9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA Depdiknas RI No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa “IPA berhubungan dengan upaya manusia mencari tahu tentang alam dan isinya secara sitematis, sehingga mereka tidak hanya tahu tentang fakta, konsep, dan prinsip IPA saja tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan prinsip itu terbentuk. Trianto (2013: 137) mengatakan bahwa IPA mencakup tentang dasar produk, ilmiah, proses ilmiah sikap ilmiah dan nilai yang terkandung di dalamnya. IPA adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menjadi dasar ilmu pengetahuan dan menjadi pijakan dalam perkembangan iptek (Ratna Hidayat dan Pratiwi Pujiastuti, 2016: 186). Dari sumber-sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan isinya yang berupa fakta, konsep, dan prinsip IPA juga bagaimana fakta, konsep, dan prinsip IPA itu terbentuk. IPA adalah kumpulan teori yang mempelajari alam semesta, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah dan ilmunya selalu berkembang juga menjadi tumpuan dalam perkembangan iptek. Dalam proses pembelajarannya IPA diharapkan mampu untuk membimbing siswa berpikir secara sistematis tentang suatu masalah guna mencari penyebab dan solusi dari masalah tersebut. IPA juga menuntut siswa untuk berpikir kritis guna mengembangkan sikap yang kreatif dalam memecahkan masalah yang ada di kehidupan sehari-hari. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD) IPA perlu diajarkan untuk mengenalkan siswa dan membiasakan mereka untuk berpikir kritis dalam menghadapai masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka, juga untuk melatih siswa berpikir secara sistematis dalam memecahkan maslah yang dihadapi karena nantinya mereka akan tumbuh dan berkembang dimasyarakat. 2.1.2 Pembelajaran IPA SD Menurut Slameto (2010: 2) pembelajaran adalah interaksi yang tercipta antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik
14
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16540/2/T1_292013112_BAB II...tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA
Depdiknas RI No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa “IPA berhubungan
dengan upaya manusia mencari tahu tentang alam dan isinya secara sitematis,
sehingga mereka tidak hanya tahu tentang fakta, konsep, dan prinsip IPA saja
tetapi juga tahu dan paham bagaimana fakta, konsep, dan prinsip itu terbentuk.
Trianto (2013: 137) mengatakan bahwa IPA mencakup tentang dasar produk,
ilmiah, proses ilmiah sikap ilmiah dan nilai yang terkandung di dalamnya.
IPA adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menjadi dasar ilmu
pengetahuan dan menjadi pijakan dalam perkembangan iptek (Ratna Hidayat dan
Pratiwi Pujiastuti, 2016: 186). Dari sumber-sumber tersebut dapat disimpulkan
bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan
isinya yang berupa fakta, konsep, dan prinsip IPA juga bagaimana fakta, konsep,
dan prinsip IPA itu terbentuk. IPA adalah kumpulan teori yang mempelajari alam
semesta, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah dan ilmunya selalu
berkembang juga menjadi tumpuan dalam perkembangan iptek. Dalam proses
pembelajarannya IPA diharapkan mampu untuk membimbing siswa berpikir
secara sistematis tentang suatu masalah guna mencari penyebab dan solusi dari
masalah tersebut. IPA juga menuntut siswa untuk berpikir kritis guna
mengembangkan sikap yang kreatif dalam memecahkan masalah yang ada di
kehidupan sehari-hari. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD) IPA perlu diajarkan
untuk mengenalkan siswa dan membiasakan mereka untuk berpikir kritis dalam
menghadapai masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka, juga untuk
melatih siswa berpikir secara sistematis dalam memecahkan maslah yang dihadapi
karena nantinya mereka akan tumbuh dan berkembang dimasyarakat.
2.1.2 Pembelajaran IPA SD
Menurut Slameto (2010: 2) pembelajaran adalah interaksi yang tercipta
antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik
10
dengan lingkungan sekitar. Menurut Nur dan Wikandari (Trianto, 2010: 143)
dalam proses pembelajarannya IPA harus lebih menitikberatkan pada pendekatan
ketrampilan proses supaya dapat melatih siswa untuk menemukan sendiri fakta-
fakta, membentuk konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah yang memberikan
dampak positif pada proses pembelajaran dan tujuan pendidikan. Sugiono (2012:
2) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD bukan hanya pada konsep
saja, tetapi juga pada ketrampilan proses yang menekankan pada bagaimana cara
peserta didik dalam menyelidiki tentang alam sekitar, kemudian memecahkan
maslah dan membuat kesimpulan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah interaksi yang
tercipta dalam proses pembelajaran antara guru dengan peserta didik, peserta didik
dengan peserta didik, peserta didik dengan lingkungan sekitar yang disusun dan
dirancang oleh guru dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran dengan
menitikberatkan pada ketrampilan proses.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Standar Isi 2006
menyatakan bahwa pembelajaran IPA dimaksudkan untuk melatih peserta didik
mempelajari diri sendiri dan lingungan alam disekitarnya, dimana apa yang
dipelajari oleh peserta didik tersebut diharapkan dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. dari latar belakang ini dapat diartikan pendidikan IPA
mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan IPA
manusia akan tertatik, termotivasi dan selalu ingin untuk mempelajari hal-hal baru
yang akan menghasilkan penemuan-penemuan baru yang berguna bagi kehidupan
manusia pada umumnya.
