9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal (signalling theory) menjelaskan bagaimana sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan manajemen disampaikan kepada pemilik.Teori sinyal berkaitan dengan asimetri informasi. Hal positif dalam signalling theory dimana perusahaan yang memberikan informasi yang bagus akan membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus” dengan menginformasikan kepaada pasar tentang keadaan mereka, sinyal tentang bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak bagus tidak akan dipercaya oleh pasar (Wolk dan Tearney dalam Dwiyanti, 2010). Manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi yang baik mengenai perusahaan ke publik secepat mungkin, misalnya melalui jumpa pers. Namun pihak diluar perusahaan tidak tahu kebenaran dari informasi yang disampaikan tersebut. Jika manajer dapat meberi sinyal yang meyakinkan, maka publik akan terkesan dan hal ini akan terefleksikan pada harga sekuritas. Jadi dapat disimpulkan karena adanya asymetric-informations, pemberian sinyal kepada investor atau publik melalui keputusan-keputusan manajemen menjadi sangat penting (Atmaja, 2008:14). Gumanti (2009) mengemukakan bahwa di dalam teori sinyal, manajer (agen) atau perusahaan secara kualitatif memiliki kelebihan informasi
30
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sinyal (Signalling Theoryeprints.mercubuana-yogya.ac.id/4478/3/BAB II.pdf · Sebaliknya konsep triple bottom line (profit, planet, people) yang digagas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal (signalling theory) menjelaskan bagaimana sinyal-sinyal
keberhasilan atau kegagalan manajemen disampaikan kepada pemilik.Teori sinyal
berkaitan dengan asimetri informasi. Hal positif dalam signalling theory dimana
perusahaan yang memberikan informasi yang bagus akan membedakan mereka
dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus” dengan menginformasikan
kepaada pasar tentang keadaan mereka, sinyal tentang bagusnya kinerja masa
depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak
bagus tidak akan dipercaya oleh pasar (Wolk dan Tearney dalam Dwiyanti, 2010).
Manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi yang
baik mengenai perusahaan ke publik secepat mungkin, misalnya melalui jumpa
pers. Namun pihak diluar perusahaan tidak tahu kebenaran dari informasi yang
disampaikan tersebut. Jika manajer dapat meberi sinyal yang meyakinkan, maka
publik akan terkesan dan hal ini akan terefleksikan pada harga sekuritas. Jadi
dapat disimpulkan karena adanya asymetric-informations, pemberian sinyal
kepada investor atau publik melalui keputusan-keputusan manajemen menjadi
sangat penting (Atmaja, 2008:14).
Gumanti (2009) mengemukakan bahwa di dalam teori sinyal, manajer
(agen) atau perusahaan secara kualitatif memiliki kelebihan informasi
10
dibandingkan dengan pihak luar dan mereka menggunakan ukuran-ukuran atau
fasilitas tertentu untuk menyiratkan kualitas perusahaannya. Perusahaan dengan
prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan
mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain termasuk penggunaan hutang
melebihi target struktur modal yang normal.
Teori sinyal dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk
memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam (insiders) perusahaan pada
umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat dibandingkan
dengan investor luar.Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.Sinyal yang
diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
laporan keuangan.
Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak,
termasuk manajemen perusahaan itu sendiri.Namun yang paling berkepentingan
dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar
manajemen).Para pengguna internal (para manajemen) memiliki kontak langsung
dengan entitas atau perusahannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan
yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi
tidak sebesar para pengguna eksternal.
Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai
asimetri informasi (information asymmetry), yaitu suatu kondisi di mana ada
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai
11
penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder
pada umumnya sebagai pengguna informasi (user). Adanya asimetri informasi
memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk
saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri.
Menurut Jogiyanto (2014), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Pada saat informasi diumumkan, pelaku pasar terlebih
dahulu, menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal
baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi
tersebut dianggap sebagai signal baik, maka investor akan tertarik untuk
melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang
tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham (Suwardjono,
2010). Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi signal bagi pihak diluar perusahaan adalah laporan tahunan.
