Top Banner
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Film Industri film adalah industri binis, predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang di produksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film adalah bisnis yang memberi keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang yang sering kali, demi uang keluar dari kaidah artistik film itu sendiri (Ardianto, 2004:134) Film merupakan sebuah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 2003: 134). Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi.Pesan dalam film menggunakan mekanisme lambang-lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya (Rizal, 2003) Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film
22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

Nov 13, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemahaman Tentang Film

Industri film adalah industri binis, predikat ini telah menggeser

anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang

di produksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang

bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun

pada kenyataannya adalah bentuk karya seni, industri film adalah bisnis

yang memberi keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang yang

sering kali, demi uang keluar dari kaidah artistik film itu sendiri

(Ardianto, 2004:134)

Film merupakan sebuah media komunikasi yang bersifat audio

visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang

berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 2003: 134). Pesan film pada

komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film

tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai

pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi.Pesan dalam film

menggunakan mekanisme lambang-lambang yang ada pada pikiran

manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya

(Rizal, 2003)

Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh

terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio

visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

7

mampu bercerita banyak dalam waktu singkat. Ketika menonton film

penonton seakan-akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat

menceritakan kehidupan dan bahkan dapat mempengaruhi audiens (Denis

McQuail, 2004:72).

Menurut Himawan Pratista, (2008: 1) sebuah film terbentuk dari

dua unsur, yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Unsur naratif

berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak

mungkin lepas dari unsur naratif dan setiap cerita pasti memiliki unsur-

unsur seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya-lainnya.

Seluruh elemen tersebut membentuk unsur naratif secara keseluruhan.

Aspek kausalitas bersama unsur ruang dan waktu merupakan elemen-

elemen pokok pembentuk suatu narasi.

Michael Rabiger (2009:8) menggambarkan hal yang serupa

tentang film. Setiap film bersifat menarik dan menghibur, serta membuat

para audiens berpikir. Setiap hasil karya yang ada bersifat unik dan

menarik sehingga ada banyak cara yang dapat digunakan dalam suatu film

dokumenter untuk menyampaikan ide-ide tentang dunia nyata.

Sebuah film dianggap berhasil berkomunikatif secara baik jika

berhasil menyampaikan pesan secara mengesankan, dan contoh adegan

yang dramatis dan sangat menyentuh. Apabila penyampaian pesan dalam

sebuah film dapat mempengaruhi khalayaknya, maka isi pesan dari sebuah

film juga berdampak pada masyarakat pula. Hal ini bisa dilihat dari

sejumlah penelitian film yang mengambil berbagai topik seperti pengaruh

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

8

film terhadap anak, film dan agresivitas, dan masih banyak lagi. Bahkan,

film juga bisa digunakan sebagai sarana multimedia yang sangat efektif

untuk bisa merangsang perenungan filosofis (Danesi, 2010: 134)

Sebagai suatu media komunikasi dan seni, nilai film lebih mudah

menyajikan suatu hiburan dari pada bentuk komunikasi lainnya. Hal ini

dapat dilihat dari sifatnya yang ringan dan menitik beratkan pada „estetika‟

dan „etika‟. Pada dasarnya film memiliki nilai hiburan dan artistik. Hampir

semua film dalam beberapa hal bermaksud untuk menghibur, mendidik

dan menawarkan rasa keindahan. Menurut Himawan Pratista (2008), ada

beberapa jenis film diantaranya yaitu :

a. Film cerita (Story Film).

Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang

dikarang atau dimainkan oleh actor dan aktris. Film cerita ini bias

berupa film drama, horror, komedi, musical, fiksi , ilmiah dan lain

sebagainya.

b. Film berita.

Film berita atau news real adalah film mengenai fakta atau peristiwa

yang benarbenar terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang

disajikan kepada public harus mengandung nilai berita (news value).

Proses pembuatan dan penyajian film berita memerlukan waktu yang

cukup lama, maka suatu berita harus bersifat aktual.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

9

c. Film documenter (Dokumentary Film).

Film documenter hanya merekam kejadian tanpa diolah lagi,

misalnya dokumentasiperistiwa perang, upacara kenegaraan, film

documenter mengandung fakta dan mengandung subyektifitas

pembuat.subyektifitas diartikan sebagai sikp atau opini terhadap

peristiwa.

d. Film kartun.

