BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Kebutuhan 1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow (1970 dalam Asmadi (2008) lebih dikenal dengan istilah tingkatan Kebutuhan Dasar Manusia Abraham Maslow. Kebutuhan oksigen menurut Abraham Maslow terdapat dalam kebutuhan fisiologis (physiologic needs), Karena oksigen (O 2 ) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia. Kebutuhan oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi, apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh kurang maka akan terjadi kerusakan jaringan otak dan bila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi kematian. Kebutuhan fisiologis ini mencakup: a. Kebutuhan oksigen (O 2 ) dan pertukaran gas b. Kebutuhan cairan dan elektrolit c. Kebutuhan makanan d. Kebutuhan eliminasi urine dan alvi e. Kebutuhan istirahat dan tidur f. Kebutuhan aktivitas g. Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan h. Kebutuhan seksual. 6
40
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/1366/6/BAB II.pdf1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Dasar Kebutuhan 1. Konsep Kebutuhan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konsep Dasar Kebutuhan
1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow (1970
dalam Asmadi (2008) lebih dikenal dengan istilah tingkatan Kebutuhan
Dasar Manusia Abraham Maslow. Kebutuhan oksigen menurut
Abraham Maslow terdapat dalam kebutuhan fisiologis (physiologic
needs), Karena oksigen (O2) merupakan kebutuhan yang vital bagi
kehidupan manusia. Kebutuhan oksigen sangat berperan dalam
proses metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus
terpenuhi, apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh kurang maka akan
terjadi kerusakan jaringan otak dan bila hal tersebut berlangsung lama
akan terjadi kematian. Kebutuhan fisiologis ini mencakup:
a. Kebutuhan oksigen (O2) dan pertukaran gas
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit
c. Kebutuhan makanan
d. Kebutuhan eliminasi urine dan alvi
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
f. Kebutuhan aktivitas
g. Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan
h. Kebutuhan seksual.
6
2
Gambar 2.1. Kebutuhan Dasar Abraham Masllow
(Sumber: Saputra 2014).
2. Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasar yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh
oksigenasi adalah proses penambahan O2 kedalam sistem (kimia atau
fisika). Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan
unsur vital dalam proses motabolisme dan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh, secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernafas dari atmosfer.
Oksigen kemudian diedarkan keseluruh jaringan tubuh.penyampaian
iksigen kejaringan tubuh sangat tergantung dari sistem kardiovaskuler,
hemoglobin, dan keadaan respirasi itu sendiri (Andromoyo, 2012).
Masalah keperawatan yang terjadi terkait dengan kebutuhan
oksigen salah satunya ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Masalah
keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan nafas yang tidak bersih,
misalnya karena spasme bronkhus, dan lain-lain (Asmadi, 2009).
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan ketidakmampuan
membersikan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan
jalan nafas tetap paten (SDKI, 2016).
3
3. Anatomi Sistem Pernafasan
Gambar 2.2. Anatomi Sistem Pernafasan
(Sumber: Potter & Perry 2010).
Anatomi saluran pernafasan terbagi menjadi dua bagian yaitu
saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah.
a. Sistem pernafasan atas
1) Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh berfungsi sebagai
alat pernafasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau).
Dinding organ hidung dilapisi oleh mukosa berfungsi untuk
menyaring, menghangatkan,dan melembabkan udara masuk
melalui hidung. Vestibulum merupakan bagian dari rongga
hidung berambut dan berfungsi menyaring partikel-partikel
asing berukuran besar agar tidak masuk kesaluran pernafasan
bagian bawah.
2) Faring
Faring (Tekak) adalah saluran otot selaput kedudukan
nya tegak lurus antara basis krani dan vertebrae servikalis VI.
Faring merupakan saluran sama-sama dilalui oleh udara dan
makanan. Faring terbagi menjadi nasofaring dan orofaring yang
kaya akan pasokan jaringan limfe menangkap dan
menghancurkan pathogen masuk bersamaan dengan udara.
