8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Hierarki kebutuhan Maslow merupakan teori interdisiplin yang berguna untuk membuat prioritas asuhan keperawatan. Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama, terutama pada klien dengan ketergantungan fisik berat. ( Potter & Perry, 2009). Adapun kebutuhan dasar manusia menurut Maslow sebagai berikut (A Aziz Alimul Hidayat, dkk, 2014) a. Kebutuhan Fisiologis Merupakan kebutuhan paling mendasar, yaitu kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan ( minuman), nutrisi ( makanan), keseimbangan suhu tubuh, eleminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual. b. Kebutuhan Rasa aman dan perlindungan Di bagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis. 1) Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan , dan sebagainya. 2) Perlindungan Psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainnya.
39
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia 1 ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/188/3/BAB II FIX.pdf · Kebutuhan fisiologi dan keamanan biasaya merupakan prioritas pertama,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konsep Dasar Manusia
1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Hierarki kebutuhan Maslow merupakan teori interdisiplin yang berguna
untuk membuat prioritas asuhan keperawatan. Kebutuhan fisiologi dan
keamanan biasaya merupakan prioritas pertama, terutama pada klien
dengan ketergantungan fisik berat. ( Potter & Perry, 2009).
Adapun kebutuhan dasar manusia menurut Maslow sebagai berikut (A
Aziz Alimul Hidayat, dkk, 2014)
a. Kebutuhan Fisiologis
Merupakan kebutuhan paling mendasar, yaitu kebutuhan fisiologis
seperti oksigen, cairan ( minuman), nutrisi ( makanan), keseimbangan
suhu tubuh, eleminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta
kebutuhan seksual.
b. Kebutuhan Rasa aman dan perlindungan
Di bagi menjadi perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.
1) Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap
tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit,
kecelakaan, bahaya dari lingkungan , dan sebagainya.
2) Perlindungan Psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari
pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang
dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena
merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang
lain, dan sebagainnya.
9
c. Kebutuhan Rasa cinta, memiliki dan dimiliki
Kebutuhan rasa cinta antara lain kasih sayang, mendapatkan
kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial ,
dan sebagainnya.
d. Kebutuhan Harga diri
Kebutuhan harga diri ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan
kekuatan , meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekan diri.
Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
e. Kebutuhan Aktualisasi diri
Merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki maslow, berupa
kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/ligkungan serta
mencapai potensi diri sepenuhnya (A. Aziz Alimul Hidayat, dkk,
2014)
2. Konsep Dasar Keamanan dan Perlindungan
Keamanan di definisikan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan
psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram adalah salah satu
kebutuhan dasar manusia yang harus di penuhi. Lingkungan layanan
kesehatan dan komunitas yang aman merupakan hal yang penting untuk
kelangsungan hidup klien. Perawat harus mengkaji keamanan klien dan
lingkungan, denga melakukan intervensi yang di perlukan, dengan
melakukan hal ini, maka perawat adalah orang yang berperan aktif dalam
usaha pencegahan dan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan
( Potter & Perry, 2006)
1. Klasifikasi kebutuhan keselamatan atau keamanan
Adapun klasifikasi kebutuhan keselamatan atau keamanan menurut Potter
& Perry ( 2005) di dalam (Kasiati, dkk, 2016) yaitu :
a. Keselamatan fisik
Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan
mengurangi atau mengeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan.
10
Ancaman tersebut mungkin penyakit,kecelakaan,bahaya,atau
pemajanann pada lingkungann. Pada saat sakit,seseorang klien
mungkin rentan terhadap komplikasi seperti infeksi,oleh karena itu
bergntung pada profesional dalam sistem pelayanan kesehatan untuk
perlindungan.
b. Keselamatan Psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi,seorang manusia harus
memahami apa yang diharapkan dari orang lain,termasuk anggota
keluarga dan profesional pemberi perawatan kesehatan. Seseorang
harus mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman
yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang
merasakan beberapa ancaman keselamatan psikologis pada penglaman
yang baru dan yang tidak dikenal ( Potter & Perry, 2005).
c. Lingkup Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Lingkup klien mencakup semua faktor fisik dan psikologis yang
mempengaruhi atau berakibat terhadapkehidupan dan kelangsungan
hidup klien.
d. Macam-macam bahaya/kecelakaan
1) di rumah
a) Tersedak.
b) Jatuh.
c) Tertelan alat-alat rumah tangga.
d) Tersiram air panas.
e) Jatuh dari jendela atau tagga.
f) Terpotong.
g) Luka tusuk.
h) Luka bakar.
i) Tenggelam.
j) Terkena pecahan kaca.
k) Terkunci dalam kamar.
l) Jatuh dari sepeda.
11
m) Keracunan.
