Top Banner
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep Hipertensi Membahas mengenai Pengertian Hipertensi, Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi, Gejala hipertensi, Faktor-faktor resiko, Pemeriksaan penunjang, Diagnosa, Patofisiologi, dan Penatalaksanaan. 2.1.1.1 Pengertian Hipertensi Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan darah secara lambat ataupun mendadak ( akut). Diagnosa hipertensi ditegakan jika tekanan darah sistolik seseorang menetap pada 140 mmHg atau lebih, dan tekanan darah diastol menetap pada 90 mmHg atau lebih. (Agoes, 2008). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan konsistensi 140/90mmHg, diagnosa hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring (Baradero, 2008). Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole).
22

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

Mar 07, 2019

Download

Documents

vuongnhu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Konsep Hipertensi

Membahas mengenai Pengertian Hipertensi, Kriteria dan Klasifikasi

Hipertensi, Gejala hipertensi, Faktor-faktor resiko, Pemeriksaan penunjang,

Diagnosa, Patofisiologi, dan Penatalaksanaan.

2.1.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan kondisi ketika seseorang

mengalami kenaikan tekanan darah secara lambat ataupun mendadak ( akut).

Diagnosa hipertensi ditegakan jika tekanan darah sistolik seseorang menetap pada

140 mmHg atau lebih, dan tekanan darah diastol menetap pada 90 mmHg atau

lebih. (Agoes, 2008).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan

konsistensi 140/90mmHg, diagnosa hipertensi tidak berdasarkan pada

peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam

posisi duduk dan berbaring (Baradero, 2008).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan

hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri

meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari

biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah

melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung

berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

8

Sedangkan menurut Lembaga-lembaga Kesehatan Nasional the National

Institute of Health (NIH)mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang

sama atau diatas 140mmHg dan diastolik yang sama atau diatas 90mmHg

(Diehl, 2004)

2.1.1.2 Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi

Menurut petunjuk World Health Organization (WHO) dan International

Society of Hypertension (ISH) yang baru (WHO-ISH 1999) klasifikasi hipertensi

menyerupai JNC IV, dengan definisi tekanan darah optimal < 120/80 mmHg dan

tekanan darah normal bila tekanan darah <130/85 mmHg (Tabel 1)

Tabel 1.1

Klasifikasi Derajat Tekanan Darah menurut WHO-ISH 1999

Kategori

Sistolik

(mmHg)

Diastolik

(mmHg)

1 Optimal <120 <80

2 Normal <130 <85

3 Normal tinggi 130-139 85-89

4

Hipertensi derajat 1(ringan)

Subgrup : perbatasan

140-159

140-149

90-99

90-94

5 Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109

6 Hipertensi derajat 3 (berat) ≥ 180 ≥ 110

7

Hipertensi Sistolik (isolated systolic

Hypertension)

Sub: Perbatasan

≥ 140

140-149

< 90

<90

(Sumber: Joewono, 2003)

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

9

Tabel 1.2

Klasifikasi Derajat Tekanan Darah berdasarkan The Sixth Report Of the Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High

Blood Pressure,1997

Kategori Sistolik

(mmHg)

Diastolik

(mmHg)

1 Normal <130 <85

2 Perbatasan 130-139 85-89

3 Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99

4 Hipertensi tingkat 2 160-179 100-109

5 Hipertensi tingkat 3 ≥ 180 ≥ 110

(Sumber Mansjoer.dkk, 2001).

Berdasarkan penyebabanya hipertensi di bedakan menjadi hipertensi

primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus

(Mansjoer.dkk, 2001).

Beberapa faktor yang pernah dikemukakan relevan terhadap mekanisme

penyebab hipertensi adalah genetik, geografi dan lingkungan, jenis kelamin,

natrium, sistem renin-angiotensin, hiperaktivitas simpatis, retensi insulin dan

disfungsi sel endotel. Sedangkan sekitar 5 % kasus hipertensi telah diketahui

penyebabnya,hal ini disebut hipertensi sekunder (Gray, 2005).

2.1.1.3 Gejala hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala

yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

10

kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi

maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang

lebih serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi

disebut sebagai silent killer karena dua hal yaitu:

1. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala

khusus, gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala

biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat

diketahui dengan mengukur secara teratur.

2. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko

besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke,

serangan jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.

2.1.1.4 Faktor-Faktor Resiko

1. Faktor Keturunan atau Gen

Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya. Apabila

riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial

lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya menderita hipertensi ataupun

pada kembar monozygot (sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka

orang tersebut kemungkinan besar menderita hipertensi

2. Faktor Berat (Obesitas atau Kegemukan)

Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena

seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang

lebih besar jantungpun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

11

menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi

tinggi ( Suparto, 2000).