Hubungan teori signal dengan kinerja keuangan perusahaan ialah
pengungkapan yang semakin luas akan memberikan sinyal positif kepada pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (stakeholder) maupun para
pemegang saham perusahaan (shareholder). Semakin luas informasi yang
disampaikan kepada stakeholder dan shareholder maka akan semakin
memperbanyak informasi yang diterima mengenai perusahaan. Hal ini akan
menimbulkan kepercayaan stakeholder dan shareholder kepada perusahaan.
12
Kepercayaan itu ditunjukkan stakeholder dengan diterimanya produk-produk
perusahaan sehingga akan meningkatkan laba dan Return on Equity (ROE)
perusahaan.
Hubungan teori sinyal dengan nilai perusahaan adalah pengungkapan CSR
yang dilakukan oleh perusahaan akan semakin memperluas pengungkapan dalam
laporan tahunan. Hal ini merupakan sinyal positif yang diberikan perusahaan
kepada investor. Makin luasnya pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan
akan menambah informasi yang diterima investor. Semakin luasnya informasi
yang diterima investor akan meningkatkan tingkat kepercayaan investor terhadap
perusahaan. Dengan tingkat kepercayaan yang tinggi tentunya investor akan
memberikan respon yang positif terhadap perusahaan berupa pergerakan harga
saham yang cenderung naik. Dengan demikian tingkat pengungkapan yang
dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh pada pergerakkan harga saham yang
cenderung naik pada gilirannya juga akan mempengaruhi volume saham yang
diperdagangkan. Dengan pergerakkan harga saham yang cenderung meningkat
tentunya akan berpengaruh terhadap meningkatnya return saham perusahaan.
13
2.2 Teori Stakeholders
Teori stakeholder merupakan teori yang menjelaskan bagaimana
manajemen perusahaan memenuhi atau mengelola harapan para stakeholder. Gray,
Kouhy dan Adams, dalam Rinaldy (2011) mengatakan bahwa :
“kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder
dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah
untuk mencari dukungan tersebut. Makin powrful stakeholder, maka
makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial
dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan
stakeholder-nya.
Jones (1995) dalam Solihin (2009) mendefinisikan pemangku kepentingan
(stakeholder) sebagai orang atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan, maupun operasi perusahaan.
Selanjutya stakeholders dapat diklasifikasi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu:
1. Inside stakeholders, terdiri atas orang-orang yang memiliki
kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta
berada di dalam organisasi perusahaan. kategori inside stakeholder
merupakan pemegang saham, para manajer, dan karyawan.
2. Outside stakeholders, kategori outside stakeholder merupakan
pelanggan, pemasok, pemerintah, masyarakat lokal, dan masyarakat
secara umum.
Teori stakeholders menekankan mengenai akuntabilitas organisasi jauh
melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan bahwa
14
organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan informasi tentang
kinerja lingkungan, sosial dan intelektual mereka, melebihi dan di atas pemintaan
wajibnya, untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh
stakeholders. Salah satu bentuk pengungkapan sukarela yang berkembang dengan
pesat saat ini yaitu publikasi CSR. Melalui publikasi CSR (pengungkapan sosial
dan lingkungan) perusahaan dapat memberikan informasi yang lebih cukup dan
lengkap berkaitan dengan kegiatan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial
masyarakat dan lingkungan (Ghozali dan Chariri, 2007) dalam Rinaldy (2011).
2.3 Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu elemen penting
dalam kerangka berkelanjutan perusahaan yang mencakup aspek ekonomi,
lingkungan dan sosial budaya. Sebuah organisasi dunia World Bisnis Council for
Sustainable Development (WBCSD) yang dikutip Wibisono (2007:7),
mendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai berikut:
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen bisnis untuk
berkontribusi dalam ekonomi pembangunan berkelanjutan, bekerja
dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut
komunitas-komunitas setempat (lokal) dan komunitas secara keseluruhan,
dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Berdasarkan definisi tersebut, secara umum tanggung jawab sosial
perusahaan dapat dikatakan sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas
kehidupan dimana manusia sebagai anggota individu dari anggota komunitas
15
menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati, memanfaatkan, serta
memelihara lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada. Dengan
kata lain, tanggung jawab sosial merupakan cara perusahaan untuk mengatur
proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas. Hubungan
mutualisme dapat diciptakan sehingga tidak hanya perusahaan yang beruntung
karena tujuan utamanya tercapai yaitu mendapatkan laba, tetapi masyarakat serta
lingkungan juga mendapatkan manfaat keberadaan perusahaan, sehingga
masyarakat serta lingkungan bersedia menerima keberadaan perusahaan bahkan
ikut menjaga terjaminnya keberlanjutan hidup perusahaan.
