12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kematangan Karier 1. Pengertian Sciarra (2004) kematangan karier merupakan individu dapat menentukan tujuan tentang keberhasilan masa depan karier melalui pengumpulan informasi yang mencakup diri, penggunaan kemampuan, dan melakukan konsultasi dengan orang lain. Individu menghubungkan pemilihan karier dengan tujuan-tujuan karier dan mengidentifikasi persyaratan- persyaratan bidang pekerjaan yang spesifik sesuai kebutuhan untuk mencapai keberhasilan. Kematangan karier menurut Super (dalam Creed, Patton & Prideaux, 2007) adalah kesiapan dan kapasitas individu dalam menangani tugas-tugas perkembangan terkait dengan keputusan karier. Crites (Salami, 2008) mendefinisikan kematangan karier sebagai tingkat individu telah menguasai tugas perkembangan kariernya, baik komponen pengetahuan maupun sikap yang sesuai dengan tahap perkembangan kariernya. Gonzales (2008) menyatakan bahwa kematangan karier merupakan kesiapan individu menyelesaikan tugas perkembangan kariernya dengan melihat kesesuaian antara tahap perkembangan karier individu dengan usia kronologinya. Crites (dalam Gonzales, 2008) menyatakan bahwa kematangan karier berlangsung selama kehidupan individu. Kematangan karier merupakan
33
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kematangan Karier 1. Pengertianeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1270/2/BAB II.pdf · Contoh individu lebih akurat ... membuat lamaran pekerjaan serta mengikuti
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kematangan Karier
1. Pengertian
Sciarra (2004) kematangan karier merupakan individu dapat
menentukan tujuan tentang keberhasilan masa depan karier melalui
pengumpulan informasi yang mencakup diri, penggunaan kemampuan, dan
melakukan konsultasi dengan orang lain. Individu menghubungkan pemilihan
karier dengan tujuan-tujuan karier dan mengidentifikasi persyaratan-
persyaratan bidang pekerjaan yang spesifik sesuai kebutuhan untuk mencapai
keberhasilan.
Kematangan karier menurut Super (dalam Creed, Patton & Prideaux,
2007) adalah kesiapan dan kapasitas individu dalam menangani tugas-tugas
perkembangan terkait dengan keputusan karier. Crites (Salami, 2008)
mendefinisikan kematangan karier sebagai tingkat individu telah menguasai
tugas perkembangan kariernya, baik komponen pengetahuan maupun sikap
yang sesuai dengan tahap perkembangan kariernya.
Gonzales (2008) menyatakan bahwa kematangan karier merupakan
kesiapan individu menyelesaikan tugas perkembangan kariernya dengan
melihat kesesuaian antara tahap perkembangan karier individu dengan usia
kronologinya. Crites (dalam Gonzales, 2008) menyatakan bahwa kematangan
karier berlangsung selama kehidupan individu. Kematangan karier merupakan
13
rangkaian proses yang bekelanjutan dan memungkinkan adanya perbedaan
diantara individu yang satu dengan individu yang lain.
Sharf (2010) menjelaskan kematangan karier adalah kesiapan untuk
membuat pilihan dan keputusan karier yang berkaitan dengan refleksi dari
proses perkembangan karier individu untuk meningkatkan kapasitas diri
meliputi: perencanaan karier, mengambil pilihan yang realistik. Kematangan
karier mengarah pada pengenalan karier secara menyeluruh diawali dengan
pengenalan potensi diri, memahami lapangan pekerjaan dan merencanakan
sampai menentukan pilihan karier yang tepat.
Dillard (dalam Syamsiah, 2012) menyatakan bahwa kematangan karier
merupakan sikap individu dalam membuat keputusan karier yang ditampakan
oleh tingkat konsistensi pilihan karier dalam suatu periode tertentu. Menurut
Super (dalam Winkel & Hastuti, 2013) kematangan karier merupakan aspek
yang penting dimiliki individu untuk menunjang karier di masa depan. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa kematangan karier adalah keberhasilan seseorang
dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada tahapan-tahapan
perkembangan karier tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas, disimpulkan bahwa kematangan karier
adalah kesiapan dan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan karier mencakup pengetahuan tentang lapangan pekerjaan
membuat merencanakan karier, mencari informasi, memiliki wawasan
mengenai dunia kerja dan membuat keputusan karier yang akan ditekuni
dimasa depan.
14
2. Tahap-tahap Perkembangan Karier
Super (dalam Sharf, 2011) mengemukakan bahwa ada lima tahapan-
tahapan perkembangan karier yaitu tahap pengembangan, eksplorasi,
pemantapan, pembinaan, dan kemunduran.
a. Tahap Pengembangan
Pada tahap ini individu ditandai dengan perkembangan fantasi,
interes dan kapasitas. Individu terbentuk melalui identifikasi terhadap
figur-figur keluarga dan lingkungan sekolah. Pada awalnya, anak-anak
mengamati lingkungan untuk mendapatkan informasi mengenai dunia
kerja dan menggunakan rasa penasaran untuk mengetahui minat. Seiring
berjalannya waktu, rasa penasaran dapat mengembangkan kompetensi
untuk mengendalikan lingkungan dan kemampuan untuk membuat
keputusan. Disamping itu melalui tahap ini, anak-anak dapat mengenali
pentingnya perencanaan masa depan dan memilih pekerjaan. Tahap ini
terdiri dari 3 sub tahap yaitu:
1) Sub tahap fantasi (4-10 tahun)
Pada sub tahap ini ditandai dengan minat anak berfantasi untuk
menjadi individu yang diinginkan, kebutuhan dan menjalani peran
adalah hal yang penting.
2) Sub tahap interes (11-12 tahun)
Individu pada sub tahap ini berhenti membuat pilihan karier
berdasarkan fantasi tetapi cenderung dasar pilihan individu pada
kepentingan atau kesukaan. Sebagai contoh banyak pilihan individu
15
terkait dengan karier berdasarkan pekerjaan ayahnya. individu cukup
sadar bahwa kepentingannya mungkin berubah dan mungkin dapat
membuat pilihan karier yang berbeda, namun pilihan individu tidak
jelas dan tidak peduli dengan pilihan alternatif karena indivudu tahu
bahwa ada banyak waktu untuk membuat pilihan dan pada sub tahap
ini individu memiliki kemampuan untuk menilai kompetensi diri
sendiri namun terbatas. Individu memiliki beberapa paparan melalui
komunitasnya mengenai sejumlah pekerjaan. individu tertarik untuk
menjadi detektif atau dokter, bidang pekerjaan ini digambarkan di
televisi. individu dapat mengamati peran orang tua dan orang tua
teman-temannya. Mampu bertanya pada diri sendiri apakah ini sesuatu
yang saya ingin lakukan?
