-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori Stroke
1. Pengertian
Stroke didefinisikan sebagai defisit (gangguan) fungsi sistem
saraf
yang terjadi mendadak dan disebabkan dan di sebabkan oleh
gangguan
peredaran darah otak. Stroke terjadi akibat gangguan pembuluh
darah di
otak. Gangguan peredaran darah otak dapat berupa
tersumbatnya
pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak.
Otak
seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi
terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan
memunculkan
kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan
memunculkan
gejala stroke (Rizaldy & Laksmi, 2010).
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi
masyarakat
modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah
serius yang
dihadapi hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan
serangan stroke
yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecatatan fisik dan
mental
baik pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).
Stroke atau gangguan peredaran darh ke otak merupakan
penyakit
neurologis yang sering di jumpai dan harus di tangani secara
cepat dan
tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang
disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa
terjadi pada
siapa saja dan kapan saja. Stroke merupakan penyakit paling
serig
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
6
menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan
bicara,
proses berfikir, daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang
lain sebagai
akibat gangguan fungsi otak (arif muttaqin, 2008)
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda/atau gejala
hilangnya
fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang
cepat
(dalam detik atau menit). Gejala-gejala ini berlangsung lebih
dari 24 jam
atau menyebabkan kematian. Penyebab terserang stroke adalah
penyakit
degeneratif arterial baik arterosklerosis pembuluh darah besar
(dengan
tromboemboli) maupun penyakit pemuluh darah kecil
(lipohialinosis).
Kemungkinan berkembangnya penyakit signifikan meningkat ada
beberapa faktor risiko vaskular (Lionel ginsberg, 2007).
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba
defisit
neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari
otak.
Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya
sekunder
terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat
lain
dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri
(aneurisma)
(Lynda Juall Carpenito, 1995).
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
8
lobus temporalis yangmerupakan area sensorik untuk impuls
pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks
penglihatan primer, menerimainformasi penglihatan dan
menyadari
sensasi warna;
2) Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan
ditutupi oleh
duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium,
yangmemisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi
utamanya adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi
dan
memperhalusgerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan
kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh;
3) Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah
medula
oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula
oblongatamerupakan pusat refleks yang penting untuk jantung,
vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan,
pengeluaran
air liur danmuntah. Pons merupakan mata rantai penghubung
yang
penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan
hemisfer
serebri danserebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek
dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa
traktus
serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf
pendengaran dan penglihatan;
4) Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus,
subtalamus,
epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun
penerimadan pengintegrasi subkortikal yang penting.
Subtalamus
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
9
fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi
pada
thalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan
gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sisi
tubuh.
Epitalamus berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar
seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan
rangsangan
dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai
ekspresi
tingkah dan emosi. (Sylvia A. Price, 1995)
b. Sirkulasi Darah Otak
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 %
konsumsi
oksigen total tubuh manusia untuk metabolismeaerobiknya.
Otak
diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna
dan arteri
vertebralis. Dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling
berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus
Willisi.
(Satyanegara, 1998)
1) Arteri karotis interpna dan eksterna bercabang dari arteria
karotis
komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis
internamasuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira
setinggi
kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media.
Arteri
serebrianterior memberi suplai darah pada struktur-struktur
seperti
nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna,
korpuskolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus
frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik
dan
korteks motorik.Arteri serebri media mensuplai darah untuk
lobus
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
10
temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.Arteria
vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi
yang
sama;
2) Arteri vertebralis memasuki tengkorak melaluiforamen
magnum,
setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri
ini
bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaristerus
berjalan
sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi
dua
membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang
sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata,
pons,
serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon.
Arteriserebri
posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian
diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis,
aparatuskoklearis dan organ-organ vestibular. (Sylvia A.
Price,
1995);
3) Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan
melalui
venula-venula (yang tidak mempunyai nama) ke vena serta di
drainaseke sinus duramatris. Dari sinus, melalui vena
emisaria
akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial. (Satyanegara,
1998).
3. Etiologi
a. Trombosit serebral.
Trombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
okulasi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
11
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan tekanan
aktivitas
simpatis pan penurunan keadaan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
sering
kali menubruk pada 48 jam setelah trombosit.