Pendapat Friedman dalam Suharto (2008) menyatakan bahwa tujuan
utama korporasi adalah memperoleh profit semata semakin ditinggalkan.
Sebaliknya konsep triple bottom line (profit, planet, people) yang digagas oleh
John Elkington makin masuk ke dalam mainstream etika bisnis.
Menurut konsep signal theory menyatakan bahwa perusahaan
memberikan sinyal – sinyal kepada pihak luar perusahaan dengan tujuan
meningkatkan nilai perusahaan (Wirakusuma dan Yuniasih, 2007). Selain
informasi keuangan yang diwajibkan perusahaan juga melakukan pengungkapan
yang sifatnya sukarela.Salah satu dari pengungkapan sukarela yang dilakukan
oleh perusahan adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
pada laporan tahunan perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR) ini merupakan sebuah sinyal positif yang diberikan oleh perusahaan
kepada pihak luar perusahaan yang nantinya akan direspon oleh stakeholder dan
16
shareholder melalui perubahan harga saham perusahaan dan perubahan laba
perusahaan.
Menurut Gray et.al dalam Sembiring (2005) ada dua pendekatan yang
secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan :
Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin
diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi
konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat
keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab
sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian
peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi.Pandangan
yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam
pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan
sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak tahun
1979 yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktek yang
berhubungan dengan pemegang saham, nilai-nilai pemenuhan hukum,
penghargaan masyarakat terhadap lingkungan serta komitmen dunia usaha
(Sustainable, 2009). CSR bukan hanya kegiatan karikatif perusahaan dan
kegiatannya tidak hanya bertujuan untuk memenuhi hukum dan aturan yang
berlaku.Lebih dari itu CSR diharapkan memberikan manfaat dan nilai guna bagi
pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Menurut Pearce
and Robinson (2007) dalam Budiartha (2008) ada sepuluh pihak yang mempunyai
kepentingan berbeda dan cara pandang yang berbeda terhadap perusahaan.
17
Sepuluh pihak yang dimaksud adalah stockholder, creditors, employees,
customers, suppliers goverments, unions competitors, local comunities dan
general public. Kepentingan yang dimaksud bisa saja klaim secara ekonomi
maupun klaim non ekonomi. Pearce and Robinson (2007) dalam Budiartha (2008)
mengelompokkan tanggung jawab sosial ke dalam empat kelompok yaitu sebagai
berikut:
Economis Responsibility secara ekonomi tanggung jawab perusahaan adalah
menghasilkan barang dan jasa untuk masyarakat dengan harga yang wajar dan
memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Legal Resposnsibility dimanapun perusahaan beroperasi tentu saja tidak akan
lepas dari peraturan dan undang-undang yang berlaku di tempat tersebut
terutama peraturan yang mengatur kegiatan bisnis. Peraturan tersebut terutama
yang berkaitan dengan pengaturan lingkungan dan perlindungan konsumen.
Ethical Responsibility perusahaan yang didirikan tidak hanya patuh dan taat
pada hukum yang berlaku namun juga harus memiliki etika.
Discrestionary responsibility, tanggung jawab ini sifatnya sukarela seperti
berhubungan dengan masyarakat, menjadi warga negara yang baik, dll.
Dari berbagai pengertian CSR sangat beragam dapat disimpulkan
bahwa CSR adalah operasi bisnis perusahaan yang tidak hanya untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan juga untuk
18
pembangunan sosial ekonomi kawasan yang menyeluruh, melembaga dan
berkelanjutan.Ditinjau dari motivasinya CSR dapat dibagi dalam empat kelompok
yaitu corporate giving, corporate philanthropy, corporate community dan
community development.