3) Sub tahap kapasitas (13-14 tahun)
Pada sub tahap ini individu mampu mempertimbangkan
kemampuan pribadi dan memiliki padangan yang lebih realistik
mengenai karier dimasa depan. Contoh individu lebih akurat
menggambarkan kemampuan diri sendiri dibandingkan
kemampuannya 2 tahun sebelum seperti "dua tahun yang lalu, aku
ingin menjadi seorang pemain bola basket, tapi sekarang aku
menyadari aku tidak akan cukup baik," atau "saya tidak yakin bahwa
aku bisa pernah menjadi insinyur seperti ayahku karena harus tahu
matematika sulit." Pada sub tahap ini proses pendidikan menjadi
sangat penting dalam persiapan mereka untuk bekerja.
16
b. Eksplorasi (14-25 tahun)
Pada tahap ini individu banyak melakukan pencarian tentang karier
apa yang sesuai dengan dirinya, merencanakan masa depan dengan
menggunakan informasi dari diri sendiri dan orang lain. Individu mulai
mengenali diri sendiri melalui minat, kemampuan, dan nilai. Individu akan
mengembangkan pemahaman diri, mengidentifikasi pilihan pekerjaan
yang sesuai, dan menentukan tujuan masa depan yang sementara tetapi
dapat diandalkan. Individu juga akan menentukan pilihan melalui
kemampuan yang dimiliki untuk membuat keputusan dengan memilih di
antara alternatif pekerjaan yang sesuai. Tahap ini terdiri dari 3 sub tahap,
yaitu :
1) Sub tahap kristalisasi (14-17 tahun).
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah individu mencari
berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan
formal maupun nonformal, untuk persiapan masa hidupnya.
2) Sub tahap Spesifikasi (18-21 tahun).
Sub tahap ini merupakan periode peralihan dari menentukan
pilihan secara umum mengkhususkan pilihan pekerjaan dengan
memasuki pendidikan formal perguruan tinggi maupun universitas
sesuai minat dan potensi yang dimilikinya untuk memperoleh keahlian
dan profesional untuk mempersempit pilihan karier.
17
3) Sub tahap implementasi (22-25 tahun).
Implementasi adalah fase terakhir sebelum bekerja, tahapan
yang paling dekat dengan aktivitas kerja yang sesungguhnya. Individu
membuat perencanaan yang lebih matang untuk mencapai tujuan
kariernya. Individu dapat mengawali dengan menghubungi relasi-relasi
yang dapat menolongnya untuk mendapatkan pekerjaan yang diminati,
berkonsultasi dengan konselor, membuat lamaran pekerjaan serta
mengikuti tes seleksi atau interview, individu menyelesaikan masa
kuliah atau pelatihannya, lalu menapaki dunia kerja.
c. Tahap Pemantaban (25 -45 tahun)
Pada tahap ini individu mulai memasuki dunia kerja yang sesuai
dengan dirinya dan bekerja keras untuk mempertahankan pekerjaan
tersebut. Masa ini merupakan masa paling terampil, produktif dan kreatif.
Tahap ini terdiri dari 3 sub tahap yaitu:
1) Menstabilkan
Pada tahap ini individu merasa nyaman dengan pekerjaan,
sehingga ingin terus mempertahankan pekerjaan yang dimiliki. Tugas
perkembangan pada masa ini adalah menstabilkan pekerjaan.
2) Konsolidasi
Pada sub tahap ini pola karir individu menjadi jelas dan telah
menstabilkan pekerjaan. Tugas perkembangan yang harus dipenuhi
oleh individu pada masa ini adalah menetapkan pilihan pekerjaan
agar memperoleh keamanan dan kenyamanan dalam bekerja, serta
18
melakukan peningkatan dalam dunia kerja dengan menunjukkan
perilaku yang positif dan produktif dengan rekan kerja.
3) Memajukan
Pada tahap ini merupakan tahap pembentukan,
mengkonsolidasikan yang telah terjadi, maju untuk bergerak dan
maju ke posisi yang lebih bertanggung jawab dengan gaji yang lebih
tinggi dengan kata lain naik jabatan.
b. Tahap Pembinaan (45-65 tahun)
Tugas tahap ini individu tidak maju tetapi mempertahankan status
pekerjaan, fokus mempertahankan posisi melalui persaingan dengan rekan
kerja yang lebih muda dan menjaga posisi tersebut dengan pengetahuan
yang baru dan tergantung pada kemampuan fisik, kebijakan perusahaan
situasional keuangan pribadi, dan motivasi. Individu pada tahap ini telah
menetapkan pilihan pada satu bidang karir, fokus mempertahankan posisi
melalui persaingan dengan rekan kerja yang lebih muda dan menjaga
posisi tersebut dengan pengetahuan yang baru. Tugas perkembangan yang
harus dipenuhi oleh individu pada tahap ini, yaitu:
1) Memegang
Ketika beberapa tingkat keberhasilan telah dicapai, individu
memegang posisi jabatan yang dimiliki. individu belajar hal-hal baru
untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di posisi dan
menyadari kegiatan rekan kerja yang terlibat dan individu menghadapi
19
tantangan dengan berkompetisi dengan rekan kerja, perubahan
teknologi, memenuhi tuntutan keluarga, dan berkurangnya stamina.
2) Memperbarui
Pada tahap ini Individu harus bekerja keras dalam mengerjakan
tugas dengan lebih baik melalui memperbaharui pengetahuan dan
keterampilan, kehadiran program ini mengupdate pekerja pada
perubahan di lapangan seperti mengikuti seminar pendidikan termasuk
menghadiri pertemuan profesional, mengunjungi pelanggan untuk
melihat perkembangan baru di lapangan, dan bertemu orang-orang
yang bisa memperbaharui pengetahuan individu.
