda vital

1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan

status pernafasan

Manajemen nutrisi

1. Identifikasi adanya alergi makanan

yang dialami pasien

2. Anjurkan klien makan sedikit tapi

sering

Manajemen saluran cerna

1. Monitoring bising usus

2. Monitor pasien jika merasa kenyang,

mual dan muntah

3. Anjurkan klien untuk makan makanan

tinggi serat

3. Berikan air hangat setelah makan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

30

5. Otot menelan lemah

6. Membrane mukosa pucat

7. Sariawan

Sumber : Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia. (2016). Dewan

Pengurus Pusat PPNI.

Sumber : Moorhead, Sue., Maria, Jhonson.,

Meridean, L, Maas., Elizabeth,

Swanson., (2013). Terjemahan

Nursing Outcomes Clasification

(NOC). Edisi 5. Singapur : Elsevier.

Sumber : Gloria, M. Bulechek, et al. (2013) .

Nursing Interventions

Classification ( NIC). Edisi

keenam. Missouri : Mosby

Elseiver.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

31

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang telah direncanakan dalam rencana

keperawatan. Dengan melakukan implementasi pada pasien dengan

gangguan integritas dan resiko infeksi kulit sesuai dengan intervensi dari

NIC & NOC, dan dengan memperhatikan konsep luka untuk

penatalaksanaannya.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan

terarah ketika klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan

klien menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan

keperawatan (Kozier, dkk, 2011)

C. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes mellitus adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan

peningkatan glukosa darah dan memengaruhi kemampuan tubuh

menggunakan energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Peningkatan

glukosa darah disebabkan oleh gangguan pankreas dalam memproduksi

insulin atau kemampuan reseptor insulin pada sel tubuh tidak sensitive ( I

Made Sukma Wijaya, 2018)

Diabetes mellitus atau DM merupakan penyakit yang ditandai

dengan tingginya kadar gula darah di dalam urine akibat terganggguanya

metabolisme karena produksi dan fungsi hormon insulin tidak berjalan

dengan seharusnya (Tim Bumi Medika, 2017)

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai

dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi

insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan

menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan

neuropati ( Yuliana, elin, 2009)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

32

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin yaitu

suatu hormone yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa

dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya ( Brunner &

Suddarth, 2002)

Diabetes Melitus adalah kelainan metabolisme karbohidrat,

glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan

keadaan hiperglikemia. Menurut ADA 2015 DM adalah salah satu

kelompok penyakit metabolic yang ditandai oleh hiperglikemia karena

gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Keadaan

hiperglikemia kronis dari diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka

panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama mata,

ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. DM merupakan kelainan

endokrin yang terbanyak dijumpai.

Diabetes merupakan penyebab kebutaan paling besar pada

kelompok usia produktif (usia kerja), dan satu-satunya penyebab utama

paling lazim untuk terjadinya end-stage renal failure (ESRF) atau gagal

ginjal tahap akhir. Selain itu, konsekuensi neuropati yang ditimbulkan oleh

hiperglikemia jangka panjang membawa dampak paling sering untuk

dilakukannya amputasi pada ekstremitas bawah nontraumatik.

2. Etiologi

Berikut akan diuraikan penyebab dari Diabetes Melitus (Brunner &

Suddarth, 2002)

a. DM Tipe I

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel

beta pancreas yang disebabkan oleh :

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

33

1) Factor genetic atau herediter

Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi

suatu predisposisi atau kecendrungan genetic kearah terjadinya

diabetes tipe I.

b. Factor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang

menimbulkan destruksi sel beta.

c. Factor imunologi

Auto imun abnormal : antibodi menyerang jaringan normal yang

dianggap jaringan asing.

b. DM Tipe 2

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Factor

resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II yaitu :

1) Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target di

seluruh tubuh, insulin yang tersedia jadi kurang efektif dalam

meningkatkan efek metabolic

2) Usia, cendrung meningkat di atas 65 tahun

3) Riwayat keluarga

4) Kelompok etnik

c. DM gestasional biasa timbul akibat kehamilan.

3. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Melitus berdasakan etiologinya (ADA, 2015)

Diabetes Melitus Tipe 1

Destruksi sel β, umumnya menjurus kearah defisiensi insulin absolute.

a. Melalui proses imunologik (otoimunologik)

b. Idiopatik

Diabetes Mellitus Tipe 2

Bervariasi, mulai yang predominan resistensi insulin disertai defesiensi

insulin relative sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama

resistensi insulin.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

34

Diabetes Melitus tipe lain

a. Defek genetic fungsi sel β

1) Kromosom 12 HNF-1 a (dahulu disebut MODY 3)

2) Kromosom 7, glukoinase (dahulu disebut MODY 2)

b. Defek genetic kerja insulin

c. Penyakit eksokrin pankreas

1) Pancreatitis

2) Trauma/pankreatektomi

3) Neoplasma

4) Cystic fibrosis

5) Pankreatopati fibru kalkulus

6) Endrolrinopati

7) Akromegali

8) Sindrom cushing

9) Freokomositoma

10) hipertiriodisme

Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat

sementara, tetapi merupakan factor risiko untuk DM tipe 2

Pra-diabetes

a. IFG (Impaired fasting glucose) = GPT (glukosa puasa terganggu)

b. IGT (Impaired glucose tolerance) = TGT (toleransi glukosa terganggu)

4. Patofisiologi

Menurut (Brunner & Suddarth, 2002)

Diabetes Tipe II

Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin gangguan sekresi

insulin. Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada

permukaan sel. Sebagai akibat terkaitnya insulin dengan reseptor tersebut,

terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

35

Resisitensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi

intrasel ini. Dengan demikian menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya

glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang

disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini

terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan

dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun

demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan

kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi

diabetes tipe II.

Meskipun terjadi ganggguan sekresi insulin yang merupakan ciri

khas diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang

adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton

yang menyertainnya. Karena itu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada

diabetes tipe II. Mekipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol

dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom

hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK)

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang

berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang

berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan

diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalannya dialami

pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup

kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama

sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar

glukosannya sangat tinggi)

Untuk sebagian besar pasien (kurang lebih 75%), penyakit

diabetes tipe II yang dideritanya ditemukan secara tidak sengaja (misalnya,

pada saat pasien menjalankan pemeriksaan laboratorium yang rutin). Salah

satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit diabetes selama bertahun-

tahun adalah bahwa komplikasi diabetes jangka panjang (misalnya,

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

36

kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah

terjadi sebelum diagnosis di tegakkan.

Penagganan primer diabetes tipe II adalah dengan menurunkan

berat badan, karena resistensi insulin berkaitan dengan obesitas. Latihan

merupakan unsur yang penting pula untuk meningkatkan efektivitas

insulin. Obat hipoglikemia oral ditambahkan jika diet dan latihan tidak

berhasil mengendalikan kadar glukosa darah. Jika pengobatan obat oral

dengan dosis maksimal tidak berhasil menurunkan kadar glukosa hingga

tingkat yang memuaskan, maka insulin dapat digunakan. Sebagian pasien

memerlukan insulin untuk sementara waktu selama periode stress

fisiologik yang akut, seperti selama sakit atau pembedahan.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

37

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

38

5. Manifestasi klinik

Menurut (Price & Wilson, 2005)

a. Diabetes Melitus Tipe 1

1) Sering buang air kecil (poliuria)

2) Kadar glukosa darah melebihi ambang batas glukosa biasanya

sekitar 180 mg/dl diekresikan kedalam urine (glukosuria)

3) Minum air dengan jumlah banyak (polidipsia)

4) Makan lebih banyak (polifagia)

5) Penurunan berat badan

6) Malaise

7) keletihan

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Manifestasi sama dengan DM tipe 1 mungkin jika DM tipe 2 ini bisa

muncul manifestasi lain seperti kerusakan kulit atau infeksi pada kulit

pasien diabetes mellitus akan mengalami penuranan tanda dan gejala

yang salah satunya luka yang tidak kunjung sembuh. Luka yang tidak

kunjung sembuh ini di sebabkan oleh infeksi yang hebat karena kuman

atau jamur mudah tumbuh pada kondisi gula darah yang tinggi,

kerusakan dinding pembuluh darah yang tidak lancar pada kapiler

menghambat penyembuhan luka dan kerusakan saraf yang

menyebabkan penderita diabetes tidak bisa merasakan luka yang

dialami dan membiarkannya semakin membusuk (Wijaya & Putrid,

2013)

c. Diabetes Melitus Gestasional

Pada DM gestasional mengalami gejala sering buang air kecil (bak),

sering haus mudah lapar, mudah lelah, berat badan turun, mata buram,

mual, luka sulit sembuh. (Brunner & Suddarth, 2002)