Tanggung jawab perusahaan tidak hanya terbatas pada kinerja keuangan
perusahaan, tetapi juga harus bertanggung jawab terhadap masalah sosial yang
ditimbulkan oleh aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan.Tanggung
jawab sosial adalah suatu bentuk pertanggungjawaban yang seharusnya dilakukan
perusahaan, atas dampak positif maupun dampak negative yang ditimbulkan
dariaktivitas operasionalnya, dan mungkin sedikitbanyak berpengaruh terhadap
masyarakat internal maupun eksternal dalam lingkungan perusahaan. Selain
melakukan aktivitas yang berorientasi pada laba, perusahaan perlu melakukan
aktivitas lain, misalnya aktivitas untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman
bagi karyawannya, menjamin bahwa proses produksinya tidak mencemarkan
lingkungan sekitar perusahaan, melakukan penempatan tenaga kerja secara jujur,
menghasilkan produk yang aman bagi para konsumen, dan menjaga lingkungan
eksternal untuk mewujudkan kepedulian sosial perusahaan.
Ernst and Ernst (1978) dalam dalam Chariri dan Ghozali (2007)
melakukan survei dan menemukan bahwa pengungkapan dikatakan berkaitan
dengan isu sosial dan lingkungan jika pengungkapan tersebut berisi informasi
yang dapat dikategorikan ke dalam kelompok berikut ini :
a. Lingkungan
19
b. Energi
c. Praktik bisnis yang wajar
d. Keterlibatan masyarakat
e. Produk yang dihasilkan
f. Pengungkap pendapatan lainnya
Sementara itu menurut Ullman (1985) dalam Chariri dan Gozali (2007)
melakukan penelitian di Jerman menemukan bahwa dari perspektif pekerja,
pengungkapan sosial dan lingkungan mencakup kondisi pekerja, penghasilan
karyawan, jam kerja, pengaruh teknologi kualifikasi dan pelatihan, subsidi yang
diterima dari perusahaan, polusi lingkungan dan kontribusi perusahaan pada
tujuan sosial.
2.4 Bank
Mendengar kata bank sebenarnya tidak asing lagi bagi kita, terutama yang
hidup di perkotaan. Menyebut kata bank terkadang orang selalu
mengkaitnyadengan uang. Hal ini tidak salah, karena bank memang merupakan
lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Sebagai
lembaga keuangan bank menyediakan berbagai jasa keuangan. Perbankan adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses melaksanakan usahanya. Kata bank berasal dari
bahasa Italia “banca” berarti tempat penukaran uang (wikipedia, 2014).
20
Sementara itu, (Kasmir, 2012:23) mendefinisikan bank sebagai berikut:
“Bank adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan. Dimana
kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan
jasa bank lainnya”.
Menurut Dendawijaya (2009), Bank adalah suatu badan usaha yang tugas
utamanya sebagai lembaga perantara keuangan yang menyalurkan dana dari pihak
yang berkelebihan dana pada waktu yang ditentukan.PSAK No. 31
mendefinisikan bank sebagai suatu lembaga yang berperan sebagai perantara
keuangan (Financial Intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak
yang memerlukan dana,serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu
lintas pembayaran.
Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi
sebagai mediator atau perantara bagi peredaranlalu lintas uang, yaitu dalam
bentuk simpanan dan kemudian mengelola dana tersebut dengan jalan
meminjamkannya kepada masyarakat.Perusahaan perbankan merupakan satu-
satunya perusahaan yang mendapatkan jaminan dari pemerintah atas aktifitas
usahanya. Dalam regulasi perbankan, bukan hanya produk dan layanan yang
ditawarkan bank yang diregulasi, namun lembaga bank itu sendiri juga diatur
dengan ketat. Regulasi yang sedemikian ketat perlu disusun mengingat kegagalan
bank dapat memiliki dampak panjang yang mendalam terhadap
perekonomian.Sebagai lembaga keuangan, aset terbesar yang dimiliki oleh bank
umum adalah aset finansial. Semakin besar aset yang dimiliki sebuah bank,
21
biasanya porsi aktiva tetapnya semakin kecil. Fungsi dari bank umum dalam
perekonomian seperti yang dikemukakakn (Nugroho, 2011), sebagai berikut:
1. Penciptaan Uang
Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran
melalui mekanisme pemindahbukuan (kliring).
2. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran
Mekanisme yang dilakukan oleh bank umum dalam transaksi pembayaran
antara lain kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran dan lain-lain.
3. Penghimpunan Dana Simpanan
Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan.
Di Indonesia dana simpanan terdiri dari atas giro, deposito berjangka,
sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu.
4. Mendukung kelancaran transaksi Internasional
Bank umum sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar
transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal.
5. Penyimpanan Barang-barang dan Surat-surat Berharga
Penyimpanan barang-barang berharga adalah salah satu jasa yang paling awal
yang ditawarkan oleh bank umum.
6. Pemberian Jasa-jasa Lainnya
22
Saat sekarang ini peranan perbankan semakin luas dan memudahkan
masyarakat dalam bertransaksi seperti adanya ATM, Kartu Kredit dan
sebagainya.
Menurut Kasmir (2012:156), Bank sebagai lembaga keuangan
mempunyai fungsi yang penting, sebagai penunjang perekonomian suatu
Negara. Adapun fungsi bank pada umumnya adalah sebagai berikut:
a. Sebagai badan perantara dalam perkreditan berfungsi sebagaai penerima
kredit atau berupa uang yang dipercayakan masyarakat seperti tabungan,
giro dan deposito.
b. Sebagai badan yang memiliki kemampuan mengedarkan uang baik uang
giral maupun uang kartal.
c. Sebagai intermediary finance yaitu perantara dari pihak-pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana.
2.5 Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh
suatuperusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang
ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil dari berbagai ukuran
yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari
berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka
dilakukan penilaian kinerja. Kinerja keuangan diartikan sebagai penentuan
23
ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba. Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan
antara perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban (Ermayanti, 2009).
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh pihak
manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya kepada para pemilik perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran mengenai
kondisi dan keadaan dari suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat
analisis keuangan, sehingga dapat diketahui baik atau buruknya kondisi
keuangan dan prestasi kerja sebuah perusahaan dalam waktu tertentu. Penilaian
kinerja juga digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk
merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui
umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat
intrinsik maupun ekstrinsik.
Kinerja keuangan diartikan sebagai penentuan ukuran-ukuran tertentu
yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh pihak
manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya kepada para pemilik perusahaan.
Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggung jawab
manajer yang diwujudkan dalambentuk prestasi kerja keuangan. Namun
demikian mengatur besarnya tanggung jawab sekaligus mengukur prestasi
keuangan tidaklah mudah sebab ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada
24
pula yang sukar untuk diukur.Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu
gambaran mengenai kondisi dan keadaan dari suatu perusahaan yang dianalisis
dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui baik atau buruknya
kondisi keuangan dan prestasi kerja sebuah perusahaan dalam waktu tertentu.
Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan rasio keuangan yang
menggunakan data-data keuangan perusahaan. Data-data keuangan dapat diambil
dari laporan keuangan. Menurut Munawir (2010:31), mengukur kinerja keuangan
perusahaan dapat dilakukan dengan empat cara :
1. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari modal-modal yang digunakan
untuk operasi perushaan, semakin tinggi angka rasio ini semakin baik.
Karena hal itu menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola modalnya
dengan baik sehingga menghasilkan laba yang optimal. Dalam penelitian ini
rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return on Asset (ROA), Return on
Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS).
2. Rasio Likuiditas
Kelancaran kegiatan perusahaan sehari-hari sangat dipengaruhi oleh
ketersediaannya aktiva lancar yang dapat mendanai usaha perusahaan. Rasio
likuiditas pada prinsipnya membandingkan aktiva lancar dengan hutang
lancar. Semakin besar jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan aktiva
25
lancar, maka semakin lancar pula usaha dan pembayaran hutang perusahaan,
namun jika aktiva lancar lebih kecil dari hutang lancar maka akan
mengganggu usaha dan pembayaran utang perusahaan, Handoko (2014).
Oleh karena itu, rasio likuiditas adalah rasio yang berguna untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek.