2) di RS : mikroorgnisme
3) cahaya
4) kebisingan
5) cedera
6) kesalahan prosedur
7) peralatan medik, dan ain-lain.
e. Cara Meningkatkan Keamanan
1) mengkaji tingkat kemempuan pasien untuk melindungi diri;
2) menjaga keselamatan pasien yang gelisah;
3) mengunci roda kereta dorong saat berhenti;
4) penghalang sisi tempat tidur;
5) bel yang mudah dijangkau;
6) meja yang mudah dijngkau;
7) kereta dorong ada penghalangnya;
8) kebersihan lantai;
9) prosedur tindakan.
4. Faktor yang memengaruhi keamanan
Kemampuan individu untuk melindungi dirinya sendiri dari cedera
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia dan perkembangan, gaya
hidup, mobilitas dan status kesehatan , perubahan sensori-perepsi,
kesadaran kognitif, status psikososial, kemampuan komunikasi, kesadaran
terhadap keamanan , dan faktor lingkungan. ( Kozier, dkk, 2011)
A. Usia dan perkembangan
Individu belajar melindugi diri mereka sendiri dari berbagai cedera
melalui pengetahuan dan pengkajian yang akurat terhadap lingkungan.
Anak-anak hanya dapat belajar mengenai hal-hal dalam lingkungan
yang mungkin berbahaya bagi mereka lewat pengetahuan dan
pengalaman. Individu lanjut usia mungkin mengalamai hambatan
12
pergerakan dan mengalami penurunan ketajaman sensori sehingga
beresiko terhadap cedera. Kemungkinan bahaya tertentu yang dapat
terajadi pada kelompok usia tertentu.
B. Gaya hidup
Faktor gaya hidup yang membuat individu brisiko terhadap cedera
adalah lingkungan keja tidak aman; tinggal di lingkungan rawan
kejahatan; kemudahan memiliki senjata dan amunisi; pendapatan yang
kurang memadai untuk membeli perlengkapan keselamatan atau
melakukan pebaikan alat tertentu; dan kemudahn untuk mendapatkan
obat terlarang, yang juga dapat terkontaminasi oleh zat aditif yang
berbahaya. Perilaku berisiko merupakan salah satu faktor dalam
beberapa kecelakaan.
C. Mobilitas dan status kesehatan
Individu yang mengalami hambatan mobilitas akibat paralisis,
kelemahan otot, keseimbangan atau koordinasi yang buruk sangat
rentan terhada cedera. Klien yang mengalami cedera korda spinal dan
paralisis pada kedua kakinya, mungkin tidak mampu bergerak kendati
merasa tidak nyaman. Klien hemiplegi atau klien yang lemah akibat
penyakit atau pembedahan tidak selalu sadar penuh dengan terhadap
kondisi mereka.
D. Perubahan sensori-persepsi
Persepsi sensori yang akurat terhadap stiulasi lingkungan sangat
penting terhadap keamanan. Individu yang mengalami gangguan
persepsi peraba, pendengaran, perasa, penciuman, dan penglihatan
sangat rentang terhadap edera. Inividu tidak melihat dengan baik akan
terpeleset mainan atau tidak melihat kabel listrik. Inividu yang tuli
mungkin tidak mendengar klakson di jalan , dan individu yang
mengalami gangguan indra penciuman mungkin tidak mencium bau
masakan yang gososng atau aroma belerang dari kebocoran gas.
13
E. Kesadaran kognitif
Kesadaran merupakan kemampuan untuk merasakan stimulasi
lingkungan dan reaksi tubuh serta untuk berespon secara tepat leat
proses pikir dan tindkan. Klien yang mengalami gangguan kesadaran
meliputi individu yang kurang tidur, individu taksadar atau semi
taksadar, individu yang disoreantasi ( individu yang tidak tau di mana
mereka berada atau apa yang harus mereka lakukan untuk menolong
dir mereka sendiri); individu yang merasakan stimulasi yang tidak ada
; dan individu yang mengalami hambatan penilaian akibat proses
penyakit atau pengobatan, seperti narkotik, obat penenang, hipnotik,
dan sedatif. Klien yang sedikit binggung mungkin sementara lupa
diana mereka berada, mempertanyakan di mana letak kamar mereka,
salah mengenali barang milik pribadi, dan lain-lain.
F. Status emosi
Status emosi yang ekstrem dapat mengganggu kemampuan untuk
merasakan bahaya yang terdapat dalam lingkungan. Situasi yang
penuh tekanan dapat menurunkan tingkat kosentrasi individu,
menyebabkan kesalahan penilaian, dan penurunan kesadaran terhadap
stimulus eksternal. Individu yang mengalami depresi dapat berfikir dan
bereaksi terhadap stimulus lingkungan lebih lambat dari biasanya.
G. Kemampuan komunikasi
Individu yang memiliki hambatan kemampuan untuk menerima
dan menyampaikan informasi termasuk klien afasia, individu dengan
hambatan bahasa, dan mereka yang tidak dapat membaca juga berisiko
terhadap cedera. Sebagai contoh, individu yang tidak dapat
menerjemahkan tanda “Dilarang Merokok-oksigen sedang digunakan”
dapat menyebabkan ledakan dan kebakaran.