4
3) Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan
tulang rawan dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat,
dan ligamentum. Laring sangat penting untuk mempertahankan
kepatenan jalan nafas bawah dari makanan dan minuman
ditelan. Selama menelan pintu masuk ke laring (epiglottis)
menutup, mengarahkan makanan masuk ke esophagus.
Epiglottis terbuka selama bernafas, yang memungkinkan udara
bergerak bebas ke jalan nafas bawah.
b. Sistem pernafasan bawah
1) Trakea (batang tenggorokan)
Trakea (batang tenggorokan) adalah tabung berbentuk
pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh tulang-tulang rawan
disempurnakan oleh selaput, terletak diantara vertebrae
servikalis VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea vertebra
V. tabung tulang m enghubungkan hidung dan mulut ke paru-
paru, maka merupakan bagian penting pada system pernafasan.
trakea adalah tabung berotot kaku terletak di depan
kerongkongan, yang sekitar 4,5 inci panjang dan lebar 1 inci.
Diameter didalam sekitar 21-27 mm, panjang 10-16 cm, ada
sekitar 15-20 cincin tulang rawan berbentuk C tidak Lengkap,
melindung trakea dan menjaga jalan nafas. Otot-otot trakea
terhubung ke cincin lengkap dan kontrak saat batuk,
mengurangi ukuran lumen trakea untuk meningkatkan aliran
udara.
2) Bronkus dan bronkiolus
Trakea bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri.
Bronkus kanan lebih pendek, lebar, dan lebih vertical dari pada
kiri. Bronkus kiri lebih panjang dan langsing dari kanan, dan
berjalan dibawah artei pulmonalis sebelum di belah menjadi
beberapa cabang berjalan ke lobus atas dan bawah. Bronkiolus
5
membentuk percabangan bronkiolus terminalis, tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis ini
kemudian menjadi bronkiolus respiratori di anggap menjadi
saluran tradisional antara jalan udara transisional antara jalan
udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
3) Pulmo (Paru)
Pulmo (Paru) adalah organ utama dalam system
pernafasan, merupakan salah satu organ sistem pernafasan
berada di dalam kantong dibentuk oleh pleura parietalis dan
pleura viseralis. Kedua paru sangat lunak, elastis dan berada
dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan terapung di dalam air
(Muttaqin, 2012).
4. Fisiologi Pernafasan
Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin
ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel–sel tubuh
dan pertukaran gas. Melalui peran sistem respirasi oksigen di ambil
dari atmosfer, ditransfer masuk ke paru–paru dan terjadi pertukaran gas
oksigen dengan karbondioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akan di
difusikan untuk masuk ke kapiler darah untuk di manfaatkan oleh sel-
sel dalam proses metabolisme. Pernafasan (respiratori) adalah peristiwa
menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh
(inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida
(CO2), sisa oksidasi ke luar tubuh (ekspirasi). Proses pemenuhan
kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu ventilasi,
difusi gas, dan transfortasi oksigen (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses untuk menggerakan gas ke dalam dan
keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru
thoraks elastik dan persyarafan utuh. Otot pernafasan inspirasi
utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik,
6
keluar dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
b. Difusi gas
Difusi gas adalah bergeraknya gas oksigenasi dan
karbondioksida atau partikel lain dari area yang bertekanan tinggi ke
arah bertekanan rendah. Didalam alveoli oksigenasi melintasi
membrane alveoli-kapiler dari alveoli ke darah karena adanya
perbedaan tekanan karbondioksida yang tinggi di alveoli dan
tekanan pada kapiler yang lebih rendah.
c. Transfortasi oksigen
Transfortasi oksigen adalah perpindahan gas dari paru ke
jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah.
Transportasi oksigen di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah
jantung (Kardiak Output), kondisi pembuluh darah, latihan
(exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan
(hematokrit), serta eritrosit dan kadar hemoglobin (Hb).
5. Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Pernafasan
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, dalam waktu
tertentu membutuhkan oksigen dalam jumlah banyak karena suatu
sebab. Faktor- faktor mempengaruhi kebutuhan oksigen dalam tubuh
antara lain lingkungan, latihan fisik, emosi, gaya hidup, dan status
kesehatan.
a. Lingkungan
Berada di lingkungan panas, tubuh akan merespon dan
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer,
akibatnya darah banyak mengalir ke kulit. keadaan tersebut
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui pori–pori kulit.
Respon tersebut mengakibatkan curah jantung meningkat dan
kebutuhan oksigen juga meningkat. Sebaliknya pada lingkungan
dingin pembuluh darah mengalami kontraksi dan terjadi penurunan
tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan
7
oksigen juga menurun. Selain itu, tempat tinggi juga mempengaruhi
kebutuhan oksigen. Semakin tinggi tempat, maka semakin sedikit
kandunngan oksigenasinya. Sehingga, jika seseorang berada pada
tempat tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas
permukaan laut, maka tekanan alveoli berkurang. Hal tersebut
mengindikasikan kandungan oksigenasi dalam paru–paru sedikit,
sehingga rawan kekurangan oksigenasi.
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan
denyut jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap
oksigen (O2) semakain tinggi.
c. Emosi
Emosi merupakan gejolak dalam jiwa biasanya diluapkan
melalui bentuk perbuatan tidak terkendali. Saat seseorang
mengalami emosi, misalnya timbul rasa takut, cemas dan marah,
akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen
meningkat.
d. Gaya Hidup
Gaya hidup mempengaruhi status oksigenasi, misalnya pada
seseorang perokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan
pembuluh darah arteri. Nikotin terkandung dalam rokok dapat
menyebabkan vasokontraksi pembuluh darah perifer dan pembuluh
darah koroner. Akibatnya suplai darah kejaringan menurun.
e. Status Kesehatan
Pada orang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit
pernafasan, dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen manunisa. Sebaliknya, pada orang sehat, sistem
kardiovaskuler dan sistem pernafasan berfungsi dengan baik
sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat.
8
f. Usia
Faktor perkembangan merupakan pengaruh sangat penting
dalam fungsi pernafasan. Perubahan terjadi karena penuaan
mempengaruhi sistem pernafasan menjadi sangat penting jika sistem
mengalami gangguan akibat perubahan seperti infeksi, stress fisik,
atau emosional, pembedahan, anastesi atau prosedur lain.
g. Stress
Apabila stress dan stressor dihadapi, baik respons psikologis
maupun fisiologis dapat mempengaruhi oksigenasi. Beberapa orang
dapat mengalami hiperventilasi sebagai respon terhadap stress.
Apabila ini terjadi, karbondioksida arteri meningkat dan
karbondioksida menurun Akibatnya, seseorang mengalami kunang-
kunag, kesemutan pada jari tangan, jari kaki, dan sekitar mulut.
6. Masalah yang terjadi pada Kebutuhan Oksigenasi
Menurut Asmadi (2008), terdapat beberapa komplikasi dari pola
napas tidak efektif antara lain:
a. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di dalam arteri. Terbagi
atas dua jenis yaitu hipoksemia (Anoksia Anoksik) dan hipoksemia
isotonk (Anoksia Anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi di mana
tekanan oksigen darah arteri rendah karena karbondioksida dalam
darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi di mana
oksigen normal, tetapi jumlah oksigen dapat pada kondisi anemia,
keracunan karbondioksda.
b. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi
oksigen di inspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada
tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi
berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia antara lain:
9
1) Menuruunya hemoglobin (Hb)
2) Berkurangnya konsentrasi oksigen (O2)
3) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen
4) Menurunnya difusi oksigen dari alveoli kedalam darah seperti
pada pneumonia
5) Menurunya perfusi jaringan seperti pada syok dan
6) Kerusakan atau gangguan ventilasi. Tanda-tanda hipoksia di
antaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam,
sianosis, sesak napas, serta jari tabuh (clubbing fugu).
