4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Umum Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Angkutan umum penumpang lebih dikenal dengan angkutan umum saja (Warpani, 2002). Angkutan umum dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu : 1. Angkutan umum yang disewakan (Paratransit) Yaitu pelayanan jasa yang dapat dimanfaatkan oleh setiap orang berdasarkan ciri tertentu, misalnya: tarif dan rute. Angkutan umum ini pada umumnya tidak memiliki trayek dan jadwal yang tetap, misalnya: taksi. Ciri utama angkutan ini adalah melayani permintaan. 2. Angkutan umum massal (Masstransit) Yaitu layanan jasa angkutan yang memiliki trayek dan jadwal tetap, misalnya: bus dan kereta api. Jenis angkutan ini bukan melayani permintaan melainkan menyediakan layanan tetap, baik jadwal, tarif maupun lintasannya (Warpani, 2002). Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003, Bab III, angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek terdiri dari: 1. Angkutan Lintas Batas Negara adalah suatu angkutan dari satu kota ke kota lain yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek. 2. Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah kabupaten/kota yang melalui lebih dari satu daerah provinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek. 3. Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) adalah angkutan dari suatu kota ke kota lain yang melalui antar daerah kabupaten/kota dalam satu
29
Embed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Umum II (SETYA... · angkutan umum yang melewati beberapa daerah, dimana angkutan umum secara rutin melayani penumpang dan dilain pihak calon
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Angkutan Umum
Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang dengan
menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar.
Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk
dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Angkutan umum penumpang
lebih dikenal dengan angkutan umum saja (Warpani, 2002).
Angkutan umum dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
1. Angkutan umum yang disewakan (Paratransit)
Yaitu pelayanan jasa yang dapat dimanfaatkan oleh setiap orang berdasarkan
ciri tertentu, misalnya: tarif dan rute. Angkutan umum ini pada umumnya
tidak memiliki trayek dan jadwal yang tetap, misalnya: taksi. Ciri utama
angkutan ini adalah melayani permintaan.
2. Angkutan umum massal (Masstransit)
Yaitu layanan jasa angkutan yang memiliki trayek dan jadwal tetap,
misalnya: bus dan kereta api. Jenis angkutan ini bukan melayani permintaan
melainkan menyediakan layanan tetap, baik jadwal, tarif maupun lintasannya
(Warpani, 2002).
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003, Bab
III, angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek terdiri dari:
1. Angkutan Lintas Batas Negara adalah suatu angkutan dari satu kota ke kota
lain yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus
umum yang terikat dalam trayek.
2. Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) adalah angkutan dari satu kota
ke kota lain yang melalui antar daerah kabupaten/kota yang melalui lebih dari
satu daerah provinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat
dalam trayek.
3. Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) adalah angkutan dari suatu
kota ke kota lain yang melalui antar daerah kabupaten/kota dalam satu
5
wilayah provinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam
trayek.
4. Angkutan Kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu
daerah kota atau wilayah ibukota kabupaten atau dalam Daerah Khusus
Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil
penumpang umum yang terikat dalam trayek.
5. Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari suatu tempat ke tempat lain dalam
suatu daerah kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada
pada wilayah ibukota kabupaten dengan mempergunakan mobil bus umum
atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek.
6. Angkutan Perbatasan adalah angkutan kota atau angkutan perdesan yang
memasuki wilayah kecamatan yang berbatasan langsung pada kabupaten atau
kota lainnya baik yang melalui satu provinsi maupun lebih dari satu provinsi.
7. Angkutan Khusus adalah angkutan yang mempunyai asal atau tujuan tetap,
yang melayani antar jemput penumpang umum, antar jemput karyawan,
permukiman dan pemandu moda.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003, Bab
IV, angkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek terdiri dari:
1. Angkutan Taksi adalah angkutan yang menggunakan mobil penumpang
umum yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometer yang
melayani angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas.
2. Angkutan Sewa adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang
umum yang melayani angkutan dari pintu ke pintu, dengan atau tanpa
pengemudi, dalam wilayah operasi yang tidak terbatas.