3) Berinovasi
Pada tahap ini individu melakukan pekerjaan dengan cara yang
berbeda, melakukan pekerjaan yang berbeda, dan menghadapi
tantangan baru.
d. Tahap kemunduran (Usia 65 + tahun)
Individu pada tahap ini mulai mempertimbangkan masa pra-
pensiun, hasil kerja, dan akhirnya pensiun. Hal ini dikarenakan
berkurangnya kekuatan mental dan fisik sehingga menyebabkan
perubahan aktivitas kerja dan pada tahap ini individu mengalami
penurunan. Tahap ini terdiri dari 3 sub tahap, yaitu:
1) Memperlambat
Tugas perkembangan pada sub tahap ini adalah individu
mengurangi tingkat pekerjaan secara efektif dan mulai merencanakan
20
pensiun. Hal ini ditandai dengan adanya penyerahan tugas sebagai
salah satu langkah mempersiapkan diri menghadapi pensiun.
2) Perencanaan pensiun
Pada sub tahap ini individu mulai perencanaan pensiun awal
seperti membuat perencanaan kegiatan keuangan yang dapat
dilakukan di masa pensiun.
3) Hidup pensiun
Hidup pensiun umum bagi orang-orang di akhir 65 keatas
individu mengalami perubahan peran hidup dan kegiatan yang
dilakukan seperti rekreasi, kegiatan lebih banyak di rumah bersama
keluarga, dan pelayanan masyarakat.
Berdasarkan pemaparan tahapan perkembangan karier individu, Super
(dalam Winkel & Hastuti, 2013) menjelaskan bahwa individu yang mencapai
kematangan karier ditandai dengan keberhasilan seseorang dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada tahapan-tahapan
perkembangan karier tertentu. Jika dikaitkan subjek penelitian ini berada pada
tugas perkembangan karier yaitu tahap eksplorasi sub tahap implementasi usia
22 sampai dengan 25 tahun. Pada sub tahap implementasi individu melakukan
observasi atau mencari informasi yang terdapat di sekelilingnya untuk
mendapatkan gambaran berbagai macam pekerjaan yang sesuai dengan minat,
memiliki kemampuan membuat perencanaan yang lebih matang dan
memutuskan bidang pekerjaan untuk mencapai tujuan kariernya. Menurut
Winkel & Hastuti (2013) rentang usia 22 sampai dengan 25 merupakan
21
mahasiswa akhir dan Moeliono dkk (dalam Widyatama & Alamawati, 2014)
menyatakan bahwa mahasiswa tingkat akhir merupakan mahasiswa yang
telah melewati enam semester.
3. Dimensi-dimensi Kematangan Karier
Menurut Super (dalam Sharf, 2010) konsep kematangan karier
memiliki beberapa dimensi, yaitu:
a. Perencanaan karier (Career planning)
Konsep ini mengukur intensitas individu mencari beragam
informasi mengenai berbagai jenis bidang pekerjaan dan seberapa jauh
individu mengetahui beragam jenis pekerjaan. Seberapa banyak
perencanaan yang dilakukan individu adalah hal penting dalam konsep
ini.
Beberapa kegiatan yang tercakup dalam konsep ini antara lain;
mempelajari informasi terkait jenis pekerjaan yang diminati,
membicarakan perencanaan yang dibuat dengan orang-orang dewasa
(orang yang lebih berpengalaman), mengikuti kursus yang dapat
membantu membuat keputusan karier, ikut serta dalam kegiatan
ekstrakurikuler atau kerja magang/paruh waktu, dan mengikuti pelatihan
atau pendidikan yang berkenaan dengan jenis pekerjaan yang diminati.
Konsep ini berkaitan dengan pengetahuan mengenai kondisi pekerjaan,
jenjang pendidikan yang disyaratkan, prospek kerja, pendekatan lain
untuk memasuki pekerjaan yang diminati, dan kesempatan untuk
peningkatan karier.
22
Perencanaan karier mengacu pada seberapa banyak individu
mengetahui tentang hal-hal yang harus dilakukan, bukan pada seberapa
benar individu tahu mengenai pekerjaan yang diminati tersebut.
b. Eksplorasi karier (career exploration)
Konsep penting dalam dimensi ini adalah keinginan untuk
menjelajahi atau mencari informasi mengenai pilihan karier. Pada
dimensi ini ingin mengetahui seberapa besar keinginan individu untuk
mencari informasi dari beragam sumber seperti orang tua, kerabat lain,
teman-teman, para guru, konselor, buku-buku, dan bahkan film. Konsep
eksplorasi karier berhubungan dengan seberapa banyak informasi yang
dapat diperoleh individu.
c. Pembuatan keputusan (decision making)
Pada dimensi ini, ide mengenai pengambilan keputusan sangat
penting. Konsep ini berkenaan dengan kemampuan menggunakan
pengetahuan dan membuat perencanaan karier. Hal ini, individu
diposisikan dalam situasi orang lain harus membuat keputusan karier
yang terbaik. Jika individu mengetahui bagaimana orang lain harus
membuat keputusan karier, maka mereka juga dapat membuat keputusan
karier yang baik bagi dirinya.
d. Informasi dunia kerja (world-of-work Information)
Konsep ini memiliki dua komponen dasar; pertama berkaitan
dengan pengetahuan individu mengenai tugas-tugas perkembangan yang
penting, seperti kapan individu harus mengeksplorasi minat dan
23
kemampuan, bagaimana seseorang mempelajari pekerjaannya, dan
mengapa seseorang berpindah kerja. Kedua, mencakup pengetahuan
mengenai tugas kerja (job deskripsi) pada pekerjaan tertentu. Super
menilai bahwa sangat penting bagi individu untuk mengetahui dunia
kerja sebelum membuat keputusan pilihan karier.
e. Knowledge of the Preferred Occupational Group (pengetahuan
Mengenai kelompok kerja yang diminati)
Dimensi ini berhubungan pengetahuan mengenai tugas kerja (job
desk) dari pekerjaan yang diminati, peralatan kerja, dan persyaratan fisik
yang dibutuhkan. Dimensi ini juga terkait kemampuan individu dalam
mengidentifikasi orang-orang terhadap pekerjaan yang diminati. Kategori
minat yang dapat mereka pilih mencakup verbal, numerik, clerical,
mekanis, keilmuan, seni, promosional, sosial, dan luar ruang atau
pekerjaan lapangan.
