Page 1
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian atau
mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada 2 fase dalam
setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase
darah sedang di pompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg
menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Endang, 2014).
Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana
menurut WHO tekanan sistolik >140 mmHg dan atau tekanan diastolik
>90 mmHg (untuk usia <60 tahun) dan tekanan sistolik >160 mmHg dan
atau tekanan sistolik >95 mmHg (untuk usia >60 tahun) (Taufan, 2011).
2. Klasifikasi
a. Klasifikasi Berdasarkan Etiologi :
1) Hipertensi Esensial (Primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi, dimana
sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti.
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam terjadinya hipertensi
esensial, seperti faktor genetik, stres, dan psikologis, serta faktor
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 2
7
lingkungan dan diet (penungkatan penggunaan garam dan
berkurangnya asupan kalium dan kalsium).
2) Hipertensi Sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab, dan patofisiologi dapat
diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan
oleh obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa
kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan
aorta, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin,
hiperteroidisme, dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi
oral dan kortikosteroid.
b. Klasifikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi
1) Berdasarkan JNC VII :
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi untuk dewasa umur >18
tahun menurut JNC VII
Klasifikasi
Tekanan
Darah
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah
Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
Stage 1
140-159 90-99
Hipertensi
Stage 2
≥160 ≥100
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 3
8
2) Menurut European Society of Cardiology :
Kategori Tekanan Sistolik
(mmHg)
Tekanan Diastolik
(mmHg)
Optimal <120 <80
Normal 120-129 80-84
Normal
tinggi
130-139 85-89
Hipertensi
derajat I
140-159 90-99
Hipertensi
derajat II
160-179 100-109
Hipertensi
derajat III
>180 >110
Hipertensi
Sistolik
terisolasi
>190 <90
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi (sumber: ESC, 2007).
3. Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi
yang dapat dan tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 4
9
1) Merokok
Fakta otentik menunjukan bahwa merokok dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi. Kebanyakan efek ini verkaitan
dengan kandungan nikotin. Asap rokok memiliki kemampuan
menarik sel darah merah lebih kuat dari kemampuan menarik
oksigen, sehingga dapat menurunkan kapasitas sel darah merah
pembawa oksigen ke jantung dan jaringan lainnya.
Tandra (2003) menyatakan bahwa nikotin mengganggu sistem
saraf simpatis yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan
oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin
juga meningkatkan frekuensi jantung, meningkatnkan tekanan
darah, meningkatan kebutuhan oksigen jantung, merangsang
pelepasan adrenalin serta menyebabkan gangguan irama jantung.
Nikotin juga menggangu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh
lainnya.
2) Stress
Hubungan antara stress dan hipertensi diduga memalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan
darah secara intermiten (tidak menentu). Stres yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah yang menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti tetapi angka kejadian
masyarakat di perkotaan lebih tinggi dari pada di pedesaan. Hal ini
dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 5
10
masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi, 2009). Menurut
Anggraini (2009) mengataka stres akan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi saraf simpatis.
b. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
1) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia
dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setalah umur
55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini
sering dikaitkan dengan perubahan hormone estrogen setelah
menopause (Marliani, 2007). Peran hormone estrogen adalah
meningkatkan kadar HDL yang merupakan faktor pelindung dalam
pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan
hormone estrogen dianggap sebagai adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan
sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana
terjadi perubahan kuantitas hormon estrogen sesuai dengan umur
wanita secara alami. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada
wanita umur 45-55 tahun (Kumar, 2005).
2) Usia
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan
darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 6
11
darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hal ini
disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun,
karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi
pada kebanyakan kasus, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut.
Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal
ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.
Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari
keausan aterisclerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan
akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-
arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan
daya penyesuaian diri. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan
serta tekanan darah meingkat seiring dengan bertambahnya usia.
Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur 50 dan
60 tahunan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan
resiko hipertensi (Elsanti, 2009). Prevalensi dikalangan usia lanjut
cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50% diatas
umur 60 tahun.
3) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antar potasium terhadap sodium individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 7
12
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.
Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hiertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi (Marliani, 2007).
Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa tekanan darah
tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang
dari orang tua ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka akan
mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup
anda. Jika kedu aorang tua mempunyai tekanan darah tinggi maka
peluang untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.
4. Manifestasi Klinis
Penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang yang tekanan darahnya
normal.
