7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teh Herbal Herbal tea atau teh herbal merupakan produk minuman teh, bisa dalam bentuk tunggal atau campuran herbal. Selain dikonsumsi sebagai minuman biasa, teh herbal juga dikonsumsi sebagai minuman yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan. Khasiat yang dimiliki setiap teh herbal berbeda, tergantung bahan bakunya. Campuran bahan baku yang digunakan merupakan herbal atau tanaman obat yang secara alami memiliki khasiat untuk membantu mengobati jenis penyakit tertentu (Dewata, 2017). Adapun macam-macam bahan teh herbal yaitu teh herbal umumnya campuran dari beberapa bahan yang biasa disebut infusi. Infusi terbuat dari kombinasi daun kering, biji, kayu, buah, bunga dan tanaman lain (Ravikumar, 2014), Menurut Winarsi, (2011) teh herbal dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu teh herbal dan non herbal. Teh nonherbal dikelompokkan lagi menjadi tiga golongan yaitu teh hitam, teh hijau danteh olong. Teh herbal merupakan hasil pengolahan dari bunga berry, kulit, daundan akar berbagai tanaman. Teh herbal merupakan campuran herbal yang terbuat dari daun, biji,dan akar berbagai tanaman dan lebih dikenal sebagai tisane. Tisane dibuat dari kombinasi kering daun, biji, rumput-rumputan, kacang-kacangan, buah-buahan dan bunga dari
21
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teh Herbaleprints.umm.ac.id/62542/2/BAB II.pdf · obat yang secara alami memiliki khasiat untuk membantu mengobati jenis penyakit tertentu (Dewata, 2017).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teh Herbal
Herbal tea atau teh herbal merupakan produk minuman teh, bisa dalam
bentuk tunggal atau campuran herbal. Selain dikonsumsi sebagai minuman biasa,
teh herbal juga dikonsumsi sebagai minuman yang berkhasiat untuk meningkatkan
kesehatan. Khasiat yang dimiliki setiap teh herbal berbeda, tergantung bahan
bakunya. Campuran bahan baku yang digunakan merupakan herbal atau tanaman
obat yang secara alami memiliki khasiat untuk membantu mengobati jenis penyakit
tertentu (Dewata, 2017). Adapun macam-macam bahan teh herbal yaitu teh herbal
umumnya campuran dari beberapa bahan yang biasa disebut infusi. Infusi terbuat
dari kombinasi daun kering, biji, kayu, buah, bunga dan tanaman lain (Ravikumar,
2014), Menurut Winarsi, (2011) teh herbal dapat dikelompokkan menjadi 2
golongan, yaitu teh herbal dan non herbal. Teh nonherbal dikelompokkan lagi
menjadi tiga golongan yaitu teh hitam, teh hijau danteh olong. Teh herbal
merupakan hasil pengolahan dari bunga berry, kulit, daundan akar berbagai
tanaman.
Teh herbal merupakan campuran herbal yang terbuat dari daun, biji,dan akar
berbagai tanaman dan lebih dikenal sebagai tisane. Tisane dibuat dari kombinasi
kering daun, biji, rumput-rumputan, kacang-kacangan, buah-buahan dan bunga dari
8
tumbuhan. Teh herbal tidak dapat disebut sebagai teh seduh karna teh herbal tidak
berasal dari tanaman camelia sinensis tempat teh dibuat sebagai minuman
(Ravikumar, 2014). Salah satu jenis tanaman yang daunnya dapat dimanfaatkan
untuk teh herbal adalah daun alpukat (Persea americana mill) yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Rauf, 2017). Ukuran tanaman bermacam-
macam dari (9-20 m). Alpukat ini tergolongbukan buah musiman yang pada waktu
tertentu saja berbuah. tetapi ada beberapa varietas yang tidak dapat berbunga karena
disebabkan oleh gugurnya daun yang sangat cepat.
Daun alpukat memiliki panjang sekitar 7-41 cm (Yasir, 2010). Daun ini
memiliki bentuk bundar atau ovaalis memanjang, tebal dan penyebaran daunnya
berdesakan di ujung ranting selain itu memiliki pangkal dan ujung yang meruncing,
tepi rata. Pertulangannya daun menyirip dengan panjang 5-20 cm. Daun alpukat
muda berwarna merah dan berbulu dan menjadi hijau gelap ketika dewasa
(Dalimartha, 2008).