Film kartun atau film animasi adalah suatu sequence gambar yang

diekspos pada tenggang waktu tertentu sehingga tercipta sebuah ilusi

gambar bergerak.

Menurut Danesi (2010: 134), film memiliki tiga kategori

utama, yaitu: film fitur, film animasi, dan dokumentasi. Film fitur

merupakan karya fiksi yang strukturnya selalu berupa narasi. Film

animasi adalah teknik pemakaian film untuk menciptakan ilusi

gerakan dari serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi.

Pembagian film secara umum menurut Himawan Prastisa

(2008: 4), ada tiga jenis film, yakni: dokumenter, fiksi, dan

eksperimental. Film fiksi memiliki struktur naratif (cerita) yang jelas

sementara film dokumenter dan eksperimental tidak memiliki

struktur naratif. Secara konsep, film dokumenter memiliki konsep

realism (nyata) yaitu sebuah konsep yang berlawanan dengan film

eksperimental yang memiliki konsep formalism (abstrak). Film fiksi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

10

juga dapat dipengaruhi oleh film dokumenter atau film eksperimental

baik secara naratif maupun sinematik (Himawan Prastisa, 2008:4).

Menurut Alvin A Goldberg dan Larson meneyebutkan bahwa

film dalam pandangan ilmu komunikasi ialah merupakan media pada

prosesnya telah diuraikan dalam bentuk dramaturgi, akting dan

dialog oleh para tokoh dan pemain, namun untuk lebih memahami

pengertian antara kedudukan media komunikasi dan komunikasi

massa,kita dapat melihatnya pada bagian tentang lingkup komunikasi

(Alvin A Goldberg dan Larson ,2011).

Sebagai argument penguat dalam upaya untuk memetakan isi

pesan dalam sebuah film, analisa Isi sangat berguna dalam analisis

projective personality test seperti penggunaan Rorschach Test dan

Thematic Apperception Test. Respon yang diberikan oleh subyek

atas tes tersebut dapat dijelaskan dengan analisis isi untuk

mengetahui karakteristik yang menunjukkan kebiasaan seseorang

dalam lingkup sosial masyarakat yang mengelilinginya, tergantung

pada pesan dan citra apa yang ingin dibangun dimana film itu dibuat

(Alvin A Goldberg dan Larson ,2011).

2.2 Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Film merupakan salah satu alat komunikasi massa, tidak bisa kita

pungkiri antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam

kajian para ahli komunikasi. Menurut Elvinaro Ardianto (2009) film

merupakan alat komunikasi massa yang muncul kedua di dunia, masa

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

11

pertumbuhanya pada akhir abat ke-19. Munculnya film didunia membuat

perkembangan surat kabar menjadi merosot di karnakan munculnya film di

dunia.

Dengan ini film lebih mudah untuk menjadi sebuah alat komunikasi

yang sejati, karna dalam film ditak mengalami unsur teknik, politik, ekonomi,

social dan demografi yang mirintangi kemajuan surat kabar pada masa

pertumbuhannya pada abat-18 dan permulaan abat-19. Film mencapai masa

puncaknya di antara perang dunia I dan perang dunia II, dan merosot tajam

pada tahun 1945, seiring dengan munculnya medium televisi. Seiring dengan

kebangkitan film muncul pula film-film yang mengumbar seks, criminal dan

kekerasan. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak sekmen social,

membuat yakin kepada para ahli untuk mempengaruhi halayaknya (Sobur,

2004)

Film mempunyai kemampuan untuk menarik kemampuan orang dan

sebagian lagi didasari alas an bahwa film memiliki kemampuan mengantar

pesan secara unik. Terlepas dari dominasi penggunaan film sebagai alat

hiburan dalam sejarah film, tampaknya ada pengaruh yang menyatu dan

mendorong kecenderungan sejarah menuju ke penerapannya didaktik-

propagandis, atau dengan kata lain bersifat manipulative. Film pada dasarnya

memang mudah dipengaruhi oleh tujuan manipulative, karna film memerlukan

penanganan yang lebih sungguh-sungguh dan kontruksi yang lebih artificial

pula (melalui manipulasi) dari pada media lain (Denis, 1987).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

12

Film lahir di penghujung abad ke-19 sebagai bentuk dari perkembangan

teknologi yang diciptakan oleh Thomas Alva Edison dan Lumiere Bersaudara

yang kemudian disebut gambar bergerak (motion picture) alias film. Film juga

semakin mengekalkan apa yang telah dilakukan manusia selama beribu-ribu

tahun, yakni menyampaikan kisah, yang diceritakan tentu saja perihal kehidupan.