Beberapa keadaan di bawah ini yang dapat menyeabkan
trombosit
otak:
1) Aterosleosis;
2) Hiperkoagulasi pada polisietmia;
3) Arterisis (radang pada arteri);
4) Emboli.
b. Hemorargi.
Pendarahan intrakranial atau serebral yang termasuk
pendarahan
dalam ruang subaraknoid atau kedalam jaringan ke otak
sendiri.
Pendarahan ini dapat terjadi karena aterokleosis dan
hipertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan pembesaran
darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan
penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membekak, jaringan otak
tertekan,
sehingga terjadi infark otak, oedema, dan memungkin herniasi
otak
c. Hipoksia umum.
Beberapa penyebab umum yang berhubungan dengan hipoksia
umum adalah:
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
12
1) Hipertensi yang parah;
2) Henti jantung dan paru;
3) Curah jantung akibat aritmia.
d. Hipoksia setempat.
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah:
1) Spasme aerteri serebral, yang di sertai dengan pendarahan
subaraknoid;
2) Vasokontriksi arteri disertai sakit kepala migren.
3. Klasifikasi stroke
Arif muttaqin (2008) gangguan peredaran darah otak atau stroke
dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a. Stroke hemoragik.
Merupakan peredaran darah serebral dan mungkin perdarahan
subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
tertentu. Biasanya kejadian saat melakukan aktivitas atau saat
aktif,
damun bisa juga terjadi saat istirahat, kesadaran klien
umumnya
menurun. Perdarahan otak dibagi dua yaitu:
1) Perdarahan intraserebral. Pecahnya pembuluh darah
(mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk kejaringan ota, membentuk masa yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan oedema otak. Peningkatan TIK
yang terjadi cepat dapat mengakibatkan kematian mendadak
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
13
karena herniasi otak. Pendarahan intra serabral yang
disebabkan karena hipertensiyang di jumpai di daerah
putamen, talamus, dan serebelum;
2) Perdarahan subaraniod. Perdarahan ini berasal dari
pecahnya
aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal
dari pembuluh darah sirkulasi wilisi dan cabang-cabangnya
yang terdapat di luar parenkimotak. Pecahnya arteri dan
keluarnya ke rung sub arakniod menyebabkan TIK meningkat
mendadak, mereggangnya struktur peka nyeri dan vasospasme
pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global
(sakit kepala dan penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemi sensori, afasia dan lain-lain).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri pada
kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-
tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan TIK yang
mendadak juga pengakibatkan pendarahan subhialoid pada
retina vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme dapat
mengakibatkan disfungsi otak global dan fokal
b. Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemi atau emboli dan trombosis serebral,
biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atu
pagi
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
14
hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul oedema
sekunder. Kesadaran umumnya baik
4. Patofisiologi stroke
Menurut fransisca B. Baticaca (2008) Setiap kondisi yang
menyebabkan perubahan perfusi pada otak akan menyebabkan
keadaan
hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan
iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu singkat kurang
daro
10-15 menit daat menyebabkan defisit sementara dan bukan
defisit
permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama
dapat
menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infar pada
otak.
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah
otak mana yang terkena. Daerah otak yang terkena akan
menggamarkan pembuluh darah yang terkena. Pembuluh darah
yang
paling sering mengalami iskemik adalah arteri karotis interna.
Defisit
fokal permanen dapat diketahui jika klie pertama kali
mengalamiiskemik otak total yang teratasi.
Jika aliran darah ke tiiap bagian otak terhambat karena
trombus
atau emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke
jaringan
otak. Kekurangan oksigen dalam satu menit damat penunjukan
gejala
yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan
kekurangan
oksigen dalam waktu yang lebuh lama akanmenyebabkan nekrosis
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
15
mikroskopik neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis
disebut
infark.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan
pada metabolisme sel-sel neuron, dimna sel-sel neuron tidak
mampu
menyimpan glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung
dari
glukosa dan oksegen yang terdapat pada arteri-arteri menuju ke
otak.
Perdarahan intra kranial termasuk pendarahan kedalam ruang
subaraknoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Hipertensi
mengakibatkan timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh
darah
menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga menyebar
dengan
cepat dan menimbulkan pendarahan setempat serta iritasi pada
pembuluh darah otak.
Ruptur ulang mengakibatkan berhentinya aliran darah ke
bagiaan tertentu, menimbulkan iskemi fokal, dan infark jaringan
otak.