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

39

6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien Diabetes Melitus (NANDA, 2015)

a. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik

sebagai patokan

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)

Kadar glukosa darah

sewaktu

DM Belum pasti DM

Plasma vena >200 100-200

Darah kapiler >200 80-100

Kadar glukosa darah puasa (mg/dl)

Gula darah puasa DM Belum pasti DM

Plasma vena >120 110-120

Darah kapiler >110 90-110

Tabel 2.1 patokan kadar glukosa (NANDA, 2015)

b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada setidaknya 2

kali pemeriksaan :

1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3) Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam kemudian

sesudah mengonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial

(pp)>200 mgdl)

c. Tes laboratorium DM

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic, tes

pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi

1) Tes saring

Tes saring pada DM adalah :

a) GDP, GDS

b) Tes glukosa urin

2) Tes diagnostic

Tes diagnostic pada DM adalah GDP, GDS, GD2PP (Gula darah 2

jam post prandial), glukosa jam ke 2TTGO

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

40

3) Tes monitoring terapi

a) GDP : plasma vena, darah kapiler

b) GD2 PP : plasma ven

c) A1 c : darah vena, darah kapiler

4) Tes untuk mendeteksi komplikasi

a) Mikroalbuminuria : urin

b) Ureum, kreatinin, asam urat

c) Kolesterol total : plasma vena (puasa)

d) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)

e) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)

f) Trigliserida : plasma vena (puasa)

7. Komplikasi

Komplikasi DM hampir seluruh bagian tubuh. Dari mata hingga kaki tidak

luput dari serangan penyakit gula ini. (Tim Bumi Medika, 2017)

Diantaranya :

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan ketika menurunnya kadar gula darah.

Seseorang dikatakan hipoglikemia bila kadar gula darahnya kurang

dari 50 mg/dl. Hipoglikemia lebih banyak dialami oleh penderita

diabetes tipe 1, dan terjadi 1-2 kali dalam seminggu. Dalam beberapa

kasus, penderita diabetes melakukan penangganan yang salah dan

berlebihan sehingga level glukosa dalam darah menjadi terlalu rendah.

Melewatkan jam makan dan olahraga serta mengonsumsi obat diabetes

atau melakukan injeksi insulin biasa menyebabkan hipoglikemia.

Hipoglikemia dapat ditanggani segera dengan mengonsumsi makanan

atau minuman manis. Misalnya teh manis, permen, dan cokelat. Gejala

biasanya akan berkurang 15 menit setelah mengonsumsi makanan atau

minuman manis. Selalu mengontrol level kadar glukosa dalam darah

dan konsultasikan dengan dokter mengenai penanganan diabetes yang

tepat, agar pasien tidak jatuh dalam kondisi hipoglikemia.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

41

b. Hipergikemia

Hiperglikemia merupakan keadaan ketika kadar gukosa darah

meningkat dengan tiba-tiba. Ciri-cirinya adalah kadar gula darahnya

bias mencapai >240 mg/dl. Hiperglikemia dapat menyebabkan

kerusakan jaringan atau organ tubuh. Kondisi ini terjadi ketika pasien

tidak mengambil tindakan-tindakan untuk mengurangi level glukosa

dalam darah seperti injeksi insulin, atau karena disebabkan oleh pola

makan dan hidup yang tidak berorientasi pada penagganan penyakit

diabetes. Hiperglikemia ini membutuhkan tindakan medis secepatnya.

c. Retensio urine

Retensio urine merupakan keadaan ketika kandung kemih

membengkak karena pasien tidak mampu mengeluarkan urine secara

normal. Sebaliknya, penderita diabetes juga dapat mengalami

gangguan pada urat saraf sehingga pasien tidak mampu mengontrol

waktu keluarnya urine. Akibatnya pasien sering mengompol.

d. Hipertensi

Pada penderita diabetes hipertensi disebabakan oleh penebalan

dinding pembuluh darah akibat dari tinggginya glukosa. Dinding

pembuluh darah menjadi sempit. Oksigen dan zat-zat gizi menjadi

kesulitan memasuki jaringan-jaringan tubuh. Akibatnya tekanan dara

menjadi meningkat.