Eric Sasono menulis, dibandingkan media lain, film memiliki kemampuan untuk

meniru kenyataan sedekat mungkin dengan kenyataan sehari-hari (Irwansyah,

2009 : 12).

Dampak film terhadap masyarakat hubungan antara film dan masyarakat

selalu dipahami secara linier. Artinya film selalu mempengaruhi dan

membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan dibaliknya tanpa pernah

berlaku sebaliknya. Film selalu merekam realitas yang berkembang dan

tumbuh dalam masyarakat dan kemudian memproyeksikannya keatas layar.

Pada umumnya film dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk

berbagai system tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai

efek yang diharapkan.

Pada dasarnya, sebuah film diproduksi untuk konsumsi massal. Sejalan

dengan media komunikasi massa lainnya, film memiliki beberapa fungsi

komunikasi, yang menurut Lasswell dalam Effendy (1999:27) yaitu:

1. The surveillance of the enfironment. Artinya media massa berfungsi

sebagai pengamatan terhadap lingkungannya. Media massa

mengumpulkan informasi berbagai kejadian dan peristiwa dari berbagi

sumber, lalu menginformasikannya kepada masyarakat.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

13

2. Correlations of the comppnents of society in making response to the

environment. Artinya berbagai iformasi yang diperoleh media massa,

tidak serta merta langsung diberikan secara kesuluruhan kepada

masyrakat. Terlebih dulu media massa melakukan proses seleksi terhadap

informasi tersebut, mengenai apa yang pantas dan perlu disiarkan.

3. Transmission of the social inteherence. Artinya media massa mencoba

atau mewariskan sesuatu ilmu pengetahuan, nilai dan norma yang

terdapat dalam masyarakat tertentu, dari generasi ke generasi selanjutnya.

2.3 Tema Film (Genre)

Menurut Baksin, (2003:45) tema film dapat terbagi menjadi lima dan

dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Drama

Tema ini lebih menekankan pada sisi human interest yang bertujuan

mengajak penonton ikut merasakan kejadian yang dialami tokohnya,

sehingga penonton merasa seakan-akan berada di dalam film tersebut.

Tidak jarang penonton yang merasakan sedih, senang, kecewa, bahkan

ikut marah

2. Action

Tema action mengetengahkan adegan-adegan perkelahian, pertempuran

dengan senjata, atau kebutkebutan kendaraan antara tokoh yang baik

(protagonis) dengan tokoh yang jahat (antagonis), sehingga penonton

ikut merasakan ketegangan, was-was, takut, bahkan bisa ikut bangga

terhadap kemenangan si tokoh.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

14

3. Komedi

Tema film komedi intinya adalah mengetengahkan tontonan yang

membuat penonton tersenyum, atau bahkan tertawa terbahak-

bahak.Film komedi berbeda dengan lawakan, karena film komeditidak

harus dimainkan oleh pelawak, tetapi pemain biasa pun bisa

memerankan tokoh yang lucu

4. Tragedi

Film yang bertemakan tragedi, umumnya mengetengahkan kondisi atau

nasib yang dialami oleh tokoh utama pada film tersebut.Nasib yang

dialami biasanya membuat penonton merasa kasihan / prihatin / iba.

5. Horor

Film bertemakan horor selalu menampilkan adegan-adegan yang

menyeramkan sehingga membuat penontonnya merinding karena

perasaan takutnya. Hal ini karena film horor selalu berkaitan dengan

dunia gaib / magis, yang dibuat dengan special affect, animasi, atau

langsung dari tokoh-tokoh dalam film tersebut.

