Page 1
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Konsep Hipertensi
Membahas mengenai Pengertian Hipertensi, Kriteria dan Klasifikasi
Hipertensi, Gejala hipertensi, Faktor-faktor resiko, Pemeriksaan penunjang,
Diagnosa, Patofisiologi, dan Penatalaksanaan.
2.1.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan kondisi ketika seseorang
mengalami kenaikan tekanan darah secara lambat ataupun mendadak ( akut).
Diagnosa hipertensi ditegakan jika tekanan darah sistolik seseorang menetap pada
140 mmHg atau lebih, dan tekanan darah diastol menetap pada 90 mmHg atau
lebih. (Agoes, 2008).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan
konsistensi 140/90mmHg, diagnosa hipertensi tidak berdasarkan pada
peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam
posisi duduk dan berbaring (Baradero, 2008).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan
hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri
meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari
biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah
melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung
berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole).
Page 2
8
Sedangkan menurut Lembaga-lembaga Kesehatan Nasional the National
Institute of Health (NIH)mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang
sama atau diatas 140mmHg dan diastolik yang sama atau diatas 90mmHg
(Diehl, 2004)
2.1.1.2 Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi
Menurut petunjuk World Health Organization (WHO) dan International
Society of Hypertension (ISH) yang baru (WHO-ISH 1999) klasifikasi hipertensi
menyerupai JNC IV, dengan definisi tekanan darah optimal < 120/80 mmHg dan
tekanan darah normal bila tekanan darah <130/85 mmHg (Tabel 1)
Tabel 1.1
Klasifikasi Derajat Tekanan Darah menurut WHO-ISH 1999
Kategori
Sistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal <130 <85
3 Normal tinggi 130-139 85-89
4
Hipertensi derajat 1(ringan)
Subgrup : perbatasan
140-159
140-149
90-99
90-94
5 Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109
6 Hipertensi derajat 3 (berat) ≥ 180 ≥ 110
7
Hipertensi Sistolik (isolated systolic
Hypertension)
Sub: Perbatasan
≥ 140
140-149
< 90
<90
(Sumber: Joewono, 2003)
Page 3
9
Tabel 1.2
Klasifikasi Derajat Tekanan Darah berdasarkan The Sixth Report Of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure,1997
Kategori Sistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
1 Normal <130 <85
2 Perbatasan 130-139 85-89
3 Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
4 Hipertensi tingkat 2 160-179 100-109
5 Hipertensi tingkat 3 ≥ 180 ≥ 110
(Sumber Mansjoer.dkk, 2001).
Berdasarkan penyebabanya hipertensi di bedakan menjadi hipertensi
primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus
(Mansjoer.dkk, 2001).
Beberapa faktor yang pernah dikemukakan relevan terhadap mekanisme
penyebab hipertensi adalah genetik, geografi dan lingkungan, jenis kelamin,
natrium, sistem renin-angiotensin, hiperaktivitas simpatis, retensi insulin dan
disfungsi sel endotel. Sedangkan sekitar 5 % kasus hipertensi telah diketahui
penyebabnya,hal ini disebut hipertensi sekunder (Gray, 2005).
2.1.1.3 Gejala hipertensi
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah
Page 4
10
kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang
lebih serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi
disebut sebagai silent killer karena dua hal yaitu:
1. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus, gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala
biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat
diketahui dengan mengukur secara teratur.
2. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko
besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke,
serangan jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.
2.1.1.4 Faktor-Faktor Resiko
1. Faktor Keturunan atau Gen
Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari orang tuanya. Apabila
riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial
lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya menderita hipertensi ataupun
pada kembar monozygot (sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka
orang tersebut kemungkinan besar menderita hipertensi
2. Faktor Berat (Obesitas atau Kegemukan)
Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena
seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang
lebih besar jantungpun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang
Page 5
11
menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi
tinggi ( Suparto, 2000).
3. Stres Pekerjaan
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam
rasa takut) dapat merangsang belajar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin
dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan
darah akan meningkat, jika stress berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan
patologis (Arora, 2008).
4. Faktor Jenis Kelamin (Gender)
Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi
wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh
darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada
wanita.
Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti
perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria beresiko
lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich
seorang pria dewasa akan mempunyai peluang lebih besar yakni satu di antara 5
untuk mengidap hipertensi (Sustrani, 2004).