e. Gangguan jantung

Gangguan jantung dialami penderita diabetes karena ada masalah

metabolisme tubuh. Pada beberapa penderita diabetes, gula darah tidak

mampu masuk ke dalam sel untuk menjadi energy. Jika demikian,

tubuh pun memberikan respon dengan memecah simpanan lemak

secara besar-besaran untuk menjadi energy. Produksi lemak ini yang

memancing terbentuknya plak-plak pada pembuluh darah yang dapat

memicu terjadinya infark jantung. Selain itu risiko terjadinya stroke

juga lebih besar dua kali lipat setelah 5 tahun menderita diabetes tipe 2.

f. Neuropati

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

42

Komplikasi yang paling sering dialami penedrita diabetes. Kadar

glukosa darah darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu

lama 10 tahun atau lebih akan merusak dinding pembuluh darah

kapiler yang menuju saraf. Akibat kerusakan tersebut, timbul beberapa

gangguan seperti gangguan pencernaan, penderita tidak mampu

mengontrol buang air kecil dan buang air besar, dan merasakan sakit

pada kaki serta tangannya. Gejala gangguan saraf ini diantaranya

kesemutan, terasa panas atau seperti ditusuk jarum, terkadang telapak

kakinya terasa tebal sehingga pasien merasa berjalan di atas kasur.

g. Nefropati

Penderita yang mengalami diabetes dalam jangka waktu lama akan

berisiko mengalami kerusakan ginjal atau nefropati. Gula darah yang

tinggi mempersulit kerja ginjal untuk menyaring darah dan

mengeluarkan sisa-sisa zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat

sisa yang tidak bias keluar dari tubuh dapat mengganggu fungsi-fungsi

organ yang lain. Akibat kerusakan pada ginjal juga, protein yang

seharusnya dipertahankan dalam tubuh justru keluar bersama urine.

Pada kondisi ini, kerja ginjal menjadi berat. Jika keadaan ini

berlangsung lama, ginjal mengalami gagal ginjal. Kalau sudah begitu,

penderita diabetes membutuhkan transplantasi ginjal atau terus

bergantung dengan cuci darah.

h. Penyakit pembuluh darah perifer

Penderita diabetes yang sudah di diagnosis selama 10 tahun atau

lebih biasa mengidap penyakit ini. Pembuluh perifer merupakan

pembuluh darah yang berada di tangan dan kaki. Pada penderita yang

mengalami komplikasi ini, denyut nadi pada pembuluh darah

perifernya akan terasa lemah atau bahkan terkadang tidak terasa sama

sekali.

i. Retinopati diabetic

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

43

Gangguan mata karena ada kerusakan pada retina. Kadar gula

darah yang tinggi menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah

retina. Tanda yang biasa muncul pada penderita retinopati diabetic.

1. Ada bintik-bintik seperti benda terapung di bidang penglihatan

2. Kurang jelas melihat pada malam hari

3. Ada titik gelap atau kosong pada pusat penglihatan

4. Lama-lama penglihatan menjadi kabur dan sulit mengenali warna.

Tipe diabetes yang paling beresiko menderita retinopati adalah

diabetes tipe 2 (Tim Bumi Medika, 2017)

8. Ulkus diabetes

Ulkus diabetic adalah luka yang terjadi pada kaki penderita

diabetes, dimana terdapat kelainan tungkai bawah. Kelainan kaki diabetes

mellitus dapat disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan

pernafasan dan adanya infeksi. Ulkus kaki dengan ganggren yaitu sebagian

jaringan nekrosis atau jaringan mati yang disebabkan oleh adanya emboli

pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah

terhenti.

Menurut Maryunani (2013) luka gangren dibagi menjadi dua, yaitu

gangren basah dan gangren kering. Gangren basah biasanya akibat dari

infeksi, gangren kering merupakan jaringan mati berwarna coklat tua atau

hitam yang terkadang membentuk masa keras. Sebagai akibat hipoksia

jaringan anoksia.