Menurut Crites (dalam Buana, 2014) menjelaskan lima dimensi dalam
kematangan karier, dimensi tersebut yaitu:
a. Ketegasan dalam pengambilan keputusan karier (Decisiveness in career
decision making)
Dimensi ini mengukur dalam menentukan karier yang akan
dipilihnya, dan mengandung unsur kemantapan individu untuk
mengambil keputusan dalam waktu yang berbeda, kemantapan
mengambil keputusan atas pekerjaan yang dipilihnya, kemantapan
24
mengambil keputusan yang berhubungan dengan tingkat pekerjaan,
kemantapan memilih pekerjaan dengan adanya pengaruh keluarga.
b. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan karier (Involvement in career
decision making)
Dimensi ini mengandung unsur keterlibatan aktif dalam
pengambilan keputusan karier, yang menjelaskan tentang keaktifan
individu dalam proses pengambilan keputusan, bersikap dan berorientasi
positif terhadap pekerjaan dan nilai-niai pekerjaan yang dipilih, tidak
tergantung pada orang lain dalam memilih pekerjaan, melandaskan faktor-
faktor tertentu menurut kepentingannya dalam memilih pekerjaan, dan
memiliki ketetapan konsep dalam pengambilan keputusan.
c. Kemandirian dalam pengambilan keputusan karier (Independence in
career decision making)
Dimensi ini terdapat unsur kemandirian dalam proses menentukan
pilihan karier, keinginan individu yang berhubungan dengan pemilihan
bidang pekerjaan.
d. Orientasi dalam pengambilan keputusan karier (Orientation in career
decision making)
Dimensi ini mengenai tentang orientasi pada kesenangan (minat)
dalam menentukan pilihan karier, mengenai kemampuan individu dalam
memecahkan masalah yang berhubungan dengan pemilihan pekerjaan,
rencana yang berhubungan dengan pemilihan pekerjaan, memiliki
pengetahuan tentang pekerjaan yang dipilihnya, mengevaluasi
25
kemampuan diri dalam hubungannya dengan pemilihan pekerjaan, dan
menetapkan tujuan pekerjaan yang hendak dipilih.
e. Kompromi dalam pengambilan keputusan karier (Compromise in career
decision making)
Dimensi ini mengukur kemampuan mengkompromikan antara
keinginan dengan kenyataan, seperti kesesuaian antara kemampuan
dengan pekerjaan yang dipilih, mampu mengambil keputusan untuk
memilih pekerjaan yang sesuai dengan sifat kepribadian, dan dapat
menyesuaikan antara tingkat status sosial dengan pekerjaan yang dipilih.
Berdasarkan dua penjabaran teori di atas, peneliti memilih
menggunakan dimensi-dimensi kematangan karier dari Super (dalam Sharf,
2010) sebagai dasar teori untuk mengetahui tingkat kematangan karier yang
terdiri atas : perencanaan karier (career planing), eksplorasi karier (career
exsploration), pembuatan keputusan (making descisition), informasi dunia
kerja (world-of-work information), dan pengetahuan mengenai kelompok kerja
yang diminati (knoweledge of the preferred occupational group)
Pemilihan peneliti menggunakan dimensi-dimensi kematangan karier
dari Super (dalam Sharf, 2010) dikarenakan penjabaran dimensi-dimensi
tersebut lebih operasional sehingga lebih mudah dipahami dan mempermudah
peneliti menentukan penyusunan alat ukur.
26
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karier
Super (dalam Sharf, 2010) mengemukakan 8 faktor yang
mempengaruhi kematangan karier individu, yaitu:
a. Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu merupakan suatu yang paling mendasar untuk
semua kebutuhan dan dorongan. Melalui rasa ingi tahu, fantasi individu
akan berkembang hal ini penting dalam proses kematangan karier pada
tahap awal karena akan membantu perkembangan karier dimasa
mendatang.
Individu yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi membuat
individu akan mencoba hal-hal baru, dari hasil tersebut maka akan
membantu untuk memahami kemampuan yang dimilikinya sehingga
mempermudah dalam menentukan karier yang dipilih sesuai kemampuan
individu.
b. Eksplorasi
Eksplorasi merupakan tindakan untuk menguji rasa ingin tahu yang
mengacu pada keinginan untuk mengetahui sesuatu yang baru atau tidak
biasa. Jika rasa ingin tahu merupakan sebuah kebutuhan, maka eksplorasi
adalah suatu perilaku melakukan eksplorasi dan suatu prilaku jadi
individu melakukan eksplorasi dari informasi-informasi yang diperoleh
dari rasa ingin tahu tersebut, hal ini mengarah proses kematangan karier
seperti memutuskan pilihan karier yang sesuai.
27
c. Informasi
Informasi merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam
kematangan karier individu, informasi sangat membantu, informasi yang
diperoleh dari luar dirinya yang kemudian diinternalisasikan dengan
mempertimbangkan berbagai hal termasuk aspek-aspek yang ada dalam
diri individu dalam menentukan sebuah pilihan karier
d. Tokoh panutan
Orang yang lebih dewasa merupakan tokoh panutan bagi individu
untuk belajar tentang dunia kerja. Tokoh panutan membawa dampak yang
cukup besar bagi individu karena lebih mudah diamati, sehingga
membawa perkembangan terhadap perilaku individu tersebut, tokoh
panutan tersebut meliputi orang tua, guru atau orang-orang yang
dikagumi.
e. Kontrol internal dan eksternal
Jika individu telah mampu menyelsaikan tugas-tugasnya, dapat
menunjukkan kemandiriannya dan mulai mengendalikan masa depannya,
kemampuan mengendalikan perilaku menjadikan individu lebih mengerti
dan sadar akan suatu hal yang disukai maupun tidak disukai.