5. Faktor Usia
Insiden Hipertensi meningkat dengan meningkatnya usia, perubahan
akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada
pembentukan berbagai sitokinin dan subtansi kimiawi yang lain kemudian
Page 6
12
menyebabkan rebsorbsi natrium, proses sklerosis yang berakibat pada kenaikan
tekanan darah (Martono, 1999).
6. Faktor Asupan Garam
Terdapat bukti bahwa mereka yang memiliki kecenderungan menderita
hipertensi secara keturunan memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk
mengeluarkan garam dari tubuhnya. Namun mereka mengkonsumsi garam tidak
lebih banyak dari orang lain, meskipun tubuh mereka cenderung menimbun apa
yang mereka makan (Beevers, 2002).
7. Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan kurang olahraga
serta bersantai dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Rokok
mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila
pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan
darah tinggi, maka rokok dapat memperburuk keadaan tersebut (Tom, 1986).
2.1.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai tropi
bertujuan menentukan adanya kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau
mencari penyebab hipertensi, biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap,
kimia darah, (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total,
kolesterol HDL, dan EKG (Mansjoer.dkk, 2001).
2.1.1.6 Diagnosis
Diagnosis tidak dapat tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran,
hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan
Page 7
13
yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis.
Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar,
setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang
sesuai (menutupi 80% lengan). Tensimeter dengan air raksa masih dianggap alat
pengukuranyang terbaik.
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali
atau lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan
kontralateral dikaji perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian
dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retio hipertensif,
pemeriksaan leher untuk mencari bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjara
tiroid (Mansjoer, 2001).
2.1.1.7 Patosifisiologi
Angiotensin Converting Enzyme (ACE), memegang peran fisiologi penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati selanjutnya oleh hormone, rennin akan diubah menjadi
angiotensin 1, oleh ACE yang terdapat di paru-paru angiotensin 1 diubah menjadi
angiotensin II, peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi
utama, yaitu Meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus
(Astawan, 2005).
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitasi) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat
sedikit urin yang dieksresikan keluar tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya untuk mengencerkanya volume cairan ekstraseluler akan
Page 8
14
ditingkatkan dengan cara menarik cairan di bagian intra seluler akibatnya volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah
(Astawan, 2005).
Menstimulasi sekrsi aldosteron dari korteks adrenal, aldosteron merupakan
hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl dengan
cara mengabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya kosentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstra seluler yang
pada giliranya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Astawan, 2005).
2.1.1.8 Penatalaksanaan
Penanganan hipertensi pada umunya dimaksudkan untuk mencapai
tekanan darah dalam batas normal atau 130/80 mmHg. Pada pengidap diabetes
ataui penyakit ginjal menahun, besar tekanan darah yang dianjurkan sebaiknya
dibawah 130/80 mmHg. Cara penatalaksanaan dibedakan atas cara
nonmediokamentosa dan terapi dengan obat-obatan
a. Nonmediokamentosa
Olahraga teratur, Restrikasi natrium, pembatasan natrium (garam dapur)
terbukti efektif menurunkan tekanan darah pada 60% pasien, Pendekatan diet,
yaitu mengonsumsi makanan yang kaya akan buah, rendah lemak atau bebas
lemak hewani. Pola diet ini cukup efektif menangani hipertensi berdasarkan riset
National Institute of Health (NIH) di Amerika Selatan, Penghentian konsumsi
alkohol dan rokok, Menghindari stress (Agoes, 2008).
Page 9
15
b. Terapi dengan obat-obatan
1. Hipertensi tanpa komplikasi diuretic, beta bloken
2. Indikasi tertentu enhibitor ACE, penghmabat reseptor angiotensin II, Alfa
bloker, alfa-beta bloker, antagonisca, diuretic.
3. Indikasi yang disesuaikan: diabetes mellitus tipe I dengan protein nuria
inhibitor ACE, gagal jantung ibhibitor ACE diuretic, hipertensi sistolik
terisolasi, infark miokard beta bloker (non ISA) inihibitor ACE (dengan
disfungsi sistolik) (Mansjoer, 2001).
Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat
dapat disesuaikan sampai dosis maksimal atau menambahkan obat golongan lain
atau mengganti obat pertama dengan obat golongan lain. Sasaran penurunan
tekanan darah adalah kurang dari 140/90 dengan efek samping minimal
penurunan dosis obat dapat dilakukan pada golongan hipertensi ringan yang sudah
terkontrol dengan baik selama satu tahun. Pilihan obat dalam mengatasi hipertensi
diantaranya:
1. Diuretik
Diuretik adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi
pengeluaran garam (NaCl) dengan turunya kadar Na+
makan tekanan darah akan
turun dan efek hipotensifnya kurang kuat. Obat yang sering digunakan adalah obat
yang daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan
diuretic yang hemat kalium seperti spironolacture, HCT, Cholotalidore, dan
indopanide.
Page 10
16
2. Alfa-Bloker
Alfa blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan
menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunya tekanan darah karena efek
hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak kuat misalnya hipotensi
ostotatik dan tachikardia maka jarang digunakan. Seperti prognosin dan terazosin
3. Beta-Blocker
Mekanisme kerja obat beta-blocker belum diketahui dengan pasti diduga
kerjanya berdasarkan beta blocker pada jantung sehingga mengurangi daya dan
frekuensi kontrasi jantung. Dengan demikian tekanan darah akan menurun dan
daya hipotensinya baik. Seperti : propanolol, alterolol, pindolol.
4. Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin
sehingga menurunkan aktifitas saraf adretergik perifer dan turunya tekanan darah,
penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ostatik seperti uonidire,
euanfacire dan netelopa.
5. Vasodilator
Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding osteriole
sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun
seperti hidralazine dan tecrazine.
6. Antagonis Kalsium
Mekanisme obat antagonis kalisum adalah menghambat pemasukan ion
kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasidilatasi dari turunya
tekanan darah seperti : nipedipin dan verapamil.
Page 11
17
7. Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat angiotensin converting enzyme yang berdaya vasokontriksi kuat
seperti coptopril. (capoten) dan enalprit. (Gunawan, 2001).
Prinsip pengobatan farmakologi
1. Dimulai dosis rendah, dinaikan secara perlahan.
2. Kombinasi obat yang sesuai dosis rendah sehingga mengurangi efek samping.
3. Bila respon kecil atau terdapat efek samping, diberikan golongan obat lain.
4. Penggunaan obat berefek jangka panjang, sehingga cukup diberikan sekali
sehari akan memperbaiki kepatuhan penderita dan variabilitas tekanan darah
(Joewono, 2003).
2.1.1.9 Prognosis
Secara keseluruhan, hipertensi tidak dapat disembuhkan. Namun dengan
penatalaksanaan yang tepat, hipertensi dapat dikontrol. Terapi dengan kombinasi
modifikasi gaya hidup dan obat antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan
darah dalam kisaran yang tidak akan merusak jantung dan organ lain
(Agoes, 2008)
2.1.1.10 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan penyakit
hipertensi
a. Pola makan tidak terkontrol
b. Stress
c. Minum obat antihipertensi tidak teratur ( sesuai anjuran dokter)
d. Olahraga tidak teratur.
Page 12
18
2.1.2 Konsep Perilaku
2.1.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku yaitu suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan
lingkungannya, baik yang diamati secara langsung ataupun yang diamati secara
tidak langsung. Pada umumnya perilaku manusia berbeda, karena dipengaruhi
oleh kemampuan yang tidak sama.
Pada dasarnya kemampuan ini amat penting diketahui untuk memahami
mengapa seseorang berbuat dan berperilaku berbeda dengan yang lain. Jadi
dengan kata lain perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme yang
bersangkutan( Thoha, 1979) Menurut Notoadmodjo (2010).
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh
Bloom dalam Notoadmodjo (2010) , dan untuk kepentingan pendidikan praktis,
dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku, sebagai berikut :
2.1.2.2 Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Lawrence Green (1989) dalam Notoatmodjo (2010) peningkatan
pengetahuan mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variabel
perilaku. Pengetahuan dapat diperoleh dari tingkat pendidikan, seseorang realitas
cara berfikir dan ruang lingkup jangkauan berfikirnya semakin luas.
Page 13
19
Pengetahuan kognitif adalah domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari hasil pengalaman serta
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang
dilakukan oleh Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang
mengadaptasi perilaku yang baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
beruntun yaitu:
1. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut
disini sikap subjek sudah mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang dicakup didalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know). Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
Page 14
20
mengingat kembali (recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication). Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis). Analisa merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Syntesis). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemajuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2010).