H. Kesadaran terhadap keamanan
Informasi sangat penting terhadap keamanan. Klien yang berada di
lingkungan asing sering kali membutuhka informasi informasi
keamanan yang spesifik. Kurang pengetahuan mengenai peraatan
14
asing, seperti tabung oksigen, slang intravena, dan bantalan panas,
dapat menimbulkan bahaya. Klien yang yang sehat harus mendapat
pengetahuan mengenaai keamanan aiar, keamanan dalam mobil,
pencegahan kebakaran, cara mencegah ingesti zat yang berbahaya, dan
beberapa tindakan pencegahan yang berhubungan dengan bahaya pada
usia tertentu.
I. Faktor lingkungan
Rumah yang aman adalah rumah yang memiliki lantai dan karpet
yang terpasang dengan baik, permukan bath-tub atau shower yang
tidak licin, alarm asap yang berfungsi dan terletak strategis, serta
pengetahuan mengenai rute penyelamatan diri apabila terjadi
kebakaran. Keamanan area luar rumah, seperti kolam renang, harus
terjaga dan trpelihara, pencahayaan yang adekuat, baik di dalam
maupun di luar, meminimalkan kemungkinan terjadi kecelakan.Di
tempat kerja, mesin, sabuk keselamatan kerja dan katrol, serta zat
kimia dapat menibulkan bahaya. Kelemahan pekerja, polusi suara dan
udara, atau bekerja di ketinggiian atau di bawah taah juga dapat
menimbulkan bahaya okupasional. Lingkungan kerja perawat juga
tidak aman. Personel layanan ksehatan perlu mempertahankan
kesadaran aka risiko yang mugkin terjadi. (Kozier, dkk, 2011).
Lingkungan yang aman adalah salah satu kebutuhan dasar yang
terpenuhi , bahaya fisik akan berkurang, penyebaran organisme
patogen akan berkurang, sanitasi dapat di pertahankan, dan populasi
dapat dikontrol ( Potter & Perry, 2006)
5. Gangguan Kebutuhan Dasar Keamanan dan Perlindungan
Berikut akan diuraikan masalah-masalah keperawatan dalam sub
keamanan dan perlindungan dalam kategori lingkungan pada pasien
dewasa ( SDKI, 2016).
15
a. Gangguan integritas kulit
Gangguan integritas kulit merupakan kerusakan kulit pada dermis
atau epidermis. Adapun penyebab dari gangguan integritas kulit adalah
perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, kekurangan/kelebihan
volume cairan, penurunan mobilitas, bahan kimia iritatif, suhu lingkungan
yang ekstrem, faktor mekanis (misal. Penekanan pada tonjolan tulang,
gesekan) atau faktor elektrik (elektrodiatermi, energi listrik bertegangan
tinggi), efek samping terapi radiasi, kelembapan, proses penuaan,
neuropati perifer, perubahan pigmentasi, perubahan hormonal dan kurang
terpapar informasi tentang upaya mmpertahankan/melindungi integritas
jaringan.
Gejala yang sering muncul ( tanda mayor) yaitu kerusakan jaringan
atau lapisan kulit dan gejala tanda minor yaitu nyeri, perdarahan,
kemerahan, hematoma. Kondisi klinis terkait yaitu imobilisasi, gagal
jantung kongesti, gagal ginjal, diabetes melitus, dan imunodefisiensi
(misal, AIDS).
b. Hipertermia
Hipertermia merupakan suhu tubuh meningkat di atas rentang
normal tubuh. Adapun penyebabnya yaitu dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, proses penyakit (misal, infeksi, kanker), ketidaksesuaian pakaian
dengan suhu lingkungan, penigkatan laju metabolisme, respon trauma,
aktivitas berlebih dan penggunaan inkubator.
Gejala yang sering muncul ( tanda mayor) yaitu suhu tubuh diatas
nilai normal dan gejala tanda minor yaitu kulit merah, kejang, takikardi,
takipnea, kulit terasa hangat. Kondisi klinik yang terkait proses penyakit,
hipertiroid, stroke, dehidrasi, trauma, dan prematurasi.
c. Hipotermia
Hipotermia adalah suhu berada dibawah rentang normal tubuh.
Adapun penyebabnya yaitu kerusakan hipotalamus, konsumsi alkohol,
berat badan ekstrem, kekuragan lemak subkutan, terpapar suhu lingkungan
rendah, malnutrisi, pemakaian pakaian tipis, penurunan laju mtabolisme,
16
tidak beraktifitas, transfer panas, trauma, proses penuaan, efek agen
farmakologis, dan kurang terpapar informasi tentang pencegahan
hipotermia.
Gejala yang sering terjadi ( tanda mayor) yaitu kulit teraba dingin,
menggigil, suhu tubuh berada di bawah nilai normal. Gejala tanda minor
yaitu akrosianosis, bradikardi, dasar kuku sianotik, hipoglikemia, hipoksia,