3. Rasio Solvabilitas (Laverage Keuangan)
Rasio solvabilitas adalah rasio yang membandingkan seluruh hutang
perusahaan dengan kekayaan yang dimiliki perusahaan, untuk mengukur
seberapa tinggi aktiva perusahaan yang disediakan pemilik, dan beberapa
yang didanai dari pinjaman. Semakin rendah angka rasionya, risiko untuk
mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya dalam jangka panjang
semakin kecil. Sebaliknya, jika angka rasio semakin tinggi, risiko untuk
mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya dalam jangka panjang
semakin besar. Menurut Husnan (2013), semakin besar proporsi hutang yang
digunakan oleh perusahaan, maka pemilik modal akan menanggung risiko
yang lebih besar.
4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan
dalam memanfaatkan harta-harta yang dimilikinya atau perputaran dari
aktiva-aktiva tersebut. Contoh dari rasio aktivitas adalah rasio perputaran
piutang dan rasio perputaran aktiva.
26
Menurut Helfert dalam Widyastuti (2006) kinerja keuangan adalah hasil
dari banyak keputusan individu yang dibuat secara terus menerus oleh
manajemen. Kinerja keuangan digunakan untuk mengetahui hasil tindakan yang
telah dilakukan di masa lalu. Ukuran keuangan juga dilengkapi dengan ukuran –
ukuran non keuangan yang menunjukkan kepuasan pelanggan, produktivitas dan
cost efectivenessproses bisnis dan produktifitas serta komitmen dari tiap personal
untuk menentukan kinerja keuangan di masa yang akan datang.
Analisis kinerja perusahaan individual dengan menggunakan pendekatan
industri dinilai sangant relevan dalam persaingan industri. Hal ini disebabkan
karena kegiatan yang dilakukan perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
internal perusahaan namun juga faktor eksternal perusahaan. Salah satu indikator
penting yang digunakan dalam persaingan industri adalah daya tarik bisnis
(bussinesattractiveness). Indikator ini dapat diukur dengan rasio profitabilitas
industri seperti Return on Asset(ROA) dan Return on Equity(ROE) serta Earning
per Share (EPS).Informasi menegenai kinerja keuangan perusahaan dapat
digunakan investor untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan
investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu
pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal
maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki
kredibilitas yang baik.
27
2.6 Pengertian Saham
Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar
modal. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud
saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa kepemilikan kertas
tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.
Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2008).
Saham (share/stock) adalah salah satu instrumen pasar modal yang paling
umum diperdagangkan karena mampu memberikan tingkat keuntungan yang
menarik (Hariyani dan Purnomo, 2010). Saham menarik bagi investor karena
berbagai alasan. Pada umumnya fluktuasi harga saham dipengaruhi oleh
penawaran dan permintaan di pasar. Harga saham akan cenderung mengalami
penurunan jika terjadi penawaran yang berlebihan dan harga saham akan
cenderung mengalami kenaikan jika permintaan terhadap saham itu meningkat.
2.7 Return on Equity (ROE)
ROE merupakan salah satu alat utama investor yang digunakan dalam
menilai kelayakan suatu saham. Dalam perhitungannya secara umum ROE
dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir,
Prihadi (2008).
28
Return on Equity(ROE)Menurut Fahmi (2011: 137), ROEdisebut juga
dengan laba atas equity. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas
ekuitas. Sedangkan menurut Kasmir (2014: 115) adalah:
“ROE merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dan
modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi modal sendiri, semakin
tinggi rasio ini maka semakin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan
semakin kuat, demikian pula sebaliknya.”
Sedangkan menurut Gumanti (2011: 116), ROE merupakan rasio yang
menunjukan seberapa mampu perusahaan menggunakan modal yang ada untuk
menghasilkan laba atau keuntungan.
Secara matematis rumus ROE dapat dinyatakan sebagai berikut:
ROE = Earning After Tax (EAT)
Total Equity
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ROE
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menggunakan modal yang dimilikinya untuk menghasilkan laba setelah pajak.
29
2.8 Return on Asset (ROA)
PengertianReturn on Asset(ROA) menurut Kasmir (2012: 201) adalah
sebagai berikut:
“ROA adalah rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva
yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran
yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan
efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh
pendapatan.”
Sedangkan menurut Fahmi (2011: 137), Return on Asset(ROA)adalah:
“Rasio yang melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu
memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.
Dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang
ditanamkan atau ditempatkan.”