3. Stres Pekerjaan

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam

rasa takut) dapat merangsang belajar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin

dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan

darah akan meningkat, jika stress berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha

mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan

patologis (Arora, 2008).

4. Faktor Jenis Kelamin (Gender)

Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi

wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh

darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada

wanita.

Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti

perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria beresiko

lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich

seorang pria dewasa akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu di antara 5

untuk mengidap hipertensi (Sustrani, 2004).

5. Faktor Usia

Insiden Hipertensi meningkat dengan meningkatnya usia, perubahan

akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada

pembentukan berbagai sitokinin dan subtansi kimiawi yang lain kemudian

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

12

menyebabkan rebsorbsi natrium, proses sklerosis yang berakibat pada kenaikan

tekanan darah (Martono, 1999).

6. Faktor Asupan Garam

Terdapat bukti bahwa mereka yang memiliki kecenderungan menderita

hipertensi secara keturunan memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk

mengeluarkan garam dari tubuhnya. Namun mereka mengkonsumsi garam tidak

lebih banyak dari orang lain, meskipun tubuh mereka cenderung menimbun apa

yang mereka makan (Beevers, 2002).

7. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang olahraga

serta bersantai dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Rokok

mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila

pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan

darah tinggi, maka rokok dapat memperburuk keadaan tersebut (Tom, 1986).

2.1.1.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi

bertujuan menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau

mencari penyebab hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap,

kimia darah, (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total,

kolesterol HDL, dan EKG (Mansjoer.dkk, 2001).

2.1.1.6 Diagnosis

Diagnosis tidak dapat tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran,

hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

13

yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis.

Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar,

setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang

sesuai (menutupi 80% lengan). Tensimeter dengan air raksa masih dianggap alat

pengukuranyang terbaik.

Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali

atau lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan

kontralateral dikaji perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian

dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retio hipertensif,

pemeriksaan leher untuk mencari bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjara

tiroid (Mansjoer, 2001).

2.1.1.7 Patosifisiologi

Angiotensin Converting Enzyme (ACE), memegang peran fisiologi penting

dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang

diproduksi di hati selanjutnya oleh hormone, rennin akan diubah menjadi

angiotensin 1, oleh ACE yang terdapat di paru-paru angiotensin 1 diubah menjadi

angiotensin II, peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi

utama, yaitu Meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus

(Astawan, 2005).

ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitasi) dan bekerja pada ginjal

untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat

sedikit urin yang dieksresikan keluar tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi

osmolalitasnya untuk mengencerkanya volume cairan ekstraseluler akan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

14

ditingkatkan dengan cara menarik cairan di bagian intra seluler akibatnya volume

darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah

(Astawan, 2005).

Menstimulasi sekrsi aldosteron dari korteks adrenal, aldosteron merupakan

hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal untuk mengatur

volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl dengan

cara mengabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya kosentrasi NaCl akan

diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstra seluler yang

pada giliranya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Astawan, 2005).

2.1.1.8 Penatalaksanaan

Penanganan hipertensi pada umunya dimaksudkan untuk mencapai

tekanan darah dalam batas normal atau 130/80 mmHg. Pada pengidap diabetes

ataui penyakit ginjal menahun, besar tekanan darah yang dianjurkan sebaiknya

dibawah 130/80 mmHg. Cara penatalaksanaan dibedakan atas cara

nonmediokamentosa dan terapi dengan obat-obatan

a. Nonmediokamentosa

Olahraga teratur, Restrikasi natrium, pembatasan natrium (garam dapur)

terbukti efektif menurunkan tekanan darah pada 60% pasien, Pendekatan diet,

yaitu mengonsumsi makanan yang kaya akan buah, rendah lemak atau bebas

lemak hewani. Pola diet ini cukup efektif menangani hipertensi berdasarkan riset

National Institute of Health (NIH) di Amerika Selatan, Penghentian konsumsi

alkohol dan rokok, Menghindari stress (Agoes, 2008).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

15

b. Terapi dengan obat-obatan

1. Hipertensi tanpa komplikasi diuretic, beta bloken

2. Indikasi tertentu enhibitor ACE, penghmabat reseptor angiotensin II, Alfa

bloker, alfa-beta bloker, antagonisca, diuretic.

3. Indikasi yang disesuaikan: diabetes mellitus tipe I dengan protein nuria

inhibitor ACE, gagal jantung ibhibitor ACE diuretic, hipertensi sistolik

terisolasi, infark miokard beta bloker (non ISA) inihibitor ACE (dengan

disfungsi sistolik) (Mansjoer, 2001).

Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat

dapat disesuaikan sampai dosis maksimal atau menambahkan obat golongan lain

atau mengganti obat pertama dengan obat golongan lain. Sasaran penurunan

tekanan darah adalah kurang dari 140/90 dengan efek samping minimal

penurunan dosis obat dapat dilakukan pada golongan hipertensi ringan yang sudah

terkontrol dengan baik selama satu tahun. Pilihan obat dalam mengatasi hipertensi

diantaranya:

1. Diuretik

Diuretik adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi

pengeluaran garam (NaCl) dengan turunya kadar Na+

makan tekanan darah akan

turun dan efek hipotensifnya kurang kuat. Obat yang sering digunakan adalah obat

yang daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan

diuretic yang hemat kalium seperti spironolacture, HCT, Cholotalidore, dan

indopanide.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

16

2. Alfa-Bloker

Alfa blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan

menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunya tekanan darah karena efek

hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak kuat misalnya hipotensi

ostotatik dan tachikardia maka jarang digunakan. Seperti prognosin dan terazosin

3. Beta-Blocker

Mekanisme kerja obat beta-blocker belum diketahui dengan pasti diduga

kerjanya berdasarkan beta blocker pada jantung sehingga mengurangi daya dan

frekuensi kontrasi jantung. Dengan demikian tekanan darah akan menurun dan

daya hipotensinya baik. Seperti : propanolol, alterolol, pindolol.

4. Obat yang bekerja sentral

Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin

sehingga menurunkan aktifitas saraf adretergik perifer dan turunya tekanan darah,

penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ostatik seperti uonidire,

euanfacire dan netelopa.

5. Vasodilator

Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding osteriole

sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun

seperti hidralazine dan tecrazine.

6. Antagonis Kalsium

Mekanisme obat antagonis kalisum adalah menghambat pemasukan ion

kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasidilatasi dari turunya

tekanan darah seperti : nipedipin dan verapamil.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

17

7. Penghambat ACE

Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara

menghambat angiotensin converting enzyme yang berdaya vasokontriksi kuat

seperti coptopril. (capoten) dan enalprit. (Gunawan, 2001).

Prinsip pengobatan farmakologi

1. Dimulai dosis rendah, dinaikan secara perlahan.

2. Kombinasi obat yang sesuai dosis rendah sehingga mengurangi efek samping.

3. Bila respon kecil atau terdapat efek samping, diberikan golongan obat lain.

4. Penggunaan obat berefek jangka panjang, sehingga cukup diberikan sekali

sehari akan memperbaiki kepatuhan penderita dan variabilitas tekanan darah

(Joewono, 2003).

2.1.1.9 Prognosis

Secara keseluruhan, hipertensi tidak dapat disembuhkan. Namun dengan

penatalaksanaan yang tepat, hipertensi dapat dikontrol. Terapi dengan kombinasi

modifikasi gaya hidup dan obat antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan

darah dalam kisaran yang tidak akan merusak jantung dan organ lain

(Agoes, 2008)

2.1.1.10 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan penyakit

hipertensi

a. Pola makan tidak terkontrol

b. Stress

c. Minum obat antihipertensi tidak teratur ( sesuai anjuran dokter)

d. Olahraga tidak teratur.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

18

2.1.2 Konsep Perilaku

2.1.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku yaitu suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan

lingkungannya, baik yang diamati secara langsung ataupun yang diamati secara

tidak langsung. Pada umumnya perilaku manusia berbeda, karena dipengaruhi

oleh kemampuan yang tidak sama.

Pada dasarnya kemampuan ini amat penting diketahui untuk memahami

mengapa seseorang berbuat dan berperilaku berbeda dengan yang lain. Jadi

dengan kata lain perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme yang

bersangkutan( Thoha, 1979) Menurut Notoadmodjo (2010).

Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh

Bloom dalam Notoadmodjo (2010) , dan untuk kepentingan pendidikan praktis,

dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku, sebagai berikut :

2.1.2.2 Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Lawrence Green (1989) dalam Notoatmodjo (2010) peningkatan

pengetahuan mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variabel

perilaku. Pengetahuan dapat diperoleh dari tingkat pendidikan, seseorang realitas

cara berfikir dan ruang lingkup jangkauan berfikirnya semakin luas.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

19

Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari hasil pengalaman serta

penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang

dilakukan oleh Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang

mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang

beruntun yaitu:

1. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut

disini sikap subjek sudah mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang dicakup didalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

1. Tahu (Know). Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

20

mengingat kembali (recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication). Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis). Analisa merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemajuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2010).