2.4 Pesan dalam Film

Pesan adalah setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan

maupun tertulis, yang dikirimkan dari satu orang ke orang lain. Pesan menjadi

inti dari setiap proses komunikasi yang terjalin. Agar pesan dapat diterima dari

pengguna satu ke pengguna lain, proses pengiriman pesan memerlukan sebuah

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

15

media perantara agar pesan yang dikirimkan oleh sumber dapat diterima

dengan baik oleh penerima. Dalam proses pengiriman tersebut, pesan harus

dikemas sebaik mungkin untuk mengatasi gangguan yang muncul dalam

transmisi pesan, agar tidak mengakibatkan perbedaan makna yang diterima

oleh penerima. Dalam penelitian ini yang perlu dibahas adalah pesan karna

pesan termasuk komponen komunikasi. Pesan merupakan salah satu

komponen dalam kamunikasi yang harus dipenuhi, selain komunikator dan

komunikan. Karna dalam komunikasi kalau salah satu dari ketiga komponen

ini tidak ada maka kerja komunikasi tidak akan bisa berjalan dengan

maksimal. roses penyampaian pesan, cara, atau teknik penyampaian pesan

merupakan salah satu indikator bagi keberhasilan aktivitas komunikan.

Dalam penyampaian pesan yang efektif, sebaiknya pesan yang

disampaikan komunikator dapat menghasilkan feedback, maka harus memiliki

kriteria-kriteria sebagai berikut (Effendy, 1993:226-227). Pesan yang hendak

disampaikan harus disusun secara sistematis. Untuk menyusun sebuah pesan,

baik berupa pidato maupun percakapan, maka harus mengikuti urutan-urutan,

misal an dalam bentuk tulisan, maka ada pengantar, pernyataan, argumen, dan

kesimpulan. Sedangkan dalam retorika, urutan-urutannya sebagaimana saran

Aristoteles dikembangkan menjadi enam macam, yaitu urutan deduktif,

induktif, krono-logis, logis, spesial, dan topikal. Dalam hal ini, penulis

memilih urutan topikal, yaitu bahwa pesan komunikasi hendak-nya disusun

berdasarkan topic pembi-caraan, dimulai dari yang penting kepada yang

kurang penting, dari yang mudah kepada yang sukar, dari hal-hal yang dikenal

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

16

ke hal-hal yang asing. Allan H. Monroe membuat teknik penyusunan pesan

yang kemudian disebut “motivated sequence” (Suprapto : 1994:42) dan ini

merupakan teknik penyusunan pesan paling terkenal dan paling awal ia

lakukan, yaitu :

a. Attention (perhatian).

b. Need (kebutuhan).

c. Satisfaction (kepuasan).

d. Visualization (visualisasi)

e. Action (tindakan)

Menurut pendapat Monroe (2003), jika kita ingin mempengaruhi

orang lain, maka terlebih dahulu merebut perhatiannya, kemudian

membangkitkan kebutuhannya, berikan petunjuk pada orang tersebut

bagaimana cara memuaskan kebutuhan tersebut, kemudian berikan

gambaran dalam fikirannya mengenai keuntungan dan kerugian yang akan

ia peroleh apabila menerapkan atau tidak menerapkan gagasan kita, pada

akhirnya berilah dorongan kepadanya agar ia mau mengambil tindakan.

1. Pesan yang disampaikan komunikator harus mampu menarik perhatian

komunikan.

Menurut Monroe (2003), pesan yang menarik adalah pesan yang

memiliki keterkaitan dengan sesuatu yang dibutuhkan komunikan

sekaligus memberikan caracara untuk mendapatkan kebutuhan tersebut.

Jika pesan tidak terkait dengan kebutuhan komunikan, terlebih tidak

memberikan cara bagaimana mendapatkan kebutuhan yang dimaksudkan,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

17

maka pesan yang disampaikan komunikator itu dianggap tidak penting,

dan karena dianggap tidak penting maka komunikan tidak akan

memperhatikan pesan tersebut. Oleh karenanya, sebelum menyampaikan

pesan komunikasinya, komunikator hendaknya melakukan identifikasi

kebutuhan yang diinginkan audience (komunikan).