Tujuan pembelajaran IPA menurut KTSP (2006) adalah melatih
kemampuan siswa dalam mengembangan pengetahuan dan pemahaman terhadap
konsep-konsep ilmu IPA yang dapat dijadikan inovasi dan bermanfaat bagi
kehidupan sehari-hari.Kemampuan-kemampuan yang dikembangkan dalam
pembelajaran IPA seperti yang tercantum dalam KTSP Standar Isi 2006 adalah
sebagai berikut: (1) Memperoleh keyakinan akan kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan ciptaan-Nya yang ada didunia. (2) Mengembangkan pengetahuan
dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
11
(3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran akan adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat. (4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk mencari tahu tentang
alam sekitar, memecahkan persoalan dan membuat keputusan. (5) Meningkatkan
kesadaran untuk aktif berperan dalam menjaga, melindungi, dan melestarikan
lingkungan alam. (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai ciptaan Tuhan
dan segala ketentuannya. (7) Memperoleh bekal pengetahuan, ketrampilan dan
sikap sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Pembelajaran IPA di SD memiliki ruang lingkup yang mencakup berbagai
aspek dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu ruang lingkup tersebut meliputi
makhluk hidup dan proses kehidupannya. IPA mempelajari tentang semua
makhluk hidup yang meliputi manusia, hewan dan tumbuhan, serta interaksi antar
makhluk hidup tersebut dengan lingkungan sekitarnya.
Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar nasional yang
harus dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajarannya, juga sebagai
acuan bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum pembelajaran
yang digunakan. Salah satu Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar yang
digunakan dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA di SD Negeri Tolokan
Kecamatan Getasan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
dibawah.
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas 5
Sekolah Dasar Semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Memahami cara tumbuhan hijau membuat
makanan
2.1 Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau
membuat makanan
2.2 Mendeskripsikan ketergantungan manusia
dan hewan pada tumbuhan hijau sebagai
sumber makanan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut memerlukan suatu
proses pembelajaran yang tidak hanya terjadi transfer pengetahuan dari guru
12
kepada peserta didik. Proses pembelajaran yang berlangsung perlu memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengetahui secara langsung bagaimana
tumbuhan membuat makanannya sendiri dan bagaimana ketergantungan manusia
dan hewan terhadap tumbuhan hijau sebagai sumber makanannya. Atas dasar
itulah metode Think Pair Share (TPS) dipadukan dengan Eksperimen ditawarkan
untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dan memberikan pengalaman kepada
peserta didik dalam proses pembelajaran.
2.1.3 Model Think Pair Share (TPS)
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pertama kali diperkenalkan
oleh Frank Lyman dari Universitas Mariland pada tahun 1981. Menurut Trianto
dalam Purbaningrum (2012: 9) beranggapan bahwa Think Pair Share (TPS)
merupakan suatu cara yang efektif untuk mengganti suasana diskusi kelas.
Dengan anggapan bahwa diskusi perlu pengaturan untuk mengontrol suasana
kelas agar tetap kondusif dan terkendali secara keseluruhan. Prosedur dalam Think
Pair Share (TPS) dapat memberikan banyak waktu bagi siswa untuk berpikir,
merespon dan bekerja sama dengan teman dan kelompoknya.
Estiti (2007: 10) menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS) memiliki
prosedur secara tersirat dapat memberi peserta didik waktu yang lebih untuk
berpikir, menjawab, dan saling membantu antar sesama peserta didik. Melalui
cara ini diharapkan siswa dapat bekerja sama, saling membutuhkan dan saling
bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Alasan guru memilih model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
menurut Gunarti dalam Purbaningrum (2012: 10) adalah untuk melatih peserta
didik berani dalam mengungkapkan pikirannya kepada peserta didik lain, karena
biasanya anak usia SD bila ditunjuk untuk maju ke depan kelas guna menjawab
pertanyaan atau menyampaikan pendapatnya akan merasa malu.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan model pembelajaran yang
digunakan sebagai pengganti suasana diskusi kelas yang memberikan waktu bagi
peserta didik untuk berpikir dalam menjawab masalah yang dihadapi dan didesain
13
untuk melatih peserta didik berkerja sama dengan teman secara berpasangan serta
melatih peserta didik untuk berani menyampaikan pendapatnya kepada orang lain.
2.1.3.1 Kelebihan Model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan pilihan bagi guru dalam
mengajar peserta didik di dalam kelas.
Fadholi dalam Ariyanto (2014: 21) menyebutkan 5 kelebihan model