2.1.2.3 Sikap (Attitude)

Menurut Notoatmodjo (2010) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang

yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dan perilaku yang

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

21

tertutup stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

a. Beberapa definisi sikap menurut para ahli (Azwar : 2009)

1) Menurut L. I Thurston, Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang

bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi.

2) Zimbardo dan Ebessen, Sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah

terpengaruh) terhadap seseorang, ide/objek yang berisi komponen-

komponen kognitif, afektif, dan behavior

3) Petty , Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya

sendiri, orang lain, obyek atau isue.

4) Notoatmojo, Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang

masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

5) Heri Purwanto, Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang

disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi.

Seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap itu merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah

merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan

reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang dibuka lebih

dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2010).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

22

b. Komponen Sikap

Azwar (2010) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen yaitu:

1. Komponen Kognitif

Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan

seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek

sikap.

2. Komponen Afektif

Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah

emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum,

komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

3. Komponen Perilaku

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap

menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang

ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

c. Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2010)

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

23

Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide

tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga,

misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb)

untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi

adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap

gizi anak.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya

seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan

dari mertua atau orang tuanya sendiri.

d. Karakteristik Sikap

Menurut Brigham (dalam Dayakisni, 2009) ada beberapa ciri atau

karakteristik dasar dari sikap, yaitu :

1. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.

2. Sikap ditujukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori, dalam

hal ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana individu

mengkategorisasikan objek target dimana sikap diarahkan.

3. Sikap dipelajari. (learn ability)

Contoh : lapar, haus adalah motif psikologis yang

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

24

tidak dipelajari, sedangkan pilihan pada makanan Eropa adalah sikap.

4. Sikap mempengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang

mengarah pada suatu objek memberikan satu alasan untuk berperilaku

mengarah pada objek itu dengan suatu cara tertentu.

5. Sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk atau

dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya

dengan objeknya.

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Azwar (2009) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang

dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga

agama, serta faktor emosi dalam diri individu.

1) Pengalaman Pribadi

Middlebrook (dalam Azwar, 2009) mengatakan bahwa tidak

adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek

psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek

tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang

terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi yang

melibatkan emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam

dan lebih lama membekas.

2) Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

25

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi

dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap

penting tersebut.

3) Pengaruh Kebudayaan

Burrhus Frederic Skinner, seperti yang dikutip Azwar sangat

menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam

membentuk pribadi seseorang.

4) Media Massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,

majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan individu. Media massa memberikan

pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang.

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu system

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh

dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat

keagamaan serta ajaran-ajarannya. Sikap sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka konsep

pemikirannya akan lebih bijaksana dan matang karena pendidikan individu

merupakan landasan dasar untuk menentukan kepercayaan, apakah

menyetujui atau menolak.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

26

6) Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara

dan segera berlalu begitu frustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula

merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

f. Pembentukan dan Perubahan Sikap

Menurut Bimo Walgito (dalam Dayakisni, 2009), pembentukan dan

perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu :

1. Faktor internal (individu itu sendiri) yaitu cara individu dalam menanggapi

dunia luar dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima

atau ditolak.

2. Faktor eksternal yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang

merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.

2.1.2.4 Praktek atau Tindakan (Practice)

Menurut Notoatmodjo (2010) suatu sikap belum otomatis terwujudnya

dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya suatu sikap agar

menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi

yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga

diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

27

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek

tingkat tiga.

4. Adaptasi (adaption)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan itu sudah di modifikasikannya sendiri tanpa mengurangi

kebenaran tindakannya tersebut.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Konsep ...eprints.ung.ac.id/4979/5/2013-1-14201-841409008-bab2... · 2.1.1 Konsep Hipertensi ... perdarahan dari hidung, ... Terapi

28

2.2 Kerangka Teori

Menurut Benyamin Bloom (1980) dalam Notoatmodjo (2010)

2.3 Kerangka Konsep

Upaya Pencegahan

Kekambuh Hipertensi Perilaku

Pengetahuan

Aspek yang diketahui dan mampu

diingat oleh responden tentang

upaya mencegah kekambuhan

penyakit hipertensi

Sikap

Segala pandangan atau pendapat

responden yang berkaitan dengan

upaya mencegah kekambuhan

penyakit hipertensi.

Tindakan

Upaya yang dilakukan dalam

mencegah kekambuhan penyakit

hipertensi.

Kekambuhan Penyakit

Hipertensi

Perilaku Penderita

Hipertensi

Tidak Terkontrol Terkontrol