Hal tersebut dapat menimbulkan gegar otak dan kehilangan
kesadaran,
peingatan tekanan cairan serebrospinal (CSS), dan
menyebabkan
gesekan gesekan otak. Pendarahan mengisi ventrikel atau
hematoma
yang rusak jaringan otak.
Perubahan sirkularisasi GCS, obstruksi vena, adanya edema
dapat meningkatkan tekanan intrakranial yang membahayakan
jiwa
dengan cepat. Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak
diobati
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
16
mengakibatkan herniasi ulkus atau serebelum. Disamping itu,
terjadi
bradikardia, hipertensi iskemik, dan gangguan pernafasan.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi
hemodialisa, darah dapat mengiritasi pembuluh darah, meningen,
dan
otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas mendorong spasme arteri
yang
berakibat menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri atau
vasospasme bisa terjadi pada hari keempat sampai hari ke 10
setelah
terjadinya perdarahan dan menyebabkan konstriksi arteri
otak.
Vasospasme merupakan komplikasi yang mengakibatkan
terjadinya
penurunan vokal neurologis, iskemik otak, dan infark.
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
17
5. patways
Faktor pencetus
Penimbunan
lemak/kolesterol yang
meningkat dalam darah
Lemak yang sudah nekrotik
dan berdegenerasi
Menjadi kapur/ mengandung
kolesterol dengan infiltrasi
limfosit (trombus)
ateriosklerosis Pembuluh darah menjadi
kaku dan pecah Penyempitan pembulih darah
(oklusi vaskuler)
Thrombus/emboli
diserebral
Stroke non
hemoragik
Stroke hemoragik Kompresi jaringan otak
Proses metabolisme dalam
otak terganggu
↓ suplai darah dan O2 ke otak
Heriasi
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak Peningkatan TIK
Aliran darah terhambat
Eritrosit bergumpal, endtel
rusak
Cairan plasma hilang
Edema cerebral
Gangguan rasa nyaman nyeri Arteri vertebrata basilaris
Kerusakan
neurocerebrospinal N.VII
(faclalis), N.XI
(glassoferigeus)
Control otot facial/ otak
menjadi lemah
Ketidak mampuan bicara
Kerusakan artikulasi tidak
dapat berbicra
Kerusakan komunikasi verbal Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY
FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
18
6. Manifestasi klinis
Smelzer (2001) dalam yuniernawa (2014) tanda dan geala
stroke
adalah sebangai berikut :
a. Defisit lapang penglihatan
1) Homonimus hemianopsia(kehilangan setengah lapang
penglihatan)
2) Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan,
penglihatan, mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan
menilai jarak.
3) Kehilangan penglihatan perifer
Kehilangan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek
atau batas objek.
4) Diplopia
Penglihatan ganda.
b. Defisit motorik
1) Hemiparesis
Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama.
Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
2) Ataksia
Berjalan tidak mantap, dan tegak. Tidak mampu menyatukan
kaki, perlu dasar berdiro yang luas.
3) Disartia
Kesulitan dalam kata.
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
19
4) Disfagia
Kesulitan menelan.
c. Defisit verbal
1) Afaksia ekspresi
Tidak mampu membetuk kata yang dapat dipahami, mungkin
mampu bicara dalm respon kata tunggal.
2) Afasia repretif
Tidak mempu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara
tetapi tidak masuk akal.
3) Afasia global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
d. Defisit kognitif
Penderita stroke akan kehilanagan memori jangka pendek dan
panjang. Penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan
untuk
berkonsentrasi, alasan abstrak dan perubahan penilaian.
e. Definisi emosional
Penderita akan mengalami kontrol diri lbilitas emosional,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres,
depresi,
menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, serta
perasaan
isolasi.
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
20
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak oedema,
posisi henatoma, adanya jaringan otakyang infark atau
iskemia,
dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya di
dapat
hiperdens foal, kadanng pemadatan terlihat di ventrikel,
atau
menyebar ke permukaan otak.
b. UGS doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah
sistem karotis).
c. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul
dn
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls
dalam jaringan otak.
d. Pemeriksaan laboraturium
1) Lumbal fungsi : pemeriksaan likuor merah biasanya
biasanya
dijumpai pada pendarahan yang masif, sedangkan pendarahan
yang biasanya warna likuor masih normal (xantrokhrom)
sewaktu hari-hari pertama;
2) Pemeriksaan darah rutin;
3) Pemeriksaan kimia darah : pada sroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg didalam
serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali;
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
21
4) Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada
darah itu sendiri.