Adapun menurutSutrisno (2013: 222), ROA adalah ukuran kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung :
ROA=Earning After Tax (EAT)
Total Aset
Return on Asset (ROA)menurut Fahmi (2011: 137) adalah Berdasarkan
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ROA merupakan rasio yang
menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menggunakan seluruh
aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan laba setelah pajak.
30
2.9 Earning per Share (EPS)
Earning per Share(EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk
pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap
lembar saham yang dimilikinya (Fahmi, 2011: 138). Sedangkan menurut
Tandelilin (2010: 373), EPS adalah laba bersih yang siap dibagikan kepada para
pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan.Menurut
Kasmir (2014: 115) EPS disebut juga dengan rasio nilai buku, merupakan rasio
untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi
pemegang saham. EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk
setiap lembar saham biasa atau laba bersih per lembar saham biasa (Retnowati,
2012:185).
EPS= Earning After Tax (EAT)
Jumlah Saham beredar
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa EPS
merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk
setiap lembar saham dan mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai
keuntungan bagi para pemegang saham.
2.10 Pengertian Return on Investment (ROI)
Menurut Kasmir (2013:201), hasil pengembalian investasi atau lebih
dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang
31
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen
dalam mengelola investasinya. Disamping itu, hasil pengembalian investasi
menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal
pinjaman maupun modal sendiri. Semakin rendah (kecil) rasio, semakin
kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio digunakan untuk
mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Sedangkan menurut Munawir (2010:89), ROI adalah salah satu bentuk
dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang
digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari
operasinya perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau
aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net
operating assets). ROI dapat diukur melalui laba setelah bunga dan pajak
perusahaan dibagi dengan jumlah seluruh aset yang dimiliki perusahaan.
2.11 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan aspek yang mengukur
apakah modal yang dimiliki oleh suatu bank telah memadai untuk menunjang
kegiatan operasionalnya. Salah satu komponen faktor permodalan menurut
32
Darmawi (2011:91) adalah kecukupan modal. Rasio untuk menguji
kecukupan modal yaitu rasio CAR.
Menurut Dian (2011) kecukupan modal merupakan salah satu
indikator kemampuan bank dalam menutupi penurunan aktiva sebagai akibat
kerugian yang diderita bank dan digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih.
Dengan kata lain pihak bank dapat membayar kembali pencairan dana
deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang
telah diajukan.
Menurut Kasmir (2008), CAR adalah perbandingan rasio tersebut
antara rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko dan sesuai
ketentuan pemerintah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa CAR adalah risiko
kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, seperti kredit
yang diberikan kepada nasabah.
Rumus:
Modal
CAR = x 100%
ATMR
33
2.12 Penelitian Terdahulu
1. Penelitian oleh Dahlia dan Siregar (2008) dengan judul penelitian
“Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan”.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh CSR terhadap
kinerja keuangan perusahaan. CSR berpengaruh positif terhadap ROE
namun tidak berpengaruh terhadap CAR.
2. Penelitian oleh Lindrawati, Felicia dan Budianto (2008) dengan judul
“Pengaruh Corporate Social Responsibilityterhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan yang Terdaftar Sebagai 100 Best Corporate Citizens Oleh
KLD Research & Analytics”.
Hasil dari penelitian ditemukan bukti empiris bahwa CSR tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROE, namun CSR berpengaruh secara
signifikanterhadap ROI.
3. Penelitian Dyah Pramesti (2012) dengan judul “Pengaruh Corporate
Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja keuangan perusahaan (studi
empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2008-2010).
Hasil dari penelitian ditemukan bukti empiris bahwa CSR berpengaruh
signifikan terhadap ROE, ROA dan EPS.
4. Penelitian Muhammad Idham Chalid (2017) dengan judul ”Pengaruh
Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
34
dan Nilai Perusahaan(studi empiris pada perusahaan yang terdaftardi BEI
periode 2013-2015).
Hasil dari penelitian ditemukan bukti empiris bahwa CSR berpengaruh
signifikan terhadap ROE, dan Nilai Perusahaan.
5. Penelitian Nita Dwi Aryanti (2017) dengan judul “Pengaruh Corporate
Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (studi
empiris perusahaan manufakturdi Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2016)”.