Tanda dan gejala yang biasanya terjadi pada pasien ulkus diabetic

secara klinis dapat digolongkan sebagai berikut.

a. Golongan kaki neuropatik

Pada keadaan ini terjadi kerusakan somatic, baik sensorik

maupun motorik, serta saraf autonom, tetapi sirkulasi masih

utuh.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

44

Pada pemeriksaan kaki teraba hangat, teraba denyut nadi,

kurang rasa/baal (neuropati somatic), kulit teraba kering

(neuropati autonom), bila terjadi luka, luka akan lama sembuh.

b. Golongan kaki iskemia

Dikenal dengan istilah neuroshaemic foot keadaan ini hamper

selalu disertai neuropati dengan berbagai macam stadium. Pada

pemeriksaan ditemukan kaki teraba dingin, nadi sulit teraba,

sering menunjukan rasa nyeri saat istirahat, dapat terlihat ulkus

akibat tekanan local, yang akhirnya menjadi gangren.

Neuropati perifer yang berkontribusi terhadap ulkus diabetic

menurut Maryunani (2013)

a. Neuropati Sensorik

Neuropati sensorik merupakan penyebab ulkus kaki

diabetic yang paling mencolok. Tidak adanya rasa nyeri pada

kaki menyebabkan terjadinya trauma mekanis, thermal atau

kimiawi. Kehilangan sensasi pelindung merupakan masalah

utama pada kaki diabetik. Pasien kehilangan rangsangan nyeri

dan kehilangan daya kewaspadaan proteksi kaki terhadap

rangsangan luar. Berbagai hal sederhana yang pada orang

normal tidak menyebabkan luka namun pada pasien DM dapat

menyebabkan luka kaki, misalnya tidak mengenali adanya

benda runcing, tidak mengenali rasa panas. Pasien bru

menyadari setelah terjadi luka yang membusuk dan

membahayakan keselamatan kaki secara keseluruhan.

b. Neuropati Motorik

Berperan mulai terjadinya deformitas pada kaki, yang

menyebabkan daerah tersebut lebih banyak mendapat tekanan

dari luar. Hal ini menyebabkan deformitas kaki yang

mmenyebabkan pencakaran jari-jari kaki dan bagian matersal

yang menonjol. Perubahan pada struktur kaki berkontribusi

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

45

terhadap terjadinya pembentukan kalus, blister (melepuh) dan

luka terbuka.

c. Neuropati Autonomik

Menyebabkan gangguan pada aliran darah. Kerusakan pada

saraf menyebabkan penurunan persepsi (keringat) dengan kulit

kering dan retak-retak. Kulit retak-retak dan membuat issura

yang biasa memungkinkan masuknya jamur dan bakteri.

Infeksi dan osteomielitis adalah komplikasi umum yang

memerlukan tindakan yang tepat dan agresif dengan

debridement dan antibiotic sistemik.

9. Penatalaksanaan

Mengubah perilaku tidak sehat sehingga gula darah dapat kembali normal.

Adapun perubahan gaya hidup yang paling penting untuk diterapkan

penderita DM (Tim Bumi Medika, 2017)

antara lain :

a. Terapkan pola makan yang sehat dan tidak lupa makan secara teratur

b. Jaga berat badan, jangan sampai berat badan naik

c. Tetap mengonsumsi obat yang diberikan oleh dokter

d. Lakukan olahraga secara teratur.

Penatalaksanaan diabetes terbagi menjadi dua yaitu :

1) Terapi non obat

Terapi non obat terdiri dari pemberian pengetahuan tentang DM,

olahraga secara teratur, menerapkan pola makan yang tepat, dan

menerapkan gaya hidup yang sehat.

2) Terapi obat

Terapi obat untuk penderita diabetes dibagi menjadi dua yaitu obat

hipoglikemik oral dan insulin.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,

46

a) Obat hipoglikemik oral (OHO)

Tujuan dari pemberian obat ini untuk menormalkan gula darah,

menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi. Lebih utama

diberikan pada penderita diabetes tipe 2 hingga sedang. Obat ini

baru diberikan jika gula darah pendertia masih diatas 200 mg/dl

setelah menerapkan diet untuk diabetes dan olahraga secara teratur

selama 1-2 bulan.

b) Insulin

Insulin merupakan salah satu bentuk protein tubuh yang berfungsi

mengantar gula darah masuk kedalam sel tubuh untuk dijadikan

energy, meningkatkan pembentukan glikogen di hati, mencegah

penguraian glikogen menjadi glukosa, merangsang pembentukan

protein dan lemak dari glukosa, serta meingkatkan penguraian

glukosa secara oksidatif.