8. Komplikasi
Menyebutkan komplikasiStroke dapat menyebabkan:
a. Infark Serebri;
b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi
hidrosephalusnormotensif;
c. Fistula caroticocavernosum;
d. Epistaksis;
e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal.
(Irwananshari,2009)
9. Penatalaksanaan
a. Terapi konservatif dan operatif
b. Pengendalian TIK
c. Pengobatan hipertensi untuk memelihara terkanan perfusi
serebral
antara 60 sampai 70 mmHg
d. Pengendalian peningkatan TIK dilakukan hiperventilasi,
deuretika
dan kortikosteroid tetapi dapat memberikan kerugian misalnya
mudah terkena infeksi hiperglikemi, pendarahan
Pendarahan sub arachnoids:
1) Pemberian oksigenasi, ventilasi, keseimbangan elektrolit
2) Nyeri dengan oba kortikosterois, anti konvilsan
profilaksi
perlu di pertimbangkan
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
22
3) Tindakan oprasi intrakranial merupakan terapi pilihan,
tetapi
oprasi segera sesudah pedarahan berbahaya karena “retrasksi
otak” dapat menimbulkan iskemi otak .(brunner&sudarth,
2002)
B. Asuhan keperawatan stroke
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin,
pendidikan, aalamat, pekerjaan, agama, suku, bangsa, tanggal dan
jam
masuk RS nomor register, dan diagnosis
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien umtuk meminta pertolongan
kesehatan
adalah kelemahan anggota gerak sebelah kanan, bicara pelo,
sakit
kepala, dan penurunan tingkat kesadaran
c. Riwayat penyakit sekrang
Serangan stroke hemoragik biasanya berlangsung secara
mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri
kepala, mual, muntah, bahkan sering terjadi kejang sampai tak
sadar,
selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi
otak
yang lain.
Adanya penurunan atau peruahan pada tingkat kesadaran
disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan prilaku
juga
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
23
umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit dapat terjadi
letargi,
tidak responatif, dan koma.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit hipertensi, riwayat stroke sebelumnya,
diabetes
melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi
oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian pemakaian
obat-
obat yang seri g digunakan klien, seperti pemakaian obat
antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.
Adanya
riwayat merokok, penggunaan alkohol, dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung
pengkajian
riwayat sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh
dan memberikan tindakan selanjutnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat yang menderita hipertensi, diabetes
melitus, atau
adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami
gangguan bicara yaitu sulit mengerti, kadang tidak bisa
berbicara
pada TTV meningkat, dan denyut nadi bervariasi
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
24
2) B1 (brithing)
Pada inspeksi didapat klien batuk, peningkatan produksi
sputum,
sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan
frekuensi pernafasan. Auskultasi bunyi nafas tambahan
seperti
ronkhi pada klien dengan penigkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada
klien stroke dengan penurunan tingat kesadaran.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mentis,
pengkajian
inspeksipernafasan tidak ada kelaian. Palpasi stroke
didapatkan
taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak
didapatkan bunyi nafas tabahan.
3) B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuer didapatkan renjatan
(syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada stroke. Terkanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi
masif
(tekana darah >200 mmHg)
4) B3 (brain)
Stroke menyebebkan berbagai defisit neurologis, bergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat),
ukuran
area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah
kolateral
(sekinder atau asektori). Lesi otak yang rusak dapat membaik
sepenuhnya. Pengkajian B3 (brain) merupakan pemeriksaan
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
25
fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem
lainnya.
5) Pengkajia tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling
mendasar dan parameter yang paling penting yang
membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respon
terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk
disfungsi sistem persyarafan. Beberapa sistem digunakan
untuk
membat peringkat perubahn dalam kewaspadaan dan
keterhjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat klien stroke biasanya berkisar
pada
tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien stroke
sedah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting
untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi
untuk
pemantauan pemberian asuhan
6) Pengkajian fungsi serebral
Pengkajian ini meliputi mental, fungsi intelektual,
kemampuan
bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
Status mental
Observasi penampilan, tingkah laku, penilaia gaya bicara,
ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klen
stroke
tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami
peruahan.