Hipertensi yang berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala seperti berikut :
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 8
13
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Gelisah/cemas
e. Muntah
f. Sesak nafas
g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi
pembengkakan otak (Lily I .Raliantono, 2013 dalam H faiqoh 2017).
5. Patofisiologi
Dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
(2000) menjelaskan patofisiologi hipertensi terdapat pada, mekanisme
yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula pada saraf simapatis, yang terlanjur ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis simpatis ditoraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepinerin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 9
14
Berbagai faktor seperti kecemasan dan kekuatan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi korsitol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiontensin II, suatu vasokonstrikstor yang
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 10
15
b.BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglemi
(diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi).
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d.Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium srum dapat menyebabkan hiprtensi.
e. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi.
g.Kadar aldosteron urin / serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
h.Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 11
16
j. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
k.IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim gijal, batu ginjal / ureter.
l. Foto dada
Menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katub, perbesaran
jantung.
m. CT-scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n.EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagian tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 12
17
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Mengehentikan merokok
2) Latihan fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai empat
prinsip yaitu : macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti
lari, jogging, bersepeda, berenang, dan lainnya. Intensitas olahraga
yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik atau 72-87% dari
denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3x per minggu dan paling baik 5x per minggu.
b. Edukasi psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Teknik biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subjek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subjek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback
terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 13
18
kepala dan migran, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2) Teknik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks.
3) Pendidikan kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
c. Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi
umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan
standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint
National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Preasurre, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 14
19
Pengobatannya meliputi :
1) Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibator.
2) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat yang pertama dinaikkan diganti jenis lain dari obat
pilihan pertama ditambah obat kedua jenis lain, dapat berupa
diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator.
3) Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh obat kedua diganti ditambah obat
ketiga jenis lain.
4) Step 4
Alternatif pemberian obatnya ditambah obat ketiga dan keempat.
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan
terapi untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan
interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dengan petugas
kesehatan (dokter, perawat) dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan.
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 15
20
8. Komplikasi
Hipertensi akan menimbulkan komplikasi atau kerusakan pada
berbagai organ sasaran, yaitu pembuluh darah otak, mata, jantung, dan
ginjal (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2015) sebagai berikut :
a. Komplikasi pada otak
Tekanan darah yang terus menerus tinggi akan menyebabkan
kerusakan pada dinding pembuluh darah yang disebut disfungsi
endotel. Hal ini menyebabkan pembentukan plak arterosklerosis dan
thrombosis (pembekuan darah yang berlebihan). Akhirnya, pembuluh
darah tersumbat dan jika penyumbatan itu terjadi pada pembuluh darah
otak dapat menyebabkan stroke.
b.Komplikasi pada mata
Komplikasi pada mata dapat menyebabkan retinopati hipertensi dan
dapat pula menimbulkan kebutaan.
c. Komplikasi pada jantung
1) Penyakit jantung coroner (PJK)
Selain pada otak, penyumbatan pembuluh darah juga dapat terjadi
pada pembuluh darah coroner dan dapat menyebabkan PJK dan
kerusakan otot jantung (infark jantung).
2) Gagal jantung
Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung meningkat, otot
jantung akan menyesuaikan, sehingga terjadi pembesaran jantung
dan semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 16
21
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akhirnya jantung tidak
mampu lagi memompa dan menampung darah dari paru sehingga
banyak cairan yang tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain
yang menyebabkan sesak nafas atau edema. Kondisi seperti ini
disebut gagal jantung.
d.Komplikasi pada ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal mengkerut
(vasokontraksi) sehingga menyebabkan aliran nutrisi ke ginjal
terganggu dan mengakibatkan kematian sel-sel ginjal yang pada
akhirnya terjadi gangguan fungsi ginjal.
B. Terapi Komplementer untuk Hipertensi
1. Pengertian Terapi Komplementer
Terapi komplementer merupakan terapi tradisional yang
digabungkan dengan terapi modern. Komplementer adalah terapi
tradisional ke dalam pengobatan modern. Terapi komplementer juga ada
yang menyebutnya dengan terapi holistic. Pendapat ini didasari oleh
bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu
sebuah keharmonisan individu untuk mengitergasikan pikiran, badan dan
jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et, al dalam Widyatuti, 2010).
Pendapat lain terapi komplementer dan alternatif adalah sebagai
sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem
kesehatan, modalitas, praktik, dan di tandai dengan teori dan keyakinan
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 17
22
dengan cara berbeda dengan sistem kesehatan yang umum di masyarakat
atau budaya yang ada (Synder 7 Lindquis dalam Widyatuti, 2010).
Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan
penyakit atau rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya
memperbaiki gaya hidup dengan menggunakan terapi nutrisi. Seseorang
yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai unsur
akan meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi kesehatan ini
berkembang di tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat
dilakukan di tingkat individu manapun kelompok misalnya untuk strategi
simulative imajinatif dan kreatif.
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai
manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh
juga lebih murah. Terapi komplementer terutama akan dirasakan lebih
murah bila klien dengan penyakit kronis yang harus rutin mengeluarkan
dana. Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi modern
menunjukan bahwa biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar dalam
beberapa bulan setelah menggunakan terapi komplementer (Nezabudkin,
2007 dalam Widyatuti, 2010).
2. Macam Terapi Komplementer
Nattional Center for Complementary/Alternative Medicine
(NCCAM) membuat klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem
pelayanan dalam lima kategori :
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 18
23
a. Mind Body Therapi
Yaitu memberikan intervensi dengan berbagai teknik untuk
memfasilitasi kapasitas berfikir yang mempengaruhi gejala fisik dan
fungsi tubuh misalnya perumpamaan (imegary), yoga, terapi musik,
berdoa, journaling, biofeedback, humor, thai chi, dan terapi seni.
b. Alternative system pelayanan
Merupakan system pelayanan kesehatan yang mengembangkan
pendekatan pelayanan biomedis berbeda dari barat misalnya
pengobatan tradisional Cina, Ayuvedia, pengobatan asli Amerika,
cudarismo, homeophaty, naturophaty.
c. Terapi Biologis
Yaitu terapi natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya, misalnya
herbal dan makanan.
d. Terapi Manipulatif
Terapi ini didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh, misal
pengobatan kiroprksi, macam-macam pijat, rolfing, terapi cahaya,
dan warna serta hidroterapi.
e. Terapi Energy
Merupakan terapi yang fokusnya berasal dari energy dalam tubuh
(biofileds) atau mendengarkan energy dari luar tubuh, misalnya
terapeutik sentuhan, pengobatan sentuhan, akupresure.
Klasifikasi lain menurut Smith, 2009 meliputi gaya hidup (pengobatan
holistic, nutrisi), botanikal (homeopati, herbal, aromaterapi),
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 19
24
manipulative (kiropraktik, akupresure, akupuntur, refleksi, massage),
mind-body terapi (meditasi, guided imagery, biofeedback, color healing,
hipnoterapi).
3. Definisi Terapi Musik
Terapi musik merupakan intervensi alami non invasive yang dapat
diterapkan secara sederhana tidak selalu membutuhkan ahli terapi, harga
terjangkau dan tidak menimbulkan efek samping (Samuel, 2007 dalam
Pratiwi 2014). Terapi musik adalah suatu terapi kesehatan menggunakan
musik dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki
kondisi fisik, emosi, kognitif dan social bagi individu dari berbagai
kalangan usia (Suhartini, 2008). Terapi musik adalah terapi yang
dilakukan dengan memberikan stimulus musik, dimana musik tersebut
masuk kedalam pikiran melalui sensasi auditori. Suara musik atau musik
yang lembut dapat mengurangi stress, persepsi nyeri, cemas dan perasaan
terisolasi (Satiadarma, 2004).
Musik merupakan suatu sarana yang bermanfaat dan mudah
diperoleh (Meritt, 2003). Musik didefinisikan sebagai suara dan dian
yang terorganisir memalui waktu yang mengalir (dalam ruang), beberapa
kesimpulan sementara dari pertanyaan yang muncul adalah musik berasal
dari vibrasi, suara berasal dari vibrasi dan vibrasi adalah esensi dari
segala sesuatu (Amsila, 2011). Musik ialah bunyi yang diterima oleh
individu dan berbeda bergantung kepada sejarah, lokasi, budaya dan
selera seseorang (Farida, 2010).
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 20
25
Semua jenis musik dapat digunakan dalam terapi, tidak hanya musik
klasik saja, asalkan musik yang akan digunakan memiliki ketukan 70-80
kali per menit yang sesuai dengan irama jantung manusia, sehingga
mampu memberikan efek terapeutik yang sangat baik terhadap kesehatan
(Indriya, Dani dan Indri Guli, 2010).