3. Angkutan Pariwisata adalah angkutan yang menggunakan mobil bus umum
yang dilengkapi dengan tanda–tanda khusus untuk keperluan pariwisata atau
keperluan lain diluar pelayanan angkutan dalam trayek, seperti untuk
keperluan keluarga atau sosial lainnya.
4. Angkutan Lingkungan adalah angkutan dengan menggunakan mobil
penumpang umum yang dioperasikan dalam wilayah operasi terbatas pada
kawasan tertentu.
6
2.2 Jaringan Trayek Angkutan Umum
Jaringan trayek adalah kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan
pelayanan angkutan orang. Berdasarkan (Departemen Perhubungan, 2002) faktor
yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jaringan trayek
adalah sebagai berikut:
1. Pola tata guna tanah.
Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan aksesbilitas
yang baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan trayek angkutan umum
diusahakan melewati tata guna tanah dengan potensi permintaan yang tinggi.
Demikian juga lokasi-lokasi yang potensial menjadi tujuan bepergian
diusahakan menjadi prioritas pelayanan.
2. Pola penggerakan penumpang angkutan umum.
Rute angkutan umum yang baik adalah arah yang mengikuti pola pergerakan
penumpang angkutan sehingga tercipta pergerakan yang lebih efesien. Trayek
angkutan umum harus dirancang sesuai dengan pola pergerakan penduduk
yang terjadi, sehingga transfer moda yang terjadi pada saat penumpang
mengadakan perjalanan dengan angkutan umum dapat diminimumkan.
3. Kepadatan penduduk.
Salah satu faktor menjadi prioritas angkutan umum adalah wilayah kepadatan
penduduk yang tinggi, yang pada umumnya merupakan wilayah yang
mempunyai potensi permintaan yang tinggi. Trayek angkutan umum yang
ada diusahakan sedekat mungkin menjangkau wilayah itu.
4. Daerah pelayanan.
Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah-wilayah potensial
pelayanan, juga menjangkau semua wilayah perkotaan yang ada. Hal ini
sesuai dengan konsep pemerataan pelayanan terhadap penyediaan fasilitas
angkutan umum.
5. Karakteristik jaringan.
Kondisi jaringan jalan akan menetukan pola pelayanan trayek angkutan
umum, Karakteristik jaringan jalan meliputi konfigurasi, klasifikasi, fungsi,
lebar jalan, dan tipe operasi jalur. Operasi angkutan umum sangat
dipengaruhi oleh karakteristik jaringan jalan yang ada.
7
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2014, Bab IV, Pasal 26, jaringan
trayek angkutan umum terdiri dari:
1. Trayek Lintas Batas Negara, yaitu trayek yang melalui batas negara.
2. Trayek Antar Kota Antar Provinsi, yaitu trayek yang melalui lebih dari satu
wilayah Provinsi Daerah Tingkat I.
3. Trayek Antar Kota Dalam Provinsi, yaitu trayek yang melalui antar Daerah
Tingkat I dalam satu wilayah Provinsi Daerah Tingkat I.
4. Trayek Perkotaan, yaitu trayek yang keseluruhannya berada dalam
Kotamadya Daerah Tingkat II.
5. Trayek Pedesaan, yaitu trayek yang keseluruhannya berada dalam Kabupaten
Daerah Tingkat II.
2.3 Trayek/Rute
Trayek/rute angkutan umum didefinisikan sebagai tempat-tempat dimana
angkutan umum secara tetap melayani penumpang yaitu dengan menaikkan dan
menurunkannya. Suatu rute biasanya merupakan suatu lintasan tetap dari
angkutan umum yang melewati beberapa daerah, dimana angkutan umum secara
rutin melayani penumpang dan dilain pihak calon penumpang menggunakan
angkutan pada rute tersebut.
Rute angkutan umum biasanya ditempatkan di lokasi dimana memang
diperkirakan ada calon penumpang yang akan dilayani. Dalam suatu kota, pada
umumnya rute yang melayani masyarakat lebih dari satu maka ditinjau secara
keseluruhan akan ada suatu sistem jaringan rute yaitu sekumpulan rute yang
bersama-sama melayani kebutuhan umum masyarakat. Dalam sistem jaringan
tersebut akan terdapat titik-titik dimana akan terjadi pertemuan dua rute atau
lebih. Pada titik-titik yang dimaksud dimungkinkan terjadi pergantian rute, karena
pada kenyataannya seorang penumpang tidak selamanya dapat menggunakan
hanya satu rute untuk perjalanannya dari satu tempat asal ke tempat tujuannya
(Warpani, 2002).
8
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003, trayek
angkutan umum terdiri dari:
a. Trayek Utama
Trayek utama memiliki jadwal yang tetap dan teratur. Trayek ini melayani
angkutan antar kawasan utama, antar kawasan utama dan pendukung dengan
ciri perjalanan ulang alik secara tetap.
b. Trayek Cabang
Sama halnya dengan sistem pengoperasian pada trayek utama namun trayek
cabang ini beroperasi pada kawasan pendukung, antara kawasan pendukung
dan pemukiman.
c. Trayek Ranting
Trayek ranting tidak memiliki jadwal yang tetap. Wilayah pelayanannya pada
kawasan pemukiman penduduk. Sedangkan moda yang digunakan berupa
mobil penumpang.
d. Trayek Langsung
Trayek langsung memiliki jadwal yang tetap. Melayani angkutan antara
kawasan utama dengan kawasan pendukung dan kawasan pemukiman, dan
berhenti pada tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk angkutan kota untuk
menaik turunkan pemunpamg
2.4 Angkutan Kota
Angkutan kota adalah angkutan dari suatu tempat ke tempat lain dalam
wilayah kota dengan mempergunakan mobil bus umum dan atau mobil
penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. Tujuan utama
keberadaan angkutan kota adalah untuk menyelenggarakan pelayanan yang baik
dan layak bagi masyarakat. Ukuran baik disini dilihat dari kinerja operasi
angkutan kota dan kualitas pelayanan angkutan kota. Untuk mengevaluasi
pelaksanaan operasi dalam memberikan pelayanan jasa transportasi kepada
penumpang, maka perlu diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi indikator
kinerja operasional dan kualitas pelayanannya.
2.4.1 Kinerja Operasional Angkutan Kota
Indikator kinerja operasional angkutan kota berdasarkan (Departemen
Perhubungan, 2002):
9
a. Jumlah Penumpang
Jumlah penumpang adalah rata-rata jumlah penumpang/armada/hari, untuk
periode harian umumnya jumlah penumpang mencapai puncaknya pada pagi
dan siang hari.
JPA = JPH / JAB (2.1)
Dimana:
JPA = Jumlah penumpang/armada/hari
JPH = Jumlah penumpang/hari
JAB = Jumlah armada yang beroperasi
b. Jarak Perjalanan
Jarak Perjalanan adalah jarak perjalanan yang dapat dilakukan oleh angkutan
umum yang ditempuh tiap armada/hari.
JP = JR/hr x Pr (2.2)
Dimana:
JP = Jarak perjalanan
JR /hr = Jumlah rata-rata rit/armada/hari
Pr = Panjang rute (km)
c. Tingkat Konsumsi Bahan Bakar
Volume bahan bakar (liter) yang dipergunakan untuk menempuh perjalanan.
KBB = JBB / JP (2.3)
Dimana:
KBB = Konsumsi bahan bakar (km/liter)
JBB = Jumlah bahan bakar (liter)
JP = Jarak perjalanan
d. Faktor Muatan (load factor)
Perbandingan antara jumlah penumpang yang diangkut dengan daya tampung
pada tiap segmen jalan sebagai load factor yang mewakili satu lintasan jalan.
Pembagian segmen jalan pada tiap trayek dapat dilihat lengkap pada
Lampiran B. Perhitungan load factor hanya berdasarkan pada penumpang
yang naik pada tiap segmen jalan.
LF = P/K x 100% (2.4)
10
Dimana:
LF = Faktor muatan (load factor)
P = Jumlah penumpang yang diangkut pada tiap segmen jalan
K = Kapasitas atau banyaknya tempat duduk yang diijinkan
2.4.2 Kualitas Pelayanan Angkutan Kota
Kualitas pelayanan Angkutan Kota meliputi beberapa indikator seperti :
a. Headway
Headway merupakan rata-rata waktu kedatangan dari dua kendaraan
angkutan kota yang merupakan interval waktu antara saat dimana bagian
depan suatu kendaraan melewati suatu titik pengamatan sampai bagian depan
kendaraan berikutnya melewati titik pengamatan yang sama.
b. Waktu Tunggu
Waktu tunggu adalah jumlah waktu rata-rata dan maksimum penumpang saat
menunggu angkutan umum. Dalam mengestimasi waktu tunggu diasumsikan
bahwa kedatangan angkutan umum bersifat acak dan tidak berdasarkan
jadwal yang jelas, sehingga rata-rata waktu tunggu yang diperlukan pengguna
angkutan umum diasumsikan sama dengan setengah headway.
WT = 0,5 x H (2.5)
Dimana :
WT = Waktu tunggu (menit)
H = Headway (menit)
c. Waktu Perjalanan
Waktu perjalanan yaitu waktu maksimum yang diperlukan dalam melakukan
perjalanan, termasuk dalam waktu perjalanan ini adalah waktu tunggu, waktu
berjalan menuju pemberhentian angkutan serta waktu selama bergerak.
WP = Wt - Wb (2.6)
Dimana:
WP = Waktu perjalanan
Wt = Waktu tiba
Wb = Waktu berangkat
d. Kecepatan
Kecepatan adalah kecepatan rata-rata yang ditempuh angkutan umum dalam
11
km/jam. Diperoleh dari pencatatan waktu saat kendaraan berangkat dan
kembali lagi ke tempat asal dari perjalanan.
V = JP / WP (2.7)
Dimana:
V = Kecepatan rata-rata (km/jam)
JP = Jarak perjalanan (km)
WP = Waktu perjalanan (jam)
2.4.3 Standar Kinerja Angkutan Kota
Standar kinerja dan kualitas pelayanan angkutan umum mengacu pada
pedoman teknis penyelenggaraan angkutan penumpang umum di wilayah
perkotaaan dalam trayek tetap dan teratur yang dikeluarkan oleh (Departemen
Perhubungan, 2002) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat yang ditunjukkan
pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Standar Kinerja Operasional Berdasarkan Departemen Perhubungan
no Aspek Parameter standar
1 Jumlah
penumpang
Jumlah penumpang/angkutan/hari
a. Bus besar lantai ganda
b. Bus besar lantai tunggal
c. Bus sedang
d. Bus kecil
e. Mobil penumpang umum
(orang/hr)
1.500-1.800
1.000-1.200
500-600
300-400
250-300
2 Jarak
perjalanan
angkutan
Rata-rata jarak tertempuh (km/hr)
a. Bus besar lantai ganda
b. Bus besar lantai tunggal
c. Bus sedang
d. Bus kecil
e. Mobil penumpang umum
(km/hr)
250
250
250
250
250
3 Tingkat
konsumsi bahan
bakar
Penggunaan bahan bakar (km/ltr)
a. Bus besar lantai ganda
b. Bus besar lantai tunggal
c. Bus sedang
d. Bus kecil
e. Mobil penumpang umum
(km/ltr)
2
3-3,6
5
7,5-9
7,5-9
4 Load Factor Perbandingan kapasitas terjual dan kapasitas
tersedia untuk satu perjalanan
70%
Sumber: Departemen Perhubungan, 2002
12
Tabel 2.2 Standar Kualitas Pelayanan Berdasarkan Departemen Perhubungan
No Aspek Parameter Standar
1 Waktu tunggu Waktu penumpang menunggu angkutan
a. Rata-rata
b. maksimum
(menit)
5-10
10-20
2 Waktu perjalanan Waktu perjalanan setiap hari dari/ ke tempat
a. Rata-rata
b. maksimum
(jam)
1,0-1,5
2,0-3,0
3 Headway Waktu antara kendaraan
a. Headway ideal
b. Headway puncak
(menit)
5-10
2-5
4 Kecepatan Angkutan Berdasarkan kelas jalan
a. Kelas I
b. Kelas II
c. Kelas III A
d. Kelas III B
e. Kelas III C
Berdasarkan jenis trayek
a. Utama
b. Cabang
c. Ranting
d. Langsung
(km/jam)
30
30
20-40
20
10-20
30
20
10
30
Sumber: Departemen Perhubungan, 2002
2.5 Biaya Operasional Kendaraan (BOK)
Biaya operasional kendaraan didefinisikan sebagai biaya yang secara
ekonomi terjadi dengan dioperasikannya kendaraan pada kondisi normal untuk
suatu tujuan tertentu. Pengertian biaya ekonomi yang terjadi disini adalah biaya
yang sebenarnya terjadi. Komponen biaya operasional kendaraan terdiri atas biaya
langsung dan biaya tidak langsung
2.5.1 Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang berkaitan langsung dengan produk jasa
yang dihasilkan, biaya langsung terdiri atas:
A. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah semua biaya operasional kendaraan yang jumlah
pengeluarannya tidak dipengaruhi oleh jumlah frekuensi operasi kendaraan.
13
Biaya tetap tergantung dari waktu dan tidak terpengaruh dengan penggunaan
kendaraan. Komponen-komponen biaya tetap, terdiri dari (Departemen
Perhubungan, 2002):
1. Biaya penyusutan kendaraan
2. Biaya bunga modal
3. Biaya awak kendaraan
4. Biaya cuci kendaraan
5. Biaya administrasi STNK
6. Biaya administrasi KIR
7. Biaya asuransi
B. Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap merupakan semua biaya operasi kendaraan yang jumlah
pengeluarannya dipengaruhi oleh jumlah frekuensi operasi kendaraan,
misalnya biaya pemakaian bahan bakar. Komponen-komponen biaya tetap,
terdiri dari (Departemen Perhubungan, 2002):
1. Biaya Pemakaian Bahan Bakar
Biaya pemakaian bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian bahan bakar kendaraan yang digunakan untuk
mengoperasikan kendaraan dan tergantung dari jarak tempuh yang
dilakukan untuk tiap liter bahan bakar yang digunakan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian bahan bakar adalah :
a. Jenis/ukuran kendaraan
Rata-rata pemakaian bahan bakar meningkat hampir sebanding
dengan berat kendaraan.
b. Cuaca dan ketinggian lokasi
Cuaca dan iklim dapat mempengaruhi kinerja kendaraan, misal hujan
dan angin secara langsung berpengaruh terhadap kinerja kendaraan
dan suhu udara berpengaruh terhadap mesin kendaraan.
c. Cara mengemudi
Cara mengemudi dengan menjalankan kendaraan pada gigi rendah
dapat mempengaruhi penggunaan bahan bakar.
14
d. Kondisi kendaraan
Kondisi kendaraan yang usianya semakin tua dan tidak terawat
dengan baik akan meningkatkan penggunaan bahan bakar.
e. Tingkat pengisian penumpang/muatan
Apabila kendaraan diisi penumpang/muatan penuh dan digunakan
dalam kecepatan rendah akan meningkatkan penggunaan bahan bakar
dibandingkan dengan kendaraan dalam keadaan muatan kosong.
f. Kecepatan kendaraan
Pemakaian bahan bakar yang efisien pada kecepatan kendaraan
antara 40-60 km/jam.
2. Biaya Pemakaian Ban
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian ban luar dan ban dalam
yang jangka waktu penggunaannya dihitung berdasarkan jarak tempuh
kendaraan dalam kilometer, tetapi ada juga yang mengganti bannya
secara teratur dalam hitungan bulan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi umur ban :
a. Cara mengemudikan kendaraan
b. Kualitas ban
c. Kondisi permukaan jalan
d. Tingkat pengisian penumpang/muatan
e. Kecepatan kendaraan
3. Servis Kecil
Servis kecil dilakukan dengan patokan km tempuh, yang disertai
penggantian oli mesin dan penambahan gemuk serta minyak rem.
4. Servis Besar
Servis besar dilakukan setelah beberapa kali servis kecil atau dengan
patokan km tempuh, yaitu penggantian oli gardan, oli tranmisi, platina,
busi, filter oli, dan kondensor.
5. Pemeriksaaan
Biaya pemeriksaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan
kondisi kendaraan. Pemeriksaan kendaraan ditentukan berdasarkan jarak
tempuh.
15
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pemeriksaan kendaraan:
a. Umur dan kondisi kendaraan
Biaya perawatan dan pemeliharaan kendaraan pada dasarnya berubah
dari waktu ke waktu. Apabila tersedia data biaya perawatan maka
dari waktu ke waktu dapat diketahui bahwa biaya akan meningkat
seiring dengan umur dan waktu penggunaan kendaraan.
b. Kondisi permukaan jalan
Kendaraan yang dioperasikan pada jalan yang permukaan yang
dilapisi kerikil akan menyebabkan biaya perawatan lebih tinggi
dibandingkan apabila dioperasikan pada jalan dengan permukaan
beraspal.
c. Kecepatan kendaraan
Pengaruh kecepatan kendaraan terhadap biaya perawatan akan
berlaku pada kendaraan tertentu. Misalnya kecepatan kendaraan yang
tinggi akan mempercepat pemakaian suku cadang seperti kanvas rem.
6. Penambahaan oli
Penambahan oli mesin dilakukan setelah km-tempuh pada jarak km
tertentu. Hal ini dilakukan agar kendaraan selalu dalam kondisi yang
baik setiap beroperasi.
2.5.2 Biaya Tak Langsung
Biaya tak langsung adalah biaya yang secara tidak langsung berhubungan
dengan produk jasa yang dihasilkan, yang terdiri atas:
1. Biaya pegawai selain awak kendaraan
a. Gaji/upah
b. Uang lembur
c. Tunjangan sosial
2. Biaya pengelolaan
a. Penyusutan bangunan kantor
b. Penyusutan pool dan bengkel
c. Penyusutan inventaris/alat kantor
d. Penyusutan sarana bengkel
e. Biaya administrasi kantor
16
f. Biaya pemeliharaan kantor
g. Biaya pemeliharaan pool dan bengkel
h. Biaya listrik dan air
i. Biaya telepon dan telegram
j. Biaya perjalanan dinas selain awak kendaraan
k. Pajak perusahaan
l. Izin trayek
m. Izin usaha
n. Biaya pemasaran
o. Lain-lain
2.6 Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan (BOK)
Perhitungan BOK yang dilakukan adalah Perhitungan BOK langsung dan
BOK tak langsung. Dalam perhitungan BOK menggunakan pedoman dari
(Departemen Perhubungan, 2002) pedoman ini dipilih dalam penelitian ini karena
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat (Departemen Perhubungan,
1996) tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di
wilayah perkotaan dalam trayek tetap dan teratur, sudah tidak sesuai dengan
perkembangan angkutan kota yang dinamis. Pedoman teknis (Departemen
Perhubungan, 2002) juga merupakan penyempurnaan dari pedoman teknis
sebelumnya (Departemen Perhubungan, 1996) yang telah diatur lebih lanjut oleh
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat. Pedoman biaya operasional
berdasarkan (Departemen Perhubungan, 2002) dapat dilihat pada Tabel 2.3.
17
Tabel 2.3 Pedoman biaya operasional kendaraan
No. Uraian Satuan
Angkutan Kota
Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil
Mobil Penumpang
Umum (MPU) Bus DD Bus SD
1. Masa penyusutan kendaraan Th 5 5 5 5 5
2. Jarak tempuh rata-rata Km/hr 250 250 250 250 250
3. Bahan bakar minyak Km/lt 2 3,6-3 5 7,5-9 7,5-9
4. Jarak tempuh ganti ban Km 24.000 21.000 20.000 25.000 25.000
5. Ratio pengemudi/bus Org/kend 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
6. Ratio kondektur/bus Org/kend 1,2 1,2 1,2 - -
7. Jarak tempuh antar servis kecil Km 5.000 5.000 4.000 4.000 4.000
8. Suku cadang/servis besar Km 10.000 10.000 10.000 12.000 12.000
9. Penggantian minyak motor Km 4.000 4.000 4.000 3.500 3.500
10. Penggantian minyak rem Km 8.000 8.000 8.000 12.000 12.000