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
26
Fungsi intelektual
Didapat penurunan dalam ingatan dan memori, baik jagka
pendek ataupun jangka panjang. Penuruan kemampuan
berhitung dan kalkulasi. Beberapa kasus pada klien mengalami
brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan
perbedaan yang tidak begitu nyata.
Kemampuan bahasa
Penuruan kemampuan bahasa tergantung daerah mana lesi yang
mempengaruhi fungsi serebral. Lesi pada daerah hamisfer yang
dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior
(area wernicke) didapat disfasia reseptif, yaitu klien tidak
dapat
memahami bahasa atau lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan
lesei pada posterior dari girus frontalis inferior (area
broca)
didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti,
tetapi
tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak
lancar.
Disartria (kesulitan berbicara), di tunjukan dengan bicara
yang
sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggug jawab untuk menghasilkan bicara. Apraksia
(ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika klien mengambil sisir
dan
berusaha untuk menyisir rambutnya.
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
27
Lobus frontal
Kerusakan fungsi kognitif dan efekpsikologis didapatkan jika
kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas,
memori,
atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin
rusak.
Disfungsi ini dapat di tunjukan dalam lapangan perhatian
terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang
motivasi, yang menyebabkan klien ini mengalami masalah
frustasi dalm program rehabilitasi mereka. Depresi
umumterjadi
dan mungkin di perberat oleh respon alamiah terhadap klien
penyakit katastrofik ini. Masalah psikolog lain juga umum
terjadi dan dimanifestasikan oleh emosi yang labil,
bermusuhan,
frustasi, dendam, dan kurang kerjasama.
Hemisfer
Stroke hemisfer kanan didapatkan hemiparese sebelah kiri
tubuh, penilaian penilian buruk dam mempunyai kerentanan
terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke
sisi
yang berlawanan yang berlawanan tersebut. Pada hemisfer kiri
mengalami hemiparase kanan, prilaku lambat dan sangat hati-
hati, kelaian kelainan bidang kanan disfagia gobal, dan
mudah
frustasi.
7) Pengkajian saraf kranial
a) Saraf I. Biasaya pada klien stroke tidak ada kelaian pada
fusngsi penciuman
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
28
b) Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras
sensori primer diantara mata dan korteks visual. Gangguan
hubungan visual spasial (mendapatkan hubungan dua atau
lrbih objek dalam area spesial) yang sering terlihat pada
klien hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai
pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
mencocokan
c) Saraf III, IV, dan IV. Jika akibat stroke mengakibatkan
paralisis, pada pada satu sisi otot-otot okularis di
dapatkan
penurunan kemampuan gerakan konjugat uni lateral disisi
yang sakit.
d) Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan
paralisis saraf trigeminus, penurunan kemampuan koordinasi
gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi
ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot ptiregoideus
internus dan eksternus.
e) Saraf VII. Persesi pengecapan dalam batas normal, wajah
aseimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang
sehat
f) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan
tuli
persepsi
g) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan
kesulitan membuka mulut.
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
29
h) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot strenokleidomastoideus
dan
trapezsieus
i) Saraf XII. Lidah simetris terdapat deviasi atau sisi dan
fasikulasi serta indra pengecapan normal
8) Pengkajian sistem motorik
Stroke adalah penyakit saraf motori atas (UMN) dan
mengakiatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan
motorik. Oleh karena UMN bersilangan, gangguan kontrol
motor volunter pada salah satu tubuh dapat menunjukan
kerusakan pada UMN di sisi yang berlawanan dari otak
a) Inspeksi umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada
salah
satu sisi) karen lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satu tubuh adalah tanda
yang lain
b) Fasikulaso. Didapat pada otot-otot ekstremitas
c) Tonus otot. Didapat meningkat
d) Kekuatan otot. Pada penilaian dengan menggunakan tingkat
kekuatan otot pada sisi sakit didapat dengan tingkat 0
e) Keseimbangan dan koordinasi. Didapatkan mengalami
gangguan karena hemiparese
9) Pengkajian refleks
Pemeriksaan refleks terdiri atas pemeriksaan refles profunda
dan
pemeriksaan refleks patologis
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
30
a) Pemeriksaan refleks profunda. Pengetukan pada tendon,
ligamentum atau periosteum derajat refleks pada respns
normal
b) Pemeriksaan refleks patologis. Pad fase akut refleks
fisiologis
sisi yanglumpuh akan menghilan. Setelah beberapa hari
refleks fisiologis akan muncul kembali didahului refleks
patologis
10) Pengkajian sistem sensorik
Daat terjadi hemihipestesi. Pada persepsi ketidakmampuan
untuk menginterpretasikan sensasi. Disfungsi persepsi visual
karena gangguan jaras sensori primer diantara mata dan
korteks
visual.
Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan dua hubungan
atau lebih objek dalam are spesial) sering terlihat pada
klien
dengan hemipleigia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai
pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
mencocokan pakaian ke bagian tubuh.
Kehilangan sensori karena stroke berupa kerusakan sentuhan
ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan
proriosepsi
(kemampuan untuk merakasakan posisi dan gerakan bagian
tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimulasi
visual, taktil, dan auditorius.
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
31
11) B4 (bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung keih karena kerusakan kontrol motorik
dan postural. Kadang sfingter urine eksternal hilang atau
berkurang. Selam priode ini, dilakukan kateterisasi
intermiten
dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut
menunjukan kerusakan neurologis rusak.
12) B5 (bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah di
sebabkan oleh peninkatan produksi asam lambung sehingga
menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik
usus.
Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukan
kerusakan neurologis luas.
13) B6 (bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena
neuron
motor atas menyilang gangguan kontrol motor volunter pada
sisi
yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum
adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena
lesi
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
32
pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau keleahan
salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit,
jika
klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan kekurangan
cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga
dikaji
tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi, serta mudah
lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
g. Pemeriksaan diagnostik
1. CT scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak oedema,
posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau
iskemia,
dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya di
dapat
hiperdens foal, kadanng pemadatan terlihat di ventrikel,
atau
menyebar ke permukaan otak.
2. UGS doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah
sistem karotis).
3. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul
dn
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls
dalam jaringan otak.
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
33
4. Pemeriksaan laboraturium
a) Lumbal fungsi : pemeriksaan likuor merah biasanya
biasanya
dijumpai pada pendarahan yang masif, sedangkan pendarahan
yang biasanya warna likuor masih normal (xantrokhrom)
sewaktu hari-hari pertama
b) Pemeriksaan darah rutin
c) Pemeriksaan kimia darah : pada sroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam
serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali
d) Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada
dara
itu sendiri
h. Pengkajian penatalaksanaan medis
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda
vital
dengan melakukan kegiatan sebagai berikut :
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan
pengisapan lendir dengan sering dan oksigenasi, jika perlu
lakukan
trakeostomi, membantu pernafasan
2. Mengendalikan tenakan darah berdasarkan konsisi klien,
termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi
3. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
4. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai
kateter
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
34
5. Menempatkan klien dalam posisi yang tepat, harus
dilakukan
secepat mungkin klien
6. Pengobatan konsevatif
a) Vasodilator meningkat aliran darah serebral secara
percobaan,
tapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat memktikan
b) Dapat diberikan histamin, aminophilin, astezolamid,
papaverin
intra arterial.
c) Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit
memainkan peran sangat penting dalam pembentukan trombus
dam embolisasi. Anti gergasi trombosit seperti aspirin
digunakan untuk menghambat reaksi agregasi trombosit yang
terjadi sesudah ulserasi alteroma
d) Antikoagulan dapat di resepkan untuk mencegah terjadinya
trombosit atau embilisasi dari tempat lain dalam sistem
kardiovaskuler
7. Pengobatan pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral
a) Endostektomi karotis membentuk kembali arteri karotis,
yaitu dengan membuka arteri karotis di leher
b) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan
dan manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIK
c) Evaluasi bekuan darah dilakukan stroke akut
d) Ugasi rteri karotis komunis di leher pada aneurisma
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
35
2. Diagnosis keperawatan
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan ke otak
berhubungan
penurunan suplai darah dan O2 ke otak.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan
TIK.
c. Hambatan komunikasi verbal berhubungan kerusakan
artikulasi
tidak dapat berbicara.
3. Intervensi
a. Kerusakan perfusi jaringan ke otak berhubungan dengan
penurunan
suplai O2 dan darah ke otak.