Berlandaskan pemahaman yang dimiliki individu dapat dijadikan
landasan dalam menentukakan karier di masa depan.
f. Perkembangan minat
Fantasi karier pada individu dipengaruhi oleh informasi yang
mereka peroleh tentang dunia kerja dan menjadikan individu tertarik pada
28
suatu hal dan mendorong minat individu yang dapat membantu
kematangan karier individu.
g. Perspektif waktu
Perspektif waktu berorientasi pada masa depan. Usia individu terus
berkembang dari waktu ke waktu. Individu mengungkapkan cita-citanya
masa kecil yang dijadikan sebuah angan dan waktu terus berjalan,
sehingga masa perkembangannya individu dapat menentukan cita-citanya
yang realistis dengan berupaya merencanakan pendidikan untuk mencapai
cita-cita di masa depan serta memunculkan perilaku eksplorasi karier
yang menumbuhkan kemampuan mementukan pilihan karier guna
tercapainya kemtangan karier
h. Konsep diri
Konsep diri merupakan bagian terpenting dari kematangan karier
individu. Konsep diri mengacu pada pandangan individu tentang diri
sendiri maupun masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa konsep diri
karier berkembang melalui pertumbuhan fisik, mental, observasi dunia
kerja mengindentifikasi orang dewasa bekerja, lingkungan sekitar dan
pengalaman pada umumnya. Bila pengalaman yang berkaitan dengan
dunia kerja sudah menjadi luas, maka konsep diri tentang karier
terbentuk dengan baik. Konsep diri merupakan tenaga penggerak yang
membentuk pola pikir karier individu yang akan diikuti sepanjang
hidupnya jadi individu mengimplementasikan konsep diri kadalam karier
29
yang akan menjadi alat ekspresi dirinya yang efisien sehingga konsep diri
dapat mempengaruhi kematangan karier.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa kematangan karier dipengaruhi
oleh delapan faktor yaitu : rasa ingin tahu, eksplorasi, informasi, tokoh
panutan, kontrol internal dan ekternal, perkembangan minat, perspektif waktu
dan konsep diri (Super dalam Sharf, 2010).
Menelaah faktor-faktor di atas, peneliti kemudian memilih konsep diri
sebagai variabel bebas. Menurut Super (dalam Sharf, 2010) konsep diri
merupakan bagian terpenting dari kematangan karier individu. Dijelaskan
lebih jauh konsep diri merupakan tenaga penggerak yang membentuk pola
pikir karier individu yang akan diikuti sepanjang hidupnya jadi individu
mengimplementasikan konsep diri ke dalam karier dan menjadi alat ekspresi
dirinya yang efisien dalam memutuskan karier.
B. Konsep diri
1. Pengertian
Konsep diri menurut Calhoun & Acocella (1990) adalah gambaran
tentang diri individu itu sendiri, yang terdiri dari pengetahuan tentang dirinya,
pengharapannya, dan penilaian terhadap dirinya. Pengetahuan tentang diri
setiap individu adalah merupakan informasi yang dimiliki individu tersebut
tentang dirinya, misalnya usianya, jenis kelaminnya, penampilannya, dan
sebagainya. Pengharapan bagi setiap diri individu merupakan gagasan
individu tersebut tentang kemungkinan menjadi apa dirinya kelak. Penilaian
individu tentang dirinya sendiri merupakan pengukuran yang dilakukan
30
individu sendiri tentang keadaan dirinya, yang dibandingkannya dengan apa
yang didapat dan seharusnya terjadi pada dirinya. Penilaian diri ini
menentukan tingkat harga dirinya, yang pada akhirnya akan menentukan
perilakunya. Semakin baik setiap individu menghargai dirinya, semakin positif
pula konsep diri yang dimilikinya. Begitu juga sebaliknya, semakin tidak baik
setiap individu menghargai dirinya maka semakin negatif pula konsep diri
yang dimilikinya. Akhir dari konsep diri ini semua, apakah itu positif atau
negatif, adalah berbentuk perilaku yang positif.
Calhoun dan Accocella (1990) membagi konsep diri menjadi dua yaitu:
konsep diri yang positif dan negatif. Konsep diri yang positif adalah yakin
terhadap kemampuan dirinya sendiri, merasa sejajar dengan orang lain,
menerima pujian tanpa rasa malu, optimis, sadar bahwa setiap orang memiliki
keragaman perasaan hasrat dan perilaku yang tidak disetujui masyarakat serta
mampu mengembangkan diri karena sanggup menggunakan aspek-aspek
kepribadian yang buruk dan berupaya merubahnya, sementara itu konsep diri
yang negatif adalah peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, punya
sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak di sukai orang lain dan pesimis.
Pudjijogyanti (1993) menjelaskan konsep diri merupakan gambaran
yang dimiliki seseorang tentang dirinya, dibentuk melalui pengalaman-
pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri
berkembang dari pengalaman-pengalaman yang terus menerus ditanamkan
pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi
tingkah lakunya di masa depan.
31
Fitts (dalam Agustiani, 2009) menyatakan konsep diri merupakan aspek
penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan
kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Ketika individu mempersepsikan diri, bereaksi terhadap dirinya, memberikan
arti dan penilaian serta membentuk abstraksi tentang dirinya, berarti individu
menunjukkan suatu kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan untuk
keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti yang dilakukan
terhadap dunia diluar dirinya.
Burn (dalam Gufhron dan rini, 2012) mendefinisikan konsep diri
sebagai kesan terhadap dirinya sendiri secara keseluruhan yang mencangkup
pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri di mata
orang lain dan pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai. Menurut Hurlock
(dalam Gufron dan Rini, 2012) konsep diri merupakan gambaran seseorang
mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik,
psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang dicapai.
Gufron dan Rini (2012) juga menjelaskan konsep diri sebagai apa yang
dipikirkan dan dirasakan tentang dirinya sendiri. Ada dua konsep diri yaitu
konsep diri kognitif dan konsep diri afektif. Komponen kognitif adalah
pengetahuan individu tentang dirinya mencangkup pengetahuan “siapa saya?”
yang akan memberikan gambaran tentang dirinya. Sementara komponen
afektif merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang akan
membentuk bagaimana pemerimaan terhadap dirinya dan harga diri individu.
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa konsep diri adalah gambaran diri
32
individu terhadap dirinya, yang terdiri dari pengetahuan tentang diri setiap
individu dan merupakan informasi yang dimiliki individu tentang dirinya,
misalnya: usianya, jenis kelaminnya, penampilannya, dan sebagainya.