Disamping itu, komunikan juga akan tertarik dengan pesan-pesan

yang memberikan solusi bagaimana cara memecahkan masalah yang

sedang dialaminya. Terlebih jika permasalahan tersebut pernah dialami

langsung oleh komunikator, dan berhasil diatasinya. Maka solusi

pemecahan masalah itu akan dianggap sebagai sesuatu yang penting dan

menarik oleh komunikan. Disini perlu adanya upaya identifikasi

permasalahan oleh komunikator sebelum menyampaikan pesan

komunikasinya kepada audience.Pada ranah ini, komunikator seringkali

mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi permasalahan di

lapangan.Kesulitan mengindentifikasi permasalahan itu disebabkan oleh

faktor budaya, factor psikologis, dan sebagainya (Suprapto : 2006)

2. Pesan harus mudah difahami oleh komunikan.

Dalam menyampaikan pesan ini biasanya dipengaruhi oleh factor

semantis, yakni menyangkut penggunaan bahasa sebagai alat untuk

menyalurkan fikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan. Agar

komunikasi berjalan lancar, maka gangguan semantic ini harus

diperhatikan oleh komunikator, sebab jika terjadi kesalahan ucap atau

kesalahan tulis, maka akan menimbulkan salah pengertian (mis-

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

18

understanding), atau salah tafsir (mis-interpretation), yang pada gilirannya

dapat menimbulkan salah komunikasi (mis-communication). Salah ucap

seringkali disebabkan oleh terlalu cepatnya komunikator dalam

menyampaikan pesan. Maksud komunikator ingin mengatakan “kedelai”,

tapi yang terucap “keledai”, “demokrasi” menjadi “demonstrasi”,

“partisipasi” menjadi “partisisapi”. Terkadang, gangguan semantis bisa

juga disababkan oleh aspek antropologis, yaitu kata-kata yang sama

bunyinya dan tulisannya, tetapi mempunyai makna yang berbeda, seperti

“Atos” bahasa Sunda berbeda dengan “Atos” bahasa Jawa. “Rampung”

Sunda lain dengan “Rampung” Jawa, dan sebagainya. Komunikator dalam

menyampaikan pesannya terkadang menggunakan

Istilah-istilah yang mengandung pengertian konotatif (mengandung

makna emosional atau evaluative disebabkan oleh latar belakang

kehidupan dan pengalaman se-seorang), sehingga menimbulkan salah

tafsir pada diri komunikan. Agar komunikasi berjalan efektif, bahasa yang

digunakan sebaiknya yang mengandung pengertian denotatif (mengandung

makna seperti yang tercantum dalam kamus dan diterima secara umum

oleh kebanyakan orang yang memiliki kesamaan budaya dan bahasanya).

Pesan yang disampaikan dalam film seharusnya dapat

menimbulkan dampak – dampak yang dapat mempengaruhi dan

menimbulkan efekefek tertentu.Hal ini dapat dilihat dari sejumlah

penelitian yang telah dilakukan seperti pengaruh tayangan film terhadap

anak. Dalam sebuah media massa termasuk juga media film, semua pesan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

19

yang terkandung dapat ditangkap dan dipahami dengan cara

menganalisanya. Pada dasarnya studi media massa mencakup pencarian

pesan dan makna yang terdapat didalamnya (Suprapto : 2006)

2.5 Pemahaman Tentang Kekerasan

Adegan Kekerasan

Program siaran yang membenarkan kekerasan dan sadisme sebagai hal

yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Adegan yang melanggar

diantaranya adalah menampilkan secara detil (big close up, medium close up,

extreme close up) korban yang berdarah-darah, menampilkan adegan

penyiksaan secara close up dengan atau tanpa alat (pentungan/pemukul,

setrum, benda tajam) secara nyata. Adegan kekerasan ini bisa disebut dengan

action. yang berisi pertarungan fisik antara tokoh protagonist dengan

antagonis.

Dalam setiap adegan-adegan yang muncul sering kali tedapat adegan

pertarungan dengan suasana dramatis. Kemudian alur cerita akan terus

bergerak dengan menyuguhkan adegan yang menegangkan antara kelompok

satu dengan yang lain. Adegan -adegan ini membuat cerita lebih dramatis,

maka konflik antara tokoh protagonis dan antagonis akan dikembangkan

dengan memunculkan adegan pertarungan fisik. Disitulah adegan/aktion akan

muncul dari genre film. Aksi memberikan keterangan mengenai aktifitas yang

terjadi pada setiap scene termasuk informasi mengenai keadaan psikologis

dari setiap karakter, lingkungan, suasana, dan tingkah laku tokohnya. Yang

paling sering didengar adalah istilah acting dan aksi. Acting adalah sebuah

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

20

proses pemahaman dan penciptaan tentang perilaku dan karakter pribadi dari

seseorang yang diperankan. Aksi adalah gerak pemeran, yang terjadi dalam

suatu adegan.