4. Jenis Terapi Musik
Jenis terapi musik ada dua yaitu:
a. Aktif-Kreatif
Terapi musik diterapkan dengan melibatkan klien secara langsung
untuk ikut aktif dalam sebuah sesi terapi melalui cara:
1) Menciptakan lagu (Composing) yaitu mengajak klien untuk
menciptakan lagu sederhana
2) Improvisasi, yaitu upaya membuat musik secara spontan dengan
menyanyi atau bermain musik pada saat itu juga dan membuat
improvisasi dari musik yang diberikan oleh terapis
3) Re-Creating, yaitu dengan cara mengajak klien bernyanyi atau
bermain musik dari lagu-lagu yang sudah terkenal
b.Pasif-Reseptif
Dalam sesi reseptif, klien akan mendapat terapi dengan mendengarkan
musik. Terapi ini lebih menenangkan fisik, emosi intelektual, estetik
spriritual dari musik itu sendiri sehingga klien akan merasakan
ketenangan atau relaksasi. Musik yang digunakan dapat bermacam
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 21
26
jenis dan style tergantung dengan kondisi yang dihadapi klien (Natalia,
2013).
5. Manfaat Musik
Manfaat utama terapi musik menurut para pakar terapi musik antara
lain:
a. Relaksasi
Mengistirahatkan tubuh dan fikiran merupakan manfaat yang pasti
dirasakan setelah melakukan terapi musik sehingga klien akan
merasakan perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan fikiran lebih
fresh (Eka, 2009).
b. Mengurangi rasa sakit
c. Musik bekerja pada system saraf otonom yaitu bagian system saraf
yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung
dan fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut
penelitian, kedua system tersebut bereaksi sensitive terhadap musik.
Saat merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi, dan marah yang
membuat kita menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit
menjadi semakin parah. Mendengarkan musik secara teratur
membantu tubuh rileks secara fisik dan mental, sehingga membantu
menyembuhkan dan mencegah rasa sakit. Pada proses persalinan,
terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan mengurangi rasa
sakit (Marmi, 2013).
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 22
27
d. Meningkatkan kecerdasan
Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia
seseorang disebut efek Mozart. Hai ini telah diteliti secara ilmiah oleh
Frances Rauscher et al dari Universitas California (Eka, 2009).
e. Meningkatkan motivasi
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dimunculkan dengan perasaan
dan mood tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan muncul
dan segala kegiatan bisa dilakukan. Dari hasil penelitian, ternyata jenis
musik tertentu juga bisa meningkatkan motivasi, semangat dan
meningkatkan level energy seseorang (Eka, 2009).
f. Mengembangkan kemampuan komunikasi dan sosialisasi
Terapi musik akan menciptakan sosialisasi karena dalam bermusik
dibutuhkan komunikasi (Natalia, 2013).
6. Tata Cara Pemberian Terapi Musik
Belum ada rekomendasi mengenai durasi yang optimal dalam
pemberian terapi musik. Sering kali durasi yang diberikan dalam
pemberian terapi musik adalah selama 20-35 menit, tetapi untuk masalah
kesehatan yang lebih spesifik terapi musik diberikan dengan durasi 30-
45 menit. Ketika mendengarkan terapi musik klien berbaring dengan
posisi yang nyaman, sedangkan tempo harus sedikit lambat, 50-70
ketukan per menit menggunakan irama yang tenang (Schou 2007 dalam
Mahanani 2013).
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
Page 23
28
7. Mekanisme Musik sebagai Terapi
Pada saat musik diterima oleh daun telinga, maka diteruskan ke
telinga tengah yang akan menggetarkan membrane tympani, dengan
getaran ini maka maleus, incus dan stapes ikut bergetar, suara tersebut
masuk ke telinga dalam (koklea) melalui fanestra ovalis, disini getaran
suara akan membangkitkan impuls saraf yang akan mempengaruhi
system limbik, yang pertama akan diterima langsung oleh Talamus, yaitu
suatu bagian otak yang mengatur emosi, sensasi dan perasaan. Kedua
diterima oleh Hipotalamus mempengaruhi struktur basal “forebrain”
termasuk system limbik dan ketiga melalui axon neuron secara difus
mempersarafi neokorteks. Hipotalamus merupakan pusat saraf otonom
yang mengatur fungsi pernapasan, denyut jantung, tekanan darah,
pergerakan otot usus, fungsi endokrin, memori dan lain-lain. Di
hipotalamus maka respon dari musik yang tenang akan menimbulkan
ketenangan (Indriya, Dani dan Indri Guli. 2010).
Penerapan Terapi Musik..., RAFIKHA NUR FAWZIA YAHYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018