c. Gagal napas
Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi
kebutuhan karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara
adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbondioksida
dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh adanya peningkatan
karbondioksida dan penurunan oksigen dalam darah secara
signifikan. Gagal napas disebabkan oleh gangguan sistem saraf
pusat mengontrol pernapasan, kelemahan neuromuskular, keracunan
obat, gangguan metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan
obstruksi jalan napas.
d. Perubahan pola nafas
Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan pada orang dewasa
sekitar 18-22 x/menit, dengan irama teratur, serta inspirasi lebih
panjang dari ekspirasi. Pernafasan normal disebut eupnea.
Perubahan pola nafas dapat berupa:
1) Dispnea, yaitu kesulitan bernafasan, misalnya pada pasien
dengan asma
2) Apnea, yaitu tidak bernafas, berhenti bernafas
3) Takipnea, yaitu pernafasan lebih cepat dari normal dengan
frekuensi lebih dari 24 x/menit
4) Bradipnea, yaitu pernafasan lebih lambat kurang dari normal
10
dengan frekuensi kurang dari 16 x/menit
5) Kussmaul, yaitu pernafasan dengan panjang ekspirasi dan
inspirasi sama, sehingga pernafasan menjadi lambat dan dalam,
misalnya pada penyakit diabetes militus dan uremia
6) Cheyne-stoke, merupakan pernafasan cepat dan dalam kemudian
berangsur-angsur dangkal dan diikuti priode apnea yang
berlubang secara teratur. Misalnya pada keracunan obat bius,
penyakit jantung, dan penyakit ginjal
7) Stridor, merupakan pernafasan bising yang terjadi karena
penyempitan pada saluran pernafasan. Pola ini biasanya
ditemukan pada kasus spasme trackea atau obstruksi laring dan
8) Biot, adalah pernafasan dalam dan dangkal disertai masa apnea
dengan priode tidak teratur, misalnya pada penyakit meningitis.
7. Perubahan Fungsi Pernafasan
a. Hiperventilasi, merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih,
yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida normal di
vena, diproduksi melalui metabolisme seluler. Hiperventilasi dapat di
sebabkan oleh ansietas, infeksi obat-obatan, ketidakseimbangan
asam-basa, dan hipoksia yang dikaitkan dengan embolus paru atau
syok.
b. Hipoventilasi, terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan oksigen. Tubuh mengeliminasi
karbondioksida secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun,
maka (PaCO2) akan meningkat dan mengakibatkan depresi susunan
saraf pusat.
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.
Pengkajian harus dilakukan secara komperhensif terkait dengan aspek
11
biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual. Tujuan pengkajian
adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar
pasien. Metode utama dapat digunakan dalam pengumpulan data
adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik
(Asmadi, 2008). Pengkajian adalah proses sistematis berupa
pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase dari
pengkajian meliputi: pengumpulan data dan analisa data.
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses berisikan status kesehatan
pasien, kemampuan pasien untuk mengelola kesehatan dan
perawatannya juga hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan
lainnya (Hidayat, A. A, 2009).
1) Data biografi
a) Identitas pasien
Meliputi pengkajian nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku atau bangsa, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, no rm, diagnosa medis, alamat klien.
b) Identitas Penanggung jawab
Meliputi pengkajian nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan klien dan alamat.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Merupakan keluhan pasien pada saat masuk RS, Selain itu
mengungkapkan hal-hal menyebabkan pasien membutuhkan
pertolongan sehingga pasien dibawa ke RS dan menceritakan
kapan pasien mengalami gangguan kebutuhan oksigen.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan keluhan paling sering dirasakan oleh pasien
saat pengkajian dengan menggunakan metode PQRST. Metode
ini meliputi hal-hal:
- P: Provokatif/paliatif, yaitu membuat terjadinya, timbulnya
12
keluhan hal-hal apa memperingan dan memperberat
keadaan atau keluhan pasien tersebut dikembangkan dari
keluhan utama.