Pengertian kekerasan sendiri adalah penggunaan kekuatan fisik dan

kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap dirisendri, perorangan atau

sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan

besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan

perkembangan atau perampasan hak. Secara fisiologis, Fenomena kekerasan

merupakan sebuah gejala kemunduran hubungan antarpribadi, dimana orang

tidak lagi bisa duduk bersama untuk memecahkan masalah. Hubungan yang

ada hanya diwarnai dengan ketertutupan, kecurigaan dan ketidakpercayaan.

Dalam hubungan sepertiini, tidak ada dialog, apalagi kasih. Semangat

mematikan lebih besar daripada semangat melindungi. Memahami tindak-

tindak kekerasan di Indonesia yang dilakukan orang satu sama lain atau

golongan satu sama lain dari perspektif ini, terlihat betapa masyarakan

sekarang semakin jauh dari menghargai dialog dan keterbukann.

Permasalahan social biasa bisa meluas kepada penganiyaan dan pembunuhan.

Toko, rumah ibadah, kendaraan yang tidak ada sangkut pautnya dengan

munculnya masalah, bisa begitu saja menjadi sasaran amuk massa.

Secara teologis, kekerasan diantara manusia merupakan akibat dari dosa

dan pemberontakan manusia. Kita tinggal dalam suatu dunia yang bukan saja

tidak sempurna, tetapi lebih menakutkan, dunia yang berbahaya. Orang bisa

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

21

menjadi berbahaya bagi sesamanya. Mulai dari tipu muslihat, pemerasan,

penyerangan, pemerkosaan, penganiyaan, pengeroyokan, sampai pembunuhan.

Menghadapi kenyataan ini, ada dua bertuk perlawanan yang dilakukan sejauh ini

dengan bernafaskan ajaran cinta damai.

Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan perilaku , baik yang

terbuka maupun yang tertutup, dan baik bersifat menyerang atau bertahan, yang

disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain. Oleh karena itu, ada 4 jenis

kekerasan yang dapat diidentifikasi;

1. Kekerasan terbuka yaitu kekerasan yang dapat dilihat seperti perkelahian

2. Kekerasan tertutup yaitu kekerasan tersembunyi atau kekerasan yang tidak

dilakukan langsung, seperti perilaku mengancam.

3. Kekerasan agresif yaitu kekerasan yang dilakukan tidak untuk

perlindungan tetapi untuk mendapatkan suatu seperti penjabalan.

4. Kekerasan defensive yaitu kekerasan yang dilakukan untuk perlindungan

diri. Baik kekerasan agresif atau defensive bisa bersifat terbuka atau

tertutup.

Berdasarkan pelakunya di golongkan menjadi 2 benrtuk yaitu:

a. Kekerasan individual adalah kekerasan yang dilakukan oleh individu

contoh pencurian, pemukulan, penganiayaan, dan lain-lain

b. Kekerasan kolekttif adalah kekerasan yang dilakukan banyak orang

atau massa.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

22

Dengan ancaman , ada sedikit orang yang bisa mengontrol orang lain.

Ancaman dianggap sebagai bentuk kekerasan , merupakan unsur

penting kekuatan (power). Kemampuan untuk mewujukan keinginan

seseorang sekalipun menghadapi keinginan yang berlawanan .

Ancaman menjadi efektif jika seseorang mendemostrasikan keinginan

untuk mewujudkan ancamannya.

2.6 Definisi Konseptual

2.6.1 Kekerasan

Kekerasan dalam arti luas dikatakan Galtung, sebagai sesuatu

penghalang yang seharusnya bisa dihindari yang menyebabkan seseorang

tidak bisa mengaktualisasikan diri secara wajar. Penghalang tersebut

menurut Galtung sebenarnya dapat dihindarkan, sehingga sebenarnya

kekerasan itu juga bisa dihindari jika penghalang itu disingkirkan

(Muchsin, 2006).

Kekerasan langsung bisa bermacam-macam bentuknya. Dalam

bentuk yang klasik, ia melibatkan penggunaan kekuatan fisik, seperti

pembunuhan atau penyiksaan, pemerkosaan dan kekerasan seksual, juga

pemukulan. Kekerasan verbal, seperti penghinaan, secara luas juga diakui

sebagai kekerasan (Galtung, 1971).

Johan Galtung menggambarkan kekerasan langsung sebagai:

“gangguan yang harusnya dihindari terkait dengan kebutuhan dasar

manusia, kebutuhan untuk hidup layak, sesuatu yang menurunkan tingkat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

23

kepuasan kebutuhan riil di bawah potensi yang ada. Ancaman penggunaan

kekerasan juga merupakan kekerasan." (Galtung, 1990: 291-305).

Galtung membagi kekerasan dalam tiga kategori, yaitu Kekerasan

Langsung (antara Pelaku-Korban), Kekerasan Struktural (yang bersumber

dari struktur sosial [antar orang, masyarakat, kumpulan masyarakat

(aliansi, daerah)]), dan [dibalik keduanya] Kekerasan Kultural (simbolis

dalam agama, ideologi, bahasa, seni, pengetahuan, hukum, media,

pendidikan; gunanya melegitimasi Kekerasan Langsung dan Kekerasan

Struktural). Kekerasan Kultural dan Kekerasan Struktural menyebabkan

Kekerasan Langsung. Kekerasan Langsung juga menguatkan/

memperburuk Kekerasan Struktural dan Kekerasan Kultural. Kekerasan

Langsung berupa fisik atau verbal tampil sebagai prilaku yang tidak

berubah, karena akarnya adalah struktur dan budaya.

Galtung menguraikan enam dimensi penting dari kekerasan, yakni

sebagai berikut;

1. Kekerasan fisik dan psikologis. Dalam kekerasan fisik, tubuh manusia

disakiti secara jasmaniah bahkan sampai pada pembunuhan. Sedangkan

kekerasan psikologis adalah tekanan yang dimaksudkan meredusir

kemampuan mental dan otak.

2. Pengaruh positif dan negatif. Sistem orientasi imbalan (reward oriented)

yang sebenarnya terdapat pengendalian, kurang terbuka, dan cenderung

manipulatif, meskipun memberikan kenikmatan dan semangat.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

24

3. Ada objek atau tidak. Dalam tindakan tertentu tetap ancaman kekerasan

fisik dan psikologis, meskipun tidak memakan korban tetapi membatasi

tindakan manusia.

4. Ada subjek dan tidak. Kekerasan disebut langsung atau personal jika ada

pelakunya, dan bila tidak ada pelakunya disebut struktural atau tidak

langsung. Kekerasan tidak langsung sudah menjadi bagian struktur itu dan

menampakan diri sebagai kekuasaan yang tidak seimbang yang

menyebabkan peluang hidup tidak sama.

5. Disengaja atau tidak. Menitiberatkan pada akibat bukan tujuan, pemahaman

yang bukan menekankan unsur sengaja tentu tidak cukup untuk melihat,

mengatasi kekerasan struktural yang bekerja secara halus dan tidak

disengaja. Dari sudut korban, sengaja atau tidak, kekerasan tetap

kekerasan

6. Yang tampak dan tersembunyi. Kekerasan yang tampak, nyata (manifest),

baik yang personal maupun struktural, dapat dilihat meski secara tidak

langsung. Sedangkan kekerasan tersembunyi adalah suatu yang memang

tidak kelihatan (latent), tetapi bisa dengan mudah meledak. Kekerasan

tersembunyi akan terjadi jika situasi menjadi begitu tidak stabil sehingga

tingkat realisasi aktual dapat menurun dengan mudah. Kekerasan tersmbunyi

yang struktural terjadi jika suatu struktur egaliter dapat dengan mudah

diubah menjadi feodal, atau evolusi hasil dukungan militer yang hierarkis

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

25

dapat berubah lagi menjadi struktur hierarkis setelah tantangan utama

terlewati (Santoso, 2002: 168-169).