Alpukat merupakan tanaman yang berada di derah tropis seperti indonesia.
Buah alpukat merupakan buah yang banyak digemari oleh masyarakat. Hal ini,
karena alpukat memiliki cita rasa yang enak dan juga memiliki kandungan
antioksidan dan zat gizi seperti lemak 9,8 g atau 100 g daging buah (Afrianti,
2010).
9
2.2 Klasifikasi Alpukat
Gambar 2.1. Daun Alpukat (Persea americana Mill)
(Sumber: Dokumentasi pribadi,2018)
Klasifikasi ilmiah alpukat (Persea americana Mill.) berdasarkan
taksonominya sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Spesies : Persea americana Mill.
((Sumber: Siska, 2002)
10
Tanaman alpukat (persea americana mill) disebut dengan tanaman yang
dapat digunakan sebagai obat tradisonal terutama pada bagian daun. Daun alpukat
memiliki kandungan kimia yakini saponin, alkaloid, tanin, flavanoid, polifenol, dan
quersetin (Rauf, 2017). Flavanoid ini berfungsi di dalam tubuh sebagai antioksidan
yang melindungi struktur sel, meningkatkan kinerja vitamin C, anti inflamasi dan
antibiotik yang dapat mengangu mikrooganisme dan virus. Quersetin berfungsi
untuk melindungi tubuh dari jenis penyakit degenarative melalui pencegahan proses
perioksidasi lemak (Anggorowati, 2016).
Menurut penelitian Rauf (2017), semakin muda teh bubuk daun
alpukatmaka aktivitas antioksidan semakin tinggi.Hal ini disebabkan karena daun
muda memiliki kadar total fenol dan flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan daun
tua. Aktivitas antioksidan meningkat seiring dengan meningkatnya kadar total fenol
dan flavonoid yang merupakan senyawa bioaktif yang berperan sebagai
antioksidan. Penurunan aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh oksidasi yang terjadi
selama proses pengeringan sehingga senyawa yang bersifat sebagai antioksidan
rusak, seperti diketahui bahwa antioksidan bersifat tidak tahan panas dan mudah
menguap.
Senyawa yang terkandung pada daun alpukat digunakan sebagai obat untuk
beberapa penyakit yakni batu ginjal, anti radang, anti hipogligemia, anti diuretik
dan anti bakteri (Rauf, 2017). Daun alpukat yang digunakan sebagai teh memiliki
khasiat untuk menyembuhkan nyeri saraf, nyeri lambung, bengkak pada saluran
pernapasan, dan haid tidak teratur (Anggorowati, 2016).
11
2.3 Penyeduhan Teh Herbal
Penyeduhan teh herbal sangat berperan untuk mendapatkan antioksidan
yang optimal. Pengolahan tersebut berkaitan dengan suhu air dan waktu pada proses
penyeduhan, yang mana semakin lama teh direndam maka senyawa dalam teh
semakin terekstrak dan akan menyebabkan terjadi oksidasi, artinya senyawa yang
bermanfaat bagi tubuh manusia mengalami penurunan fungsi bahkan berdampak
negatif (Mutmainnah, 2018). Hal ini sejalan pendapat Sutisna (2016), dalam jurnal
pengaruh suhu celup terhadap teh herbal oleh Ardianta (2019), Pola penyajian teh
di setiap negara berbeda-beda. Cina, daun teh direndam dalam air panas (70-80OC
untuk teh hijau, 80-90OC untuk teh oolong dan 100OC untuk teh hitam) selama 20-
40 detik, dan daun teh yang sama biasanya digunakan berulang kali (tujuh kali).
Berbeda halnya dengan di Jepang yang menyiapkan teh hijau dengan menyeduh teh
dalam air panas selama sekitar 2 menit dan menggunakannya untuk 2-3 seduhan.
Perendaman teh dengan air panas menghasilkan total flavonoid sebesar 88,5 mg/g
pada suhu 85OC dengan lama 3 menit. Suhu penyeduhan akan mempengaruhi
kandungan senyawa dan aktivitas antioksidan yang diseduh.