- Q: Quality/Quantity, seberapa berat keluhan terasa
bagaimana rasanya, berapa sering terjadi.
- R: Regional/Radiasi, lokasi keluhan tersebut dirasakan atau
ditemukan, apakah juga penyebaran ke area lain, daerah
atau area penyebarannya.
- S: Severity of Scale, intensitas keluhan dinyatakan dengan
keluhan ringan, sedang, dan berat.
- T: Timing, kapan keluhan mulai ditemukan atau dirasakan,
berapa sering dirasakan atau terjadi, apakah secara
bertahap, apakah keluhan berulang-ulang bila berulang,
dalam selang waktu berawal lama hal itu untuk menentukan
waktu dan durasi.
Riwayat kesehatan dahulu
Untuk mendapatkan profil penyakit, cedera atau operasi dialami
individu sebelumnya.
(1) Penyakit, operasi atau cidera sebelumnya
(a) gejala, perjalanan, terminasi
(b) Kekambuhan komplikasi
(c) Insiden penyakit pada anggota keluarga lain atau
komunitas
(d) Respon emosi pada hospitalisasi sebelumnya dan
(e) Kejadian dan sifat cidera.
(2) Alergi
(a) Hay fever, asma, atau eksema dan
(b) Reaksi tak umum terhadap makanan, obat, binatang,
tanaman atau produk rumah tangga.
(3) Obat-obatan
Nama, dosis, jadwal, durasi dan alasan pemberian.
13
(4) Kebiasaan
(a) Pola perilaku
Menggigit kuku, menghisap ibu jari, pika, ritual, seperti
“selimut pengaman“, gerakan tidak umum
(membenturkan kepala, memanjat), tempat tantram.
(b) Aktivasi kehidupan sehari-hari
Jam tidur dan bangun, durasi tidur malam/siang, usia
toilet training, pola defekasi dan berkemih, tipe latihan
(c) Penggunaan/penyalahgunaan obat, alkohol, kopi
(kafein) atau tembakau.
(d) Disposisi umum, respon terhadap frustasi
3) Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
terhadap berbagai sistem tubuh. Untuk mendapatkan informasi
tentang masalah kesehatan yang potensial.
a) Keadaan umum
Keadaan umum meliputi penampilan umum, postur tubuh, gaya
bicara, mimik wajah.
b) Tanda-tanda vital
Bertujuan untuk mengetahui keadaan tekanan darah, nadi,
pernafasan, suhu tubuh.
c) Kulit
Kaji keadaan kulit mengenai tekstur, kelembaban, turgor, warna
dan fungsi perabaan, pruritus, perubahan warna lain, jerawat,
erupsi, kering berlebih, selain itu perlu dikaji apakah ada
sianosis.
d) Kepala
Kaji cedera lain seperti memar pada kepala, periksa kebersihan
dan keutuhan rambut.
e) Mata
Periksa mata untuk mengetahui ada tidak nya nyeri tekan, kaji
14
reflek cahaya, edema kelopak mata.
f) Hidung
Perdarahan hidung (epitaksis), kaji cairan keluar dari hidung,
ada tidaknya sumbatan.
g) Telinga
Kaji ada tidaknya sakit telinga, rabas, bukti kehilangan
pendengaran.
h) Mulut
Pernafasan mulut, perdarahan gusi, kaedaan gigi, jumlah gigi,
kaji kelembaban mukosa, warna mukosa bibir.
i) Tenggorokan
Sakit tenggorokan, kaji adanya kemerahan atau edema, kaji ada
tidaknya kesulitan dalam menelan, tersedak, serak atau