Johan Galtung, memaparkan secara terbuka bahwa kekerasan memang

berpengaruh besar dalam perkembangan individu dan masyarakat. Hal ini bisa

berpengaruh terhadap psikologi dan hak hidup masyarakat itu sendiri. Dalam

bentuk apapun kekerasan tetap salah, sebab menimbulkan persoalan baru dan

bersifat laten. Dan potensi kekerasan ini bersifat sistematik, jika tidak dikelola

dengan baik tujuan dari pada gerakan sosial. Maka prediksi Galtung bahwa

kekerasan akan selalu hadir dalam kehidupan masyarakat.

Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah.

Dilihat dari bentuknya, ada dua jenis kekerasan yang sering terjadi yaitu: 1)

kekerasan fisik dan 2) kekerasan psikologis. Dalam kekerasan fisik tubuh

manusia disakiti secara jasmani berupa siksaan, penganiayaan, hingga

pembunuhan. Sedang kekerasan secara psikologis mewujud dalam bentuk

pengurangan kemampuan mental atau otak (rohani) karena perlakuan-

perlakuan repsesif tertentu, misalnya ancaman, indoktrinasi dan sebagainya

(Sunarto, 2009: 47-48).

2.6.2 Films

Sesuai dengan Undang-undang perfilman No.6 tahun 1992, Bab1,

Pasal 1 menyebutkan bahwa: yang dimaksud dengan film adalah karya

cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang

dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

26

pita selluloid, pita video, piringan video dan atau bahan hasil temuan

teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, melalui kimiawi, proses

elektronik atau proses lainnya atau tanpa suara yang dapat

mempertunjukkan atau ditayangkan dengan system proyeksi mekanik,

elektronik dan atau lainnya. (Baksin, 2003:6)

Secara teoritis film merupakan salah satu bentuk komunikasi masa

yang paling dinamis. Hal yang terlihat oleh mata dan terdengar oleh

telinga lebih mudah dan lebih cepat masuk akal daripada hal yang perlu

dibaca dan dipahami untuk mendapatkan makna.

2.6.3 Struktur Kategorisasi Kekerasan

Kategorisasi merupakan kesatuan manusia yang terwujut karna

adanya suatu ciri khas atau suatu kompleks ciri-ciri objektif yang dapat

dikenakan kepada manusia.Ciri khas tersebut dilakukan dengan maksud

untuk memudahkan penggolongan untuk suatu tujuan dan biasanya

dikenakan oleh pihak luar tanpa disadari oleh pihak yang bersangkutan.

Sebut saja suatu peneliti yang akan melakukan penelitian terhadap

kehidupan masyarakat tertentu dalam melakukan penggolongan untuk

memudahkan penelitian mereka, walaupun pihak yang diteliti tidak

menyadari hal tersebut.

Penelitian yang menggunakan metode analisis isi, validitas serta

hasil–hasilnya sangat bergantung pada kategori – kategorinya.Seperti yang

dikatakan Bernard Barelson (2003), bahwa analisis isi tidak bisa lebih baik

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Tentang Filmeprints.umm.ac.id/53791/3/BAB II.pdfberhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur

27

dari kategori-kategorinya. Kategorisasi oleh penulis secara hakikat

didasarkan pada sesuatu yang terjadi karena perbuatan manusia itu sendiri.

1. Kekerasan

Galtung menggambarkan kekerasan langsung sebagai: “...gangguan yang

harusnya dihindari terkait dengan kebutuhan dasar manusia, kebutuhan

untuk hidup layak, sesuatu yang menurunkan tingkat kepuasan kebutuhan

riil di bawah potensi yang ada. Ancaman penggunaan kekerasan juga

merupakan kekerasan." (Galtung, 1990: 291-305).

Galtung membagi kekerasan dalam dua kategori,yaitu:

a. Kekerasan fisik

Adalah sikap atau tindakan yang di tujukan untuk menyakiti atau

melukai orang lain. Seperti pemukulan,penusukan oleh benda

tajam,dan sebaginya

b. Kekerasan verbal

Adalah ucapan yang di tunjukan untuk melukai atau menyakiti

perasaan orang lain. Seperti mencaci maki, dan sebagainya.