Hasil dari penelitian ditemukan bukti empiris bahwa CSR berpengaruh
signifikan terhadap ROE dan ROA.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan
Tahun
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Dahlia dan
Siregar
(2008)
Pengaruh Corporate Social
Responsibility Terhadap
Kinerja Perusahaan.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh CSR
terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
CSR berpengaruh positif
terhadap ROE namun
tidak berpengaruh
35
terhadap CAR.
2 Lindrawati,
Felicia dan
Budianto
(2008)
Pengaruh Corporate Social
Responsibility terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan yang
Terdaftar Sebagai 100 Best
Corporate Citizens Oleh KLD
Research & Analytics.
Hasil dari penelitian
ditemukan bukti empiris
bahwa CSR tidak
berpengaruh signifikan
terhadap ROE, namun
CSR berpengaruh secara
signifikan terhadap ROI.
3 Dyah Pramesti
(2012)
Pengaruh Corporate Social
Responsibility (CSR) terhadap
kinerja keuangan perusahaan
(studi empiris pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun
2008-2010).
Hasil dari penelitian
ditemukan bukti empiris
bahwa CSR berpengaruh
signifikan terhadap ROE,
ROA dan EPS.
4 Muhammad
Idham Chalid
(2017)
Pengaruh Corporate Social
Responsibility Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan
dan Nilai Perusahaan (studi
empiris pada perusahaan yang
terdaftar di BEI periode 2013-
2015).
Hasil dari penelitian
ditemukan bukti empiris
bahwa CSR berpengaruh
signifikan terhadap ROE,
dan Nilai Perusahaan.
5 Nita Dwi
Aryanti
Pengaruh Corporate Social
Responsibility Terhadap
Hasil dari penelitian
ditemukan bukti empiris
36
(2017) Kinerja Keuangan Perusahaan
(studi empiris perusahaan
manufakturdi Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2016).
bahwa CSR berpengaruh
signifikan terhadap ROE
dan ROA.
2.13 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini kerangka berfikir akan digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Corporate Social
Responsibility(CSR)
Return On Assets (ROA)
Return On Equity (ROE)
Earning Per Share (EPS)
H1
H2
H3
37
2.14 Perumusan Hipotesis
2.14.1 Pengaruh CSR terhadap ROA
Biaya Corporate Social Responsibility (CSR) secara pasti akan
mengurangi laba yang diperoleh perusahaan, namun sebenarnya biaya
Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki potensi untuk meningkatkan
pendapatan yang nilainya bisa saja lebih besar daribiaya Corporate Social
Responsibility (CSR) yang dikeluarkan sehingga meningkatkan perolehan
laba. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa biaya Corporate Social
Responsibility (CSR) yang dikeluarkan berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan yang diproksikan dengan ROA (Yudharma et al., 2016). Hasil
penelitian menunjukan hubungan yang positif dan signifikan antara
CorporateSocial Responsibility (CSR) dengan kinerja keuangan yang
diukurdengan menggunakan Return on Asset (ROA) (Suciwati et al., 2016).
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik hipotesis sebagaiberikut:
H1:Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap ROA
2.14.2 Pengaruh CSR terhadap ROE
Konsep CSR yang pertama kali dikemukakan oleh Howard R
Bowen pada tahun 1953, dilandasi olehkegiatan yang bersifat
“Filantropi” tetapi konsep tersebut sudah lama ditinggalkan. Sebab saat ini
perusahaan melihat bahwa CSR dijadikan sebagai salah satu strategi
38
perusahaan untuk meningkatkan citra perusahaan yang akan turut
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan tersebut (Gantino,2016).
Penelitian Fadila & Utiyati (2016), menunjukan hasil bahwa Corporate
Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan terhadap Return on
Equity (ROE). Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik hipotesis sebagai
berikut:
H2: Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap
ROE
2.14.3 Pengaruh CSR terhadap EPS
EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap
lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan
EPS yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator
keberhasilan suatu perusahaan. EPS berfungsi sebagai indikator dari
profitabilitas perusahaan juga merupakan komponen utama yang
digunakan untuk menghitung rasio penilaian harga untuk laba.
Berdasarkan uraian diatas, dapatditarik hipotesis sebagai berikut:
H3: Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap