BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kosmetik Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan- bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). Kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/MenKes/Per/X/1976 tanggal 6 september 1976 menyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, 1997). 2.1.1. Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit 1. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic) Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di dalamnya: a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya: sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener). b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer), misalnya: mosturizer cream, night cream, anti wrinkel cream. Universitas Sumatera Utara
35
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kosmetik Kosmetik ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan
yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-
bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak
hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan
kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
220/MenKes/Per/X/1976 tanggal 6 september 1976 menyatakan bahwa kosmetika
adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan,
dipercikkan, atau disemprotkan, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan
atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,
menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat
(Wasitaatmadja, 1997).
2.1.1. Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit
1. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)
Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di
dalamnya:
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya: sabun,
cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer), misalnya:
mosturizer cream, night cream, anti wrinkel cream.
Universitas Sumatera Utara
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya: sunscreen cream, sunscreen
foundation dan sun block cream/lotion.
d. Kosmetik untuk menipiskan kulit (peeling), misalnya: scrub cream
yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengamplas
(abrasiver).
2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga
menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek
psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident). Dalam kosmetik
riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar (Tranggono, 2007).
2.1.2. Kosmetik Dekoratif
Kosmetik dekoratif hanya melekat pada alat tubuh yang dirias dan tidak
bermaksud untuk diserap kedalam kulit serta merubah secara permanen kekurangan
(cacat) yang ada. Dengan demikian kosmetik dekoratif akan terdiri atas bahan dasar
dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum (Wasitaatmadja, 1997).
Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan semata-
mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda
atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu menambah
kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit
(Tranggono, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.1 Pembagian Kosmetik Dekoratif
Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :
1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow,
dan lain-lain.
2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama
baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting
rambut (Tranggono, 2007).
2.1.3. Zat Pewarna dalam kosmetik
Zat warna telah dikenal manusia sejak 2500 tahun sebelum masehi, zat
warna pada masa itu digunakan oleh masyarakat China, India dan Mesir, mereka
membuat zat warna alam dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, binatang dan mineral
untuk mewarnai serat, benang dan kain. Peningkatan mutu sumber daya manusia dan
teknologi saat ini menjadikan zat warna kian berkembang dengan pesat. Keterbatasan
zat warna alam membuat industri tekstil menggunakan zat warna buatan (sintetik)
sebagai pewarna bahan tekstil, karena zat warna sintetik lebih banyak memiliki
warna, tahan luntur dan mudah cara pemakaiannya ketimbang zat warna alam yang
kian sulit diperoleh (Zainuddin,2012).
Zat warna yang sudah lama dikenal dan digunakan, misalnya daun pandan
atau daun sirsak untuk warna hijau dan kunyit untuk warna kuning. Kini dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologitelah ditemukan zat warna sintetis,
karena penggunaanya lebih praktis dan harganya lebih murah (Cahyadi, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.12.10.12459 Tahun 2010 tentang Persyaratan Teknis Kosmetika, zat
pewarna adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk memberi dan/atau
memperbaiki warna pada kosmetika.
Zat warna dapat digolongkan menjadi 4 jenis yaitu :
1. Berdasarkan asalnya dibagi menjadi dua yaitu zat warna alam dan zat warna
sintetis.
2. Berdasarkan penyusunannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna pigmen dan
lakes.
3. Berdasarkan kelarutannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna larut dalam
pelarut lemak/minyak dan zat warna larut dalam air.
4. Berdasarkan sifat keasamannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna bersifat
asam dan zat warna bersifat basa (Sardjimah, 1996).
Adapun jenis-jenis zat pewarna yang terdapat dalam kosmetik adalah :
a. Zat warna alam yang larut
Zat warna jenis ini sebenarnya lebih aman bagi kulit, namun pada produk-
produk kosmetik saat ini, zat warna alam sudah jarang digunakan. Zat warna
alam larut ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu kekuatan
pewarnanya relatif lemah, tidak tahan lama dan relatif mahal. Beberapa
contoh zat warna alam yang larut yaitu alkalain, carmine, ekstrak klorofil
daun-daun hijau, henna, carrotene, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Zat warna sintetis yang larut
Zat warna sintetis adalah zat warna yang dihasilkan melalui proses sintetis
senyawa kimia tertentu. Adapun sifat-sifat zat warna sintetis antara lain :
1) Intensitas warnanya sangat kuat, sehingga dalam jumlah sedikit sudah
memberikan corak warna yang kuat.
2) Larut dalam air, minyak, alkohol, atau salah satu darinya.
3) Daya lekat terhadap rambut, kulit, dan kuku berbeda-beda. Zat warna
untuk rambut dan kuku biasanya daya rekatnya lebih kuat dari pada zat
warna untuk kulit.
4) Beberapa bersifat toksik, sehingga perlu hati-hati menggunakan produk
kosmetik yang mengandung zat warna jenis ini (Mulyawan, 2013).
c. Pigmen-pigmen alam
Alam memiliki pigmen-pigmen alam yang sudah umum digunakan dalam
kosmetik. Pigmen-pigmen alam itu adalah pigmen warna yang terdapat pada
tanah, contohnya aluminium silikat. Gradasi warna yang terdapat pada
aluminium silikat sangat dipengaruhi oleh kandungan besi oksida atau
mangan oksidanya, misalnya: kuning, cokelat, cokelat tua, merah bata dan
sebagainya. Keunggulan pigmen-pigmen alam sebagai zat pewarna adalah zat
warna ini murni dan sama sekali tidak berbahaya. Sementara kelemahannya
yaitu warna yang dihasilkan tidak seragam. Sangat bergantung pada sumber
asalnya dan tingkat pemanasannya. Pigmen-pigmen ini pada pemanasan yang
kuat menghasilkan pigmen-pigmen baru.
Universitas Sumatera Utara
d. Pigmen-pigmen sintetis
Warna yang dihasilkan dari pigmen sintetis lebih terang dan cerah. Pigmen –
pigmen sintetis yang digunakan dalam industri kosmetik misalnya: besi
oksida sintetis yang menghasilkan warna sintetis (kuning, coklat, merah dan
warna violet), zinc oxide dan titanium oxide (pigmen sintetis putih), bismuth
oxychloride untuk warna putih mutiara, cobalt hijau untuk pigmen hijau yang
kebiruan, cadmium sulfide dan prussian blue.
Penentuan mutu suatu bahan dapat diamati dengan warna. Warna hasil
produksi suatu bahan sangat berpengaruh bagi pemakainya. Sebagai contoh, warna
suatu kosmetika sangat berperan secara psikologis bagi pemakainya sebagai
pembentuk kecantikan. Adapun maksud dan tujuan pemberian warna pada suatu
bahan, baik obat maupun kosmetika bahkan makanan adalah supaya bahan atau hasil
produksi itu menarik bagi pemakainya, menghindari adanya pemalsuan terhadap
hasil suatu pabrik dan menjaga keseragaman hasil suatu pabrik (Sudarmadji, 2003).
Di negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur
pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna. Zat pewarna yang diizinkan
penggunannya disebut permitted color atau certified color. Zat warna yang akan
digunakan harus menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya yang disebut
proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia,
toksikologi dan analisis media terhadap zat warna tersebut (Yuliarti, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia.
Pewarna Nomor Indeks Warna (C.I.No)
Batas Maksimum Penggunaan
Amaran Amaranth : CI Food Red 9 16185 Secukupnya Biru Berlian Brilliant blue FCF: CI 42090 Secukupnya
Eritrosin Food red 2 Erithrosin : CI 45430 Secukupnya Hijau FCF Food red 14 Fast green FCF :
CI 42053 Secukupnya
Hijau S Green FCF : CI Food Green 3
Green S : Cl.Food
44090 Secukupnya
Indigotin Green 4 Indigo : CI.Food
73015 Secukupnya
Ponceau 4R Blue I Ponceau 4R:CI
16255 Secukupnya
Kuning Food red 7 74005 Secukupnya Kuinelin Quieneline yellow
Sumber : Peraturan Menkes RI, Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian
asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam
berat lain yang bersifat racun.Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum
mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-
kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam proses akhir, atau terbentuk
senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman,
ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 % dan timbal tidak
boleh lebih dari 0,0001,sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada (Cahyadi,
2009).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Zat Warna Tertentu yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya
Dalam Obat, Makanan dan Kosmetika.
Nama Nomor Indeks Warna (C.I.No)
Jingga K1 (C.I. Pigment Orange 5,D&C Orange No. 17) 12075 Merah K3 (C. I Pigment Red 53,D&C Red No. 8) 15585 Merah K4 (C. I. Pigment Red 53 : 1,D&C Red No. 9) 15585 : 1 Merah K10 (Rhodamine B, D&C Red No. 9,C.I. Food Red 15)
45170
Merah K11 45170:1 Sumber : Kep Dirjen POM 00386/C/SK/II/90
2.2. Logam Berat dalam Kosmetika
Logam berat yang terkandung dalam kosmetik umumnya merupakan zat
pengotor (impuritis) pada bahan dasar pembuatan kosmetik. Pada umumnya, logam
berat dapat dijumpai di alam seperti terkandung di dalam tanah, air, dan batuan.
Bahan-bahan alam tersebut digunakan sebagai bahan dasar atau pigmen dalam
industri kosmetik. Kandungan logam berat dalam kadar yang berlebih dalam
kosmetik baik yang ditambahkan dengan sengaja ataupun tidak sengaja sangat tidak
dibenarkan karena logam berat tersebut akan kontak dengan kulit secara berulang
dan apabila terabsorbsi, logam berat akan masuk ke dalam darah dan menyerang
organ-organ tubuh sehingga menimbulkan gangguan kesehatan. Adanya risiko logam
berat ini tertelan (kontaminasi dari tangan) atau terhirup memungkinkan timbulnya
gangguan kesehatan lainnya. Logam berat yang perlu diwaspadai sering terkandung
dalam kosmetik diantaranya adalah timbal, arsen, kadmium, dan merkuri (BPOM RI,
2011).
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Timbal
Timbal secara alami terdapat di kerak bumi. Timbal dapat berada di
lingkungan akibat proses alami (misal: erosi) ataupun kegiatan industri manusia
(misal: pengeboran minyak atau akibat penambangan emas). Timbal kemudian
digunakan sebagai bahan pembuatan batu baterai, solder, pipa, produk perunggu,
pigmen pada cat, dan peralatan militer. Pada kosmetik, timbal sering ditemukan pada
lipstik, eye shadow, dan eye liner. Kandungan timbal dalam kosmetik dapat
diakibatkan oleh kontaminasi dari bahan baku yang digunakan atau penggunaan
pigmen yang mengandung timbal. Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit,
tertelan atau kontak dengan mata kemudian masuk ke dalam peredaran darah dan
terakumulasi dalam jaringan, terutama tulang. Selain itu, timbal juga dapat
terakumulasi di hati, ginjal, pankreas, dan paru-paru.
Di dalam tubuh, timbal merupakan neurotoksin yang terbukti dapat
menyebabkan tingkat IQ rendah dan menimbulkan masalah perilaku seperti
meningkatnya agresivitas. Bayi, balita, anak-anak, janin, dan ibu hamil merupakan
kelompok yang paling rentan mengalami keracunan timbal akibat paparan kronis
rendah. Timbal sangat mudah menembus plasenta dan dapat ditransfer melalui air
susu ibu (ASI). Pada paparan kronis tingkat rendah, timbal dapat mempengaruhi
ginjal, sistem kardiovaskuler, darah, sistem kekebalan tubuh, serta sistem saraf pusat
dan perifer. Pada paparan kronis tingkat tinggi, timbal dapat menyebabkan
keguguran, perubahan hormon, mengurangi kesuburan pada pria dan wanita,
gangguan menstruasi, menurunnya daya ingat, serta gangguan pada saraf,
Universitas Sumatera Utara
persendian, otot, jantung, dan ginjal. Waktu paruh timbal di dalam tubuh adalah dua
sampai enam minggu, namun dibutuhkan waktu 25 sampai 30 tahun untuk
menghilangkan separuh kandungan timbal yang tersisa dalam tubuh (BPOM RI,
2011).
2.2.2. Merkuri
Merkuri merupakan unsur yang relatif terkonsentrasi pada daerah vulkanik
dan daerah endapan mineral dari bijih logam berat. Pada umumnya merkuri
digunakan sebagai fungisida dan pada beberapa industri termasuk pada proses
penambangan emas. Merkuri seringkali disalahgunakan dalam kosmetik, terutama
pada krim pemutih dan bedak. Pemakaian kosmetik yang mengandung merkuri dapat
menimbulkan iritasi kulit, bintik-bintik hitam, penipisan kulit, dan dalam jangka
panjang dapat menyebabkan kanker kulit. Merkuri pada kosmetik ini dapat diserap
oleh kulit dan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Efek toksisitas merkuri
terutama pada organ ginjal dan susunan saraf pusat. Merkuri di dalam darah akan
mengendap di dalam ginjal yang mengakibatkan gagal ginjal. Merkuri juga akan
menyerang sistem saraf pusat sehingga menimbulkan gangguan sistem saraf seperti
tremor, insomnia, pikun, gangguan penglihatan, ataksia (gerakan tangan tidak
normal), gangguan emosi, dan depresi (BPOM RI, 2011).
Merkuri tergolong bahan teratogenik atau bahan yang dapat menimbulkan
kerusakan pada janin dan gangguan pertumbuhan bayi. Merkuri yang terdapat dalam
tubuh ibu yang sedang hamil dapat mengalir ke janin yang dikandungnya dan
terakumulasi sehingga mengakibatkan gangguan pada janin bahkan dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan keguguran. Merkuri juga dapat masuk ke tubuh anak melalui ASI,
sehingga mengakibatkan kerusakan otak, retardasi mental, kebutaan, dan bisu, selain
itu dapat juga terjadi gangguan pencernaan dan gangguan ginjal (BPOM RI, 2011).
2.2.3. Kadmium
Kadmium berada di lingkungan secara alami dan dapat terbentuk melalui
proses alami seperti kebakaran hutan, emisi vulkanik gunung berapi, dan pelapukan
tanah serta bebatuan. Sebagian besat kadmium berasal dari hasil aktivitas manusia,
terutama hasil produksi logam, pembakaran bahan bakar, transportasi, dan
pembuangan limbah padat dan juga limbah lumpur. Kegunaan kadmium adalah
untuk membuat baterai nikel-kadmium, sebagai pigmen pada keramik glasir,
polyvinyl chloride (PVC), dan plastik. Pada kosmetik, kadmium dapat ditemukan
pada lip gloss, eye liner, produk krim tubuh dan rambut. Kadmium tersebut dapat
diserap ke dalam tubuh melalui kontak dengan kulit yang kemudian dapat
terakumulasi di ginjal dan hati. Waktu paruh kadmium di dalam tubuh adalah 10 -12
tahun setelah paparan (BPOM RI, 2011).
Paparan tingkat tinggi kadmium secara oral dapat menyebabkan iritasi perut
parah yang menyebabkan muntah dan diare. Sementara itu, paparan kadmium secara
berulang dalam dosis rendah dapat menyebabkan kerusakan ginjal, deformitas
tulang, dan tulang mudah patah. Kadmium memberi efek signifikan pada ovarium
dan saluran reproduksi morfologi bahkan dengan dosis yang sangat rendah. Paparan
kadmium selama kehamilan dapat mengakibatkan bobot lahir rendah atau kelahiran
Universitas Sumatera Utara
prematur. Sedangkan paparan kadmium jangka panjang secara inhalasi dapat
menyebabkan kanker paru-paru dan kanker prostat pada manusia (BPOM RI, 2011).
2.2.4. Arsen
Arsen merupakan logam yang secara alami terdapat di kerak bumi dan secara
alami dapat masuk ke dalam sumber air tanah. Di industri, arsen digunakan dalam
berbagai produk seperti tekstil, pengawet, pigmen warna, pestisida. Selain itu, arsen
dapat juga ditemukan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara,
dan pembuangan limbah. Arsen yang terkandung pada produk kosmetik seperti eye
shadow dapat memungkinkan terjadinya penyerapan logam berat tersebut melalui
kulit. Di dalam darah, arsen akan didistribusikan ke seluruh tubuh dan dapat
ditemukan di hati, ginjal, paru-paru, dan limpa. Waktu paruh arsen di dalam tubuh
adalah dua sampai 40 hari. Arsen cenderung terakumulasi dalam rambut, kuku, dan
kulit (BPOM RI, 2011) .
Badan Internasional untuk Riset Kanker / International Agency for Research
on Cancer (IARC) menyatakan bahwa kanker termasuk kedalam senyawa
karsinogenik. Paparan jangka panjang arsen dapat menimbulkan kanker kulit,
penebalan atau perubahan warna kulit, penurunan produksi sel darah, kerusakan
pembuluh darah, gangguan sistem kekebalan tubuh, mati rasa pada tangan dan kaki,
mual dan diare. Paparan jangka panjang akibat menghirup produk yang mengandung
arsen dapat gangguan kulit, peredaran darah dan gangguan saraf perifer, peningkatan
risiko kanker paru-paru, saluran pencernaan dan kanker sistem kemih (BPOM RI,
2011).
Universitas Sumatera Utara
2.3. Lipstik
Lipstik adalah produk kosmetik yang paling luas digunakan. Lipstik
merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang (roll up) yang
terbentuk dari minyak, lilin dan lemak (Wasitaatmadja,1997).
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat
dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik
ideal yang sesungguhnya diatur hingga suhu mendekati suhu bibir, bervariasi antara
36-38oC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca
di sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi,
yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62oC, biasanya berkisar
antara 55-75oC (Depkes RI, 1985).
Lipstik memiliki fungsi dan manfaat untuk memberikan warna indah bagi
bibir sesuai yang diinginkan sehingga tampilan bibir tampak lebih cantik dan cerah.
Lipstik yang baik adalah lipstik yang tidak hanya mempercantik warna bibir akan
tetapi juga mampu memberikan nutrisi dan melembabkan bibir. Sehingga bibir
menjadi lebih sehat dan tidak kering (Muliyawan, 2013).
2.3.1. Sejarah Lipstik
Lipstik adalah kosmetik paling provokatif. Pemulas bibir ini sanggup
membangun kepercayaan diri pemakainya. Masyarakat mengenal sejak 5000 tahun
silam. Lipstik mengukir sejarah panjang sejak masa prasejarah hingga mencapai
bentuknya saat ini. Dalam perjalanannya, lipstik tak hanya mengambil peran penting
Universitas Sumatera Utara
perwujudan kata cantik, tapi juga berbagai simbol yang penuh kontroversi (Illiyan,
2010).
Ikon kecantikan wanita pada Zamannya Cleopatra, ratu paling terkenal di
Mesir yang menghancurkan kumbang merah untuk memberikan nuansa merah
dibibirnya. Di Cina, para selir kaisar menekan-nekan kelopak bunga yang berwarna
merah untuk memberikan kesan merah di bibir. Tradisi ini kemudian menginspirasi
manusia untuk menemukan formula yang tepat untuk mempercantik diri
(Muliyawan, 2013).
Pada abad ke-16, ratu Inggris Elizabeth I dan wanita-wanita di pengadilan
mempercantik warrna bibir mereka dengan mengoleskan campuran sulfida merkuri
merah dan cairan lilin dari lebah. Ini merupakan awal dikenalnya lipstik. Adapun
lipstik yang berfungsi menebalkan warna bibir mulai dipasarkan pada tahun 1915.
Pada masa keemasan islam, lipstik padat yang mengandung parfum dan bahan-bahan
bermanfaat lainnya ditemukan oleh tabib Arab Andalusian dan ahli kimia Abu Al-
Qasim (Muliyawan, 2013).
Ilmu kosmetik terus berkembang mendukung industri kosmetik yang
mengalami kemajuan dari tahun ke tahun. Demikian dengan industri lipstik .
berbagai model dan jenis lipstik ditemukan untuk menunjang penampilan wanita.
Tahun 1930, Max factor memperkenalkan lip gloss kemudian disusul oleh Hazel
Bishop seorang ahli kimia dari Amerika yang mengembangkan lipstik yang tidak
mudah menempel, tidak berantakan, dan tahan lama pada tahun 1950 (Muliyawan,
2013).
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Komposisi Lipstik
Bahan-bahan utama pada lipstik adalah :
a. Lilin
Lilin berperan penting dalm pengerasan lipstik. Misalnya : carnauba wax,