2.1.2.3 Sikap (Attitude)
Menurut Notoatmodjo (2010) sikap merupakan reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dan perilaku yang
Page 15
21
tertutup stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
a. Beberapa definisi sikap menurut para ahli (Azwar : 2009)
1) Menurut L. I Thurston, Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang
bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi.
2) Zimbardo dan Ebessen, Sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah
terpengaruh) terhadap seseorang, ide/objek yang berisi komponen-
komponen kognitif, afektif, dan behavior
3) Petty , Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya
sendiri, orang lain, obyek atau isue.
4) Notoatmojo, Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
5) Heri Purwanto, Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang
disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi.
Seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah
merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang dibuka lebih
dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2010).
Page 16
22
b. Komponen Sikap
Azwar (2010) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen yaitu:
1. Komponen Kognitif
Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan
seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek
sikap.
2. Komponen Afektif
Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah
emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum,
komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
3. Komponen Perilaku
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang
ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
c. Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2010)
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.
Page 17
23
Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide
tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga,
misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb)
untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi
adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap
gizi anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya
seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan
dari mertua atau orang tuanya sendiri.
d. Karakteristik Sikap
Menurut Brigham (dalam Dayakisni, 2009) ada beberapa ciri atau
karakteristik dasar dari sikap, yaitu :
1. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.
2. Sikap ditujukan mengarah kepada objek psikologis atau kategori, dalam
hal ini skema yang dimiliki individu menentukan bagaimana individu
mengkategorisasikan objek target dimana sikap diarahkan.
3. Sikap dipelajari. (learn ability)
Contoh : lapar, haus adalah motif psikologis yang
Page 18
24
tidak dipelajari, sedangkan pilihan pada makanan Eropa adalah sikap.
4. Sikap mempengaruhi perilaku. Memegang teguh suatu sikap yang
mengarah pada suatu objek memberikan satu alasan untuk berperilaku
mengarah pada objek itu dengan suatu cara tertentu.
5. Sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk atau
dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya
dengan objeknya.
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Azwar (2009) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang
dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga
agama, serta faktor emosi dalam diri individu.
1) Pengalaman Pribadi
Middlebrook (dalam Azwar, 2009) mengatakan bahwa tidak
adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek
psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek
tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi yang
melibatkan emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam
dan lebih lama membekas.
2) Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.
Page 19
25
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi
dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap
penting tersebut.
3) Pengaruh Kebudayaan
Burrhus Frederic Skinner, seperti yang dikutip Azwar sangat
menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam
membentuk pribadi seseorang.
4) Media Massa
Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan individu. Media massa memberikan
pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang.
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu system
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh
dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya. Sikap sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka konsep
pemikirannya akan lebih bijaksana dan matang karena pendidikan individu
merupakan landasan dasar untuk menentukan kepercayaan, apakah
menyetujui atau menolak.
Page 20
26
6) Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara
dan segera berlalu begitu frustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula
merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
f. Pembentukan dan Perubahan Sikap
Menurut Bimo Walgito (dalam Dayakisni, 2009), pembentukan dan
perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu :
1. Faktor internal (individu itu sendiri) yaitu cara individu dalam menanggapi
dunia luar dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima
atau ditolak.
2. Faktor eksternal yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang
merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.
2.1.2.4 Praktek atau Tindakan (Practice)
Menurut Notoatmodjo (2010) suatu sikap belum otomatis terwujudnya
dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya suatu sikap agar
menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga
diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain.
Page 21
27
Tindakan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guided respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek
tingkat tiga.
4. Adaptasi (adaption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah di modifikasikannya sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tindakannya tersebut.
Page 22
28
2.2 Kerangka Teori
Menurut Benyamin Bloom (1980) dalam Notoatmodjo (2010)
2.3 Kerangka Konsep
Upaya Pencegahan
Kekambuh Hipertensi Perilaku
Pengetahuan
Aspek yang diketahui dan mampu
diingat oleh responden tentang
upaya mencegah kekambuhan
penyakit hipertensi
Sikap
Segala pandangan atau pendapat
responden yang berkaitan dengan
upaya mencegah kekambuhan
penyakit hipertensi.
Tindakan
Upaya yang dilakukan dalam
mencegah kekambuhan penyakit
hipertensi.
Kekambuhan Penyakit
Hipertensi
Perilaku Penderita
Hipertensi
Tidak Terkontrol Terkontrol