2.4 Antioksidan
Antioksidan merupakan substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir
radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas
terhadap sel normal, protein, dan lemak. Antioksidan menstabilkan radikal bebas
dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan
menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal babas yang dapat
menimbulkan stres oksidatif (Waji dan Sugrani, 2009).
12
Antioksidan secara biologis merupakan senyawa yang dapat menangkal
atau meredam dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja dengan cara
mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga
aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat di hambat. Antioksidan dibutuhkan tubuh
untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Ada beberapa pengelompokan
antioksidan (Waji dan Sugrani, 2009), yaitu
1. Antioksidan enzimatis dan antioksidan non enzimatis.
a. Antioksidan enzimatis misalnya enzim superoksida dismutase (SOD),
katalase dan glutation peroksidase.
b. Antioksidan non enzimatis, dibagi dalam 2 kelompok lagi : Antioksidan
larut lemak, seperti tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, dan bilirubin.
Antioksidan larut air, seperti asam askorbat, protein pengikat logam.
Kerusakan oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas dalam tubuh pada
dasarnya bisa diatasi oleh antioksidan endogen seperti enzim catalase, glutathione
peroxidase, superoxide dismutase, dan glutathione S-transferase. Tetapi jika senyawa
radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh atau melebihi batas kemampuan proteksi
antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar atau antioksidan
eksogen untuk menetralkan radikal yang terbentuk.
2. Antioksidan primer
Antioksidan primer bekerja untuk mencegah pembentukan senyawa radikal
baru, yaitu mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang
dampak negatifnya sebelum senyawa radikal bebas bereaksi. Antioksidan primer
13
mengikuti mekanisme pemutusan rantai reaksi radikal dengan mendonorkan atom
hidrogen secara cepat pada suatu lipid yang radikal, produk yang dihasilkan lebih
stabil dari produk awal. Antioksidan primer sifatnya sebagai pemutus reaksi
berantai (chain-breaking antioxidant) yang bisa bereaksi dengan radikal-radikal
lipid dan mengubahnya menjadi produk-produk yang lebih stabil.
3. Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder bekerja dengan cara mengkelat logam yang bertindak
sebagai pro-oksidan, menangkap radikal dan mencegah terjadinya reaksi berantai.
Antioksidan sekunder berperan sebagai pengikat ion-ion logam, penangkap
oksigen, pengurai hidroperoksida menjadi senyawa non radikal, penyerap radiasi
UV atau deaktivasi single oksigen. Lipida pangan umumnya mengandung ion-ion
logam dalam jumlah sangat kecil yang mungkin berasal dari enzim-enzim yang
diaktifkan oleh logam, berasal dari peralatan pemurnian minyak atau berasal dari
proses hidrogenasi.
4. Antioksidan tersier
Antioksidan tersier bekerja memperbaiki kerusakan biomolekul yang
disebabkan radikal bebas. Contoh antioksidan tersier adalah enzim-enzim yang
memperbaiki DNA dan metionin sulfida reduktase. Berdasarkan sumbernya
antioksidan dibagi dalam dua kelompok, yaitu antioksidan sintetik (antioksidan
yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan
hasil ekstraksi bahan alami).
14
5. Antioksidan alami
a. Vitamin A
Pertumbuhan dan perkembangan tubuh sangat diperlukan vitamin A untuk
fungsi sistem imun dan proses penglihatan. Konsumsi vitamin A yang cukup dalam
jangka waktu beberapa tahun, di dalam hati akan tertimbun cadangan vitamin A yang
dapat memenuhi kebutuhan sampai sekitar tiga bulan tanpa konsumsi vitamin A dari
makanan.
Tabel 2.1 Sumber Alamiah Zat Gizi Antioksidan
No.
Komponen
Antioksidan
Bahan Pangan
1 Vitamin A Jeruk, buah berwarna kuning, mentega,
margarine.
2 Vitamin E Biji bunga matahari, tomat, biji-bijian yang
mengandung kadar minyak tinggi, kacang-
kacangan, susu dan produk-produknya
3 Vitamin C Buah-buahan : jeruk, kiwi, anggur, pisang, apel,