Pengharapan bagi setiap diri individu merupakan gagasan individu tersebut
tentang kemungkinan menjadi apa di masa depan. Penilaian individu tentang
dirinya sendiri merupakan pengukuran yang dilakukan individu sendiri
tentang keadaan dirinya, yang dibandingkannya dengan apa yang menurut
yang seharusnya terjadi pada dirinya. Penilaian diri ini menentukan tingkat
harga dirinya, yang pada akhirnya akan menentukan perilakunya.
2. Dimensi-dimensi Konsep Diri
Calhoun dan Accocella (1990) menyatakan konsep diri terdiri dari tiga
dimensi yaitu:
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya.
Dalam benak individu terdapat satu daftar yang menggambarkan dirinya,
kelengkapan dan kekurangan fisik, usia, jenis kelamin, bangsa, suku,
pekerjaan, agama dan lainnya. Pengetahuan tentang diri juga berasal dari
kelompok sosial yang didentifikasi oleh individu terhadap suatu
kelompok tertentu. Maka kelompok tersebut memberi informasi lain
tentang dirinya.
Individu membandingkan diri dengan anggota kelompok lain
dengan istilah kualitas dan mengkategorikan dirinya seperti: sebagai
33
orang yang spontan atau orang yang hati-hati, baik hati atau egois, tenang
atau tempramen tinggi, tergantung atau mandiri.
b. Harapan
Pada saat tertentu, individu mempunyai satu aspek pandangan
tentang kemungkinan dirinya menjadi apa dimasa depan. individu
mempunyai harapan bagi dirinya sendiri untuk menjadi diri yang ideal.
Diri yang ideal sangat berbeda pada masing-masing individu.
Harapan yang dimiliki individu dapat membangkitkan kekuatan
serta mendorong setiap individu menuju masa depan dan memandu
kegiatan individu dalam perjalanan hidupnya mencapai tujuan di masa
depan.
c. Penilaian
Pada dimensi ini individu memiliki penilaian terhadap diri sendiri.
Individu berkedudukan sebagai penilai tentang dirinya sendiri. Seperti
“siapakah saya?” pengharapan individu, dan “seharusnya saya menjadi
apa?” standar bagi individu.
Pada dasarnya dimensi penilaian merupakan gambaran tentang
individu tentang siapa dirinya atau dapat menjadi apa.
Fitts (dalam Agustiani, 2009) membagi konsep diri dalam dua dimensi
pokok, yaitu sebagai berikut :
a. Dimensi Internal
Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal
(internal frame reference) adalah penilaian yang dilakukan individu yakni
34
penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan
dunia didalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk :
1) Diri identitas (Identity Self)
Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada
konsep diri dan mengacu pada pertanyaan” Siapakah saya?” Dalam
pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang
diberikan pada diri( self) oleh individu-individu yang bersangkutan
untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya,
misalnya “saya Ita”. Kemudian dengan bertambahnya usia dan
interaksi dengan lingkungannya, pengetahuan individu tentang dirinya
juga bertambah, sehingga ia dapat melengkapi keterangan tentang
dirinya dengan hal-hal yang lebih kompleks, seperti “ Saya pintar
tetapi terlalu gemuk” dan sebagainya.
Pengetahuan individu tentang dirinya juga bertambah, sehingga
ia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan hal-hal yang
lebih kompleks, seperti “Saya pintar tetapi terlalu gemuk” dan
sebagainya.
2) Diri perilaku (Behavioral Self)
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah
lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai” apa yang
dilakukan oleh diri”. Selain itu bagian ini berkaitan erat dengan diri
identitas. Diri yang adekuat akan menunjukkan adanya keserasian
antara diri identitas dengan diri pelakunya, sehingga ia dapat
35
mengenali dan menerima, baik diri sebagai idenitas maupun sebagai
pelaku. Kaitan dari keduanya dapat dilihat pada diri sebagai penilai.
3) Diri penerimaan/penilai (Judging Self)
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar dan
evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara
diri identitas dan diri pelaku.
Manusia cenderung memberikan penilaian terhadap apa yang
dipersepsikannya. Oleh karena itu, label-label yang dikenakan pada
dirinya bukanlah semata-mata menggambarkan dirinya, tetapi juga
syarat dengan nilai-nilai. Selanjutnya, penilaian ini lebih berperan
dalam menentukan tindakan yang akan ditampilkannya.
Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau
seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang rendah
akan menimbulkan harga diri(self esteem) yang rendah pula dan akan
mengembaangkan ketidakpercayaan yang mendasar pada dirinya.
Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan diri yang tinggi,
kesadaran dirinya lebih realisitis, sehingga lebih memungkinkan
individu yang bersangkutan untuk melupakan keadaan dirinya dan
memfokuskan energi serta perhatiannya ke luar diri, dan pada akhirnya
dapat berfungsi lebih konstruktif.
Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang berbeda-
beda, namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri
yang utuh dan menyeluruh.
36
b. Dimensi Eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan
dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di
luar dirinya.
Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang
berkaitan dengan sekolah, organisasi, agama dan sebagainya. Namun,
dimensi yang dikemukakan oleh Fitts adalah dimensi eksternal yang
bersifat umum semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu:
1) Diri Fisik (Physical Self)
Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan
dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat seseorang mengenai
kesehatan dirinya, penampilan dirinya ( cantik, jelek, menarik, tidak
menarik) dan keadaan tubuhnya( tinggi, pendek, gemuk, kurus).
2) Diri-etik-moral (Moral-ethical Self)
Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya
dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini
menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan.,
kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai
moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.
3) Diri pribadi (Personal Self)
Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang
keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau
hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana
37
individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana individu
merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.
4) Diri keluarga (Family Self)
Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang
dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini
menunjukkan seberapa jauh seseorng merasa kuat terhadap dirinya
sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang
dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga.
5) Diri sosial (Social Self)
Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi
dirinya dengan orang lain maupun lingkungan disekitarnya.
Berdasarkan pemaparan dua teori di atas, peneliti memilih
menggunakan dimensi-dimensi Konsep Diri dari Calhoun & Acocella (1990)
sebagai dasar teori untuk mengetahui tingkat konsep diri yang terdiri atas:
pengetahuan, harapan dan penilaian. Pemilihan peneliti menggunakan
dimensi-dimensi konsep diri dari Calhoun & Acocella (1990) dikarenakan
penjabaran dimensi-dimensi tersebut lebih operasional sehingga lebih mudah
dipahami dan mempermudah peneliti menentukan penyusunan alat ukur.
38
C. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kematangan Karier Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana
Yogyakarta
Super (dalam Savicas, 2001) menjelaskan bahwa setiap individu
diharapkan memiliki kematangan karier yang tinggi untuk merencanakan karier
secara tepat dan menentukan pilihan karier selanjutnya. Lebih lanjut Brown &
Brooks (2010) menjelaskan bahwa individu yang memiliki kematangan karier
yang tinggi akan berdampak pada kesiapan seseorang untuk membuat pilihan
karier. Lebih lanjut Lunberg (dalam Anggraini, 2012) menyatakan bahwa
kematangan karier yaitu situasi kesiapan dari seseorang untuk mengetahui dan
memahami tentang arah minat dan potensi yang dimiliki sehingga diharapkan
dengan pemahamannya tersebut, maka individu dapat menentukan pekerjaan yang
diinginkannya dan lebih jauh lagi akan memudahkannya untuk dapat fokus pada
bidang pekerjaan seta sejahtera dalam menjalankannya.
Kematangan Karier dipengaruhi oleh konsep diri. Menurut Winkel
dan Hastuti (2013) bahwa individu dengan konsep diri yang positif memiliki
keyakinan akan kemampuannya dan mampu melihat diri apa adanya serta dapat
memutuskan bidang pekerjaan untuk dirinya di masa depan dalam suatu bidang
jabatan yang paling memungkinkan untuk mengekspresikan diri sendiri dan sesuai
dengan karakteristik dirinya, hal tersebut dapat mendorong individu mencapai
kematangan karier. Sebaliknya individu dengan konsep diri yang negatif
cenderung mengembangkan rasa tidak mampu, tidak puas dengan diri sendiri dan
cenderung tidak dapat memutuskan bidang pekerjaan yang akan ditekuni di masa
39
depan untuk mengekspresiakan diri sesuai dengan karakteristik dirinya sehingga
menghambat individu dalam mencapai kematangan karier.
Dimensi pertama dari konsep diri adalah pengetahuan, yaitu apa yang
diketahui tentang gambaran dirinya mencakup pemikiran segala sesuatu tentang
dirinya. Individu dengan konsep diri positif memiliki pengetahuan yang positif,
individu dapat menerima dirinya apa adanya mengenai gambaran diri seperti:
memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki serta mengetahui minat,
bakat, dan keadaan fisiknya (Calhoun dan Acocella, 1990). Bila individu
menerima dirinya apa adanya dengan baik, maka individu mampu melibatkan
dirinya dalam mengekplorasi karier sesuai dengan gambaran tentang dirinya,
memiliki pengetahuan tentang kelompok kerja yang diminati, dan individu dapat
membuat perencanaan karier dengan baik serta mampu membuat keputusan karier
sesuai dengan gambaran dirinya (Hasan, 2006). Dijelaskan lebih lanjut individu
yang telah mengeskplorasi karier berkaitan dengan dunia kerja dengan baik,
memiliki pengetahuan tentang kelompok kerja yang diminat, dapat merencanakan
karier dan membuat keputusan karier yang tepat sesuai dengan minat, bakat, dan
kemampuannya dianggap telah mencapai kematangan karier (Super dalam Sharf,
2010).
Menurut Calhoun dan Acocella (1990) individu dengan konsep diri yang
negatif cenderung tidak dapat menerima pengetahuan tentang dirinya artinya
individu tidak menerima dirinya apa danya dan sempit dalam berpikir. Menurut
Sullivan (dalam Calhoun dan Acocella, 1990) menjelaskan bahwa individu
dengan konsep diri negatif, selalu mengubah terus menerus konsep dirinya
40
sehingga tidak mampu mengenali kelebihan maupun kekurangan yang ada dalam
dirinya. Dijelaskan lebih lanjut Rasikin (dalam Santrok, 2003) bahwa individu
yang tidak dapat menerima diri apa adanya memiliki permasalahan dalam
pembuatan keputusan karier, individu sulit memahami informasi dunia kerja
disebabkan karena tidak mengenali kelebihan dan kekurangan yang ada dalam
dirinya sehingga tidak dapat menentukan cara yang tepat untuk mengembangkan
potensi yang dimilik dan menghambat individu dalam mencapai kematangan
karier.
Dimensi kedua dari konsep diri adalah harapan, yaitu pandangan
tentang kemungkinan dirinya menjadi apa dimasa depan. Individu dengan konsep
diri yang positif yang memiliki pengharapan yang baik dapat merancang tujuan-
tujuannyanya secara realistis sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan
optimis untuk dapat mencapai tujuannya di masa depan (Calhoun dan Acocella,
1990). Dijelaskan lebih lanjut perencanaan tentang tujuan-tujuan di masa depan
yang telah dibuat secara realistis dapat dijadikan landasan dalam mengeksplorasi
karier sesuai dengan keyakinan individu menjadi apa dirinya di masa depan
(Super dalam Sharf, 2010). Individu yang optimis, mampu membuat keputusan
karier guna mencapai tujuan-tujuannya di masa depan dengan penuh percaya diri
dan selalu bersikap positif (Muhith, 2015). Berkaitan dengan hal tersebut Super
(dalam Sharf, 2010) menyatakan bahwa individu yang mampu membuat
perencanaan karier dan membuat keputusan karier yang baik sangat membantu
dalam mencapai kematangan karier.
41
Acocella dan Calhoun (1990) menyatakan bahwa individu dengan
konsep diri yang negatif cenderung memiliki pengharapan yang pesimis tentang
masa depannya, individu berpikir bahwa dirinya gagal dalam banyak hal salah
satunya yaitu, karier. Dijelaskan lebih lanjut Super (dalam Sharf, 2010) individu
yang pesimis sulit membuat perencanaan karier dan takut membuat keputusan
karier yang akan ditekuni di masa depan hal ini membuat individu kesulitan dalam
mencapi kematangan kariernya.