Tujuan: dalam waktu 2 X 24 jam perfusi jaringan ke otak
dapat
tercapai optimal
Kriteria hasil:
1) Klien tidak menunjukan perburukan lebih lanjut atau
pengulanga kejadian defisit
2) GCS 4, 5, 6, pupil isokor, refleks cahaya (+), tanda
vital
normal
3) Nadi : 60-100x/m
Suhu : 36-37oc
RR : 16-20x/m
Intervensi
a) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang sebab
peningkatan
TIK dan akibatnya
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
36
b) Posisikan pasien dengan kepala sedikit ditinggikan dalam
posisi
netral.
c) Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS
d) Monitor TTV
e) Monitor input dan output
f) Bantu klien untuk mematasi muntah, batuk.
g) Anjurkan pasien untuk mengeluarkan nnafas apabila
bergerak
atau berbalik di temapat tidur
h) Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan
berlebihan
i) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
j) Kolaborasi : berikan cairan infus dengan perhatian yang
ketat
k) Monitor AGD bila di perlukan
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan
TIK.
Tujuan: dalam waktu 2X24 jam klien dapat mengontrol nyeri
Kriteria hasil: dapat menunjukan dan melaporkan nyeri
Intervensi
a) Kaji KU pasien an monitor tanda-tanda vital
b) Kaji nyeri pasien
c) Berikan posisi yang nyaman dari pasien
d) Ajarkan latihan teknik relaksasi dan distraksi
e) Latih pasien untuk teknik relaksasi dan belajar mandiri
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
37
c. Hambatan komunikasi verbal berhubungan kerusakan
artikulasi
tidak dapat berbicara
Tujuan: dalam waktu 2X24 jam dapat berkomunikasi sesuai
dengan keadaannya
Kriteria hasil: mengindikasikan pemahaman tentang masalah
komunikasi, menetapkan metode komunikasi yang dapat
mengekspresikan kebutuhan, menggunakan sumber dengan tepat
Intervensi
a) Beri catatan di ruang jaga perawat dan kamar klien
tentang
gangguan bicara. Beri bel panggilan khusus jika perlu
b) Antisipasi dan berikan kebutuhan klien.
c) Bicara secara langsung dengan klien, bicara secara
perlahan
dan jelas
d) Bicara dengan volume normal dan hindari bicara terlalu
cepat
4. Implementasi
a. Resiko perfusi jaringan ke otak berhubungan dengan
penurunan
suplai darah dan O2 ke otak
Implementasi:
1) memberikan penjelasan kepada keluarga tentang sebab
peningkatan TIK dan akibatnya
2) membaringkan klien dengan posisi tidur terlentang tanpa
bantalan
3) Memonitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
38
4) Memonitor TTV
5) Memonitor input dan output
6) Memposisikan pasien dengan kepala sedikit ditinggikan
dalam
posisi netral.
7) Membantu klien untuk mematasi muntah, batuk. Anjurkan
pasien untuk mengeluarkann nafas apabila bergerak atau
berbalik di temapat tidur
8) menganjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan
berlebihan
9) menciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
10) mengkolaborasi : berikan cairan infus dengan perhatian
yang ketat
11) Memonitor AGD bila di perlukan
b. Gangguan rasa nyaman nyeri
Implementasi:
1) Mengkaji KU pasien dan monitor tanda-tanda vital
2) Mengkaji nyeri pasien
3) Memberikan posisi yang nyaman dari pasien
4) Mengajarkan latihan teknik relaksasi dan distraksi
5) Melatih pasien untuk teknik relaksasi dan belajar mandiri
d. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
artikulasi tidak dapat berbicara.
Implementasi:
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
39
a) Memberikan catatan di ruang jaga perawat dan kamar klien
tentang gangguan bicara. Beri bel panggilan khusus jika
perlu
b) Mengantisipasi dn berikan kebutuhan klien.
c) Berbicara secara langsung dengan klien, bicara secara
perlahan
dan jelas
d) Berbicara dengan volume normal dan hindari bicara terlalu
cepat
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah respon pasien terhadap terapi
dan
kemajuan yang megarah pada pencapaian hasil yang diharapkan
(carpenito, 2009). Evaluasi yang penulis lakukan adalah
membandingkan anatara tujuan yang ingin di capai dengan
hasil
nyata. Gambaran umum keadaan pasien diakhir penerapan proses
keperawatan adalah sebagai berikut:
Untuk diagnosa pertama dengan kriteria hasil klien tidak
gelisah, tidak
ada keluhan nyeri kepala GCS E: 4, V: 5, M: 6, TTV normal
TD:
120/80mmHg, N: 60-100x/m, suhu: 36-37oc, RR: 16-21x/m. Data
subjekyif: pasien mengatakan pusing berkurang. Data objektif:
TD
140/80mmHg, N: 80x/m, 20x/m, suhu: 36oc, sehingga masalah
keperawatan teratasi sebagian dan penulis akan memodifikasi
planning yaitu dengan memberikan ruangan dan suasana yang
tenang
dan nyaman dengan membatasi pengunjung, tidak membiarkan
semua
keluarga menemani pasien.
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
40
C. Penerapan metode posisi tidur 30o pada pasien stroke untuk
mengurangi
tingkat nyeri akibat perubahan perfusi jaringan serebral tidak
efektif
1. Patofisiologi nyeri
Patofisiologi nyeri ini dapat digambarkan sebagai berikut
:Reseptor
nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujung-ujung saraf
bebas
yang berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan
mekanis,
deformasi, suhu yang ekstrim, dan berbagai bahan kimia. Pada
rangsangan
yang intensif, reseptor-reseptor lain misalnya badan Pacini dan
Meissner
juga mengirim informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri.
Zat-zat kimia
yang memperparah nyeriantara lain adalah histamin, bradikini,
serotonin,
beberapa prostaglandin, ion kalium, dan ion hydrogen.
Masing-masing zat
tersebut tertimbun di tempat cedera, hipoksia, atau kematian
sel.
Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat
A delta,
nyeri lambat (slow pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat
C
lambat.Serat-serat C tampak mengeluarkan neurotransmitter
substansi P
sewaktu bersinaps di korda spinalis. Setelah di korda spinalis,
sebagian
besar serat nyeri bersinaps di neuron-neuron tanduk dorsal dari
segmen.
Namun, sebagian serat berjalan ke atas atau ke bawah beberapa
segmen di
korda spinalis sebelum bersinaps. Setelah mengaktifkan sel-sel
di korda
spinalis, informasi mengenai rangsangan nyeri dikirim oleh satu
dari dua
jaras ke otak -traktus neospinotalamikus atau traktus
paleospinotalamikus.
Informasi yang di bawa ke korda spinalis dalam serat-serat A
delta di
salurkan ke otak melalui serat-serat traktus neospinotalamikus.
Sebagian
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
41
dari serat tersebut berakhir di reticular activating system
danmenyiagakan
19individu terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian besar berjalan
ke
thalamus. Dari thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks
sensorik
somatiktempat lokasi nyeri ditentukan dengan pasti. Informasi
yang
dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat C, dan sebagian oleh
serat A
delta, disalurkan ke otak melalui serat-serat traktus
paleospinotalamikus.
Serat-serat ini berjalan ke daerah reticular dibatang otak, dan
ke daerah
di mesensefalon yang disebut daerah grisea periakuaduktus.
Serat-serat
paleospinotalamikus yang berjalan melalui daerah reticular
berlanjut untuk
mengaktifkan hipotalamus dan system limbik. Nyeri yang di bawa
dalam
traktus paleospinotalamik memiliki lokalisasi difus dan
menyebabkan
distress emosi berkaitan dengan nyeri.
2. Posisi 30o
Posisi kepala 30o merupaka posisi untuk mrnaikkan kepala dari
tempat
tidur sekitar 30o
dan posisi tubuh dalam keadaan sejajar (bahrudin
2008)
3. Alasan menggunakan terapi posisi 30o
Mengatur posisi klien pada posisi elevasi atau 30o untuk
meningkatkn
venous drainage dari kepala dan elevasi kepala dapat menurunkan
tekanan
sarah sistemik, mungkin dapat dikompreomi oleh tekanan perfusi
serebral.
Pemberian posisi miring 30 derajat bertujuan untuk membebaskan
adanya
tekanan sebelum terjadi iskemia jaringan dan luka tekan pun
tidak akan
pernah berkembang.
Penerapan Posisi Tidur..., MIRANTY FIRST DINI AGUSTIN, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2018