Dimensi ketiga yaitu adalah penilaian yaitu, individu memiliki
penilaian terhadap dirinya sendiri. Individu dengan konsep diri yang positif
memiliki penilaian positif, individu mengenali dirinya secara menyeluruh yang
dapat membentuk harga diri yang tinggi pada seseorang (Calhoun dan Acocella,
1990). Individu yang mengenali dirinya mampu mengaplikasikan seluruh
kemampuan dan potensi dirinya secara maksimal, sehingga dapat membuat
keputusan karier yang konsisten (Sharf, 2010). Di jelaskan lebih lanjut individu
memiliki harga diri yang tinggi merasanya dirinya berharga, berarti dan merasa
memiliki kemampuan yang sama atau sejajar dengan orang lain. Hal tersebut
mendorong individu bersemangat dalam mempersiapkan kariernya, salah satu
yang dilakukan individu adalah mengeksplorasi karier dengan seksama dan
percaya diri dengan informasi dunia kerja yang dimiliki, yakin dengan keputusan
karier yang dibuat guna mencapai tujuan di masa depan (Barden, 1992). individu
yang mengeksplorasi karier dengan baik, memiliki informasi dunia kerja dan
mampu membuat keputusan yang tepat memiliki kematangan karier yang tinggi
(Gottfredson dalam Levinson, dkk., 1998).
42
Calhoun dan acocella (1990) menjelaskan Individu dengan konsep diri
yang negatif cenderung memiliki penilaian negatif terhadap dirinya, individu
kurang mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki serta individu merasa harga
dirinya rendah, tidak berharga, memiliki kemampuan yang rendah dari pada
orang lain dan individu tidak pernah merasa cukup dengan apa yang
diperolehnya. Menurut Savicas (2001) individu konsep diri yang negatif yang
kurang mampu memanfaatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki membuat
individu ragu dengan apa yang dilakukan dan tidak dapat membuat keputusan
karier untuk dirinya di masa depan. Dijelaskan lebih lanjut oleh Ralph Waldo
Emerson (dalam Calhoun dan Acocella, 1990) individu yang memiliki konsep
diri yang negatif cenderung kehilangan semangat setiap pekerjaan yang
dikerjakan, mengalami kecemasan dikarenakan menghadapi informasi tentang
dirinya sendiri yang tidak dapat diterimanya dengan baik. Berkaitan hal tersebut
Super (dalam Sharf, 2010) menjelaskan bahwa individu yang merasa tidak
berharga kurang percayan diri dengan kemampuan yang dimiliki sehingga
cenderung kesulitan untuk mengetahui kelompok kerja yang dimaati dan
cenderung tidak dapat membuat perencanan karier dan tidak yakin dengan
keputusan kariernya, hal ini menyebabkan individu memiliki kematangan karier
yang rendah.
Adapun penjabaran mengenai kaitan konsep diri dengan kematangan
karier dapat dilihat dari skema dinamika Hubungan antara konsep diri dengan
Kematangan Karier pada Gambar 1.
43
Gambar 1
Skema Dinamika Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kematangan
Karier Pada Mahasuswa Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana
Yogyakarta
1. pengentahuan yang positif Individu
yang menerima dirinya apa adanya
akan lebih melibatkan dirinya dalam
mengekplorasi karier, mencari
berbagai informasi dunia kerja,
memiliki pengetahuan tentang
kelompok kerja yang dimiliki,
individu dapat membuat
perencanaan karier dengan baik dan
pembuat keputusan karier sesuai
dengan menggambarkan dirinya.
2. pengharapan yang positif mampu
menetapkan tujuan-tujuan secara
realistik telah memiliki perencanaan
karier yang baik dan lanjut individu
dengan optimis, mampu membuat
membuat keputusan karier guna
mempersiapkan diri mencapai
tahapan selanjut di masa depan
dengan penuh percaya diri dan
selalu bersikap positif
3. penilaian positif yang dapat
membentuk harga diri yang tinggi
pada seseorang. Mampu mendorong
untuk mengeksplorasi karier
informasi dunia kerja keputusan
karier yang dibuat guna mencapai
tujuan di masa depan.
Konsep Diri
1. Pengetahuan yang negatif
pengetahuan tentang dirinya
artinya individu tidak menerima
masalah pembuatan keputusan
karier karena individu sulit
memahami informasi dunia kerja
yang dimiliki dan sehingga
menghambat invidu dalam
mencapai kemtangan karier.
2. Pengharapan yang negatif
membentuk individu menjadi
pesimis sulit membuat
perencanaan karier dan takut
dalam membuat keputusan
karier yang akan ditekuni di
masa depan hal ini membuat
individu kesulitan dalam
mencapai kematangan kariernya.
3. Penilaian bahwa individu yang
merasa tidak berharga
cenderung kesulitan untuk
mengetahui mengenai kelompok
kerja yang diminati dan
cenderung tidak dapat membuat
perencanan karier dan tidak
yakin dengan keputusan
kariernya.
(+) Kematangan karier
+
-
Dimensi-dimensi Konsep diri
(-) Kematangan karier
44
Pemaparan di atas didukung dengan dengan penelitian yang pernah
dilakukan Handayani (2015) menemukan bahwa konsep diri memiliki kaitan
dengan kematangan karier. Individu dengan konsep diri yang positif dapat
mengasimilasikan seluruh pengalamannya dan segala sesuatu informasi yang
dimiliki terhadap kemampuannya diri, mampu sendiri dalam mengatasi masalah,
optimis dengan pencapaian dimasa mendatang sehingga memiliki kematangan
karier. Penelitian Fatmasari (2016) menunjukkan hubungan positif yang sangat
signifikan antara konsep diri dengan kematangan karier, artinya semakin tinggi
konsep diri, maka semakin tinggi kematangan karier.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa konsep diri berkaitan
positif dengan kematangan karier. Hal tersebut memiliki makna bahwa semakin
positif konsep diri pada mahasiswa tingkat akhir, maka semakin tinggi
kematangan karier mahasiswa tingkat akhir.
D. Hipotesis
Terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan kematangan
karier pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana
Yogyakarta. Semakin positif konsep diri maka semakin tinggi kematangan karier
pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana
Yogyakarta, demikian juga sebaliknya semakin negatif konsep diri maka semakin
rendah kematangan karier pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi